• Tidak ada hasil yang ditemukan

4.1 RENCANA KAWASAN LINDUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "4.1 RENCANA KAWASAN LINDUNG"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

138

Rencana pola ruang pada dasarnya merupakan penetapan lokasi serta besaran ruang untuk mewadahi berbagai jenis kegiatan fungsional perkotaan. Pola ruang wilayah Kota Bengkulu terdiri dari kawasan lindung dan kawasan budidaya.

4.1 RENCANA KAWASAN LINDUNG

Penetapan kawasan lindung dilakukan berdasarkan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007, Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 1997, dan Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990.

Kawasan lindung didefinisikan sebagai kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam, sumberdaya buatan dan nilai sejarah, serta budaya, guna kepentingan pembangunan berkelanjutan. Kawasan lindung di Kota Bengkulu terdiri dari:

a. kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya; b. kawasan perlindungan setempat;

c. ruang terbuka hijau (RTH) Kota;

d. kawasan suaka alam dan cagar budaya; dan e. kawasan rawan bencana alam.

4.1.1 Kawasan yang Memberikan Perlindungan terhadap Kawasan Bawahannya

Di Kota Bengkulu kawasan ini merupakan kawasan resapan air yang terdapat di Kecamatan Singaran Pati seluas 545 hektar.

4.1.2 Kawasan Perlindungan Setempat

Kawasan perlindungan setempat merupakan kawasan yang harus dibebaskan dalam upaya untuk memberikan perlindungan pada objek khusus yang ada. Dalam hal ini, kawasan perlindungan setempat terdiri dari kawasan sempadan danau, sempadan jaringan transmisi tenaga listrik, sempadan pantai, dan sempadan sungai.

(2)

A. Kawasan Sempadan Danau

Kawasan lindung untuk kawasan sekitar danau di Kota Bengkulu adalah daratan sepanjang Danau Dendam Tak Sudah di Kecamatan Singaran Pati (seluar 18,65 hektar) yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik danau, yaitu 50 meter dari tepi danau.

B. Sempadan Jaringan Transmisi Tenaga Listrik

Sempadan jaringan transmisi tenaga listrik meliputi sempadan di jaringan Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) di Kecamatan Sungai Serut sejauh 32 meter dihitung dari titik tengah jaringan tenaga listrik.

C. Sempadan Pantai

Kriteria penetapan sempadan pantai (berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang RTRWN, Pasal 56 ayat 1) dengan pengaturan sebagai berikut:

1. Sempadan pantai adalah daratan sepanjang tepian laut dengan jarak paling sedikit 100 (seratus) meter dari titik pasang air laut tertinggi ke arah darat; atau

2. Daratan sepanjang tepian laut yang bentuk dan kondisi fisik pantainya curam atau terjal dengan jarak proporsional terhadap bentuk dan kondisi fisik

Sempadan pantai Kota Bengkulu seluas kurang lebih 880 hektar, yang terdapat di Kecamatan Muara Bangkahulu, Kecamatan Teluk Segara, Kecamatan Ratu Samban, Kecamatan Ratu Agung, Kecamatan Gading Cempaka, dan Kecamatan Kampung Melayu.

D. Sempadan Sungai

Mengacu pada Permen PU No. 63/PRT/1993 tentang Pengaturan Garis Sempadan Sungai, diatur dua jenis garis sempadan sungai yaitu :

1. Sungai kecil dengan DAS 500 km2 atau kurang memiliki garis sempadan sebesar 50 m. 2. Sungai besar dengan DAS lebih luas dari 500 Km2 memiliki garis sempadan sebesar

(3)

Kebijakan penetapan sempadan sungai juga mempertimbangkan hal - hal sebagai berikut :

1. Lebar sempadan sungai ideal sebagaimana tersebut di atas berlaku pada daerah aliran sungai yang belum dimanfaatkan untuk kegiatan terbangun, terutama permukiman.

2. Pada daerah aliran sungai yang melintasi kawasan permukiman atau kawasan perkotaan, pengaturan lebar sempadan sungainya disesuaikan dengan ketentuan peraturan daerah yang berlaku.

(4)

Gambar 4.1

Sketsa Sempadan Sungai Tak Bertanggul

Gambar 4.2

Sketsa Sungai dan Dataran Banjir

Gambar 4.2

(5)

Penetapan dan pengaturan garis sempadan sungai juga diatur berbeda untuk sungai-sungai yang mengalir dalam wilayah perkotaan. Di Kota Bengkulu, luas sempadan sungai kurang lebih 765,72 hekta, meliputi:

1. Sempadan sungai bertanggul dengan lebar kurang lebih 25 (dua puluh lima) meter dari kaki tanggul terluar, terdapat di Sungai Air Bengkulu Kecamatan Muara Bangkahulu dan Kecamatan Sungai Serut;

2. Sempadan sungai tidak bertanggul dengan lebar sempadan kurang lebih 50 meter dari tepi sungai terdapat di Sungai Jenggalu Kecamatan Kampung Melayu, Kecamatan Gading Cempaka dan Kecamatan Ratu Agung; dan

3. Sempadan sungai yang berada pada kawasan perumahan dengan lebar sempadan kurang lebih 10 (sepuluh) meter, terdapat di sungai dan anak sungai di Kecamatan Sungai Serut, Kecamatan Kampung Melayu, Kecamatan Ratu Agung, Kecamatan Ratu Samban, Kecamatan Gading Cempaka, Kecamatan Muara Bangka hulu, Kecamatan Selebar, Kecamatan Singaran Pati dan Kecamatan Teluk Segara.

4.1.3. Kawasan Ruang Terbuka Hijau

Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah ruang-ruang dalam kota atau wilayah yang lebih luas baik bentuk area/kawasan maupun dalam bentuk area memanjang/jalur dimana dalam penggunaannya lebih bersifat terbuka yang pada dasarnya tanpa bangunan.

Kriteria kawasan lindung untuk kawasan terbuka hijau kota adalah:

1. Lokasi sasaran kawasan terbuka hijau kota termasuk antara lain di kawasan permukiman, kawasan industri, kawasan pendidikan, serta tepi sungai dan jalan yang berada di kawasan perkotaan.

2. Hutan yang terletak di dalam wilayah perkotaan atau sekitar kota dengan luas minimal 0,25 Ha.

3. Hutan yang terbentuk dari komunitas tumbuhan yang berbentuk kompak pada satu hamparan, berbentuk jalur atau merupakan kombinasi dari bentuk kompak dan bentuk jalur.

(6)

4. Jenis tanaman untuk hutan kota adalah tanaman tahunan berupa pohon-pohonan, tanaman hias atau herbal, dari berbagai jenis baik jenis asing atau eksotik maupun jenis asli atau domestik.

5. Jenis tanaman untuk kawasan terbuka hijau kota adalah berupa pohon-pohonan dan tanaman hias atau herbal, dari berbagai jenis baik jenis asing atau eksotik maupun jenis asli atau domestik.

Ruang Terbuka Hijau dipersyaratkan dalam UU No 26 Tahun 2007 tentang penataan ruang, bahwa proporsi ruang terbuka hijau pada wilayah kota paling sedikit 30 (tiga puluh) persen dari luas wilayah kota. 20 (dua puluh) persen ruang terbuka hijau publik dan 10 (sepuluh) persen ruang terbuka hijau privat.

Kawasan ruang terbuka hijau selain berfungsi sebagai paru-paru kota, juga berfungsi sebagai salah satu unsur pembentuk struktur tata ruang kota dan dalam pola ruang merupakan kawasan yang dapat berfungsi menunjang fungsi lindung. Pengelolaan kawasan/ruang terbuka hijau ini secara umum meliputi:

1. Pembatasan pendirian bangunan-bangunan, kecuali yang memiliki fungsi sangat vital atau bangunan-bangunan yang merupakan penunjang dan menjadi bagian dari kawasan ruang terbuka hijau.

2. Pengembangan kawasan ruang terbuka hijau sebagai bagian dari pengembangan fasilitas umum dan taman - taman kota/ lingkungan

3. Pengembangan kawasan ruang terbuka hijau sebagai pembatas antara kawasan industri dengan kawasan fungsional lain di sekitarnya, terutama kawasan permukiman.

Untuk menghitung kebutuhan luas RTH publik Kota Bengkulu digunakan metode perhitungan kebutuhan RTH berdasarkan persentase sesuai dengan kebijakan tata ruang yang terbaru yaitu Undang-undang No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang, yaitu:

1. Proporsi ruang terbuka hijau pada wilayah kota paling sedikit 30 (tiga puluh) persen dari luas wilayah kota. 20 (dua puluh) persen ruang terbuka hijau publik dan 10 (sepuluh) persen ruang terbuka hijau privat. Maka perhitungan RTH adalah sebagai berikut :

(7)

a. Luas Wilayah Kota Bengkulu: 15.170 Ha

b. Standar: UU No.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Luas RTH = 20% dari luas kota nya).

c. Kebutuhan luas Ruang Terbuka Hijau (Kawasan Lindung) Kota Bengkulu sesuai standar UU No. 26 Tahun 2007 yaitu 30% dari 15.170 Ha sama dengan 4.335,6 Ha.

d. Kebutuhan luas Ruang Terbuka Hijau (Kawasan Publik) Kota Bengkulu sesuai standar UU No. 26 Tahun 2007: yaitu 20% dari 15.170 Ha = 2.890,4 Ha.

