• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

 Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Bali bulan Desember 2016 tercatat mengalami penurunan sebesar 0,30 persen, dari 107,06 pada bulan November 2016, menjadi 106,74. Dari sisi indeks yang diterima petani (It), tercatat mengalami penurunan sebesar 0,18 persen, dari 130,96 di bulan sebelumnya menjadi 130,72. Sementara dari sisi indeks yang dibayar petani (Ib), tercatat meningkat sebesar 0,12 persen, dari 122,32 menjadi 122,47.

 Pada bulan Desember 2016, dari lima subsektor, Subsektor Tanaman Pangan, Tanaman Perkebunan Rakyat dan Peternakan tercatat mengalami penurunan, yaitu masing-masing sebesar 1,21 persen, 0,44 persen dan 0,12 persen. Sedangkan Subsektor Hortikultura dan Perikanan tercatat mengalami kenaikan masing-masing sebesar 0,32 persen dan 0,31 persen.

 NTP Nasional bulan Desember 2016 mencapai 101,49, mengalami kenaikan sebesar 0,18 persen terhadap bulan sebelumnya yaitu 101,31. Kenaikan ini secara umum didorong oleh indeks harga yang diterima petani (It) yang naik sebesar 0,53 persen, sementara indeks harga yang dibayar petani (Ib) mengalami kenaikan lebih rendah, yaitu 0,36 persen.

 Berdasarkan Indeks Harga Konsumen Perdesaan (IHKP) Desember 2016, daerah pedesaan di Bali tercatat mengalami inflasi sebesar 0,10 persen terhadap bulan sebelumnya. Hal ini sejalan dengan kondisi harga perdesaan secara nasional yang juga tercatat mengalami inflasi, sebesar 0,42 persen.  Bulan Desember 2016, dari 33 provinsi yang melakukan pengitungan inflasi perdesaan, tercatat empat

provinsi menglami deflasi, yaitu Gorontalo (0,56 persen), Sumatera Barat (0,34 persen), Riau (0,19 persen), dan Sulawesi Utara (0,15 persen). Sementara itu, provinsi lainnya tercatat mengalami inflasi, tertinggi di Kalimantan Tengah (1,26 persen) dan terendah di Sulawesi Tenggara (0,04 persen). 

No. 05/01/51/Th. XI, 3 Januari 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

DESEMBER 2016, NTP BALI TURUN 0,30 PERSEN

NTP (Farmers Term of Trade) merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di perdesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian terhadap barang dan jasa yang diperlukan petani untuk konsumsi rumahtangganya maupun untuk biaya produksi produk pertanian. Nilai Tukar Petani (NTP) diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani (dalam persentase). Semakin tinggi NTP, secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan/daya beli petani.

Pada bulan Desember 2016 Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Bali tercatat mengalami penurunan sebesar 0,30 persen dibandingkan dengan bulan sebelumnya dari 107,06, menjadi 106,74. Dari sisi indeks yang diterima petani (It), tercatat mengalami penurunan sebesar 0,18 persen, dari 130,96 di bulan sebelumnya menjadi 130,72. Sebaliknya dari sisi indeks yang dibayar petani (Ib), tercatat kenaikan sebesar 0,12 persen, dari 122,32 menjadi 122,47.

(2)

1.

NTP Subsektor

a.

Subsektor Tanaman Pangan (Padi & Palawija/NTP-P)

NTP Subsektor Tanaman Pangan (NTP-P) pada bulan Desember 2016 tercatat kembali mengalami penurunan dibandingkan dengan bulan sebelumnya, yaitu dari 97,00 menjadi 95,82 atau turun sebesar 1,21 persen. NTP Subsektor Tanaman Pangan masih berada dibawah nilai 100, yang berarti nilai yang diterima dari hasil pertanian tanaman pangan belum mampu mencukupi kebutuhan konsumsi rumah tangga dan biaya produksinya.

