• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Keuangan Pada tanggal 31 Maret 2013 dan 31 Desember 2012 serta untuk periode 3 bulan yang berakhir 31 Maret 2013 dan 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Laporan Keuangan Pada tanggal 31 Maret 2013 dan 31 Desember 2012 serta untuk periode 3 bulan yang berakhir 31 Maret 2013 dan 2012"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

Laporan Keuangan

Pada tanggal 31 Maret 2013 dan 31 Desember 2012

serta untuk periode 3 bulan yang berakhir

31 Maret 2013 dan 2012

(2)

SERTA UNTUK PERIODE TIGA BULAN YANG BERAKHIR TANGGAL 31 MARET 2013 DAN 2012

Daftar Isi

Hal Laporan Posisi Keuangan……….…. 3-4

Laporan Laba Rugi Komprehensif... 5 Laporan Perubahan Ekuitas ………..………... 6

Laporan Arus Kas ………... 7

Catatan Atas Laporan Keuangan ………. 8-62

(3)

(Dinyatakan Dalam Rupiah)

Catatan 31 Maret 2013 31 Desember 2012 ASET

Kas dan bank

Pihak ketiga 4 9.945.714.577 6.512.274.526 Pihak-pihak berelasi 2w, 4, 31 162.909.420 5.486.015.266 Jumlah 10.108.623.997 11.998.289.792 Investasi Pihak ketiga 2 , 5 397.066.260.625 340.520.833.897 Pihak-pihak berelasi 2w, 4, 31 1.094.124.170.900 795.158.474.000 Jumlah 1.491.190.431.525 1.135.679.307.897 Piutang premi Pihak ketiga 2l, 5 118.428.888.453 99.675.902.996 Pihak-pihak berelasi 2l, 2w, 6, 31 18.419.943.523 21.357.427.038 Jumlah 136.848.831.976 121.033.330.034 Piutang reasuransi Pihak ketiga 2m, 7 17.180.750.497 4.331.379.861 Pihak-pihak berelasi 2m, 2w, 7, 31 - 1.504.942 Jumlah 17.180.750.497 4.332.884.803 Aset Reasuransi 2p, 8 121.383.455.769 100.470.783.864

Piutang lain-lain bersih setelah 2 dikurangi penyisihan penurunan nilai

sebesar Rp 693.104.271 tahun 2013

dan tahun 2012 9 7.484.438.619 9.838.028.760

Biaya dibayar di muka 2s, 10 10.191.604.897 12.857.748.907

Pajak dibayar di muka 2u, 16a 1.308.167.897 1.313.324.087

Aset lain-lain 11 5.522.750.296 7.131.650.339

Aset Tetap - setelah dikurangi akumulasi

penyusutan sebesar Rp 20.107.788.810 dan

Rp 19.054.072.246 pada tahun 2013

dan tahun 2012 2i, 12 44.584.224.705 40.173.369.275

Aset tidak berwujud - setelah dikurangi

akumulasi amortisasi

sebesar Rp 10.664.238.057 dan Rp 10.602.681.067 pada tahun 2013 dan

tahun 2012 13 587.628.111 535.902.139

Aset pajak tangguhan 2u, 3, 16b 7.592.059.749 2.237.649.318

JUMLAH ASET 1.853.982.968.038 1.447.602.269.215

(4)

(Dinyatakan Dalam Rupiah)

Catatan 31 Maret 2013 31 Desember 2012 LIABILITAS DAN EKUITAS

LIABILITAS Utang klaim 2w, 14, 31 5.322.096.963 2.484.217.799 Utang reasuransi Pihak ketiga 2m, 15 14.684.684.191 16.796.773.985 Pihak-pihak berelasi 2m, 2w, 15, 31 - 2.315.044.996 Jumlah 14.684.684.191 19.111.818.981

Utang pajak 2u, 3, 16b 16.501.560.843 10.548.166.954 Liabilitas kontrak asuransi 2q, 2r,17 438.535.526.410 305.907.852.759 Liabilitas imbalan kerja 2x, 18 9.562.493.235 9.583.643.235 Utang lain-lain 19 47.631.079.964 100.284.618.719

JUMLAH LIABILITAS 532.237.441.606 447.920.318.447

EKUITAS

Modal saham - nilai nominal Rp 500 per saham Modal dasar - 350.000.000 saham

Modal ditempatkan dan disetor penuh

150.000.000 saham 20 75.000.000.000 75.000.000.000 Tambahan modal disetor - agio saham 21 102.724.933.405 102.724.933.405 Keuntungan belum direalisasi

atas perubahan nilai wajar aset

keuangan tersedia untuk dijual 865.097.391.442 550.554.129.439 Saldo laba

Cadangan umum 11.000.000.000 11.000.000.000 Belum ditentukan penggunaannya 267.923.201.585 260.402.887.924 Ekuitas - Bersih 1.321.745.526.432 999.681.950.768

JUMLAH LIABILITAS DAN EKUITAS 1.853.982.968.038 1.447.602.269.215

(5)

(Dinyatakan Dalam Rupiah)

Catatan 31 Maret 2013 31 Maret 2012

PENDAPATAN Premi bruto Pihak ketiga 2l, 22 244.724.533.817 138.376.663.828 Pihak-pihak berelasi 2l, 2w, 22, 31 14.235.160.767 16.629.490.083 258.959.694.584 155.006.153.911 Premi reasuransi Pihak ketiga 2m, 22 22.968.077.468 17.321.313.679 Pihak-pihak berelasi 2m, 2w, 22, 31 - -22.968.077.468 17.321.313.679 Perubahan bersih premi yang

belum merupakan

pendapatan 2l, 22 (97.589.012.884) (51.592.761.995)

Pendapatan komisi 2o, 23 3.106.522.838 1.737.007.323

Hasil investasi 24 3.967.144.784 7.235.606.572 Pendapatan lain-lain 25 1.847.985.281 1.195.127.023 JUMLAH PENDAPATAN 147.324.257.135 96.259.819.155 BEBAN Klaim bruto Pihak ketiga 2n, 26 132.063.822.579 67.436.065.003 Pihak-pihak berelasi 2n, 2w, 26, 31 - 3.562.424.652 132.063.822.579 70.998.489.655 Klaim reasuransi Pihak ketiga 2n, 26 52.964.293.718 7.485.717.748 Pihak-pihak berelasi 2n, 2w, 26, 31 - -52.964.293.718 7.485.717.748 Perubahan bersih estimasi klaim retensi sendiri 2n, 26 14.125.988.861 (4.946.799.611)

Beban komisi 2o, 27 29.574.949.741 14.345.889.469

Beban administrasi dan umum 28 15.527.939.663 14.405.021.895

Beban lain-lain 29 335.198.529 429.676.118

JUMLAH BEBAN 138.663.605.655 87.746.559.778 LABA SEBELUM PAJAK 8.660.651.480 8.513.259.377 BEBAN PAJAK PENGHASILAN

Kini 2u, 3, 16b (6.494.748.250) (8.834.436.250)

Tangguhan 2u, 3, 16b 5.354.410.431 7.099.741.332

(1.140.337.819)

(1.734.694.918) LABA BERSIH TAHUN BERJALAN 7.520.313.661 6.778.564.459

Keuntungan (kerugian) belum direalisasi atas perubahan nilai wajar

aset keuangan 314.543.262.003 94.656.340.179

JUMLAH LABA (RUGI)

KOMPREHENSIF 322.063.575.664 101.434.904.638 LABA BERSIH PER SAHAM 2v, 30 50 45

(6)

Modal (Kerugian) Belum

Ditempatkan Tambahan Direalisasi atas Belum

dan Disetor Modal Disetor Perubahan Nilai Wajar Cadangan Ditentukan

Catatan Penuh - Agio Saham Aset Keuangan Umum Penggunaannya Jumlah Ekuitas

Saldo, 31 Desember 2011 75.000.000.000 102.724.933.405 239.339.104.982 10.000.000.000 231.831.018.692 658.895.057.079 Laba tahun berjalan - - - - 6.778.564.460 6.778.564.460 Pendapatan komprehensif lain - - 94.656.340.179 - - 94.656.340.179

Saldo per 31 Maret 2012 75.000.000.000 102.724.933.405 333.995.445.161 10.000.000.000 238.609.583.152 760.329.961.718 Dana cadangan umum - - - 1.000.000.000 (1.000.000.000) -Dividen kas - - - - (13.050.000.000) (13.050.000.000) Laba tahun berjalan - - - 35.843.304.772 35.843.304.772 Pendapatan komprehensif lain - - 216.558.684.278 - 216.558.684.278

Saldo per 31 Desember 2012 75.000.000.000 102.724.933.405 550.554.129.439 11.000.000.000 260.402.887.924 999.681.950.768 Laba tahun berjalan - - - - 7.520.313.661 7.520.313.661 Pendapatan komprehensif lain - - 314.543.262.003 - - 314.543.262.003

Saldo per 31 Maret 2013 75.000.000.000 102.724.933.405 865.097.391.442 11.000.000.000 267.923.201.585 1.321.745.526.432

Saldo Laba

(7)

Catatan 2013 2012 Arus kas dari aktivitas operasi

Penerimaan premi 6, 19, 22 194.412.106.075 157.699.875.064

Penerimaan klaim reasuransi 7, 26 40.116.428.024 8.964.907.327

Pembayaran klaim (129.225.943.415) (68.740.449.673)

Pembayaran komisi - bersih (24.867.514.924) (12.934.803.758)

Pembayaran premi reasuransi 15, 22 (27.395.212.257) (21.846.901.703) Pembayaran beban umum dan administrasi (11.621.708.257) (17.149.744.231) Penerimaan (pembayaran) lain-lain - bersih (574.754.538) 66.442.271

Pembayaran pajak-bersih (541.354.361) 119.209.603

Kas bersih diperoleh dari /(digunakan untuk) aktivitas operasi 40.302.046.347 46.178.534.900

Arus kas dari aktivitas investasi

Penempatan investasi (288.825.250.000) (180.808.500.000)

