• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

IPA (BIOLOGI) MATERI EKOSISTEM PADA

SISWA KELAS VII A SMP NEGERI 5 DENPASAR

TAHUN PELAJARAN 2012/2013

OLEH:

NAMA : APLONIA TAE UNA

NPM : 09.8.03.51.30.2.5.0853

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MAHASARASWATI

DENPASAR

(2)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL

BELAJAR IPA (BIOLOGI) MATERI EKOSISTEM PADA

SISWA KELAS VII A SMP NEGERI 5 DENPASAR

TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Aplonia Tae Una

FKIP Universitas Mahasaraswati Denpasar

Abstrak

Salah satu masalah pokok dalam pembelajaran pada pendidikan formal dewasa ini adalah masih rendahnya daya serap siswa. Hal ini nampak rerata hasil belajar siswa yang senantiasa masih sangat memprihatinkan. Rendahnya hasil belajar karena pembelajaran yang menjadikan guru sebagai sumber belajar, sedangkan sswa hanya berperan sebagai penerima ilmu. Hasil observasi di SMPN 5 Denpasar, menunjukkan bahwa proses pembelajaran IPA (Biologi) belum optimal dan hasil belajar siswa masih tergolong rendah.Untuk mengatasi hal tersebut perlu diterapkannya inovasi pembelajaran baru untuk meningkatkan hasil belajar siswa yakni dengan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match yaitu model pembelajaran yang menekankan pada sistem permainan sehingga siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran dan mampu menciptakan suasana yang menyenangkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan model pemebelajaran kooperatif tipe Make A Match dapat meningkatkan hasil belajar IPA (Biologi), materi ekosistem kelas VII A SMPN 5 Denpasar. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi yang dilaksanakan sebanyak dua siklus. Analisis data yang digunakan adalah statistik deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada peningkatan hasil belajar siswa disetiap siklus. Analisis data hasil belajar siswa pada siklus I, diperoleh rata-rata hasil belajar siswa (M), daya serap (DS), dan ketuntasan belajar (KB) berturut-turut sebesar: ”70,29”, ”70,29%”, dan ”50,01%”. Kemudian pada skilus II berturut-turut sebesar: ”83,23”, ”83,23%”, dan ”94,11%”. Persentase peningkatan rata-rata hasil belajar siswa dan ketuntasan belajar siswa dari siklus I ke siklus II sebesar 18,40 % dan 88,18% Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match dapat meningkatkan hasil belajar Biologi, materi ekosistem siswa kelas VII A SMPN 5 Denpasar tahun pelajaran 2012/2013.

(3)

1. PENDAHULUAN

Salah satu masalah pokok dalam pembelajaran pada pendidikan formal (sekolah) dewasa ini adalah masih rendahnya daya serap peserta didik. Hal ini nampak rerata hasil belajar peserta didik yang senantiasa masih sangat memprihatinkan. Hasil belajar ini tentunya merupakan hasil proses pembelajaran yang masih bersifat konvensional. Pada pembelajaran ini suasana kelas cenderung teacher-centered sehingga siswa menjadi pasif. Selain itu, karena tidak menyentuh ranah dimensi siswa itu sendiri, yaitu bagaimana sebenarnya belajar itu (belajar untuk belajar). Dalam arti yang lebih subtansial, bahwa proses pembelajaran hingga dewasa ini masih memberikan dominasi guru dan tidak memberikan akses bagi peserta didik untuk berkembang secara mandiri melalui penemuan dan proses berfikirnya (Trianto, 2007).

Berdasarkan hasil observasi di SMPN 5 Denpasar, khususnya pada siswa kelas VII, menunjukkan bahwa proses pembelajaran IPA (Biologi) yang aktif belum berjalan secara optimal. Ada beberapa permasalahan yang dihadapi guru di kelas, antara lain: (1) partisipasi siswa masih rendah, hal ini terlihat di saat kegiatan pembelajaran berlangsung tidak seluruh siswa sungguh-sungguh dan serius dalam mengikuti pelajaran; (2) proses pembelajaran yang berlangsung masih berpusat pada guru sebagi sumber utama pengetahuan, sehingga siswa kurang termotivasi untuk mengikuti pelajaran; (3) keaktifan siswa belum optimal baik dalam mengajukan pertanyaan, menjawab, menanggapi pertanyaan, maupun mengutarakan ide atau gagasan. Siswa yang aktif hanya tertentu saja yaitu siswa yang duduk dimeja depan, sedangkan siswa yang duduk di belakang kebanyakan mengantuk dan melamun; dan (4) sebagian siswa beranggapan bahwa pelajaran IPA (Biologi) adalah pelajaran yang sulit dan membosankan, karena materinya banyak untuk dihafalkan.

