• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN USIA DAN MASA KERJA DENGAN POSISI PERGELANGAN TANGAN TERHADAP KEJADIAN CARPAL TUNNEL SYNDROME PADA SUPIR BAJAJ di JAKARTA BARAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN USIA DAN MASA KERJA DENGAN POSISI PERGELANGAN TANGAN TERHADAP KEJADIAN CARPAL TUNNEL SYNDROME PADA SUPIR BAJAJ di JAKARTA BARAT"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN USIA DAN MASA KERJA DENGAN POSISI

PERGELANGAN TANGAN TERHADAP KEJADIAN CARPAL

TUNNEL SYNDROME PADA SUPIR BAJAJ di JAKARTA

BARAT

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi Strata Satu (S1) pada Prodi Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah

Jakarta

Oleh:

Nama : M. Firsan Ilyas

NPM : 2012730137

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN

FAKULTA KEDOKTERAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

(2)

HUBUNGAN USIA DAN MASA KERJA DENGAN POSISI

PERGELANGAN TANGAN TERHADAP KEJADIAN CARPAL

TUNNEL SYNDROME PADA SUPIR BAJAJ di JAKARTA

BARAT

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi Strata Satu (S1) pada Prodi Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah

Jakarta

Oleh:

Nama : M. Firsan Ilyas

NPM : 2012730137

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

TAHUN 2015

(3)

Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta

HUBUNGAN USIA DAN MASA KERJA DENGAN POSISI PERGELANGAN TANGAN TERHADAP CARPAL TUNNEL SYNDROME PADA SUPIR BAJAJ DI

JAKARTA BARAT

M. Firsan Ilyas (2012730137)*, dr. Ade Sri Wahyuni, Sp.KFR**

 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta.

 Dosen Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta.

ABSTRAK

Latar Belakang: Carpal Tunnel Syndrome (CTS) adalah salah satu jenis cummulative

trauma disorders (CTD) yang disebabkan terjebaknya nervus medianus dalam terowongan carpal pada pergelangan tangan dengan gejala nyeri, kebas dan kesemutan pada jari-jari dan tangan di daerah persarafan nervus medianus. Meskipun sebagian besar kasus CTS tidak diketahui penyebabnya, banyak penderita CTS menunjukkan gejala-gejala yang lambat laun semakin meningkat. Salah satu faktor semakin meningkatnya kejadian CTS adalah bertambahnya aktivitas yang menggunakan tangan terlebih yang dilakukan dalam jangka waktu lama.

Tujuan: Diketahuinya hubungan usia dan masa kerja dengan posisi pergelangan tangan

dengan kejadian Carpal Tunnel Syndrome pada supir bajaj di Jakarta barat

Metode Penelitian: Metode pada penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dan

pendekatan penelitian cross sectional. Responden pada penelitian ini adalah supir bajaj di Jakarta barat. Alat ukur pada penelitian ini adalah kuesioner, analisis data univariat dan bivariat.

Hasil: Posisi pergelangan tangan yang janggal sebagian besar mengalami Carpal Tunnel

Syndrome yaitu sebanyak 47 (49%) orang, sedangkan yang tidak mengalami Carpal Tunnel Syndrome yaitu sebanyak 12 (12.5%) orang. Pada responden posisi pergelangan tangan tidak janggal sebagian besar mengalami Carpal Tunnel Syndrome yaitu sebanyak 20 (20.8%) orang, sedangkan yang tidak mengalami Carpal Tunnel Syndrome yaitu sebanyak 17 (17.7%) orang.

Kesimpulan: Kesimpulan pada penelitian ini adalah sebagian besar supir bajaj di Jakarta

barat mengalami Carpal Tunnel Syndrome (CTS). Dimana posisi pergelangan tangan memiliki hubungan terhadap Carpal Tunnel Syndrome (CTS), sedangkan usia dan masa kerja tidak ada hubungan yang bermakna

Kata kunci: Carpal Tunnel Syndrome, supir bajaj, usia, masa kerja, dan posisi pergelangan tangan.

(4)

ii

Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta

CORRELATION OF AGE AND PERIOD OF WORKING WITH WRIST POSITION AGAINTS CARPAL TUNNEL SYNDROME ON THE

THREE-WHEELER DRIVER IN WEST JAKARTA

M. Firsan Ilyas (2012730137)*, dr. Ade Sri Wahyuni, Sp.KFR**

* Student of Medical Education Faculty of Medicine and Health, University of Muhammadiyah Jakarta.

* Lecturer Program Medical Education Faculty of Medicine and Health, University of Muhammadiyah Jakarta.

ABSTRACT

Introduction: Carpal Tunnel Syndrome ( CTS ) is one type of cumulative trauma

disorders (CTD) which are caused by entrapment of median nerve in Carpal tunnel on the wrist with symptoms of pain, numbness and tingling on finger and hand in the area of the median nerve innervation. Although most cases of CTS has no yet known about the cause, many CTS sufferers show symptoms gradually increasing. One of the factors increasing the incidence of CTS is increasing activity using a hand (Aroori dan Spence, 2008) espesially performed in long term (Wichaksana and Darmadi, 2002).

Objective: To know the correlation of age and period of working with wrist positions

against Carpal Tunnel Syndrome on the bajaj driver in west Jakarta.

Methods: The method in this research is descriptive research method and approach of

cross sectional study. Respondents in this study is a three-wheeler driver in western Jakarta . Instrument in this research were collected by utilizing questionnaires and analyzed by using unvaried method.

Results: Inelegant wrist positions largely experienced Carpal Tunnel Syndrome as many as 47 ( 49 % ) of people , while others didn’t experiencing Carpal Tunnel Syndrome as many as 12 ( 12.5 % ) people . The respondent was not inelegant wrist positions largely experienced Carpal Tunnel Syndrome as many as 20 ( 20.8 % ) of people , while others didn’t experiencing Carpal Tunnel Syndrome as many as 17 ( 17.7 % ) people

Conclusion: The conclusion of this research is mostly three-wheeler driver in west Jakarta experienced Carpal Tunnel Syndrome (CTS) . There was a correlation wrist position with Carpal Tunnel Syndrome (CTS) , whereas age and period didn’t have significant correlation.

Keywords: Carpal Tunnel Syndrome, three-wheeler driver, age, period of working, and wrist position.

(5)

LEMBAR PERNYATAAN

Pada lembar ini sebagai penulis saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan karya saya yang diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Strata-1 di Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Jakarta.

2. Skripsi ini menggunakan sumber yang dicantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Jakarta.

3. Apabila skripsi ini terbukti bukan merupakan hasil karya saya atau merupakan hasil salinan orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Jakarta.

Jakarta, Desember 2015

(6)

iv

LEMBAR PERSETUJUAN

Pada lembar ini skripsi dengan judul “Hubungan faktor individu dan posisi pergelangan dengan kejadian Carpal Tunnel Syndrome terhadap supir bajaj di Jakarta Barat” telah disetujui mengikuti sidang skripsi untuk memperoleh gelar Strata-1 di Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Jakarta yang akan diselenggarakan pada:

Hari :

Tanggal :

Jakarta, Desember 2015 Pembimbing

(7)

LEMBAR PENGESAHAN DEWAN PENGUJI

HUBUNGAN USIA DAN MASA KERJA DENGAN POSISI PERGELANGAN TANGAN TERHADAP CARPAL TUNNEL SYNDROME PADA SUPIR BAJAJ DI

JAKARTA BARAT

TELAH DIUJI DAN DIPERTAHANKAN DI HADAPAN DEWAN PENGUJI TANGGAL: 30 desember 2015

Susunan dewan penguji:

Pendamping Utama Penguji/Pembanding

(dr. Ade Sri Wahyuni, Sp.KFR)

(dr. Abdul Baktiansyah, MKK, Sp. OK)

Telah disetujui sebagai salah satu persyaratan kelulusan pendidikan tahap sarjana Cap Institusi

(Dr. Tri Ariguntar Wikaning Tyas, Sp. PK)

Ketua Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta

(8)

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti ucapkan ke hadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

”hubungan usia dan masa kerja dengan posisi pergelangan tangan terhadap Carpal Tunnel Syndrome pada supir bajaj di Jakarta Barat” ini

dengan baik. Di mana skripsi ini peneliti sajikan dalam bentuk yang sederhana. Selamat serta salam kepada rasullah SAW atas cahaya islam yang telah beliau wariskan diakhir zaman. Penyusunan skripsi ini dalam rangka untuk memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta.

Peneliti menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak sangatlah sulit bagi peneliti untuk menyelesaikan skripsi ini. Peneliti telah banyak menerima motivasi, arahan, bimbingan, dan nasehat dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada dr. Ade Sri Wahyuni, SP.KFR, sebagai dosen pembimbing yang telah ikhlas meluangkan waktu dan memberikan arahan serta masukan untuk peneliti sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Begitu juga kepada :

1. dr. Amir Syafrudin, M. Med.Ed selaku sekretaris Prodi dan sekaligus pembimbing akademik peneliti yang terus memotivasi dan memberikan dukungan penuh.

2. Dr. Abdul Baktiansyah, MKK, Sp. OK selaku penguji yang telah mengesahkan dan memberikan masukan serta arahan dalam menyelesaikan skripsi untuk memperoleh gelar Strata-1 di Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta.

