299
PENGARUH DUKUNGAN SUAMI DAN TINGKAT KECEMASAN IBU PRIMIGRAVIDA TERHADAP LAMA KALA I PERSALINAN SPONTAN DI KLINIK BERSALIN SWASTA WILAYAH KERJA PUSKESMAS TANAH TINGGI
KOTA BINJAI TAHUN 2014 RISMENI SARAGIH
DOSEN TETAP AKADEMI KEBIDANAN KHARISMA HUSADA BINJAI ABSTRACT
Labor is the interplay between psychological and physiological impulses in women with the influence of impulses on the baby's birth. Factors affecting the sooner or later delivery are power, passage, passanger, maternal psychology and birth attendant (Suyati, 2011). The purpose of this study is to analyze the influence of husband support and primativus maternal anxiety level on the prolonged period of spontaneous labor In the Private Maternity Clinic Area Work of Puskesmas Tanah Tinggi Kota Binjai In Year 2014
This research was conducted with cross-sectional approach where the sample was obtained by consecutive sampling. Primary data collection was done by questionnaire and observation method and secondary data was collected based on the recording by the researcher in the form of data of pregnant and maternity mother and test instrument validity (questionnaire) that is comparing Corrected Item-Total Correlation value with table value r, at df = 30 -2 = 28 α: 0.05 of 0.361.
The results showed the majority of the first time in labor category in the Normal category (66.7%), the majority of husband support in the category of Good (64.6%) and anxiety level on the first stage of labor I in the category of Mild (62.5%). It is therefore expected that the maternal husbands should participate in providing support for primigravida maternal anxiety levels during the first stage of spontaneous labor.
Keyword : PRIMIGRAVIDA PENDAHULUAN
Salah satu tujuan Millennium Development Goal’s (MDG’s) adalah meningkatkan kesehatan ibu dan anak. Target Nasional MDG’s adalah menurunkan angka kematian ibu sebesar tiga perempat dari angka kematian ibu pada tahun 1990 sebesar 405 per 100.000 kelahiran hidup menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015 (MDG’s, 2015).
Pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2015 mengisyaratkan bahwa seluruh pembangunan kesehatan bangsa ditujukan kepada upaya menyehatkan bangsa. Indikator kesehatan suatu bangsa antara lain adalah angka mortalitas dan morbiditas (Manuaba, 2009). Menurut laporan World Health
Organisation (WHO), diperkirakan diseluruh dunia terdapat sekitar 536.000 wanita
meninggal dunia akibat masalah persalinan, dari jumlah tersebut 99% diantaranya terjadi dinegara-negara berkembang (WHO, 2008).
Angka kematian ibu (AKI) di Indonesia masih tinggi bila dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya, pada tahun 2003 angka kematian ibu di Indonesia sebanyak 307 per 100.000 kelahiran hidup. Pada tahun 2004 sebanyak 240 per
300
100.000 kelahiran hidup, pada tahun 2007 sebanyak 228 per 100.000 kelahiran hidup, pada tahun 2012 sebanyak 359 per 100.000 kelahiran hidup, dan pada tahun 2015 diharapkan dapat mencapai 102 per 100.000 kelahiran hidup (SDKI, 2012). Menurut SKRT, 2001 penyebab langsung kematian ibu terjadi pada saat persalinan dan segera setelah persalinan yaitu perdarahan (27%), eklamsia (23%), infeksi (11%), komplikasi purperium (8%), partus lama/macet (5%), abortus (5%), trauma
obstetrik (5%), emboli (5%) dan lain-lain (11%).
Gambaran mengenai angka kematian ibu di Propinsi Sumatera Utara dalam tiga tahun terakhir menunjukan kecendrungan adanya penurunan, dari 313/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2011, menjadi 274/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2012, dan 126/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2013. Salah satu faktor penting dalam upaya penurunan angka kematian ibu (AKI) adalah penyediaan dan peningkatan pelayanan kesehatan yang berkualitas baik terhadap ibu bersalin dengan pertolongan persalinan yang tepat dan dapat menghindari persalinan berlangsung dengan tindakan seperti seksio cesaria, vakum ekstraksi, yang mempunyai resiko terhadap kesehatan ibu dan bayi yang akan dilahirkan (Dinkes Provsu, 2013).
Dalam rangka menurunkan AKI di Indonesia, pada tahun 2000 pemerintah merancangkan MPS (Making Pregnancy Safer) yang merupakan strategi sektor kesehatan secara terfokus pada pendekatan dan perencanaan yang sistematis dan terpadu. Salah satu strategi MPS adalah mendorong pemberdayaan perempuan dan keluarga. Output yang diharapkan dari strategi ini adalah menetapkan keterlibatan suami dalam mempromosikan kesehatan ibu dan meningkatkan peran aktif suami maupun keluarga dalam kehamilan dan persalinan (Depkes RI, 2001, dalam Handonowati).
Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu. Menurut proses berlangsungnya persalinan dibedakan menjadi 3 yaitu persalinan spontan (bila persalinan berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri dan melalui jalan lahir), persalinan buatan (bila persalinan dibantu dengan tenaga dari luar misalnya ekstraksi forceps/vacum, atau dilakukan operasi sectio caesaria), persalinan anjuran (persalinan yang tidak dimulai dengan sendirinya tetapi baru berlangsung setelah pemecahan ketuban, pemberian pitocin atau prostaglandin). Faktor–faktor yang mempengaruhi cepat atau lambatnya persalinan adalah power, passage, passanger, psikologi ibu dan penolong persalinan (Yanti, 2009).
Proses persalinan terdiri dari 4 kala, kala I disebut kala pembukaan, dimana terjadinya pematangan serviks sampai lengkap 10 cm, kala II disebut juga kala pengeluaran karena berkat kekuatan his dan kekuatan ibu mengedan janin didorong keluar sampai lahir, kala III atau kala uri dimana plasenta lepas dari dinding uterus dan dilahirkan.