Hasil belajar dapat tercapai apabila guru dalam menyampaikan pelajaran tidak menjadikan siswa hanya sebagai obyek belajar, tetapi siswa dijadikan sebagai subyek, sehingga siswa bisa terlibat langsung dalam proses pembelajaran. Untuk itu, guru tidak hanya menggunakan model pembelajaran yang menonton tetapi, guru harus bisa mengembangkan model pembelajaran yang bervariasi dan menyenangkan agar siswa senang dalam mengikuti pelajaran dan dapat meningkatkan hasil belajar. Kelemahan-kelemahan tersebut menjadikan tujuan pembelajaran tidak tercapai. Hal ini terbukti nilai ulangan siswa banyak yang tidak tuntas, KKM (Kriteria Kelulusan Minimal) <70

(4)

%. Untuk memperbaiki hal tersebut perlu disusun suatu pendekatan dalam pembelajaran yang lebih komprehensip dan dapat mengaitkan materi teori dengan kenyataan yang ada di lingkungan sekitarnya.

Atas dasar tersebut peneliti mencoba memecahkan masalah-masalah tersebut dengan mengembangkan salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat dikembangkan adalah model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match., selanjutnya disingkat dengan MAM. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe MAM dimulai dari siswa mencari pasangan kartu berupa pertanyaan/jawaban, (Curran, 1994) apabila siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu akan diberikan poin. Berdasarkan keunggulan model pembelajaran kooperatif tipe MAM, diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa karena lebih menekankan pada sistem permainan sehingga siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran, disamping suasana pembelajaran yang menyenangkan (Amin, 2011).

2. METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian

penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama (Arikunto, 2009). Model PTK yang digunakan dalam peneliti ini adalah PTK model Kurt Lewin yang mengandung empat komponen pada setiap siklusnya. Keempat komponen tersebut diantaranya: 1) Rencana (Planning), rencana tindakan apa yang akan dilakukan untuk memperbaiki, meningkatkan. 2) Tindakan (Actions), apa yang dilakukan oleh guru atau peneliti sebagai upaya perbaikan dan peningkatan.

3) Observasi (Observing), mengamati atas hasil atau dampak dari tindakan yang dilakukan atau dikenakan terhadap siswa, serta mengamati bagaimana guru mengajar, dan (4) Refleksi (Reflecting), aktifitas melihat berbagai kekurangan yang dilaksanakan guru selama tindakan.

Dari hasil refleksi, guru dapat mencatat berbagai kekurngan yang perlu diperbaiki, sehingga dapat dijadikan dasar dalam penyusunan rencana ulang. Adapun hubungan keempat komponen tersebut dapat digambarkan pada Gambar 3.1

(5)

Gambar 3.1 : Desain PTK Model Kurt Lewin Sumber : Arikunto, (2008:3)

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai bulan April 2013 di SMPN 5 Denpasar. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIIA SMPN 5 Denpasar semester genap tahun pelajaran 2012/2013. Jumlah siswa kelas VIIA adalah 34 siswa terdiri dari 18 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan. Sedangkan objek penelitiannya adalah hasil belajar Biologi materi ekosistem pada siswa kelas VIIA SMPN 5 Denpasar tahun pelajaran 2012/2013

Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini data diperoleh melalui:

 Dokumentasi nilai: Data yang dimiliki oleh guru biologi pada nilai ulangan biologi sebelumnya yang digunakan sebagai perbandingan dengan hasil tes akhir siklus.