Hasil penjualan dan pencairan investasi 247.995.490.000 132.406.800.000 Pembelian piranti lunak komputer 13 (93.282.962)

-Pembelian aset tetap 12 (5.771.367.750) (1.902.604.524)

Hasil penjualan aset tetap 135.536.992 344.984.069

Hasil penerimaan sewa 24 46.405.710

-Penerimaan dividen 24 942.106.839 1.625.330.376

Penerimaan bunga 24 3.378.649.029 3.216.154.539

Kas bersih diperoleh dari /(digunakan untuk) aktivitas investasi (42.191.712.142) (45.117.835.540) KENAIKAN (PENURUNAN) BERSIH

KAS DAN BANK (1.889.665.795) 1.060.699.360

KAS DAN BANK AWAL PERIODE 11.998.289.792 5.422.478.350 KAS DAN BANK AKHIR PERIODE 4 10.108.623.997 6.483.177.710 Aktivitas yang tidak mempengaruhi kas :

Kenaikan (penurunan) nilai wajar yang belum direalisasi -

(8)

1. UMUM

a. Pendirian Perusahaan

PT Lippo General Insurance Tbk (“Perusahaan”) didirikan dan berkedudukan di Surabaya sesuai akta No. 1 yang dibuat oleh Nyonya Adasiah Harahap, S.H., notaris di Jakarta, tanggal 6 September 1963 dengan nama PT Asuransi Brawidjaja dan berubah nama menjadi PT Maskapai Asuransi Marga Pusaka sesuai dengan akta No. 4 sesuai dengan akta yang dibuat dihadapan Misahardi Wilamarta, S.H., pengganti Nyonya Adasiah Harahap, S.H., Notaris di Jakarta. Perubahan ini telah mendapat persetujuan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia pada tanggal 21 Juni 1983 NO. C2-4625.HT.01.04.TH.83 dan telah diumumkan dalam berita negara NO. 2295 tanggal 13 Juni 1997. Sesuai dengan akta No. 53 tanggal 9 Januari 1991 yang dibuat oleh Misahardi Wilamarta, S.H., di Jakarta, perusahaan mengubah kedudukan semula di Surabaya menjadi di Jakarta. Berdasarkan akta No. 118 tanggal 6 Juli 1991 yang dibuat dihadapan Misahardi Wilamarta, S.H., notaris di Jakarta, Perusahaan mengubah nama menjadi PT Lippo General Insurance. Perubahan ini telah mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman dengan Surat Keputusan No. C2-8274.HT.01.04.TH.91 tanggal 30 Desember 1991.

Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan antara lain berdasarkan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa yang berita acaranya telah diaktakan dalam akta No. 115 tanggal 26 Juni 1998 yang dibuat dihadapan Misahardi Wilamarta, S.H., notaris di Jakarta, sehubungan dengan perubahan Anggaran Dasar Perusahaan yang disesuaikan dengan surat keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal No. Kep-13/PM/1997. Perubahan ini telah disetujui oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia pada tanggal 10 Desember 1998 dalam Surat Keputusan No. C2-27.694.HT.01.04.TH.98 serta telah diumumkan dalam Berita Negara No. 44 Tambahan 141.

Terakhir berdasarkan Pernyataan Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan dengan akta No. 103 tanggal 24 April 2009 dibuat dihadapan Aulia Taufani, S.H., pengganti Sutjipto, S.H., M.Kn., notaris di Jakarta, telah disetujui dilakukannya perubahan Anggaran Dasar Perusahaan untuk disesuaikan dengan Undang-Undang No. 40 tahun 2007, yang mana dimuat dalam akta No. 135 tanggal 18 April 2008 dibuat dihadapan Sutjipto, S.H., M.Kn. dan diubah dengan akta No. 111 tanggal 20 Februari 2009 dibuat di hadapan Aulia Taufani, S.H., pengganti Sutjipto, S.H., M.Kn. Perubahan tersebut telah disetujui Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia tanggal 8 April 2009 dalam surat keputusan No. AHU-11818.AH.01.02.Tahun 2009.

Sesuai dengan pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan, maksud dan tujuan Perusahaan adalah berusaha dalam bidang asuransi kerugian.

Perusahaan berkedudukan di Jakarta, dengan Kantor Pusat di Gedung Berita Satu Plaza (dahulu Citra Graha), Jalan Jenderal Gatot Subroto. Perusahaan memiliki Kantor Cabang dan Kantor Pemasaran yang berlokasi di Karawaci, Medan, Surabaya, Palembang, Bandung, Semarang, Solo, Pekanbaru, Cikarang, Makassar dan Balikpapan.

Perusahaan telah memperoleh izin usaha terakhir dari Menteri Keuangan Republik Indonesia dengan surat keputusan No. Kep-173/KM.13/1992 tanggal 17 September 1992. Perusahaan memulai kegiatan komersialnya pada tahun 1983.

(9)

b. Penawaran Umum Saham Perusahaan

Perusahaan telah mendapat persetujuan dari Menteri Keuangan pada tahun 1997 untuk mencatatkan 51.000.000 sahamnya dengan nilai nominal Rp 500 per saham dengan harga perdana sebesar Rp 2.225 pada bursa efek di Indonesia. Sebelum dilakukan penawaran umum saham kepada masyarakat, jumlah saham ditempatkan dan disetor adalah 99.000.000 saham, sehingga sesudah penawaran umum tersebut jumlah seluruh saham ditempatkan dan disetor adalah 150.000.000 saham. Tanggal efektif penawaran umum perdana tersebut adalah tanggal 27 Juni 1997. Pencatatan saham tersebut dilakukan pada tanggal 22 Juli 1997 pada Bursa Efek Indonesia.

c. Manajemen kunci dan informasi lainnya

Berdasarkan akta No. 01 tanggal 5 April 2012 dibuat dihadapan Engawati Gazali, S.H., notaris di Jakarta, para Pemegang Saham menyetujui perubahan susunan Dewan Komisaris dan Direksi. Pada tanggal 31 Maret 2013 dan 31 Desember 2012, susunan Dewan Komisaris dan Direksi Perusahaan adalah sebagai berikut:

Dewan Komisaris

Presiden Komisaris : Ganesh Chander Grover Komisaris Independen : Purnomo Utoyo

Komisaris : Ivan Setiawan Budiono Komisaris : Sungianganto Budisuharto

31 Maret 2013 dan 31 Desember 2012

31 Maret 2013 dan 31 Desember 2012 Direksi

Presiden Direktur : Agus Benjamin

Direktur : Johannes Mardikian Agus Direktur : Hartono Tjahjana Gunadharma Direktur : Adhe Aurora Gultom

Jumlah karyawan tetap pada tanggal 31 Maret 2013 dan 31 Desember 2012, masing-masing sebanyak 189 dan 176 orang.

Berdasarkan surat keputusan Dewan Komisaris pada tanggal 30 April 2012 dan 1 April 2011, susunan Komite Audit adalah sebagai berikut:

Komite Audit

Ketua : Ganesh Chander Grover Anggota : Herman Latief

Anggota : Hernowo Hadiprodjo

(10)

2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI i) Dasar Penyajian Laporan Keuangan

Laporan keuangan telah disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia (SAK) yang mencakup Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) dan Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan (ISAK) yang dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia serta peraturan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (BAPEPAM-LK). Seperti diungkapkan dalam Catatan-Catatan terkait dibawah ini, beberapa standar akuntansi telah direvisi dan diterbitkan, ditetapkan efektif tanggal 1 Januari 2012.

Laporan keuangan Perusahaan disusun sesuai dengan PSAK No.1 (Revisi 2009), "Penyajian laporan Keuangan", Pernyataan Standar Akuntasi Keuangan No. 28 tentang "Akuntansi Asuransi Kerugian" (Revisi 2010), dan Pernyataan Standar Akuntasi Keuangan No. 62 "Kontrak Asuransi" yang diterbitkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI).

Kebijakan akuntansi yang diterapkan dalam penyusunan laporan keuangan konsisten dengan kebijakan akuntansi yang diterapkan dalam penyusunan laporan keuangan Perusahaan untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2011, kecuali bagi penerapan beberapa SAK yang telah direvisi efektif sejak tanggal 1 Januari 2012 seperti yang telah diungkapkan pada Catatan ini.

Laporan keuangan disusun berdasarkan konsep akrual, dan dasar pengukuran dengan menggunakan konsep harga historis, kecuali laporan arus kas dan beberapa akun tertentu yang disusun berdasarkan pengukuran lain sebagaimana diuraikan dalam kebijakan akuntansi masing-masing akun tersebut.

Laporan arus kas menyajikan informasi penerimaan dan pengeluaran kas dan bank yang diklasifikasikan ke dalam aktivitas operasi, investasi dan pendanaan dengan menggunakan metode langsung.

Mata uang pelaporan yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan adalah Rupiah, yang merupakan mata uang fungsional Perusahaan.

a. Instrumen keuangan

Efektif tanggal 1 Januari 2012, Perusahaan menerapkan PSAK No. 50 (Revisi 2010), "InstrumenKeuangan: Penyajian dan Pengungkapan", PSAK No. 55 (Revisi 2010) "Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran" dan PSAK No. 60 "Instrumen Keuangan: Pengungkapan". Penerapan PSAK revisi ini dilakukan secara prospektif.

PSAK Nomor 50 (Revisi 2010) "Instrumen Keuangan: Penyajian", menetapkan prinsip penyajian instrumen keuangan sebagai liabilitas atau ekuitas dan saling hapus aset keuangan dan liabilitas keuangan.

PSAK No 55 (Revisi 2011) "Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran", menetapkan prinsip-prinsip dasar pengakuan dan pengukuran aset keuangan, liabilitas keuangan dan beberapa kontrak untuk membeli atau menjual item non-keuangan.