Kala IV dimulai setelah lahirnya plasenta (Saifudin, 2003). Menurut Prawirohardjo (2008) kala I selesai apabila pembukaan serviks uteri telah lengkap, pada primigravida berlangsung selama kurang lebih 13 jam sedangkan pada
multigravida kurang lebih 7 jam. Dari hasil penelitian Sari (2009) di RSUD kota
Surakarta, ditemukan sebanyak 73% ibu mengalami persalinan dengan kala I yang normal dan 37% mengalami persalinan dengan kala I yang tidak normal.
Kecemasan merupakan gangguan psikologis yang dapat mempengaruhi kelancaran proses persalinan. Determinan terjadinya kecemasan pada ibu bersalin
301
adalah cemas sebagai akibat dari nyeri persalinan, keadaan fisik ibu, riwayat pemeriksaan kehamilan, kurangnya pengetahuan tentang proses persalinan, dukungan dari lingkungan sosial (suami, keluarga atau teman) serta latar belakang psikososial lain yang bersangkutan seperti tingkat pendidikan, status perkawinan, kehamilan yang tidak diinginkan serta sosial ekonomi keluarga (Aryasatiani, 2005). Menurut Kartono (1992) Penyebab timbulnya kegelisahan dan ketakutan pada akhir kehamilan adalah adanya perasaan takut mati, takut tidak dapat menjadi ibu yang baik serta takut terhadap bayi yang dilahirkannya cacat. Pitt (1994) juga menyatakan bahwa kecemasan lain biasanya muncul disebabkan oleh faktor ekonomi, ganguan hubungan suami istri, rasa cemas bila tidak mendapat dukungan moral dari suami ataupun keluarga.
Di Indonesia pada tahun 2008 terdapat 373.000.000 orang ibu hamil, dan yang mengalami kecemasan dalam menghadapi persalinan ada sebanyak 107.000.000 orang atau sebanyak 28,7%. (Depkes RI, 2008, dalam Anggraini). Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Tursilowati, dkk (2007) di Desa Jepat Lor Kecamatan Tayu Kabupaten Pati ditemukankan bahwa dari jumlah sampel 26 ibu hamil, sebanyak 14 ibu mengalami kecemasan ringan (53,85%), 4 ibu mengalami kecemasan sedang (15,53%), 1 ibu mengalami kecemasan berat (3,84%) dan 7 ibu yang tidak mengalami kecemasan (26,78%).
Berdasarkan penelitian Hamranani, dkk (2002) yang menunjukan adanya hubungan yang siknifikan antara tingkat kecemasan dan lama persalinan kala I, dimana ditemukan bahwa perpanjangan kala I mayoritas terjadi pada tingkat kecemasan sedang (81,25%) dan tingkat kecemasan berat (18,75%) serta tidak ditemukan perpanjangan kala 1 pada ibu dengan tingkat kecemasan ringan. Sedangkan menurut Primus (2006) dalam penelitiannya tentang hubungan faktor psikis terhadap lama persalinan, menyatakan bahwa faktor kecemasan pada ibu dapat menyebabkan persalinan berlangsung lebih lama dan melaporkan bahwa proporsi kejadian persalinan lama sebesar 28,2%.
Salah satu kebutuhan dasar pada ibu bersalin adalah dukungan fisik dan psikologis. Dukungan fisik dan psikologis tersebut dapat diberikan oleh orang terdekat ibu misalnya suami atau keluarga. Dukungan suami merupakan suatu bentuk perwujutan dari sikap perhatian dan kasih sayang (Yanti, 2009). Adapun dukungan fisik yang dapat diberikan suami pada ibu saat proses persalinan antara lain adalah membantu mengatur posisi ibu, membantu ibu kekamar mandi, memenuhi kebutuhan cairan dan nutrisi, menciptakan suasana lingkungan yang aman dan nyaman. Sedangkan yang termasuk dukungan psikologis adalah membimbing ibu mengatur nafas saat kontraksi, memberi asuhan tubuh (menghapus keringat ibu, memegang tangan, memberikan pijatan, mengelus perut/pinggang ibu dengan lembut), memberi informasi tentang kemajuan persalinan, memberi dorongan spiritual, dan memberi semangat mengedan saat kontraksi serta memberikan pujian atas kemampuan ibu saat mengedan (Musbikin, 2012 ; Rukiyah dkk, 2011).
Untuk membantu kelancaran proses persalinan kala I, peran suami yang bisa dilakukan yaitu mengurangi kecemasan dengan melontarkan cerita-cerita lucu, memberi makan dan minum pada ibu, mengelus perut dan pinggang ibu pada saat datangnya rasa sakit. Hasil penelitian Nisa (2013) tentang hubungan peran suami terhadap proses kelancaran persalinan normal pada ibu primipara di Rumah Sakit Umum Daerah Pidie Jaya menunjukkan bahwa dukungan suami saat istri melahirkan sangat berpengaruh terhadap persalinan. Suami dapat membuat
302
gerakan-gerakan kecil dengan mengusap kening istri pada saat istri mendapat kontraksi yang kuat pada saat persalinan.
Suami memiliki andil yang cukup besar dalam menentukan status kesehatan ibu, secara psikologis istri membutuhkan dampingan suami selama masa kehamilan sampai pada proses persalinan (Suryani, 2008). Penelitian terhadap 26 pasangan suami istri yang sedang menghadapi kehamilan di California yang dikemukakan oleh Gladieux (Dagun, 1990) menyimpulkan, dukungan emosional suami terhadap istri dapat menyebabkan adanya ketenangan batin dan perasaan senang dalam diri istri. Istri menjadi lebih mudah menyesuaikan diri dalam situasi kehamilannya itu.