 Tes: Tes digunakan untuk mengumpulkan data peningkatan hasil belajar. Jenis tes yang digunakan adalah pos tes yang diberikan pada akhir siklus. Instrumen yang dipakai dalam pengumpulan data ini menggunakan tes hasil belajar yang berupa tes objektif dan tes uraian (essay) .

Prosedur Penelitian

Penelitian senantiasa berupaya memperoleh hasil yang optimal melalui cara dan prosedur yang efektif sehingga dimungkinkan adanya tindakan yang berulang-ulang dengan revisi untuk meningkatkan hasil belajar. Di dalam penelitian ini peneliti melakukan kerja sama dengan guru bidang studi Biologi mulai dari :

Refleksi Awal

Setelah melakukan wawancara dengan guru kelas VII SMPN 5, bahwa hasil belajar siswa masih rendah. Hal ini dapat dilihat pada hasil tes sumatif siswa kelas

Refleksi (Reflecting) Pengamatan (Observing) Perencanaan (Planning) Tindakan (Actions)

(6)

VII semester I Tahun Pelajaran 2011/2012 dalam pembelajaran Biologi, dengan rata-rata nilai hasil belajar adalah60,88; ketuntasan belajar adalah 60,88%; dan daya serap siswa adalah 60,88%. Hasil ini masih di bawah standar yang digunakan oleh Depdikbud (1994), seharusnya rata-rata nilai hasil belajar siswa dikatakan baik, apabila ≥ 65; daya serap ≥ 65 ketuntasan belajar dikatakan baik apabila ≥ 85% .

Siklus 1

Siklus I dilaksanakan selama tiga kali pertemuan dengan rincian dua kali

pertemuan untuk pelaksanaan tindakan pembelajaran dan satu kali pertemuan untuk tes akhir siklus.

a) Perencanaan

Dalam tahap persiapan dilakukan beberapa kegiatan, diantaranya: 1) sosialisasi dengan guru IPA (Biologi) kelas VII SMPN 5 Denpasar, mengenai implementasi model pembelajaran kooperatif tipe MAM; 2) menyusun Program Satuan Pembelajaran (PSP); 3) membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang didasarkan atas pembelajaran kooperatif tipe MAM; 4) menempatkan siswa dalam tiga kelompok belajar yang terdiri dari kelompok satu sebagai pemegang kartu pertanyaan, kelompok dua sebagai pemegang kartu jawaban dan kelompok tiga sebagai kelompok penilai; 5) menyiapkan kartu soal dan jawaban yang akan digunakan dalam diskusi kelompok; 6) menyiapkan buku catatan lapangan; dan 7) menyusun tes akhir siklus dalam bentuk pilihan ganda dan uraian.

b) Tindakan

Pembelajaran yang dilakukan pada pelaksanaan tindakan ini dilakukan sesuai dengan PSP, RPP, Jadwal Pembelajaran, dan materi yang sudah ditentukan, serta menerapkan model pembelajaran tipe MAM dengan

menggunakan kartu soal dan kartu jawaban yang akan disiapkan oleh guru.

c) Observasi

Tahap ini dilaksanakan untuk mengamati guru pada saat mengajar dan siswa selama mengikuti pelajaran. Observer mengamati keterlaksanaan pembelajaran dan kendala-kendala yang dihadapi guru dengan menggunakan catatan lapangan. Tingkat perkembangan hasil belajar menggunakan tes akhir siklus berupa tes uraian dan pilihan ganda.

(7)

d) Refleksi

Tahap refleksi dilakukan pada akhir siklus I, yang didasarkan pada hasil observasi dan evaluasi selama proses pembelajaran. Refleksi ini dilakukan peneliti dengan perhitungan untuk mengidentifikasi hasil tindakan pada siklus I, sejauh mana hasil yang dicapai, kelemahan, serta kendala yang dialami tindakan terbaik yang dapat dilaksanakan pada siklus II.

Siklus II

Seperti halnya siklus I, siklus II juga dilaksanakan sebanyak tiga kali pertemuan dengan rincian dua kali pertemuan untuk pelaksanaan tindakan dan satu kali pertemuan untuk tes akhir siklus.

