200 g kentang, 0.75 g antibiotik, dan akuades hingga 1 liter.
Teknik spora tunggal dilakukan dengan menggunakan suspensi spora cendawan yang tumbuh pada permukaan tubuh serangga atau sinema. Suspensi spora cendawan dibuat dengan menggunakan akuades steril. Suspensi tersebut digoreskan pada media agar-agar cawan dan spora yang tumbuh kemudian dipindahkan ke media yang baru sampai diperoleh biakan murni.
Teknik parafin dilakukan dengan meletakkan potongan cendawan pada tutup media agar-agar cawan menggunakan pelekat vaselin. Spora yang turun pada permukaan agar-agar kemudian dipindahkan ke media yang baru sampai diperoleh biakan murni. Identifikasi
Identifikasi cendawan entomopatogen didasarkan pada struktur reproduksi yang ada pada tubuh serangga (teleomorf/anamorf) menggunakan kunci identifikasi Humber (1998) dan Luangsa-ard et al. (2006). Identifikasi dilakukan terhadap struktrur reproduksi cendawan yang tampak pada permukaan serangga. Struktur tersebut diamati warnanya, diukur panjang dan lebar/diameternya.
HASIL
Delapan genus cendawan entomopatogen, yaitu Torrubiella, Hypocrella, Cordyceps, Paecilomyces, Aschersonia, Akanthomyces, Beauveria, dan Isaria ditemukan di kawasan CA Telaga Warna (Tabel 1). Berdasarkan pada fase siklus hidupnya, tiga genus yang pertama merupakan fase seksual (teleomorf) dan yang lain ialah fase anamorf. Cendawan entomopatogen umumnya banyak ditemui berasosiasi dengan Homoptera, tetapi beberapa ada yang berasosiasi dengan Orthoptera, Lepidoptera, Hemiptera, dan Diptera.
Cendawan entomopatogen ditemui pada dua habitat di CA Telaga Warna, yaitu di permukaan daun dan di serasah lantai hutan. Torrubiella, Paecilomyces, Aschersonia, Hypocrella, Cordyceps, Akanthomyces, dan Beauveria umumnya ditemui di permukaan daun, sedangkan Cordyceps dan Isaria ditemui di serasah lantai hutan (Tabel 1). 1 Torrubiella
Torrubiella ditemukan berasosiasi dengan laba-laba (Araneae) di bawah permukaan daun Ficus sp (Gambar 1). Hifa cendawan menutupi permukaan tubuh laba-laba
Tabel 1 Genus cendawan entomopatogen yang ditemukan di CA Telaga Warna beserta inangnya Genus cendawan Inang Lokasi Teleomorf 1 Torrubiella Laba-laba (Araneae) Di bawah permukaan daun 2 Hypocrella Homoptera Di atas
permukaan daun 3 Cordyceps Lalat (Diptera)
dan Lepidoptera Di bawah permukaan daun dan di serasah lantai hutan Anamorf 4 Paecilomyces Belalang (Orthoptera) dan larva Lepidoptera Di bawah permukaan daun 5 Aschersonia Homoptera Di bawah
permukaan daun, tangkai, dan pelepah 6 Akanthomyces Laba-laba (Araneae) Di bawah permukaan daun 7 Beauveria Homoptera dan
Hemiptera
Di atas permukaan daun dan tangkai 8. Isaria Lepidoptera Serasah
lantai hutan sehingga tampak koloni berwarna krem. Peritesium berwarna kuning muncul pada permukaan tubuh laba-laba dengan kedudukan superficial. Peritesium berbentuk botol berukuran 328.8-356.2 x 191.8 µm. Di dalam peritesium terdapat askus berukuran 64.5-118.3 x 1.6-2.7 µm. Askospora hialin, berbentuk fusoid, berukuran 12.9-15.1 x 0.5-1 µm. Sinema muncul pada bagian dorsal laba-laba, berwarna krem, panjang 2.5 mm. Konidium terdapat pada bagian apeks sinema. Selain itu dijumpai juga konidium yang terdapat pada konidiofor yang tumbuh pada cabang-cabang miselium. Konidium hialin,
Gambar 1 Torrubiella AY 01: kumpulan peritesium pada permukaan tubuh laba-laba dan di tengah koloni terdapat sinema yang panjang.