Studi pendahuluan dilakukan pada tanggal 08 sampai dengan 10 Maret 2014 melalui wawancara pada 10 orang ibu primigravida trimester III yang datang ke klinik bersalin Lena Barus, Wulan Sari dan Mutiara Kasih. Ditemukan 6 dari 10 ibu hamil merasa cemas dan takut dalam menghadapi proses persalinan, tetapi 4 ibu hamil merasa tenang dan aman karena adanya perhatian serta dukungan dari suami maupun keluarganya. Berdasarkan data sekunder yang diperoleh dari klinik bersalin Lena Barus, Wulan Sari dan Mutiara Kasih pada bulan Januari-Februari 2014 terdapat 45 ibu primipara yang bersalin spontan dan ditemukan 14 (31,12%) ibu
primipara yang mengalami perpanjangan kala 1 persalinan. Tanpa disadari
perhatian dari suami terhadap ibu dapat mengurangi kecemasan sehingga dapat membuat ibu hamil tenang dalam menghadapi proses persalinan dan adanya kecemasan yang berhubungan dengan nyeri persalinan, adanya rasa takut mati, takut tidak dapat menjadi ibu yang baik dan takut anak lahir cacat.
Berdasarkan latar belakang di atas, dengan ditemukannya perpanjangan kala 1 persalinan sebanyak 31,12%, maka peneliti tertarik melakukan penelitian mengenai “Pengaruh Dukungan Suami Dan Tingkat Kecemasan Ibu Primigravida Terhadap Lama Kala 1 Persalinan Spontan Di Klinik Bersalin Swasta Wilayah Kerja Puskesmas Tanah Tinggi Kota Binjai Pada Tahun 2014”.
TINJAUAN PUSTAKA Persalinan
Persalinan normal merupakan proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan/kekuatan sendiri. Persalinan merupakan hubungan saling mempengaruhi antara dorongan psikologi dan fisiologis dalam diri wanita dengan pengaruh dorongan pada proses kelahiran bayi. Faktor yang mempengaruhi cepat atau lambatnya persalinan adalah power, passage, passanger, psikologi ibu dan penolong persalinan (Suyati, 2011).
Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis yang normal. Kelahiran seorang bayi juga merupakan peristiwa sosial yang dinantikan oleh ibu dan keluarga selama 9 bulan. Ketika persalinan dimulai peranan ibu adalah melahirkan bayinya. Peran petugas kesehatan adalah memantau persalinan untuk mendeteksi dini adanya komplikasi, disamping itu keluarga juga memberikan bantuan dan dukungan pada ibu bersalin (Saifudin, 2009).
Secara fisiologi, ketika usia kehamilan sudah cukup matur, timbul serangkaian gejala yang menandakan dimulainya persalinan menurut Sumarah (2009) sebab-sebab mulainya persalinan belum diketahui denganpasti sehingga menimbulkan beberapa teori yang berkaitan dengan mulai timbulnya his. Teori-teori tersebut saling berhubungan sehingga menghasilkan kontraksi uterus yang sangat kuat, teratur,
303
ritmik yang berakhier dengan lahirnya janin dan plasenta. Teori-teori yang dimaksud adalah:
1. Peregangan otot uterus, dengan bertambahnya usia kehamilan, kapasitas uterus bertambah dan otot‐otot dinding uterus semakin tegang. Kondisi ini menyebabkan perangsangan mekanik berupa kontraksi uterus.
2. Tekanan pada serviks. Kondisi tersebut merangsang pelepasan oksitosin dan menyebabkan kontraksi uterus.
3. Stimulasi oksitosin. Pada akhir kehamilan kadar oksitosin meningkat dan otot-otot uterus sangat peka terhadap pengaruh oksitosin. Oksitosin bekerjasama dengan prostaglandin untuk menimbulkan kontraksi.
4. Perubahan rasio antara hormon estrogen dan progesteron berangsur‐angsur menurun pada akhir kehamilan dibandingkan dengan kadar estrogen, hal ini merangsang kontraksi uterus.
5. Usia plasenta. Dengan tuanya kehamilan maka usia plasenta menjadi tua. Proses tersebut menyebabkan vili khorialis mengalami perubahan‐perubahan sehingga kadar progesteron dan estrogen menurun. Hal ini merangsang kontraksi uterus.
6. Peningkatan kadar kortisol janin. Hal ini menyebabkan menurunnya pembentukan progesteron dan meningkatnya prostaglandin yang merangsang timbulnya kontraksi uterus.
7. Selaput janin memproduksi prostaglandin. Kondisi tersebut merangsang kontraksi uterus.
Faktor Yang Mempengaruhi Persalinan
Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan menjadi cepat atau lambat yaitu
power (his, kontraksi otot dinding perut, kontraksi diagfragma pelvis atau kekuatan
mengejan, ketegangan dan kontraksi ligamentum retundum), passanger (janin dan plasenta), passage (jalan lahir lunak dan jalan lahir tulang), psikis ibu dan penolong persalinan. (Rukiyah dkk, 2011 ; Yanti, 2009).
1. Power (Tenaga)
Power adalah kekuatan yang mendorong janin keluar. Kekuatan yang
mendorong janin keluar dalam persalinan ialah : his, kontraksi otot-otot perut, kontraksi diafragma dan aksi ligament, dengan kerjasama yang baik dan sempurna. Power (kekuatan) yang dibutuhkan dalam proses kelahiran bayi terdiri dari 2 tenaga yaitu tenaga primer dan skunder. Tenaga primer berasal dari kekuatan kontraksi uterus (his) yang berlangsung sejak mulai persalinan sampai pembukaan lengkap. Tenaga skunder adalah kekuatan mengedan ibu yang dibutuhkan setelah pembukaan lengkap (Yanti, 2009).
His adalah kontraksi uterus karena otot-otot polos rahim bekerja dengan baik
dan sempurna dengan sifat-sifat: kontraksi simetris, fundus dominant, kemudian diikuti relaksasi. Pada saat kontraksi otot-otot rahim menguncup sehingga menjadi tebaldan lebih pendek. kavum uteri menjadi lebih kecil mendorong janin dan kantong amnion kearah bawah rahim dan serviks.