Analisis Data

1. Data Hasil Belajar

Data hasil belajar siswa yang berupa nilai hasil tes dianalisis dengan menggunakan ststistik deskriptif yaitu dengan menggunakan nilai rata-rata (M), daya serap (DS) dan ketuntasan belajar (KB). Pedoman yang digunakan untuk: (1) rata-rata (M) dikatakan baik apabila (M) ≥ 65, (2) daya serap (DS) baik apabila DS ≥ 65%, serta (3) ketuntasan belajar (KB) baik apabila KB ≥ 85%. (Depdikbud, 1994)

2. persentase peningkatan hasil belajar

Persentase peningkatan hasil belajar siswa meliputi peningkatan rata-rata kelas, peningkatan daya serap siswa, serta ketuntasan belajar dari refleksi awal, siklus I dan siklus II. Persentase peningkatan hasil belajar dapat dianalisis setelah diketahui rata-rata kelas, daya serap dan ketuntasan belajar siswa disetiap siklus.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian

Penelitian Tindan Kelas (PTK) dilaksanakan dalam dua siklus dimana masing-masing siklus dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan, dua pertemuan untuk membahas materi dan satu pertemuan untuk tes hasil belajar akhir siklus. Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 7 Februari 2013 sampai dengan tanggal 11 April 2013, dengan melibatkan 34 orang siswa kelas VIIA SMPN 5 Denpasar Tahun Pelajaran 2012/2013.

(8)

Hasil Penelitian Siklus I

Pada pelaksanaan siklus I sebagian siswa tampak kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran, karena siswa belum terbiasa dengan model pembelajaran yang diterapkan oleh peneliti yakni model pembelajaran kooperatif tipe MAM. Pembelajaran menggunakan model tipe MAM, siswa masih merasa bingung dalam penerapan permainan tipe MAM. Banyak siswa yang tidak menemukan kartu yang cocok dengan kartu yang dipegangnya. Pembelajaran belum berjalan kondusif karena masih belum ada variasi dalam pembentukkan kelompok. Hal ini dikarenakan siswa masih belum terbiasa dengan pembelajaran yang menuntut siswa untuk kerjasama. Dari hasil belajar siswa pada siklus I diperoleh nilai rata-rata (M) 70,29 dan daya serap (DS) 70,29% serta ketuntsan belajar (KB) 52,94%. Meskipun hasil belajar siswa pada siklus I telah meningkat dari hasil refleksi awal dengan rata-rata (M) 60,88 dan daya serap (DS) 60,88% serta ketuntasan balajar (KB) 60,88%. Namun prestasi belajar siswa pada siklus I masih belum memenuhi standar KKM 70%. sehingga penelitian dilanjutkan ke siklus II.

Hasil Penelitian Siklus II

Pada pembelajaran siklus II, siswa sudah mulai menerapkan sintak pembelajaran kooperatif tipe MAM, yang mana banyak siswa yang bisa menemukan kartu yang cocok dengan kartu yang dipegangnya. Terlihat bahwa siswa sudah terbisa bekerjasama dengan teman yang lain dalam mencocokkan kartu serta sudah terjadi perubahan proses pembelajaran yang lebih baik. Hasil belajar siswa pada siklus II meningkat dengan nilai rata-rata (M) 83,23 dan daya serap (DS) 83,23% serta ketuntasan belajar (KB) 94,11%. Hasil ini menunjukan bahwa nilai rata-rata (M), daya serap (DS) dan ketuntasan balajar (KB) telah memenuhi kriteria suatu proses pembelajaran yang optimal sehingga penelitian ini dianggap berhasil.

