• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENDAPATAN USAHA TERNAK DOMBA TRADISIONAL DI KABUPATEN SUKABUMI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS PENDAPATAN USAHA TERNAK DOMBA TRADISIONAL DI KABUPATEN SUKABUMI"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENDAPATAN USAHA TERNAK DOMBA

TRADISIONAL DI KABUPATEN SUKABUMI

(The Analysis of Income of Traditional Sheep Farming in Sukabumi Regency)

S.RUSDIANA1danD.PRIYANTO2

1Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Jl. Raya Pajajaran Kav. E 59, Bogor 16151 2Balai Penelitian Ternak

ABSTRACT

Income analyses of traditional sheep farming in District of Sukabumi is very important to use bare land around rubber plantation and coconut plantation, the study was done in Ciemas Sub District, Sukabumi District, West Java Province based on information from the local livestock services. Respondents were choosen randomly in Sukmajaya and Ciwaru Villages as the representative of bare land, both rubber and coconut plantation area. Thirty respondents from each village were interviewed; data obtained was analyzed descriptively and economically. The result showed that from selling sheep, farmer received Rp. 1,885,000 and Rp. 1,970,000 respectively for Sukmajaya and CiwaruVillages. They spent Rp. 1,260,000 (252 Men days/year) and Rp. 1,656,000 (331.2 men days/year) for labor, therefore the benefit for farmer was Rp. 625,000/year and Rp. 314,000 respectively for Sukmajaya and Ciwaru. The calculated B/C ratio was 1.5% and 1.3% respectively for sheep farming in Sukmajaya and Ciwaru. Farmer in Sukmajaya received higher benefit due to higher labor expenditure especially to supervise sheep grazing was found in Ciwaru (3237 men days) compared to Sukmajaya (144 men days). The sold sheep consisted of 33.3% ram and 24.2% young ram for Sukmajaya; 38.2%ram and 20.6% young ram for Ciwaru.

Key Words: Analysis, Economy, Traditional, Farming, Sheep

ABSTRAK

Peranan usahaternak domba dalam struktur pendapatan merupakan potensi yang sangat penting terutama dalam pemanfaatan hamparan pertanian, lahan kosong perkebunan karet dan perkebunan kelapa. Penelitian dilakukan di Kecamatan Ciemas, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa sesuai dengan informasi dari Dinas Peternakan setempat dan kriteria populasi ternak domba. Penetapan responden adalah secara acak sederhana. Lokasi yang dipilih adalah Desa Sukmajaya dan Desa Ciwaru yang mewakili hamparan pertanian, (lahan kosong), perkebunan karet dan perkebunan kelapa. Wawancara dilakukan terhadap 30 petani responden disetiap desa. Data yang terkumpul kemudian dianalisis dengan menggunakan tabulasi secara deskritif serta analisis ekonomi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil penjualan ternak domba selama satu tahun yaitu rata-rata Rp. 1.885.000/tahun Desa Sukmajaya dan Desa Ciwaru rata-rata Rp. 1.970.000/tahun. Perhitungan tenaga kerja (Rp/HOK/tahun) Desa Sukmajaya Rp. 1.260.000/tahun (252/HOK/tahun) dan Desa Ciwaru Rp. 1.656.000/tahun (331,2/HOK/tahun). Keuntungan Rp. 625.000/tahun Desa Sukmajaya dan Rp. 314.000/tahun Desa Ciwaru. Berdasarkan perhitungan analisis B/C ratio usaha ternak domba tradisional memberikan keuntungan, di Desa Sukmajaya 1,5% dan Desa Ciwaru 1,3%. Penjualan ternak tertinggi di dua lokasi adalah dari hasil kontribusi penjualan domba jantan dewasa yang mencapai 33,3 vs 38,2%, sedangkan jantan muda mencapai 24,2 vs 20,6% lebih menguntungkan usaha ternak domba di Desa Sukmajaya cenderung di akibatkan alokasi tenaga kerja yang lebih rendah di bandingkan dengan di Desa Ciwaru (digembalakan) yakni sebesar 144 HOK vs 237,6 HOK.