Dalam kaitannya dengan pengembangan pola ruang kota, maka penjabaran rencana Ruang Terbuka Hijau pada masing-masing fungsi kawasan Subpusat Pelayanan Kota di Kota Bengkulu untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.1 di halaman sebelah ini:

(8)

Tabel 4.1

PROYEKSI KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA BENGKULU TAHUN 2030 NO JENIS FASILITAS PENDUKUNG TAHUN 2011 TAHUN 2030

LUAS (Ha) LUAS (Ha)

RTH PRIVAT

1 RTH Pekarangan rumah 631.58 631.58 2 RTH Kawasan Peruntukan Perdagangan dan Jasa 18.22 18.22 3 RTH Kawasan Peruntukan Pariwisata 9.57 38.00 4 RTH Kawasan Peruntukan industri 13.52 40.56 6 RTH Kawasan Peruntukan perkantoran 42.15 42.15 7 RTH Kawasan peruntukan lainnya 13.70 13.70 728.74 784.21

RTH PUBLIK

1 RTH Pada Jalur Jalan Kota 22.00 207.00 2 RTH Taman Persimpangan Jalan 0.30 0.30 3 RTH Taman kota 23.47 23.47 4 RTH Makam 50.34 60.34 5 RTH Hutan Kota 179.62 493.78 6 RTH sempadan SUTM, Sungai, pantai, danau, KA 1,706.47 1,733.97 7 Taman Lingkungan 147.78 147.78 8 Sabuk Hijau Cagar Alam - 502.66 9 Sabuk Hijau TWA - 65.26 2,129.98 3,234.56

LUAS TOTAL RTH (Ha) 2,858.72 4,018.77

% RTH 20.93 29.42

% RTH PRIVAT 5.34 5.74

% RTH PUBLIK 15.60 23.68

(9)

Rencana pengembangan Ruang Terbuka Hijau kota dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa aspek sebagai berikut:

1. Untuk menciptakan kenyamanan iklim mikro Kota Bengkulu, perlu dialokasikan minimal 30% luas wilayah kota sebagai ruang terbuka dengan tutupan vegetasi. Ruang Terbuka Hijau (RTH) tersebut dapat disediakan dalam bentuk :

a. Ruang Terbuka Hijau Produktif seperti kawasan pertanian, dan perkebunan;

b. Ruang Terbuka Hijau Konservasi, seperti hutan raya, hutan kota, dan catchment

area;

c. Ruang Terbuka Hijau Lingkungan, meliputi taman kota, taman lingkungan dan pekarangan;

d. Ruang Terbuka Koridor, meliputi koridor jaringan jalan, jalur jaringan listrik tegangan tinggi, serta sepanjang perbatasan Kota Bengkulu dengan wilayah sekitarnya yang didesain dengan ketebalan zona penyangga 100 - 500 meter; e. Ruang Terbuka Hijau Khusus, meliputi tempat pemakaman umum (TPU),

pekarangan perkantoran, zona penyangga (bufferzone), kawasan pendidikan, kawasan rekreasi, dan kebun binatang;

2. Pemilihan jenis vegetasi disesuaikan dengan misi dari jenis Ruang Terbuka Hijau yang akan dikembangkan, misalnya: pada RTH koridor, jenis vegetasi yang dipilih harus memiliki sistem perakaran yang tidak merusak bahu atau badan jalan serta sistem percabangannya tidak mengganggu keselamatan lalu-lintas.

Untuk pemenuhan kebutuhan lahan bagi Peruntukan Ruang Terbuka Hijau (RTH) berdasarkan hasil perhitungan kebutuhan RTH tiap WP(wilayah Pembangunan), diupayakan dari keberadaan taman kota yang ada di Kota Bengkulu beserta Kawasan Sempadan (Sempadan Sungai dan Sempadan Pantai dan Sempadan Kawasan Sekitar Danau). Berdasarkan hasil analisis mengenai kebutuhan taman di Kota Bengkulu dapat dilihat total pemenuhan kebutuhan RTH di Kota Bengkulu pada Tabel 4.2 di sebelah ini.

(10)

Tabel 4.2

Rencana Pemenuhan Kebutuhan RTH di Kota Bengkulu

Jenis RTH Luasan (ha)

Rencana Pemenuhan Kebutuhan (Publik)RTH 20% terdiri dari : 2890.4 1. Hutan/Taman Kota 29.51 2. Sempadan Pantai 161.18 3. Sempadan Sungai 378.25 4. RTH Kecamatan (9 kecamatan)@ 2,4 Ha 21.6 5. RTH Kelurahan 47

6. RTH seluruh Kota Bengkulu(eksisting) 222.43

Kekurangan RTH Publik 2030.43

(disebar secara proporsional sesuai luas WP dengan mempertimbangkan

ketersediaan lahan masing-masing serta diperinci dalam Rencana yang lebih Rinci (RDTRK)')

Kecamatan Ratu Agung, Ratu Samban dan Teluk Segara dpt dibentuk dari sempadan jalan dan saat ini tersedia Lahan Terbuka 78,35 Ha dan Hutan Pantai 108,23 Ha dan Semak Belukar(Kec. Ratu

Agung 8,6 Ha)*) 366.13

Kecamatan Muara Bangkahulu) dibentuk dari sempadan jalan dan

lahan terbuka 171,94 Ha 336.63

Kecamatan Sungai Serut, Gading Cempaka dan Singaran Pati, dibentuk dari sempadan jalan, sempadan waduk,dan TPU pemakaman (Kec. Gading Cempaka 1,68 Ha) , Lapangan Golf (Kec. Gading Cempaka 43,93 Ha) dan Lahan Terbuka di seluruh Kecamatan(Gading Cempaka, Singaran Pati dan Sungai Serut

174,62 Ha 269.33

Kecamatan Selebar, dibentuk dari sempadan jalan, dan Lahan Terbuka 400,58 Ha, RTH kawasan Bandar Udara, TPU (10,89 ha)

dan Semak Belukar 1531,92 Ha 487.24

Kecamatan Kampung Melayu, dibentuk dari sempadan jalan, lahan terbuka 66,41 ha, kawasan sekitar pelabuhan dan belukar rawa

307,75 Ha dan Semak Belukar 662,42 Ha 571.11

Berdasarkan Tabel 4.2 di atas, dapat dilihat kekurangan RTH. Untuk memenuhi kekurangan tersebut akan dilakukan penambahan hutan kota di Universitas Bengkulu dan perumahan KORPRI, penambahan hitungan sempadan jalan, sempadan Danau Dendam Tak Sudah, sempadan Danau Buatan, RTH di kawasan Bandar udara Fatmawati dan pelabuhan Pulau Baai.

(11)

Jenis pemanfaatan ruang yang diarahkan dalam ruang terbuka hijau yang diarahkan pengembangannya di Kota Bengkulu terdiri dari:

1. RTH Publik, meliputi: a. RTH Taman kota;

b. RTH Taman Persimpangan Jalan; c. RTH Taman Lingkungan;

d. RTH Kebun Raya;

e. RTH Sempadan SUTM, sungai, pantai, dan danau; f. RTH Jalur Hijau Jalan;

g. RTH Hutan Kota;

h. RTH Pemakaman Umum dan Swasta. 2. RTH Privat, meliputi:

a. RTH Pekarangan Rumah Tinggal;

b. RTH kawasan peruntukan perdagangan dan jasa; c. RTH kawasan peruntukan pariwisata;

d. RTH kawasan peruntukan industri;

e. RTH kawasan peruntukan pertahanan dan keamanan; f. RTH kawasan peruntukan perkantoran; dan

g. RTH kawasan peruntukan lainnya seperti kawasan peruntukan pendidikan kesehatan, peribadatan, pelabuhan dan terminal, dan TPA.

Arahan Penyediaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kota Bengkulu 1. Ruang Terbuka Hijau Publik

RTH publik yang telah ada di Kota Bengkulu meliputi kawasan seluas kurang

lebih 2.129,98 Ha

atau 15,59 persen dari luas wilayah Kota Bengkulu. Pada akhir tahun perencanaan RTH yang ada akan dikembangkan menjadi seluas kurang lebih 3.234,56 Ha atau 23,68 persen dari luas kota.

a. RTH Taman Kota

RTH Taman kota adalah taman yang ditujukan untuk melayani penduduk satu kota atau bagian wilayah kota. Taman ini melayani minimal 480.000 penduduk dengan standar minimal 0,3 m2 per penduduk kota, dengan luas taman minimal

(12)

144.000 m2. Taman ini dapat berbentuk sebagai RTH (lapangan hijau), yang dilengkapi dengan fasilitas rekreasi dan olah raga, dan kompleks olah raga dengan minimal RTH 80% - 90%. Semua fasilitas tersebut terbuka untuk umum. Jenis vegetasi yang dipilih berupa pohon tahunan, perdu, dan semak ditanam secara berkelompok atau menyebar berfungsi sebagai pohon pencipta iklim mikro atau sebagai pembatas antar kegiatan.

Kriteria pemilihan vegetasi untuk taman lingkungan dan taman kota adalah sebagai berikut:

a) tidak beracun, tidak berduri, dahan tidak mudah patah, perakaran tidak mengganggu pondasi;

b) tajuk cukup rindang dan kompak, tetapi tidak terlalu gelap;

c) ketinggian tanaman bervariasi, warna hijau dengan variasi warna lain seimbang;

d) perawakan dan bentuk tajuk cukup indah; e) kecepatan tumbuh sedang;

f) berupa habitat tanaman lokal dan tanaman budidaya; g) jenis tanaman tahunan atau musiman;

h) jarak tanam setengah rapat sehingga menghasilkan keteduhan yang optimal; i) tahan terhadap hama penyakit tanaman;

j) mampu menjerap dan menyerap cemaran udara;

k) sedapat mungkin merupakan tanaman yang mengundang burung.

Taman kota yang telah ada di Kota Bengkulu terdapat di Kecamatan Singaran Pati dan Kecamatan Teluk Segara dengan luas kurang lebih 23,47 hektar.

b. RTH Taman Persimpangan Jalan

Taman persimpangan jalan dengan luas kurang lebih 0,3 hektar terdapat di Kecamatan Muara Bangkahulu, Kecamatan Sungai Serut, Kecamatan Teluk Segara, Kecamatan Ratu Agung, Kecamatan Ratu Samban, Kecamatan Gading Cempaka, Kecamatan Singaran Pati, Kecamatan Selebar dan Kecamatan Kampung Melayu.

(13)

c. RTH Taman Lingkungan

Taman lingkungan dengan luas kurang lebih 147,78 hektar tersebar di Kecamatan Muara Bangkahulu, Kecamatan Sungai Serut, Kecamatan Teluk Segara, Kecamatan Ratu Agung, Kecamatan Ratu Samban, Kecamatan Gading Cempaka, Kecamatan Singaran Pati, Kecamatan Selebar dan Kecamatan Kampung Melayu.