(9)

3. Seluruh staf dan dosen pengajar Program Studi Ilmu Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta yang telah banyak memberikan ilmu yang bermanfaat kepada peneliti selama dalam perkuliahan dan pembuatan skripsi.

4. Teristimewa ucapan terima kasih peneliti sampaikan kepada Ayah, Ibu, kakak beserta keluarga yang tiada henti mendoakan dan memberi dukungan serta motivasi dalam setiap langkah peneliti.

5. Dan ucapan paling spesial untuk Nublah Permata Lestari, yang tak henti-hentinya mendukung serta memberikan semangat. Dan menjadi sumber inspirasi penulis.

6. Ganteng-ganteng serigala seluruh laki-laki 2012 yang tidak ada kontribusinya sama sekali dalam penelitian ini

7. Seluruh perempuan 2012 yang telah memberikan do’a, dukungan dan masukan yang sangat berguna untuk skripsi ini.

8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penelitian skripsi ini.

Semoga segala amal, kebaikan, dan pertolongan yang telah diberikan kepada peneliti mendapat berkah dari Allah SWT. Akhir Kata, peneliti mohon maaf apabila masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini, karena skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan sehingga peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan dan berguna untuk pengembangan ilmu dikemudian hari.

Jakarta, Desember 2015

(10)

viii

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

LEMBAR PERNYATAAN ... iii

LEMBAR PERSETUJUAN ... iv

LEMBAR PENGESAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR GRAFIK ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

DAFTAR BAGAN ... xv BAB I PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... 3 C. Tujuan Penelitian ... 3 D. Manfaat penelitian ... 4

E. Ruang lingkup penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP DAN PERTANYAAN PENELITIAN ... 5

(11)

B. Kerangka Teori... 18

C. Kerangka Konsep ... 19

D. Hipotesis ... 19

BAB III METODE PENELITIAN ... 20

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 20

B. Rancangan Penelitian ... 20

C. Variabel dan Definisi Operasional ... 20

D. Populasi dan Sampel Penelitian ... 22

E. Instrumen penelitian ... 22

F. Pengumpulan data ... 23

G. Teknik pengambilan sampel ... 24

H. Pengukuran variabel ... 25

I. Analisa Data ... 26

J. Alur penelitian ... 26

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 27

A. Karakteristik Umum Tempat Penelitian... 27

B. Hasil Penelitian ... 27

C. Analisis univariat ... 27

D. Analisis bivariat ... 30

BAB V PEMBAHASAN PENELITIAN ... 33

A. Keterbatasan penelitian ... 33

B. Kejadian Carpal Tunnel Syndrome ... 34

(12)

x

D. Hubungan masa kerja dengan kejadian Carpal Tunnel Syndrome ... 36

E. Hubungan posisi pergelangan tangan ... 36

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 38

A. Kesimpulan penelitian ... 38

B. Saran-saran ... 38

DAFTAR PUSTAKA ... 40

LAMPIRAN ... 42

(13)

Daftar Tabel

TABEL 3.1 Variabel dan Definisi operasional ... 20

TABEL 4.1 Gambaran faktor individu (usia dan masa kerja) ... 27

TABEL 4.2a Gambaran posisi janggal pergelangan tangan ... 28

TABEL 4.2b Gambaran posisi pergelangan tangan ... 28

TABEL 4.3 Kejadian Carpal Tunnel Syndrome pada supir bajaj ... 29

TABEL 4.4 Gambaran usia terhadap Carpal Tunnel Syndrome ... 30

TABEL 4.5 Gambaran masa kerja terhadap Carpal Tunnel Syndrome ... 31

(14)

xii

Daftar Gambar

Gambar 2.1. Persarafan Nervus Medianus ... 9

Gambar 2.2. Anatomi Nervus Medianus ... 10

Gambar 2.3. Tinel Test dan Phalen Test ... 12

Gambar 2.4. Phalen Manauver ... 15

Gambar 2.5. Posisi Deviasi Ulnar (a) dan Posisi Deviasi Radial (b) ... 16

(15)

Daftar Grafik

(16)

xiv

Daftar Lampiran

Lampiran 1. Lembar Surat Permohonan Ijin Penelitian ... 42

Lampiran 2. Lembar Persetujuan Responden ... 44

Lampiran 3. Lembar Kuisioner Carpal Tunnel Syndrome ... 45

Lampiran 4. Lembar Posisi pergelangan tangan ... 47

Lampiran 5. Frekuensi ... 48

(17)

Daftar Bagan

BAGAN 2.1 Kerangka teori ... 18

BAGAN 2.2 Kerangka konsep ... 19

(18)

1

BAB I

PENDAHULUAN

I. 1. Latar belakang

Carpal Tunnel Syndrome (CTS) adalah salah satu jenis cummulative trauma disorders (CTD) yang disebabkan terjebaknya nervus medianus dalam terowongan carpal pada pergelangan tangan dengan gejala nyeri, kebas dan kesemutan pada jari-jari dan tangan di daerah persarafan nervus medianus. National Health Interview Study (NIHS) memperkirakan bahwa prevalensi CTS yang dilaporkan sendiri di antara populasi dewasa adalah sebesar l,55% (2,6 juta). Di Amerika Serikat angka RSI meningkat 400 persen antara tahun 1981 sampai tahun 2000 (Ryan, 2009).

Aktivitas yang dapat menyebabkan terjadinya CTS diantaranya adalah aktivitas yang menggunakan kombinasi gerakan pergelangan tangan, penggunaan tangan berlebihan dengan tekanan berulang, dan penggunaan alat-alat yang bergetar selama periode waktu yang lama (Kao, 2003; Bonfiglioli, 2006; Tamba, 2008). Berikut beberapa aktivitas yang menggunakan gerakan pergelangan atau jari berulang adalah aktivitas pekerja bagian pemotongan di pabrik garmen, pembatik, tukang jahit, tukang daging, tukang ketik, pemetik teh, penata rambut, tukang cukur, pengguna komputer, dan sebagainya.

Penelitian lain juga dilakukan di Kantor Arsip Nasional Indonesia tentang Keluhan Subjektif Carpal Tunnel Syndrome yang menyatakan bahwa terdapat kasus keluhan subjektif Carpal Tunnel Syndrome sebanyak 20% dari 24 rresponden (Rusmayani, 2002). Selain itu, telah dilakukan juga penelitian pada perusahaan asuransi yang pekerjanya selalu bekerja dengan menggunakan komputer. Pada salaj satu perusahaan, diperoleh data keluhan nyeri pada bahu sebanyak 25%, pekerja menderita nyeri pergelangan tangan sebanyak 19%,

(19)

I. 1. Latar belakang

pekerja mengalami nyeri pada leher secara berkala sebanyak 15%, dan pekerja mengeluh nyeri pada punggung sebanyak 14% (Wardhana, 1997).

Penelitian di Indonesia yang dilakukan untuk mengetahui seberapa tinggi risiko dan prevalensi sindroma ini pada pekerja masih sangat sedikit. Sehingga, setiap data yang didapat merupakan hasil penelitian negara luar, khususnya negara-negara barat karena mereka menganggap bahwa ergonomi merupakan salah satu hal terpenting demi majunya perusahaan dengan tidak mengesampingkan kesehatan dan kenyamanan pekerja selama melakukan pekerjaan maupun setelah selesai atau berhenti dari perusahaan tersebut (Susfianti, 2003). Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa penyakit Carpal Tunnel Syndrome merupakan salah satu penyakit yang harus diperhatikan.

Bajaj merupakan kendaraan bermotor beroda tiga yang umumnya difungsikan untuk transportasi umum, bentuk kemudi mirip seperti kemudi motor dibandingkan dengan kemudi mobil. Tentu peroperasian bajaj sangat bergantung dengan tangan pengemudi dimana hal ini berpotensi munculnya kejadian Carpal Tunnel Syndrome ditambah dengan jam kerja yang lama bagi para pengemudi sebagai transportasi umum. Oleh karena itulah peneliti tertarik untuk meneliti hubungan usia dan masa kerja dengan posisi pergelangan tangan terhadap kejadian Carpal Tunnel Syndrome pada supir bajaj di Jakarta barat.