Kata Kunci: Analisis ekonomi, usahaternak domba tradisional

PENDAHULUAN 2006) yang tersebar di beberapa wilayah dan di Propinsi Jawa Barat 3.602.458 ekor (21,92%)

(2)

2006). Sistem pemeliharaan ternak domba di Indonesia sekitar (80%) masih diusahakan oleh petani kecil (peternakan rakyat) yang berada di wilayah pedesaan. Usahaternak domba merupakan komponen penting dalam usahatani penduduk pedesaan karena pemeliharaan ternak domba walaupun dalam skala kecil dapat membantu perekonomian rakyat di pedesaan dengan pemanfaatan sumberdaya alam yang tersedia disekitarnya. Ternak domba adalah salah satu komoditas yang berfungsi sebagai sumber protein hewani bagi masyarakat, sebagai tabungan, tambahan penghasilan, pengisi waktu, pemanfaatan pekarangan dan kotorannya bisa dijadikan sebagai pupuk kandang (DEVENDRA, 1993)

SUNARSO et al. (2005) menyatakan bahwa tantangan terbesar dalam semua sistem produksi ternak di negara-negara berkembang adalah pakan, sedangkan faktor utama dalam menentukan produktivitas ternak domba adalah terjaminnya ketersediaan hijuan pakan yang bermutu. Untuk memenuhi kebutuhan hijauan pakan berbagai usaha telah banyak dilakukan seperti integrasi padi ternak atau pemanfaatan lahan perkebunan kelapa, perkebunan karet dan tanaman pangan. Pada sistem tersebut dilakukan dengan memanfaatkan vegetasi alami yang tumbuh atau limbah tanaman sebagai sumber hijauan lainnya (MANSYUR et al., 2005). Pada komoditas tanaman pangan biasanya yang dapat digunakan sebagai sumber pakan ternak adalah sisa-sisa panen yang mempunyai nilai ekonomi yang cukup baik, disamping jerami padi, limbah tanaman jagung, kedelai, kacang tanah, ubi kayu, ubi jalar dan sebangsa kacang-kacangan.

Sampai dengan saat ini usaha ternak domba di pedesaan belum banyak mempertimbangkan aspek keuntungan ditingkat petani yang hal demikian karena belum dipertimbangkan keberadaan alokasi tenaga kerja keluarga yang hal tersebut perlu dilakukan analisis usaha.

Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat sejauh mana petani ternak domba dalam pemanfaatan potensi lahan di kawasan perkebunan kelapa, perkebunan karet, lahan tegalan dan lahan pertanian tanaman pangan rekomendasi uapaya meningkatkan pendapatan keluarga.

MATERI DAN METODA

Penelitian dilakukan di dua desa (desa Sukmajaya dan Desa Ciwaru) Kecamatan Ciemas Kabupaten Sukabumi pada bulan Nopember 2007. Pemilihan lokasi penelitian di Kecamatan Ciemas dilakukan sesuai dengan informasi dari Dinas Peternakan setempat dan sesuai dengan kriteria populasi ternak domba. Lokasi tersebut adalah mewakili hamparan pertanian, perkebunan karet dan perkebunan kelapa. Survai dilakukan melalui wawancara berstruktur terhadap 60 petani responden dengan mengisi daftar pertanyaan (masing-masing 30 responden). Data yang terkumpul kemudian dianalisis dengan menggunakan tabulasi secara deskritif serta analisis ekonomi.

Pendapatan usahaternak domba (Rp/peternak/tahun), di perhitungankan berdasarkan selisih antara penerimaan (tunai dan non tunai) dengan biaya (tunai dan non tunai) yang berdasarkan dari perhitungan (Cost

and retun analysis) menurut AMIR dan

KNIPSCHEER (1989). Perlu diketahui petani ternak tradisional tidak pernah menghitung biaya tenaga kerja. Besaran biaya tenaga kerja dapat dihitung dengan rumus: (PRIYANTO et

al., 2005).

