i
PENGARUH PSIKOEDUKASI KELUARGA TERHADAP TINGKAT
STRES KELUARGA MERAWAT ORANG DENGAN GANGGUAN
JIWA (ODGJ) DIRUMAH DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS II DENPASAR TIMUR
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan
OLEH:
NI MADE PUTRI RAHAYU
NIM. 1202105054
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini: Nama : Ni Made Putri Rahayu
NIM : 1202105054
Fakultas : Kedokteran Program Studi : Ilmu Keperawatan
menyatakan dengan sebenarnya bahwa Skripsi yang saya tulis ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri. Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Skripsi ini adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Denpasar, Maret 2016 Yang membuat pernyataan,
(Ni Made Putri Rahayu) Materai
v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul Pengaruh Psikoedukasi Keluarga Terhadap Tingkat Stres Keluarga Merawat Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) Dirumah di Wilayah Kerja Puskesmas II Denpasat Timur.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini. Ucapan terima kasih penulis berikan kepada:
1. Prof. Dr. dr. Putu Astawa, Sp.OT(K), M.Kes, sebagai Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
2. Prof. dr. Ketut Tirtayasa, M.S., AIF, sebagai ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
3. Ns. Ni Made Dian Sulistiowati, M.Kep., Sp.Kep.J., sebagai pembimbing utama yang telah memberikan bantuan dan bimbingan sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini tepat waktu.
4. Ns. Kadek Eka Swedarma, S.Kep., M.Kes, sebagai pembimbing pendamping yang telah memberikan bantuan dan bimbingan sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini tepat waktu.
5. Kepala Puskesmas Dentim II yang telah memberikan kesempatan penelitian pada instasi yang dipimpin.
6. Kedua orang tua saya, I Nengah Suhendra, BA dan Dra. Made Soka atas segala bantuan materi dan dukungan, baik moral maupun spiritual.
7. Pacar saya I Made Sudiastawan atas segala dukungan yang diberikan setiap saat dan tiada henti memberikan motivasi serta doa.
8. Teman–teman PSIK A 2012 ETACOSTAVERA atas segala dukungan berupa semangat dan doa.
vi
Penulis menerima berbagai saran dan masukan untuk perbaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.
Denpasar, Maret 2016
vii
ABSTRAK
Stres adalah perasaan lelah (kewalahan) akibat dari peristiwa-peristiwa yang tidak mampu dikendalikan dan merupakan respon fisik dan psikologis terhadap tuntutan dan tekanan. Oleh karena itu, selama memberikan perawatan keluarga harus didukung oleh tenaga kesehatan melalui pemberian pendidikan kesehatan. Salah satunya intervensi yang dapat diberikan kepada keluarga dengan masalah kesehatan jiwa adalah psikoedukasi. Berbeda dengan pendidikan kesehatan pada umumnya, psikoedukasi keluarga tidak hanya mengkaji masalah keluarga dan pemberian edukasi, tetapi juga mengajarkan cara mengatasi stres dan beban keluarga serta melakukan pemberdayaan komunitas untuk membantu keluarga sehingga akan mampu memotivasi keluarga untuk memberikan perawatan yang lebih baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh psikoedukasi keluarga terhadap tingkat stres keluarga merawat orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) dirumah di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Timur. Penelitian ini merupakan studi pre-eksperimental (One Grup Pre Post Test Design). Sampel terdiri dari 30 orang yang dipilih dengan cara purposive sampling. Dalam melihat tingkat stres keluarga sebelum dan sesudah psikoedukasi keluarga digunakan kuesioner Zarit Burden Interview (ZBI). Hasil penelitian dari 30 sampel dengan uji paired t-test, menunjukkan nilai p value=0,000 artinya psikoedukasi keluarga berpengaruh terhadap tingkat stres keluarga merawat orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) dirumah di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Timur. Berdasarkan hasil temuan di atas disarankan kepada perawat untuk mempertimbangkan pemberian psikoedukasi keluarga secara berkelanjutan sebagai salah satu alternatif untuk penurunan tingkat stres pada keluarga ODGJ.
