• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP KEPRIBADIAN TOKOH AKU PADA NOVEL UPACARA KARYA KORRIE LAYUN RAMPAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP KEPRIBADIAN TOKOH AKU PADA NOVEL UPACARA KARYA KORRIE LAYUN RAMPAN"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP KEPRIBADIAN

TOKOH AKU PADA NOVEL UPACARA KARYA

KORRIE LAYUN RAMPAN

(Sebuah Kajian Struktural dengan alat bantu Psikologi Behaviour Skinner)

Oleh Arif Hidayah 180110060054

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS PADJADJARAN JATINANGOR

PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP KEPRIBADIAN

TOKOH AKU PADA NOVEL UPACARA KARYA

KORRIE LAYUN RAMPAN

(Sebuah Kajian Struktural dengan alat bantu Psikologi Behaviour Skinner)

Oleh Arif Hidayah 180110060054

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS PADJADJARAN JATINANGOR

PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP KEPRIBADIAN

TOKOH AKU PADA NOVEL UPACARA KARYA

KORRIE LAYUN RAMPAN

(Sebuah Kajian Struktural dengan alat bantu Psikologi Behaviour Skinner)

Oleh Arif Hidayah 180110060054

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS PADJADJARAN JATINANGOR

(2)

Pengaruh Lingkungan Terhadap Kepribadian Tokoh Aku Pada

Novel Upacara Karya Korrie Layun Rampan

Oleh Arif Hidayah

Abstrak

Skripsi ini berjudul “Pengaruh Lingkungan terhadap Kepribadian Tokoh Aku

pada Novel Upacara Karya Korrie Layun Rampan (Sebuah Kajian Struktural dengan

Alat Bantu Psikologi Behaviour Skinner)”. Metode yang digunakan dalam

penelitian ini adalah metode strukturalisme dengan menitikberatkan pada kajian penokohan dan latar. Dalam penerapan metode struktural ini digunakan alat bantu psikologi behaviour untuk menguatkan hasil penelitian. Hasil analisis yang didapat adalah kepribadian Tokoh Aku hasil bentukan dari lingkungan dan lingkungan mempunyai pengaruh besar dalam kehidupannya. Lingkungan berperan penting dalam pembentukan kepribadian Tokoh Aku dalam novel karya Korrie Layun Rampan tersebut.

Kata kunci: Kepribadian, Lingkungan, Upacara.

Pendahuluan

Karya sastra merupakan jembatan lintas budaya, suku, agama, dan zaman. Selain itu, karya sastra juga dapat menjadi alat penghubung antarmanusia yang berbeda belahan dunia atau berbeda wilayah. Melalui sastra, kebudayaan suatu wilayah dapat diketahui, kehidupan suatu komunitas masyarakat yang sulit untuk dikunjungi dan jarang terjamah dapat tergambar dengan relatif jelas.

Sastra adalah sebuah penggambaran lisan atau pun tertulis tentang kehidupan yang menjadi pengalaman batin manusia. Sastra juga adalah sebuah ekspresi manusia yang berupa pemikiran, pengalaman, dengan menggunakan media bahasa, yang

(3)

tertuang dalam kata-kata yang menghasilkan rasa indah, bahagia, bahkan sedih. Menurut Sumardjo & Saini K. M. (1988:3), sastra adalah ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran nyata yang membangkitkan pesona dengan alat bahasa.

Novel merupakan salah satu bentuk karya sastra yang dapat menggambarkan pengalaman batin seorang pengarang dengan relatif rinci. Novel adalah cerita rekaan atau fiksi yang dapat merefleksikan batin pengarang, merepresentasikan keadaan masyarakat suatu wilayah, sosial-politik sebuah negara, dan cerita seseorang melalui kacamata seorang pengarang.

Menurut Nurgiyantoro (2005:3), fiksi (termasuk di dalamnya novel) memaparkan berbagai masalah kehidupan manusia dalam interaksinya dengan lingkungan dan sesama, interaksinya dengan diri sendiri, serta interaksinya dengan Tuhan. Fiksi merupakan hasil penghayatan dan perenungan secara intens, perenungan terhadap hakikat hidup dan kehidupan, perenungan yang dilakukan dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab.