Indeks harga yang diterima petani (It) pada subsektor Tanaman Pangan turun sebesar 1,09 persen. Penurunan ini terjadi pada kelompok Padi dan Palawija masing-masing sebesar 0,91 persen dan 1,54 persen. Sementara itu, indeks harga yang dibayar petani (Ib) tercatat mengalami kenaikan sebesar 0,13 persen. Kenaikan pada Ib dipengaruhi oleh naiknya Indeks Harga Konsumsi Rumah Tangga (IHKP) dan indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) masing-masing sebesar 0,11 persen dan 0,21 persen.

b. Subsektor Hortikultura (NTP-H)

NTP Subsektor Hortikultura (NTP-H) mengalami kenaikan pada bulan Desember 2016, sebesar 0,32 persen dari 106,26 pada bulan lalu menjadi 106,60. Kenaikan ini terjadi karena indeks yang diterima petani (It) mengalami kenaikan sebesar 0,42 persen, sedangkan indeks harga yang harus dibayar oleh petani (Ib) mengalami kenaikan sebesar 0,10 persen. Kenaikan yang terjadi pada It dipengaruhi oleh naiknya harga kelompok komoditas sayur-sayuran dan tanaman obat masing-masing sebesar 1,21 persen dan 1,59 persen, meskipun kelompok buah-buahan tercatat menurun sebesar 0,02 persen. Beberapa komoditas yang memberikan andil naiknya It, antara lain salak, jeruk, durian, tomat, dan petsai/sawi. Sementara itu, peningkatan yang terjadi pada Ib disebabkan oleh naiknya indeks konsumsi rumah tangga sebesar 0,13 persen.

c.

Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTP-Pr)

NTP Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTP-Pr) pada bulan Desember 2016 tercatat mengalami penurunan, yaitu sebesar 0,44 persen dari 106,20 menjadi 105,74. Secara umum, menurunnya NTP-Pr dipicu oleh indeks yang diterima petani (It) yang turun sebesar 0,37 persen, sedangkan indeks yang dibayar petani (Ib) mengalami kenaikan, yaitu sebesar 0,06 persen. Beberapa komoditas perkebunan yang memberikan andil atas turunnya It di subsektor ini yaitu kakao, tembakau, dan cengkeh. Di sisi lain, kenaikan pada Ib dipengaruhi oleh naiknya indeks konsumsi rumah tangga sebesar 0,07 persen serta indeks BPPBM yang juga naik sebesar 0,03 persen.

(3)

Tabel 1

Nilai Tukar Petani Provinsi Bali dan Perubahannya Menurut Subsektor November 2016 - Desember 2016 (2012=100)

Subsektor Bulan Persentase

November 2016 Desember 2016 Perubahan

(1) (2) (3) (4)