(20)

3

I. 2. Rumusan Masalah

a. Bagaimana gambaran angka kejadian Carpal Tunnel Syndrome pada supir bajaj di Jakarta barat

b. Bagaimana gambaran usia dan masa kerja pada supir bajaj di Jakarta barat dan hubungannya dengan kejadian Carpal Tunnel Syndrome

c. Bagaimana gambaran posisi pergelangan tangan pada supir bajaj di Jakarta barat dan hubungannya dengan kejadian Carpal Tunnel Syndrome

I. 3. Tujuan penelitian

a. Tujuan Umum

Diketahuinya hubungan usia dan masa kerja dengan posisi pergelangan tangan terhadap kejadian Carpal Tunnel Syndrome pada supir bajaj di Jakarta barat

b. Tujuan khusus

1. Diketahuinya gambaran angka kejadian Carpal Tunnel Syndrome pada supir bajaj di Jakarta barat

2. Diketahuinya gambaran usia dan masa kerja pada supir bajaj di Jakarta barat dan hubungannya dengan kejadian Carpal Tunnel Syndrome

3. Diketahuinya gambaran posisi pergelangan tangan pada supir bajaj di Jakarta barat dan hubungannya dengan kejadian Carpal Tunnel Syndrome

(21)

I. 4. Manfaat penelitian

a. Manfaat bagi supir bajaj

1. Hasil penelitian dapat digunakan untuk diterapkan sebagai pencegahan kejadian kejadian Carpal Tunnel Syndrome pada supir bajaj

2. Diharapkan dapat menjadi masukan dalam rangka meningkatkan pengetahuan terhadap bahaya kesehatan terhadap mengemudi bajaj

b. Manfaat bagi penulis

1. Mampu mengembangkan ilmu dan pengetahuan yang telah didapatkan di bangku kuliah ke dalam kehidupan nyata.

2. Dapat menerapkan ilmu dan pengetahuan kesehatan masyarakat.

I. 5. Ruang lingkup penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain crosssectional yang dilakukan untuk melihat usia dan masa kerja dengan postur pergelangan tangan berhubungan dengan kejadian Carpal Tunnel Syndrome (CTS) pada supir bajaj di Jakarta barat karena supir bajaj sering melakukan gerakan repetitif saat mengemudi bajaj pada bagian tangan kanan yang pastinya memiliki resiko untuk kejadian Carpal Tunnel Syndrome. Penelitian ini menggunakan teknik accidental sampling.

Penelitian dilakukan di wilayah Jakarta barat, dengan subjek supir bajaj dengan populasi yang tidak diketahui. Penelitian dilakukan pada bulan november-desember tahun 2015. Sampel pada penelitian ini sebanyak 96 orang. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer.

(22)

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II. 1. Deskripsi teori

1) Definisi Carpal Tunnel Syndrome

Carpal Tunnel Syndrome (CTS) merupakan neuropati tekanan atau cerutan terhadap nervus medianus di dalam terowongan karpal pada pergelangan tangan, tepatnya di bawah fleksor retinakulum. Dahulu, sindroma ini juga disebut dengan nama acroparesthesia, median thenar neuritis atau partial thenaratrophy. CTS pertama kali dikenali sebagai suatu sindroma klinik oleh SirJames Paget pada kasus stadium lanjut fraktur radius bagian distal. CTS spontan pertama kali dilaporkan oleh Pierre Marie dan C. Foix pada tahun1913. Istilah CTS diperkenalkan oleh Moersch pada tahun 1938.Terowongan karpal terdapat di bagian sentral dari pergelangan tangan dimana tulang dan ligamentum membentuk suatu terowongan sempit yang dilalui oleh beberapa tendon dan nervus medianus. Meskipun sebagian besar kasus CTS tidak diketahui penyebabnya, banyak penderita CTS menunjukkan gejala-gejala yang lambat laun semakin meningkat. Salah satu faktor semakin meningkatnya kejadian CTS adalah bertambahnya aktivitas yang menggunakan tangan (Aroori dan Spence, 2008) terlebih yang dilakukan dalam jangka waktu lama (Wichaksana dan Darmadi, 2002). Tulang-tulang karpalia membentuk dasar dan sisi-sisi terowongan yang keras dan kaku sedangkan atapnya dibentuk oleh fleksor retinakulum (transverse carpal ligament dan palmar carpal ligament) yang kuat dan melengkung di atas tulang-tulang karpalia tersebut. Setiap perubahan yang mempersempit terowongan ini akan menyebabkan tekanan pada struktur yang paling rentan di dalamnya yaitu nervus medianus.(8)(9)

(23)

2)

Etiologi dan predisposisi

i)

Etiologi

Terowongan karpal yang sempit selain dilalui oleh nervus medianus juga dilalui oleh beberapa tendon fleksor. Setiap kondisi yang mengakibatkan semakin padatnya terowongan ini dapat menyebabkan terjadinya penekanan pada nervus medianus sehingga timbullah CTS. Pada sebagian kasus etiologinya tidak diketahui, terutama pada penderita lanjut usia. Beberapa penulis menghubungkan gerakan yang berulang-ulang pada pergelangan tangan dengan bertambahnya resiko menderita gangguan pada pergelangan tangan termasuk CTS.

Pada kasus yang lain etiologinya adalah :

a) Herediter: neuropati herediter yang cenderung menjadi pressure palsy, misalnya Hereditary Motor and Sensory Neuropathies (HMSN) tipe III.

b) Trauma: dislokasi, fraktur atau hematom pada lengan bawah, pergelangan tangan dan tangan. Sprain pergelangan tangan. Trauma langsung terhadap pergelangan tangan.

c) Pekerjaan: gerakan mengetuk atau fleksi dan ekstensi pergelangan tangan yang berulang-ulang.

d) Infeksi: tenosinovitis, tuberkulosis, sarkoidosis. e) Metabolik: amiloidosis, gout.

f) Endokrin: akromegali, terapi estrogen atau androgen, diabetes mellitus, hipotiroidi, kehamilan.

g) Neoplasma: kista ganglion, lipoma, infiltrasi metastase, mieloma.

h) Penyakit kolagen vaskular: artritis reumatoid, polimialgia reumatika, skleroderma, lupus eritematosus sistemik.

i) Degeneratif: osteoartritis.

j) Iatrogenik: punksi arteri radialis, pemasangan shunt vaskular untuk dialisis, hematoma, komplikasi dari terapi anti koagulan.

(24)

7

ii) Predisposisi

Di Indonesia, urutan prevalensi CTS dalam masalah kerja belum diketahui karena sampai tahun 2001 masih sangat sedikit diagnosis penyakit akibat kerja yang dilaporkan karena berbagai hal, antara lain sulitnya diagnosis. Penelitian pada pekerjaan dengan risiko tinggi pada pergelangan tangan dan tangan melaporkan prevalensi CTS antara 5,6% sampai dengan 15%. Penelitian Harsono pada pekerja suatu perusahaan ban di Indonesia melaporkan prevalensi CTS pada pekerja sebesar 12,7%. Silverstein dan peneliti lain melaporkan adanya hubungan positif antara keluhan dan gejala CTS dengan faktor kecepatan menggunakan alat dan faktor kekuatan melakukan gerakan pada tangan. (8)(9)

3) Anatomi berhubungan dengan Carpal Tunnel Syndrome

Terowongan carpal terletak pada pergelangan tangan yang kerangkanya dibentuk oleh 8 tulang carpal yang tersusun atas 2 deretan. Bagian proksimal (terdiri dari lateral dan medial : naviculare, lunatum, triquertum dan psiformis) dan bagian distal (trapezium, trapezoideum, capitatum dan hamatum). Tulang-tulang tangan susunannya membusur dengan bagian konkaf menghadap kearah telapak tangan. Bagian tersebut terdiri dari ruangan yang tertutup oleh ligamentum carpi transversum sehingga terbentuk suatu terusan yang sempit yang disebut terowongan carpal.

Terowongan terdiri dari banyak struktur yaitu : a) empat tendon dari m. Flexsor digitorum supervisialis, b) empat dari m. Flexsor digitorum profundus, c) tendon dari m. Flexor pollicis longus, d) n medianus (De Wolf, 1994). N. Medianus dibentuk dari persatuan radiks lateral N. medianus dan radiks medial N. Medianus. Saraf ini akan berjalan ke bawah pada sisi lateral a. brachialis. Pada pertengahan lengan atas, saraf ini menyilang a. brachialis dan terus berjalan ke bawah pada sisi medial a. brachialis. Oleh karena itu saraf, seperti juga arteri, terletak superfisial,

(25)

3) Anatomi berhubungan dengan Carpal Tunnel Syndrome

tetapi pada siku saraf ini disilang oleh aponeurosis bicipitalis. Pada lengan atas N. medianus tidak mempunyai percabangan kecuali untuk saraf vasomotor kecil untuk a. brachialis. N. medianus meninggalkan fossa cubiti dengan berjalan di antara kedua caput m.pronantor teres dan terpisah dari a.ulnaris oleh caput ulnare tersebut. Saraf ini berjalan ke bawah di bawah m.flexor digitorum superficialis dan melekat ke permukaan dalam otot ini melalui jaringan ikat. Saraf ini terletak posterior dari m. flexor digitorum profundus. Pada pergelangan tangan, N. Medianus keluar dari pinggir lateral m. Flexor digitorium profundus, dan terletak di belakang tendo m. Palmaris longus. Cabang-cabang N. Mendianus pada ruang fasial anterior lengan bawah :

1. R. Muscularis : pada fossa cubiti, mempersarafi m. Pronator teres, m. Flexor carpi radialis, m. Palmaris longus, dan m. Flexor digitorum profundus.

2. R. Articularis : ke sendi siku

3. N. Interosseus anterior : M. Flexor pollicis lonugs, M. Pronator quadratus, dan setengah bagian lateral m. Flexor digitorum profundus, sendi pergelangan tangan, art. Radioulnaris, dan sendi-sendi tapak tangan.

4. R. Cutaneus palmaris : berasal dari sepertiga bawah lengan bawah, menyilang di depan reticaculu, flexorum dan mempersarafi kulit setengah bagain lateral telapak tangan.