BTK = HOK x PBR dimana:

BTK = Biaya tenaga kerja/tahun HOK = Curahan tenaga kerja/tahun dan HOK dirumuskan:

HOK = 5 360 × ∑ jam /tahun dimana :

∑ jam = Jumlah jam kerja yang di butuhkan/ hari = 5 jam kerja /hari (konversi tani)

360 = konversi ke - tahun (360 hari) HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi umum lokasi penelitian

Kabupaten Sukabumi terletak di wilayah Jawa Barat dengan luas wilayah ± 6.673.519 ha,

(3)

suhu udara rata-rata berkisar antara 20 – 27°C. Kepadatan penduduk mencapai ± 850 jiwa/km2 dengan sebaran yang tidak merata pada setiap kecamatan. Tataguna lahan menunjukkan bahwa perkebunan merupakan bagian terbesar di daerah Sukabumi, dan menyusul kebun campuran dan lahan sawah. Keadaan ini menggambarkan bahwa daerah Sukabumi memiliki prospek pengembangan usahataniternak, tanaman pangan, sayur mayur, palawija dan perkebunan. Sebagian besar penduduk mempunyai mata pencaharian sebagai petani. Usahaternak merupakan usaha yang banyak digeluti penduduk,.dengan jenis ternak yang banyak diusahakan adalah ternak domba, ayam buras, ayam ras, itik, kerbau, sapi, kambing, dan domba. (BPN KABUPATEN SUKABUMI, 2006). Penggunaan lahan di Kecamatan Ciemas terlihat pada Tabel 1.

Kecamatan Ciemas Kabupaten Sukabumi merupakan daerah pertanian, lahan kosong perkebunan karet dan kelapa yang merupakan sumber pakan ternak domba, seperti rumput gajah, bracilia, gliricidiaa, lamtoro, kaliandra, rumput sawah, rumput raja, rumput lapangan, rumput raket, rumput jampang, dan sisa limbah pertanian (tanaman jagung, kedelai, kacang tanah, ubi jalar, ubi kayu, dan jerami padi).

Desa Sukmajaya dan Desa Ciwaru, masing-masing lokasi penelitian mempunyai agro ekosistem yang sama yakni agroekosistem lahan kering dataran tinggi. Berdasarkan

penggunaan lahan di desa penelitian menunjukkan bahwa di Desa Sukmajaya sebagian besar didominasi oleh lahan perkebunan (kelapa 20,2%, karet 19,9% dan teh 19,17%), sedangkan lahan pertanian berupa sawah mencapai 9,21%. Demikian halnya Desa Ciwaru juga di dominasi oleh lahan perkebunan (kepala 20,20%, karet 19,86% dan teh 19,04%), dan lahan sawah hanya mencapai 10,47%. (Tabel 1). Lahan kosong yang belum di budidayakan cukup luas yakni mencapai 85,75 ha (10,35%) dan 89,83 ha (10,51%) masing-masing di Desa Sukmajaya dan Ciwaru yang potensial sebagai areal pengembangan usaha ternak sebagai dukungan sumber pakan ternak.

Penguasaan ternak domba di petani

Hamparan pertanian, lahan kosong (tegalan), lahan perkebunan karet dan perkebunan kelapa banyak berkembang rumput lapangan dan limbah pertanian yang cukup potensial mendukung perkembangan usahaternak domba yang di cerminkan adanya populasi ternak yang ada. Skala usaha domba yang dipelihara oleh petani ternak mencapai rataan 6,8 ekor di Desa Sukmajaya dan 6,6 di Desa Ciwaru. Rataan penguasaan ternak domba yang dipelihara oleh petani ternak responden terlihat pada Tabel 2.

Tabel 1. Penggunaan lahan dilokasi penelitian

Lokas Kecamatan Ciemas

Desa Sukmajaya (%) Desa Ciwaru (%) Uraian

Luas (ha) % Luas (ha) %

Pertanian/sawah 76,35 9,21 89,55 10,47 Ladang 53,81 6,50 69,42 8,12 Pekarang/darat 58.93 7,11 56,99 6,67 Lahan kosong 85,75 10,35 89,83 10,51 Perkebunan karet 164,87 19,90 169,77 19,86 Perkebunan kelapa 167,31 20,20 171,05 20,09 Perkebunan teh 158,76 19,17 162,82 19,04 Hutan 32,54 3,93 45,63 5,34 Jumlah 828,32 100 855.06 100

(4)