(9)

Tabel 1. Rekapitulasi Analisis Data Tes Hasil Belajar Siswa Hasil Belajar Pra

siklus Siklus Peningkatan I II Pra siklus ke siklus I Siklus I ke siklus II M 60,88 70,29 83,23 15,45% 18,40% DS 60,88% 70,29% 83,23% 15,45% 18,40% KB 35,29% 52,94% 94,11% 50,01% 88,18% Keterangan :

M = rata-rata hasil belajar DS = Daya Serap siswa KB = Ketuntasan Belajar

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa model pembelajaran kooperatif tipe MAM pada akhir diskusi berupa permainan dapat meningkatkan hasil belajar IPA (Biologi) materi ekosistem, siswa kelas VII A SMPN 5 Denpasar tahun pelajaran 2012/2013. Dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe MAM, mampu menciptakan suasana kelas yang demokratis. Antara lain lingkungan yang saling menghormati, memberi kesempatan pada siswa untuk belajar sendiri, berpendapat sendiri, berdiskusi mencari jalan keluar bila menghadapi masalah, mengembangkan kemampuan berpikir siswa, cara memecahkan masalah, dan kepercayaan pada diri sendiri. Pembelajaran kooperatif tipe MAM, mendorong siswa untuk berperan aktif selama proses pembelajaran berlangsung, dengan adanya sistem kerjasama dan kompetisi untuk menemukan pasangan kartu yang cocok. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang telah dilakukan Nur (2010) yang mengatakan bahwa model pembelajaran koopertif tipe MAM merupakan pengembangan dari model pembelajaran kooperatif yang mampu meningkatan hasil belajar siswa karena pembelajaran koopertif tipe MAM dapat menarik perhatian siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung dan melibatkan siswa untuk kerjasama dalam permainan mencari pasangan kartu soal maupun kartu jawaban yang di pegang oleh masing-masing siswa. Permainan yang dirancang dalam

(10)

pembelajaran koopertif tipe MAM membuat siswa dapat belajar secara rileks, disamping menumbuhkan tanggung jawab, semangat kerjasama, dan keterlibatan belajar. Dari hasil analisis dapat dilihat hasil belajar siswa pada siklus I diperoleh rata-rata 70,29 dan daya serap 70,29% serta ketuntasan belajar 52,94%. Persentasi peningkatan hasil belajar siswa dari pra siklus ke siklus I, diperoleh nilai rata-rata dan daya serap 15,45 % seta ketuntasan belajar 50,01 %.

Rendahnya nilai hasil belajar siswa pada siklus I, karena siswa terbiasa mengikuti proses pembelajaran secara konvensional dan menerima konsep jadi yang diberikan oleh guru. Sehingga pada saat mengikuti proses pembelajaran kooperatif tipe MAM banyak siswa terlihat masih bingung karena belum terbiasa dengan model pembelajaran yang diterapkan oleh peneliti. Banyak siswa yang belum bisa menemukan kartu yang cocok dengan kartu yang dipegangnya dan pembelajaranpun belum berjalan secara optimal karena belum ada variasi dalam pembentukkan kelompok yaitu waktu yang digunakan untuk mencocokkan kartu soal atau jawaban lebih dari waktu yang telah ditentukan dan ada pasangan yang sudah menemukan kartu soal atau jawaban yang dianggap benar namun pada saat membacakan di depan kelas ternyata salah.

Pasifnya siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung mempengaruhi hasil belajar siswa. Hal ini terlihat pada waktu melakukan refleksi pada setiap akhir pertemuan, siswa masih belum dapat mengungkapkan kembali pengetahuan yang telah didapatkan serta belum dapat mengemukakan kekurangan dari proses pembelajaran yang telah berlangsung. Begitu pula pada saat diberikan tes pada akhir siklus I, siswa masih belum mampu menjawab pertanyaan yang diberikan oleh peneliti secara optimal.

Untuk menanggulangi keadaan pada siklus I, maka pada awal siklus II siswa diberikan penegasan kembali mengenai sintak pembelajaran kooperatif tipe MAM. .hal ini dilakukan agar siswa termotivasi untuk lebih aktif pada saat proses pembelajaran berlangsung. Pada hasil analisis dapat dilihat, hasil belajar siswa pada siklus II dengan nilai rata-rata 83,23 dan daya serap 83,23% serta ketuntasan belajar 94,11%. Persentase peningkatan rata-rata kelas dan daya serap 18,40% serta ketuntasan belajar siswa 88,18%. Peningkatan hasil belajar siswa pada siklus II dipengaruhi oleh siswa yang telah terbiasa mengikuti proses pembelajaran kooperatif tipe MAM. Pada saat diskusi siswa tampak sangat aktif dalam mencari kartu pasangan yang cocok dengan kartu yang dipegangnya. Dilihat dari setiap siklus dan pertemuan pada saat pambelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe MAM bahwa terjadi peningkatan pada hasil belajar