Kata Kunci: Gangguan jiwa, stres, psikoedukasi keluarga.
viii
ABSTRACT
Stress is a feeling tired (overwhelmed) result from events which are not capable of being controlled and is a response against the physical and psychological demands and pressures. Therefore, as long as families provide care must be supported by health workers through the health education. One of these interventions can be provided to families with mental health is psychoeducation. In contrast to health education in general, family psychoeducation not only examines the problems of families and granting educational, but also teach you how to cope with stress as well as the burden of family and community empowerment to help families so as to be able to motivate families to provide better care. This research aims to know the influence of family psychoeducation against family stress levels treating people with mental disorders (ODGJ) at home in the region Puskesmas II Denpasar Timur. This research is pre-experimental study (One Group Pre Post Test Design). The sample consisted of 30 people selected by purposive sampling technique. In looking at the family stress levels before and after the family psychoeducation used the questionnaire Zarit Burden Interview (ZBI). Research results was testing with paired t-test, indicating the value of the p value = 0.000 where the family psychoeducation influence on levels of family stress caring for people with mental disorders (ODGJ) at home in the region Puskesmas II Denpasar Timur. Based on the result, it is recommended to nurses to uses family psychoeducation on an ongoing basis as an alternative intervention to decrease the level of stress on the ODGJ family.
Keywords: Mental disorders, stress, family psychoeducation.
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... ii
PERNYATAAN LEMBAR PERSETUJUAN ... iii
PERNYATAAN LEMBAR PENGESAHAN ... vi
KATA PENGANTAR ... v
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
DAFTAR SINGKATAN ... xiv
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 6
1.3 Tujuan Penelitian ... 6
1.4 Manfaat Penelitian ... 7
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gangguan Jiwa ... ... 8
2.2 Keluarga ... 11
2.3 Stres ... 16
2.4 Psikoedukasi Keluarga ... 20
2.5 Pengaruh Psikoedukasi Terhadap Tingkat Stres Keluarga Merawat ODGJ Dirumah ... 22
BAB 3 KERANGKA KONSEP 3.1 Kerangka Konsep ... 24
3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ... 25
3.3 Hipotesis Penelitian ... 26
BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian ... 27
4.2 Kerangka Kerja ... 28
4.3 Tempat dan Waktu Penelitian ... 29
4.4 Populasi, Teknik Sampling, dan Sampel Penelitian ... 29
4.5 Jenis dan Cara Pengumpulan Data ... 30
x
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian ... 37 5.2 Pembahasan Hasil Penelitian ... 43 5.3 Keterbatasan Penelitian ... 52 BAB 6 PENUTUP 6.1 Simpulan ... 53 6.2 Saran ... 54 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Definisi Operasional ... 26 Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia ... 38 Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Hubungan
dengan Klien ... 39 Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Lama
Merawat ... 40 Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis
Kelamin ... 40 Tabel 5.5 Distribusi Tingkat Stres Keluarga Sebelum dan Setelah
Psikoedukasi ... 42 Tabel 5.6 Uji Normalitas Data ... 42 Tabel 5.7 Analisis Pengaruh Psikoedukasi Keluarga Terhadap
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian ... 24 Gambar 4.1 Skema Desain Penelitian ... 27 Gambar 4.2 Skema Kerangka Kerja ... 28 Gambar 5.1 Diagram Selisih Nilai Pre-Test dan Post-Test