Tabel 2. Rata-rata penguasaan ternak domba di lokasi penelitian

Lokasi

Desa Sukmajaya n-30 Desa Ciwaru n-30 Uraian

Jumlah Rataan (ekor) % Jumlah Rataan (ekor) %

Jantan dewasa 48 1,6 23,5 42 1,4 21,2 Betina dewasa 84 2,8 41,2 78 2,6 39,4 Jantan muda 24 0,8 11,7 21 0,7 10,6 Betina muda 15 0,5 7,4 18 0,6 9,1 Jantan anak 15 0,5 7,4 18 0,6 9,1 Betina anak 18 0,6 8,8 21 0,7 10,6 Jumlah 204 6,8 100 198 6,6 100

Tampak bahwa pada Desa Sukmajaya secara persentase status betina dewasa menduduki posisi teratas dalam jumlah mencapai 2,8 ekor (41,2%) dan Desa Ciwaru dengan jumlah rata-rata 2,6 ekor (39,4%). Hal ini menunjukkan bahwa baik di Desa Sukmajaya maupun Desa Ciwaru pola usaha yang di lakukan adalah pola usaha pembibitan walaupun masih dikembangkan secara tradisional. Sebagai suatu pola usaha pembibitan penentu sumber pendapatan utama adalah hasil penjualan keturunannya, yang tergantung pada faktor pemeliharaan induk

(jumlah induk). Pendapat BIRI et al. (1999), peluang untuk memperbesar usaha ternak domba antara lain adalah dengan memperbesar jumlah induk.

Curahan tenaga kerja

Hasil survai menunjukan bahwa tenaga kerja keluarga yang dicurahkan untuk usaha pemeliharaan ternak domba tradisional di dua lokasi dengan jumlah ternak yang dipelihara 6,8 ekor dan 6,6 ekor terlihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Rata-rata curahan tenaga kerja di lokasi penelitian

Jenis pekerjaan Jam/hari % rata-rata n-30 tahun/hari (360) 5 HOK 1 jam Rp/tahun (5.000) Desa Sukmajaya n =30 Mengambil hijauan 60 56,0 2,0 720/5 144 720.000 Digembalakan 32 30,0 1,0 360/5 72 360.000 Perawatan ternak 15 14,0 0,5 180/5 36 180.000 Jumlah 107 100 3,5 1.260/5 252 1.260.000 Desa Ciwaru n=30 Mengambil hijauan 29 20,1 0,9 324/5 64,8 323.000 Digembalakan 99 71,2 3,3 1.188/5 237,6 1.188.000 Perawatan ternak 12 8,6 0,4 144/5 28,8 144.000 Jumlah 139 100 4,6 1.656/5 331,2 1.656.000 5 jam kerja dihitung 1 (HOK) Rp. 5.000

(5)

Curahan tenaga kerja usaha ternak domba di 2 lokasi cukup berbeda masing-masing sebesar 252 HOK dan 331,2 HOK di Desa Sukmajaya dan Desa Ciwaru. Alokasi tenaga kerja tertinggi di Desa Sukmajaya adalah pada kegiatan pengambilan rumput (144 HOK), sebaliknya di Desa Ciwaru adalah kegiatan pengembalaan ternak (237,6 HOK). Hal demikian menggambarkan sistem usaha yang berbeda, dimana di Desa Sukmajaya cenderung di kandangkan, sedangkan di Desa Ciwaru cenderung di gembalakan, yang alokasi tenaga kerja penggembalaan relatif lebih tinggi karena lebih lama dibandingkan dengan alokasi tenaga kerja mengambil rumput.

Hasil perhitungan tenaga kerja (Rp/HOK/ tahun) menunjukkan total biaya tenaga kerja tertinggi di Desa Sukmajaya Rp. 1.260.000/ tahun (252/HOK/tahun) untuk memelihara ternak dan Desa Ciwaru Rp. 1.656.000/tahun (331,2/HOK/tahun). Sedangkan jenis pekerjaan yang banyak digunakan untuk memelihara ternak domba Desa Sukmajaya Rp. 720.000/ tahun (144/HOK/tahun) waktu untuk mencari rumput dan Desa Ciwaru Rp. 1.188.000/tahun (237,6/HOK/tahun) lebih banyak waktu yang digunakan untuk menggembalakan ternak domba. Petani ternak tersebut merasa untung, karena mempunyai alasan yaitu, mudah mencari rumput, mudah memelihara ternaknya karena daya dukung pakan tersedia, mudah menjual ternak dan kotoran bermanfaat untuk kesuburan tanaman.