(26)

9

Gambar 2.1 Persarafan n. Medianus

3) Anatomi berhubungan dengan Carpal Tunnel Syndrome

Permukaan anterior tulang tapak tangan sangat cekung dan membentuk saluran tulang. Saluran tersebut menjadi terowongan karena adanya retinaculum flexorum. Tendo panjang m. fleksor digitorum dan m. fleksor pollicis longus berjalan melalui canalis carpi dan berjalan bersama N. Medianus.

Di lateral ke delapan tendo m.fleksor digitorum superfisialis dan profundus diliputi selubung sinozial bersama. Ini memungkinkan suplai darah ke tendo dari sisi lateral. Tendo m.fleksor pollicis longus berjalan melalui bagian lateral canalis carpalai di dalam selubung sinovialnya sendiri. N. medianus berjalan di bawah retinaculum fleksorum di dalam ruang yang menyempit di antara m.fleksor digitorum superfisial dan m.fleksor carpi radialis. Memasuki pergelangan tangan N. Medianus berjalan dibawah retinaculum flexorum; urutan dari medial ke lateral :

1. Tendo m. Flexor digitorum superfisialis dan posterior terhadap tendo tersebut adalah tendo m. Flexor digitorum profundus, kedua kelompok tendo tersebut mempunyai selubung sinovial bersama.

(27)

3) Anatomi berhubungan dengan Carpal Tunnel Syndrome

2. N. Medianus : mempersarafi tiga otot thenar, dua m. Lumbricales yang pertama, dan r. Digitalis palmaris 3 ½ jari lateral (inervasi sensorik pada kulit permukaan palmar tiga setengah jari lateral, termasuk kuku pada dorsum manus). 3. Tendo M. Flexor pollicis longus, dikelilingi oleh selubung

sinovial.

4. Tendo M. Flexor carpi radialis yang membelah di reticulum flexorum.

Gambar 2.2 Anatomi n. medianus

Secara anatomis, canalis carpi (carpal tunnel) berada di dalam dasar pergelangan tangan. Sembilan ruas tendon fleksor dan N. Medianus berjalan di dalam canalis carpi yang dikelilingi dan dibentuk oleh tiga sisi dari tulang – tulang carpal. Nervus dan tendon memberikan fungsi, sensibilitas dan pergerakan pada jari – jari tangan. Jari tangan dan otot – otot fleksor pada pergelangan tangan beserta tendon – tendonnya berorigo pada epicondilus medial pada region cubiti dan berinsersi pada tulang – tulang metaphalangeal, interphalangeal proksimal dan interphalangeal distal yang membentuk jari tangan dan jempol. Canalis carpi berukuran hamper

(28)

11

3) Anatomi berhubungan dengan Carpal Tunnel Syndrome

Sebesar ruas jari jempol dan terletak di bagian distal lekukan dalam pergelangan tangan dan berlanjut ke bagian lengan bawah di regio cubiti sekitar 3 cm. Tertekannya N. Medianus dapat disebabkan oleh berkurangnya ukuran canalis carpi, membesarnya ukuran alat yang masuk di dalamnya (pembengkakan jaringan lubrikasi pada tendon – tendon fleksor) atau keduanya. Gerakan fleksi dengan sudut 90 derajat dapat mengecilkan ukuran canalis.

Penekanan terhadap N. Medianus yang menyebabkannya semakin masuk di dalam ligamentum carpi transversum dapat menyebabkan atrofi eminensia thenar, kelemahan pada otot fleksor pollicis brevis, otot opponens pollicis dan otot abductor pollicis brevis yang diikuti dengan hilangnya kemampuan sensorik ligametum carpi transversum yang dipersarafi oleh bagian distal N. Medianus. Cabang sensorik superfisial dari N. Medianus yang mempercabangkan persarafan proksimal ligamentum carpi transversum yang berlanjut mempersarafi bagian telapak tangan dan jari jempol.(12)

4) Patofisiologi

Kawasan sensoris n. Medianus bervariasi terutama pada permukaan volar. Dan pola itu seusai dengan variasi antara tiga jari sampai 4 jari kawasan radial telapak tangan (Gambar A3). Pada permukaan dorsum manus, kawasan sensoris n. medianus bervariasi antara dua sampai tiga falangs distal jari kedua, ketiga dan keempat.

(29)

Gambar 2.3 Tinel test dan Phalen test 4) Patofisiologi

Di terowogan karpal n. medianus sering terjepit, sehingga menghasilkan kesemutan yang menyakiti juga. Itulah parestesia “capal tunnel syndrome”. Karena kerja tangan telalu keras (hiperaktivitas m. pronator teres), n. medianus mengalami iritasi di dekat kaput m. pronator teres (Gambar). Karena itu, maka nyeri terasa di lipatan siku, otot lengan bawah lemas sehingga tidak kuat “menjinjing barang”, “menyapu”,”nyekrup” dan sebagainya. Nyeri di lipatan siku itu meluas ke kawasan n. medianus di tangan bilamana kaput m. pronator teres ditekan. Umumnya CTS terjadi secara kronis di mana terjadi penebalan fleksor retinakulum yang menyebabkan tekanan terhadap nervus medianus. Tekanan yang berulang-ulang dan lama akan mengakibatkan peninggian tekanan intravaskuler. Akibatnya aliran darah vena intravaskuler melambat. Kongesti yang terjadi ini akan mengganggu nutrisi intravaskuler lalu diikuti oleh anoksia yang akan merusak endotel. Kerusakan endotel ini akan mengakibatkan kebocoran protein sehingga edema epineural dan akan menyebabkan parastesia.(8)

(30)

13

5) Tanda dan Gejala i) Gangguan sensoris

Pada tahap awal gejala umum berupa gangguan sensorik saja. Gejala awal biasanya adalah parestesia, kurang merasa (numbness) atau rasa jari seperti terkena aliran listrik (tingling) pada jari dan setengah sisi radial jari, walaupun kadang-kadang dirasakan mengenai seluruh jari, keluhan parestesia biasanya lebih menonjol di malam hari. Gejala lainya adalah nyeri ditangan yang juga dirasakan lebih memberat di malam hari sehingga sering membangunkan penderita dari tidurnya (Coannaly, 1981). Rasa nyeri umunya agak berkurang bila penderita memijat atau menggerak-gerakan tangannya atau dengan meletakan tangannya pada posisi yang lebih tinggi. Nyeri juga akan berkurang bila penderita lebih banyak mengistirahatkan tangannya. Bila penyakit berlanjut rasa nyeri dapat bertambah berat dengan frekuensi serangan yang semakin sering bahkan dapat menetap. Kadang-kadang nyeri dapat terasa sampai kelengan atas dan leher, sedangkan parestesia umumnya terbatas di daerah distal pergelangan tangan.(9)

Dapat pula dijumpai pembengkakan dan kekakuan pada jari-jari tangan dan pergalangan tangan terutama di pagi hari. Gejala ini akan berkurang setelah penderita menggunakan tangannya. Hiperetesia dapat dijumpai pada daerah yang implus sensoriknya diinervasi oleh nevus medianus.(9) Gejala dapat bertambah pada waktu mengankat tangan atau setelah mengerjakan sesuatu seperti menjahit dan mengetik. ii) Gangguan motoris

Pada tahap lebih lanjut penderita mengeluh jari-jarinya menjadi kurang terampil misalnya saat atau memungut benda-benda kecil. Kelemahan pada tangan juga sering dinyatakan dengan keluhan adanya kesulitan yang penderita sewaktu menggenggam. Pada penderita CTS

(31)

ini pada tahap lanjut dapat dijumpai atrofi otot-otot thenar dan otot-otot lainya yang diinervasi oleh nervus medianus.(9)

6) Komplikasi

Komplikasi yang mungkin muncul pada Carpal Tunnel Syndrome antara lain : atrofi otot-otot thenar, gangguan sensorik yang mengenai bagian radial telapak tangan serta sisi palmar dari tiga jari tangan yang pertama, deformitas ”ape hand” (ibu jari sebidang dengan tangan dan atrofi otot-otot thenar), tidak mampu menjauhkan atau memfleksiskan ibu jari atau melakukan abduksi dalam bidangnya sendiri, genggaman tangan melemah terutama ibu jari dan telunjuk dan jari-jari ini cenderung hyperekstensi dan ibu jari abduksi, tidak mampu memfleksikan phalank distal ibu jari dan jari telunjuk.

7) Prognosis

Penderita Carpal Tunnel Syndrome pada umumnya mengeluh nyeri pada sendi-sendi interphalangeal. Manifestasi lanjut yang terjadi adalah hypertrophy otot-otot thenar. Pada kasus ringan dengan diberikan terapi konservatif pada umumnya prognosa baik dan secara umum prognosa post operasi juga baik.

Bila hanya ada kelainan sensorik yang dijumpai kelainan ini bersifat reversible. Tapi bila sudah ada kelainan motorik maka kesembuhannya akan lebih lama, bahkan bisa bersifat inkomplit walaupun telah memperoleh terapi yang adekuat.(6)

8) Tes pemeriksaan Carpal Tunnel Syndrome (CTS)

Untuk menegakkan diagnosis terjadinya CTS digunakan suatu prosedur test yaitu Phalen test.