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Jadwal Penelitian Lampiran 2 Penjelasan Penelitian
Lampiran 3 Pernyataan Persetujuan Menjadi Responden (Informed Consent) Lampiran 4 Kuesioner Penelitian
Lampiran 5 Prosedur Kerja Lampiran 6 Dana Penelitian Lampiran 7 Master Tabel
Lampiran 8 Hasil Analisis Statistik Lampiran 9 Media Penelitian
Lampiran 10 Dokumentasi Penelitian
Lampiran 11 Surat Ijin Melakukan Pengumpulan Data Penelitian Lampiran 12 Surat Keterangan Melakukan Penelitian
Lampiran 13 Lembar Konsultasi Pembimbing Utama dan Pendamping Lampiran 14 Biodata Peneliti
xiv
DAFTAR SINGKATAN
ODGJ : Orang Dengan Gangguan Jiwa WHO : World Health Organization BPS : Badan Pusat Statistik Dentim : Denpasar Timur UU : Undang-Undang RSJ : Rumah Sakit Jiwa Riskesdas : Riset Kesehatan Dasar
Depkes RI : Departemen Kesehatan Republik Indonesia MC : Mayo Clinic
PPDGJ III : Pedoman Penggolongan Penyakit dan Diagnosis Gangguan Jiwa III
TV : Televisi
FPE : Family Pshychoeducation Therapy ZBI : Zarit Burden Interview
xv BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Era globalisasi membuat masyarakat menjadi lebih banyak untuk cepat menerima perubahan yang berakibat pada tingginya tekanan hidup salah satunya ekonomi dan gaya hidup. Seseorang akan mengalami tekanan hidup ketika koping yang dimiliki tidak cukup kuat menghadapi perubahan hidup yang bisa berpengaruh pada perilaku yang ditampilkan. Koping yang buruk dalam menghadapi situasi tersebut menimbulkan suatu kecemasan-kecemasan yang dapat mengakibatkan stres dan terjadinya gangguan kesehatan mental atau jiwa. Gangguan jiwa merupakan suatu keadaan yang mengacu pada suatu kondisi yang mempengaruhi pikiran, emosi, dan perilaku seseorang (Ronald, et al., 2010). Gangguan jiwa adalah gangguan pada pikiran atau perilaku seseorang sehingga mengakibatkan ketidakmampuan dalam menghadapi tuntutan dan menjalani rutinitas hidup.
Angka penderita gangguan jiwa di seluruh dunia mengalami peningkatan setiap tahunnya. Tidak hanya karena penderita yang mengalami kekambuhan saja tetapi terdapat juga angka gangguan jiwa dengan penderita yang baru. Beban atau tekanan yang terjadi pada seseorang dalam menghadapi situasi tertentu tidak jarang menimbulkan dampak negatif pada individu itu sendiri. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) yang dituangkan dalam Hawari (2009), jumlah dari penderita gangguan jiwa di dunia pada tahun 2001 mencapai 450 juta jiwa. Berdasarkan data tersebut, diperkirakan saat ini ada kecenderungan penderita dengan gangguan jiwa jumlahnya sudah mengalami peningkatan. Masalah kesehatan jiwa atau gangguan jiwa juga masih menjadi sorotan masalah kesehatan di Indonesia. Menurut Riskesdas (2013), prevalensi gangguan jiwa berat pada penduduk Indonesia sebesar 1,7 per mil yang artinya setiap 1000 m2 terdapat dua orang yang menderita gangguan jiwa. Bali merupakan provinsi urutan ke-4 setara dengan Provinsi Jawa Tengah dengan data gangguan jiwa berat sebesar 2,3 per mil.
xvi
Menurut data BPS (2010), Bali memiliki luas wilayah 5.636,66 km2 dan jumlah penduduk sebesar 3.890.757 orang. Menurut laporan data kesakitan jiwa Dinas Kesehatan Provinsi Bali tahun 2014, jumlah penderita orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) rujuk, rawat dan pulang sebanyak 5.097 orang dengan kasus gangguan jiwa baru sebanyak 3.162 orang dan kasus gangguan jiwa lama sebanyak 5.086 orang. Total angka gangguan jiwa tersebar diseluruh kabupaten di Bali sebesar 8.248 orang. Dari total jumlah gangguan jiwa tahun 2014 diperkirakan sebanyak 0,2% penduduk Bali mengalami gangguan jiwa.