RTH Taman Rukun Tetangga

Taman Rukun Tetangga (RT) dapat dimanfaatkan penduduk sebagai tempat melakukan berbagai kegiatan sosial di lingkungan RT tersebut. Untuk mendukung aktivitas penduduk di lingkungan tersebut, fasilitas yang harus disediakan minimal bangku taman dan fasilitas mainan anak-anak.

Selain sebagai tempat untuk melakukan aktivitas sosial, RTH Taman Rukun Tetangga dapat pula dimanfaatkan sebagai suatu taman umum (community garden

)dengan menanam tanaman obat keluarga/apotik hidup, sayur, dan buah-buahan

yang dapat dimanfaatkan oleh warga. Gambar 4.5

(14)

a. RTH Rukun Warga RTH Rukun Warga (RW)

RTH Rukun Warga (RW) dapat dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan remaja, kegiatan olahraga masyarakat, serta kegiatan sosial lainnya di lingkungan RW tersebut. Fasilitas yang disediakan berupa lapangan untuk berbagai kegiatan, baik olahraga maupun aktivitas lainnya, beberapa unit bangku taman yang dipasang secara berkelompok sebagai sarana berkomunikasi dan bersosialisasi antar warga, dan beberapa jenis bangunan permainan anak yang tahan dan aman untuk dipakai pula oleh anak remaja.

Gambar 4.6

Taman Kota Rukun Warga

RTH Kelurahan

RTH kelurahan dapat dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan penduduk dalam satu kelurahan. Taman ini dapat berupa taman aktif, dengan fasilitas utama lapangan olahraga (serbaguna), dengan jalur trek lari di seputarnya, atau dapat berupa taman pasif, dimana aktivitas utamanya adalah kegiatan yang lebih bersifat pasif, misalnya duduk atau bersantai, sehingga lebih didominasi oleh ruang hijau dengan pohon - pohon tahunan.

(15)

Tabel 4.3

Kelengkapan Fasilitas pada Taman Kelurahan Jenis

Taman Koefisien Daerah

Hijau (KDH) Fasilitas Vegetasi

Aktif 70–80%

1. lapangan terbuka;

2. trek lari, lebar 5 m panjang 325 m; 3. WC umum;

4. 1 unit kios (jika diperlukan); 5. kursi–kursi taman.

1. minimal 25 pohon (pohon sedang dan kecil); 2. semak;

3. perdu;

4. penutup tanah.

Pasif 80 – 90%

1. minimal 25 pohon (pohon sedang dan kecil);

2. semak; 3. perdu;

4. penutup tanah.

1. minimal 50 pohon (sedang dan kecil); 2. semak;

3. perdu;

4. penutup tanah. Sumber : Pedoman pemanfatan dan penyediaan RTH di Pekotaan, Dep. PU 2008

(16)

Gambar 4.7

Taman Kota Kelurahan

Ilustrasi Taman Kota Kelurahan

RTH Kecamatan

RTH kecamatan dapat dimanfaatkan oleh penduduk untuk melakukan berbagai aktivitas di dalam satu kecamatan.

Taman ini dapat berupa taman aktif dengan fasilitas utama lapangan olahraga, dengan jalur trek lari di seputarnya, atau dapat berupa taman pasif untuk kegiatan yang lebih bersifat pasif, sehingga lebih didominasi oleh ruang hijau. Kelengkapan taman ini adalah sebagai berikut:

(17)

Tabel 4.4

Kelengkapan Fasilitas pada Taman Kecamatan

Jenis Taman

Koefisien Daerah

Hijau (KDH) Fasilitas Vegetasi

Aktif 70–80% 1. lapangan terbuka; 2. lapangan basket; 3. lapangan volley;

4. trek lari, lebar 5 m panjang 325 m;

5. WC umum; 6. parkir kendaraan;

7. termasuk sarana kios (jika diperlukan);

8. kursi-kursi taman.

1. minimal 50 pohon (sedang dan kecil); 2. semak;

3. perdu;

4. penutup tanah.

Pasif 80–90% 1. sirkulasi jalur pejalan kaki, lebar 1,5–2 m;

2. WC umum;

3. parkir kendaraan termasuk sarana kios (jika diperlukan); 4. kursi-kursi taman.

1. lebih dari 100 pohon tahunan (pohon sedang dan kecil); 2. semak;

3. perdu;

4. penutup tanah. Sumber : Pedoman pemanfatan dan penyediaan RTH di Pekotaan, Dep. PU 2008

Gambar 4.8 Taman Kota Kecamatan

(18)

d. RTH Kebun Raya

Kebun raya di Kota Bengkulu dikembangkan dengan luas kurang lebih ... hektar dan terdapat di Kecamatan Singaran Pati.

e. RTH Sempadan SUTM, sungai, pantai, dan danau

RTH sempadan SUTM, sungai, pantai dan danau dengan luas kurang lebih 1.706,47 hektar terdapat di Kecamatan Muara Bangka Hulu, Kecamatan Sungai Serut, Kecamatan Singaran Pati, Kecamatan Ratu Samban, Kecamatan Ratu Agung, Kecamatan Teluk Segara, Kecamatan Gading Cempaka, dan Kecamatan Kampung Melayu. RTH ini nantinya akan dikembangkan menjadi seluas 1.733,97 hektar.

f. RTH pada jalur hijau jalan

Untuk jalur hijau jalan, RTH dapat disediakan dengan penempatan tanaman antara 20–30% dari ruang milik jalan (rumija) sesuai dengan kelas jalan. Untuk menentukan pemilihan jenis tanaman, perlu memperhatikan 2 (dua) hal, yaitu fungsi tanaman dan persyaratan penempatannya. Disarankan agar dipilih jenis tanaman khas daerah setempat, yang disukai oleh burung-burung, serta tingkat evapotranspirasi rendah. RTH ini tersebar di Kecamatan Teluk Segara, Kecamatan Ratu Samban, Kecamatan Ratu Agung, Kecamatan Gading Cempaka, dan Kecamatan Selebar dengan luas kurang lebih 22 hektar. RTH pada jalur hijau jalan akan lebih dikembangkan lagi menjadi 207 hektar tersebar di Kecamatan Muara Bangkahulu, Kecamatan Sungai Serut, Kecamatan Teluk Segara, Kecamatan Ratu Agung, Kecamatan Ratu Samban, Kecamatan Gading Cempaka, Kecamatan Singaran Pati, Kecamatan Selebar dan Kecamatan Kampung Melayu.

Gambar 4.10

(19)

Tata Letak Jalur Hijau di Kiri-kanan jalan

Ruang Pejalan Kaki

Ruang pejalan kaki adalah ruang yang disediakan bagi pejalan kaki pada kiri-kanan jalan atau di dalam taman. Ruang pejalan kaki yang dilengkapi dengan RTH harus memenuhi hal-hal sebagai berkut:

1. Kenyamanan, adalah cara mengukur kualitas fungsional yang ditawarkan oleh sistem pedestrian yaitu:

 Orientasi, berupa tanda visual (landmark, marka jalan) pada lansekap untuk membantu dalam menemukan jalan pada konteks lingkungan yang lebih besar;

 Kemudahan berpindah dari satu arah ke arah lainnya yang dipengaruhi oleh kepadatan pedestrian, kehadiran penghambat fisik, kondisi permukaan jalan dan kondisi iklim. Jalur pejalan kaki harus aksesibel untuk semua orang termasuk penyandang cacat.

2. Karakter fisik, meliputi:

 Kriteria dimensional, disesuaikan dengan kondisi sosial dan budaya setempat, kebiasaan dan gaya hidup, kepadatan penduduk, warisan dan nilai yang dianut terhadap lingkungan;

 Kriteria pergerakan, jarak rata-rata orang berjalan di setiap tempat umumnya berbeda dipengaruhi oleh tujuan perjalanan, kondisi cuaca, kebiasaan dan budaya masyarakat.

(20)

Gambar 4.11

Pola Taman pada Jalur Pejalan Kaki

Pedoman teknis lebih rinci untuk jalur pejalan kaki dapat mengacu pada Kepmen PU No. 468/KPTS/1998 tanggal 1 Desember 1998, tentang Persyaratan Teknis Aksesiblitas pada Bangunan Umum dan Lingkungan dan Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Ruang Pejalan Kaki. Pada umumnya orang tidak mau berjalan lebih dari 400 m.

Tabel 4.6

Rencana Pengembangan Ruang Terbuka Hijau Sepanjang Jalan Sesuai Dengan Fungsi Jalan Di Kota Bengkulu

Unsur Rencana Arteri

Primer Arteri Sekunder Kolektor Primer Kolektor Sekunder Lokal

Kecepatan Kendaraan (km/jam) 80 60 50 40 30 Lebar Lajur Jalan (m) 3,5 3,5 3,25 3,0 2,5 Lebar Jalur Median Min (m) 4,0 3,0 2,0 1,0 - Lebar Bahu Jalan (m) 2,5 2,0 1,5 1) 1) Lebar Trotoar (m) 3,5 - 5,0 3,0 – 4,0 2,5 - 3,5 2,0 – 3,0 1,0 - 2,0 Prosentase Hijau Jalan 15% 15% 10% 10% 5% Lebar Jalur Parkir (m) - - - 2,5/4,5 2) 2,5 2)

(21)

h. RTH Hutan Kota

Tujuan penyelenggaraan hutan kota adalah sebagai penyangga lingkungan kota yang berfungsi untuk:

a. Memperbaiki dan menjaga iklim mikro dan nilai estetika; b. Meresapkan air;

c. Menciptakan keseimbangan dan keserasian lingkungan fisik kota; dan d. Mendukung pelestarian dan perlindungan keanekaragaman hayati Indonesia.

Guna mengoptimalkan fungsi dan peran kawasan lindung dalam menjaga keseimbangan ekologi di Kota Bengkulu. maka pada saat ini sudah terdapat hutan kota seluas 29,51 Ha. Tujuan dari penyelengaraan Hutan Kota Bengkulu adalah: a. Menekan atau mengurangi peningkatan suhu udara di Kota Bengkulu dan

Kawasan sekitarnya.

b. Menekan atau mengurangi pencemaran udara (kadar carbon monoksida, ozon,

carbon dioksida, nitrogen, belerang dan debu).

c. Mencegah terjadinya penurunan air tanah dan air permukaan.

