• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. pelatihan squat jump 10 repetisi 3 set meningkatkan vertical jump atlet bola voli

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. pelatihan squat jump 10 repetisi 3 set meningkatkan vertical jump atlet bola voli"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian tentang pelatihan double leg box bound 10 repetisi 3 set dan pelatihan squat jump 10 repetisi 3 set meningkatkan vertical jump atlet bola voli telah selesai dilaksanakan di SMAN 1 Kupang Timur, pelaksanaan latihan untuk masing-masing kelompok 3 kali seminggu pada hari yang berbeda selama 6 minggu yaitu dari bulan maret 2015 sampai dengan bulan april 2015. Subjek penelitian berjumlah 20 orang, yang dibagi menjadi dua kelompok perlakuan dengan masing-masing kelompok terdiri dari 10 orang. Kelompok Perlakuan satu diberikan pelatihan double leg box bound 10 repetisi 3 set, sedangkan kelompok Perlakuan dua diberikan pelatihan squat jump 10 repetisi 3 set. Hasil penelitian disajikan sebagai berikut.

5.1 Analisis Deskriptif Karakteristik Subjek Penelitian

Karakteristik subjek penelitian yang meliputi: umur, berat badan, tinggi badan, indeks masa tubuh, panjang tungkai dan kebugaran fisik sebelum pelatihan pada kedua kelompok yaitu Kelompok I (pelatihan double leg box bound 10 repetisi 3 set) dan Kelompok II (pelatihan squat jump 10 repetisi 3 set). Karakteristik disajikan pada Tabel 5.1.

(2)

Tabel 5.1

Karakteristik Subjek Penelitian Pada Dua Kelompok Perlakuan

Karakteristik n Kelompok I Kelompok II Rerata (cm) SB Rerata (cm) SB Umur (th) 10 16,80 0,42 16,60 0,51 Tinggi Badan (m) 10 1,62 1,56 1,61 1,37 Berat Badan (kg) 10 57,90 1,85 58,10 1,79 IMT (kg/m²) 10 21,99 0,80 22,16 0,72 Kebugaran Fisik (mnt) 10 11,00 0,66 10,90 0,73 Panjang Tungkai (cm) 10 87,80 1,68 88,40 1,71 Keterangan: n : Sampel SB : Simpangan Baku Th : Tahun Cm : Centi meter

Kg/m² : Kilogram per meter kuadrat Mnt : Menit

Kelompok I : Kelompok pelatihan double leg box bound 10 repetisi 3 set Kelompok II: Kelompok pelatihan squat jump 10 repetisi 3 set

Tabel 5.1 menunjukkan bahwa karakteristik subjek penelitian pada kedua kelompok antara umur, tinggi badan, berat badan, IMT kebugaran fisik dan panjang tungkai tidak menimbulkan efek yang berarti terhadap hasil penelitian karena kedua kelompok berada dalam kondisi yang sama.

(3)

5.2 Karakteristik Lingkungan Penelitian

Suhu udara lingkungan pelatihan terdiri dari suhu udara dalam satuan ºC, serta kelembaban relatif disesuaikan dengan Tabel psychometrik chart dalam satuan %. Hasil pengukuran suhu lingkungan penelitian selama pelatihan seperti pada Tabel 5.2 berikut:

Tabel 5.2

Hasil Pengukuran Suhu Lingkungan Penelitian Keadaan

Lingkungan Rerata Maksimum Minimum

Suhu (ºC) 26,86 31 23 Kelembaban (%) 77,08 92 65 Keterangan : ºC :Derajat Celcius % : Persen

Berdasarkan Tabel 5.2 bahwa suhu udara selama pelatihan reratanya 26,86 yaitu berkisar antara 23 °C – 31°C dan rerata kelembaban 77,08 % yaitu berkisar antara 65 % - 92 %. Dengan demikian kondisi lingkungan dianggap nyaman untuk pelaksanaan pelatihan.

5.3 Data Hasil Analisis Vertical Jump

5.3.1 Uji Normalitas Kedua Kelompok Perlakuan

Untuk mengetahui sebaran data terdistribusi normal atau tidak, maka dilakukan uji normalitas data dengan menggunakan Saphiro Wilk Test,. Data terdistribusi normal dengan nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 (p > 0,05)., Data dapat dilihat pada tabel 5.3.

(4)

Tabel 5.3

Hasil Uji Normalitas Vertical Jump Perlakuan Kelompok I dan Kelompok II

Variabel Kelompok I Kelompok II Rerata (cm) SB p Rerata (cm) SB p Sebelum Perlakuan 62,90 1,91 0,157 63,00 1,76 0,350 Sesudah perlakuan 74,50 1,95 0,14 68,70 1,88 0,275 Selisih 11,60 0,51 0,00 5,70 0,48 0,00 Keterangan:

Kelompok I : Kelompok pelatihan double leg box bound 10 repetisi 3 set. Kelompok II : Kelompok pelatihan squat jump 10 repetisi 3 set.

Hasil uji normalitas (Saphiro Wilk Test) menunjukan bahwa nilai p Kelompok-1 sebelum dan sesudah pelatihan tidak berbeda bermakna p > 0,05. Begitu pula nilai p Kelompok-2 sebelum dan sesudah pelatihan tidak berbeda bermakna p > 0,05. Dengan demikian ke dua kelompok perlakuan berdistribusi normal.