Studi pendahuluan yang dilakukan di Dinas Kesehatan Kota Denpasar pada bulan Juni tahun 2015, jumlah penduduk di Kota Denpasar sebesar 740.602 jiwa. Terdapat 252 orang dengan gangguan jiwa yang datang berobat ke Puskesmas. Salah satu angka tertinggi terdapat pada wilayah kerja Puskesmas II Dentim dengan total jumlah penduduk 62.255 orang, terdapat 59 (41,2%) ODGJ yang datang dan tercatat di Puskesmas. Bila dibandingkan dengan data Riskesdas 2013 dimana jumlah gangguan jiwa berat Provinsi Bali sebanyak 2,3%, maka antara jumlah penduduk dan jumlah ODGJ tersebut didapatkan estimasi ODGJ di wilayah kerja Puskesmas II Dentim sebanyak 143 orang, sehingga masih terdapat selisih yaitu 84 (58,8%) ODGJ di wilayah itu yang belum ditemukan. Data tersebut dapat menandakan bahwa kesadaran masyarakat masih kurang untuk mengantarkan anggota keluarga ke pelayanan kesehatan masyarakat terdekat. Penanganan gangguan jiwa harus dilakukan secara komprehensif melalui beberapa pendekatan, khususnya pendekatan keluarga dan pendekatan petugas kesehatan.
Sesuai Undang-Undang (UU) Nomor 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa Pasal 70 a dan b menyatakan bahwa ODGJ berhak mendapatkan pelayanan kesehatan jiwa di fasilitas pelayanan kesehatan yang mudah dijangkau dan mendapatkan pelayanan kesehatan jiwa sesuai dengan standar pelayanan kesehatan jiwa. Pasal 84 menyatakan bahwa masyarakat berperan serta dalam upaya kesehatan jiwa. Berdasarkan UU tersebut, dapat dilihat bahwa pemerintah sangat peduli terhadap kesehatan jiwa di Indonesia. Pelayanan kesehatan dan
xvii
peran serta masyarakat adalah kunci dari kesembuhan ODGJ, namun faktanya di masyarakat jaminan hak tersebut belum diwujudkan secara optimal dan sering terabaikan.
Penderita gangguan jiwa umumnya akan mendapat penanganan lebih lanjut di Rumah Sakit Jiwa (RSJ). Selama di RSJ penanganan klien tidak boleh sembarangan, bergantung jenis gangguan yang dialami, penanganannya bisa dengan obat-obatan, terapi atau kombinasi keduanya. Lain halnya dengan penangan klien di RSJ, ODGJ di komunitas seringkali mendapat stigma dari lingkungan sekitarnya. ODGJ akan dikucilkan, dipasung, dan mendapat perlakuan diskriminasi (Depkes RI, 2006). Pemilihan untuk memasung beralasan agar keluarga lebih bisa mengawasi penderita supaya tidak menyakiti diri sendiri dan orang lain. Seringkali ODGJ yang sudah keluar dari RSJ akan kambuh lagi akibat dari ketidaktahuan keluarga dalam merawat ODGJ. Keberhasilan perawat dirumah sakit dapat sia–sia saja jika tidak diteruskan dilakukan dirumah yang dapat mengakibatkan klien harus dirawat kembali (Keliat, dalam Nurdiana, 2007).