Penjualan ternak domba selama setahun Hasil survai dilokasi Desa Sukmajaya bahwa penerimaan dari hasil pemeliharaan ternak domba dengan rataan pemilikan rata-rata (6,8) ekor dengan total rata-rataan penjualan mencapai 3,3 ekor/tahun, dengan nilai penjualan mencapai Rp. 1.885.000/tahun/ peternak. Dilihat dari status fisiologis terdiri dari jantan dewasa rata-rata 1,1 ekor (33,3%) Rp. 990.000/tahun (52,5%), betina dewasa rata-rata 0,5 ekor (15,1%) Rp. 360.000/tahun (17,2%), jantan muda rata-rata 0,8 ekor (24,2%) Rp. 360.000/tahun, betina muda rata-rata 0,3 ekor (9,1%) Rp. 120.000/tahun, jantan anak rata-rata 0,3 ekor (9,1%) Rp. 45.000/tahun

dan betina anak sebanyak rata-rata 0,3 ekor (9,1%) Rp. 45.000/tahun. Proporsi penjualan tertinggi terjadi pada ternak jantan dewasa.

Desa Ciwaru penerimaan dari hasil penjualan ternak domba penyumbang total pendapatan sebesar Rp. 1.970.000/tahun/ peternak, dengan rataan penjualan mencapai 3,4 ekor/tahun/peternak meliputi: jantan dewasa rata-rata 1,3 ekor senilai Rp. 1.170.000/ tahun (38,2%), betina dewasa rata-rata 0,4 ekor Rp. 260.000/tahun (11,8%), jantan muda rata-rata 0,7 ekor Rp. 315.000/tahun (20,6%), betina muda rata-rata 0,3 ekor Rp. 120.000/ tahun (8,8%), jantan anak rata-rata 0,4 ekor Rp. 60.000/tahun (11,8%), dan betina anak rata-rata 0,9 ekor Rp. 45.000/tahun (8,8%). Sama halnya yang terjadi di Desa Sukmajaya penjualan ternak tersebut terjadi pada ternak jantan dewasa, yakni mencapai Rp. 1.170.000.

Di kedua lokasi penjualan ternak tertinggi relatif sama yakni pada domba jantan masing-masing jantan dewasa 33,2 dan 38,2%, jantan muda 24,2 dan 20,6% di Desa Sukmajaya dan Ciwaru. Domba jantan terlihat sebagai proporsi tertinggi yang dapat mendukung pendapatan usaha ternak (Tabel 4).

Analisis usaha ternak domba di pedesaan Hasil penerimaan dari penjualan ternak domba selama satu tahun di tingkat petani di Desa Sukmajaya rata-rata Rp. 1.885.000/tahun, dan Desa Ciwaru rata-rata Rp. 1.970.000/tahun. Dibanding dengan hasil penelitian PRIYANTO et al. (2000). menyatakan pendapatan dari usaha

pemeliharaan ternak kambing dalam satu tahun dengan rata-rata Rp. 1.773.253/tahun tidak jauh berbeda. Hasil usaha pemeliharaan ternak domba tradisional di daerah penelitian dinyatakan oleh petani ternak itu sendiri untung, karena petani ternak selama ini tidak pernah menghitung biaya tenaga kerja karena masih memanfaatkan tenaga kerja keluarga. Penerimaan tunai hanya terkonsentrasi pada penjualan ternak per tahun dan tidak dialokasikan penjualan pupuk kandang, karena semuanya dimanfaatkan untuk pupuk dilahan peternak. Untuk melihat hasil analisis usaha pemeliharaan ternak domba di Kecamatan Ciemas (Tabel 5).

