• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT

NOMOR 06 TAHUN 2006 TENTANG

KETENTUAN TEMPAT PENYELENGGARAAN USAHA HIBURAN DAN PERMAINAN KETANGKASAN DALAM WILAYAH KABUPATEN KUTAI BARAT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUTAI BARAT,

Menimbang : a. bahwa Pembangunan dan Pengembangan Kepariwisataan merupakan kegiatan yang strategis, baik dari segi ekonomi, sosial dan budaya serta pengembangan investasi, peningkatan pendapatan masyarakat dan Pemerintah Daerah;

b. bahwa Pemerintah Propinsi Kalimantan Timur telah menyerahkan urusan kepariwisataan kepada Pemerintah Kabupaten Kutai Barat;

c. bahwa sebagai upaya pembinaan, penertiban dan pengawasan tempat penyelenggaraan usaha hiburan dan permainan ketangkasan dalam wilayah Kabupaten Kutai Barat.

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Ketentuan Tempat Penyelenggaraan Usaha Hiburan dan Permainan Ketangkasan Dalam Wilayah Kabupaten Kutai Barat.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3427);

2. Undang-Undang Nomor 47 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Nunukan, Kabupaten Malinau, Kabupaten Kutai Barat, Kabupaten Kutai Timur dan Kota Bontang sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2000 tentang Perubahan atas Undang-Undang-undang Nomor 47 Tahun 1999 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3962);

3. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);

4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548);

5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1986 tentang Analisa Dampak Lingkungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1986 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3338);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1979 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintahan Dalam Bidang Kepariwisataan kepada Daerah

(2)

Tingkat II (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1979 Nomor 34, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3141);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Propinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3952);

9. Peraturan Daerah Nomor 02 Tahun 2001 tentang Kewenangan Kabupaten (Lembaran Daerah Kabupaten Kutai Barat Tahun 2001 Nomor 03);

10.

Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2002 tentang Program Pembangunan Daerah (PROPEDA) dan Rencana Strategis (RENSTRA) Kabupaten Kutai Barat Tahun 2001–2005 (Lembaran Daerah Kabupaten Kutai Barat Tahun 2002 Nomor 12, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 48);

11. Peraturan Daerah Nomor 06 Tahun 2005 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Lembaran Daerah Kabupaten Kutai Barat Tahun 2005 Nomor 06).

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT dan

BUPATI KUTAI BARAT MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG KETENTUAN TEMPAT PENYELENGGARAAN USAHA HIBURAN DAN PERMAINAN KETANGKASAN DALAM WILAYAH KABUPATEN KUTAI BARAT.

BAB I

KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Kutai Barat;

2. Pemerintah daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah;

3.

Bupati adalah Kepala Daerah Kabupaten Kutai Barat;

4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah Lembaga Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Kutai Barat sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah;

5. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata adalah Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kutai Barat;

6.

Pimpinan Usaha Hiburan adalah orang yang sehari-hari memimpin dan bertanggungjawab atas pengusahaan tempat penyelenggaraan hiburan malam;

7. Hiburan adalah semua jenis pertunjukan, permainan dan/atau keramaian dengan nama dan bentuk apapun, yang ditonton atau dinikmati setiap orang dengan dipungut atau tidak dipungut biaya;

8. Pengusaha/Penyelenggara Tempat Usaha Hiburan dan Permainan Ketangkasan adalah perorangan atau badan usaha yang menyelenggarakan usaha hiburan dan permainan ketangkasan, baik untuk dan atas namanya sendiri atau untuk dan atas nama pihak lain yang menjadi tanggungjawabnya;

9.

Penonton atau Pengunjung adalah setiap orang yang menghadiri dan/atau berada di suatu tempat hiburan dan permainan ketangkasan, dengan maksud melihat, mendengar dan/atau menikmati hiburan dan permainan ketangkasan yang diselenggarakan dan/atau menggunakan fasilitas yang disediakan oleh penyelenggara usaha hiburan dan permainan ketangkasan, terkecuali penyelenggara, karyawan, artis dan petugas yang menghadiri untuk melakukan tugas yang menjadi tanggungjawabnya;

(3)

10. Lokalisasi Usaha Hiburan dan Permainan Ketangkasan adalah suatu tempat tertentu dan/atau wilayah khusus yang diperlukan bagi penyelenggaraan usaha hiburan dan permainan ketangkasan yang bersifat definitif dan tidak bertentangan dengan Rencana Umum Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kutai Barat;

11. Zona adalah suatu wilayah usaha hiburan dan permainan ketangkasan yang ditetapkan di wilayah tertentu dan/atau di lingkungan tertentu yang bersifat tentatif dan tidak bertentangan dengan Rencana Umum Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kutai Barat;

12.