Intervensi yang dilakukan pada OGDJ di RSJ yaitu dengan memberikan terapi berupa konseling, terapi perilaku atau perilaku kognitif yang akan membantu proses pemulihannya. Dari beberapa intervensi tersebut salah satu contohnya yaitu manajemen marah. Manajemen marah adalah terapi yang dapat diajarkan pada ODGJ untuk mengontrol marah sehingga perilaku klien bisa lebih asertif kepada orang lain. Terapi ini juga dapat diajarkan kepada keluarga agar nantinya keluarga tahu bagaimana harus menangani klien ketika sudah dipulangkan ke rumah. Keluarga merupakan unit yang paling dekat dengan klien dan merupakan perawatan utama bagi klien. Keluarga adalah faktor pendukung utama dalam proses kesembuhan klien yang mengalami gangguan jiwa. Menurut penelitian Yosep (dalam Yuliana, 2010), proses perawatan yang melibatkan klien dan keluarga akan membantu proses pemberian intervensi dan menjaga agar klien tidak kambuh lagi setelah pulang. Keluarga berperan dalam menentukan cara atau asuhan yang diperlukan di rumah. Menurut Emnina (2010), peran serta keluarga sejak awal asuhan di rumah sakit jiwa akan membantu meningkatkan kemampuan
xviii
keluarga merawat klien dirumah sehingga kemungkinan kekambuh dapat dicegah. Didukung oleh penelitian Sulistiowati (2012), bahwa salah satu faktor yang dapat memicu tingginya angka kekambuhan gangguan jiwa adalah tidak tahunya keluarga tentang cara menangani klien gangguan jiwa ketika dikembalikan kepada pihak keluarga.
Keluarga sebagai sumber dukungan sosial dapat menjadi faktor kunci dalam penyembuhan ODGJ. Hal ini diperkuat oleh penelitian Berhanu dan Solomon (2014) yang dilakukannya di Jimma (Ethiopia), faktor penyebab utama dan faktor pemberat gangguan jiwa salah satunya adalah konflik keluarga. Menurut Setiawan (2014), penyebab konflik diantaranya perasaan yang tidak dihargai, adanya kecemburuan antar keluarga, masalah privasi yang diganggu, ekonomi, komunikasi yang tidak lancar, serta adanya perbedaan agama di dalam keluarga. Secara tidak disadari, konflik yang terjadi di keluarga dapat berdampak negatif bagi anggota keluarga.Walaupun keluarga tidak selalu merupakan sumber positif dalam kesehatan jiwa, tetapi mereka paling sering menjadi bagian penting dalam proses penyembuhan (Kumfo dalam Videbeck, 2008). Masalah lain yang bisa memperberat keluarga untuk menerima ODGJ kembali adalah karena keluarga beranggapan bahwa ODGJ dapat menambah beban keluarga. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Bhattacharjee et al. (2011), menunjukkan bahwa hidup dengan klien gangguan jiwa dapat meningkatkan beban dari keluarga. Didukung oleh penelitian Nuraenah dkk. (2014), bahwa keluarga memiliki tanggungjawab untuk merawat, namun di dalam pelaksanaannya menyebabkan beban tersendiri bagi keluarga. Beban keluarga adalah tingkat pengalaman yang tidak menyenangkan dalam keluarga sebagai akibat dari kondisi anggota keluarganya. Kondisi seperti ini dapat mengakibatkan meningkatnya stres dari keluarga (Fontaine dalam Nuraenah, dkk., 2014).
Stres adalah perasaan yang paling umum dialami oleh keluarga yang memiliki ODGJ. Stres adalah perasaan lelah (kewalahan) akibat dari peristiwa-peristiwa yang tidak mampu dikendalikan dan merupakan respon fisik dan psikologis terhadap tuntutan dan tekanan (Larsen & Buss, 2005). Menurut penelitian Mubin
xix
dan Andriani (2013), menyebutkan bahwa terdapat 66,7% keluarga mengalami stres ringan dalam merawat ODGJ. Stres keluarga yang muncul bisa berupa malu, isolasi sosial, dan juga rasa kebingungan dalam pemenuhan kebutuhan treatment anggota keluarga yang sakit dan harus dilakukan secara terus-menerus. Selama memberikan perawatan keluarga harus didukung oleh tenaga kesehatan melalui pemberian pendidikan kesehatan.