Berbagai cerita dalam kehidupan nyata dapat diangkat menjadi sebuah tema yang mendasari terbentuknya sebuah fiksi (cerpen dan novel). Cerita-cerita tentang diri sendiri, kehidupan komunitas, bahkan tentang ketuhanan menurut persepsi pengarang dapat diangkat menjadi sebuah fiksi. Sebuah fiksi semakin berwarna dengan latar belakang cerita yang beragam, seperti cinta, sejarah, sosial-politik, kebudayaan, dan juga kedaerahan.

KLR bertutur tentang upacara-upacara Dayak Benouaq sehingga novel ini membantu mereka yang tertarik untuk mengenal Tanah Dayak dan manusianya, berharga bagi para antropolog serta para pencinta Indonesia guna mengetahui keragaman negeri ini. Bahwa Indonesia tidak hanya terdiri dan milik satu dua suku besar, bukan hanya milik satu dua agama utama, tapi seluruh etnik yang ada di kawasan Republik Indonesia.

(4)

Upacara menceritakan perjalanan Tokoh Aku dari remaja menuju dewasa.

Sebuah perjalanan yang membentuk kepribadian Tokoh Aku. Latar kehidupan suku Dayak pada novel ini, seperti adat istiadat, tata nilai, sistem kepercayaan, dan pandangan hidup suku Dayak telah menjadi pembentuk kepribadian Tokoh Aku. Tokoh Aku sangat dekat dengan lingkungan di sekitarnya. Namun, Tokoh Aku kurang percaya terhadap upacara-upacara yang berbau mistis. Muncul pertanyaan-pertanyaan pada diri Tokoh Aku terhadap upacara-upacara tersebut Meskipun demikian, Tokoh Aku tidak bisa lepas dari lingkungannya. Lingkungan dalam novel

Upacara pun membentuk kepribadian Tokoh Aku.

Lingkungan berperan penting dalam pembentukan kepribadian manusia, seperti alam sekitarnya, manusia-manusia yang tinggal berdekatan atau masyarakat sekitar (teman, tetangga, dan orangtua), dan gejala-gejala yang terjadi pada kehidupan sekitar -positif maupun negatif-, berpengaruh pada kepribadian seseorang. Menurut Skinner dalam Koeswara (1991:77), individu adalah organisme yang memperoleh perbendaharaan tingkah lakunya melalui belajar. Dia bukanlah agen penyebab tingkah laku, melainkan tempat kedudukan atau suatu point yang terbentuk oleh faktor-faktor lingkungan dan bawaan yang khas, yang secara bersama menghasilkan akibat (tingkah laku) yang khas pula pada individu tersebut.

Kehidupan dan keseharian sebuah perkampungan suku Dayak di pedalaman Kalimantan menjadi stimulus bagi kepribadian tokoh aku. Tokoh aku belajar dari apa yang dirasakan dan dilihatnya di sekitar lingkungannya. Lingkungan tersebut berupa kehidupan tokoh dengan sekitar sosialnya.

Permasalahan-permasalahan yang dialami oleh Tokoh Aku membentuk kepribadian tokoh aku dalam novel Upacara karya KLR. Sifat yang terdapat pada tokoh aku adalah hasil bentukan dari lingkungan sekitarnya, baik stimulus positif maupun negatif. Stimulus-stimulus yang berupa kehidupan lingkungannya menjadikan Tokoh Aku mempunyai sikap yang sama dengan masyarakat tempatnya tinggal.

(5)

Dengan berpijak pada teori psikologi behaviour Skinner tersebut, akan dipaparkan pengaruh lingkungan terhadap pembentukan kepribadian tokoh aku pada novel Upacara karya KLR. Dengan langkah awal, menggunakan analisis struktural yang akan memaparkan struktur yang terkandung pada novel ini.