(11)

siswa. Siswa sudah terbiasa bekerjasama dengan teman yang lain serta sudah terjadi proses perubahan yang lebih baik. Dari hasil penelitian ini, dapat dikemukakan bahwa penerapan model pembelajaran koopertif tipe MAM dapat meningkatkan hasil belajar siswa, hal ini dikarenakan model pembelajaran kooperatif tipe MAM, membuat siswa lebih aktif, interaktif dan menemukan pengetahuan melalui pengalaman siswa sendiri.

Temuan dari hasil penelitian ini sama dengan pendapat Sugiarto (2011) yang berpendapat bahwa model pembelajaran kooperatif tipe MAM dapat meningkatkan hasil belajar siswa, karena model pembelajaran kooperatif tipe MAM mempunyai arti penting dalam pembelajaran yaitu melatih ketelitian, kecermatan, ketepatan dan kecepatan. Semua siswa harus bisa menemukan pasangan kartu yang cocok dengan waktu yang telah ditentukan karena siswa bisa mendapatkan perolehan poin jika bisa menemukan dan mengumpulkan jawaban yang tepat sebelum batas waktu yang sudah ditentukan. Hal ini bisa memotivasi siswa agar mempunyai keinginan berprestasi dan selalu berusaha untuk menghasilkan manfaat positif dalam kegiatan belajarnya.

Pendapat yang sama juga diungkapkan oleh Faizah (2010) yang mangatakan bahwa model pembelajaran koopertif tipe MAM merupakan pengembangan dari model pembelajaran kooperatif yang mampu meningkatan hasil belajar siswa. Pada dasarnya model pembelajaran tipe MAM melibatkan materi ajar yang memungkinkan peserta didik saling membantu dan mendukung, ketika belajar materi dan bekerja saling tergantung (interdependen) untuk menyelesaikan tugas. Ketrampilan sosial yang dibutuhkan dalam usaha berkolaborasi harus dipandang penting dalam keberhasilan menyelesaikan tugas kelompok. Ketrampilan ini dapat diajarkan kepada siswa dan peran siswa dapat ditentukan untuk memfasilitasi proses kelompok. Dalam hal ini guru berperan sebagai pemonitor dan fasilitator.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match dapat meningkatkan hasil belajar IPA (Biologi) materi ekosistem pada siswa kelas VII A SMPN 5 Denpasar tahun pelajaran 2012/2013. Meningkatnya hasil belajar siswa tiap siklus, dikarenakan model pembelajaran Make A Match mudah diterapakan, menyenangkan dalam permainan kartu dan tidak membosankan peserta didik sehingga dapat merespon materi pembelajaran sesuai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Telah terjadi peningkatan dari pra siklus ke

(12)

siklus I, dan dari siklus I ke siklus II dengan persentase kenaikan berturut-turut, nilai rata (M) 15,45% daya serap (DS) 15,45% serta ketuntasan belajar (KB) 50,01% dan rata-rata (M) 18,40% daya serap (DS) 18,40% serta ketuntasan belajar (KB) 88,18%.

Saran

Sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka saran yang dapat diberikan sebagai berikut :

1) Kegiatan pembelajaran kooperatif tipe MAM sebaiknya dilaksanakan berkesinambungan di kelas, agar siswa lebih terbiasa secara aktif

2) Bagi para guru untuk mencoba menerapkan model pembelajaran koopertif tipe MAM dalam proses pembelajaran sebagai alternatif pembelajaran agar tidak jenuh dalam mengikuti kegiatan belajar

3) Bagi sekolah agar memberikan informasi dan motivasi tenaga pendidik untuk lebih menerapkan model pembelajaran yang kreatif dan inovatif melalui model pembelajaran kooperatif tipe MAM .

4) Bagi peneliti, pada penelitian ini sangat terbatas pada kemampuan peneliti, maka perlu diadakan penelitian yang lebih lanjut mengenai model pembelajaran kooperatif tipe MAM dan hasil belajar dalam ruang lingkup yang lebih luas.