Test ini mendukung diagnosa jika timbul parastesia atau nyeri pada daerah distribusi nervus medianus responden melakukan fleksi dengan cara maksimal atau menyatukan pergelangan tangannya ke arah bawah sejauh yang pasien bisa dan bertahan pada posisi itu selama 1 menit. Bila dalam waktu 1 menit timbul gejala-gejala seperti gejala Carpal Tunnel Syndrome, maka tes ini dapat menyokong diagnosa

(32)

15

8) Tes pemeriksaan Carpal Tunnel Syndrome (CTS)

Carpal Tunnel Syndrome. Kelebihan tes ini yaitu sangat sensitive untuk menegakkan diagnosa, selain itu phalen test juga memiliki sensitifitas 40-80% dan sensitifitas lebih dari 81%. Dan hasil yang diperoleh dari test diatas adalah positif.

Gambar 2.4 Phalen maneuver

II. 2. Usia

Carpal Tunnel Syndrome biasanya mulai terdapat pada usia 40-60 tahun. (6) Laki-laki menunjukkan peningkatan kejadian Carpal Tunnel Syndrome secara bertahap dengan meningkat sampai usia lanjut, sedangkan wanita memuncak setelah menopause (sesuai dengan kelompok usia 50-54 tahun), hal tersebut secara umum konsisten dengan konsep bahwa pada wanita mungkin ada komponen hormonal dalam penyebab Carpal Tunnel Syndrome (Hadge, 2009; Mattioli, 2008; Asworth, 2010).

II. 3. Masa kerja

Dengan peningkatan masa kerja pada tangan menunjukkan adanya pekarjaan berulang yang dilakukan oleh tangan dalam jangka waktu yang lama, dengan peningkatan jumlah tahun kerja menunjukkan risiko lebih tinggi untuk terjadinya Carpal Tunnel Syndrome (Ali, 2006) . Fung et al (2007) mengidentifikasi bahwa semakin sering fleksi / ekstensi yang berkelanjutan dari pergelangan tangan dapat meningkatkan risiko Carpal Tunnel Syndrome. Hal

(33)

tersebut juga diperkuat dengan adanya studi yang menyatakan bahwa pengulangan dan eksposur gabungan dari kedua kekuatan dan pengulangan dapat menimbulkan risiko dua kali lipat terhadap terjadinya Carpal Tunnel Syndrome. (Barcenilla et al, 2012).

II. 4. Posisi tangan dan pergelangan tangan

Posisi normal atau netral pada tangan dan pergelangan tangan dalam melakukan proses kerja adalah dengan posisi sumbu lengan terletak satu garis lurus dengan jari tengah. Apabila sumbu tangan tidak lurus tetapi mengarah ke berbagai posisi, maka dapat dikatakan posisi tersebut janggal atau tidak netral. Beberapa contoh posisi tangan yang berisiko adalah:

 Deviasi ulnar dan radial, deviasi ulnar yaitu posisi tangan yang miring menjauhi ibu jari dan deviasi radial adalah posisi tangan yang miring mendekati ibu jari.

(a) (b)

Gambar 2.5 Posisi Deviasi Ulnar (a) dan Posisi Deviasi Radial (b)Pada Pergelangan Tangan (Sumber: Humantech, 1995)

 Fleksi dan Ekstensi, fleksi yaitu posisi pergelangan tangan yang menekuku ke arah dalam dan membentuk sudut ≥ 45°. Sedangkan ekstensi berlawanan dari fleksi yaitu posisi pergelangan tangan yang menekuk kea rah luar/punggung tangan dengan membentuk sudut ≥45°.

(34)

17

(a) (b)

Gambar 2.6 Posisi Fleksi (a) dan Posisi Ekstensi (b) Pada Pergelangan Tangan (Sumber: Humantech, 1995)

 Power grip, posisi tangan menggenggam benda dengan melingkarkan seluruh jari-jari pada benda yang dipegang. Posisi ini termasuk janggal apabila benda yang digenggam memiliki beban ≥ 10 lbs (4,5 kg) (Humantech, 1995).

(35)

II. 5. Kerangka teori

Berdasarkan uraian-uraian di atas, maka kerangka teori dalam penelitian ini adalah

Bagan 2.1 Kerangka teori Faktor personal Yang diteliti Tidak diteliti Usia Jenis kelamin Obesitas Riwayat penyakit Posisi pergelangan tangan Hasil

Ulnar deviation 1. Janggal 2. Tidak janggal Radial deviation Flexion ≥ 45o Extension ≥ 45o Power grip Faktor pekerjaan

Yang diteliti Tidak diteliti Masa kerja Lama kerja

Gerakan tangan yang berulang

Kejadian gejala Carpal Tunnel Syndrome

(36)

19

II. 6. Kerangka konsep

Sesuai dengan judul penelitian yaitu hubungan faktor usia dan masa kerja terhadap kejadian Carpal Tunnel Syndrome pada supir bajaj di Jakara Barat, maka kerangka konsep penelitian adalah :

Bagan 2.2 Kerangka konsep

II. 7. Hipotesis

o Ada hubungan usia terhadap kejadian Carpal Tunnel Syndrome pada supir bajaj di Jakarta barat.

o Ada hubungan masa kerja terhadap kejadian Carpal Tunnel Syndrome pada supir bajaj di Jakarta barat

o Ada hubungan posisi pergelangan tangan terhadap kejadian Carpal Tunnel Syndrome pada supir bajaj di Jakarta barat.

• Usia

• Masa kerja

• Posisi pergelangan

tangan

Carpal Tunnel

Syndrome

(37)

BAB III

METOLOGI PENELITIAN

III. 1 Tempat dan waktu penelitian

Tempat pelaksanaan penelitian adalah di wilayah Jakarta barat. Adapun pelaksanaanya pada bulan november-desember 2015.

III. 2 Rancangan penelitian

Penelitian dilakukan dengan cara observasional yaitu melakukan Question Answer dengan cara memberikan kuisioner yang dibagikan kepada individu setempat. Pendekatan yang digunakan adalah cross sectional.

Tabel 3.1 Variabel dan Definisi operasional No Variabel

dependen

Definisi Alat ukur Cara ukur Hasil ukur Skala

1 Kejadian

Carpal Tunnel Syndrome

Terdapat salah satu atau lebih gejala

paraesthesia, sakit atau mati rasa (baal) pada tangan yang berlangsung sedikitnya satu minggu Kuisioner Pengisian kuisioner oleh supir bajaj  Ya, jika merasakan gejala CTS secara terus menerus selama 1 minggu dan hasil skor pada kuisioner untuk keluhan subyektif adalah ≥ 3 Ordinal 20

(38)

21  Tidak, jika tidak merasakan gejala CTS secara terus menerus/ selama 1 minggu dan hasil skor pada kuisioner untuk keluhan subyektif < 3 No Variabel independen

Definisi Alat ukur Cara ukur Hasil ukur Skala

2 Usia Umur responden

terkait kejadian Carpal

Tunnel Syndrome pada

saat dilakukan penelitian Kuisioner Pengisian kuisioner oleh supir bajaj atau peneliti  ≥ 42 tahun.  < 42 tahun Nominal

3 Masa kerja Waktu yang telah dijalani oleh responden di dalam bajaj untuk bekerja dengan mengemudi bajaj Kuisioner Pengisian kuisioner oleh supir bajaj atau peneliti  ≥ 7 tahun  < 7 tahun Nominal 4 Posisi pergelangan tangan Gambaran posisi tangan responden sewaktu mengemudikan bajaj (memegang setir) Kuisioner dan observasi Pengisian kuisioner oleh supir bajaj atau peneliti  Janggal  Tidak janggal Nominal

(39)

III. 3 Populasi dan sampel penelitian

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah para supir bajaj di wilayah Jakarta barat.

2. Sampel penelitian

Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada peneliti ini adalah Total sampling, yaitu sampel diambil secara keseluruhan.

Pada saat pengambilan sampel penelitian memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut:

 Kriteria inklusi

a) Para supir bajaj

b) Bersedia mengikuti jalannya penelitian

 Kriteria eklusi

c) Sedang mengikuti terapi atau pengobatan d) Ada riwayat trauma

e) Sudah terdiagnosis Carpal Tunnel Syndrome

III. 4 Instrumen penelitian

 Kuisioner

Dalam penelitian ini metode yang digunakan untuk memperolah informasi dari responden salah satunya berbentuk kuisioner. Kuisioner merupakan pertanyaan terstruktur yang diisi sendiri oleh responden atau diisi sendiri oleh pewawancara yang membacakan pertanyaan dan kemudian mencatat jawaban yang diberikan oleh responden.

Pertanyaan yang akan diberikan pada kuisioner ini adalah pertanyaan menyangkut fakta yang terkait dengan Carpal Tunnel Syndrome yang dirasakan oleh responden. Adapun variabel yang dapat diketahui dengan kuisioner yaitu keluhan Carpal Tunnel Syndrome, faktor personal yang terdiri dari jeins kelamin dan usia.