Mencegah terjadinya banjir atau genangan, kekeringan dan peningkatan kandungan logam berat dalam air.

Hutan kota dapat berbentuk:

1. Bergerombol atau menumpuk: hutan kota dengan komunitas vegetasi terkonsentrasi pada satu areal, dengan jumlah vegetasi minimal 100 pohon dengan jarak tanam rapat tidak beraturan;

2. Menyebar: hutan kota yang tidak mempunyai pola bentuk tertentu, dengan luas minimal 2500 M2. Komunitas vegetasi tumbuh menyebar terpencar-pencar dalam bentuk rumpun atau gerombol-gerombol kecil;

3. Luas area yang ditanami tanaman (ruang hijau) seluas 90% - 100% dari luas hutan kota;

4. Berbentuk jalur: hutan kota pada lahan-lahan berbentuk jalur mengikuti bentukan sungai, jalan, pantai, saluran dan lain sebagainya. Lebar minimal hutan kota berbentuk jalur adalah 30 m.

(22)

Struktur hutan kota terdiri dari:

1. Hutan kota berstrata dua, yaitu hanya memiliki komunitas tumbuh - tumbuhan pepohonan dan rumput;

2. Hutan kota berstrata banyak, yaitu memiliki komunitas tumbuh-tumbuhan selain terdiri dari pepohonan dan rumput, juga terdapat semak dan penutup tanah dengan jarak tanam tidak beraturan.

Gambar 4.3

Pola Hutan Kota Strata 2

Gambar 4.4

Pola Hutan Kota Strata Banyak

Kriteria pemilihan vegetasi untuk Hutan Kota adalah : a) memiliki ketinggian yang bervariasi;

b) sedapat mungkin merupakan tanaman yang mengundang kehadiran burung; c) tajuk cukup rindang dan kompak;

(23)

f) berumur panjang;

g) toleran terhadap keterbatasan sinar matahari dan air;

h) tahan terhadap pencemaran kendaraan bermotor dan industri; i) batang dan sistem percabangan kuat;

j) batang tegak kuat, tidak mudah patah;

k) sistem perakaran yang kuat sehingga mampu mencegah terjadinya longsor; l) seresah yang dihasilkan cukup banyak dan tidak bersifat alelopati, agar tumbuhan

lain dapat tumbuh baik sebagai penutup tanah;

m) jenis tanaman yang ditanam termasuk golongan evergreen bukan dari golongan tanaman yang menggugurkan daun (decidous);

n) memiliki perakaran yang dalam.

Hutan kota yang telah ada seluas kurang lebih 179,62 hektar di Kecamatan Muara Bangkahulu dan Kecamatan Selebar, dan akan lebih dikembangkan dengan luas kurang lebih 493,78 hektar.

i. RTH Pemakaman Umum dan Swasta

Penyediaan ruang terbuka hijau pada areal pemakaman disamping memiliki fungsi utama sebagai tempat penguburan jenasah juga memiliki fungsi ekologis yaitu sebagai daerah resapan air, tempat pertumbuhan berbagai jenis vegetasi, pencipta iklim mikro serta tempat hidup burung serta fungsi sosial masyarakat disekitar seperti beristirahat dan sebagai sumber pendapatan.

Untuk penyediaan RTH pemakaman, maka ketentuan bentuk pemakaman adalah sebagai berikut:

1. ukuran makam 1 m x 2 m;

2. jarak antar makam satu dengan lainnya minimal 0,5 m;

3. tiap makam tidak diperkenankan dilakukan penembokan/perkerasan;

4. pemakaman dibagi dalam beberapa blok, luas dan jumlah masing-masing blok disesuaikan dengan kondisi pemakaman setempat;

5. batas antar blok pemakaman berupa pedestrian lebar 150-200 cm dengan deretan pohon pelindung disalah satu sisinya;

6. batas terluar pemakaman berupa pagar tanaman atau kombinasi antara pagar buatan dengan pagar tanaman, atau dengan pohon pelindung;

(24)

7. ruang hijau pemakaman termasuk pemakaman tanpa perkerasan minimal 70% dari total area pemakaman dengan tingkat liputan vegetasi 80% dari luas ruang hijaunya.

Gambar 4.9

Pola Penanaman Pada RTH Pemakaman

Kebutuhan lahan Tempat Pemakaman Umum berdasarkan hasil analisis, didasarkan pada beberapa aspek antara lain :

a. Jumlah penduduk Kota Bengkulu dan tingkat mortalitas rata-rata. b. Ketersediaan lahan pada masing-masing kecamatan.

c. Alokasi lahan pemakaman umum dilakukan dengan mempertimbangkan radius pelayanan dengan asumsi setiap wilayah kecamatan minimal dilayani oleh 1 (satu) lahan TPU.

Arahan pengembangan Tempat Pemakaman Umum adalah:

a. Lahan TPU Kota diarahkan pengembangannya di Kelurahan Pagar Dewa dan Kelurahan Air Sebakul, Kecamatan Selebar, alternatif lain yang dapat dikembangkan adalah alokasi TPU Kota pada jalur lepas landas Bandara Fatmawati Soekarno. Hal ini dimaksudakan untuk tetap menjaga jalur lepas landas menjadi areal yang tidak terbangun namun tetap menjadi fasilitas kota.

b. Selain itu untuk pelayanan wilayah dan pemenuhan kebutuhan akan Ruang Terbuka Hijau kota, maka TPU juga diarahkan untuk dikembangkan di setiap kecamatan

(25)

dengan luas yang disesuaikan dengan ketersediaan lahan dan kepadatan penduduknya.

c. Apabila TPU di kecamatan-kecamatan yang berada di Kawasan Pusat Kota sudah penuh maka akan dilayani oleh TPU yang berada pada wilayah lain, sesuai lokasi dan radius ke TPU terdekat.

Untuk pengaturan lebihlanjut tentang mekanisme pengelolaan lahan TPU yang dapat dimanfaatkan dalam jangka panjang, perlu dilakukan studi khusus dalam bentuk masterplan penyediaan dan pengelolaan TPU, sehingga dapat memberikan kontribusi terhadap daerah, dan terlebih lagi, dapat mengatasi kendala ketersediaan lahan.

Pemakaman umum dan swasta yang telah ada di Kota Bengkulu memiliki luas kurang lebih 50,34 hektar yang terletak di Kecamatan Muara Bangkahulu, Kecamatan Sungai Serut, Kecamatan Teluk Segara, Kecamatan Ratu Agung, Kecamatan Ratu Samban, Kecamatan Gading Cempaka, Kecamatan Singaran Pati, Kecamatan Selebar dan Kecamatan Kampung Melayu. Rencananya RTH ini akan dikembangkan menjadi kurang lebih 60,34 hektar.

Sabuk Hijau

Selain RTH yang telah disebutkan di atas, Kota Bengkulu juga akan mengembangkan Sabuk Hijau. Sabuk hijau merupakan RTH yang berfungsi sebagai daerah penyangga dan untuk membatasi perkembangan suatu penggunaan lahan (batas kota, pemisah kawasan, dan lain-lain) atau membatasi aktivitas satu dengan aktivitas lainnya agar tidak saling mengganggu, serta pengamanan dari faktor lingkungan sekitarnya.

Sabuk hijau dapat berbentuk:

 RTH yang memanjang mengikuti batas-batas area atau penggunaan lahan tertentu, dipenuhi pepohonan, sehingga berperan sebagai pembatas atau pemisah;

 Sabuk hijau kawasan TPA, sabuk hijau kawasan Industri, sabuk hijau sempadan sungai dan waduk buatan

 Hutan kota;

 Kebun campuran, perkebunan, pesawahan, yang telah ada sebelumnya (eksisting) dan melalui peraturan yang berketetapan hukum, dipertahankan keberadaannya.

(26)

Fungsi lingkungan sabuk hijau:

 Peredam kebisingan;

 Mengurangi efek pemanasan yang diakibatkan oleh radiasi energi matahari;

 Penapis cahaya silau;

 Mengatasi penggenangan; daerah rendah dengan drainase yang kurang baik sering tergenang air hujan yang dapat mengganggu aktivitas kota serta menjadi sarang nyamuk.

 Penahan angin; untuk membangun sabuk hijau yang berfungsi sebagai penahan angin perlu diperhitungkan beberapa faktor yang meliputi panjang dan lebar jalur.

Sabuk hijau yang akan dikembangkan Kota Bengkulu adalah:

1. sabuk hijau Cagar Alam 502,66 hektar yang terdapat di Kecamatan Singaran Pati dan Kecamatan Sungai Serut; dan

2.

sabuk hijau Taman Wisata Alam yang terletak di Kecamatan Ratu Agung, Kecamatan Gading Cempaka dan Kecamatan Kampung Melayu.

2. Ruang Terbuka Hijau Privat

RTH privat meliputi kawasan seluas kurang lebih 728,74 hektar yang terdiri atas: a. RTH pekarangan rumah tinggal seluas kurang lebih 631,58 ha;

b. RTH kawasan peruntukan perdagangan dan jasa seluas kurang lebih 18,22 ha; c. RTH kawasan peruntukan pariwisata seluas kurang lebih 9,57 ha;

d. RTH kawasan peruntukan industri seluas kurang lebih 13,52 ha;

e. RTH kawasan peruntukan perkantoran seluas kurang lebih 42,15 ha; dan

f. RTH kawasan peruntukan lainnya seperti kawasan peruntukan pendidikan kesehatan, peribadatan, pelabuhan dan terminal, dan TPA seluas kurang lebih 13,7 ha.

(27)

Dalam perkembangannya RTH ini diperkirakan akan seluas kurang lebih 784,21 Ha atau 5,74 Ha persen dari luas kota dan terdiri dari:

a. RTH pekarangan rumah tinggal seluas kurang lebih 631,58 ha;

b. RTH kawasan peruntukan perdagangan dan jasa seluas kurang lebih 18,22 ha; c. RTH kawasan peruntukan pariwisata seluas kurang lebih 38 ha;

d. RTH kawasan peruntukan industri seluas kurang lebih 40,56 ha;

e. RTH kawasan peruntukan perkantoran seluas kurang lebih 42,15 ha; dan

f. RTH kawasan peruntukan lainnya seperti kawasan peruntukan pendidikan, kesehatan, peribadatan, pelabuhan dan terminal, dan TPA seluas kurang lebih 13,7 ha.