1. Tanaman Pangan (NTP-P) 97.00 95.82 -1.21

a. Indeks Diterima Petani 122.55 121.22 -1.09

- Padi 118.95 117.86 -0.91

- Palawija 133.08 131.03 -1.54

b. Indeks Dibayar Petani 126.34 126.51 0.13

- Indeks Konsumsi Rumahtangga 127.61 127.75 0.11

- Indeks BPPBM 120.51 120.76 0.21

2. Hortikultura (NTP-H) 106.26 106.60 0.32

a. Indeks Diterima Petani 131.09 131.64 0.42

- Sayur-sayuran 150.46 152.27 1.21

- Buah-buahan 122.58 122.55 -0.02

- Tanaman Obat 117.21 119.06 1.59

b. Indeks Dibayar Petani 123.37 123.49 0.10

- Indeks Konsumsi Rumahtangga 126.27 126.43 0.13

- Indeks BPPBM 115.49 115.50 0.00

3. Tanaman Perkebunan Rakyat (NTP-Pr) 106.20 105.74 -0.44

a. Indeks Diterima Petani 130.47 129.99 -0.37

- Tanaman Perkebunan Rakyat (TPR) 130.47 129.99 -0.37

b. Indeks Dibayar Petani 122.85 122.93 0.06

- Indeks Konsumsi Rumahtangga 127.12 127.21 0.07

- Indeks BPPBM 110.05 110.08 0.03

4. Peternakan (NTP-Pt) 115.92 115.78 -0.12

a. Indeks Diterima Petani 137.11 137.16 0.04

- Ternak Besar 143.10 143.16 0.04

- Ternak Kecil 129.63 129.51 -0.10

- Unggas 134.62 133.20 -1.05

- Hasil Ternak 120.98 122.45 1.21

b. Indeks Dibayar Petani 118.28 118.47 0.16

- Indeks Konsumsi Rumahtangga 126.94 127.03 0.07

- Indeks BPPBM 110.69 110.97 0.24

5. Perikanan (NTP-Pi) 104.02 104.34 0.31

a. Indeks Diterima Petani 129.43 129.91 0.38

- Tangkap 142.70 143.74 0.73

- Budidaya 109.75 109.41 -0.31

b. Indeks Dibayar Petani 124.43 124.50 0.06

- Indeks Konsumsi Rumahtangga 131.84 131.93 0.07

- Indeks BPPBM 110.13 110.15 0.02

NTP Gabungan 107.06 106.74 -0.30

a. Indeks Diterima Petani 130.96 130.72 -0.18

b. Indeks Dibayar Petani 122.32 122.47 0.12

- Indeks Konsumsi Rumahtangga 127.04 127.16 0.10

(4)

d. Subsektor Peternakan (NTP-Pt)

Subsektor Peternakan terdiri atas ternak besar, ternak kecil, unggas, dan hasil ternak. NTP Subsektor Peternakan (NTP-Pt) pada bulan Desember 2016 tercatat kembali mengalami penurunan sebesar 0,12 persen, dari 115,92 menjadi 115,78. Secara umum penurunan ini disebabkan oleh indeks harga yang diterima petani (It) yang naik sebesar 0,04 persen, sedangkan indeks harga yang dibayar petani (Ib) mengalami kenaikan yang lebih tinggi sebesar 0,16 persen. Terjadinya kenaikan It dipicu oleh naiknya harga pada kelompok ternak besar 0,04 persen dan hasil ternak 1,21 persen meskipun terjadi penurunan pada kelompok ternak kecil dan unggas masing-masing sebesar 0,10 persen dan 1,05 persen. Secara umum, beberapa komoditas peternakan yang mendorong naiknya It, antara lain telur ayam ras, telur ayam buras, dan sapi potong. Di sisi lain, peningkatan pada Ib dipicu oleh naiknya indeks konsumsi rumah tangga dan indeks BPPBM masing-masing sebesar 0,07 persen dan 0,24 persen.

e.

Subsektor Perikanan (NTP-Pi)

Subsektor Perikanan mencakup kegiatan perikanan tangkap dan budidaya perikanan. Pada bulan Desember 2016, NTP Subsektor Perikanan masih mengalami kenaikan, yaitu sebesar 0,31 persen, dari 104,02 menjadi 104,34. Kenaikan ini terjadi karena indeks harga yang diterima petani (It) mengalami kenaikan sebesar 0,38 persen sedangkan indeks harga yang dibayar petani (Ib) mengalami kenaikan hanya sebesar 0,06 persen. Kenaikan It dipicu oleh naiknya harga-harga pada kelompok perikanan tangkap sebesar 0,73 persen meskipun kelompok perikanan budidaya tercatat menurun sebesar 0,31 persen. Secara umum, beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga, antara lain lemuru, cumi-cumi, dan tongkol. Sementara itu, kenaikan pada Ib didorong oleh naiknya indeks konsumsi rumah tangga sebesar 0,07 persen dan indeks BPPBM naik sebesar 0,02 persen.

2.

Perbandingan Terhadap Angka Nasional

Pada bulan Desember 2016, NTP gabungan secara nasional sebesar 101,49 yang mengalami kenaikan sebesar 0,18 persen dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Secara umum, kenaikan tersebut terjadi karena indeks harga yang diterima petani (It) nasional mengalami kenaikan sebesar 0,53 persen, sedangkan indeks harga yang dibayar petani (Ib) tercatat mengalami kenaikan yang lebih rendah, yaitu sebesar 0,36 persen. Jika dibandingkan dengan NTP Gabungan secara nasional, NTP Bali masih berada di atas NTP Gabungan secara nasional.