RUTRW adalah Rencana Umum Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kutai Barat; 13. SITU adalah Surat Ijin Tempat Usaha;

14. SIU adalah Surat Ijin Usaha;

15. IMB adalah Ijin Mendirikan Bangunan;

16.

Badan Hukum adalah suatu bentuk Badan Usaha yang meliputi Perseroan Terbatas, Perseroan Komanditer, Perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah dengan nama dan bentuk apapun, Persekutuan, Perkumpulan, Firma, Kongsi, Koperasi, Yayasan atau organisasi yang sejenis, Lembaga, Dana Pensiun, bentuk usaha tetap serta Badan Usaha lainnya;

17. Wajib Pajak dan/atau Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan hukum yang dapat dikenakan pembayaran dari menggunakan atau menikmati pelayanan jasa usaha yang bersangkutan.

BAB II

TEMPAT PENYELENGGARAAN USAHA HIBURAN DAN PERMAINAN KETANGKASAN Pasal 2

(1) Dalam wilayah Kabupaten Kutai Barat dapat diadakan tempat penyelenggaraan usaha hiburan dan permainan ketangkasan dengan syarat wajib mendapatkan ijin dari Bupati;

(2) Ijin sebagaimana dimaksud pada ayat (1), sebelum diterbitkan Bupati harus terlebih dahulu ada persetujuan dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah;

(3)

Persetujuan ijin sebelum diterbitkan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, terlebih dahulu melakukan peninjauan lokasi pada obyek yang dimohonkan;

(4) Ijin Tempat Usaha Hiburan dan Permainan Ketangkasan berlaku dalam jangka waktu maksimum 1 (satu) tahun;

(5)

Ijin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku pula bagi hotel-hotel, mal-mal dan lain-lainnya yang menyelenggarakan tempat hiburan dan permainan ketangkasan;

(6)

Hotel dan mal yang berada di luar lokalisasi dan/atau zona yang ditetapkan Bupati peruntukkannya bagi tempat penyelenggaraan usaha hiburan dan permainan ketangkasan, hanya dapat diselenggarakan setelah mendapat ijin khusus yang ditetapkan dengan Peraturan Bupati;

(7)

Persyaratan-persyaratan untuk memperoleh ijin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ijin perluasan sebagaimana dimaksud pada Pasal 7 ayat (1) akan diatur dan ditetapkan dengan Peraturan Bupati.

Pasal 3

(1)

Usaha Hiburan dan Permainan Ketangkasan dapat diselenggarakan dalam suatu lokalisasi dan/atau pada zona tertentu yang pengaturannya ditetapkan kemudian dengan Peraturan Bupati dan berpedoman pada RUTRW Kabupaten Kutai Barat;

(2)

Lokalisasi dan/atau zona tertentu yang diperuntukkan bagi tempat penyelenggaraan hiburan dan permainan ketangkasan harus jauh dari Rumah Ibadah, Tempat Pendidikan, Pemukiman Penduduk dan Perkantoran;

(3) Jenis-jenis Usaha Hiburan dan Permainan Ketangkasan yang dimaksud antara lain : a. Karaoke.

Suatu usaha dan/atau kegiatan tertentu yang menyediakan tempat dan fasilitas untuk seni suara, dilengkapi dengan penyediaan makanan dan minuman ringan yang tidak mengandung alkohol dan tidak menyediakan pramuria.

(4)

b.

Pub/Cafe.

Suatu usaha hiburan dan/atau kegiatan yang menyediakan tempat dan fasilitas hiburan dengan diiringi musik hidup, tanpa pertunjukan lantai, dilengkapi dengan menyediakan jasa pelayanan makanan dan minuman ringan dengan tidak menyediakan pramuria.

c. Klub Seni Tari dan Seni Suara.