Mengejan merupakan sebuah reflex, dorongan, instingtif yang disebabkan oleh tekanan kepala bayi pada dasar panggul dan dubur. Mengejan tidak akan terasa sakit dan dan tidak akan melukai bayi tetapi memerlukan tenaga yang cukup kuat (Stoppart M, 2013). Setelah serviks terbuka lengkap kekuatan yang sangat penting pada ekspulsi janin adalah yang sangat dihasilkan oleh peningkatan intra-abdomen yang diciptakan oleh kontraksi otot-otot abdomen. Dalam bahasa obstetric biasanya ini disebut mengejan. Sifat kekuatan yang dihasilkan mirip seperti yang terjadi pada
304
saat buang air besar, tetapi biasanya intensitasnya jauh lebih besar (Rukiyah dkk, 2011)
2. Passanger (Janin)
Faktor lain yang berpengaruh terhadap persalinan adalah faktor janin, yang meliputi sikap janin, letak janin, bagian terbawah, dan posisi janin. Sikap (Habitus) ; sikap janin menunjukan hubungan bagian-bagian janin dengan sumbu janin, biasanya terhadap tulang punggungnya. Janin umumnya dalam sikap fleksi dimana kepala, tulang punggung, dan kaki dalam keadaan fleksi, lengan bersilang didada. 3. Passage (Jalan Lahir)
Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian tulang padat, dasar panggul, vagina dan introitus vagina (lubang luar vagina). Meskipun jaringan lunak, khususnya lapisan-lapisan otot dasar panggul ikut menunjang keluarnya bayi, tetapi panggul ibu jauh lebih berperan dalam proses persalinan. Janin harus berhasil menyesuaikan dirinya terhadap jalan lahir yang relative kaku. Oleh karena itu ukuran dan bentuk panggul harus ditentukan sebelum persalinan dimulai. (Sumarah dkk, 2009).
Dua sampai tiga minggu sebelum permulaan persalinan, segmen bawah dari uterus akan mereggang dan membiarkan janin turun lebih jauh kebawah, kepala tersebut bisa saja turun dan mengunci (engaged). Fundus tidak lagi mendesak paru-paru, pernafasan menjadi lega. Jantung dan paru dapat berfungsi lebih baik dan wanita tersebut mengalami kelegaan yang dikenal dengan sebutan peringanan. Sympisis pubis akan melebar dan dasar panggul menjadi rilex dan melembut, yang memungkinkan uterus turun lebih jauh kedalam panggul. Sebelum peringanan, fundus mendesak diafragma, segmen uterus bagian bawah tidak lembek dan belum mereggang untuk menampung kepala janin yang oleh karenanya tetap tinggi.
Pada primigravida, otot-otot abdominal berada dalam tonus yang baik, sehingga dapat memegang uterus dalam posisi tegak serta membantu dalam penguncian kepala janin, pada wanita otot-otot abdomen akan menjadi sedikit lebih berayun sehingga kepala janin mungkin tidak akan mengunci. Berjalan menjadi sedikit sulit oleh karena sympisis pubis lebih mobile dan relaksasi dari sendi
sakro-iliaka bisa menimbulkan rasa sakit dipunggung. Tekanan pada fundus akan
berakibat pada peningkatan tekanan didalam panggul, yang bisa dijelaskan dengan adanya kepala janin, kongesti pembuluh vena diseluruh daerah tersebut serta relaksasi sendi-sendi panggul. Sekresi vagina juga paling banyak pada priode ini (Bobak, 2000; Pilliteri, 2003).
Selama priode pra-persalinan ibu primigravida perasaan kaku, canggung dan letih. Perubahan mood (keadaan jiwa) merupakan peristiwa biasa yang dialami oleh ibu, rasa cemas yang dialami ibu meningkatkan produksi adrenalin yang akan menghambat kegiatan uterus dan bisa pada gilirannya memperlama persalinan. Sikap bidan, nasehat dan bimbingan yang diberikan selama kehamilan akan memengaruhi kemajuan persalinan.
4. Psikis Ibu Bersalin
Persiapan psikologis sangat penting dalam menjalani persalinan. Semakin seorang ibu siap dan memahami proses persalinan adalah sesuatu hal normal dan biasa dijalani oleh setiap wanita maka ibu akan dengan mudah bekerjasama dengan petugas kesehatan yang membantu proses persalinannya. Satu hal yang perlu diingat dalam proses persalinan normal, dimana aktor utama dalam proses ini adalah ibu dengan segala perjuangan dan daya upayanya. Ibu harus meyakini
305
bahwa ia mampu menjalani proses persalinan ini dengan lancar, karena jika ibu sudah mempunyai keyakinan positif maka semangat ini akan menjadi kekuatan yang besar saat ibu berjuang mengeluarkan bayi. Sebaliknya apabila ibu diawal sudah nglokro (tidak semangat) akan membuat proses persalinan menjadi sulit (Nisman, 2011).
Persalinan dan kelahiran merupakan proses fisiologis yang menyertai kehidupan hampir setiap wanita. Walaupun prosesnya fisiologis, tetapi pada umumnya menakutkan karena disertai rasa nyeri yang hebat, bahkan terkadang menimbulkan kondisi fisik dan mental yang mengancam jiwa. Nyeri adalah suatu fenomena subjektif, sehingga keluhan nyeri-persalinan setiap wanita tidak akan sama, bahkan pada wanita yang samapun, nyeri persalinan saat ini tidak akan sama dengan nyeri persalinan yang lalu (Schats, 1986 dalam Yanti, 2009).
5. Penolong Persalinan
Penolong persalinan adalah petugas kesehatan yang mempunyai legalitas dalam menolong persalinan atara lain dokter, bidan serta mempunyai kompetensi dalam menolong persalinan, menagani kegawatdaruratan, serta melakukan rujukan jika diperlukan. Penolong persalinan selalu menerapkan upaya pencegahan infeksi yang dianjurkan termasuk diantaranya cuci tangan, memakai sarung tangan dan perlengkapan pelindung pribadi serta pendokumentasian alat bekas pakai (Rukiyah dkk, 2011).
Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi terjadinya kematian ibu adalah kemampuan dan ketrampilan penolong persalinan. Tahun 2006, cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan di Indonesia masih sekitar 76% artinya masih banyak pertolongan persalinan yang dilakukan oleh dukun bayi dengan cara tradisional yang dapat membahayakan keselamatan ibu dan bayinya (Nisman, 2011).