Khusus untuk mendiagnosis CTS adalah kuisioner yang telah dikembangkan oleh Kamard dan Stohard, berdasarkan pekerjaan

(40)

23

III. 4 Instrumen penelitian

sebelumnya oleh Levine et al. hasil memberikan sensitivitas 85% untuk penggabungan skor kuisioner 92% untuk studi konduksi saraf. Yang terpenting memberikan nilai positif hingga 90% untuk kuisioner dan 92% studi konduksi saraf. Gejala yang diambil adalah sebagai standar emas untuk Carpal Tunnel Syndrome. Dimana skor 3 kebawah diprediksi nomal sedangkan jika skor 3 atau lebih dari 3 maka berhubungan dengan konduksi saraf dan berisiko mengalami Carpal Tunnel Syndrime (CTS). (Barnando, 2004).

 Program komputer

Menggunakan software statistik.

III. 5 Pengumpulan data

 Teknik pengumpulan data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dimulai setelah peneliti mendapatkan surat izin penelitian dari Kampus Universitas Muhammadiyah Jakarta Fakultas Kedokteran dan Kesehatan. Peneliti menemui calon responden untuk memperkenalkan diri, menjelaskan maksud, tujuan, dan cara pengumpulan data. Peneliti menyerahkan informed concent, memberikan kesempatan calon responden bertanya, dan menanyakan kesediaan menjadi responden. Calon responden menandatangani informed concent, tanda bersedia menjadi responden. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah wawancara terpimpin (kuisioner). Responden diarahkan untuk menjawab petanyaan pertanyaan yang ada di format. Pengisian format tetap dilakukan oleh peneliti berdasarkan jawaban yang diberikan responden. Alat pengumpul berupa kuisioner.

(41)

III. 5 Pengumpulan data

 Uji Validitas dan Reabilitas

Pada penelitian ini, tidak lagi dilakukan uji validitas

III. 6 Teknik pengambilan sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik accidental sampling untuk mengetahui proporsi angka kejadian Carpal Tunnel Syndrome dan hubungannya dengan usia dan masa kerja dengan posisi pergelangan tangan pada supir bajaj di Jakarta barat.

Oleh karena populasi tidak diketahui maka pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan rumus Lemeshow. Dengan tingkat kepercayaan 95%. Sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 96 responden

(42)

25

III. 7 Pengukuran variabel

Data yang telah terkumpul akan diolah dan dianalisis dengan menggunakan program komputer.

Proses coding pada penelitian ini, variabel independen dan variabel dependen akan diberi kode untuk memudahkan dalam menganalisa yaitu;

1.Variabel kejadian Carpal Tunnel Syndrome Ya Tidak

2.Variabel faktor usia ≥ 42 tahun

< 42 tahun

3.Variabel masa kerja ≥ 7 tahun

< 7 tahun

4. Posisi pergelangan tangan Janggal

(43)

III. 8 Analisis data

Analisis Univariat dan analisis bivariat. Uji hipotesis yang digunakan adalah uji Chi-Square (x2),

Apabila p-value > 0,05 artinya tidak terdapat hubungan yang bermakna (Ho gagal ditolak). Sedangkan apabila p-value < 0,05 berarti terdapat hubungan (Ho ditolak).

III. 10 Alur penelitian

Bagan 3.1 Alur penelitian Sampel Eksklusi Inklusi Wawancara dan observasi Penilaian Carpal

Tunnel Syndrome Analisis Data Penyajian Data Populasi

(44)

27

BAB IV

HASIL

IV. 1 Karakteristik umum tempat penelitian

Penelitian hubungan posisi pergelangan tangan dan faktor karakteristik dengan Carpal Tunnel Syndrome terhadap supir bajaj di Jakarta Barat. Ada beberapa titik pangkalan supir bajaj yang menjadi tempat penelitian ini di antaranya : depan mall Season city, depan mall Roxy square, pluit village, dan beberapa tempat lainnya di Jakarta barat

IV. 2 Hasil penelitian

1. Analisis univariat

a. Gambaran usia dan masa kerja pada supir bajaj di Jakarta barat

Pada supir bajaj di Jakarta barat didapatkan distribusi usia sebagai berikut:

Tabel 4.1 Gambaran faktor individu (usia dan masa kerja) pada supir bajaj

Variabel Kategori Jumlah (n) Persentasi (%)

Usia ≥ 42 tahun 52 52.1%

< 42 tahun 46 47.9%

Masa Kerja ≥ 7 tahun 54 56.3%

< 7 tahun 42 43.8%

Berdasarkan tabel 5.1, diketahui bahwa responden dengan usia ≥ 42 tahun didapatkan sebanyak 52 (52.1%) responden. Sedangkan responden yang < 42 tahun didapatkan sebanyak 46 (47.9%) responden. Kemudian untuk responden dengan masa kerja ≥ 7 tahun didapatkan sebanyak 54

(45)

1. Analisis univariat

(56.3%) responden. Sedangkan yang < 7 tahun didapatkan sebanyak 42 (43.8%) responden.

 Gambaran posisi janggal pergelangan tangan pada supir bajaj di Jakarta barat diketahui sebagai berikut :

Tabel 4.2a Gambaran posisi pergelangan tangan pada supir bajaj

Variabel Kategori Jumlah (n) Persentasi (%)

Posisi pergelangan tangan Janggal 59 61.5% Tidak janggal 37 38.5% Jumlah 96 100

Tabel 4.2b Gambaran posisi pergelangan tangan pada supir bajaj

Posisi Frekuensi Persentasi

Ulnar deviation 1 1 % Radial deviation 8 8.3 % Flexion ≥ 45° 18 18l.8 % Extension ≥ 45° 32 33.3 % Normal 37 36. % Total 96 100 %

1. Berdasarkan tabel 4.2a dan observasi, diketahui bahwa responden dengan posisi tangan janggal didapatkan sebanyak 59 (61.5%) responden. Sedangkan responden yang posisi tangan tidak janggal didapatkan sebanyak 37 (38.5%) responden.

2. Berdasarkan grafik 4.1 didapatkan responden dengan posisi pergelangan tangan yang janggal terbanyak yaitu pada posisi tangan ekstensi lebih atau sama dengan 45° yaitu sebanyak 32 (33.3%) orang. Sedangkan posisi tangan yang tidak janggal atau normal sebanyak 37 (36%) orang.

(46)

29

Grafik 4.1

Kejadian Carpal Tunnel Syndrome pada supir bajaj di Jakarta barat Pada supir bajaj di Jakarta barat, didapatkan persentase dengan Carpal Tunnel Syndrome (CTS) sebagai berikut :

Tabel 4.3 Gambaran Carpal Tunnel Syndrome pada supir bajaj

Carpal Tunnel Syndrome Jumlah (n) Persentasi (%)

Ya 67 69.8 %

Tidak 29 30.2 %

Jumlah 96 100%

Berdasarkan table 4.3, diketahui bahwa responden terkena Carpal Tunnel Syndrome yaitu sebanyak 67 (69.8 %) responden. Sedangkan responden yang tidak mengalami Carpal Tunnel Syndrome sebanyak 29 (30.2%) responden. 0 5 10 15 20 25 30 35 40

Ulnar deivasi Radial deviasi Flexi lebih atau sama dengan 45 derajat ekstensi lebih atau sama dengan 45 derajat normal

Gambaran posisi pergelangan tangan pada supir bajaj di

Jakarta barat

Ulnar deivasi Radial deviasi

(47)

2. Analisis bivariat

Adapun hasil statistik hubungan (usia dan masa kerja) terhadap Carpal Tunnel Syndrome pada supir bajaj di Jakarta barat adalah sebagai berikut :

Tabel 4.4 Gambaran usia terhadap Carpal Tunnel Syndrome pada supir bajaj

Hubungan usia terhadap Carpal Tunnel Syndrome pada supir bajaj di Jakarta barat

Variabel Kategori CTS Tidak CTS Total Pvalue

n % n % n %

Usia ≥ 42 tahun 38 39.6% 12 12.5% 50 52.1% 0.167

< 42 tahun 29 30.2% 17 17.7% 46 47.9%

1. Hubungan antara usia dengan Carpal Tunnel Syndrome (CTS) Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa responden yang berusia ≥ 42 tahun sebagian besar mengalami Carpal Tunnel Syndrome yaitu sebanyak 38 (39.6%) orang, sedangkan yang tidak mengalami Carpal Tunnel Syndrome yaitu sebanyak 12 (12.5%) orang. Pada responden yang berusia < 42 tahun sebagain besar mengalami Carpal Tunnel Syndrome yaitu sebanyak 29 (30.2%) orang, sedangkan yang tidak mengalami Carpal Tunnel Syndrome yaitu sebanyak 17 (17.7%) orang. Berdasarkan hasil statistik Chi square didapatkan Pvalue sebesar 0.167 artinya pada α 5% yaitu lebih dari 0.05 diketahui bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara usia dengan kejadian Carpal Tunnel Syndrome pada supir bajaj di Jakarta barat

(48)