Pembahasan

Novel merupakan salah satu bentuk karya fiksi yang di dalamnya terdapat unsur-unsur yang membentuk cerita. Unsur-unsur cerita terbentuk oleh tema, yang menjadi dasar dari sebuah cerita. Rangkaian tersebut ialah latar, tokoh, alur, dan, sudut pandang. Umumnya sebuah novel bercerita tentang tokoh-tokoh dan tingkah laku mereka dalam kehidupan sehari-hari. Tema adalah makna tersembunyi di balik sebuah cerita dan juga sebagai tujuan pengarang untuk menyampaikan sesuatu pesan dalam karyanya. Menurut Stanton dan Kenny dalam Nurgiyantoro (2005:67), tema (theme) adalah makna yang dikandung oleh sebuah cerita. Alur atau plot adalah unsur yang penting dalam sebuah karya fiksi. Salah satu unsur pembangun cerita yang dapat dijadikan sebagai kekuatan novel untuk mencapai efek estetis. Penokohan termasuk unsur penting dalam karya fiksi, sama halnya dengan alur atau plot. Jones dalam Nurgiyantoro (2005:165) menyatakan, penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan. Penokohan adalah gambaran tentang tokoh cerita yang ada di dalam karya fiksi, yang relatifnya berkaitan dengan watak tokoh cerita tersebut. Membaca sebuah novel akan dihadapkan dengan lokasi tertentu seperti nama kota, desa, jalan, penginapan dan lain-lain tempat terjadinya peristiwa. Selain itu, akan berhubungan dengan waktu seperti tahun, bulan, pagi, siang, atau pun kejadian yang menyaran pada waktu tertentu. Hal-hal tersebut dapat disebut latar. Sudut pandang atau point of view adalah sudut dari mana pengarang bercerita, dapat dipandang sebagai tokoh cerita, dan juga dapat dipandang sebagai pencerita.

Strukturalisme merupakan teori penelitian sastra yang berkaitan dengan linguistik, yang esensinya adalah bahwa segala hal tidak dapat dipahami secara

(6)

terpisah dari hal lain. Strukturalisme mempresentasikan bahwa keutuhan makna tergantung pada koherensi unsur karya sastra. Setiap struktur teks sastra akan bermakna jika berkaitan dengan struktur lainnya. Hubungan tersebut dapat berupa paralelisme, pertentangan inversi, dan kesetaraan yang dapat menghadirkan makna secara keseluruhan (Endraswara, 2003:50).

Kemunculan psikologi behaviour di awali dengan ketidakpuasan dan ketidakpercayaan terhadap pemikir-pemikir rasioanalisme yang mengeluarkan pernyataan bahwa pada diri manusia terdapat sebuah benda yang berdiri sendiri yang membentuk perilaku manusia tersebut. Seorang rasionalis akan bertahan pada pendapat bahwa cara-cara yang tepat untuk memahami tingkah laku manusia adalah mempelajari pikiran. Dimulai oleh Descartes (dalam McLeish, 1986:ix) yang menyatakan bahwa dari dalam diri mahluk hidup, manusia khususnya, terdapat sebuah proses internal yang erat sangkut pautnya, bahkan yang sangat mungkin menjadi penyebab timbulnya tingkah laku. Dengan kata lain, perkataan, tingkah laku, perbuatan atau perilaku seseorang disebabkan oleh sesuatu esensi dari manusia itu sendiri. Sumbangan yang diberikan Skinner kepada behaviorisme adalah teori yang

didasarkan pada “cara kerja yang menentukan” (operant conditioning). Setiap mahluk

hidup pasti selalu berada dalam proses melakukan sesuatu terhadap lingkungannya, yang dalam artian sehari-hari berarti dia hidup di dalam dunia dan melakukan apa yang dituntut oleh hakikat alamiah. Selama melakukan proses operasi ini, mahluk hidup tersebut pasti menerima stimulus-stimulus tertentu, yang disebut stimulus yang menggugah. Stimulus-stimulus tersebut berdampak pada meningkatnya proses cara kerja yang menentukan tadi, yaitu perilaku-perilaku yang muncul karena adanya stimulus yang menggugah. Sebuah perilaku pasti melahirkan konsekuensi-konsekuensi tertentu, dan konsekuensi-konsekuensi ini akan mengubah kecenderungan mahluk hidup untuk mengulangi perilaku yang sama setelah itu dari segi maksud dan tujuannya (Boeree, 2008:228). Berdasarkan pandangan teori Skinner, proses pembentukan tingkah laku pada manusia umumnya bersifat alami, karena memang

(7)

terjadi pada proses pertumbuhan dan perkembangan tingkah laku anak melalui pendidikan dalam keluarga, oleh orang tua. Seorang anak dibentuk tingkah lakunya oleh orang tuanya, seperti: kebiasaan makan, tidur, berbahasa, sosialisasi, dan sebagainya.