METODE PENELITIAN Landasan Teori
Landasan teori yang digunakan dalam penelitiaan ini untuk pengaruh tingkat kecemasan terhadap lama persalinan kala I adalah yang dikemukakan oleh Chapman (2006) bahwa kecemasan yang dialami oleh ibu bersalin semakin lama akan semakin meningkat seiring dengan semakin seringnya kontraksi muncul sehingga keadaan ini akan membuat ibu semakin tidak kooperatif. Stress persalinan secara reflex menyebabkan peningkatan kadar katekolamin ibu jauh diatas kadar yang ditemukan pada wanita yang tidak hamil atau wanita hamil sebelum persalinan. Stress psikologis dan hipoksia yang berkaitan dengan nyeri dan rasa cemas meningkatkan seksresi adrenalin. Peningkatan sekresi adrenalin dapat menyebabkan vaso kontriksi akibatnya aliran darah uterus menurun, sehingga mengakibatkan terjadinya hipoksia dan bradikardi janin yang akhirnya akan terjadi kematian janin dan dapat menghambat kontraksi, sehingga memperlambat persalinan.
Sedangkan untuk pengaruh dukungan suami terhadap lama persalinan kala I adalah yang dikemukakan oleh Guyton (2006) bahwa dukungan yang dirasakan oleh ibu selama proses persalinan secara terus menerus dapat menimbulkan emosi ibu menjadi tenang serta memberi impuls ke neurotransmitter ke sistem limbic dan diteruskan ke amigdala kemudian ke hipotalamus sehingga terjadi perangsangan pada nucleus ventromedial dan area sekelilingnya sehingga menimbulkan perasaan
306
tenang dan akhirnya kecemasan pun menurun mengakibatkan persalinan menjadi normal.
Gambar 3.1 Mekanisme Tingkat Kecemasan dan Dukungan Suami Terhadap Lama Persalinan.
3.2 Kerangka Konsep
Berdasarkan landasan teori, maka peneliti merumuskan kerangka konsep penelitian sebagai berikut :
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian Jenis Penelitian
Dukungan Suami : - Fisik
- Emosional
Lama Kala I Persalinan Tingkat Kecemasan lbu :
- Ringan - Sedang - Berat - Panik Kecemasan Ibu Respon Perilaku
Impuls Neurotransmitter ke system limbic
Emosi (cemas)
Respon Prilaku Destruktif Emosi (Senang)
Hipotalamus (CFR) Amigdala
Amigdala Dukungan Suami
Hipotalamus
Impuls Neurotransmitter ke system limbic
Merasa Tenang Medula Adrenal
Kadar Katekolamin Meningkat Sekresi Adrenalin Meningkat
Persalinan Normal Hipofisis Anterior (ACTH)
Vasokontriksi Pemb. Darah Menghambat Kontraksi
Hipoksia dan Bradikardi Janin Aliran darah Uterus Menurun
Kematian Memperlambat Persalinan
307
Jenis penelitian ini merupakan penelitian survei dengan pendekatan
cross-sectional.
Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Klinik Bersalin Swasta Wilayah Kerja Puskesmas Tanah Tinggi Kota Binjai.
Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan selama 6 bulan mulai dari Februari sampai Juli tahun 2014.
Populasi dan Sampel Penelitian Populasi Penelitian
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh ibu primigravida yang melahirkan di klinik bersalin swasta Wilayah Kerja Puskesmas Tanah Tinggi kota Binjai Tahun 2014.
Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini diambil dari populasi dengan kriteria inklusi ibu primigravida yang datang sebelum fase aktif kala I persalinan dan suami ikut hadir pada saat persalinan. Sampel diperoleh dengan consecutive sampling dimana ibu primigravida yang datang melahirkan diambil sebagai sampel sampai jumlah sampel yang dibutuhkan terpenuhi. Besar sampel diambil dengan menggunakan rumus uji hipotesis untuk proporsi populasi tunggal (Lameshow, 1990 dalam Hidayat, 2011) sebagai berikut :
{ √ √ }
Keterangan :
n = Besar sampel minimum
Z1-α/2 = Nilai baku normal berdasarkan α yang ditentukan (α = 0,05) 1,96
Z1-β = Nilai baku normal berdasarkan β yang ditentukan (β = 0,10) 1,282
Po = Proporsi lama kala I tidak normal = 0,28 (Primus, 1990)
Pa = Proporsi lama kala I tidak normal = 0,48 (Asumsi peneliti)
{ √ √ } { √ √ }
Berdasarkan perhitungan besar sampel maka besar sampel minimal yang dibutuhkan adalah 48 orang.
Metode Pengukuran
Pengukuran Variabel Independen
1. Kecemasan
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Zung Self – Rating
308
untuk mengukur tingkat kecemasan pada ibu primigravida menghadapi persalinan. Instrumen ini terdiri dari 20 butir pernyataan. Responden memilih 1 dari 4 pilihan jawaban yang ada pada kuesioner, dimana digunakan scoring atau nilai jawaban sebagai berikut : SL (Selalu) diberi nilai 4; S (Sering) diberi nilai 3; K (Kadang) diberi nilai 2; TP (Tidak Pernah) diberi nilai 1.
Jawaban dikategorikan dalam tingkat kecemasan sebagai berikut (Zung. W.W.K., 1979) : Nilai 20 – 35 : Ringan Nilai 36 – 50 : Sedang Nilai 51 – 65 : Berat Nilai 66 – 80 : Panik 2. Dukungan Suami
Jumlah pertanyaan untuk dukungan suami berjumlah 10 buah. Pertanyaan yang diajukan dengan alternatif jawaban “Ya” (bobot 1) dan “Tidak” (bobot 0). Hasil yang diperoleh dikategorikan sebagai berikut (Arikunto, 2010) :
a. Dukungan baik : jika total nilai yang diperoleh skor 8-10 dari total skor b. Dukungan cukup : jika total nilai yang diperoleh skor 4-7 dari total skor c. Dukungan kurang: jika total nilai yang diperoleh skor 0-3 dari total skor
Pengukuran Variabel Dependen
1. Lama Kala I Persalinan
Pengukuran lama kala I persalinan dalam penelitian ini berdasarkan hasil dari observasi peneliti dengan menggunakan partograf yang dihitung dalam jam, dikategorikan sebagai berikut : (Prawirohardjo, 2010).
a. Normal : jika terjadi selama ≤14 jam b. Tidak Normal : jika terjadi selama >14 jam.