31

2. Analisis bivariat

Tabel 4.5 Gambaran masa kerja terhadap Carpal Tunnel Syndrome pada supir bajaj

2. Hubungan antara masa kerja dengan Carpal Tunnel Syndrome (CTS)

Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui bahwa masa kerja responden ≥ 7 tahun mengalami Carpal Tunnel Syndrome yaitu sebanyak 40 (41.7%) orang, sedangkan yang tidak mengalami Carpal Tunnel Syndrome yaitu sebanyak 14 (14.6%) orang. Pada masa kerja responden > 7 tahun mengalami Carpal Tunnel Syndrome yaitu sebanyak 27 (28.1%) orang, sedangkan yang tidak mengalami Carpal Tunnel Syndrome yaitu sebanyak 15 (15.6%) orang. Berdasarkan hasil statistik Chi-square didapatkan Pvalue sebesar 0.3 artinya pada α 5% yaitu lebih dari 0.05 diketahui bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara masa kerja dengan kejadian Carpal Tunnel Syndrome pada supir bajaj di Jakarta barat

Hubungan masa kerja terhadap Carpal Tunnel Syndrome pada supir bajaj di Jakarta barat

Variabel Kategori CTS Tidak CTS Total Pvalue

n % n % n %

Masa kerja

≥ 7 tahun 40 41.7% 14 14.6% 54 56.3% 0.3 < 7 tahun 27 28.1% 15 15.6% 42 43.8%

(49)

3. Hubungan Posisi pergelangan tangan terhadap Carpal Tunnel Syndrome pada supir bajaj di Jakarta barat

Adapun hasil statistik hubungan Posisi pergelangan tangan terhadap Carpal Tunnel Syndrome pada supir bajaj di Jakarta barat adalah sebagai berikut :

Tabel 4.6 Gambaran posisi pergelangan tangan supir bajaj terhadap Carpal Tunnel Syndrome

Analisis Hubungan Posisi janggal pergelangan tangan terhadap Carpal

Tunnel Syndrome pada supir bajaj di Jakarta barat

Variabel Kategori CTS Tidak CTS Total Pvalue

n % n % n % Posisi janggal Janggal 47 49% 12 12.5% 59 61.5% 0.008 Tidak janggal 20 20.8% 17 17.7% 37 38.5%

Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa responden dengan posisi pergelangan tangan yang janggal sebagian besar mengalami Carpal Tunnel Syndrome yaitu sebanyak 47 (49%) orang, sedangkan yang tidak mengalami Carpal Tunnel Syndrome yaitu sebanyak 12 (12.5%) orang. Pada responden posisi pergelangan tangan tidak janggal sebagian besar mengalami Carpal Tunnel Syndrome yaitu sebanyak 20 (20.8%) orang, sedangkan yang tidak mengalami Carpal Tunnel Syndrome yaitu sebanyak 17 (17.7%) orang. Berdasarkan hasil statistik Chi square didapatkan Pvalue sebesar 0.008 artinya pada α 5% yaitu kurang dari 0.05 diketahui bahwa ada hubungan yang signifikan antara usia dengan kejadian Carpal Tunnel Syndrome pada supir bajaj di Jakarta barat

(50)

33

BAB V

PEMBAHASAN

V. 1 Keterbatasan penelitian

Data yang diperoleh pada penelitian ini adalah data primer yang didapatkan dengan observasi langsung pada supir bajaj untuk faktor pekerjaan berupa posisi pergelangan tangan terhadap Carpal Tunnel Syndrome (CTS) serta menggunakan kuesioner untu survey pekerja. Terdapat beberapa keterbatasan dalam penelitian. Yaitu :

1. Hasil penelitian untuk variabel Carpal Tunnel Syndrome (CTS) pada supir bajaj berdasarkan dari gabungan antara adanya keluhan berupa gejala Carpal Tunnel Syndrome (CTS), kuesioner, dan observasi posisi pergelangan tangan tanpa didampingi oleh tenaga medis.

2. Observasi langsung pada faktor pekerjaan berupa posisi pergelangan tangan hanya dilakukan pada satu waktu sehingga penilaian akan posisi pergelangan tangan hanya berdasarkan saat itu, sehingga adanya kemungkinan bahwa gerakan tersebut bukanlah gerakan yang paling sering dilakukan.

3. Pada penelitian ini pengambilan sampel tidak memperhitungkan kegiatan diluar mengemudikan bajaj, sehingga mungkin adanya beban kerja berbeda antara keduanya yang dapat mempengaruhi hasil penelitian.

(51)

V. 1 Kejadian Carpal Tunnel Syndrome (CTS)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap supir bajaj di Jakarta barat didapatkan hasil bahwa sebagian besar (69.8%) mengalami Carpal Tunnel Syndrome (CTS). Sedangkan yang tidak mengalami Carpal Tunnel Syndrome adalah sebesar (30.2%).

CTS yang terjadi berhubungan dengan penggunaan tangan karena pekerjaan adalah sebagai akibat inflamasi/pembengkakan tenosinovial di dalam terowongan karpal.(3) Penggunaan tangan yang berhubungan dengan pekerjaan atau aktifitas, contohnya adalah pekerjaan rumah tangga (menjahit, merajut, menusuk, memasak), kesenian, dan olah raga.(14)(15)(16)

Gejala CTS biasanya memburuk secara perlahan dari beberapa minggu sampai beberapa tahun. Pada beberapa kasus CTS yang berhubungan dengan pekerjaan, gejala terjadi pertama kali terasa saat tidak bekerja sehingga pasien tidak menghubungkan gejala tersebut dengan aktivitas yang berhubungan dengan pekerjaannya. Gejala penyakit berhubungan dengan jenis tugas yang menimbulkan tekanan biomekanis berulang pada tangan dan pergelangan tangan seperti frekuensi, kekuatan, pengulangan, posisi kerja yang tidak baik dan getaran.

V. 2 Hubungan antara usia dengan kejadian Carpal Tunnel Syndrome

(CTS)

Pada analisis statistik dengan menggunakan uji chi-square diperoleh bahwa usia, tidak berhubungan dengan kejadian CTS pada supir bajaj di Jakarta barat. Gerakan berulang mempunyai hubungan dengan kejadian CTS. Carpal Tunnel Syndrome paling banyak ditemukan pada usia ≥ 42 tahun tetapi banyak faktor lainnya yang memiliki pengaruh pada usia dalam kasus CTS. Meskipun pekerja dengan usia yang lebih tua telah diketahui mempunyai tingkat kekuatan

(52)

35

V. 3 Hubungan antara usia dengan kejadian Carpal Tunnel Syndrome

(CTS)

yang lebih rendah daripada pekerja yang lebih muda. Berdasarkan perhitungan statistik diketahui bahwa hubungan antara usia dengan Carpal Tunnel Syndrome (CTS) yaitu (α≥0,05).

Hasil tersebut tidak sesuai dengan pernyataan Jeremy bahwa CTS sering dialami oleh wanita berusia 50-70 tahun, namun juga sama dengan jenis pria. Begitu juga lebih seringa pada wanita hamil. Orang yang lebih tua lebih sering mengalami CTS dengan 59% diantaranya berusia lebih dari 65 tahun mengalami thena atrophy dibandingakan dengan sisa 18% pasien yang lebih muda.

Tidak ada hubungan antara usia dengan CTS pada supir bajaj tersebut dimungkinkan karena pekerja dengan usia tua telah mengalami penurunan kemampuan fisik dalam bekerja. Hal ini mengakibatkan pekerja berusia tua bekerja dengan irama lambat dan melakukan gerakan tangan berulang dengan frekuensi rendah dan aktifitas bekejra yang menurun. Kemampuan fisik optimal seseorang dicapai pada saat usianya ≥ 40 tahun, dan kapasitas fisiologis seseorang akan menurun 1% per tahunnya setelah kondisi puncaknya terlampaui. Selain itu, responden yang berusia muda memiliki aktivitas lain yang merupakan faktor risiko terjadinya CTS. Aktivitas tersebut antara lain melakukan pekerjaan rumah seperti menyapu dan memasak, bermain handphone, menggunakan kendaraan selain bajaj, misalkan motor. Sementara, responden yang berusia tua lebih banyak menghabiskan waktu di luar kerja dengan beristirahat.(5)

(53)

V. 4 Hubungan masa kerja dengan Kejadian Carpal Tunnel Syndrome

(CTS)

Berdasarkan hasil analisis uji statistik chi-square diketahui bahwa masa kerja tidak berhubungan dengan CTS (p=0,3; α>0,05). Padahal seharusnya semakin lama masa kerja sesorang semakin tinggi risiko seseorang itu untuk mengalami CTS. Pada penelitian ini, hasil menunjukkan banyak yg mengalami CTS dengan masa kerja ≥ 7 tahun. Hasil tersebut dimungkinkan karena responden dengan masa kerja ≥ 7 tahun saat ini telah berusia tua sehingga tidak banyak melakukan gerakan tangan berulang dengan frekuensi tinggi karena kemampuan untuk bekerja yang semakin menurun atau lebih rendah dibandingkan dengan pekerja yang berusia muda. Selain itu, dimungkinkan juga karena banyak pekerja yang selalu menggunakan obat-obatan seperti rheumacil atau obat gosok jika mengalami nyeri pada pergelangan tangan sehingga keluhan nyeri tersebut tidak lagi dirasakan.