PSAK No. 60 memperkenalkan pengungkapan baru untuk meningkatkan informasi mengenai instrumen keuangan. PSAK ini mewajibkan pengungkapan secara luas mengenai signifikansi pengaruh instrumen keuangan terhadap posisi keuangan dan kinerja perusahaan, dan pengungkapan kuantitatif dan kualitatif atas risiko yang timbul dari instrumen keuangan, serta menentukan pengungkapan minimum mengenai risiko kredit,

(11)

risiko likuiditas dan risiko pasar, dan juga analisis sensitivitas atas risiko pasar. PSAK ini juga mewajibkan pengungkapan terkait dengan pengukuran nilai wajar menggunakan tiga tingkat hirarki nilai wajar dimana mencerminkan signifikansi input yang digunakan dalam mengukur nilai wajar dan memberikan arahan dalam bentuk pengungkapan kuantitatif mengenai pengukuran nilai wajar dan mewajibkan informasi yang diungkapkan dalam format tabel kecuali terdapat format lain yang lebih sesuai.

Klasifikasi (i) Aset keuangan

Aset keuangan diklasifikasikan sebagai aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi, pinjaman yang diberikan dan piutang, investasi dimiliki hingga jatuh tempo atau aset keuangan tersedia untuk dijual, jika sesuai. Perusahaan menentukan klasifikasi atas aset keuangan pada saat pengakuan awal.

Aset keuangan Perusahaan terdiri dari kas dan bank, piutang premi, piutang reasuransi piutang lain-lain, dan deposito berjangka yang diklasifikasikan sebagai pinjaman yang diberikan dan piutang, saham diklasifikasikan sebagai aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi, saham dan obligasi diklasifikasikan sebagai aset keuangan tersedia untuk dijual, dan obligasi diklasifikasikan sebagai investasi yang dimiliki hingga jatuh tempo.

(ii) Liabilitas keuangan

Liabilitas keuangan diklasifikasikan sebagai liabilitas keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi atau liabilitas keuangan yang dicatat berdasarkan biaya perolehan diamortisasi, jika sesuai.

Liabilitas keuangan Perusahaan terdiri dari utang klaim, utang reasuransi, utang komisi, utang lain, utang komisi diklasifikasikan sebagai liabilitas keuangan yang diukur dengan biaya perolehan diamortisasi.

Pengakuan dan Pengukuran (i) Aset Keuangan

Aset keuangan pada awalnya diakui sebesar nilai wajarnya ditambah, dalam hal investasi yang tidak diukur pada nilai wajar melalui laba rugi, biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung. Pengukuran aset keuangan setelah pengakuan awal tergantung pada klasifikasi aset.

Seluruh pembelian dan penjualan yang lazim pada aset keuangan diakui atau dihentikan pengakuannya pada tanggal perdagangan - yaitu tanggal pada saat Perusahaan dan Entitas Anak berkomitmen untuk membeli atau menjual aset. Pembelian atau penjualan yang lazim adalah pembelian atau penjualan aset keuangan yang mensyaratkan penyerahan aset dalam kurun waktu umumnya ditetapkan dengan peraturan atau kebiasaan yang berlaku dipasar.

a. Aset Keuangan yang Diukur Pada Nilai Wajar Melalui Laporan Laba Rugi Komprehensif

(12)

Aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laba rugi termasuk aset keuangan untuk diperdagangkan dan aset keuangan yang ditetapkan pada saat pengakuan awal untuk diukur pada nilai wajar melalui laba rugi.

Aset keuangan diklasifikasikan dalam kelompok diperdagangkan jika diperoleh atau dimiliki terutama untuk tujuan dijual atau dibeli kembali dalam waktu dekat atau jika merupakan bagian dari portofolio instrumen keuangan tertentu yang dikelola bersama dan terdapat bukti mengenai pola ambil untung dalam jangka pendek.

Perusahaan mengevaluasi aset keuangan untuk diperdagangkan, selain derivatif, untuk menentukan apakah niat untuk menjualnya dalam waktu dekat masih sesuai. Ketika Perusahaan dan Entitas Anak tidak mampu untuk memperdagangankan aset keuangan karena pasar tidak aktif dan niat manajemen untuk menjualnya di masa mendatang secara signifikan berubah, Perusahaan dan Entitas Anak dapat memilih untuk mereklasifikasi aset keuangan, dalam kondisi yang jarang terjadi. Reklasifikasi ke pinjaman yang diberikan dan piutang, tersedia untuk dijual atau dimiliki hingga jatuh tempo tergantung pada sifat aset tersebut. Evaluasi ini tidak mempengaruhi aset keuangan yang ditetapkan pada nilai wajar melalui laporan laba rugi menggunakan opsi nilai wajar pada saat penentuan.

b. Pinjaman yang Diberikan dan Piutang

Pinjaman yang diberikan dan piutang adalah aset keuangan non-derivatif dengan pembayaran tetap atau telah ditentukan dan tidak mempunyai kuotasi dipasar aktif. Setelah pengakuan awal aset keuangan tersebut dihitung dengan amortisasi menggunakan metode bunga efektif dikurangi dengan penurunan nilai, kecuali perhitungan bunga tidak material. Keuntungan atau kerugian diakui pada laba rugi ketika aset keuangan tersebut dihentikan pengakuannya atau mengalami penurunan nilai, dan melalui proses amortisasi.

c. Dimiliki Hingga Jatuh Tempo

Investasi dimiliki hingga jatuh tempo (HTM) adalah aset keuangan non-derivatif dengan pembayaran tetap atau telah ditentukan dan jatuh temponya telah ditetapkan diklasifikasikan sebagai HTM ketika Perusahaan memiliki intensi positif dan kemampuan untuk memiliki aset keuangan tersebut hingga jatuh tempo. Setelah pengukuran awal, investasi HTM diukur pada biaya perolehan yang diamortisasi dengan menggunakan metode suku bunga efektif, dikurangi penurunan nilai.

Setelah pengakuan awal, investasi dimiliki hingga jatuh tempo menggunakan suku bunga efektif untuk mendiskontokan estimasi penerimaan kas di masa datang selama perkiraan umur dari aset keuangan ke nilai tercatat bersih dari aset keuangan. Keuntungan dan kerugian diakui dalam laporan laba rugi pada saat investasi tersebut dihentikan pengakuannya atau mengalami penurunan nilai, maupun melalui proses amortisasi.

d. Aset Keuangan Tersedia untuk Dijual

Aset keuangan tersedia untuk dijual termasuk ekuitas dan efek utang, adalah aset keuangan non-derivatif yang ditetapkan sebagai tersedia untuk dijual atau yang tidak diklasifikasikan dalam tiga kategori sebelumnya.

Setelah pengukuran awal, aset keuangan tersedia untuk dijual selanjutnya diukur dengan nilai wajar dengan keuntungan atau kerugian yang belum terealisasi diakui sebagai laba rugi komprehensif lain dalam cadangan nilai wajar sampai investasi

(13)

tersebut dihentikan pengakuannya, pada saat keuntungan atau kerugian kumulatif diakui dalam pendapatan operasional lainnya, atau terjadi penurunan nilai, pada saat kerugian kumulatif direklasifikasi ke laporan laba rugi dalam biaya keuangan dan dihapus dari cadangan nilai wajar.

Perusahaan mengevaluasi aset keuangan tersedia untuk dijual apakah kemampuan dan niat untuk menjualnya dalam waktu dekat masih sesuai. Perusahaan dan Entitas Anak tidak mampu untuk memperdagangan aset keuangan karena pasar tidak aktif dan niat manajemen untuk melakukannya secara signifikan berubahan di masa mendatang, Perusahaan dan Entitas Anak dapat memilih untuk mereklasifikasi aset keuangan dalam kondisi yang jarang terjadi. Reklasifikasi ke pinjaman yang diberikan dan piutang diperbolehkan ketika aset keuangan memenuhi definisi pinjaman yang diberikan dan piutang dan Perusahaan dan Entitas Anak memiliki maksud dan kemampuan untuk memiliki aset-aset di masa mendatang atau sampai jatuh tempo. Reklasifikasi ke kelompok dimiliki hingga jatuh tempo hanya diperbolehkan ketika entitas memiliki kemampuan dan berkeinginan untuk menahan aset keuangan sedemikian rupa.

Untuk aset keuangan direklasifikasi keluar dari aset keuangan tersedia untuk dijual, keuntungan atau kerugian sebelumnya atas aset tersebut yang telah diakui dalam ekuitas diamortisasi ke laporan laba rugi selama sisa umur dari investasi dengan menggunakan suku bunga efektif. Selisih antara biaya perolehan diamortisasi baru dan arus kas yang diharapkan juga diamortisasi selama sisa umur aset dengan menggunakan suku bunga efektif. Jika selanjutnya terjadi penurunan nilai aset, maka jumlah yang dicatat dalam akun ekuitas direklasifikasi ke laporan laba rugi komprehensif.

(ii) Liabilitas Keuangan

Liabilitas keuangan diakui pada awalnya sebesar nilai wajar, dan, dalam hal pinjaman dan utang, termasuk biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung.

Liabilitas keuangan yang diukur pada biaya perolehan diamortisasi, selanjutnya setelah pengakuan awal diukur pada biaya perolehan diamortisasi, menggunakan suku bunga efektif kecuali jika dampak diskonto tidak material, maka dinyatakan pada biaya perolehan.

Setelah pengakuan awal, Perusahaan mengukur seluruh liabilitas keuangan yang diukur dengan biaya perolehan diamortisasi dengan menggunakan metode suku bunga efektif. Beban bunga diakui dalam “Beban keuangan” dalam laporan laba rugi. Keuntungan atau kerugian diakui pada laporan laba rugi ketika liabilitas keuangan tersebut dihentikan pengakuannya dan melalui proses amortisasi.