(5)

1.3.2 Uji Homogenitas Data

Tabel 5.4

Hasil Uji Homogenitas Vertical jump Kelompok I dan Kelompok II

Kelompok I Kelompok II f p Rerata ± SB (cm) Rerata ± SB (cm) Sebelum Pelatihan 62,90 ± 1,91 63,00 ± 1,76 0,071 0,793 Sesudah Pelatihan 74,50 ± 1,95 68,70 ± 1,88 0,009 0,927 Keterangan: SB : Simpangan Baku P : Nilai Probabilitas

F : Nilai Homogenitas Varians

Kelompok I : Kelompok pelatihan double leg box bound 10 repetisi 3 set Kelompok II: Kelompok pelatihan squat jump 10 repetisi 3 set

Uji homogenitas pada Tabel 5.4 menunjukkan bahwa data padapenelitian kedua kelompok perlakuan berdistribusi homogen karena nilai p > 0,05, selanjutnya data dapat diuji dengan menggunakan uji parametrik.

1.3.3 Uji Beda Rerata vertical jump Kedua Kelompok Perlakuan

Uji t-paired (paired-t test), untuk membandingkan nilai rata-rata vertical jumpsebelum dan sesudah dilakukan pelatihan pada kelompok berpasangan, dengan batas kemaknaan 0,05. Data dapat dilihat pada Tabel 5.5.1.

(6)

Tabel 5.5

Hasil Uji Data vertical jumpantara Sebelum dan Sesudah Pelatihan Pada Kelompok I dan Kelompok II menggunakan

uji t-paired Perlakuan Sebelum Perlakuan Sesudah Perlakuan Beda t p Rerata ( cm ) SB Rerata ( cm ) SB Kpk I 62,90 1,91 74,50 1,95 -1,16 -71,03 0,000 Kpk II 63,00 1,76 68,70 1,88 -5,70 -37,31 0,000 Keterangan: SB: Simpangan Baku p : Nilai Probabilitas

Kelompok I : Kelompok pelatihan double leg box bound 10 repetisi 3 set Kelompok II: Kelompok pelatihan squat jump 10 repetisi 3 set

Tabel 5.5.1 menunjukkan bahwa perbedaan rerata vertical jump antara kedua kelompok sebelum dan sesudah pelatihan memiliki nilai p < 0,05. Penelitian yang dilakukan oleh Bete (2014), menunjukan bahwa hasil uji beda antara Kelompok I dan Kelompok II sebelum dan sesudah perlakuan berbeda bermakna karena p < 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pelatihan double leg box bound 10 repetisi 3 set dan squat jump 10 repetisi 3 set terjadi peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa rerata data vertical jump sesudah pelatihan pada kedua kelompok berbeda bermakna atau signifikan.

(7)

5.3.4 Uji Rerata Vertical Jump dengan t-Test independent

Uji beda rerata vertical jumpdengan t-Test independent, untuk mengetahui perbedaan nilai rata-rata antar Kelompok I (pelatihan double leg box bound 10 repetisi 3 set) dengan Kelompok II (pelatihan squat jump 10 repetisi 3 set) sebelum

dan sesudah perlakuan, pada batas kemaknaan 0,05. Data dapat dilihat pada Tabel 5.5.2.

Tabel 5.6

Hasil Uji Data vertical jump(cm) Antar Kelompok I dengan Kelompok II sebelum dan sesudah Pelatihan menggunakan uji t-test independen

Perlakuan Kelompok I Rerata ± SB (cm) Kelompok II Rerata ± SB (cm) t p Sebelum Perlakuan 62,9000 ± 1,91195 63,0000 ± 1,76383 -0,122 0,905 Sesudah Perlakuan 74,5000 ± 1,95789 68,7000 ± 1,88856 6,742 0,000 Selisih 11,6000 ±0,51640 5,7000 ± 0,48305 26,386 0,000 Keterangan: SB: Simpangan Baku p : Nilai Probabilitas

Kelompok I : Kelompok pelatihan double leg box bound 10 repetisi 3 set Kelompok II: Kelompok pelatihan squat jump 10 repetisi 3 set

(8)

Tabel 5.5.2 menunjukkan bahwa beda rerata vertical jump sebelum perlakuan antara Kelompok I sebesar 62,900 ± 1,91195 dan Kelompok II sebesar 63,000 ± 1,76383. Analisis kemaknaan dengan ujit-independent menunjukkan nilai t = -0,122 dan nilai p = 0,905. Hal ini berarti bahwa antara Kelompok I dan Kelompok II sebelum diberi perlakuan tidak berbeda bermakna karena kedua kelompok perlakuan memiliki nilai p > 0.05.

Pada beda rerata vertical jump sesudah perlakuan antara Kelompok I sebesar (74,500 ± 1,95789) cm dan Kelompok II sebesar (68,700 ± 1,88856)cm. Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan nilai t = 6,742 dan nilai p = 0,000. Hal ini berarti bahwa antara Kelompok I dan Kelompok II setelah perlakuan nilai p < 0,05. Dengan demikian kedua kelompok sesudah perlakuan selama 6 minggu, Kelompok I lebih meningkatkan vertical jump dari pada Kelompok II.

Tabel 5.7

Persentase Peningkatan Vertical jump antara Sebelum dan Sesudah Pelatihan pada Kelompok I double leg box bound dengan Kelompok II Squat Jump.

Hasil Analisis Kelompok I Double leg box bound

Kelompok II Squat Jump Sebelum Pelatihan Rerata (cm) 62,900 63,000 Sesudah Pelatihan Rerata (cm) 74,500 68,700 Peningkatan Rerata (cm) 11,6000 5,7000 Persentase (%) 18,44 % 9,04 %

(9)

Berdasarkan data persentase rerata peningkatan Vertical Jump pada tabel 5.5.3 menunjukkan bahwa persentase peningkatan rerata vertical jumpsebelum dan sesudah pelatihan pada Kelompok I (double leg box bound) sebesar 62,900 – 74,500 dengan peningkatan 11,6000 sehingga rerata peningkatan vertical jump sesudah pelatihan selama 6 minggu pada Kelompok I (pelatihan double leg box bound 10 repetisi 3 set) memberi efek lebih baik dengan persentase peningkatan 18,44 %.Sedangkan Kelompok II (pelatihan Squat Jump 10 repetisi 3 set) rerata peningkatan sebelum dan sesudah pelatihan sebesar 63,00 – 68,700 terjadi penigkatan 5,7000 dengan persentase 9,04 %.