Tabel 3.1 Metode Pengukuran Variabel Independen dan Dependen
No Variabel Jumlah Pertanyaa n Alternatif jawaban Kategori Skala Ukur 1 Kecemasan 20 a. SL (4) b. S (3) c. K (2) d. TP (1) Ringan (20-35) Sedang (36-50) Berat (51-65) Panik (66-80) Ordinal 2 Dukungan Suami 10 a. Ya (1) b. Tidak (0) Baik (8-10) Cukup (5-7) Kurang (0-4) Ordinal
3 Lama Kala I Observasi Normal (≤14) Tidak Normal (>14)
Nominal
Metode Analisis Data
309
a. Analisis univariat, yaitu analisis yang menggambarkan secara tunggal variabel independen (Dukungan suami dan tingkat kecemasan ibu primigravida) dan variabel dependen (lama kala I persalinan spontan) dalam bentuk distribusi frekuensi.
b. Analisis bivariat, yaitu analisis yang digunakan untuk melihat ada tidaknya hubungan tingkat kecemasan dan dukungan suami pada ibu primigravida terhadap lama kala I persalinan spontan dengan menggunakan uji chi square
pada α = 0,05 dengan pertimbangan skala data yang merupakan skala ordinal.
Nilai p dari masing-masing variabel independen yang diujikan dengan menggunakan uji chi square menentukan apakah variabel tersebut masuk ke dalam model regresi logistik berganda, dimana hanya variabel dengan nilai p <0,25 yang dapat masuk ke dalam model regresi logistik berganda pada analisis multivariat (Sastroasmoro, 2011).
c. Analisis multivariat, yaitu analisis yang digunakan untuk mengetahui faktor yang berpengaruh dan paling dominan dari variabel independen (dukungan suami dan tingkat kecemasan pada ibu primigravida) terhadap variabel dependen (lama kala I persalinan spontan dilakukan dengan menggunakan uji regresi logistik berganda dengan α = 0,05. Alasan penggunaan uji ini adalah karena variabel dependen memiliki skala ukur nominal dengan dua kategori atau dikotomus (Sastroasmoro, 2011).
HASIL PENELITIAN
Lama Kala I Persalinan Ibu Primigravida di Klinik Bersalin Swasta Wilayah Kerja Puskesmas Tanah Tinggi Kota Binjai Tahun 2013
Berdasarkan hasil penelitian lama kala I persalinan dalam kategori Normal (66,7%), dan selebihnya dengan kategori tidak normal (33,3). Hal ini menunjukkan bahwa secara umum responden di Wilayah kerja Puskesmas Tanah Tinggi Kota Binjai lebih banyak mengalami lama kala I persalinan normal. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Primus (1990) yang melaporkan kejadian persalinan lama sebesar 28,2%.
Proses persalinan terdiri dari 4 kala, yaitu kala I disebut juga kala pembukaan, dimana terjadinya pematangan dan pembukaan serviks sampai lengkap 10 cm, kala II disebut juga kala pengeluaran oleh karena berkat kekuatan his dan kekuatan ibu mengedan janin didorong keluar sampai lahir, kala III atau kala uri dimana plasenta lepas dari dinding uterus dan dilahirkan, kala IV dimulai setelah lahirnya plasenta dan lamanya 1‐2 jam (Mochtar, 1998). Apabila pengelolaan kurang baik maka akan terjadi pemanjangan kala I dan dapat berakhir dengan persalinan lama.
Berdasarkan hasil penelitian memberikan gambaran bahwa masih besarnya kejadian persalinan lama pada ibu. Salah satu faktor pada ibu primigravida rentan mengalami persalinan lama karena stress dalam menghadapi persalinan yang baru pertama kali akan dihadapi dikarenakan kurangnya kesiapan ibu dalam menghadapi proses persalinan terutama oleh nyeri pada saat kontraksi uterus yang semakin lama intensitas nyeri makin meningkat. Stress persalinan secara reflex menyebabkan peningkatan kadar katekolamin ibu jauh diatas kadar yang ditemukan pada wanita yang tidak hamil atau wanita hamil sebelum persalinan. Stress psikologis dan hipoksia yang berkaitan dengan nyeri dan rasa cemas meningkatkan seksresi adrenalin. Peningkatan sekresi adrenalin dapat menyebabkan vaso kontriksi akibatnya aliran darah uterus menurun, sehingga mengakibatkan terjadinya
310
hipoksia dan bradikardi janin yang akhirnya akan terjadi kematian janin dan dapat menghambat kontraksi, sehingga memperlambat persalinan.
Pengaruh Dukungan Suami Terhadap Lama Kala I Persalinan Di Wilayah Kerja Puskesmas Tanah Tinggi Kota Binjai Tahun 2014.
Berdasarkan hasil penelitian dukungan suami, dukungan suami dalam kategori Baik (64,6%), sedangkan dukungan suami dalam kategori Kurang (35,4%). Hal ini menunjukkan bahwa secara umum responden di Wilayah kerja Puskesmas Tanah Tinggi Kota Binjai lebih banyak memberi dukungan baik pada masing-masing responden.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nisa (2013) tentang hubungan peran suami terhadap proses persalinan normal pada ibu primipara di rumah sakit umum pidie jaya menunjukan bahwa dukungan suami saat istri melahirkan sangat perpengaruh terhadap lama persalinan kala I, peran suami yang bisa dilakukan yaitu mengurangi kecemasan dengan melontarkan cerita-cerita lucu, memberikan makanan dan minum pada ibu, mengelus perut dan pinggang ibu pada saat datangnya rassa sakit.