Untuk pengembangan RTH pada kawasan budidaya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.5

Rencana Pengembangan RTH Pada Kawasan Budidaya

Fungsi Kawasan Fungsi dan Rencana Pengembangan RTH

Kebutuhan Pengembangan RTH

Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Kawasan

Pertanian

 Ruang untuk

pengembangan budidaya per-tanian kota diarahkan pada lokasi-lokasi yang memiliki sarana saluran irigasi teknis.

 Upaya untuk

mempertahankan kawasan pertanian kota tidak hanya dalam rangka ketahanan pangan namun juga sebagai bagian dari penataan lansekap kota dalam upaya menjaga keseimbangan antara lahan terbangun dan lahan tidak terbangun

 Pertanian perkotaan yang terletak di sebagian Kecamatan Gading Cempaka, sebagian Kecamatan Ratu Agung dan sebagian Keca-matan Sungai Serut,

 Luas lahan untuk pertanian seluas 928,75 ha

 Upaya untuk mempertahankan kawasan pertanian kota tidak hanya dalam rangka ketahanan pangan namun juga sebagai bagian dari penataan lansekap kota dalam upaya menjaga keseimbangan antara lahan terbangun dan lahan tidak terbangun

Kawasan Permukiman (RTH Privat)

Ruang Terbuka Hijau di kawasan permukiman akan di kembangkan untuk

meningkatkan kualitas

Secara umum ruang tidak terbangun di kawasan permukiman yang akan dikembangkan di seluas

 Pemanfaatan RTH pada kawasan permukiman merupakan RuSang Terbuka Hijau privat di halaman rumah

(28)

Fungsi Kawasan Fungsi dan Rencana Pengembangan RTH

Kebutuhan Pengembangan RTH

Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau

lingkungan dan estetika kawasan

Pada kawasan permukiman RTH dikembangkan sebagai Ruang Terbuka Hijau privat yang dihitung verdasarkan angka koefisien dasar hijau (KDH) yang ditetap-kan setiap arahan zonasi dengan

ketentuan minimum sebagai berikut  Lingkungan dengan kepadatan tinggi , KDH minimum 10%  Lingkungan dengan kepadatan sedang, KDH minimum 15%  Lingkungan dengan kepadatan rendah KDH minimum 20%

40% dari luas lahan untuk pengembangan kawasan permukiman (7.278,85 ha).

Ruang yang tidak terbangun di kawasan permukiman mencakup lahan seluas 3.004 ha.

 Untuk Ruang Terbuka Hijau publik

dikembangkan ber-dasarkan herarki ruang yang meliputi RTH di tingkat tingkat RT, tingkat RW, Tingkat Kelurahan, Tingkat Kecamatan dan tingkat kota.

 Kebutuhan RTH dihitung berdasarkan standar pe-rencanaan yang termuat dalam Permen PU No. 5/2008

 Kebutuhan di tingkat RT dan RW aan di rencanakan pada rencana tata ruang yang lebih rinci

Kebutuhan RTH

tingkat kelurahan untuk seluruh kota adalah 47 Ha Kebutuhan RTH tiap kecamatan minimum 2,4 ha. dengan demikian luas RTH tingkat kecamatan di

yang harus ditanami dengan pohon maupun perdu dengan ketentuan- ketentuan yang akan diatur lebih lanjut sesuai dengan besarnya kapling serta arahan daripada Koefisien Dasar Hijau (KDH)

 Pada RTH milik publik dan bersifat publik dimanfaatkan sebagai ruang sosial budaya masyarakat yang dipadukan dengan fungsi olahraga dan rekreasi serta fungsi pendidikan

 Sedangkan ruang terbuka milik privat yang bersifat publik akan diberikan insentif yang akan diatur lebih lanjut didalam peraturan zonasi

(29)

Fungsi Kawasan Fungsi dan Rencana Pengembangan RTH

Kebutuhan Pengembangan RTH

Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau 21,6 ha Kebutuhan lahan untuk RTH tingkat kota min 9,4 ha Kawasan Perdagangan dan Jasa

 Ruang Terbuka Hijau di kawasan perdagangan dan jasa di kembangkan untuk meningkatkan kenyamanan ruang serta peningkatan kualitas lingkungan serta estetika kawasan

 Pada kawasan perdagangan dan jasa Ruang Terbuka Hijau dikembangkan sebagai Ruang Terbuka Hijau semi publik privat yang dihitung berdasarkan angka koefisien dasar hijau (KHD) yang ditetapkan setiap arahan zonasi dengan ketentuan minimum :  Lingkungan dengan kepadatan tinggi , KDH minimum 10%  Lingkungan dengan kepadatan sedang, KDH minimum 15%  Lingkungan dengan kepadatan rendah KDH minimum 20% Berdasarkan luas kawasan perdagangan dan jasa yang akan dikembangkan sesuai dengan pola ruang kota ,maka Ruang Terbuka Hijau yang harus disediakan rata rata kurang lebih 15% dari luas kawasan perdagangan dan jasa.

Dengan demikian maka luas RTH semi publik yang akan di kembangkan adalah : 167,02 ha dari luas kawasan perdagang-an dperdagang-an jasa seluas 1.113,2 ha kawasan perdagangan dan jasa

Pemanfaatan Ruang Terbuka

Hijau dan non hijau di kawasan perdagangan diarahkan untuk kegiatan :

o Penanaman pohon-pohon peneduh yang dapat menciptakan terbentuknya pengikliman mikro ruang kawasan perdagangan dan jasa dan meningkatkan kenyamanan ruang o Perdagangan dan jasa

khusus untuk penyediaan ruang ruang restoran ruang luar

o Plasa sebagai ruang berkumpulnya masyarakat umum

Kawasan Perkantoran Pemerintah

Ruang Terbuka Hijau di kawasan perkantoran pemerintah baik di pusat kota maupun di Bentiring di kembangkan untuk me-ningkatkan kenyamanan ruang serta peningkatan kualitas lingkungan serta estetika

Berdasarkan luas kawasan perkantoran pemerintah yang akan dikembangkan sesuai dengan pola ruang kota maka Ruang Terbuka Hijau yang harus disediakan rata rata

Pemanfaatan Ruang Terbuka

Hijau dan Non Hijau di kawasan pemerintahan diarahkan untuk kegiatan :

o Penanaman pohon-pohon peneduh yang dapat men-ciptakan terbentuknya pengikliman mikro ruang

(30)

Fungsi Kawasan Fungsi dan Rencana Pengembangan RTH

Kebutuhan Pengembangan RTH

Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau

kawasan

Untuk meningkatan fungsi ruang pelayanan publik, RTH di kawasan pemerintahan dimanfaatkan sebagai ruang sosial budaya

kurang lebih 20 - 40% dari luas kawasan perkantoran pemerintah seluas 111,01 ha.

Dengan demikian maka luas RTH publik (hijau dan non hijau) yang akan di kembangkan pada kawasan pemeritahan kurang lebih 23 ha sampai dengan 46 ha

kawasan pusat peme-rintahan meningkatkan kenyamanan ruang o Untuk penyediaan sosial

budaya bagi masyarakat

Kawasan Pendidikan Tinggi

Ruang Terbuka Hijau di kawasan pendidikan tinggi di kembangkan untuk

meningkatkan kenyaman-an ruang serta peningkat-an kualitas lingkungan serta estetika kawasan. Dalam hal meningkatan fungsi ruang pendidikan tinggi, RTH di kawasan pemerintahan dimanfaat-kan sebagai ruang sosial budaya, penelitian dan estetika lingkungan

Berdasarkan luas

kawasan pendidikan tinggi yang akan dikembangkan sesuai dengan pola ruang kota (176,85 ha) maka Ruang Terbuka Hijau yang harus disediakan rata rata kurang lebih 40 – 60% dari luas kawasan pendidikan tinggi Denga demikian maka luas RTH publik yang akan di kembangkan kurang lebih 70,74 ha sampai dengan 106 ha

Pemanfaatan Ruang Terbuka

Hijau dan non hijau di kawasan pendidikan tinggi

Penanaman pohon-pohon

peneduh yang dapat menciptakan terbentuknya pengikliman mikro ruang kawasan pendidikan tinggi dan meningkatkan kenyamanan ruang

Kawasan Pariwisata

Ruang Terbuka Hijau di kawasan pariwisata di kembangkan untuk me-ningkatkan kenyamanan ruang serta peningkatan kualitas lingkungan serta estetika kawasan.

Kawasan pariwisata pantai panjang, pengembangan Ruang Terbuka Hijau dilakukan untuk mitigasi bencana tsunami berupa

Berdasarkan luas kawasan pariwisata yang akan dikembangkan sesuai dengan pola ruang kota (150,65 ha) maka Ruang Terbuka Hijau yang harus disediakan rata rata kurang lebih 60 - 80% dari luas kawasan pariwisata

Luas RTH publik yang akan di kembangkan

Pemanfaatan Ruang Terbuka

Hijau dan non hijau di kawasan pariwisata diarahkan untuk kegiatan :

o Rekreasi aktif berupa Kegiatan rekreasi ruang luar o Penanaman pohon-pohon

peneduh dan pengaman sempadan pantai yang dapat menciptakan terbentuknya pengikliman mikro ruang

(31)

Fungsi Kawasan Fungsi dan Rencana Pengembangan RTH

Kebutuhan Pengembangan RTH

Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau

pohon di sepadan pantai Dalam hal meningkatan fungsi ruang kota, RTH di kawasan pariwisata dimanfaatkan sebagai ruang sosial budaya, dan estetika lingkungan

kurang lebih 90,36 ha sampai dengan 120,48 ha meningkatkan kenyamanan ruang Kawasan Industri dan Pergudangan

Ruang Terbuka Hijau di kawasan industri dikem-bangkan untuk barier / pembatas kawasan indus-tri dengan lingkungan sekitarnya. Kawasan industri di tepi pantai, pengembangan Ruang Terbuka Hijau dilakukan untuk mitigasi bencana tsunami berupa pohon di sepadan pantai

Dalam hal meningkatan fungsi ruang kota, RTH di kawasan pariwisata dimanfaatkan untuk meningkatkan estetika lingkungan

Berdasarkan luas kawasan industri dan pergudangan yang akan dikembangkan sesuai dengan pola ruang kota maka Ruang Terbuka Hijau yang harus disediakan rata rata kurang lebih 20 – 30% dari luas kawasan industri dan pergudangan (1.459,51 ha)

Dengan demikian maka luas RTH yang akan dikembangkan kurang lebih 291 ha sampai dengan 437,85 ha

Pemanfaatan Ruang Terbuka

Hijau dan non hijau di kawasan industri dan pergudangan diarahkan dengan penanaman pohon- pohon peneduh yang dapat menciptakan

terbentuknya pengikliman mikro ruang kawasan industri dan pergudangan dalam upaya untuk meningkatkan kenyamanan ruang

Kawasan Hijau Binaan

RTH Kawasan hijau binaan dikembangkan secara khusus untuk Fungsi olahraga dan rekreasi baik di tingkat kecamatan maupun tingkat kota.