Pelatihan pada Kelompok I (double leg box bound 10 repetisi 3 set) dan Kelompok II (Squat Jump 10 repetisi 3 set) dengan frekuensi latihan 3 kali seminggu selama 6 bulan sama-sama meningkatkan vertical jump. Namun setelah perlakuan pelatihan selama 6 minggu berdasarkan hasil test pada table 5.5.3 menunjukkan bahwa pelatihan double leg box bound pada Kelompok I lebih meningkatkan vertical jump dari pada pelatihan Squat Jump Kelompok II pada atlet bola voli SMA Negeri 1 Kupang Timur.

(10)

5.4 Karakteristik subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah 20 orang siswa kelas X SMAN 1 Kupang Timur. Subjek ini dipilih secara acak sederhana dari populasi seluruh siswa kelas X seluruhnya 120 orang. Kedua kelompok perlakuan diberikan latihan 3 kali seminggu pada hari yang berbeda yakni Kelompok I hari senin, rabu, jumat dan Kelompok II hari selasa, kamis, sabtu selama 6 minggu. Pelaksanaan latihan dimulai pada jam dan tempat yang sama yaknipukul 15.30 – 17.00 Wita di halaman SMAN 1 Kupang Timur.

Karakteristik subjek penelitian yang meliputi: umur, berat badan, tinggi badan, panjang tungkai dan kebugaran fisik pada kelompok pelatihan double leg box bound10 repetisi 3 set dan squat jump 10 repetisi 3 set menunjukan uji homogenitas kedua kelompok pelatihan (p > 0,05). Hal ini menunjukan bahwa kondisi subjek penelitian berada dalam kondisi yang sama, sehingga variabel umur, tinggi badan dan berat badan tidak menimbulkan efek yang berarti terhadap hasil penelitian ini, Bawiling dkk, (2014).

5.4.1 Hasil Uji t-paired (paired-t test), pada kedua kelompok sebelum dan sesudah dilakukan pelatihan

Hasil peningkatan rerata vertical jump pada Kelompok I ( pelatihan double leg box bound 10 repetisi 3 set) dan Kelompok II (pelatihan squat jump 10 repetisi 3 set) yang bermakna merupakan efek pelatihan 3 kali seminggu selama 6 minggu. Nala (2011), mempertegas lagi bahwa pelatihan yang diberikan untuk pemula dalam jangka waktu 6-8 minggu dengan frekuensi 3-4 kali seminggu akan memperoleh hasil yang konstan, dimana tubuh dapat

(11)

teradaptasi dengan pelatihan dan akan menghasilkan peningkatan yang berarti. Selanjutnya menurut Satriya, dkk (2007), dengan melakukan pelatihan secara intensif 6-8 minggu akan meningkatkan daya ledak otot tungkai dan daya tahan.

Pelatihan ini menggunakan sistem energi anaerobik karena rentang waktu pelaksanaan pelatihan antara 0-2 menit. Metabolismen energi dominan anaerobik akan menghasilkan produk berupa asam laktat yang apabila terakumulasi dapat menghambat kontraksi otot sehingga menimbulkan gerakan yang bertenaga tetapi tidak dapat dilakukan secara kontinu dalam waktu yang panjang maka harus diselingi dengan interval istirahat (Irawan, 2007). Penggunaan energi anaerobik pelatihan ini dalam jumlah yang besar dan waktu yang singkat dengan gerakan-gerakan yang eksplosif (Nala, 2011).

Fokus dalam pelatihan double leg box bound 10 repetisi 3 set dan squat jump 10 repetisi 3 set adalah daya ledak dan daya tahan. Daya ledak merupakan kemampuan seorang atlet untuk mengatasi tahanan dengan suatu kecepatan kontraksi tinggi. Daya ledak yang digunakan yaitu daya ledak eksplosif (explosive power), dan daya tahan (endurance power). Dalam kepentingan olahraga daya ledak yang dimaksud adalah daya ledak eksplosif yaitu daya ledak anaerobik dan daya tahan aerobik (Nala, 2002).

Program pelatihan untuk meningkatkan kinerja atlet membutuhkan pengetahuan tentang prinsip sistem energi yang dipergunakan selama berolahraga. Secara garis besar sistem memproduksi energi ini dapat dibagi atas dua buah yakni 1) sistem energi cepat atau sistem metabolisme anaerobik; dan 2)

(12)

sistem energi lambat atau metabolisme aerobik. Sistem energi anaerobik ini merupakan suatu rentetan reaksi kimia yang tidak membutuhkan oksigen. Sedangkan sistem energi aerobik, merupakan rangkaian reaksi kimia yang memerlukan oksigen (Pardjiono, 2008).

Sistem metabolismen anaerobik, energinya berasal dari adenosin tri fosfat – kreatin posfat (ATP – KP) dan asam laktat (AL). Sistem anaerobik ATP-KP sering disebut dengan sistem phospagen dan sistem AL disebut sistem glikolisis anaerobik. Dalam dunia olahraga kebanyakan aktivitas atlet mempergunakan kedua sistem ini, baik aerobik 100% (ATP-KP = 80% dan 20% AL). Pada cabang olahraga sepak bola, bola voli, basket bulu tangkis dan olahraga lainnya mempergunakan sistem energi anaerobik dan aerobik . Perbandingan ada yang sama, 50% aerobik dan 50% anaerobik, tetapi kebanyakan tidak sama (Nala, 2011).

Permainan bola voli sangat membutuhkan daya tahan kardiovaskular, oleh karena itu dengan melakukan pelatihan double leg box bound 10 repetisi 3 set dan pelatihan squat jump 10 repetisi 3 set, 3 kali seminggu selama 6 minggu dapat meningkatkan daya tahan kardiovaskular (Nala, 2002).