Tabel 2

Nilai Tukar Petani Provinsi Bali dan Nasional serta Persentase Perubahannya, November 2016 - Desember 2016 (2012=100)

Indeks November Provinsi Bali Nasional

2016 Desember 2016 % November 2016 Desember 2016 %

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Indeks yang Diterima Petani 130.96 130.72 -0.18 127.13 127.81 0.53 Indeks yang Dibayar Petani 122.32 122.47 0.12 125.49 125.94 0.36

NTP 107.06 106.74 -0.30 101.31 101.49 0.18

3.

Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP)

Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib), dimana komponen Ib hanya

(5)

terdiri dari Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM). Dengan dikeluarkannya Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) dari komponen Ib, NTUP dapat lebih mencerminkan margin usaha pertanian, karena yang dibandingkan hanya produksi dengan biaya produksinya.

Kondisi NTUP Desember 2016 tercatat mengalami penurunan sebesar 0,31 persen, dari 115,08 pada bulan sebelumnya menjadi 114,72. Penurunan NTUP terjadi pada subsektor Tanaman Pangan, Tanaman Perkebunan Rakyat dan Peternakan yang turun masing-masing sebesar 1,29 persen, 0,40 persen dan 0,20 persen. Subsektor yang mengalami kenaikan NTUP, yaitu subsektor Hortikultura (0,42 persen) dan Perikanan (0,36 persen). Informasi NUTP secara lebih lengkap dapat dilihat pada tabel 3 dibawah ini.

Tabel 3

Nilai Tukar Usaha Pertanian per Subsektor dan Persentase Perubahannya, November 2016 - Desember 2016 (2012 = 100)

Subsektor Bulan Persentase Perubahan

November 2016 Desember 2016

(1) (2) (3) (4)

1. Tanaman Pangan 101.70 100.38 -1.29

2. Hortikultura 113.51 113.98 0.42

3. Tanaman Perkebunan Rakyat 118.56 118.09 -0.40

4. Peternakan 123.86 123.61 -0.20

5. Perikanan 117.52 117.94 0.36

NTUP Bali 115.08 114.72 -0.31

4.

Indeks Harga Konsumen Perdesaan

Indeks Harga Konsumen Perdesaan (IHKP) dapat ditunjukkan oleh Indeks Harga Konsumsi Rumahtangga Petani yang merupakan komponen dalam Indeks Harga yang Dibayar Petani. IHK perdesaan terdiri dari 7 (tujuh) kelompok pengeluaran, yaitu kelompok bahan makanan, kelompok makanan jadi, kelompok perumahan, kelompok sandang, kelompok kesehatan, kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga, serta kelompok transportasi dan komunikasi.

Perubahan IHK perdesaan mencerminkan angka inflasi/deflasi di wilayah perdesaan. Secara nasional terjadi inflasi perdesaan sebesar 0,42 persen. Berdasarkan pengamatan Indeks Konsumsi Rumah Tangga Petani di perdesaan pada bulan Desember 2016, dari 33 provinsi yang melakukan pengitungan inflasi perdesaan, tercatat empat provinsi menglami deflasi, yaitu Gorontalo (0,56 persen), Sumatera Barat (0,34 persen), Riau (0,19 persen), dan Sulawesi Utara (0,15 persen). Sementara itu, provinsi lainnya tercatat mengalami inflasi, tertinggi di Kalimantan Tengah (1,26 persen) dan terendah di Sulawesi Tenggara (0,04 persen).