Ditinjau dari dari berbagai masalah, bisa disimpulkan tema dari novel

Upacara adalah sebuah cita-cita untuk mengubah nasib. Alur cerita yang digunakan

oleh pengarang dalam novel Upacara pada dasarnya menerapkan alur maju. Walau ada beberapa peristiwa yang diceritakan dengan menerapkan alur mundur dengan tujuan memberi suspene dan kejutan yang terdapat pada setiap bab dan sub-babnya agar cerita lebih menarik. Namun, alur maju lebih dominan pada novel Upacara. Pengarang menampilkan beberapa tokoh dalam novel Upacara. Pada novel tersebut Tokoh Aku menjadi tokoh utama, tokoh sentral yang menjadi pusat perhatian dalam novel Upacara tersebut. Pengarang memunculkan beberapa tokoh tambahan untuk membantu jalan cerita Tokoh Aku. Tokoh tambahan tersebut antara lain, Waning, Ifing, Rie, dan Tuan Smith. Tokoh-tokoh tambahan tersebut mempunyai peran penting dalam novel Upacara, karena lebih banyak muncul dalam cerita dibandingkan dengan tokoh tambahan yang lain. Sementara itu, ada beberapa tokoh tambahan yang pemunculannya hanya ditulis sepintas oleh pengarang. Tokoh-tokoh tersebut termasuk sebagai tokoh sederhana dan tokoh statis. Tokoh-tokoh tersebut adalah Ayah, Ibu, Paman Jomoq, Paman Tunding, dan Kak Usuk. Berikut adalah pemaparan watak dari tokoh-tokoh yang menonjol dalam novel Upacara. Dalam menentukan latar yang terdapat di dalam novel Upacara, penulis mengklasifikasikan latar ke dalam tiga bagian, yaitu latar tempat, latar waktu, dan latar sosial. Tempat yang menjadi latar utama dalam novel Upacara adalah sebuah perkampungan suku Dayak di pedalaman Kalimantan, bernama desa Rinding. Desa Rinding dikelilingi gunung, hutan, dan berada di pinggir sungai pedalaman. Latar waktu dalam novel

Upacara diawali pada pagi hari. Namun, pengarang lebih dominan bercerita dengan

(8)

waktu yang terjadi pada cerita. Sehingga pembaca bisa langsung mengetahui waktu peristiwa dalam cerita terjadi. Ditinjau dari segi sosial, novel Upacara berlatarkan lingkungan yang memegang teguh dan taat pada adat istiadat. Adat istiadat menjaga dan mengikat para warga lamin. Adat istiadat yang ada dalam novel Upacara menanamkan hidup gotong royong dan kebersamaan yang kuat. Sehingga sikap gotong royong dan kebersamaan tertanam pada setiap warga lamin. Segala masalah yang datang silih berganti akan dihadapi bersama oleh warga lamin. Rasa kebersamaan dan sikap gotong royong yang ada di dalam lingkungan tersebut tertanam juga pada diri Tokoh Aku. Pada novel Upacara pengarang menggunakan sudut pandang persona pertama atau lebih sering disebut dengan sudut pandang aku-an. Seperti yang telah dipaparkan pada bab dua. Sudut pandang persona pertama tersebut adalah sudut pandang yang mengisahkan kesadaran dirinya sendiri, mengisahkan peristiwa dan tindakan, yang diketahui, dilihat, didengar, dialami, dan dirasakan, baik bersifat batiniah, dalam diri sendiri mapun fisik yang hubungannya dengan sesuatu di luar dirinya.

Faktor sosial dalam novel Upacara berperan dalam terbentuknya kepribadian Tokoh Aku. Seperti yang telah dijelaskan pada bab tiga, pada bagian latar sosial, keadaan sosial pada novel Upacara sangat memegang teguh tradisi dan taat kepada adat istiadat. Keadaan sosial tersebut memengaruhi Tokoh Aku dalam menjalani hidupnya terutama pada kepribadiannya. Sementara itu, sosial menurut Kamus Besar