Liabilitas keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi ditetapkan pada nilai wajar dalam laporan posisi keuangan. Keuntungan atau kerugian yang timbul dari perubahan nilai wajar liabilitas keuangan diakui melalui laporan laba rugi komprehensif.

b. Saling Hapus dari Instrumen Keuangan

Aset keuangan dan liabilitas keuangan saling hapus dan nilai bersihnya dilaporkan dalam laporan posisi keuangan jika, dan hanya jika, saat ini memiliki hak yang berkekuatan hukum

(14)

untuk melakukan saling hapus atas jumlah yang telah diakui dan terdapat maksud untuk menyelesaikan secara neto, atau untuk merealisasikan aset dan menyelesaikan liabilitas secara bersamaan.

c. Nilai Wajar dari Instrumen Keuangan

Nilai wajar instrumen keuangan yang diperdagangkan secara aktif di pasar keuangan yang terorganisasi, jika ada, ditentukan dengan mengacu pada kuotasi harga di pasar aktif pada penutupan bisnis pada akhir periode pelaporan. Untuk instrumen keuangan yang tidak memiliki pasar aktif, nilai wajar ditentukan dengan menggunakan teknik penilaian. Teknik penilaian tersebut mencakup penggunaan transaksi-transaksi pasar yang wajar antara pihak-pihak yang mengerti dan berkeinginan (arm’s length market transactions); referensi atas nilai wajar terkini dari instrumen lain yang secara substansial sama; analisa arus kas yang didiskonto; atau model penilaian lain.

d. Biaya Perolehan Diamortisasi dari Instrumen Keuangan

Biaya perolehan diamortisasi dihitung dengan menggunakan metode suku bunga efektif dikurangi dengan penyisihan atas penurunan nilai dan pembayaran pokok atau nilai yang tidak dapat ditagih. Perhitungan tersebut mencakup premium atau diskonto pada saat perolehan dan mencakup biaya transaksi dan biaya yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari suku bunga efektif.

e. Penurunan Nilai Aset Keuangan

Setiap akhir periode laporan, Perusahaan mengevaluasi apakah terdapat bukti yang obyektif bahwa aset keuangan atau kelompok aset keuangan mengalami penurunan nilai. Aset keuangan atau kelompok aset keuangan diturunkan nilainya dan kerugian penurunan nilai telah terjadi jika, dan hanya jika, terdapat bukti yang obyektif mengenai penurunan nilai tersebut sebagai akibat dari satu atau lebih peristiwa yang terjadi setelah pengakuan awal aset tersebut (peristiwa yang merugikan), dan peristiwa yang merugikan tersebut berdampak pada estimasi arus kas masa depan atas aset keuangan atau kelompok aset keuangan yang dapat diestimasi secara handal.

Bukti penurunan nilai meliputi indikasi bahwa kesulitan keuangan signifikan yang dialami penerbit atau pihak peminjam, wanprestasi atau tunggakan pembayaran pokok atau bunga, kemungkinan bahwa pihak peminjam akan dinyatakan pailit atau melakukan reorganisasi keuangan lainnya dan data yang dapat diobservasi mengindikasikan adanya penurunan yang dapat diukur atas estimasi arus kas masa datang, misalnya perubahan kondisi ekonomi yang berkorelasi dengan wanprestasi atas aset dalam kelompok tersebut.

a. Aset keuangan yang dicatat pada biaya perolehan diamortisasi

Untuk aset keuangan yang dicatat pada biaya perolehan diamortisasi, Perusahaan pertama menilai apakah tujuan bukti kerusakan secara individual atas aset keuangan yang signifikan secara individual, atau kolektif untuk aset keuangan yang secara individual jumlahnya tidak signifikan. Jika Perusahaan menentukan tidak terdapat bukti obyektif mengenai penurunan nilai aset keuangan yang dinilai secara individual, apakah signifikan atau tidak, itu termasuk aset tersebut ke dalam kelompok aset keuangan yang memiliki karakteristik risiko kredit yang sejenis dan secara kolektif menilai penurunan nilai. Aset yang dinilai secara individual penurunan dan untuk itu kerugian penurunan nilai, atau terus menjadi, diakui tidak termasuk dalam penilaian kolektif penurunan nilai. Jika terdapat bukti obyektif bahwa kerugian penurunan nilai telah terjadi, jumlah kerugian tersebut diukur sebagai selisih antara nilai tercatat aset dengan nilai kini estimasi arus

(15)

kas masa datang (tidak termasuk ekspektasi kerugian kredit masa datang yang belum terjadi) yang didiskonto menggunakan suku bunga efektif awal dari aset keuangan tersebut. Nilai tercatat aset keuangan tersebut berkurang melalui penggunaan akun penyisihan dan jumlah kerugian diakui dalam laporan laba rugi komprehensif.

Ketika aset tidak tertagih, nilai tercatat atas aset keuangan yang telah diturunkan nilainya dikurangi secara langsung atau jika ada suatu jumlah telah dibebankan ke akun penyisihan jumlah tersebut dihapusbukukan terhadap nilai tercatat aset keuangan tersebut.

Jika, pada periode berikutnya, jumlah kerugian penurunan nilai berkurang dan pengurangan tersebut dapat dikaitkan secara obyektif pada peristiwa yang terjadi setelah penurunan nilai diakui maka kerugian penurunan nilai yang sebelumnya diakui dipulihkan dengan menyesuaikan akun penyisihan. Jumlah pemulihan aset keuangan diakui pada laporan laba rugi komprehensif. Penerimaan kemudian atas piutang yang telah dihapusbukukan sebelumnya, jika pada periode berjalan dikreditkan dengan menyesuaikan pada akun penyisihan, sedangkan jika setelah tanggal laporan posisi keuangan dikreditkan sebagai pendapatan operasional lainnya.

b. Aset keuangan tersedia untuk dijual

Untuk aset keuangan yang dicatat pada tersedia untuk dijual, Perusahaan menilai setiap akhir periode laporan, apakah terdapat bukti obyektif bahwa investasi mengalami penurunan nilai.

Setiap akhir periode laporan Perusahaan mengevaluasi apakah terdapat bukti obyektif bahwa aset keuangan mengalami penurunan nilai. Penurunan yang signifikan atau penurunan jangka panjang atas nilai wajar investasi dalam instrumen ekuitas di bawah biaya perolehannya merupakan bukti obyektif terjadinya penurunan nilai dan menyebabkan pengakuan kerugian penurunan nilai. Ketika terdapat bukti tersebut di atas untuk aset yang tersedia untuk dijual, kerugian kumulatif, yang merupakan selisih antara biaya perolehan dengan nilai wajar kini, dikeluarkan dari ekuitas dan diakui pada laporan laba rugi komprehensif.

Dalam kasus instrumen hutang yang diklasifikasikan sebagai tersedia untuk dijual, penurunan nilai berdasarkan kriteria yang sama dengan aset keuangan yang dicatat pada biaya perolehan diamortisasi. Namun, jumlah tercatat untuk penurunan nilai adalah kerugian kumulatif diukur sebagai selisih antara biaya perolehan diamortisasi dan nilai wajar saat ini, dikurangi penurunan nilai atas investasi yang sebelumnya diakui dalam laporan laba rugi komprehensif.

Pendapatan bunga di masa mendatang terus dibukukan dengan pengurangan jumlah nilai tercatat aset, dengan menggunakan tingkat bunga untuk mendiskontokan arus kas masa datang untuk tujuan mengukur kerugian penurunan nilai. Pendapatan jasa giro tersebut dicatat sebagai bagian dari pendapatan keuangan. Jika, di tahun berikutnya, nilai wajar suatu instrumen utang meningkat dan peningkatan tersebut dapat secara obyektif terkait dengan peristiwa yang terjadi setelah kerugian penurunan nilai diakui dalam laporan laba rugi, kerugian penurunan nilai dibalik melalui laporan laba rugi komprehensif.

Jika pada periode berikutnya, nilai wajar aset keuangan dalam instrumen hutang yang diklasifikasikan dalam kelompok tersedia untuk dijual meningkat dan peningkatan tersebut dapat secara obyektif dihubungkan dengan peristiwa yang terjadi setelah pengakuan kerugian penurunan nilai pada laporan laba rugi, maka kerugian penurunan nilai tersebut harus dipulihkan melalui laporan laba rugi komprehensif.

(16)

f. Penghentian Pengakuan a) Aset Keuangan

Perusahaan menghentikan pengakuan aset keuangan, jika dan hanya jika, hak kontraktual untuk menerima arus kas yang berasal dari aset keuangan tersebut berakhir; atau Perusahaan mentransfer hak untuk menerima arus kas yang berasal dari aset keuangan atau menanggung liabilitas untuk membayarkan arus kas yang diterima tersebut secara penuh tanpa penundaan berarti kepada pihak ketiga dibawah kesepakatan pelepasan (pass through arrangement); dan (a) Perusahaan telah mentransfer secara substansial seluruh risiko dan manfaat atas aset, atau (b) Perusahaan tidak mentransfer maupun tidak memiliki secara substansial seluruh risiko dan manfaat atas aset, namun telah mentransfer pengendalian atas aset.

Ketika Perusahaan telah mentransfer hak untuk menerima arus kas dari aset atau telah menandatangani kesepakatan pelepasan (pass through arrangement), dan secara substansial tidak mentransfer dan tidak memiliki seluruh risiko dan manfaat atas aset keuangan, maupun mentransfer pengendalian atas aset, aset tersebut diakui sejauh keterlibatan berkelanjutan Perusahaan dan Entitas anak terhadap aset keuangan tersebut.

Dalam hal, Perusahaan juga mengakui liabilitas terkait. Aset yang ditransfer dan liabilitas terkait diukur dengan dasar yang mencerminkan hak dan liabilitas yang masih dimiliki Perusahaan.

Keterlibatan berkelanjutan yang berbentuk pemberian jaminan atas aset yang ditransfer diukur sebesar jumlah terendah dari jumlah tercatat aset dan jumlah maksimal dari pembayaran yang diterima yang mungkin harus dibayar kembali.

b) Liabilitas Keuangan

Liabilitas keuangan dihentikan pengakuannya ketika liabilitas yang ditetapkan dalam kontrak dihentikan atau dibatalkan atau kadaluwarsa.