(6)

Grafik 1

Perubahan Indeks Harga Konsumen Perdesaan (IHKP) Menurut Provinsi di Indonesia, Desember 2016

Pada Desember 2016, Provinsi Bali mengalami inflasi perdesaan sebesar 0,10 persen yang disebabkan oleh naiknya rata-rata harga hampir di semua kelompok komoditas, yaitu perumahan (0,92 persen), makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau (0,81 persen), kesehatan (0,12 persen), sandang (0,07 persen), pendidikan, rekreasi dan olah raga (0,03 persen), serta transportasi dan komunikasi (0,01 persen). Sementara itu, kelompok bahan makanan tercatat deflasi sebesar 0,41 persen.

Secara umum, komoditas penyumbang inflasi pada bulan Desember 2016, antara lain kayu bakar, gado-gado, bawang putih, rokok, dan ikan pindang tongkol. Selanjutnya persentase perubahan indeks harga konsumen perdesaan menurut kelompok komoditas dapat dilihat pada tabel 4.

(7)

Tabel 4

Persentase Perubahan Indeks Harga Konsumen Perdesaan Provinsi Bali dan Nasional, Desember 2016

Kelompok Perubahan IHK Perdesaan (%)

Bali Nasional

(1) (2) (3)

Bahan Makanan -0.41 0.62

Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau 0.81 0.35

Perumahan 0.92 0.20

Sandang 0.07 0.24

Kesehatan 0.12 0.27

Pendidikan, Rekreasi, dan Olah Raga 0.03 0.14

Transportasi dan Komunikasi 0.01 0.16

Gabungan 0.10 0.42

5.

Harga Gabah Bulan Desember 2016 Turun

Berdasarkan hasil pencatatan harga gabah di 7 kabupaten, yaitu Jembrana, Tabanan, Badung, Gianyar, Klungkung, Karangasem dan Buleleng selama bulan Desember 2016, harga gabah (GKP) di tingkat petani mengalami penurunan sebesar 1,17 persen, dari Rp 4.361,86 per kg pada bulan sebelumnya menjadi Rp 4.310,82 per kg. Sementara itu, rata-rata harga GKP di tingkat penggilingan turun sebesar 1,27 persen dari Rp 4.436,83 per kg menjadi Rp 4.380,55 per kg.

Grafik 2

Perkembangan Rata-rata Harga Gabah (GKP) di Tingkat Petani dan Penggilingan Provinsi Bali Desember 2015 Desember 2016

3,000.00 3,200.00 3,400.00 3,600.00 3,800.00 4,000.00 4,200.00 4,400.00 4,600.00 4,800.00 5,000.00 De s ' 15 Jan ' 16 Fe b '16 Mar '16 A p r ' 16 Me i ' 16 Ju n '16 Ju l ' 16 A gs '16 Se p '16 O kt '16 N o v ' 16 De s ' 16

(8)

Tabel 5

Perkembangan Rata-rata Harga Gabah (GKP) di Tingkat Petani dan Penggilingan Provinsi Bali Desember 2015 Desember 2016

No Bulan Harga di Tingkat Petani (Rp/Kg) Perubahan (%) Penggilingan (Rp/Kg) Harga di Tingkat Perubahan (%)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) 1 Desember 2015 4,735.63 1.74 4,802.57 1.58 2 Januari 2016 4,816.54 1.71 4,890.96 1.84 3 Februari 2016 4,768.84 -0.99 4,837.17 -1.10 4 Maret 2016 4,401.26 -7.71 4,467.46 -7.64 5 April 2016 4,063.96 -7.66 4,132.72 -7.49 6 Mei 2016 4,213.26 3.67 4,292.60 3.87 7 Juni 2016 4,211.78 -0.03 4,319.61 0.63 8 Juli 2016 4,317.71 2.51 4,389.07 1.61 9 Agustus 2016 4,352.91 0.82 4,418.13 0.66 10 September 2016 4,294.60 -1.34 4,366.42 -1.17 11 Oktober 2016 4,293.98 -0.01 4,375.19 0.20 12 Nopember 2016 4,361.86 1.58 4,436.83 1.41 13 Desember 2016 4,310.82 -1.17 4,380.55 -1.27 *) HPP GKP (Mulai Desember 2015) Rp 3.700,00/kg di tingkat petani Rp 3.750,00/kg di tingkat penggilingan