(6)

Tabel 4. Rata-rata jumlah hasil penjualan ternak domba selama satu tahun di lokasi penelitian

Uraian Jumlah/(ekor) rata-rata (ekor) Rp/tahun %

Desa Sukmajaya n = 30 Jantan dewasa 33 1,1 990.000 33,3 Betina dewasa 15 0,5 325.000 15,2 Jantan muda 24 0,8 360.000 24,2 Betina muda 9 0,3 120,000 9,1 Jantan anak 9 0,3 45.000 9,1 Betina anak 9 0,3 45.000 9,1 Jumlah 99 3,3 1.885.000 100 Desa Ciwaru n = 30 Jantan dewasa 39 1.3 1.170.000 38,2 Betina dewasa 12 0,4 260.000 11,8 Jantan muda 21 0,7 315.000 20,6 Betina muda 9 0,3 120.000 8,8 Jantan anak 12 0,4 60.000 11,8 Betina anak 9 0,3 45.000 8,8 Jumlah 102 3,4 1.970.000 100

Sumber: DATA DIOLAH (2007)

Hasil analisis usahaternak menunjukkan bahwa keuntungan usahaternak sebesar Rp. 1.885.000/peternak/tahun dan Rp. 1.970.000/ peternak/tahun masing-masing di Desa Sukmajaya dan Desa Ciwaru. Lebih tingginya keuntungan usahaternak di Desa Sukmajaya

sebagai akibat alokasi tenaga kerja lebih rendah, karena peternak cenderung mengambil pakan dibandingkan dengan penggembalaan yang membutuhkan curahan tenaga kerja lebih lama.

Tabel 5. Analisis pendapatan usaha pemeliharaan ternak domba di lokasi penelitian 2007

Uraian Desa Sukmajaya

(Rp)/tahun

Desa Ciwaru (Rp)/tahun A. Biaya produksi

Alokasi tenaga kerja 107 jam/tahun x 5 jam (1 HOK) rata-rata 4,5 jam/tahun x Rp.5.000

1.260.000 Alokasi tenaga kerja 139 jam/tahun x 5 jam (1 HOK) rata-rata 4,6

jam/tahun x Rp. 5000

1.656.000 Total Biaya Alokasi Tenaga Kerja 1.260.000 1.656.000

B. Pendapatan

Penjualan ternak domba 99 ekor/thn rata-rata 3,3 ekor/tahun 1.885.000

Penjualan ternak domba 102 ekor/tahun rata-rata 3,4 ekor/tahun 1.970.000

Total pendapatan 1.885.000 1.970.000

Keuntungan (B – A) 625.000 314.000

(7)

Jika ditelaah lebih jauh ternyata usaha pemeliharaan ternak domba di Desa Sukmajaya diperoleh nilai B/C ratio mencapai 1,5% yang lebih tinggi, sedangkan Desa Ciwaru B/C ratio 1,3% lebih rendah, karena alokasi waktu menggembalakan ternak dombanya lebih tinggi selama satu tahun.

Nilai B/C ratio menunjukkan perbandingan antara pendapatan yang diperoleh dengan biaya alokasi tenaga kerja yang dikeluarkan. Jika nilai B/C > 1 maka usaha tersebut dikatakan layak untuk dilanjutkan bila menurut perhitungan dan apabila nilai B/C < 1 maka usaha tersebut tidak layak. (tidak feasibel). Semakin tinggi nilai B/C maka usaha tersebut makin mendatangkan keuntungan, maka pemeliharaan ternak domba yang di lakukan oleh petani ternak di Kecamatan Ciemas Kabupaten Sukabumi layak untuk di dikembangkan atau dipertahankan keberadaan ternaknya.

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian Kecamatan Ciemas Kabupaten Sukabumi (Desa Sukmajaya dan Desa Ciwaru) memiliki potensi untuk pemeliharaan ternak domba tradisional karena daya dukung lahan yang potensial, disamping usaha pokok tanaman pangan. Pemeliharaan ternak domba tradisional secara ekonomi memberikan keuntungan Rp. 625.000/tahun Desa Sukmajaya dan Rp. 314.000/tahun Desa Ciwaru dengan nilai B/C ratio masing-masing sebesar 1,5 dan 1,3% di Desa Sukmaya dan Desa Ciwaru, dengan skala usaha 6,8 ekor dan 6,6 ekor /peternak

Penjualan ternak tertinggi di dua lokasi adalah dari hasil kontribusi penjualan domba jantan dewasa yang mencapai 33,3 vs 38,2%, sedangkan jantan muda mencapai 24,2 vs 20,6%. Lebih menguntungkan usaha ternak domba di Desa Sukmajaya cenderung di akibatkan alokasi tenaga kerja yang lebih rendah dibandingkan dengan di Desa Ciwaru (digembalakan) yakni sebesar 144 HOK vs 237,6 HOK.