Di dalam tubuh manusia terdapat dua macam otot yakni jenis otot cepat dan otot lambat. 1) Otot cepat (fast twitch fibers, otot putih) di dalam tubuh relatif terdapat sejumlah kecil mitokondria. Mitokondria berfungsi sebagai pemasok tenaga (aerobik) untuk kontraksi sel otot. Karena terbatasnya jumlah mitokondria yang dimiliki, mengakibatkan sel otot cepat ini mempunyai

(13)

keterbatasan dalam melakukan metabolisme aerobik, yakni aktivitas yang berlangsung lama, serta amat peka terhadap kelelahan (cepat lelah). Tetapi sel otot ini kaya akan simpanan glikogen dan enzim glikolitik, sehingga memiliki kemampuan yang tinggi untuk melakukan gerakan anaerobik (Guyton dan Hall, 2007).

Sedangkan 2) Otot lambat (slow twitch fibers, otot mereh). Sel otot ini kaya akan mitokondria, enzim mitokondria dan dikelilingi oleh banyak pembuluh darah kapiler, serta kaya pula akan pigmen mioglobin merah, sehingga otot ini disebut otot merah. Mioglobin ini hampir sama dengan haemoglobin dalam darah untuk mengikat oksigen. Itulah sebabnya otot ini memiliki kemampuan yang tinggi untuk melakukan metabolisme aerobik, dimana tenaga gerakan diperoleh dari metabolisme yang mempergunakan oksigen luar untuk membakar glikogen otot, sehingga mampu bergerak dalam jangka w aktu yang lama (Guyton dan Hall, 2007).

Semua hipertropi otot akibat dari suatu peningkatan jumlah filamen aktin dan miosin dalam setiap serabut otot, menyebabkan pembesaran masing -masing serabut otot (Pardjiono, 2008).Makin banyak pelatihan yang dilakukan maka makin banyak pula pembesaran fibril otot itulah yang menyebabkan adanya peningkatan kekuatan otot (Sudarsono, 2011). Dengan melakukan pelatihan double leg box bound 10 repetisi 3 set dan squat jump 10 repetisi 3 set, 3 kali seminggu selama 6 minggu dapat menyebabkan pembesaran serabut otot yang dapat meningkatkan kekuatan otot yang berpengaruh terhadap vertical jump atlet

(14)

bola voli, karena bola voli membutuhkan daya tahan otot yang lebih lama(Rogers, 2009).

Dalam prinsip pelatihan beban memerlukan manipulasi dari intensitas (beban), frekuensi dan durasi (jumlah repetisi, set dan periode istirahat). Diantara ketiga variabel tersebut, intensitas memberikan efek yang paling besar dari hasil program pelatihan beban (Plowman dan Smith, 2008).Rangsangan pelatihan yang optimum untuk membangun daya ledak adalah pel atihan dengan intensitas tinggi dan repetisi yang cepat (Lawrensen, 2008).

Tipe pelatihan double leg boxbound bermakna dalam meningkatkan vertical jump.Pelatihan otot-otot anggota gerak bawah bertujuan untuk mengembangkan kecepatan dan daya ledak anggota gerak bawah yang sangat diperlukan oleh seorang atlet untuk memperbaiki penampilannya. Pada otot yang dilatih dengan pelatihan anaerobic, akan terjadi peningkatan pada serabut otot tipe cepat sehingga mempengaruhi peningkatan daya ledak ototnya(Guyton dan Hall, 2007).Pelatihan vertical jump dilakukan dari posisi berdiri tegak langsung ke sikap jongkok dengan sudut 900 antara tungkai atas dan tungkai bawah terus menolak ke atas bertumpu pada kedua kaki secara bersamaan dan salah satu tangan menyentuh batas ketinggian. Saat melakukan gerakan jongkok tersebut terjadi peregangan otot. Pada otot yang diregangkan secara tiba -tiba dan cepat akan ada sinyal kuat menjalar pada otot tersebut. Peregangan yang terjadi akan memacu aktivitas saraf sensoris dan motoris atau mendorong terjadinya kontraksi otot, sehingga energi pelatihan dalam waktu singkat akan menghasilkan gerakan-gerakan yang eksplosif (Sharkey, 2011).

(15)

5.4.2 Hasil Uji t-testindependent sebelum dan sesudah pelatihan antar Kelompok perlakuan Idengan Kelompok perlakukan II

Berdasarkan hasil uji t-Test independent (Tabel 5.5.2) menunjukkan bahwa kedua kelompok sebelum melakukan pelatihan tidak berbeda karena nilai (p > 0,05). Hasil uji t-independent terhadap kedua kelompok menunjukkan ada perbedaan vertical jumpantara Kelompok I dan Kelompok II karena nilai (p < 0,05).Pelatihan double leg box bound dan squat jump bertujuan untuk melatih kekuatan daya ledak otot tungkai khususnya otot quadriceps dan otot hamstring dalam meningkatkan kemampuan vertical jump. Daya ledak adalah kemampuan otot untuk menggerakan kekuatan maksimal dalam waktu yang cepat ( Nala, 2002).

Mengacu pada batas kemaknaan (p < 0,05) yang artinya berbeda bermakna, maka dapat disimpulkan bahwa pelatihan double leg box bound lebih baik meningkatkan vertical jumpdari pada pelatihan squat jump.Peningkatan vertical jump tergantung besar kecilnya daya ledak yang dihasilkan oleh otot tungkai sebagai kekuatan eksplosif yang dominan terhadap kontraksi otot cepat dan kuat. Pengembangan kemampuan otot-otot tungkai dalam gerakan yang bersifat meledak atau eksplosif power meningkatkan hasil loncatan yang tinggi (Nala, 2002), seperti pelatihan double leg box bound pada Kelompok I.