Bahasa Indonesia adalah yang berkenaan dengan masyarakat (2007:1085). Lalu,

masyarakat menurut Gillin adalah kelompok manusia yang mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap, dan perasaan persatuan yang diikat oleh kesamaan (carapedia.com). Faktor Sosial yang menjadi penguatan kepribadian Tokoh Aku ada dua bagian, yaitu adat istiadat dan sistem kepercayaan. Dua hal tersebut yang menjadi penguatan bagi terbentuknya kepribadian Tokoh Aku. Masyarakat Desa Rinding dalam novel

Upacara memiliki tradisi, sikap, dan perasaan saling memiliki antar anggotanya yang

(9)

Sikap tersebut terbentuk oleh adat istiadat yang ada pada lingkungan masyarakat Desa Rinding. Adat istiadat adalah kebiasaan yang telah dilakukan oleh masyarakat dari zaman dahulu atau telah ada sejak nenek moyangnya. Kebiasaan-kebiasaan tersebutlah yang membentuk sikap-sikap masyarakat Desa Rinding. Masyarakat Desa Rinding memegang teguh adat istiadat yang ada di lingkungannya sejak dahulu. Adat istiadat yang dipegang teguh tersebut di antaranya menghasilkan sikap kebersamaan dan mandiri. Masyarakat Desa Rinding mempunyai sistem kepercayaan yang sudah lama diyakini dan sangat sulit untuk diubah. Para misionaris yang datang ke Desa Rinding pun tidak dapat mengubah sistem kepercayaan pada diri masyarakat desa Rinding. Sistem kepercayaan yang ada dalam masyarakat Desa Rinding memberi penguatan bagi kehidupan dan kepribadian Tokoh Aku.

Manusia adalah organisme yang memperoleh pembendaharaan tingkah laku

melalui belajar. Salah satu faktor untuk manusia dalam memperoleh

pembendaharaan tingkah lakunya adalah lingkungan. Lingkungan berpengaruh besar dalam pembentukan tingkah laku seseorang. Lingkungan dapat dijadikan dasar analisis untuk sebuah pertanyaan, mengapa seseorang mempunyai tingkah laku seperti itu?

Demikian pun dengan tingkah laku atau perilaku tokoh aku pada novel

Upacara. Tokoh aku belajar (melihat dan merasakan) dari lingkungan dan lingkungan

membentuk perilaku tokoh aku. Lingkungan tersebut berupa kehidupan sosial yang terdapat dalam novel Upacara. Kehidupan sosial yang ada dalam novel Upacara yaitu tradisi atau adat istiadat yang dimiliki desa Rinding dan juga Sistem Kepercayaan di kampung tempat Tokoh Aku tinggal pada novel Upacara. Dua hal tersebut berperan penting dalam membentuk kepribadian Tokoh Aku dan menjadi penguatan yang memengaruhi kepribadian Tokoh Aku.

Adat istiadat adalah kebiasaan yang dilakukan sejak dahulu kala dan telah menjadi suatu aturan di sebuah daerah atau kelompok. Adat istiadat sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Begitu pun pada novel Upacara, adat istiadat

(10)

sangat erat dengan kehidupan masyarakat desa Rinding. Tokoh Aku sangat dekat dengan lingkungannya dan mempunyai hubungan erat dengan masyarakat desa Rinding dan mendapat pembendaharaan kepribadian atau perilaku dari masyarakat desa Rinding terutama dari adat istiadat daerah tersebut. Lingkungan dan adat istiadat yang berlaku pada masyarakat desa Rinding telah men-stimulus kepribadian tokoh aku. Lingkungan dan adat istiadat yang terkandung dalam novel Upacara berpengaruh besar bagi kepribadian tokoh aku. Lingkungan tempat seseorang tinggal dapat melatarbelakangi kepribadiannya, begitu pun yang terjadi pada tokoh aku. Sikap-sikap khas pada masyarakat desa Rinding tertanam juga pada Tokoh Aku. Hal tersebut membuktikan bahwa faktor sosial dalam lingkungan terutama adat istiadat yang menjadi stimulus bagi Tokoh Aku telah membentuk kepribadian Tokoh Aku. Lingkungan pada novel Upacara berpengaruh besar dalam kehidupan dan kepribadian Tokoh Aku. Pengaruh lingkungan yang besar tersebut membuat Tokoh Aku menjadi produk dari lingkungan tersebut. Sikap kebersamaan dan mandiri yang dimiliki Tokoh Aku adalah hasil dari lingkungan.