V. 5 Hubungan posisi pergelangan tangan dengan kejadian Carpal

Tunnel Syndrome (CTS)

Hasil statistik Chi-square menunjukkan (p=0,008; α<0,05) yaitu variabel posisi pergelangan tangan ada hubungan dengan Carpal Tunnel Syndrome secara signifikan. Artinya, pekerjaan yang dengan kebiasaan posisi pergelangan tangan yang janggal akan menyebabkan terjadinya CTS. Semakin lama posisi pergelangan tangan menjanggal semakin tinggi risiko terjadinya CTS. Supir bajaj dalam bekerja banyak melakukan gerakan tangan berulang baik dengan posisi pergelangan tangan fleksi atau ekstensi, deviasi ulnar dan radial. Sebagian besar supir bajaj melakukan gerakan tangan berulang dengan frekuensi tinggi. Peningkatan pengulangan gerakan yang sama setiap hari akan meningkatkan risiko untuk terjadinya tendinitis. Kerusakan ini dapat

(54)

37

V. 5 Hubungan posisi pergelangan tangan dengan kejadian Carpal

Tunnel Syndrome (CTS)

menjadi penyebab terjadinya kompresi pada saraf dan menimbulkan CTS. Gerakan berulang akan meningkatkan tekanan pada carpal tunnel. Penekanan pada carpal tunnel akan menimbulkan kerusakan baik reversibel ataupun irreversibel. Peningkatan intensitas dan durasi yang cukup lama, akan mengurangi aliran darah pada pembuluh darah tepi. Dalam jangka waktu yang lama aliran darah akan berpengaruh pada sirkulasi kapiler dan akhirnya berdampak pada permeabilitas pembuluh darah pada pergelangan tangan. (5)

(55)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

VI. 1. Kesimpulan penelitian

Kesimpulan pada penelitian ini adalah sebagian besar supir bajaj di Jakarta barat mengalami Carpal Tunnel Syndrome (CTS). Dimana posisi pergelangan tangan memiliki hubungan terhadap Carpal Tunnel Syndrome (CTS), sedangkan usia dan masa kerja tidak ada hubungan yang bermakna.

VI. 2. Saran-saran

 Bagi supir bajaj

1. Edukasi berupa self assessment. Panduan atau siasat pencegahan dengan merubah pola pekerjaan dengan penggunaan tangan dan pergelangan tangan secara berulang, yakni waktu aktivitas dan waktu istirahat disinkronkan, dan menerapkan pola pengerjaan berdasarkan prioritas sehingga bisa menghindari aktivitas penggunaan tangan berlebihan sehingga rasa nyeri bisa diminimalisir. Apabila supir merasakan nyeri maka dianjurkan mengganti posisi tangan atau segera beristrahat. Supir sebaiknya memanfaatkan waktu istirahat dengan semaksimal mungkin mengistirahatkan pergelangan tangan.

2. Penggunaan alat pelindung diri berupa bandwrist untuk mencegah terjadi cidera syaraf pada pergelangan tangan serta masker untuk melindungi saluran pernapasan.

38 5

(56)

39

VI. 2. Saran-saran

 Bagi Peneliti Selanjutnya

1. Pada saat melakukan pemeriksaan fisik sebaiknya didampingi dengan tenaga medis supaya hasil yang didapat lebih akurat.

2. Untuk observasi langsung yang berkaitan dengan posisi janggal pada tangan sebaiknya dilakukan dalam waktu yang cukup lama dan beberapa kali untuk memastikan bahwa gerakan yang dilihat oleh peneliti merupakan gerakan yang paling sering dilakukan oleh pekerja.

(57)

DAFTAR PUSTAKA

1. Aizid, Rizem. 2011. Babat ragam penyakit paling sering menyerang orang kantoran. Jakarta : flashbook

2. Ali, K. M dan B.W.C. Sathiyasekaran. 2006. “Computer Professionals and Carpal Tunnel Syndrome (CTS)” dalam International Journal of Occupational Safety and Ergonomics (JOSE). Chennai (Madras) : Department of Community Medicine, Sri Ramachandra Medical College & Research Institute Vol. 12, No. 3, 319–32

3. Bland, Jeremy. 2007, “Carpal Tunnel Syndrome”. National Centre for Biotehcnology. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1949464/. 18 Agustus 2007.

4. Harsono WR. Carpal Tunnel Syndrome at workers who were exposed by repeated biomechanical pressures at hand and wrist in tire industry RSIN Company (thesis). Universitas Indonesia, Jakarta; 1995.

5. Havard Medical School. Carpal Tunnel Syndrome. 1998; 1-10. Available from URL: http:// www.tifaq.com/html.

6. Hobby JI, Vankatesh R, Motkur P. The Effect on Age and Gender Upon Symptom and Surgical Outcomes in Carpal Tunnel Syndrome. J Hand Surg (Br) 2005 ; 30 599604.

7. Kurniawan, Bina, Siswi Jayanti dan Yulianti setyaningsih. 2008. “Faktor Risiko Kejadian Carpal Tunnel Syndrome (CTS) pada Wanita Pemetik Melati di Desa Karangcengis, Purbalingga”. Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia. Vol. 3 / No. 1 / Januari 2008

8. Mardjono, prof. Dr. Mahar. Neurologi Klinis Dasar : Gangguan Somestesia Akibat neuritis N. Medianus. Dian rakyat. Jakarta. 1981. Hal : 108-109. 9. Noor, Zairin. 2013. “Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal”. Jakarta :

Salemba medika.

10. Nurqotimah, nana ; yuliani setyaningsih dan samsul nur hidayat. 2010. “Hubungan Masa Kerja dan Lama Kerja dengan Kejadian Carpal Tunnel Syndrome Pada Operator Rental Komputer di Wilayah Kelurahan Pleburan Kota Semarang”. Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Muhammadiyah Semarang

(58)

41

11. Rambe, Aldy. Sindrom Terowongan Karpal. USU/RSUP. H. Adam Malik.

http://library.usu.ac.id/download/fk/penysaraf-aldi2.pdf.

12. Rosenbaum R. Occupational and Use Mononeuropathies. In:Evans RW, editor. Neurology and Trauma. Philadelphia: WB Saunders Co; 1996.p.403-405.

13. Sabiston, 1999, Buku Ajar Bedah, Bagian 2, EGC, Jakarta, Cetakan I, hal 347 14. Sari, Halinda. “Sindroma Terowongan Karpal Akibat Kerja”. USU medan.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/18929/1/ikm-des2006-10%20(7).pdf

15. Tana, Lusianawaty. 2003, “Sindrom Terowongan Karpal pada pekerja : pencegahan dan pengobatannya”. Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Kesehetan Republik Indonesia. Volume 22, No, 3. http://www.univmed.org/wp-content/uploads/2011/02/Lusianawaty.pdf 16. Tanaka S, Deanna KW, Seligman PJ. Prevalence and work-relatedness of self

reported Carpal Tunnel Syndrome among U.S. worker: analysis of the occupational health supplement data of 1988 National Health Interview Survey. Am J Ind Med 1995; 27: 451-70.

17. Young VL, Scaton MK. Detecting cummulative trauma disorders in workers performing repitition tasks. J Ind Med Assoc 1995; 27: 419-31. Havard Medical School. Carpal Tunnel Syndrome. 1998; 1-10. Available from URL: http:// www.tifaq.com/html

.

(59)

LAMPIRAN 1. Lembar Surat Permohonan Ijin Penelitian

(60)

Gambar

Gambar 2.2 Anatomi n. medianus
Gambar 2.3 Tinel test dan Phalen test  4)  Patofisiologi
Gambar 2.4 Phalen maneuver
Gambar 2.5 Posisi Deviasi Ulnar (a) dan Posisi Deviasi Radial  (b)Pada Pergelangan Tangan (Sumber: Humantech, 1995)
+3

Referensi

Dokumen terkait

Banyak rakyat negara maju yang produk makanan dan jasanya sudah mendapatkan label halal (Dahlan, 2009). Perkembangan pasar halal global yang tumbuh pesat, didasari dengan

Video. Ruang lingkup pembelajaran berisi pemetaan materi yang ada pada tiap-tiap unit, tujuan pembelajaran berisi tujuan yang ditargetkan dari proses pembelajaran

“Dan bahtera itu berlayar membawa mereka dalam gelombang lak-sana gunung, dan Nuh memanggil anaknya, sedang anak itu berada di tempat jauh terpencil: “Hai

1) Siddiq artinya benar. Maksudnya adalah perkataan, perbuatan, pikiran, dan ajaran para rasul itu selalu benar dan sesuai dengan ketentuan Allah swt. 2) Amanah artinya

Untuk menanggulangi tanah longsor penulis merencanakan dinding penahan tipe kantilever dengan memperhitungkan faktor keamanan terhadap stabilitas terhadap gaya

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif.Berdasarkan hasil yang di peroleh dari penelitian ini dapat disimpulkan tabata

Tujuan evaluasi ini adalah untuk mengevaluasi kesesuaian pada tingkat Usaha Pengelolaan Hutan (“UPH”) terhadap persyaratan-persyaratan Forest Stewardship Council (“FSC”)

Susunan asam amino yang didapat dari fragmen penyandi protein HN dengan menerjemahkan sekuens nukleotida isolat Denpasar-03/AK/07 virus Newcastle Disease menggunakan