Secara khusus RTH ini juga berfungsi untuk meningkatkan kualitas kenyaman ruang melalui pembentukan iklim mikro kawasan

Berdasarkan luas kawasan hijau binaan yang akan dikembangkan sesuai dengan pola ruang kota maka Ruang Terbuka Hijau yang harus

disediakan rata rata kurang lebih 80 – 90 % dari luas kawasan hijau binaan

Pemanfaatan Ruang Terbuka

Hijau dan Non Hijau di kawasan olahraga dan rekreasi diarahkan untuk kegiatan :

o Rekreasi ruang terbuka aktif o Perdagangan dan jasa yang berorientasi kepada rekreasi

(32)

4.1.4. Kawasan Suaka Alam dan Cagar Budaya

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.68/Tahun 1998 tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam, bahwa Kawasan Cagar Alam termasuk dalam kategori kawasan suaka alam yang karena keadaan alamnya mempunyai kekhasan tumbuhan, satwa dan ekosistemnya atau ekosistem tertentu yang perlu dilindungi dan perkembangannya berlangsung secara alami. Sehingga Kawasan Cagar Alam Danau Dusun Besar di Kota Bengkulu ini termasuk dalam Kawasan Lindung Suaka Alam.

Kawasan suaka alam ini bertujuan untuk melindungi perkembangan flora dan fauna yang khas dan beraneka ragam. Kawasan suaka alam terdiri dari cagar alam, suaka margasatwa, hutan wisata, daerah perlindungan satwa dan daerah pengungsian satwa.

Kawasan Cagar Alam Danau Dusun Besar di Kota Bengkulu merupakan kawasan yang dalam PP No. 26 Tahun 2008 tentang RTRWN ditetapkan sebagai Kawasan Lindung Nasional.Tujuan perlindungan terhadap cagar alam (sebagai bagian dari kawasan suaka alam) adalah untuk melindungi keanekaragaman biota, tipe ekosistem, gejala dan keunikan alam bagi kepentingan plasma nutfah, ilmu pengetahuan dan pembangunan pada umumnya.

Kawasan TWA Pantai Panjang dan Pulau Baai di Kota Bengkulu, dengan luas 967,20 Ha berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 68 Tahun 1998 termasuk dalam Kategori Kawasan Pelestarian Alam.

Kawasan suaka alam dan cagar budaya Kota Bengkulu meliputi:

a. Kawasan Cagar Alam Danau Dusun Besar Reg.61 dengan luas kurang lebih 545 hektar di Kecamatan Singaran Pati;

b. Taman Wisata Alam Pantai Panjang Pulau Baai Reg.91 seluas kurang lebih 967,2 Ha di Kecamatan Gading Cempaka dan Kecamatan Kampung Melayu;

c. Kawasan Kampung Cina, Benteng Marlborough dan Tapak Paderi dengan dengan luas kurang lebih 5,2 hektar di Kelurahan Malabero, Kecamatan Teluk Segara;

d. Kawasan Persada Bung Karno dengan luas kurang lebih 2,01 hektar di Kelurahan Anggut Atas, Kecamatan Teluk Segara;

e. Kawasan Taman Makam Sentot Ali Basyah dengan luas kurang lebih 0,7 hektar di Kelurahan Bajak, Kecamatan Teluk Segara;

(33)

f. Kawasan Masjid Jamik dengan luas kurang lebih 0,75 hektar di Kelurahan Pintu Batu, Kecamatan Teluk Segara; dan

g. Kawasan Wisata Tabot dengan luas kurang lebih 3,46 hektar di Kelurahan Sawah Lebar, Kecamatan Teluk Segara.

4.1.4. Kawasan Rawan Bencana

Memperhatikan kondisi Kota Bengkulu, kawasan rawan bencana meliputi kawasan rawan bencana tsunami dan kawasan rawan bencana banjir. Meskipun memiliki resiko keamanan, kawasan ini tidak seutuhnya tidak dapat dibangun, melainkan pemanfaatannya harus disertai dengan upaya untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya bencana alam. Perlu dilakukan kajian untuk mengidentifikasi daerah bahaya berdasarkan kemungkinan tingkat kerusakan yang akan terjadi.

Kawasan rawan bencana masing-masing ditetapkan sebagai berikut:

a. Kawasan rawan bencana tsunami meliputi kawasan sepanjang pantai di Kecamatan Muara Bangkahulu, Kecamatan Teluk Segara, Kecamatan Ratu Samban, Kecamatan Ratu agung, Kecamatan Gading Cempaka, Kecamatan Sungai Serut, dan Kecamatan Kampung Melayu.

b. Kawasan rawan bencana banjir meliputi sepanjang Jl. Irian di Kelurahan Tanjung Agung, Kecamatan Sungai Serut, sebagian Kelurahan Rawa Makmur dan Kelurahan Rawa Makmur Permai, Kecamatan Kampung Melayu.

Kawasan Rawan Bencana Banjir

Kawasan rawan banjir di Kota Bengkulu adalah di sepanjang Jl. Irian tepatnya di Kelurahan Tanjung Agung sudah dilakukan upaya untuk mencegah dan mengurangi dampak merugikan melalui pembuatan pintu-pintu air yang dilengkapi dengan pompa air, peninggian Jl. Irian sebagai tanggul untuk mengatasi meluapnya Sungai Air Bengkulu. Untuk lebih memaksimalkan upaya pencegahan banjir di lokasi tersebut perlu dilakukan upaya lebih jauh berupa pembuatan danau buatan (polder) sebagai penampung banjir. Pembuatan polder diintegrasikan dengan upaya pengembangan pariwisata dan budidaya pertanian dan perikanan kota. Secara khusus pengelolaan kawasan rawan bencana banjir dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut :

(34)

a. Pencegahan terjadinya banjir melalui pengembangan polder pengendali banjir yang terpadu dengan pengembangan pintu air dan pompa air di Sungai Air Bengkulu serta revitalisasi Danau Dendam Tak Sudah;

b. Pada kawasan banjir yang sudah terbangun perlu dilakukan kajian untuk merelokasi penduduk yang bermukim di kawasan rawan banjir;

c. Pada lahan yang belum terbangun dilakukan dengan melarang atau member-lakukan disinsentif pengembangan ruang pada kawasan rawan banjir.

Dalam hal terjadi bencana banjir, ruang evakuasi yang disediakan adalah:

1. Gedung Sekolah Dasar di Kelurahan Tanjung Jaya Kecamatan Sungai Serut;

2. Gedung Sekolah Menengah Pertama di Kelurahan Semarang Kecamatan Sungai Serut;

3. Gedung Kantor Pemerintah Kota di Kelurahan Semarang Kecamatan Teluk Segara;

Kawasan Rawan Bencana Tsunami

Untuk mengurangi korban jiwa dan dampak kerusakan dari gejala alam ini diperlukan sebuah kajian mitigasi bencana yang diwujudkan ke dalam pemetaan rawan bencana, rencana penetapan bangunan penyelamat (escape building), rencana jalur penyelamatan/evakuasi (escape road), dan rencana lokasi penyelamatan darurat (shelter). Dengan demikian diharapkan dampak dari bencana tersebut paling tidak dapat diminimalisir sedini mungkin, baik pada saat kejadian maupun pada saat pasca kejadian. Dengan demikian maka perlu dilakukan kajian untuk mengidentifikasi Identifikasi daerah bahaya berdasarkan kemungkinan tingkat kerusakan yang akan terjadi, Mengidentifikasi bangunan umum terdekat yang dapat dijadikan sebagai bangunan perlindungan (escape

building), dan Mengidentifikasi jalur-jalur jalan yang dapat digunakan untuk

menyelamatkan diri (escape road) menuju bangunan perlindungan.

Morfologi tanah Kota Bengkulu pada umumnya bergelombang. Di satu sisi kondisi ini menguntungkan karena akan menghambat/mereduksi kekuatan gelombang tsunami. Di sisi lain morfologi tanah yang bergelombang menciptakan adanya cekungan-cekungan tanah yang akan menjebak air tsunami.

Dalam upaya untuk mitigasi bencana tsunami maka didalam RTRW kota ini perlu dilakukan penetapan zona bahaya yang menjadi dasar untuk mengarahkan pemanfaatan ruang selanjutnya.

(35)

Penetapan zona bahaya dilakukan sebagai berikut :

 Zona bahaya didasarkan atas Permukiman yang berada di sekitar pantai dengan ketinggian di bawah 10 m diperkirakan akan hancur diterjang gelombang tsunami. Selanjutnya kawasan ini disebut sebagai kawasan bahaya I.

 Permukiman (dengan konstruksi permanen) yang berada pada ketinggian di atas 10 m diperkirakan juga akan terkena gelombang tsunami, namun tidak sampai hancur. Kawasan ini selanjutnya disebut sebagai Kawasan Bahaya II.