Dalam novel Upacara, pengarang menceritakan seorang Tokoh Aku yang kurang percaya terhadap hal mistis. Sistem kepercayaan yang ada pada masyarakat Desa Rinding yang menjadi lingkungan tempat Tokoh Aku hidup sangat dekat dengan hal-hal mistis. Dari berbagai peristiwa yang ada dalam novel Upacara selalu dikaitkan dengan hal-hal mistis oleh masyarakat desa Rinding. Seperti pada peristiwa tokoh Waning yang meninggal karena dimakan buaya, masyarakat desa Rinding meyakini bahwa Waning telah diambil oleh dewa air atau ketika masyarakat sedang dalam kesusahan dan masyarakat meyakini bahwa desanya sedang mendapat kutukan dari dewa, lalu untuk mengusir kutukan tersebut masyarakat meyakini harus melakukan sebuah upacara, yaitu upacara nalin taun, upacara persembahan kepada dewa. Hal-hal tersebut tidak dapat dipercaya oleh Tokoh Aku meskipun pada akhirnya seperti kutukan kepada desa berhasil masyrakat usir dengan upacara yang dilakukan atau seorang warga yang sakit bisa sembuh hanya dengan sebuah upacara

(11)

yang dilakukan oleh dukun desa. Lingkungan dalam novel Upacara tersebut memberi penguatan-penguatan yang membentuk kepribadian Tokoh Aku. Respon-respon dari Tokoh Aku tersebut memperkuat pandangan Agen eksternal yang disampaikan oleh Skinner dalam teorinya, bahwa lingkungan tempat seseorang hidup memberi pengaruh yang sangat besar bagi kehidupan dan kepribadiannya. Agen eksternal pada novel Upacara tersebut sangat memengaruhi kehidupan dan kepribadian Tokoh Aku. Tokoh Aku adalah hasil dari bentukan lingkungan tempat ia berada.

Tokoh Aku adalah sebuah produk dari lingkungan tempat ia tinggal, yaitu desa Rinding. Kepribadian Tokoh Aku terbentuk oleh lingkungannya, oleh faktor sosial terutama adat istiadat yang ada dalam masyarakat desa Rinding. Adat istiadat yang pada dasarnya telah mempunyai aturan atau hukum yang tidak kasatmata dalam setiap kelompok, memang wajib diikuti oleh setiap individu yang ada dalam kelompok tersebut. Begitu pula dengan Tokoh Aku, meskipun Tokoh Aku mempertanyakan bahkan menyangsikan tentang perlunya melakukan upacara tersebut, tetapi Tokoh Aku tetap melakukan upacara tersebut. Keraguan yang ada dalam diri Tokoh Aku, tidak membuat Tokoh Aku menghindari atau menolak upacara yang harus dilakukannya. Tokoh Aku tetap mengikuti adat istiadat yang ada dalam masyarakat desa Rinding, karena agen eksternal pada novel Upacara tersebut telah membentuk atau bahkan mengatur kehidupan dan kepribadian Tokoh Aku.

Simpulan

Dalam novel Upacara karya Korrie Layun Rampan kehidupan Tokoh Aku sangat dekat dengan lingkungannya, terutama dengan warga Desa Rinding. Tokoh Aku hidup dalam lingkungan yang memegang teguh adat istiadat dan memiliki sistem kepercayaan yang sangat diyakini oleh setiap warga Desa Rinding. Hal tersebut memunculkan sikap khas yang dimiliki oleh setiap warga Desa Rinding. Begitu pula dengan Tokoh Aku yang memiliki sikap khas tersebut.

(12)

Sikap khas tersebut yang ada pada setiap warga Desa Rinding adalah sikap kebersamaan dan kemandirian. Tokoh Aku pun memiliki sikap kebersamaan dan kemandirian tersebut. Sikap khas tersebut terbentuk oleh adat istiadat yang ada di lingkungan Tokoh Aku. Berbagai bentuk adat istiadat yang ada di lingkungannya terutama masyarakat Desa Rinding membentuk kepribadian Tokoh Aku sehingga Tokoh Aku memiliki sikap yang dimiliki oleh masyarakat Desa Rinding, yaitu kebersamaan dan kepribadian.

