KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA
Hotel Mercure Ancol, 19 Oktober 2017
KEBIJAKAN PENGUATAN KELEMBAGAAN
PADA OPD YANG MENANGANI BUMD, BLUD, DAN
BARANG MILIK DAERAH DAN ARAH PERUBAHAN
KEBIJAKAN KELEMBAGAAN PEMERINTAH DAERAH
Oleh:
Dr. SUMARSONO, MDM
DIREKTUR JENDERAL DIREKTORAT OTONOMI DAERAH
UU 22 / 1999 Dominan Desentralisasi
UU 32 /’04
mencari keseimbangan
UU 5 / 1974 Dominan Sentralisasi UU 18 / 1965 Dominan Desentralisasi
Presidential Edict 6 / 1959 Dominan Sentralisasi UU 1 / 1957 Dominan Desentralisasi
UU 22 / 1948 Dominan Desentralisasi UU 1 / 1945 Dominan Sentralisasi
DESENTRALISATIE WET 1903 Dominan Sentralisasi
K EB IJAKA N D ESEN TRALISASI
• Sudah Terjadi beberapa kali Perubahan Kebijakan
Desentralisasi di Indonesia
• Dari 10 kali perubahan kebijakan, 7 diantaranya
Dominan Desentralisasi
• UU 23/2014 mendorong efisiensi dan efektivitas
penyelenggaraan Pemda
• MENINGKATKAN KUALITAS DAN MEMPERCEPAT DEMOKRATISASI DI DAERAH
• MENINGKATKAN PERAN-SERTA DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM KEPEMERINTAHAN
• MEMPERPENDEK RENTANG PELAYANAN PADA MASYARAKAT.
• MENGHADIRKAN PEMERINTAHAN YANG LEBIH RESPONSIF DAN AKUNTABEL
ADMINISTRASI
POLITIK
TUJUAN OTDA
TUJUAN OTDA DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAH DAERAH
P E N A T A A N U R U S A N
P E M E R I N T A H A N
Pembagian urusan pemerintahan diatur dalam lampiran UU sehingga memberikan status otonomi yang lebih kuat kepada daerah otonom;
Ditentukan suatu pola pembagian urusan pemerintahan antar tingkatan/susunan pemerintahan sehingga terhindar dari tumpang-tindih dan ketidakjelasan kewenangan;
Terdapat keseimbangan beban urusan berdasarkan kriteria dan prinsip pembagian urusan pemerintahan yang sudah ditentukan;
Urusan yang mempunyai dampak ekologis yang serius hanya diotonomikan sampai ke daerah provinsi (kehutanan, kelautan dan pertambangan) sehingga relatif mudah dikendalikan.
PENATAAN URUSAN PEMERINTAHAN
Memperkuat status
urusan otonomi daerah mencegah tumpang tindih kewenangan
URUSAN PEMERINTAHAN
( Pasal 9 s.d Pasal 26) ABSOLUT Sepenuhnya menjadi kewenangan Pemerintah Pusat 6 Urusan• politik luar negeri • pertahanan
• keamanan • yustisi
• moneter dan fiskal nasional • Agama Pemerintah Pusat: • melaksanakan sendiri • melimpahkan kpd Instansi Vertikal di Daerah atau Gubernur sebagai wakil
Pemerintah
KONKUREN
Dibagi antara Pemerintah Pusat & provinsi & kab/kota.
6 Urusan
Pemerintahan Wajib Pelayanan Dasar
18 Urusan
Pemerintahan Wajib Non Pelayanan Dasar
8 Urusan
Pemerintahan Pilihan.
PEMERINTAHAN UMUM
Kewenangan Presiden sebagai Kepala Pemerintahan
Meliputi:
• pembinaan wawasan kebangsaan & ketahanan nasional
• pembinaan persatuan dan kesatuan bangsa • pembinaan kerukunan antarsuku & antar
suku, umat beragama, ras, dan golongan lainnya guna mewujudkan stabilitas kemanan lokal, regional, dan nasional • Konflik sosial
• koordinasi pelaksanaan tugas
• pengembangan kehidupan demokrasi • pelaksanaan semua Urusan pemerintahan
URUSAN PENUNJANG URUSAN PEMERINTAHAN Diwadahi dalam BADAN Diwadahi dalam DINAS TIDAK SETIAP URUSAN DIBENTUK DALAM ORGANISASI TERSENDIRI URUSAN WAJIB & PILIHAN
UPT DINAS UPT BADAN
Nomenklatur Perangkat Daerah berpedoman pada Peraturan Menteri K/L yang
1. UU No 23 Tahun 2014 ttg Pemerintahan daerah 2. PP Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat
Daerah
3. Permendagri No. 12 Tahun 2017 tentang Pedoman Pembentukan dan Klasifikasi Cabang Dinas dan UPT Daerah
Tujuan Penataan Perangkat Daerah
1. Membentuk perangkat daerah yang
rasional, proporsional, efektif dan efisien,
sehingga tepat fungsi dan tepat ukuran;
2. Meningkatkan kualitas pelayanan publik,
melalui pengurangan belanja pegawai dan memperbesar belanja modal.
DASAR HUKUM
DAN TUJUAN PENATAAN PERANGKAT DAERAH
DASAR HUKUM PENATAAN PERANGKAT DAERAH
8
KELEMBAGAAN PUSKESMAS SEBAGAI
UPT DINAS KESEHATAN DAN STATUS BLUD
UNTUK PUSKESMAS
• Pasal 45 Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016
tentang Perangkat Daerah.
• Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang
Pusat Kesehatan Masyarakat.
• Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 36 Tahun 2016 tentang
Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 30
Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Puskesmas.
9
Dasar Pembentukan Status
Badan Layanan Usaha Daerah
• Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum.
• Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007
tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan
Layanan Umum Daerah.
11
Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang
Perangkat
Daerah
menegaskan
bahwa
pembentukan
perangkat daerah dilakukan berdasarkan atas : urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah, intensitas
urusan pemerintahan dan potensi daerah, efisiensi,
efektivitas, pembagian habis tugas, rentang kendali, tata
kerja yang jelas dan fleksibilitas.
Dalam Pasal 43 Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016
tentang Perangkat Daerah, Pusat Kesehatan Masyarakat
(Puskesmas) adalah suatu unit organisasi bersifat fungsional
dan unit layanan yang bekerja secara profesional.
12
Dalam Pasal 45 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 18
Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah menegaskan bahwa
Ketentuan lebih lanjut mengenai organisasi dan tata
hubungan kerja pusat kesehatan masyarakat diatur dengan
peraturan
menteri
yang
menyelenggarakan
Urusan
Pemerintahan di bidang kesehatan setelah mendapat
pertimbangan tertulis dari Menteri dan menteri yang
menyelenggarakan Urusan Pemerintahan di bidang aparatur
negara.
13
Dalam Pasal 32 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75
Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat
menegaskan
bahwa
Puskesmas
merupakan
Unit
Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan kabupaten/kota,
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Dari antara PP 18/2016, Permenkes 75/2014 dan
Permenkes
36/2016
memiliki
kesamaan
dalam
BADAN LAYANAN UMUM
Menurut PP 23/2005, BLU (Badan Layanan Umum) adalah
instansi pemerintah yang dibentuk untuk memberikan
pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas.
14
BLU bertujuan untuk meningkatkan pelayanan kepada
masyarakat dengan memberikan fleksibilitas dalam
pengelolaan keuangan berdasarkan prinsip ekonomi dan
produktivitas, dan penerapan praktek bisnis yang sehat. Saat ini, di Indonesia terdapat sekitar 9740 Puskemas.
Pengelolaan keuangan Puskesmas non BLUD tunduk
pada ketentuan pengelolaan keuangan negara pada
umumnya.
Seluruh
pendapatan
yang
diperoleh
Puskesmas harus disetor ke kas daerah.
Kemudian dialokasikan kembali ke Puskesmas sebagai
bagian dari Rencana Kerja yang diusulkan oleh Satuan
Unit Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) yang menjadi
induknya. Boleh jadi alokasi anggaran yang diterima
Puskesmas tidak sesuai dengan skala prioritas yang
telah direncanakan oleh Puskesmas yang bersangkutan.
15
16
Disamping itu, juga diberikan kesempatan untuk mempekerjakan tenaga professional non PNS serta kesempatan pemberian imbalan jasa kepada pegawai sesuai dengan kontribusinya. Ketentuan tersebut merupakan pengecualian dari ketentuan pengelolaan keuangan Negara pada umumnya. Sayangnya, sebagian besar Puskesmas bersatus non BLU sehingga tidak fleksibel dalam pengelolaan keuangannya.
Puskesmas yang berstatus BLUD pengelolaan keuangannya lebih fleksibel. Fleksibilitas yang diberikan berupa keleluasaan untuk menerapkan praktek-praktek bisnis yang sehat untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.
17
Karena itulah,pemerintah merencanakan seluruh Puskesmas akan diubah statusnya menjadi BLUD. Rencana tersebut dapat dipahami. Karena dengan menjadi BLUD, Puskesmas dapat memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan pelayanan kesehatan yang didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas tanpa mengutamakan mencari keuntungan.
Berbagai masalah administrative dan procedural pengelolaan keuangan yang rumit harus dipenuhi. Akibatnya dapat menghambat pelayanan kesehatan kepada peserta program Jaminan Kesehatan. Belum lagi jika dikaitkan dengan peningkatan volume kerja yang tidak sebanding dengan remunerasi para dokter dan perawat di Puskesmas. Masalahnya semakin kompleks.
18
Puskesmas yang akan diusulkan menjadi BLUD harus memenuhi persyaratan substantif, teknis dan administrative sebagaimana ditentukan dalam Pasal 4 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan BLU.
Pasal tersebut menentukan “Suatu satuan kerja instansi pemerintah
dapat diizinkan mengelola keuangan dengan PPK BLU apabila
memenuhi persyaratan substantif, teknis dan administrative”. Kemudian
Pasal 5 ayat (1) Peraturan Pemerintah tersebut menentukan bahwa Menteri/pimpinan lembaga/ kepala SKPD mengusulkan instansi pemerintah yang memenuhi persyaratan substantif, teknis dan administrative untuk menerapkan PPK BLU kepada Menteri keuangan/ gubernur/ bupati/ walikota, sesuai dengan kewenangannya.
19
Dengan ditetapkannya seluruh Puskesmas menjadi BLUD diharapkan dapat meningkatkan tanggung jawab seluruh jajaran Puskesmas dalam menyajikan layanan kesehatan yang menjadi hak Peserta program Jaminan Kesehatan. Sementara itu, menteri/ pimpinan lembaga induk bertanggung jawab atas kebijakan layanan yang hendak dihasilkan. Dengan pembagian pertanggung jawaban yang lebih jelas, diharapkan pelaksanaan pelayanan kesehatan akan lebih baik. Masing-masing dapat lebih fokus dalam melaksanakan tugas pokoknya.
Selanjutnya, Menteri Keuangan/ gubernur/ bupati/ walikota menetapkan instansi pemerintah yang telah memenuhi persyaratan untuk menerapkan PPK BLU. Banyak pihak yang terkait dalam proses penetapan Puskesmas menjadi BLUD. Karena itu, sinergi diantara para pihak yang terkait diperlukan untuk mempercepat perubahan status puskesmas menjadi BLUD.
KEMENTERIAN DALAM NEGERI