 Kekuatan gelombang tsunami pada saat mencapai kawasan ini diperkirakan sudah berkurang hingga di bawah 50% karena sudah terhambat oleh bangunan-bangunan yang berada di kawasan Bahaya I. Permukiman yang berada di daerah cekungan kemungkinan akan terendam selama beberapa waktu oleh air tsunami yang terjebak di dalamnya beserta dengan berbagai material yang dibawanya. Air tsunami ini akan mematikan semua jenis tanaman, hewan dan bahkan orang yang sempat menghirupnya. Sehubungan dengan itu kawasan seperti ini selanjutnya akan disebut sebagai Kawasan Bahaya Ib.

 Setelah melalui Kawasan Bahaya II kekuatan gelombang tsunami terus menurun namun masih akan mengalir ke arah pedalaman seperti air banjir biasa. Pengalaman di Banda Aceh yang morfologinya sangat datar, air banjir seperti ini mencapai jarak 2,6 Km dari garis pantai. Di Kota Bengkulu diperkirakan air banjir seperti ini akan mengalir hingga 1,5 Km dari pantai.

4.2. RENCANA KAWASAN BUDIDAYA

Kawasan budidaya didefinisikan sebagai kawasan yang dimanfaatkan secara terencana dan terarah sehingga dapat berdayaguna dan berhasilguna bagi hidup dan kehidupan manusia.

Rencana

pengembangan kawasan budidaya ini merupakan upaya untuk mengendalikan alih fungsi guna lahan yang tidak sesuai dengan peruntukannya.

4.2.1. Kawasan Peruntukan Perumahan

Arahan pengembangan kawasan permukiman di Kota Bengkulu tetap mengacu pada kecenderungan perkembangan saat ini, dan gejala pertumbuhan kawasan permukiman pada kawasan-kawasan potensial sebagai akibat terstimulasi oleh program pembangunan pemerintah kota.

(36)

Untuk menciptakan lingkungan permukiman yang nyaman (kecuali kawasan perumahan di pusat kota yang telah terbentuk), maka pada kawasan pusat kota dan sepanjang pantai tidak direkomendasikan untuk pengembangan permukiman dengan kepadatan sangat tinggi (>75%). Ini dilakukan mengingat luas wilayah Kota Bengkulu saat ini masih memungkinkan untuk ditata dengan baik hingga beberapa tahun ke depan. Dalam rangka realisasi tersebut, maka diperlukan langkah-langkah kongkrit sebagai berikut: 1. Pemberlakuan maksimum KDB 60% pada setiap bangunan baru yang akan dibangun. 2. Demikian pula halnya dengan densitas bangunan per satuan lahan (Ha), disesuaikan secara proporsional terhadap KDB dan alokasi ruang untuk prasarana lingkungan (jaringan jalan, drainase, dan pedestrian).

3. Pekarangan yang ada, diarahkan pemanfaatannya bagi penanaman vegetasi baik berupa tanaman produktif maupun tanaman hias.

4. Kawasan permukiman tidak memiliki akses langsung ke jalan arteri dan kolektor, tetapi secara hirarkis dihubungkan oleh jalan-jalan lingkungan.

5. Kawasan permukiman lama diarahkan dengan intensifikasi penggunaan lahan, menggunakan teknik dan instrumen yang sesuai.

6. Kawasan permukiman di kawasan baru (kawasan pengembangan) diarahkan dengan ekstensifikasi menggunakan teknik dan instrumen seperti guided land development dan insentif pengadaan akses serta infrastruktur.

Dengan demikian, distribusi pengaturan kepadatan kawasan permukiman adalah sebagai berikut :

a. Kawasan perumahan kepadatan tinggi dengan luas kurang lebih 2.854,47 hektar terdapat meliputi Kelurahan Jitra, Kelurahan Pasar Melintang, Kelurahan Pondok Besi, Kelurahan Kebun Ross, Kelurahan Pintu Batu, Kelurahan Tengah Padang, Kelurahan Bajak, dan Kelurahan Kampung Bali, Kecamatan Teluk Segara; Kelurahan Kelurahan Tanah Patah, Kelurahan Kebun Tebeng, Kelurahan Sawah Lebar Baru, Kelurahan Sawah Lebar, Kelurahan Nusa Indah, Kelurahan Kebun Kenanga, Kelurahan Kebun Beler, Kecamatan Ratu Agung; Kelurahan Anggut Bawah, Kelurahan Penurunan, Kelurahan Padang Jati, Kelurahan Belakang Pondok; Kelurahan Pengantungan, Kelurahan Kebun Dahri, Kelurahan Kebun Geran, Kelurahan Anggut Atas, dan Kelurahan Anggut Dalam Kecamatan Ratu Samban; Kelurahan Padang Harapan, Kelurahan Jalan Gedang, dan Kelurahan Cempaka

(37)

Serut; serta Kelurahan Panorama, Kelurahan Jembatan Kecil, Kelurahan Dusun Besar dan Kelurahan Padang Nangka, Kecamatan Singaran Pati;

b. Kawasan peruntukan perumahan kepadatan sedang dengan luas kurang lebih 2.924,61 hektar di Kelurahan Sidomulyo, Kelurahan Lingkar Barat, Kecamatan Gading Cempaka; Kelurahan Beringin Raya, Kelurahan Rawa Makmur, Kelurahan Kandang Limun, Kelurahan Pematang Gubernur, Kelurahan Bentiring, dan Kelurahan Bentiring Permai, Kecamatan Muara Bangkahulu; Kelurahan Surabaya dan Kelurahan Semarang, Kecamatan Sungai Serut; Kelurahan Lingkar Timur dan Kelurahan Timur Indah, Kecamatan Singaran Pati; Kelurahan , Kecamatan Selebar; serta Kelurahan Padang Serai, Kelurahan Kandang, Kelurahan Kandang Mas, dan Kelurahan Muara Dua Kecamatan, Kampung Melayu;

c. Kawasan peruntukan perumahan kepadatan rendah dengan luas kurang lebih 1.054,91 hektar di Kelurahan Pekan Sabtu, Kelurahan Sukarami, Kelurahan Bumi Ayu dan Kelurahan Pagar Dewa, Kecamatan Selebar; Kelurahan Teluk Sepang dan Kelurahan Sumber Jaya, Kecamatan Kampung Melayu; Kelurahan Lempuing, Kecamatan Ratu Agung; Kelurahan Kebun Keling, Kelurahan Malabero, Kelurahan Sumur Meleleh, dan Kelurahan Berkas, Kecamatan Teluk Segara; Kelurahan Tanjung Jaya, Kelurahan Tanjung Agung, Kelurahan Kampung Kelawi, dan Kelurahan Pasar Bengkulu, Kecamatan Sungai Serut; Kelurahan Rawa Makmur, Kelurahan Rawa Makmur Permai, dan Kelurahan Beringin Raya, Kecamatan Muara Bangkahulu.

Komponen pengembangan kawasan permukiman di Kota Bengkulu meliputi pembangunan baru, perbaikan, dan peningkatan kualitas lingkungan, peremajaan dan pemugaran:

1. Pembangunan baru permukiman menerapkan konsep hunian berimbang perumahan ukuran besar, sedang, kecil yaitu 1 : 3 : 6, sedangkan pengadaannya dilakukan oleh swasta, pemerintah, dan masyarakat. Sektor swasta didorong agar secara berimbang mengembangkan seluruh segmen perumahan ukuran besar, sedang, maupun kecil. Pengadaan permukiman untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) di pusat kota perlu diprogramkan dengan berbagai instrumen yang tepat seperti urban renewal, konsolidasi lahan, land readjusment, maupun revitalisasi.

(38)

2. Perbaikan rumah dan peningkatan kualitas lingkungan perumahan merupakan bagian dari program perumahan, khususnya untuk perumahan dan kawasan kumuh. 3. Peremajaan dilakukan pada kawasan pusat kota yang memiliki nilai ekonomi ruang

sangat tinggi dan merupakan kawasan kumuh. Optimasi pemanfaatan ruang dilakukan dengan konsep peremajaan kawasan dengan pengembangan rumah susun terbatas (mempertimbangkan kerawanan gempa).

4. Pola pemugaran dilakukan pada kawasan permukiman lama yang memiliki nilai sejarah terhadap perkembangan kota. Pola pemugaran ini di tetapkan pada Kawasan Pencinaan. Konsep pemugaran dilakukan dengan melestarikan bangunan-bangunan cagar budaya yang sampai saat ini masih dipergunakan oleh masyarakat.

4.2.2. Kawasan Peruntukan Perdagangan dan Jasa

Sektor perdagangan dan jasa merupakan kegiatan pemicu utama pengembangan kawasan. Dengan demikian untuk mempercepat pertumbuhan Kota Bengkulu, maka perlu dipacu perkembangan kegiatan perdagangan dan jasa yang berorientasi pada pelayanan kota dan regional untuk wilayah sekitar Kota Bengkulu. Namun demikian perkembangan kegiatan perdagangan harus dapat diantisipasi hingga dua puluh tahun ke depan, terutama pengaturan pemanfaatan lahan untuk masing-masing jenis kegiatan perdagangan.

Kawasan peruntukan perdagangan dan jasa di Kota Bengkulu:

1. Pasar Tradisional dengan luas kurang lebih 7,52 hektar meliputi Kelurahan Lingkar Timur, Kelurahan Bentiring, Kelurahan Pematang Gubernur, Kelurahan Pagar Dewa, Kelurahan Malabero;

2. Pusat Perbelanjaan, dengan luas kurang lebih 895,22 hektar meliputi Kelurahan Anggut Atas, Kelurahan Kebun Geran, Kelurahan Kebun Dahri, Kelurahan Belakang Pondok.