Suatu perkumpulan seni tari dan seni suara baik yang bersifat tradisional dan/atau modern yang mempunyai anggota khusus.

d. Bioskop.

Suatu kegiatan dan/atau usaha yang menyediakan tempat dan fasilitas untuk memutar film. e. Theater/Panggung Terbuka atau Tertutup.

Suatu usaha dan/atau kegiatan yang menyediakan tempat dan fasilitas untuk pertunjukan/ pentas seni budaya, di tempat usaha atau tertutup.

f. Dan lain-lain jenis usaha hiburan yang tidak mengandung unsur judi dan maksiat.

(4) Jenis-jenis permainan ketangkasan sebagaimana dimaksud pada Pasal 2 ayat (1) dan (2) antara lain :

a. TV Game.

Suatu arena bermain yang menyediakan fasilitas permainan ketangkasan dengan menggunakan mesin elektronik yang permainannya pada waktu tertentu.

b. Play Station.

Suatu arena bermain dengan menggunakan fasilitas elektronik.

c. Dan lain-lain jenis permainan ketangkasan yang tidak mengandung unsur judi dan maksiat.

Pasal 4

(1)

Jenis usaha hiburan dan permainan ketangkasan baru dapat dibuka/diselenggarakan setelah mendapatkan/memiliki rekomendasi dan ijin yang dipersyaratkan yang diatur dengan Peraturan Bupati;

(2) Rekomendasi dan/atau ijin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikeluarkan setelah mendapat persetujuan tetangga dan sekitarnya.

BAB III

BENTUK USAHA DAN PERMODALAN Pasal 5

(1) Usaha hiburan dan permainan ketangkasan yang seluruh modal usahanya dimiliki oleh Warga Negara Indonesia (WNI) dan/atau modal usahanya patungan (kongsi) antara Warga Negara Indonesia (WNI) dan Warga Negara Asing (WNA), bentuk usahanya berbadan hukum;

(2) Usaha hiburan dan permainan ketangkasan yang modal usahanya patungan (kongsi) antara Warga Negara Indonesia dan Warga Negara Asing dan/atau dengan Pemerintah Daerah harus berbentuk badan hukum dan mendapat persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah;

(3)

Setiap usaha hiburan dan permainan ketangkasan harus mempunyai kantor yang berdomisili di daerah dan pimpinan usaha harus bertanggungjawab atas penyelenggaraan setiap usaha yang dilaksanakannya.

BAB IV

IJIN PERLUASAN TEMPAT USAHA Pasal 6

(1) Setiap pembangunan untuk perluasan tempat usaha hiburan, pengusaha/pimpinan yang bersangkutan wajib dan harus mendapat ijin dari Bupati;

(2) Ijin pembangunan/perluasan tempat usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku maksimum 1 (satu) tahun terhitung sejak tanggal ditetapkan dan dinyatakan batal jika pembangunannya belum dilaksanakan dalam jangka waktu tersebut.

(5)

KEWAJIBAN PEMEGANG IJIN Pasal 7

(1) Pengusaha/Pimpinan usaha hiburan wajib untuk :

a. Mengadakan tata buku perusahaan sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku;

b. Menjaga martabat usaha hiburan, serta mencegah penggunaan fasilitas yang disediakan untuk kegiatan yang dapat mengganggu keamanan dan ketertiban umum, serta segala hal yang bertentangan dengan kepribadian bangsa dan moral bangsa;

c. Bertanggungjawab atas sanitasi, kesehatan dan kebersihan lingkungan usaha hiburan sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

(2)

Pengusaha atau pimpinan usaha hiburan harus dan wajib mentaati perjanjian kerja, keselamatan kerja, keselamatan kerja dan jaminan sosial karyawannya dan menjaga harkat dan martabat karyawan sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

(3) Pengusaha atau pimpinan usaha hiburan berkewajiban untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan karyawannya sesuai fungsi dan tugasnya guna meningkatkan pelayanan;

(4)

Pengusaha attau pimpinan usaha hiburan dan permainan ketangkasan sebelum mendapat SITU, SIU dan IMB wajib menyerahkan deposit atau uang jaminan dengan tunai dan/atau dengan bank garansi yang besaran dan penggunaannya ditetapkan dengan Peraturan Bupati;

(5)

Deposit atau uang jaminan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) selanjutnya akan ditindaklanjuti dengan perjanjian;