Terjadinya peningkatan pada Kelompok I latihan double leg box bound dengan melakukan loncat secara berulang-ulang diatasrintangan box 10 repetisi 3 set akan mengembangkan serabut otot tipe cepat yang merupakan salah satu komponen pendukung daya ledak otot tungkai yaitu kecepatan gerakan anarobik

(16)

dan kekuatan daya tahan aerobik (Nala, 2011). Pelatihan double leg box bound dimulai dengan tumpuan kaki yang kuat untuk meloncat ke atas box atau kotak, dibantu dengan ayunan lengan kemudian meloncat lagi ke atas sejauh mungkin dan mendarat ke tanah. Pelatihan ini dianggap lebih efektif karena mengembangkan daya ledak otot tungkai khususnya gluteals, hamstrings, quadriceps, dan gastrocnemius (Furqun & Doewes, 2002). Hasil penelitian ini bila dibandingkan dengan penelitian lain yang pelatihannya meloncat diatas box dengan pelatihan meloncat di tempat menggunakan repetisi dan set yang sama, maka pelatihan meloncat di atas box hasilnya akan lebih baik(Furqun & Doewes, 2002).

5.4.3 Pembanding Penelitian sebelumnya

1. Dewi Rosella Komala Sari, (2008) meneliti tentang :

Pengaruh Latihan Plyometrics “Depth Jump” Terhadap Peningkatan Vertical Jump pada atlet bola voli putri Yunior Klub Vita Surakarta. Pelatihan dilakukan 3 set, 8 repetisi dengan waktu istirahat antar set 1 -2 menit. Hasilnya diukur dengan menggunakan uji hipotesis t – test paried, dengan nilai t hitung – 7,344 dan p = 0,000.

2. Rizang Kalfi, (2013) meneliti tentang :

Pengaruh Latihan Plyometrics Hurdle Hopping dan Depth Jump terhadap peningkatan Vertical Jump atlet bola voli Klub Jib Kids Bantul.

Sampel yang diambil dari hasil total sampling berjumlah 24 atlet.Instrumen yang digunakan adalah tes vertical jump.Analisis data menggunakan uji t dan persentase. Hasil pengujian menunjukkan ada perbedaan yang signifikan

(17)

pada kelompok eksperimen plyometric hurdlehopping, t hitung = 9.574 > t tabel = 2.20 dan nilai signifikan p sebesar 0.000 < 0.05, kenaikan persentase sebesar 6.284%. Ada perbedaan yang signifikan pada kelompok eksperimen plyometric depth jump, dengan t hitung = 3.350 < t tabel = 2.20 dan nilai signifikansi p 0.006 < 0.05, kenaikan persentase sebesar 2.805%. Latihan plyometrichurdle hopping lebih efektif daripada latihan plyometricdepth jumps terhadap peningkatan vertical jump atlet bola voli klub JIB Kids Bantul. Selisih postest sebesar 2.33 cm.

5.4.4 Kelemahan Penelitian

Sulit untuk mengontrol atau mengendalikan motivasi dan psikis subjek baik selama pelatihan maupun diluar pelatihan. Hal ini akan berpegaruh terhadap beban latihan dan kesegaran jasmani selanjutnya juga akan berpengaruh terh adap hasil penelitian. Untuk mengantisipasi hal tersebut subjek selalu dimotivasi dengan cara memberikan hadiah pada mereka apabila melakukan pelatihan dengan disiplin dan sesuai dengan jadwal pelatihan dan mendapat nilai tambahan dalam pelajaran pendidikan jasmani karena peneliti merupakan guru pendidikan jasmani subjek penelitian. Selain itu diberikan konsumsi selama latihan dan insentif pada akhir pelatihan serta dijelaskan pentingnya hasil penelitian apabila dilaksanakan dengan baik disiplin dan sungguh-sungguh.

(18)

BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada siswa putra SMA Negeri I Kupang Timur maka dapat disimpulkan penelitian sebagai berikut : 1. Pelatihan double leg box bound meningkatkan kemampuan vertical jump atlet

bola voli dari 62,900 cm menjadi 74,500 cm.

2. Pelatihan squat jump meningkatkan kemampuan vertical jump atlet bola voli dari 63,000 cm menjadi 68,700 cm.

3. Pelatihan double leg box bound lebih meningkatkan vertical jump daripada pelatihan squat jumpatlet bola voli dengan selisih peningkatan sebesar 11,6000 cm pada Kelompok I dan 5,7000 cm pada Kelompok II.

6.2 Saran

1. Kepada pembina pelatih dan guru olahraga serta atlet bola voli menggunakan pelatihan double leg box bound karena lebih baik untuk meningkatkan vertical jump.

2. Bagi peneliti, penelitian ini sebagai masukan untuk melakukan penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan meningkatkan vertical jump atlet bola voli dengan repetisi dan set yang sama.

57

(19)

DAFTAR PUSTAKA

Aan, S. 2010. Pendidikan Jasmani Olahraga Dan Kesehatan. Jakarta: CV Setiaji Adi,W.2008. Atletik Lari-Lompat-Lempar.11.Jogyakarta: Pustaka Insan.

Ananto, P. 2000. Kesegaran Jasmani dan Kesehatan Mental.Jakarta: Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia.

Annarino, A.A. Cowell,C,C. And Hazelton,H.W. 1976. Curriculum theory and Design in Physical Education. London:CV Mosby Company

Anne, A. 2010. Mengenal Cabang Atletik Lompat Jauh.[Cited 2011 jan 5].Available from: http/www.anneahira.com/Atletik Lompat Jauh.htm. Anonim ,2005.Panduan penetapan parameter test pada Pusat Pendidikan dan

pelatihan Pelajar dan Sekolah Khusus Olahragawan.Jakarta: Deputi Bidang Penigkatan Prestasi dan IPTEK Olahraga Kementrian Negara Pemuda dan Olahraga UNUD Denpasar.