DAFTAR PUSTAKA

AMIR,P. and H.C.KNIPSCHER. 1989. Conducting on Farm Animal Research. Procedures and Economic Analysis. Singapore National Printer Ltd., Singapore.

BIRI,S.MATHIUS dan DARMAWIDAH. 1998. Produksi peternakan kambing dan domba dalam sistim usaha tani di Kabupaten Jeneponto Sulawesi Selatan. Pros. Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. Bogor, 1 – 2 Desember 1998. Puslitbang Peternakan, Bogor. hlm. 830 – 832. BPN KABUPATEN SUKABUMI. 2006. Data Sementara

Hasil Survey 2006. Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. DEVENDRA,C. 1993. Kambing dan Domba di Asia.

Dalam: Produksi Kambing dan Domba di

Indonesia. WOSZIKA-TAMANSZWSKA, I.M. MASTIKA,A.DJAJANEGARA,S.GARNINER dan. T.R. WIRADARYA (Eds.). Sebelas Maret University Press, Surakarta.

DISNAK DATI IJAWA BARAT.2006.Peternakan Jawa Barat dalam Angka. Dinas Peternakan Propinsi Jawa Barat, Bandung.

DITJENNAK. 2006. Buku Statistik Peternakan Direktorat Jenderal Peternakan, Jakarta. MANSYUR,NYIMAS,P.INDRANI dan I.SUSILOWATI.

2005. Peran leguminosa tanaman penutup pada system pertanian jagung untuk penyediaan hiajauan pakan ternak. Pros. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor, 12 – 13 September 2005. Puslitbang Peternakan, Bogor. hlm. 879 – 885. PRIYANTO,D.,B.SETIADI dan D.YULISTIANI. 2000. Potensi Kambing Peranakan Etawah (PE) dan Upaya Pola Konservasi di Daerah Sumber Bibit. Pros. Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. Bogor, 18 – 19 Oktober 1999. Puslitbang Peternakan, Bogor. hlm. 518 – 526. SUNARSO, WIDIYONO, SUMARSO, E. PANGESTU, F.

WAHYONO dan J. ACHMADI. 1989. Pemanfaatan Rumput Setaria sphacelata sebagai Konservasi Tanah dan Manfaatnya Bagi Peningkatan Usaha Produksi Ternak Ruminansia. Laporan Penelitian DP3M Ditjen Dikti Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengolahan metode Admiralty data pasang surut lapangan menunjukan bahwa nilai K1 yang merupakan pasang surut diurnal yang

Bab ini merupakan bab hasil penelitian dan pembahasan yang berisi pengaruh kualitas produk teradap kepuasan konsumen, pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan

Nyala pada 7-segment dapat diatur sedemikian rupa sesuai yang diinginkan, pada percobaan ini penyalaan yang terjadi ialah hitung mundur angka dari 9 ke 0

Tahap Enam: Memanfaatkan Informasi Pelanggan Melalui Teknologi Dalam lingkungan customer centric, perusahaan harus membuat dan tindakan pada tiga keputusan penting:

Hanya saja solat Jumat ini kebanyakan diikuti oleh para pria warga golongan muslim pribumi yang tinggal di sekitar wilayah yayasan, sedangkan para muslim keturunan Cina

Sedangkan pengertian katalog adalah daftar pustaka (buku dan non buku) milik suatu perpustakaan yang disusun secara sistematis sehingga dapat digunakan untuk mencari dan

Penelitian ini menemukan penyebab terbanyak yang dapat menimbulkan leu- kokoria pada anak adalah retinoblastoma, disusul oleh katarak kongenital.. Kedua pe- nyebab leukokoria

Gambar 6 menggambarkan rasio BOD/COD yang terjadi pada 40 hari running.Rasio ini didapatkan dengan membagi antara konsentrasi BOD hasil dan COD hasil selama pengukuran