berbentuk globose dengan ukuran 1.1-2.2 µm. Spesimen yang diamati ialah AY 01. 2 Hypocrella
Hypocrella ditemukan berasosiasi dengan Homoptera di atas permukaan daun Strobilanthes cernua, S. blumei, dan Nicolaia solaris. Hifa cendawan ini menutupi permukaan tubuh inangnya membentuk stroma. Stroma dapat berwarna putih, merah muda, kuning, atau oranye. Stroma terdiri atas lebih dari satu peritesium dengan kedudukan superficial atau immersed. Di dalam peritesium terdapat askus yang mengandung askospora.
Gambar 2 Hypocrella pada (a) pelepah
Strobilanthes cernua (AY 03),
(b) pelepah S. blumei (AY 05),
(c) permukaan atas daun Nicolaia solaris (AY 11), dan (d) permukaan atas daun
Nicolaia solaris (AY 12).
Hypocrella AY 03 memiliki stroma superfisial, berwarna putih, berbentuk bulat dengan permukaan tidak rata, berukuran 3.0-4.0 mm (Gambar 2a). Pada permukaan stroma terdapat ostiolum yang berwarna lebih gelap. Peritesium immersed berukuran 192.0-230.0 x 124.8-144.0 µm. Askus hialin berukuran 67.2-86.4 x 2.2-4.3 µm. Askospora hialin, berbentuk fusoid, berukuran 6.5-9.7 x 1.1-2.2 µm.
Hypocrella AY 05 memiliki stroma superfisial, berwarna merah muda pada bagian tengah koloni dan memutih pada bagian tepi, berbentuk bulat hingga tidak teratur, berukuran 0.5 mm-2.0 cm (Gambar 2b). Pada permukaan stroma terdapat ostiolum yang berwarna merah muda. Peritesium muncul satu-satu dari permukaan stroma. Peritesium hialin, berbentuk botol, superficial berukuran 230.0-249.6 x 134.0-211.2 µm. Askus hialin berukuran 86.4-124.8 x 2.2-4.3 µm. Askospora hialin, berbentuk fusoid, bersekat 1 buah, berukuran 7.5-12.9 x 1.1-2.2 µm.
Hypocrella AY 11 memiliki stroma superfisial, berwarna kuning, berbentuk bulat dengan permukaan tidak rata,berukuran 1.0-2.3 mm (Gambar 2c). Pada permukaan stroma terdapat ostiolum yang berwarna lebih gelap. Peritesium hialin, berbentuk botol, immersed berukuran 356.2-441.0 x 328.8-441.0 µm. Askus hialin berukuran 43.0-51.6 x 12.9-34.4 µm. Askospora hialin, berbentuk fusoid, berukuran 6.5-12.9 x 1.1-2.2 µm (Gambar 3).
a
b
Gambar 3 Hypocrella AY 11 (a) irisan melintang stroma, tampak satu peritesium yang
berisi banyak askus perbesaran 100x
a
b
dan (b) askospora perbesaran 450x .Hypocrella AY 12 memiliki stroma superfisial, berwarna oranye, berbentuk bulat dengan permukaan tidak rata, berukuran 1.0-4.5 mm (Gambar 2d). Pada permukaan stroma terdapat ostiolum yang berwarna lebih gelap. Peritesium hialin, berbentuk botol, immersed berukuran 220.0-240.0 x 96.0-211.2 µm. Askus hialin berukuran 17.2-32.3 x 4.3-6.5 µm. Askospora hialin, berbentuk fusoid, berukuran 3.2-6.4 x 1.1-2.2 µm.
c
d
3 Cordyceps
Cordyceps ditemukan berasosiasi dengan lalat (Diptera) di bawah permukaan daun Ardisia fuliginosa dan Lepidoptera di serasah lantai hutan. Cendawan yang tumbuh pada lalat membentuk dua stroma dan satu sinema yang muncul dari tubuh inangnya, sedangkan yang tumbuh pada Lepidoptera hanya membentuk satu stroma.