Anonim, 2008. Melatih Bola Voli Remaja.Yogyakarta: PT Citra Aji Parama.Kementrian Negara Pemuda dan Olahraga.

Astrand, P.O., Rodahl, K. 2003. Text Book of Work Physiology. New York: Mc. Graw Hill Book Company.

Baley, J.A. 1990.Pedoman Atlet, Teknik Peingkatan Ketangkasan & Stamina. Semarang: Dahara Prize.

Bawiling, N.S., Adiputra, N., Tirtayasa, K. 2014.Pelatihan Senam Ayo Bergerak, Senam Bugar Indonesialebih Meningkatkan Kebugaran Fisik Daripada Senam Ayo Bersatu Pada Wanita Anggota Klub Senam Lala Studio Denpasar. ISSN: Sport and Fitness Journal Volume 2, No. 1 : 150 – 161.

Bawono, M.N. 2008.Adaptasi latihan aerobic terhadap stress oksidatif dan antioksidan. Jurnal Ilmu Keolahragaan. 5(2): 102-110.

Berger, R. A. 1982. Applied Exercise Physiolgy. Philadelphia: Saunders Collage. Bete, D.E.M.T., 2014. Pelatihan Lari Aerobik 400 Meter Tiga Repetisi Dua Set dan Dua Repetisi Tiga Set Selama 6 Minggu Sama-Sama Meningkatkan

55

(20)

Kecepatan Jalan Cepat 3000 Meter Siswa Kelas VII SMPN 11 Denpasar.Denpasar: Program Pascasarjana Universitas Udayana

Bompa, T.O., Harf, G.G. 2009.Periodization Training for Sports: Theory and Methodelogy of Training. Fifth Edition.United State of America: Human Kinetics.

Cahhyani, N.S. 2006. Pengaruh Latihan Terhadap Kerja Otot. Jakarta: Departemen Ilmu Faal Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Djalal, R. 2010. Ilmu Otot Umum. %29.pdf. available

fromhttp://ikdu.fk.ui.ac.id/ILMU%20OTOT%20UMUM%28rev. Accessed, 9 februari 2015.

Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan UPI.

Fox, E.L. 1993. Sport physiology. 2th Edition, Philadelphia: Saunders College Publishe

Fox, E. L. Richard, B.W. dan Merie, L.F. 1988. The Physiological Basic of Physical Education and Athletics, 5th Edition. Philadhelphia: Sounders Collage Publishing

Furqon H,M dan Muchsin, D. 2002. Pliometrik : untuk meningkatkan Power. Surakarta: Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maretrs.

Guyton, A.C., Hall, J.E. 2007. Fisiologi Kedokteran (terjemahan). Jakarta: PenerbitBuku Kedokteran EGC.

Hairy, J. 2005.Fisiologi Olahraga. Jakarta: Dirjendikti

Harsono. Coaching dan Aspek-Aspek Psikologi Dalam Olahraga. Depdikbud Dirjen Dikti. Proyek Pengembangan LPTK Jakarta.1988. http://Ptjournal.apta.org/content/suppl/2006/12/04/ptj.20040208.DCI. html Accessed, 5/03/2013. Indonesia Daerah Bali.

Irawan. A.2007. Metabolisme Energi Tubuh dan Olahraga. [cited 2011 Juni 21]. Jhonson P.& Nelson M. 1986. Practical Measurement for Evaluation in physical

Education. Minneapolis-Minnesota: Beergers Publishing Company. Komi,P.V.1992. Strength and Power in Sport. Victoria:Blackwell Scientific

Publicationg

Lawrensen, D. 2008. The Super Toning Trainning Routine. [cited: 2011 Juni 15].Available from http://www.muscleanstrength.com.

(21)

Manuaba, 2004.Pendekatan Ilmiah dalam Olahraga, Denpasar: Yayasan Ilmu Faal Widhaya Laksana,

Nala, N. 2002. Prinsip Pelatihan Fisik Olahraga. Dempasar: Komite Olahrga Nasional

Nala, N. 2011. Prinsip Pelatihan Fisik Olahraga. Denpasar: Udayana University Press.

Nurhasan A. 2001. Test dan Pengukuran Olahraga.Jakarta:Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan .Universitas terbuka

Nurhuda R.2010. .AREMA Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Jakarta PT.Sinergi Pustaka Indonesia

Nuril A. (2007). Panduan Olahraga Bola Voli. Solo: Era Pustaka Utama.

Pardjiono, 2008.Hipertropi otot skelet pada olahraga.Jurnal ilmu keolahragaan.5(2):111-119

Pate, R.C., R. Rottela. 1984. Scientific Fondation of Couching. Philadelphia: Sounders Company Publishing.

Pinto, D.S. 2014. Wasit BPVSI Kupang. Kupang: Nusa Tenggara Timur.

Plowman, S.A.Smith D.L. 2008. Exercise Physiology for Health, Fitness and Performance. 2nd Edition. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.

Pocock, S.J. 2008. Clinical Trial Practical Approach. New York: A. Willey Medical Publication

Puspa, L. 2009. Hubungan Fisiologi Dengan Prestasi Olahraga. ISSN: 1979-5408, Vol. 2 No.2

Rogers, P. 2009. Basic Strength and Muscle Weight Training Program. Available from: http//weightraining.about.com. (Accedssed: 2010, March 3th

Sadoso, S.S. 1988. Petunjuk Praktis Kesehatan Olahraga. Jakarta: PT Pustaka Karya Grafika Utama

Sajoto, M. 2002. Peningkatan dan Pembinaan Kekuatan Kondisi Fisik Semarang: Effhar dan Dahara Prize

(22)

Sharkye, J.B. 2011. Kebugaran dan Kesehatan.Raja Grafindo Persada Jakarta Stephens, J. And Davidson,J and DeRoosa,J. and Kriz,M. And Saltzman,N.