Ucapan Terima Kasih

Ucapan terima kasih disampaikan kepada:

1. Dra. Dewa Ayu Sri Ratnani, MP selaku Dosen Pembimbing I 2. Dra. Dewa Ayu Puspawati MSi selaku Dosen Pembimbing II

3. Guru dan siswa-siswi SMPN 5 Denpasar serta rekan-rekan Program Studi Biologi yang selalu memberikan dukungan dan semangat dalam penelitian ini.

(13)

DAFTAR PUSTAKA

Amin, S. (2011). Metode Make A Match: Tujuan, Persiapan, dan implementasinya dalam pembelajaran. Diakses dari http:// s4iful4min.blogspot.com/2011/02/

metode-make-match-tujuan-persiapan-dan.html.pada tanggal 7 januari 2012. Arikunto, S. (2009). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : PT. Bumi Aksara.

Depdikbud. (1994). Pedoman Kurikulum SMP. Jakarta: Depdikbud

Faizah. (2010). Peningkatan hasil belajar ips melalui model pembelajaran koopertif make a match di kelas VI SDN ranggeh kecamatan gongdawetan kabupaten pasuruan. Di unduh pada tanggal 16 februari 2013 dari http://library.um.ac.id/peningkatan- hasil-belajar-ips-melalui-model-pembelajaran-kooprtaif-make-a-match-di-kelas- vi-sdn-ranggeh-kecamatan-gongdawetan-kabupaten-pasuruan-feronanda-djangor-html..

Lorna Curran. (1994). Language Art and Cooperatve Lear ning Lesson for Litle Ones. Published 1994 by Kagan Coooperative Learning in San Juan Capistrano, CA. Lewin, Kurt. (1990). Action Research and Minority Problems. Victoria: Deakin University Nurkancana , W dan Sunartana (1992) . Evaluasi Hasil Belajar. Surabaya: Usaha Nasional Sugiarto. (2011). Penerapan model pembelajaran koopertif make a match untuk

meningkatkan hasil belajar pkn di kelas vi sdn madyopuro ii kecamatan kedungkandang kota malang. Di unduh pada tanggal 5 maret 2013 dari

http://library.um.ac.id/penerapan-model-pembelajaran-kooprtaif-make-a-match- untuk-meningkatkan-hasil-belajar-pkn-di-kelas-VI-sdn-madyopuro-II-kecamatann-kedungkandang-kota-malang.html.

Trianto, 2007.Model Pembelajaran IPA Terpadu Dalam Teori dan Praktek. Surabaya. Prestasi Pustaka.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah menganalisis kebutuhan informasi dan merancang basis data untuk membuat sistem inventory berbasis web yang ada dalam ruang lingkup

Oleh karena itu, untuk memperkirakan harga peralatan pada tahun 2008 diperlukan suatu indeks yang dapat mengkonversikan harga peralatan sebelumnya menjadi harga ekivalen

Allah telah meniadakan (Menghapuskan )aspek dari hukum taurat yang telah membuat bangsa Israel menjadi bangsa yang terpisah/istimewah. Di dalam Yesus Kristus, kamu yang dahulu

Status hukum anak berkaitan erat dengan status hukum perkawinan dari orang tuanya, dalam arti kata, jika perkawinan sah menurut hukum maka anak hasil perkawinan

Bank sebagai lembaga keuangan yang salah satu fungsinya menjadimoderator antara pihak yang memiliki dana dengan pihak yang membutuhkanpinjaman dana baik untuk

Nilai Prob F statistik &lt; α= 1 % maka keputusan menolak H0 dan menerima H1, yang berarti dapat disimpulkan bahwa variabel utang luar negeri, tingkat suku bunga dan neraca

Merujuk semula kepada Jabatan Meteorologi Malaysia, faktor jurulatih sangat mempengaruhi keberkesanan latihan kerana modul meteorologi adalah satu modul yang sangat teknikal dan

• Pengertian profesi memiliki arti sebagai ukuran, dan untuk profesi medik , bidan, dan profesi lain diluar medik misal, advokat, guru, jurnalis, hakim dan jaksa juga