Spesimen Cordyceps AY 06 (Gambar 4) memiliki stroma berwarna abu-abu, berukuran 2.5-3.0 x 1.0-2.0 mm, muncul dari toraks inang. Peritesium hialin, berbentuk botol,
Gambar 4 Cordyceps AY 06 dengan dua stroma bulat mengandung peritesium pada bagian toraks dan satu sinema panjang pada bagian anus.
immersed, vertikal, berukuran 624.0-633.6 x 326.4 µm. Askus berukuran 240.0-432.0 x 3.2-6.5 µm. Askospora hialin, berbentuk silinder, berukuran 4.3-7.0 x 0.5-1.1 µm. Sinema berwarna krem, berukuran 4.0-5.0 mm x 164.0-328.8 µm, muncul dari anus inang. Konidium belum dibentuk.
Spesimen Cordyceps AY 16 memiliki stroma berwarna oranye pada bagian apeks dan memutih pada bagian pangkal, berukuran 2.5-4.0 mm x 822.0-876.8 µm. Peritesium oranye muda, berbentuk botol, immersed, berukuran 192.0-240.0 x 86.4-134.4 µm. Askus berukuran 9.6-144.0 x 1.6-2.7 µm (Gambar 5). Askospora cendawan ini belum dibentuk karena spesimen yang dikoleksi masih muda.
Gambar 5 Cordyceps AY 16 (a) stroma yang berwarna oranye di bagian ujung mengandung peritesium, (b) irisan melintang stroma yang mengandung beberapa peritesium perbesaran 35x, dan (c) askus muda perbesaran 100x. 4 Paecilomyces
Paecilomyces berasosiasi dengan belalang (Orthoptera) (AY 02) di bawah permukaan daun Chromolaena odorata dan larva Lepidoptera (AY 04) (Gambar 6) di bawah permukaan daun tumbuhan tidak teridentifikasi. Hifa cendawan menutupi permukaan tubuh laba-laba sehingga tampak koloni berwarna krem. Koloni tersebut merupakan miselium dengan konidiogen yang membentuk konidium. Konidiofor bercabang. Sel konidiogen berbentuk botol berukuran 4.3-5.4 µm. Konidium hialin, tersusun berantai, berbentuk globose, berukuran 2.2-2.7µm.
Paecilomyces AY 04 berhasil diisolasi dengan menggunakan teknik spora tunggal pada media PDA. Miselium cendawan ini berwarna putih keabu-abuan. Pada media agar-agar diameter miselium cendawan ini mencapai 4 cm dalam waktu 14 hari.
b
a
c
Gambar 6 Paecilomyces pada inang yang berbeda (a) Paecilomyces AY 02 pada belalang (Orthoptera), (b) Paecilomyces AY 04 pada larva Lepidoptera, dan (c) koloni Paecilomyces AY 04 pada media PDA.
5 Aschersonia
Aschersonia berasosiasi dengan Homoptera di bawah permukaan daun Calamus reinwardtii dan Ficus sp. Hifa cendawan ini menutupi permukaan tubuh inangnya dan membentuk stroma. Stroma dapat berwarna kuning, putih, atau oranye. Stroma terdiri atas lebih dari satu piknidium dengan kedudukan immersed. Piknidium mengandung konidium.
a b
c
a
b
c
Gambar 7 Aschersonia pada permukaan bawah daun (a) Calamus reinwardtii (AY 08), (b) Ficus sp. (AY 10), dan (c) Ficus sp. (AY 18).
Spesimen Aschersonia AY 08 memiliki stroma superfisial, berwarna kuning pada bagian tengah dan kuning transparan pada bagian tepi berbentuk bulat dengan permukaan rata, berukuran 2.0-4.3 mm (Gambar 7a). Pada permukaan stroma tidak tampak ostiolum. Piknidium hialin, berbentuk botol, berukuran 96.0-144.0 µm x 57.6-76.8 µm. Konidiofor muncul dari sel himenium. Konidium hialin, berbentuk fusoid, bersekat
2-3 buah, berukuran 6.5-9.7 x 1.1-2.2 µm. Selain itu juga terdapat hifa steril dengan panjang 43.0-53.8 µm.