(9)

Tabel 6

Perkembangan Inflasi Perdesaan Bulanan dan Kumulatif Provinsi Bali dan Nasional Tahun 2014 2016

Tahun Bali Nasional

Bulanan Kumulatif Bulanan Kumulatif

(1) (2) (3) (4) (5) 2014 Januari 0.88 0.88 1.16 1.16 Februari 0.32 1.20 0.45 1.62 Maret 0.42 1.63 0.19 1.81 April 0.05 1.68 -0.05 1.76 Mei 0.39 2.07 0.23 1.99 Juni 0.36 2.44 0.74 2.74 Juli 0.56 3.01 0.82 3.58 Agustus 0.49 3.51 0.37 3.96 September 0.49 4.02 0.45 4.43 Oktober 0.24 4.27 0.43 4.88 November 1.52 5.85 1.49 6.41 Desember 2.85 8.86 2.72 9.30 2015 Januari -0.90 -0.90 -0.03 -0.03 Februari -0.53 -1.42 -0.73 -0.76 Maret 0.88 -0.55 0.48 -0.29 April 0.25 -0.30 0.21 -0.08 Mei -0.20 -0.49 0.60 0.52 Juni 0.17 -0.32 0.82 1.35 Juli 0.64 0.31 0.89 2.24 Agustus 0.64 0.96 0.47 2.72 September 0.52 1.48 -0.02 2.70 Oktober -0.02 1.46 -0.04 2.66 November 0.41 1.88 0.43 3.10 Desember 1.08 2.98 1.14 4.28 2016 Januari 1.01 1.01 0.83 0.83 Februari 0.38 1.40 0.09 0.92 Maret 0.33 1.73 0.95 1.88 April -0.45 1.27 -0.50 1.37 Mei -0.13 1.14 0.13 1.50 Juni 0.43 1.58 0.59 2.10 Juli 0.50 2.08 0.76 2.87 Agustus 0,27 2,36 0,06 2,93 September 0.44 2.81 0.32 3.26 Oktober -0.29 2.51 0.04 3.30 November 0,50 3,02 0,87 4,20 Desember 0.10 3.12 0.42 4.63

(10)

Informasi lebih lanjut hubungi:

I Gede Nyoman Subadri, S.E.

Kepala Bidang Statistik Distribusi

BPS Provinsi Bali

Telepon: 0361-238159, Fax: 0361-238162

E-mail: bps5100@bps.go.id

Referensi

Dokumen terkait

Pengukuran Kinerja pengelolaan keuangan Masyarakat (KKM) adalah untuk mengukur tingkat penguasaan Satlak atas pengelolaan keuangan sesuai dengan ketentuan yang telah

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh secara simultan dan parsial variabel tingkat suku bunga dan nilai tukar rupiah terhadap kinerja reksadana saham

Pada fase akut, obat segera diberikan segera setelah diagnosis ditegakkan dan dosis dimulai dari dosis anjuran dinaikkan perlahan- lahan secara bertahap dalam waktu 1-3 minggu,

17 tahun 2014 ini bahwa anggota Dewan Perwakilan Rakyat memiliki hak imunitas atau kekebalan yang dalam penjelasannya ditafsirkan bahwa hak imunitas adalah hak

Langkah selanjutnya adalah membuat RAID-1 dengan perintah berikut, dimana device baru bernama /dev/md20, menggunakan mode=1 (mirroring) dimana device pasangannya adalah /dev/sdd1

bahwa dengan adanya kendaraan bermotor yang belum tercantum dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 15 Tahun 2007 tentang Penghitungan Dasar Pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka didapat kesimpulan bahwa pada Kecamatan Depok yang di bagi menjadi 3 strata yaitu Desa Maguwoharjo sebagai strata 0, Desa

Data pelaksanaan tindakan kelas penerapan Numbered Heads Together untuk meningkatkan motivasi dan komunikasi belajar matematika pada siswa kelas VII A SMP Negeri