(6) Tempat usaha hiburan dan permainan ketangkasan dimaksud dipindahtangankan kepada orang lain atau pihak ketiga, pengusaha atau pimpinan usaha yang bersangkutan harus melaporkannya serta mendapat ijin dari Bupati;

(7)

Pengusaha atau pimpinan usaha hiburan wajib memberikan laporan statistik tingkat kunjungan atau pemakaian fasilitas dan pelayanan pada setiap 3 (tiga) bulan sekali kepada Bupati dan dalam hal tertentu apabila dianggap perlu Bupati dapat meminta laporan kepada Pimpinan setiap jenis usaha hiburan;

(8) Pimpinan/Pengusaha wajib melaporkan kepada Aparat Keamanan (Kepolisian) bila mendapatkan atau mengetahui adanya peredaran narkoba baik yang dilakukan pengunjung maupun pengelola atau karyawannya sendiri.

BAB VI

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 8

(1) Pembinaan dan pengawasan terhadap tempat usaha hiburan dan permainan ketangkasan dilakukan oleh Bupati dan/atau Instansi lain yang ditunjuk;

(2) Dalam upaya pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Bupati dan/atau Instansi yang ditunjuk bersama-sama Instansi lainnya untuk memberikan bimbingan dan petunjuk baik teknis maupun operasional;

(3)

Dalam rangka pengawasan tempat hiburan dan permainan ketangkasan, Bupati dapat membentuk Tim yang unsurnya terdiri dari Instansi teknis/fungsional, komponen masyarakat dan unsur-unsur lainnya bilamana dianggap perlu dengan pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan ditetapkan dengan Peraturan Bupati.

BAB VII

SANKSI PENCABUTAN IJIN DAN PENUTUPAN TEMPAT USAHA Pasal 9

Ijin usaha untuk setiap jenis usaha tempat hiburan dan permainan ketangkasan dapat dicabut apabila :

(6)

b. Melakukan tindakan penyimpangan dari kegiatan pokok sesuai dengan jenis usaha hiburan yang telah diijinkan;

c. Tertangkap tangan melakukan transaksi, menggunakan, menyimpan atau memiliki Narkoba dan/atau minuman keras golongan C baik oleh pengunjung dan/atau pengelola;

d. Tidak memenuhi ketentuan dan persyaratan sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Peraturan Daerah ini;

e. Menyelenggarakan perluasan tempat usaha hiburan dan permainan ketangkasan tanpa ijin Bupati.

Pasal 10

(1)

Sanksi penutupan tempat usaha hiburan dan permainan ketangkasan dapat dilakukan apabila pengusaha atau pimpinan usaha melakukan pelanggaran sebagaimana yang diatur dalam Peraturan Daerah ini, setelah mendapatkan 3 (tiga) kali teguran/peringatan secara tertulis dengan tenggang waktu 1 (satu) kali teguran 5 (lima) hari kerja;

(2) Penutupan tempat usaha hiburan dan permainan ketangkasan segera dilakukan dan tanpa memberikan peringatan apabila pengusaha/pimpinan usaha dalam menyelenggarakan kegiatan usahanya tanpa mempunyai ijin dari Bupati;

(3) Sanksi penutupan sebagaimana dimaksud pada Pasal 10 ayat (1) huruf c, penutupan segera dilakukan setelah melalui proses hukum dan sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.

BAB VIII

KETENTUAN DAN RETRIBUSI Pasal 11

(1) Setiap usaha hiburan yang telah mendapatkan ijin dan telah operasional adalah merupakan subyek pajak;

(2) Pengusaha atau pimpinan penyelenggara usaha hiburan dan badan usaha yang bersangkutan adalah wajib pajak, yang mempunyai kewajiban untuk melakukan pembayaran pajak yang terutang, termasuk pemungut atau pemotong pajak tertentu.

Pasal 12

(1) Setiap usaha hiburan dan/atau perluasan tempat usaha hiburan yang telah mendapatkan ijin dan telah operasional adalah merupakan subyek retribusi;

(2) Pengusaha atau pimpinan usaha hiburan dan badan usaha yang bersangkutan adalah merupakan wajib retribusi, yang menurut Peraturan Perundang-undangan Retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi termasuk pemungut atau pemotong retribusi tertentu.