Lingkungan tempat Tokoh Aku hidup berperan penting dalam membentuk kepribadiannya. Lingkungan mempunyai pengaruh besar dalam kehidupan Tokoh Aku. Hal tersebut terbukti pada peristiwa Tokoh Aku yang melaksanakan sebuah upacara yang sangat kental dengan hal mistis. Tokoh Aku yang pada awalnya kurang paham dengan hal-hal mistis yang sangat dekat dengan kehidupan masyarakat Desa Rinding, bahkan menampik dengan hal-hal seperti itu, pada akhirnya Tokoh Aku tidak bisa menolak ketika lingkungannya menyarankan agar Tokoh Aku melaksanakan upacara berbau mistis tersebut. Tokoh Aku tetap melaksanakan upacara tersebut.

Hal tersebut telah menegaskan pendapat dari seorang tokoh psikologi

behaviour yaitu, Skinner. Skinner berpendapat bahwa lingkungan mempunyai

pengaruh besar dalam pembentukan dan perkembangan kepribadian manusia. Manusia adalah produk dari sebuah lingkungan tempat ia berada. Dengan kata lain, Tokoh Aku adalah produk dari lingkungan tempat ia hidup, yaitu lingkungan masyarakat Desa Rinding.

Daftar Sumber

Barry, Peter. 2010. Beginning Theory: Pengantar Komprehensif Teori Sastra dan

Budaya. (Terj. Harviyah Widiawati dan Evi Setyarini). Yogyakarta: Jalasutra.

Boeree, C. George. 2008. Personality Theories: Melacak Kepribadian Anda Bersama

(13)

Endraswara, Suwardi. 2008. Metode Penelitian Psikologi Sastra-Teori, Langkah dan

Penerapannya. Yogyakarta: MedPress.

Jabrohim. 2003. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Hanindita Graha Widya. Koeswara. E. 1991. Teori-teori Kepribadian. Bandung: PT Eresco

Luxemburg, Jan Van, Mieke Bal dan Willem G. Weststeijn. 1991. Tentang Sastra. (Terj. Akhadiati Ikram). Jakarta: Intermasa.

McLeish, John. 1986. Behaviorisme Sebagai Psikologi Perilaku Modern. (Terj. A. Latief Zachri). Bandung: Tarsito.

Nurgiyantoro, Burhan. 2005. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Pradopo, Rachmat Djoko. 2007. Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan

Penerapannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rampan, Korrie Layun. 2007. Upacara. Jakarta: Grasindo.

Ratna, Nyoman Kutha. 2004. Teori, Metode, dan Tehnik Penelitian Sastra.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Selden, Raman. 1991. Panduan Pembaca Teori Sastra Masa Kini. (Terj. Rachmat Djoko Pradopo). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Sumardjo, Jakob, dan Saini K.M. 1988. Apresiasi Kesusateraan. Jakarta: PT Gramedia.

Referensi

Dokumen terkait

Pembelajaran matematika de- ngan menggunakan Metode Socrates dan Pendekatan Saintifik dilakukan sebanyak 4 kali pertemuan. Materi pembelajaran selama pertemuan adalah

Suatu kegiatan dalam rekayasa kebutuhan untuk memastikan bahwa kebutuhan yang telah didefinisikan telah benar sesuai dengan apa yang dibutuhkan pengguna adalah bagian

Seterusnya penghargaan dan terima kasih juga kepada SS Mufti Negeri Pahang selaku Ketua Jabatan yang telah banyak menyokong dan memberikan banyak kemudahan kepada

Usaha kue kering ini adalah usaha yang paling mudah untuk dikembangkan.. Karena banyaknya peminat kue

Pertama, bagi Kepala Sekolah SMA N 1 Imogiri sebagai bahan pertimbangan dan evaluasi dalam memprogramkan pendidikan kesehatan reproduksi khususnya pengetahuan tentang penyakit

Pada metode ini penulis melakukan pengumpulan data dengan mengadakan tanya jawab langsung kepada pihak yang bersangkutan, yaitu petugas Perusahaan Daerah Air Minum

menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul : Optimasi Komposisi Hidroksipropil Metilselulosa dan Carbopol pada Tablet Teofilin Sistem Mengapung Menggunakan Metode

kontrak pelaksanaan pekerjaan jika kinerja PIHAK KEDUA dalam melaksanakan Program tidak memenuhi target, proses dan prosedur yang diperlukan seperti yang tertuang dalam