2006. Lengthening the hamstring Muscles Without Stretching Using “Awareness Through

Sudarsono, S. 2011.Penyusunan Program Pelatihan Berbeban untuk Meningkatkan kekuatan. Jurnal Ilmiah SPIRIT, ISSN: 1411-8319 No 3

Sudaryanto, 2009. Perbedaan pengaruh Quadriceps terhadap peningkatan daya ledak avaelable from :htt://ikafisioterafimks.org/index.accessed, 9 februari 2015.

Suharno, H.P. 1993. Rencana Program Latihan.Direktorat Keolahragaan Ditjen Diklusepora. Jakarta.

Sujarwo S. (2009) Volly Ball For All. Diterbitkan oleh Fakultas Ilmu Keolahragaan .Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Sujarwo S.2009. Pedoman Antroponetri dan Kapasitas Fisik Olahragawan. Kementrian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia. Movement”,Dikutif15/03/2013dari available from

Syarifuddin. 2006. Pendidikan dan Kesehatan, Jakarta: CV. Baru

Triangto, M. 2005. Jalan Sehat dengan Sports Therapy.Jakarta : Intisari. Vol.01.N0.07. Sports Science Brief. Available from.www.pssplab.com Yoda, I K. 2006.Buku Ajar Peningkatan Kondisi Fisik.(Tidak diterbitkan).

Singaraja: IKIP Negeri Singaraja

(23)
(24)
(25)

LAMPIRAN : 3 JADWAL PENELITIAN Bulan Maret 2015

Bulan April 2015

Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Keterangan :

: Tes Awal dan Tes Akhir vertical jump

: Pelatihan double leg box bound10 Repetisi 3 Set : pelatihan squat jump 10 repetisi 3 set

Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31

(26)

LAMPIRAN 4

DAFTAR NAMA SUBJEK No

Subjek

Pelatihan Double leg Box Bound 10

repetisi 3 set No Subjek Pelatihan Squat Jump 10 repetisi 3 set 1 EMH 1 DP 2 ABL 2 JL 3 MLB 3 GO 4 MM 4 SN 5 AS 5 VMP 6 RS 6 YT 7 ST 7 MP 8 AT 8 HT 9 MN 9 TK 10 TL 10 RNS

(27)

No Kelompok - 1 Kelompok - 2 Umur (Thn) IMT TB (cm) BB (kg) PT (cm) KJ (mnt) Umur (Thn) IMT TB (cm) BB (kg) PT (cm) KJ (mnt) 1 17 20,8 164 56 90 11,34 16 22,2 163 59 89 11,41 2 17 22,9 162 60 89 11,04 16 22,3 164 60 90 11,33 3 17 21,0 162 55 85 10,57 17 21,1 163 56 89 10,56 4 16 23,0 160 59 87 10,53 17 22,1 162 58 88 11,25 5 17 22,3 164 60 90 12,02 16 23,1 161 60 90 11,34 6 17 21,1 163 56 86 11,41 17 21,7 162 57 88 11,04 7 17 22,7 160 58 87 11,24 17 22,2 163 59 86 10,57 8 17 22,3 164 60 89 11,20 16 23,4 160 60 85 10,53 9 16 22,0 161 57 88 12,09 17 21,2 161 55 89 12,03 10 17 21,8 163 58 87 11,15 17 22,3 160 57 90 12,06

(28)

LAMPIRAN :5 KARAKTERISTIK UMUR, TINGGI BADAN, BERAT BADAN, PANJANG TUNGKAI, WAKTU TEMPUH LARI 2,4 KM SUBJEK SEBELUM PERLAKUAN

Uji Karakteristik Kelompok I

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean

Std. Deviation Umur 10 16,00 17,00 16,8000 .42164 TB 10 160.00 164.00 1.6230E2 1,56702 BB 10 55,00 60,00 57,9000 1,85293 IMT 10 20,80 23,00 21,9900 .80062 KJ 10 10,00 12,00 11,0000 .66667 PT 10 85,00 90,00 87,8000 1,68655

Uji Karakteristik Kelompok II

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean

Std. Deviation Umur 10 16,00 17,00 16,6000 .51640 TB 10 160,00 164,00 1,6190E2 1,37032 BB 10 55,00 60,00 58,1000 1,79196 IMT 10 21,10 23,40 22,1600 .72449 KJ 10 10,00 12,00 10,9000 .73786 PT 10 85,00 90,00 88,4000 1,71270

(29)

LAMPIRAN : 6 Karakteristik Lingkungan

No Hari / Tanggal Suhu

(0C) Kelembaban (%) 1 Senin, 09 – 0 3- 2015 26 77 2 Selasa, 10-03-2015 24 78 3 Rabu, 11-03-2015 27 77 4 Kamis, 12-03-2015 28 79 5 Jumat, 13-03-2015 28 83 6 Sabtu, 14-03-2015 23 86 7 Senin, 16-03-2015 24 65 8 Selasa, 17-03-2015 29 67 9 Rabu, 18-03-2015 28 90 10 Kamis, 19-03-2015 30 89 11 Jumat, 20-03-2015 29 92 12 Sabtu, 21-03-2015 25 71 13 Senin, 23-03-2015 23 73 14 Selasa, 24-03-2015 28 69 15 Rabu, 25-03-2015 28 65 16 Kamis, 26-03-2015 29 65 17 Jumat, 27-03-2015 28 77 18 Sabtu, 28-03-2015 31 78 19 Senin, 30-03-2015 30 77 20 Selasa, 31-03-2015 26 79 21 Rabu, 01-04-2015 24 83 22 Kamis, 02-04-2015 27 86 23 Jumat, 03-04-2015 28 65 24 Sabtu, 04-04-2015 28 67 25 Senin, 06-04-2015 23 90 26 Selasa, 07-04-2015 24 89 27 Rabu, 08-04-2015 29 92 28 Kamis, 09-04-2015 28 71 29 Jumat, 10-04-2015 30 73 30 Sabtu, 11-04-2015 29 69 31 Senin, 13-04-2015 25 65 32 Selasa, 14-04-2015 23 67 33 Rabu, 15-04-2015 28 89 34 Kamis, 16-04-2015 26 88 35 Jumat, 17-04-2015 27 73 36 Sabtu, 18-04-2015 24 71 Rerata 26.86 77.08