Pengaruh Tingkat Kecemasan Terhadap Lama Kala I Persalinan Di Wilayah Kerja Puskesmas Tanah Tinggi Kota Binjai Tahun 2014
Berdasarkan hasil penelitian tingkat kecemasan terhadap lama kala I persalinan dalam kategori Ringan (62,5%), sedangkan tingkat kecemasan dalam kategori sedang (37,5%). Hal ini menunjukkan bahwa secara umum responden di Wilayah kerja Puskesmas Tanah Tinggi Kota Binjai lebih banyak memiliki tingkat kecemasan Ringan dibandingkan kecemasan sedang. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hamranami, dkk (2002) yang menyatakan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara tingkat kecemasan dan lama kala I persalinan, dimana ditemukan bahwa perpanjangan kala I lebih banyak terjadi pada tingkat kecemasan sedang (81,25%) dan tingkat kemasaan berat (18,75%) dan ditemukan perpanjangan kala I pada ibu dengan tingkat kecemasan ringan.
Hal ini terlihat pada hasil tabulasi silang antara dukungan suami dengan lama kala I persalinan, diperoleh bahwa responden yang lebih banyak mengalami lama kala I normal adalah responden yang memiliki dukungan Baik (60,4%) dibanding dengan responden yang memiliki dukungan kurang (6,2%).
Hal ini menunjukkan semakin baik suami memberikan dukungan pada responden, maka responden tidak akan mengalami perpanjangan kala I. Hasil ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Guyton (2006) bahwa dukungan yang dirasakan oleh ibu selama proses persalinan secara terus menerus dapat menimbulkan emosi ibu menjadi tenang serta memberi impuls ke neurotransmitter ke sistem limbic dan diteruskan ke amigdala kemudian ke hipotalamus sehingga terjadi perangsangan pada nucleus ventromedial dan area sekelilingnya sehingga menimbulkan perasaan tenang dan akhirnya kecemasan pun menurun mengakibatkan persalinan menjadi normal.
Hasil tabulasi silang antara kecemasan terhadap lama kala I persalinan normal, diperoleh bahwa responden yang mengalami kecemasan ringan (62,5%) sedangkan yang sedang (37,5%). Penelitian ini sejalan dengan penelitian primus (2006) yang menyatakan bahwa faktor kecemasan ibu dapat menyebabkan persalinan berlangsung lebih lama dan melaporkan bahwa proporsi kejadian persalinan lama sebesar 28,2%. Hal ini menyatakan bahwa semakin ringan kecemasan seseorang
311
maka proporsi persalinan lama akan lebih sedikit sedangkan jika responden mengalami kecemasan sedang maka proporsi persalinan lama akan lebih banyak.
Berdasarkan hasil uji regresi logistik berganda dukungan suami mempunyai resiko terhadap lama kala I persalinan diperoleh nilai probabilitas (p = 0,015) dengan besar pengaruh dukungan suami terhadap lama kala I persalinan dilihat dari nilai Exp (B) dengan nilai 23,506 dimana dari hasil analisis terlihat bahwa, responden yang memiliki dukungan baik terhadap lama kala I persalinan akan memberikan dukungan baik 31responden. dibandingkan responden yang memberikan dukungan kurang berisiko tinggi mengalami lama kala I persalinan.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang “Pengaruh dukungan suami dan tingkat kecemasan ibu primigravida terhadap lama kala 1 persalinan spontan di klinik bersalin swasta Wilayah Kerja Puskesmas Tanah Tinggi Kota Binjai pada tahun 2014” dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Secara umum responden di Wilayah kerja Puskesmas Tanah Tinggi Kota Binjai mayoritas mengalami lama kala I persalinan adalah normal 66,7% dan minoritas kategori tidak normal 33,3%.
2. Secara umum responden di Wilayah kerja Puskesmas Tanah Tinggi Kota Binjai mayoritas memiliki tingkat kecemasan ringan 62,5% dibandingkan tingkat kecemasan sedang 37,5%.
3. Secara umum responden di Wilayah kerja Puskesmas Tanah Tinggi Kota Binjai mayoritas memiliki tingkat kecemasan ringan 62,5% dibandingkan kecemasan sedang 37,5%.
Saran
Setelah penulis menyimpulkan penilaian tentang “Pengaruh Dukungan Suami Dan Tingkat Kecemasan Ibu Primigravida Terhadap Lama Kala 1 Persalinan Spontan Di Klinik Bersalin Swasta Wilayah Kerja Puskesmas Tanah Tinggi Kota Binjai Pada Tahun 2014” saran yang dapat penulis sampaikan adalah :
Bagi Masyarakat
Diharapkan kepada seluruh masyarakat khususnya suami ibu bersalin berkunjung ke Klinik Bersalin Swasta Wilayah Kerja Puskesmas Tanah Tinggi Kota Binjai agar ikut serta dalam meningkatkan Dukungan Suami Dan Tingkat Kecemasan Ibu Primigravida Terhadap Lama Kala 1 Persalinan Spontan.
Bagi Institusi Akademik Kebidanan Kharisma Husada Binjai
Dapat digunakan sebagai tambahan informasi dan sumbangan pemikiran di bidang Kesehatan serta sebagai masukan tentang Dukungan Suami Dan Tingkat Kecemasan Ibu Primigravida Terhadap Lama Kala 1 Persalinan Spontan bagi Mahasiswa Akbid Kharisma Husada Binjai serta bagi peneliti selanjutnya.
312
Anggraini, R. (2010). Karakteristik Ibu Hamil yang Mengalami Kecemasan Di BPS
Uswatun Poncowati Lampung Tengah, http://www.4share.com/ Diakses Pada 5 April 2014.