Pasal 13

(1) Pelaksana pemungutan retribusi daerah sebagaimana dimaksud pada Pasal 12 dan Pasal 13 dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah menurut tata cara yang ditetapkan oleh Bupati sesuai dengan ketentuan yang berlaku;

(2) Hasil pungutan sebagaimana dimaksud pada Pasal 12 dan Pasal 13 ayat (1) merupakan pendapatan Pemerintah Daerah.

BAB IX

KETENTUAN PIDANA Pasal 14

(1) Pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 2, Pasal 3, Pasal 4, Pasal 5, Pasal 6, Pasal 7, Pasal 8, Pasal 10, Pasal 12 dan Pasal 13, diancam pidana kurungan selama-lamanya 6 (enam) bulan dan/atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah);

(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran.

BAB X

KETENTUAN PENYIDIKAN Pasal 15

(7)

Selain oleh Pejabat Penyidik, penyidikan atas tindak pidana sebagaimana dimaksud pada Pasal 15, dilakukan oleh Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Daerah yang pengangkatannya ditetapkan sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 16

(1)

Dalam melaksanakan tugasnya, Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada Pasal 16, berwenang :

a.

Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak pidana;

b. Melakukan tindakan pertama pada saat di tempat kejadian serta melakukan pemeriksaan; c. Menyuruh berhenti tersangka dari kegiatannya dan memeriksa tanda pengenal diri tersangka; d. Melakukan penyitaan benda atau surat;

e. Mengambil sidik jari dan memotret seorang tersangka;

f. Memanggil seseorang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;

g. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara; h. Mengadakan penghentian penyidikan setelah mendapat petunjuk dari penyidik umum bahwa

tidak terdpat cukup bukti atau peristiwa tersebut bukan merupakan tindakan pidana dan selanjutnya melalui Penyidik Umum, memberitahukan hal tersebut kepada Penuntut Umum, tersangka atau keluarganya;

i. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan. (2) Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil membuat berita acara setiap tindakan tentang :

a. Pemeriksaan tersangka; b. Pemeriksaan rumah; c. Penyitaan benda; d. Pemeriksaan surat; e. Pemeriksaan saksi;

f. Pemeriksaan di tempat kejadian.

BAB XI

KETENTUAN PERALIHAN Pasal 17

(1)

Dengan diberlakukannya Peraturan Daerah ini maka Peraturan Daerah yang ada dan bertentangan dengan Peraturan Daerah ini dinyatakan tidak berlaku lagi;

(2) Hal-hal yang belum diatur/belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

BAB XII

KETENTUAN PENUTUP Pasal 18

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Kutai Barat.

Ditetapkan di Sendawar

pada tanggal 07 November 2006

BUPATI KUTAI BARAT,

ttd ISMAIL THOMAS

Diundangkan di Sendawar pada tanggal 07 November 2006

(8)

Plt. SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT,

ttd

YAHYA MARTHAN

Referensi

Dokumen terkait

Sama halnya dengan petani pemilik penggarap rata-rata biaya tenaga kerja luar keluarga pria yang dikeluarkan oleh petani penyakap untuk kegiatan penanaman juga tidak

Dari jumlah barang yang dimuat dalam bulan Desember 2016 tersebut, mengalami peningkatan pesat sebesar 35,76 persen dibandingkan dengan bulan November 2016 (m to m) yaitu

Untuk mengembangkan obyek wisata di wilayah Kecamatan Teluk Dalam tersebut, maka perlu prioritas penyediaan komponen wisata pendukung yang berupa penyediaan sarana telekomunikasi,

1) Nilai konstanta sebesar -1,540 dengan nilai negatif menunjukkan bahwa jika variabel keputusan investasi (PER), keputusan pendanaan (DER), kebijakan dividen (DPR),

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, permasalahan dalam penelitian ini adalah “Apakah dengan penerapan model Quantum Teaching dapat menurunkan tingkat kecemasan

Dari permasalahan fenomena di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “ Pengaruh Independensi dan pengalaman kerja Terhadap Kualitas Audit

motivasi dan kepuasan pelanggan dari pelanggan OLX.co.id dan Tokopedia.com. 54) berpendapat bahwa, penelitian verifikatif pada dasarnya ingin menguji kebenaran data yang