Ketika liabilitas keuangan saat ini digantikan dengan yang lain dari pemberi pinjaman yang sama dengan persyaratan yang berbeda secara substansial, atau modifikasi secara substansial atas ketentuan liabilitas keuangan yang saat ini ada, maka pertukaran atau modifikasi tersebut dicatat sebagai penghapusan liabilitas keuangan awal dan pengakuan liabilitas keuangan baru, dan selisih antara nilai tercatat liabilitas keuangan tersebut diakui dalam laporan laba rugi. Ketika liabilitas keuangan saat ini digantikan dengan yang lain dari pemberi pinjaman yang sama dengan persyaratan yang berbeda secara substansial, atau modifikasi secara substansial atas ketentuan liabilitas keuangan yang saat ini ada, maka pertukaran atau modifikasi tersebut dicatat sebagai penghapusan liabilitas keuangan awal dan pengakuan liabilitas keuangan baru, dan selisih antara nilai tercatat liabilitas keuangan tersebut diakui dalam laporan laba rugi.

g. Penyertaan Saham

Penyertaan saham merupakan investasi dalam bentuk saham yang tidak melalui pasar modal untuk tujuan jangka panjang pada Perusahaan. Perusahaan memiliki pemilikan kurang dari hak suara dan dicatat berdasarkan biaya perolehan (metode biaya) dikurangi penyisihan kerugian penurunan nilai. Penghasilan dari dividen diakui pada saat surat pemberitahuan pembagian dividen diterima.

(17)

h. Properti Investasi

Efektif tanggal 1 Januari 2012, Perusahaan menerapkan PSAK Nomor 13 (Revisi 2011), "Properti Investasi". PSAK revisi ini mengatur pengakuan, pengukuran dan pengungkapan properti investasi yang meliputi pengukuran dalam laporan keuangan lessee kepentingan properti investasi atas sewa yang dicatat sebagai sewa pembiayaan dan pengukuran dalam laporan keuangan lessor properti investasi yang diberikan kepada lessee dicatat sebagai sewa operasi. Penerapan PSAK revisi ini tidak berdampak signifikan terhadap laporan keuangan.

Properti investasi merupakan tanah atau bangunan yang dimiliki untuk sewa operasi atau kenaikan nilai, dan tidak digunakan atau dijual dalam kegiatan operasi.

Properti investasi dicatat sebesar nilai wajar, yang mencerminkan nilai pasar yang ditentukan setiap tahun oleh penilai independen. Perubahan nilai wajar properti investasi diakui pada laporan laba rugi komprehensif.

i. Aset Tetap

Efektif 1 Januari, 2012, Perusahaan menerapkan PSAK No. 16 (Revisi 2011), “Aset Tetap” dan ISAK No. 25, “Hak atas Tanah”. PSAK revisi ini mengatur perlakuan akuntansi aset tetap sehingga pengguna laporan keuangan dapat memahami informasi mengenai investasi entitas pada aset tetap dan perubahan pada investasi tersebut. Isu-isu utama dalam aset tetap adalah pengakuan aset, penentuan jumlah tercatat, penyusutan dan penurunan nilai aset tetap. Penerapan PSAK revisi ini tidak berdampak signifikan terhadap laporan keuangan.

ISAK 25 menetapkan bahwa biaya pengurusan legal hak atas tanah dalam bentuk Hak Guna Usaha ("HGU"), Hak Guna Bangunan ("HGB") dan Hak Pakai ("HP") ketika tanah diperoleh pertama kali diakui sebagai bagian dari biaya perolehan tanah pada akun "Aset Tetap" dan tidak diamortisasi. Sementara biaya pengurusan atas perpanjangan atau pembaruan legal hak atas tanah dalam bentuk HGU, HGB dan HP diakui sebagai bagian dari akun "Beban Ditangguhkan, Neto" pada laporan posisi keuangan konsolidasian dan diamortisasi sepanjang, mana yang lebih pendek antara umur hukum hak dan umur ekonomis tanah.

Perusahaan memilih menggunakan model biaya sebagai kebijakan akuntansi pengukuran aset tetapnya.

Aset tetap dinyatakan sebesar biaya perolehan dikurangi akumulasi penyusutan dan rugi penurunan nilai. Biaya perolehan termasuk biaya penggantian bagian aset tetap saat biaya tersebut terjadi, jika memenuhi kriteria pengakuan. Selanjutnya, pada saat inspeksi yang signifikan dilakukan, biaya inspeksi itu diakui ke dalam jumlah tercatat (“carrying amount”) aset tetap sebagai suatu penggantian jika memenuhi kriteria pengakuan. Semua biaya perbaikan dan pemeliharaan yang tidak memenuhi kriteria pengakuan diakui dalam laporan laba rugi pada saat terjadinya.

Biaya-biaya setelah perolehan awal seperti penggantian komponen dan inspeksi yang signifikan, diakui dalam jumlah tercatat aset tetap jika besar kemungkinan manfaat ekonomis di masa depan akan mengalir ke Perusahaan dan biaya tersebut dapat diukur secara andal. Sisa jumlah tercatat biaya komponen yang diganti atau biaya inspeksi terdahulu dihentikan pengakuannya. Biaya perawatan sehari-hari aset tetap diakui sebagai beban pada saat terjadinya.

(18)

Penyusutan diakui dengan menggunakan metode garis lurus untuk menyusutkan nilai aset tetap, kecuali tanah.

Tanah diakui sebesar biaya perolehan dan tidak disusutkan. Beban-beban tertentu sehubungan dengan perolehan atau perpanjangan hak atas tanah ditangguhkan dan diamortisasi dengan menggunakan metode garis lurus sepanjang tahun yang lebih pendek antara hak atas tanah atau umur ekonomis tanah.

Estimasi masa manfaat aset tetap adalah sebagai berikut:

Tahun Bangunan 20 Kendaraan bermotor 5 Peralatan kantor 5 Komputer 5

Perbaikan aset sewa 5

Nilai residu, umur manfaat dan metode penyusutan di- review setiap akhir periode laporan untuk memastikan nilai residu, umur manfaat dan metode depresiasi diterapkan secara konsisten sesuai dengan ekspektasi pola manfaat ekonomis dari aset tersebut.

Ketika suatu aset dilepaskan atau tidak ada manfaat ekonomis masa depan yang diharapkan dari penggunaan atau pelepasannya, biaya perolehan dan akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai, jika ada, dikeluarkan dari akun tersebut. Laba atau rugi yang timbul dari penghentian pengakuan aset tetap akan dimasukkan dalam laporan laba rugi komprehensif.

j. Sewa

Efektif tanggal 1 Januari 2012, Perusahaan menerapkan PSAK No 30 (Revisi 2011), "Sewa". PSAK revisi ini mengatur, baik bagi lessee maupun lessor, kebijakan akuntansi dan pengungkapan yang sesuai untuk diterapkan dalam hubungannya dengan sewa yang berlaku untuk perjanjian yang mengalihkan hak untuk menggunakan aset meskipun layanan substansial oleh lessor dapat disebut dalam kaitannya dengan operasi atau pemeliharaan aset tersebut. Penerapan PSAK revisi ini tidak berdampak signifikan terhadap laporan keuangan.

Suatu sewa diklasifikasikan sebagai sewa pembiayaan jika sewa tersebut mengalihkan secara substansial seluruh resiko dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan asset. Suatu sewa diklasifikasikan sebagai sewa operasi jika sewa tidak mengalihkan secara substantial seluruh resiko dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan aset.

Aset tetap yang diperoleh dengan sewa pembiayaan disajikan sejumlah nilai tunai dari seluruh pembayaran sewa ditambah harga opsi yang harus dibayar pada akhir periode sewa. Liabilitas yang terkait juga diakui dan setiap pembayaran angsuran dialokasi sebagai pelunasan utang dan beban keuangan. Aset sewa disusutkan dengan metode yang sama seperti aset yang dimiliki langsung.

Sewa yang tidak mengalihkan secara substansial seluruh risiko dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan aset diklasifikasikan sebagai sewa operasi. Pembayaran sewa dalam sewa operasi diakui sebagai beban dalam laporan laba rugi.

(19)

k. Aset tak berwujud

Aset tidak berwujud termasuk perangkat lunak komputer yang diperoleh dan dikustomisasi yang dicatat dengan menggunakan model biaya. Biaya aset adalah jumlah kas dan setara kas yang dibayarkan atau nilai wajar pertimbangan lain yang diberikan sampai dengan memperoleh suatu aset pada saat perolehan atau produksi. Kapitalisasi biaya diamortisasi dengan metode garis lurus selama taksiran masa manfaat ekonomis selama 5 tahun dimana masa dari aset tidak berwujud dianggap terbatas. Selain itu, aset tidak berwujud harus diuji penurunan nilai.

l. Pengakuan Pendapatan Premi, Piutang Premi dan Premi yang Belum Merupakan Pendapatan

Premi dari kontrak asuransi dan reasuransi diakui sebagai pendapatan sesuai periode polis (kontrak) berdasarkan proporsi jumlah proteksi yang diberikan. Premi dari polis bersama diakui sebesar pangsa premi Perusahaan. Premi hak reasuradur diakui sebagai premi asuransi selama periode kontrak reasuransi secara proporsional dengan proteksi yang diperoleh.

Premi bruto merupakan premi yang diperoleh dari tertanggung, broker maupun dari perusahaan asuransi lain. Premi yang diperoleh, diakui sebagai pendapatan selama periode polis berdasarkan proporsi jumlah pertanggungan yang diberikan dengan dasar akrual, dan dicatat berdasarkan diterbitkannya polis asuransi dan/ atau debit nota untuk pendapatan premi asuransi langsung dan fakultatif. Jika periode polis lebih dari satu tahun maka pendapatan preminya ditangguhkan selama masa polis tersebut. Sedangkan pendapatan premi dari reasuransi diakui dan dicatat pada saat statement of accounts diterima.

Premi yang belum merupakan pendapatan dihitung secara individual dari tiap pertanggungan secara proporsional antara jumlah proteksi dengan periode risiko pertanggungan, tetapi tidak lebih rendah dari Keputusan Menteri Keuangan. Mulai tahun 2003, berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan No. 424/KMK.06/2003 tanggal 30 September 2003, jumlah cadangan premi sekurang-kurangnya adalah sebesar 10% untuk polis dengan masa pertanggungan tidak lebih dari 1 (satu) bulan dan 40% untuk polis dengan masa pertanggungan lebih dari 1 (satu) bulan. Persentase tersebut berlaku untuk asuransi selain kendaraan. Untuk asuransi kendaraan menggunakan persentase sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia (PMK) No. 74/PMK.010/2007, yaitu 40% dari premi neto.