Spesimen Aschersonia AY 10 memiliki stroma superfisial, berwarna oranye pada bagian tengah, memutih pada bagian tepi, dan kuning pada perbatasan antara tengah dan tepi, berbentuk bulat dengan permukaan rata hingga cembung, berukuran 1.5-2.5 mm (Gambar 7b). Pada permukaan stroma tidak tampak ostiolum. Piknidium hialin, berbentuk botol, berukuran 76.8-96.0 µm x 48.0-57.6 µm. Konidiofor muncul dari sel himenium. Konidium hialin, berbentuk fusoid, bersekat 1 buah, berukuran 6.5-7.0 x 1.6-2.2 µm. Selain itu juga terdapat hifa steril dengan panjang 28.0-43.0 µm.
Spesimen Aschersonia AY 10 berhasil diisolasi dengan menggunakan teknik spora tunggal pada media PDA. Miselium berwarna putih pada bagian tepi dan oranye pada bagian tengah. Pada media agar-agar diameter miselium cendawan ini mencapai 1.2 cm dalam waktu 30 hari.
Spesimen Aschersonia AY 18 memiliki stroma superfisial, berwarna krem, berbentuk bulat dengan permukaan tidak rata, berukuran 1.0-3.0 mm (Gambar 7c). Pada permukaan stroma terdapat ostiolum yang berwarna lebih gelap. Piknidium hialin, berbentuk botol, berukuran 96.0-144.0 x 67.2-76.8 µm. Konidiofor muncul dari sel himenium. Konidium hialin, berbentuk globose tidak bersekat dengan ukuran 2.2-3.0 µm. Selain itu juga terdapat hifa steril dengan panjang 36.6-53.8 µm.
6 Akanthomyces
Akanthomyces berasosiasi dengan laba-laba di bawah permukaan daun Polyalthia subcordata. Hifa cendawan ini menutupi permukaan tubuh laba-laba sehingga tampak koloni berwarna krem dan membentuk banyak sinema. Sinema berwarna krem, berukuran 2.0-3.0 mm. Konidium hialin, berbentuk silinder, berukuran 3.2-4.3 x 0.5-1.6 µm. Spesimen yang diamati ialah AY 07 (Gambar 8).
7 Beauveria
Beauveria berasosiasi dengan Hemiptera dan Homoptera di bawah permukaan daun Ficus sp. Spesimen AY 09 (Gambar 9a) memiliki hifa yang menutupi permukaan tubuh inang sehingga tampak koloni berwarna putih seperti tepung. Koloni tersebut merupakan kumpulan dari konidium. Konidiofor bercabang zig-zag. Konidium
hialin, berbentuk globose, berukuran 1.1-2.2 µm.
Gambar 8 Akanthomyces AY 07 dengan banyak sinema yang muncul dari permukaan tubuh laba-laba.
Spesimen Beauveria AY 13 (Gambar 9b) memiliki warna koloni dan konidiofor yang sama dengan spesimen Beauveria AY 09, sedangkan konidiumnya berbeda. Konidium hialin, berbentuk silinder berukuran 3.2-4.3 x 1.1-1.6 µm.
a
b
Gambar 9 Beauveria pada inang yang berbeda (a) spesimen AY 09 pada Hemiptera (b) spesimen AY 13 pada Homoptera. 8 Isaria
Isaria berasosiasi dengan Lepidoptera di serasah lantai hutan. Hifa cendawan ini menutupi pemukaan tubuh inang sehingga tampak koloni berwarna putih. Sinema muncul dari tubuh inang, tangkai bercabang-cabang berwarna kuning dengan apeks berwarna putih, berukuran 8.0-20.0 mm x 137.0-219.2 µm. Konidium terbentuk pada bagian apeks sinema, hialin, berbentuk silinder, berukuran 1.6-2.2 x 0.5-1.1µm. Spesimen yang diamati ialah AY 17 (Gambar 10).
Gambar 10 Isaria AY 17 dengan kumpulan sinema.
Isaria AY 17 berhasil diisolasi dengan menggunakan teknik spora tunggal. Miselium berwarna putih. Pada media agar-agar diameter miselium cendawan ini mencapai 4-6 cm dalam waktu 14 hari. Sinema muncul dari permukaan miselium berwarna kuning muda.