3. Toko Modern, dengan luas kurang lebih 8,51 hektar meliputi Kelurahan Belakang Podok, dan Kelurahan Penurunan.

(39)

Pengembangan kawasan perdagangan dan jasa di Kota Bengkulu dilakukan dengan mempertimbangkan fungsi Kota Bengkulu di dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional dan peran serta fungsi Kota Bengkulu dalam lingkup regional. Arahan rencana pengembangan kawasan perdagangan dan jasa di Kota Bengkulu dilakukan sebagai berikut :

1. Mengembangkan pasar tradisional yang meliputi Pasar Minggu, Pasar Baru, Pasar Panorama, Pasar Pagar Dewa, dan Pasar Bentiring;

2. Mengembangkan fasilitas perdagangan terpadu antara pasar tradisonal dan pasar modern sesuai dengan kebutuhan dan jangkauan pelayanannya;

3. Mendorong pengembangan bangunan dan kawasan multi-fungsi bertaraf nasional di pusat kota;

4. Mengarahkan pengembangan bangunan perdagangan dan jasa yang lebih nyaman dan berwawasan lingkungan dengan menyediakan fasilitas umum yang memadai; 5. Meningkatkan dan mengintegrasikan pengembangan fasilitas perdagangan dan jasa

di PPK-I yang berkembang linier mengikuti jalan utama, seperti di Jl. Suprapto, Jl. KZ. Abidin, Jl. Bali, Jl. MT. Haryono sebagai pusat pelayanan kota dengan skala regional. 6. Pengembangan fasilitas perdagangan khsusus yang terintegrasi dengan

pengembangan kegiatan pariwisata di Jl. Soekarno-Hatta, Jl. Fatmawati , Jl. Danau dan Jl. S. Parman. Selain itu juga pengembangan fasilitas perdagangan dan jasa dengan memanfaatkan bangunan-bangunan cagar budaya di kawasan Kampung Cina;

7. Mengembangkan kawasan perdagangan dan jasa baru di PPK-II dan PPK-III sebagai pemicu pertumbuhan kawasan;

8. Membatasi pengembangan kawasan perdagangan di PPK-IV dan serta pada kawasan yang ditetapkan sebagai KKOP.

Kegiatan perdagangan direncanakan tersebar pada beberapa ruas jalan utama Kota Bengkulu, terutama pada ruas-ruas jalan arteri dan kolektor sebagai berikut :

1. Perdagangan dan jasa dengan skala pelayanan regional di kembangkan di pusat kota dengan mempertimbangkan kondisi yang sudah berkembang saat ini. Perdagangan dan jasa di pusat kota diarahkan pada pola pengem-bangan berskala blok. Dengan demikian maka pemanfaatan ruang di pusat kota lebih dapat dioptimalkan. Sedangkan pola pengembangan linier yang sudah berkembang di sepanjang koridor

(40)

utama kota diarahkan pada pola bangunan tunggal dalam upaya untuk membentuk karakter.

2. Pengembangan perdagangan dan jasa di kawasan wisata diarahkan pada perdagangan dan jasa yang menunjang kegiatan pariwisata di Kota Bengkulu

3. Perdagangan lokal dengan skala pelayanan kawasan, pengembangannya diarahkan pada semua Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) dengan memper-timbangkan keserasian antara skala kegiatan dengan lokasi kegiatan.

4. Perdagangan lokal dengan skala pelayanan kota pengembangannya diarahkan pada pusat-pusat Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) dengan memperhatikan arahan pemanfaatan dan sebaran lahan permukiman yang ada di sekitarnya.

5. Perdagangan regional (seperti pasar induk) diarahkan pengembangannya pada koridor-koridor arteri, baik primer maupun sekunder terutama pada kawasan di sekitar Air Sebakul.

6. Skala pelayanan kawasan perdagangan ini selanjutnya diatur dengan intensitas ruang perdagangan yang diatur lebih lanjut di dalam Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTR-Kota) dan peraturan zonasi (zoning regulation).

Demi terciptanya struktur pelayanan kegiatan perdagangan yang semakin baik pada masa mendatang, maka beberapa langkah kebijakan yang perlu ditempuh Kota Bengkulu yaitu :

1. Tidak mengeluarkan izin baru atau memperpanjang izin usaha bagi kegiatan perdagangan yang tidak sesuai peruntukannya.

2. Pengembangan kawasan perdagangan regional harus memilki interaksi yang cukup kuat dengan kawasan terminal regional dan outlet-outlet transportasi lainnya seperti pelabuhan laut dan bandar udara.

3. Kapling-kapling kawasan perdagangan tidak diijinkan memiliki akses langsung ke jalan arteri primer (harus diarahkan menggunakan akses jalur lambat).

(41)

4.2.3. Kawasan Peruntukan Perkantoran

Arahan kebijakan pengembangan kawasan perkantoran pemerintahan adalah sebagai berikut:

1. Mempertahankan lokasi kawasan pemerintahan tingkat provinsi pada lokasi yang ada saat ini di Jl. Pembangunan dan kawasan Padang Harapan;

2. Mengembangkan ruang terbuka hijau kota dan memadukan dengan kegiatan jasa komersial pada bekas kantor pemerintah di Jl. Basuki rahmat.

3. Pengembangan kawasan perkantoran pemerintahan tingkat kota diarahkan ke Bentiring dengan berorientasi pada:

a. Relokasi kawasan perkantoran pemerintahan, khususnya bagi dinas-dinas yang belum memiliki bangunan tetap, pengaturan lokasinya dapat disesuaikan berdasarkan intensitas koordinasi antar instansi.

b. Beberapa perkantoran pemerintah seperti Dinas Kehutanan, Dinas Peternakan, Dinas Pertanian, dan seterusnya, disarankan agar letaknya mendekati lokasi-lokasi yang menjadi daerah/tanggungjawab pembinaannya.

c. Alokasi kawasan perkantoran pemerintahan khususnya yang berada pada koridor Jl. S. Parman dan Jl. Basuki Rahmat dapat juga bersifat mix used baik oleh pemerintah maupun swasta.

Kawasan peruntukan perkantoran terdiri atas kawasan perkantoran pemerintah dan kawasan perkantoran swasta, masing-masing terdiri atas:

1. Kawasan perkantoran pemerintahan dengan luas kurang lebih 84,68 hektar terdiri atas:

a. Kawasan peruntukan perkantoran pemerintahan kota terdapat di Kelurahan Bentiring dan Kelurahan Bentiring Permai Kecamatan Muara Bangkahulu; dan b. Kawasan perkantoran pemerintahan Provinsi terdapat di Jalan Pembangunan

Kelurahan Padang Harapan Kecamatan Gading Cempaka, Koridor Jalan S. Parman Kelurahan Padang Jati, Jalan Basuki Rahmat Kelurahan Padang Jati dan Kelurahan Belakang Pondok Kecamatan Ratu Samban.

2. Kawasan perkantoran swasta terdapat di Jalan S. Parman, Jalan Sutoyo Kelurahan Kebun Kenanga dan Kelurahan Padang Jati Kecamatan Ratu Agung.

(42)

4.2.4. Kawasan Peruntukan Industri

Rencana pengembangan kawasan industri dan pergudangan di Kota Bengkulu secara umum dilakukan dengan:

1. Menempatkan dan merelokasi industri besar dan sedang serta industri polutif di pusat kota ke kawasan industri di Kecamatan Kampung Melayu;

2. Mengembangkan industri dan pergudangan untuk menyiapkan peran dan fungsi Kota Bengkulu sebagai pengumpul di Provinsi Bengkulu yang terintegrasi dengan pelabuhan laut dan bandara.

3. Melakukan kerjasama pengembangan industri dengan wilayah di sekitar Kota Bengkulu.

4. Merencanakan lebih detail kawasan industri dan pergudangan yang dikembangkan terpadu dengan palabuhan pulau Baai, stasiun kereta api dan jalan lingkar Kota Bengkulu

5. Kawasan dan zona industri merupakan salah-satu fungsi utama yang akan dikembangkan di Kota Bengkulu dan memiliki prospek yang cukup baik pada masa yang akan datang.

6. Aspek yang sangat mendukung adalah, keberadaan Pelabuhan Pulau Baai yang secara historis telah memainkan peran penting sebagai jalur perhubungan regional dan internasional. Kondisi ini didukung oleh mulai masuknya investasi untuk mengembangkan kawasan pelabuhan dan kawasan sekitarnya.

Alokasi rencana pemanfaatan lahan untuk kebutuhan pengembangan industri dalam RTRW Kota Bengkulu ini dilakukan dengan memberikan arahan pengembangan di bagian-bagian lahan yang secara teknis memungkinkan dan memiliki keterkaitan yang kuat dengan sektor lainnya.

Untuk mengakomodir kebutuhan pengembangan kawasan industri hingga tahun 2031, alokasi ruang yang dicadangkan adalah:

1. Kawasan peruntukan industri kecil dan mikro, terdapat di: a. Kelurahan Lempuing, Kecamatan Ratu Agung;

b. Kelurahan Kebun Keling, Kecamatan Teluk Segara; c. Kelurahan Malabero, Kecamatan Teluk Segara; d. Kelurahan Timur Indah, Kecamatan Singaran Pati; e. Kelurahan Kandang, Kecamatan Kampung Melayu;

Gambar

Ilustrasi Taman Kota Kelurahan
Gambar 4.8  Taman Kota Kecamatan

Referensi

Dokumen terkait

Ruang terbuka hijau yang juga merupakan salah satu bagian dari ruang publik perkotaan,5. harus dapat dijaga

Yang dimaksud dengan Koefisien Daerah Hijau yang selanjutnya disingkat KDH adalah angka persentase perbandingan antara luas seluruh ruang terbuka di luar bangunan gedung

Bentuk dan tipologi ruang terbuka hijau yang dikembangkan di kawasan permukiman Kelurahan Tandang cukup beragam, tetapi pada kesimpulannya banyak peruntukkan ruang terbuka hijau

Sehingga begitu banyak upaya yang dapat dilakukan yaitu mengiventariasi Ruang terbuka hijau privat dan publik untuk dapat diketahui seberapa besar daya serap karbon dalam

26 tahun 2007 tentang penataan ruang perkotaan, bahwa minimal untuk memenuhi ketentuan 20 % Ruang Terbuka Hijau (RTH) publik dan 10 % RTH privat. Tujuan dari penelitian ini

Lanskap sempadan sungai sebaiknya dikembangkan sebagai ruang terbuka hijau publik yang didesain sesuai dengan karakter sungai dan kondisi sekitarnya untuk memenuhi

Tidak optimalnya sosialisasi menjadi hal yang patut diperhatikan.Pengetahuan masyarakat yang sedang terhadap Ruang Terbuka Hijau Privat masih harus dilakukan penelitian lebih

 Untuk komitmen pemeliharaan kualitas lingkungan direncanakan ruang terbuka hijau yang proporsional (sekitar 30 %) dalam segala bentuknya (hutan kota, jalur hijau,