Perubahan premi yang belum merupakan pendapatan adalah selisih premi yang belum merupakan pendapatan periode berjalan dengan periode lalu dan diakui dalam laba rugi komprehensif pada tahun terjadinya perubahan.

m. Reasuransi

Untuk mengurangi risiko penutupan polis asuransi, Perusahaan mereasuransikan sebagian resiko polis yang ditutupnya ke perusahaan reasuradur dan tidak mengakui ganti rugi atas klaim asuransi yang menjadi tanggungan perusahaan reasuradur. Jika perusahaan reasuradur tidak dapat memenuhi liabilitasnya berdasarkan perjanjian reasuransi, maka Perusahaan memiliki liabilitas kontijensi atas seluruh klaim tersebut. Perjanjian reasuransi yang dimiliki Perusahaan meliputi perjanjian reasuransi Treaty proporsional dan non proporsional (excess of loss), maupun perjanjian reasuransi fakultatif.

Beban premi reasuransi dicatat sebagai pengurang dari pendapatan premi bruto. Apabila reasuradur gagal memenuhi kewajibannya kepada perusahaan, perusahaan tetap memiliki kewajiban kepada pemegang polis atas kerugian yang telah direasuransikan.

(20)

Efektif tanggal 1 Januari 2012, perusahaan telah menerapkan PSAK No. 62, “Kontrak Asuransi”. PSAK No. 62 tidak mengijinkan saling hapus antara :

i. aset reasuransi dengan liabilitas asuransi terkait; atau

ii. pendapatan atau beban dari kontrak reasuransi dan beban atau pendapatan dari kontrak asuransi terkait.

Dampak tidak diperkenankannya saling hapus diatas diterapkan secara retrospektif dan mengakibatkan penyajian kembali laporan keuangan tahun-tahun sebelumnya.

Aset reasuransi terdiri dari piutang reasuransi dan porsi reasuransi dari premi yang belum merupakan pendapatan dan estimasi klaim.

Aset reasuransi ditelaah untuk penurunan nilai pada setiap tanggal pelaporan, atau lebih sering, ketika sebuah indikasi penurunan nilai selama tahun pelaporan. Penurunan nilai terjadi ketika terdapat bukti obyektif sebagai akibat dari suatu peristiwa yang terjadi setelah pengakuan awal aset reasuransi bahwa perusahaan tidak dapat menerima seluruh jumlah terutang karena berdasarkan ketentuan kontrak dan peristiwa tersebut memiliki dampak yang dapat diukur dengan handal yang akan mempengaruhi jumlah yang akan diterima oleh perusahaan dari reasuradur. Kerugian penurunan nilai dicatat dalam laba rugi komprehensif. n. Pengakuan Beban Klaim dan Estimasi Klaim Retensi Sendiri

Efektif tanggal 1 Januari 2012, sesuai dengan PSAK No. 62, “Kontrak Asuransi”, estimasi pemulihan klaim reasuransi dicatat secara terpisah dalam akun aset reasuransi. Selanjutnya, pengakuan estimasi klaim juga memasukkan komponen estimasi biaya penanganan klaim dan marjin atas kesalahan pengukuran. Pengakuan komponen tersebut mencerminkan pengukuran yang lebih relevan dan handal.

Dampak penerapan PSAK No. 62 tersebut diterapkan secara retrospektif dan mengakibatkan penyajian kembali laporan keuangan tahun-tahun sebelumnya.

Klaim meliputi klaim disetujui (settled claim), klaim dalam proses penyelesaian termasuk estimasi klaim yang terjadi namun belum dilaporkan dan beban penyelesaian klaim. Klaim tersebut diakui sebagai beban pada saat timbulnya liabilitas untuk memenuhi klaim. Bagian klaim reasuradur diakui dan dicatat sebagai pengurang beban klaim pada periode yang sama dengan periode pengakuan beban klaim. Hak subrogasi diakui sebagai pengurang beban klaim pada saat realisasi.

Jumlah klaim dalam proses penyelesaian (estimasi klaim retensi sendiri) dihitung berdasarkan estimasi kerugian retensi sendiri dari klaim masih dalam proses penyelesaian pada tanggal laporan posisi keuangan, termasuk klaim yang sudah terjadi namun belum dilaporkan. Perubahan dalam estimasi klaim retensi sendiri diakui dalam laporan laba rugi komprehensif konsolidasian pada periode terjadinya perubahan. Kenaikan (penurunan) estimasi klaim retensi sendiri adalah selisih antara klaim retensi sendiri tahun berjalan dan tahun lalu.

o. Komisi

Komisi diberikan pada pialang asuransi, agen dan perusahaan asuransi lain sehubungan dengan penutupan pertanggungan dicatat sebagai beban komisi. Sedangkan komisi yang diperoleh dari transaksi reasuransi dicatat sebagai pendapatan komisi, dan diakui pada saat terjadinya dalam laporan laba rugi komprehensif tahun berjalan.

(21)

p. Aset Reasuransi

Efektif tanggal 1 Januari 2012, sesuai dengan PSAK No. 62 "Kontrak Asuransi", aset reasuransi atas premi yang belum merupakan pendapatan dicatat secara terpisah sebagai aset reasuransi.

q. Pengakuan Kontrak Asuransi

Efektif 1 Januari 2012, Entitas Anak telah menerapkan PSAK No. 62, “Kontrak Asuransi”, PSAK No. 28 (Revisi 2012), “Akuntansi Kontrak Asuransi Kerugian”.

Kontrak asuransi merupakan kontrak dimana satu pihak (asurasur) menerima resiko asuransi signifikan dari pihak lain (pemegang polis) dengan menyetujui untuk mengompensasi pemegang polis jika kejadian masa depan tidak pasti tertentu (kejadian yang diasuransikan) berdampak merugikan pemegang polis.

Akibat penerapan tersebut, perusahaan telah melakukan beberapa perubahan kebijakan akuntansi dengan tujuan untuk menyajikan pengukuran yang lebih relevan dan handal. r. Tes Kecukupan Liabilitas

Mulai 1 Januari 2012, sehubungan dengan penerapan PSAK No. 62, maka pada setiap akhir periode pelaporan, perusahaan menilai apakah premi yang belum merupakan pendapatan dan estimasi klaim yang diakui dalam laporan posisi keuangan telah mencukupi, dengan membandingkan jumlah tercatat tersebut dengan estimasi arus kas masa depan sesuai dengan kontrak asuransi.

Jika perbandingan tersebut menunjukkan bahwa nilai tercatat atas liabilitas asuransi (dikurangi dengan biaya akuisisi tangguhan dan aset tak berwujud terkait) lebih rendah dibandingkan dengan estimasi nilai kini atas arus kas masa depan, maka kekurangan tersebut diakui dalam laba rugi komprehensif.

Dampak penerapan PSAK No. 62 tersebut diterapkan secara retrospektif dan mengakibatkan penyajian kembali laporan keuangan tahun-tahun sebelumnya.

s. Biaya Dibayar Di muka

Biaya dibayar di muka dibebankan sesuai dengan masa manfaat masing-masing biaya dengan menggunakan metode garis lurus.

t. Transaksi dan Saldo dalam Mata Uang Asing

Efektif tanggal 1 Januari 2012, Perusahaan menerapkan PSAK No 10 (Revisi 2011), "Pengaruh Perubahan Kurs Valuta Asing". PSAK revisi mengatur bagaimana memasukkan transaksi mata uang asing dan kegiatan usaha luar negeri ke dalam laporan keuangan konsolidasi entitas dan menjabarkan laporan keuangan ke dalam suatu mata uang pelaporan. Setiap entitas mempertimbangkan indikator utama dan indikator lainnya dalam menentukan mata uang fungsional. PSAK revisi ini telah diterapkan secara retrospektif dan penerapan yang memiliki dampak yang signifikan terhadap laporan keuangan.

Pembukuan Perusahaan diselenggarakan dalam mata uang Rupiah. Transaksi dalam mata uang asing dibukukan dengan menggunakan kurs pada saat terjadinya transaksi. Laba atau rugi kurs yang timbul akibat penjabaran pos aset dan liabilitas moneter dalam mata uang asing dikreditkan atau dibebankan pada laporan laba rugi komprehensif berjalan.

(22)

Pada akhir periode laporan, pos aset dan liabilitas dalam mata uang asing dilaporkan ke dalam mata uang Rupiah dengan menggunakan kurs tengah Bank Indonesia pada tanggal tersebut, yaitu sebagai berikut :

2013 2012

1 (satu) Poundsterling Inggris 14.714 15.579

1 (satu) Euro 12.423 12.810

1 (satu) Dollar Amerika Serikat 9.719 9.670

1 (satu) Dollar Singapura 7.816 7.907

1 (satu) Dollar Australia 10.130 10.025

1 (satu) Yen Jepang 103 112

1 (satu) Ringgit Malaysia 3.133 3.160

u. Pajak Penghasilan

Efektif tanggal 1 Januari 2012, Perusahaan menerapkan PSAK No. 46 (Revisi 2010), "Pajak Penghasilan", yang menggantikan PSAK 46, "Akuntansi Pajak Penghasilan". Selain itu, Perusahaan menerapkan ISAK 20, "Pajak Penghasilan - Perubahan dalam Status Pajak Entitas atau Para Pemegang Saham". Penerapan standar tersebut tidak berdampak material terhadap laporan keuangan.

Beban pajak kini disajikan berdasarkan taksiran penghasilan kena pajak tahun berjalan. Aset dan liabilitas pajak tangguhan diakui berdasarkan perbedaan temporer antara dasar pelaporan komersial dan dasar pajak atas aset dan liabilitas pada masing-masing tanggal pelaporan. Manfaat pajak masa yang akan datang, seperti akumulasi rugi fiskal yang belum digunakan diakui sejauh terdapat cukup kemungkinan atas realisasi dari manfaat pajak tersebut.