(30)

LAMPIRAN : 7

DATA HASIL LONCAT TEGAK PRE TEST DAN POST TEST

Subjek Kelom pok-1 Pelatihan double leg box bound 10 repetisi 3 set selisih Subjek kelomp ok- 2 Pelatihan squat jump 10 repetisi 3 set Selisih

Pre test Pos

test Pre test

Pos test 1 60 72 12 1 64 70 6 2 65 77 12 2 62 67 5 3 63 74 11 3 62 68 6 4 65 77 12 4 65 70 5 5 60 72 12 5 63 69 6 6 64 75 11 6 65 71 6 7 62 74 12 7 63 69 6 8 62 73 11 8 65 71 6 9 65 77 12 9 60 66 6 10 63 74 11 10 61 66 5

(31)

LAMPIRAN : 8

HASIL UJI STATISTIK DENGAN SPSS Uji Normalitas

Uji Homogenitas

Uji T-Paired Kelompok I

Paired Samples Statistics

Mean N

Std.

Deviation Std. Error Mean Pair 1 Free_K1 62.9000 10 1.91195 .60461 Post_K1 74.5000 10 1.95789 .61914 Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig . Statistic df Sig. free_K1 .164 10 .200* .887 10 .157 post_k1 .201 10 .200* .875 10 .114 free_k2 .172 10 .200* .919 10 .350 post_k2 .163 10 .200* .909 10 .275 Kelompok I Kelompok II F p Rerata ± SB Rerata ± SB Sebelum Pelatihan 62.9000 ± 1.91195 63.0000 ± 1.76383 0,071 0,793 Sesudah Pelatihan 74.5000 ± 1.95789 68.7000 ± 1.88856 0,009 0,927

(32)

Paired Samples Test Paired Differences t df Sig. (2-tailed ) Mean Std. Devia tion Std. Error Mean 95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper Pair 1 Free_K1 - Post_K1 -1.16000E1 .5164 0 .1633 0 -11.96941 -11.23059 -71.035 9 .000

Uji T-Paired Kelompok II

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean Pair 1 Free_K2 63.0000 10 1.76383 .55777 Post_K2 68.7000 10 1.88856 .59722

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig. Pair 1 Free_K2 &

Post_K2 10 .967 .000

UJI SELISIH KE DUA KELOMPOK Group Statistics Kelompok N Mean Std. Deviation Std. Error Mean selisih 1 10 11.6000 .51640 .16330 2 10 5.7000 .48305 .15275

(33)

Paired Samples Test Paired Differences t df Sig. (2-tailed) Mean Std. Deviati on Std. Error Mean 95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper Pair 1 Free_K2 - Post_K2 -5.70000 .48305 .1527 5 -6.04555 -5.35445 -37.315 9 .000

Independent Samples Test Levene's

Test for Equality

of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df Sig. (2-taile d) Mean Differen ce Std. Error Differe nce 95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper selisih Equal variances assumed .750 .398 26.386 18 .000 5.90000 .22361 5.43022 6.36978 Equal variances not assumed 26.386 17.920 .000 5.90000 .22361 5.43007 6.36993

(34)

LAMPIRAN : 9

DOKUMEN PELAKSANAAN PENELITIAN

Tes Awal dan Tes Akhir Kedua Kelompok Perlakuan (Vertical Jump)

(35)
(36)
(37)
(38)

Pelatihan Double Leg Box Bound (Kelompok I)

(39)

Tes Kebugaran Jasmani (lari 2,4 km)

Pengarahan Sebelum Pelatihan

Gambar

Tabel  5.5.2 menunjukkan bahwa beda rerata  vertical jump  sebelum perlakuan  antara  Kelompok  I  sebesar  62,900  ±  1,91195    dan  Kelompok  II  sebesar  63,000  ±  1,76383

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, pemerintah memberikan solusi dengan meluncurkan suatu program yang dinamakan Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan

a. berupaya melaksanakan tugas sesuai dengan harapan masyarakat dan kebutuhan pengguna, yaitu memberikan layanan peminjaman dan pengembalian koleksi. berupaya

Dari Tabel tersebut didapatkan bahwa pada sektor peternakan kota Surabaya menyumbang 86.922,28 ton CO 2 eq pada tahun 2015, dapat terlihat bahwa kecamatan yang

Sumber emisi pertanian berasal dari emisi CO2 penggunaan pupuk urea bagi tanaman pangan seperti sawah, CH4 dari dekomposisi bahan organik, biomassa diabaikan karena

Orang tua mahasiswi yang mempunyai tingkat pendidikan tinggi, dan mempunyai pekerjaan yang baik serta pendapatannya tinggi, maka perilaku konsumsi mahasiswa

Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Tarbiyah, Fakultas Agama Islam, Universitas Muhammadiyah Malang yang telah mendidik, membimbing dan dengan senang hati memberikan pelajaran

“ core values lainnya adalah kesetaraan, saya dari lubuk hati paling dalam, kita semua ini anak Tuhan jadi di Tempo ada kebebasan memeluk agama, mengekspresikan

Sumber : Data Primer 2011 Fase acceptance pasti dilalui oleh pasien yang menjadi responden karena pada pasien ini telah dilakukan terapi oleh dokter, baik