9 Anonim/Spesimen lain
Spesimen yang tidak dapat diamati struktur reproduksi seksual atau aseksualnya tidak dapat ditentukan genusnya. Spesimen tersebut ialah AY 14, AY 15, AY 19 dan AY 20.
Spesimen AY 14 berasosiasi dengan Homoptera (Gambar 11a). Spesimen ini memiliki stroma berbentuk bulat dengan permukaan rata, berwarna putih pada bagian tengah dan memutih transparan pada bagian tepi. Struktur reproduksi cendawan ini tidak diketahui.
Spesimen AY 19 berasosiasi dengan Homoptera (Gambar 11b). Spesimen ini memiliki stroma berbentuk bulat dengan permukaan rata, berwarna kuning pada bagian tengah dan memutih transparan pada bagian tepi. Struktur reproduksi cendawan ini tidak diketahui.
Spesimen AY 15 (Gambar 11c) dan AY 20 (Gambar 11d) berasosiasi dengan laba-laba (Araneae). Hifa cendawan menutupi permukaan tubuh laba-laba sehingga tampak koloni berwarna krem. Sinema muncul 1-2 buah dari permukaan tubuh laba-laba. Konidium tidak teramati.
Gambar 11 Anomim/spesimen lain (a) spesimen AY 14 pada Homoptera, (b) spesimen AY 19 pada Homoptera, (c) spesimen AY 15 pada laba-laba, dan
(d) spesimen AY 20 pada laba-laba. PEMBAHASAN
Cendawan entomopatogen merupakan cendawan parasit serangga yang banyak ditemui di hutan tropik (Luangsa-ard et al. 2006). Cendawan ini memarasit serangga
dengan menggunakan mekanisme enzimatik. Enzim yang berperan dalam mekanisme tersebut ialah lipase, protease, dan kitinase (Cooke 1977).
Cendawan ini memiliki dua fase siklus hidup, yaitu seksual (teleomorf) dan aseksual (anamorf). Torrubiella, Hypocrella, dan Cordyceps merupakan fase teleomorf, sedangkan Paecilomyces, Aschersonia, Akanthomyces, dan Beauveria merupakan fase anamorf cendawan entomopatogen yang ditemukan di CA Telaga Warna. Fase teleomorf cendawan entomopatogen dapat memiliki satu atau lebih dari satu fase anamorf, begitu pun sebaliknya (Tabel 2). Tabel 2 Genus cendawan entomopatogen fase
teleomorf dan anamorf
Teleomorf Anamorf Cordyceps Acremonium Beauveria Hirsutella Isaria Metarhizium Stilbella Akanthomyces Gibellula Hymenostilbe Lecanicillium Paecilomyces Verticillium Torrubiella Acremonium Gibelulla Paecilomyces Akanthomyces Hirsutella Verticillium Hypocrella Aschersonia
Sumber : Luangsa-ard et al. (2006)
Cendawan entomopatogen dapat menghasilkan fase seksual dan aseksual secara bersamaan. Torrubiella dan Cordyceps AY 06 merupakan fase teleomorf, tetapi dari permukaan tubuh inangnya juga terdapat sinema. Sinema yang muncul dari permukaan inang (laba-laba) Torrubiella sama dengan anamorf Gibelulla, sedangkan sinema yang muncul dari inang (Lalat) Cordyceps AY 06 sama dengan anamorf Hymenostilbe (Luangsa-ard et al. 2006).
a b
Cendawan entomopatogen dapat berasosiasi dengan inang selain serangga. Di kawasan CA Telaga Warna terdapat dua genus cendawan entomopatogen yang berasosiasi dengan laba-laba, yaitu Torrubiella dan Akanthomyces. Cendawan entomopatogen yang berasosiasi dengan laba-laba umumnya ditemukan di bawah permukaan daun (Luangsa-ard et al. 2006). Mereka juga melaporkan bahwa Torrubiella dapat berasosiasi dengan Homoptera, Diptera, Lepidoptera, dan Orthoptera, sedangkan
Akanthomyces berasosiasi dengan
Lepidoptera.
c d
Terdapat empat spesimen Hypocrella yang ditemukan di atas permukaan daun.
Luangsa-ard et al. (2006) juga