Aset dan liabilitas pajak tangguhan diukur dengan menggunakan tarif pajak yang berlaku pada saat aset tersebut dipulihkan atau liabilitas diselesaikan, berdasarkan tarif pajak (dan peraturan pajak) yang telah berlaku atau yang telah berlaku secara substantif pada akhir periode pelaporan. Perubahan nilai tercatat aset dan liabilitas pajak tangguhan yang disebabkan oleh perubahan tarif pajak dibebankan pada tahun berjalan, kecuali untuk transakasi-transaksi yang sebelumnya telah langsung dibebankan atau dikreditkan ke ekuitas.

Perubahan atas liabilitas pajak dicatat ketika hasil pemeriksaan diterima atau hasil dari keberatan ditetapkan, dalam hal pengajuan keberatan oleh Perusahaan.

v. Laba per Saham

Efektif 1 Januari 2012, Perusahaan menerapkan PSAK Nomor 56 (Revisi 2010), "Laba Per Saham". PSAK revisi mengatur prinsip untuk penentuan dan penyajian laba per saham, sehingga dapat meningkatkan perbandingan kinerja antara entitas yang berbeda dalam periode yang sama dan antara periode pelaporan berbeda untuk entitas yang sama. Penerapan PSAK revisi ini tidak berdampak signifikan terhadap laporan keuangan.

Laba bersih per saham dihitung dengan membagi masing-masing laba operasi dan laba bersih dengan rata-rata tertimbang saham yang beredar selama tahun yang bersangkutan.

(23)

w. Transaksi Pihak-pihak berelasi

Perusahaan menerapkan PSAK No. 7 (Revisi 2010), "Pengungkapan Pihak-pihak Berelasi". PSAK revisi mensyaratkan pengungkapan hubungan, transaksi dan saldo pihak-pihak berelasi, termasuk komitmen dalam laporan keuangan.

Suatu pihak dianggap berelasi dengan Perusahaan jika:

a. langsung, atau tidak langsung yang melalui satu atau lebih perantara, suatu pihak: (i) mengendalikan, atau dikendalikan oleh, atau berada di bawah pengendalian bersama

dengan, Perusahaan;

(ii) memiliki kepentingan dalam Perusahaan yang memberikan pengaruh signifikan atas Perusahaan; atau

(iii) memiliki pengendalian bersama atas Perusahaan; b. suatu pihak adalah entitas asosiasi Perusahaan; c. suatu pihak adalah ventura bersama;

d. suatu pihak adalah anggota dari personil manajemen kunci Perusahaan;

e. suatu pihak adalah anggota keluarga dekat dari individu yang diuraikan dalam butir (a) atau (d);

f. suatu pihak adalah entitas yang dikendalikan, dikendalikan bersama atau dipengaruhi signifikan oleh atau di mana hak suara signifikan dimiliki oleh, langsung maupun tidak langsung, individu seperti diuraikan dalam butir (d) atau (e); atau

g. suatu pihak adalah suatu program imbalan pasca kerja untuk imbalan kerja dari Perusahaan atau entitas yang terkait dengan Perusahaan.

Transaksi-transaksi dengan pihak-pihak berelasi dilaksanakan dengan kebijakan harga dan persyaratan normal serta sesuai dengan kebijakan transaksi dengan pihak ketiga, kecuali piutang pegawai yang tidak dikenakan bunga.

Jenis transaksi dan saldo dengan pihak-pihak yang berelasi apakah dilaksanakan dengan atau tidak dengan syarat atau kondisi normal yang sama untuk pihak yang tidak berelasi diungkapkan dalam laporan keuangan.

x. Imbalan Pasca Kerja

Efektif tanggal 1 Januari 2012, Perusahaan menerapkan PSAK No. 24 (Revisi 2010), "Imbalan Kerja", yang menggantikan PSAK 24 (Revisi 2004), "Imbalan Kerja". Selain itu, Perusahaan dan Entitas Anak juga menerapkan ISAK 15, "PSAK 24: Batas Aset Imbalan Pasti, Persyaratan Pendanaan Minimum dan Interaksinya".

PSAK No. 24 (Revisi 2010) memberikan petunjuk untuk penghitungan dan penambahan pengungkapan untuk imbalan kerja dengan beberapa ketentuan transisi. Standar ini memberikan pilihan pengakuan laba atau rugi aktuarial sebagai alternatif atas penggunaan pendekatan koridor, dimana, laba atau rugi aktuarial diakui sebagai laba atau rugi pada periode terjadinya sebagai bagian dari pendapatan komprehensif lain.

Penerapan PSAK No. 24 (Revisi 2010) tidak memiliki dampak signifikan pada laporan keuangan, kecuali pada pengungkapan yang diharuskan. Perusahaan memilih mempertahankan kebijakan yang ada untuk mengakui keuntungan atau kerugian aktuarial, yang mana menggunakan pendekatan koridor. Penerapan ISAK 15 tidak memiliki dampak yang signifikan pada laporan keuangan.

(24)

Perusahaan memberikan imbalan pasca kerja untuk karyawan sesuai dengan Undang Undang Ketenagakerjaan No. 13/2003 dan PSAK No. 24 (Revisi 2010) tentang "Imbalan Kerja".

Jumlah yang diakui sebagai liabilitas imbalan pasti di laporan posisi keuangan merupakan nilai kini liabilitas imbalan pasti disesuaikan dengan keuntungan dan kerugian aktuarial yang belum diakui, dan biaya jasa lalu yang belum diakui.

Perhitungan imbalan pasca kerja menggunakan metode Project Unit Credit. Akumulasi keuntungan dan kerugian aktuarial bersih yang belum diakui yang melebihi 10% dari nilai kini imbalan pasti diakui dengan metode garis lurus selama rata-rata sisa masa kerja yang diperkirakan dari para pekerja dalam program tersebut. Biaya jasa lalu dibebankan lagsung apabila imbalan tersebut menjadi hak atau vested, dan sebaliknya akan diakui sebagai beban dengan metode garis lurus selama periode rata-rata sampai imbalan tersebut menjadi vested.

y. Penurunan Nilai Aset Non-Keuangan

Pada setiap akhir periode pelaporan, Perusahaan menilai apakah terdapat indikasi suatu aset mengalami penurunan nilai. Jika terdapat indikasi tersebut atau pada saat pengujian penurunan nilai aset diperlukan, maka Perusahaan membuat estimasi formal jumlah terpulihkan aset tersebut.

z. Informasi Segmen

Informasi segmen disusun sesuai dengan kebijakan akuntansi yang dianut dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan Perusahaan. Bentuk primer pelaporan segmen adalah segmen usaha sedangkan segmen sekunder adalah segmen geografis. Segmen usaha adalah komponen Perusahaan yang dapat dibedakan dalam menghasilkan produk atau jasa dan komponen itu memiliki risiko dan imbalan yang berbeda dengan risiko dan imbalan segmen lain.

Segmen geografis adalah komponen Perusahaan yang dapat dibedakan dalam menghasilkan produk atau jasa pada lingkungan (wilayah) ekonomi tertentu dan komponen itu memiliki risiko dan imbalan yang berbeda dengan risiko dan imbalan pada komponen yang beroperasi pada lingkungan (wilayah) ekonomi lain.

Pendapatan, beban, hasil, aset dan liabilitas segmen termasuk item-item yang dapat diatribusikan langsung kepada suatu segmen serta hal-hal yang dapat dialokasikan dengan dasar yang sesuai kepada segmen tersebut.

3. SUMBER ESTIMASI KETIDAKPASTIAN

Penyusunan laporan keuangan Perusahaan mengharuskan manajemen untuk membuat pertimbangan, estimasi dan asumsi yang mempengaruhi jumlah yang dilaporkan dan pengungkapan yang terkait, pada akhir periode pelaporan. Ketidakpastian mengenai asumsi dan estimasi tersebut dapat mengakibatkan penyesuaian material terhadap nilai tercatat pada aset dan liabilitas dalam periode pelaporan berikutnya.

(25)

Pertimbangan

Dalam proses penerapan kebijakan akuntansi Perusahaan, manajemen telah membuat keputusan berikut, yang memiliki pengaruh paling signifikan terhadap jumlah yang diakui dalam laporan keuangan:

Klasifikasi Instrumen Keuangan

Perusahaan menetapkan klasifikasi atas aset dan liabilitas tertentu sebagai aset keuangan dan liabilitas keuangan dengan mempertimbangkan definisi yang ditetapkan PSAK No. 55 (Revisi 2006) dipenuhi. Dengan demikian, aset keuangan dan liabilitas keuangan diakui sesuai dengan kebijakan akuntansi Perusahaan seperti diungkapkan pada Catatan 2.

Penyisihan atas Penurunan Nilai Piutang Usaha

Perusahaan mengevaluasi akun tertentu jika terdapat informasi bahwa pelanggan yang bersangkutan tidak dapat memenuhi liabilitas keuangannya. Dalam hal tersebut, Perusahaan mempertimbangkan, berdasarkan fakta dan situasi yang tersedia, namun tidak terbatas pada, jangka waktu hubungan dengan pelanggan dan status kredit dari pelanggan berdasarkan catatan kredit dari pihak ketiga dan faktor pasar yang telah diketahui, untuk mencatat provisi yang spesifik atas jumlah piutang pelanggan guna mengurangi jumlah piutang yang diharapkan dapat diterima oleh Perusahaan. Provisi yang spesifik ini dievaluasi kembali dan disesuaikan jika tambahan informasi yang diterima mempengaruhi jumlah cadangan penurunan nilai piutang.

Provisi spesifik ini dievaluasi kembali dan disesuaikan jika tambahan informasi yang diterima mempengaruhi jumlah cadangan penurunan nilai piutang. Penjelasan lebih lanjut diungkapkan dalam Catatan 6 dan 7.