Arikunto, Suharmisi, 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Aryasatiani, 2005. http://repository.ac.id/bitstream/123456789/20180/5/Chapter%20I. pdf Diakses Pada 5 April 2014
Atkinson, R.L., Pengantar Psikologi. Edisi Kedelapan. Alih Bahasa Nurdjanah Taufiq. Jakarta: Erlangga
Bobak, 2005. Keperawatan Maternitas. Edisi 4. Jakarta: EGC
Chapman, V. 2006. Asuhan Kebidanan: Persalinan dan Kelahiran. Jakarta: EGC Cornor, D,. 2012. Suami Sebagai Pendamping Dalam Proses Persalinan. Dibuka
Pada Website: http:/www.gogle.co.id./peran./suami./Sebagai./Pendamping ./dalam./proses./persalinan./Dream./Corner Diakses Pada 5 April 2014 Dagun, A.M., 1990. Psikologi Keluarga, Jakarta: PT Rhienka Cipta.
Dinkes Provsu, 2013. Pemprov Sumut Klaim Tekan Kematian Ibu Dan Bayi., Diakses 5 April 2014; file:///C:/Usher/Usher/Documents/data%20baru %20tesis/Berita%20%20%20BKKBN%20AKI.html
Eniyati, Putri, M, 2012. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Handonowati, A, 2009. Hubungan Pendampingan Suami Dengan Kelancaran
Proses Persalinan Kala I Dibidan Delima Geneng, Yogyakarta: Mei
Hamilton, P.M., (1995). Dasar-Dasar-Keperawatan-Maternitas (Edisi6).Jakarta: EGC Hamranani, 2002. Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Lama Persalinan Kala I
Pada Primipara Diruang Santa ANA Maria Rumah Sakit Panti Nirmala,
Malang: Agustus
Hastuti., Budi.S.F, (2009). Pengaruh Dukungan Suami Terhadap Lama Persalinan
Kala II Pada Ibu Primipara, Yogyakarta.
Hawari, D, 2011. Manajemen Stres, Cemas dan Depresi. Jakarta: FKUI.
Hidayat, A.A. Alimul, 2011.Metode Penelitian Kebidanan Teknik Analisis Data, Jakarta; Salemba Medika
Kartono, 1992. Psikologi Wanita Menjadi Ibu Dan Nenek, Bandung : Mandar Maju Kaplan, H.L., Sadock, B.J., Grebb, J.A., (1997). Sinopsis Psikiatri Jilid 2, Alih
Bahasa : Widjaja Kusuma, Jakarta : Binarupa Aksara.
Koesoemapradja, N, 1993. Partograph : Suatu Alat Pengelola Untuk Mencegah
Persalinan Lama. Dalam : Koesoemapradja, N, Hartono H. S, Palarto B, eds. Manfaat Partograf Dan Beberapa Upaya Untuk Menurunkan Kematian Ibu Dan Anak. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.
Manuaba, I. B. G, (1998). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, Dan Keluarga
Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
MDG’s 2012. Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Tahun 2012. Diakses 5 April 20 14; www.depkes.go.id/downloads/PROFIL-KES-PROVINSI-2012/11%Profil-Kes.Prov.DKI Jakarta.
Musbikin, I, (2008). Panduan Bagi Ibu Hamil dan Melahirkan. Yogyakarta: Mitra Pustaka
Mufdlilah, Asri H., Ima K., 2012. Konsep Kebidanan Edisi Revisi. Yogyakarta: nuMed Medika.
313
Nisa, T, 2013. Hubungan Peran Suami Terhadap Proses Kelancaran Persalinan
Normal Pada Ibu Primipara Di Rumah Sakit Umum Daerah Pidie Jaya,
Jakarta : November.
Nisman W.A, 2011. Melahirkan Itu Mudah dan Menyenangkan, Yogyakarta : Andi. Prawirohardjo, S, 2010. Ilmu Kebidanan, Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Pillitteri, A, 2003. Maternal and Child Health Nursing: Care of The Childbearing
Famil. (4 th ed). Philadelpia: Lippincott
Primus, M.D, 1990. Hubungan Kecemasan Dengan Lama Persalinan. Tesis. Yogyakarta: Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada
Rukiyah, A, (2009). Asuhan Kebidanan 2 (Persalinan). Jakarta: Trans Info Media Saifuddin A. B, 2001. Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal,
Yayasan Bina Nusantra Pustaka Sarwono Prawirohadjo, Jakarta.
Sastroasmoro, S, Ismael, S, (2011). Dasar-Dasar Metode Penelitian Klinis. Edisi ke-4. Jakarta: Sagung Seto
Sari, W. (2001). Perbedaan Tingkat Kecemasan Suami Dan Istri Dalam Menghadapi
Kehamilan Pertama Trimester III. Laporan Penelitian. Depok: Fakultas Ilmu
Keperawata Universitas Indonesia.
SDKI, 2012. Analisis Mortalitas Di Indonesia. Diakses 5-4-2014; http://Adepedia-M yownworld.blogspot.com/2013/03/Analisis-mortalitas-diindonesia.html, Adepedia.
Stopart M, 2013. Panduan Mempersiapkan Kehamilan & Kelahiran, Cetakan X, Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Sumarah, 2009. Perawatan Ibu Bersalin. Yogyakarta : Fitramaya.
Stuart dan Sundden, 2002. Buku Saku Keperawatan Jiwa, Jakarta : EGC.
Sulistyorini, Tursilowati, (2007). Pengaruh Peran Serta Suami Terhadap Tingkat
Kecemasa
Ibu Hamil Dalam Menghadapi Proses Persalinan di Desa Jepat Lor Kecamata n Tayu Kabupaten Pati 2007.Diakses Pada Tanggal 3 Januari 2010 dari http:/
/www.skripsistikes.wordpress.com/2008/03/07/
Pengaruh-Peran-Serta-Suami-Terhadap-Tingkat-Kecemasan-Ibu-Hamil-Dalam-Menghadapi- Proses-Persalinan-Di-Desa-Jepat-Lor-Kecamatan-Tayu-Kabupaten -Pati-2007/. Yanti, 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan. Cetakan I Yogyakarta :
Pustaka Rihama,
Zung. W.W.K., 1979. Rating Anxiety for Anxiety Disoerder Physychosomatic. USA : Mosby Company.