Asumsi utama masa depan dan sumber utama estimasi ketidakpastian lain pada akhir periode pelaporan yang memiliki risiko signifikan bagi penyesuaian yang material terhadap nilai tercatat aset dan liabilitas untuk tahun/periode berikutnya, diungkapkan dibawah ini. Perusahaan mendasarkan asumsi dan estimasi pada parameter yang tersedia pada saat laporan keuangan disusun. Asumsi dan situasi mengenai perkembangan masa depan, mungkin berubah akibat perubahan pasar atau situasi diluar kendali Perusahaan. Perubahan tersebut dicerminkan dalam asumsi terkait pada saat terjadinya.

Penentuan Mata Uang Fungsional

Mata uang fungsional Perusahaan adalah mata uang dari lingkungan ekonomi primer dimana entitas beroperasi. Mata uang tersebut adalah mata uang yang mempengaruhi pendapatan dan beban dari jasa yang diberikan. Berdasarkan penilaian manajemen Perusahaan mata uang fungsional adalah Rupiah.

Estimasi dan Asumsi

Asumsi utama masa depan dan ketidakpastian sumber estimasi utama yang lain pada tanggal pelaporan yang memiliki risiko signifikan bagi penyesuaian yang material terhadap nilai tercatat aset dan liabilitas untuk tahun berikutnya diungkapkan di bawah ini. Perusahaan mendasarkan asumsi dan estimasi pada parameter yang tersedia pada saat laporan keuangan disusun. Asumsi dan situasi mengenai perkembangan masa depan mungkin berubah akibat perubahan pasar atau situasi di luar kendali Perusahaan. Perubahan tersebut dicerminkan dalam asumsi terkait pada saat terjadinya.

(26)

Penilaian Instrumen Keuangan

Perusahaan mencatat aset dan liabilitas keuangan tertentu pada nilai wajar, yang mengharuskan penggunaan estimasi akuntansi. Sementara komponen signifikan atas pengukuran nilai wajar ditentukan menggunakan bukti obyektif yang dapat diverifikasi, jumlah perubahan nilai wajar dapat berbeda bila Perusahaan menggunakan metodologi penilaian yang berbeda. Perubahan nilai wajar aset dan liabilitas keuangan tersebut dapat mempengaruhi secara langung laba atau rugi Perusahaan.

Imbalan Pasca Kerja dan Pensiun

Penentuan liabilitas imbalan kerja Perusahaan bergantung pada pemilihan asumsi yang digunakan oleh aktuaris independen dalam menghitung jumlah-jumlah tersebut. Asumsi tersebut termasuk antara lain, tingkat diskonto, tingkat kenaikan gaji tahunan, tingkat pengunduran diri karyawan tahunan, tingkat kecacatan, umur pension dan tingkat kematian. Hasil aktual yang berbeda dari asumsi yang ditetapkan Perusahaan yang memiliki pengaruh lebih dari 10% liabilitas imbalan pasti, ditangguhkan dan diamortisasi secara garis lurus selama rata-rata sisa masa kerja karyawan. Sementara Perusahaan berkeyakinan bahwa asumsi tersebut adalah wajar dan sesuai, perbedaan signifikan pada hasil aktual dan perubahan signifikan dalam asumsi yang ditetapkan Perusahaan dapat mempengaruhi secara material liabilitas imbalan kerja dan beban imbalan kerja bersih. Penjelasan lebih rinci diungkapkan dalam Catatan 19.

Nilai tercatat atas estimasi liabilitas imbalan kerja Perusahaan pada tanggal 31 Maret 2013 dan 31 Desember 2012 sebesar Rp 9.562.493.235 dan Rp 9.583.643.235 (Catatan 18).

Penyusutan Aset Tetap

Biaya perolehan aset tetap disusutkan dengan menggunakan metode garis lurus berdasarkan taksiran masa manfaat ekonomisnya. Manajemen mengestimasi masa manfaat ekonomis aset tetap antara 5 sampai dengan 20 tahun. Ini adalah umur secara umum diharapkan dalam industri dimana Perusahaan menjalankan bisnisnya. Perubahan tingkat pemakaian dan perkembangan teknologi dapat mempengaruhi masa manfaat ekonomis dan nilai sisa aset, dan karenanya biaya penyusutan masa depan mungkin direvisi. Nilai tercatat neto atas aset tetap Perusahaan pada

tanggal 31 Maret 2013 dan 31 Desember 2012 masing-masing sebesar Rp 44.584.224.705 dan Rp 40.173.369.275 (Catatan 12).

Pajak Penghasilan

Pertimbangan signifikan dilakukan dalam menentukan provisi atas pajak penghasilan badan. Terdapat transaksi dan perhitungan tertentu yang penentuan pajak akhirnya adalah tidak pasti sepanjang kegiatan usaha normal. Perusahaan mengakui liabilitas atas pajak penghasilan badan berdasarkan estimasi apakah terdapat tambahan pajak penghasilan badan.

Instrumen Keuangan

Perusahaan mencatat aset dan liabilitas keuangan tertentu pada nilai wajar, yang mengharuskan penggunaan estimasi akuntansi. Sementara komponen signifikan atas pengukuran nilai wajar ditentukan menggunakan bukti obyektif yang dapat diverifikasi, jumlah perubahan nilai wajar dapat berbeda bila Perusahaan menggunakan metodologi penilaian yang berbeda. Perubahan nilai wajar aset dan liabilitas keuangan tersebut dapat mempengaruhi secara langsung laba atau rugi Perusahaan.

(27)

Aset Pajak Tangguhan

Aset pajak tangguhan diakui atas seluruh perbedaan temporer yang dapat dikurangkan, sepanjang besar kemungkinannya bahwa penghasilan kena pajak akan tersedia sehingga perbedaan temporer tersebut dapat digunakan.Estimasi signifikan oleh manajemen disyaratkan dalam menentukan total aset pajak tangguhan yang dapat diakui, berdasarkan saat penggunaan dan tingkat penghasilan kena pajak serta strategi perencanaan pajak masa depan.

Properti Investasi

Revaluasi Properti Investasi bergantung pada pemilihan asumsi yang digunakan oleh penilai independen dalam menghitung jumlah-jumlah tersebut. Asumsi tersebut termasuk antara lain: tingkat diskonto, nilai tukar, tingkat inflasi dan tingkat kenaikan pendapatan dan biaya. Perusahaan berkeyakinan bahwa asumsi tersebut adalah wajar dan sesuai, perbedaan signifikan dalam asumsi yang ditetapkan Perusahaan dapat mempengaruhi secara material nilai Properti Investasi yang direvaluasi. Penjelasan lebih rinci diungkapkan dalam Catatan 5d.

4. KAS DAN BANK Akun ini terdiri dari:

31 Maret 31 Desember

2013 2012

Kas 24.000.000 23.000.000

Bank

Pihak ketiga

Mata Uang Rupiah

PT Bank CIMB Niaga Tbk 4.920.037.849 4.272.505.878

PT Bank Mandiri (Persero) Tbk 1.206.418.395 484.848.951 PT Bank Central Asia Tbk 1.117.187.046 808.502.331 PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk 491.320.609

PT Bank Permata Tbk 372.634.315 255.595.132

PT Bank Hana 137.107.092 1.592.518

PT Bank Mayapada Tbk 83.590.150 25.114.663 PT Bank Commonwealth 59.798.242 24.168.363 PT Bank Jawa Barat dan Banten Tbk 4.748.668 1.000.000 PT Bank ICBC Bumiputera Tbk 1.732.000 1.830.000 PT Bank Mutiara Tbk 1.071.077 1.185.278 PT Bank Panin Tbk 462.313 523.382 PT Bank Danamon Indonesia Tbk - 10.579.343 Mata Uang Dolar AS

PT Bank CIMB Niaga Tbk 1.525.606.821 601.828.687

Jumlah pihak ketiga 9.921.714.577 6.489.274.526

Pihak-pihak berelasi Mata Uang Rupiah

PT Bank Nationalnobu (lihat Catatan 31) 162.909.420 5.486.015.266 162.909.420

5.486.015.266

Jumlah kas dan bank 10.108.623.997 11.998.289.792

Tingkat bunga per tahun

Rupiah 1% - 2% 1% - 1,75%

Gambar

Tabel  dibawah  ini  adalah  perbandingan  nilai  tercatat  dan  nilai  wajar  dari  instrumen  keuangan  Perusahaan yang dicatat di laporan keuangan
Tabel  berikut  menyajikan  klarifikasi  aset  dan  liabilitas  keuangan  Perusahaan  pada  tanggal  31  Maret 2013 dan 31 Desember 2012 :

Referensi

Dokumen terkait

Aset keuangan dalam kelompok tersedia untuk dijual adalah aset keuangan non-derivatif yang ditetapkan untuk memiliki selama periode tertentu, dimana akan dijual dalam rangka

Aset keuangan dalam kelompok tersedia untuk dijual adalah aset keuangan non-derivatif yang ditetapkan untuk memiliki selama periode tertentu, dimana akan dijual dalam rangka

Aset keuangan dalam kelompok tersedia untuk dijual adalah aset keuangan non-derivatif yang ditetapkan untuk memiliki selama periode tertentu, dimana akan dijual dalam rangka

Aset keuangan dalam kelompok tersedia untuk dijual adalah aset keuangan non-derivatif yang ditetapkan untuk memiliki selama periode tertentu, dimana akan dijual dalam rangka

Ketika terdapat bukti tersebut di atas untuk aset yang tersedia untuk dijual, kerugian kumulatif, yang merupakan selisih antara biaya perolehan dengan nilai wajar kini, dikeluarkan

Untuk aset keuangan yang dicatat pada tersedia untuk dijual, Perusahaan menilai setiap akhir periode laporan, apakah terdapat bukti obyektif bahwa investasi

Aset keuangan dalam kelompok tersedia untuk dijual adalah aset keuangan non-derivatif yang ditetapkan untuk dimiliki untuk periode tertentu dimana akan dijual dalam rangka

Aset keuangan dalam kelompok tersedia untuk dijual adalah aset keuangan non-derivatif yang ditetapkan untuk dimiliki untuk periode tertentu dimana akan dijual dalam rangka