Pendidikan kesehatan merupakan suatu langkah pencegahan yang dapat dilakukan di masyarakat dan keluarga, dengan tujuan untuk menghilangkan stigma agar masyarakat menyikapi penderita gangguan jiwa dengan perasaan empati. Acandra (2010), menjelaskan bahwa masyarakat dan keluarga memerlukan pendidikan kesehatan jiwa, karena kesehatan jiwa adalah milik semua orang. Pendidikan kesehatan umumnya sudah sering dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah kesehatan yang muncul. Pendidikan kesehatan yang diperuntukkan untuk masalah kesehatan jiwa disebut Psikoedukasi Keluarga. Berbeda dengan pendidikan kesehatan pada umumnya, psikoedukasi keluarga tidak hanya mengkaji masalah keluarga dan pemberian edukasi, psikoedukasi juga mengajarkan bagaimana cara memanajemen stres dan beban keluarga serta melakukan pemberdayaan komunitas untuk membantu keluarga sehingga akan mampu memotivasi keluarga untuk memberikan perawatan yang lebih baik. Didukung oleh penelitian Suerni dkk. (2013), psikoedukasi keluarga merupakan wujud perawatan yang komperehensif dan dilakukan agar keluarga tetap bisa menjalankan fungsinya dengan baik karena secara tidak langsung semua anggota keluarga turut merasakan pengaruh dari keadaan tersebut. Psikoedukasi merupakan suatu metode edukatif yang bertujuan untuk memberikan informasi yang diperlukan serta pelatihan dalam merawat ODGJ (Bhattacharjee, et al., 2011).
Dalam merawat ODGJ, peran serta dari tenaga kesehatan sangat berpengaruh untuk membantu keluarga memperoleh informasi yang diperlukan selama memberikan perawatan. Keluarga memiliki peranan penting dalam proses penyembuhan ODGJ. Namun keluarga tidak memerankan perannya dengan baik, terlihat di RSJ Bangli bahwa kurangnya kunjungan keluarga dalam mengunjungi
xx
anggota keluarga mereka di RSJ. Hasil pengamatan pada bulan Januari 2014 di RSJ Bangli, terlihat bahwa perawat belum dapat membuat askep secara komperehensif karena perawat belum memberikan informasi kepada keluarga tentang bagaimana cara merawat ODGJ dirumah. Seperti yang terlihat di RSJ Bangli bahwa perawat sangat jarang bahkan hampir tidak pernah memberikan informasi kepada keluarga tentang bagaimana cara merawat ODGJ dirumah. Padahal dengan pemberian informasi melalui psikoedukasi keluarga, diharapkan keluarga mengetahui cara merawat ODGJ dengan benar dan beban yang dirasakan oleh keluarga dalam merawat ODGJ berkurang sehingga dapat menurunkan tingkat stres keluarga ketika merawat ODGJ dirumah. Dalam penelitian Wiyati dkk. (2010), bahwa terapi psikoedukasi keluarga dapat meningkatkan kemampuan kognitif dan psikomotor secara bermakna dalam merawat ODGJ. Dengan psikoedukasi yang diberikan kepada keluarga diharapkan dapat mengurangi stres yang dialami keluarga dalam merawat ODGJ.
Berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh psikoedukasi keluarga terhadap tingkat stres keluarga merawat orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) dirumah di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Timur mengingat salah satu peran perawat yaitu sebagai edukator yang memberikan informasi dan pendidikan kesehatan kepada masyarakat.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti merumuskan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut “Apakah psikoedukasi keluarga bepengaruh terhadap tingkat stres keluarga merawat orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) dirumah di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Timur?”
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui pengaruh psikoedukasi keluarga terhadap tingkat stres keluarga merawat orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) dirumah di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Timur.
xxi 1.3.2 Tujuan Khusus
Secara khusus penelitian ini bertujuan:
a. Untuk mengetahui karakteristik keluarga (usia, hubungan dengan klien, lama merawat, jenis kelamin) yang merawat orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) dirumah
b. Untuk mengetahui selisih tingkat stres keluarga sebelum dan setelah psikoedukasi
c. Untuk menganalisis pengaruh psikoedukasi terhadap tingkat stres keluarga
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis
Adapun manfaat teoritis yang diperoleh dari penelitian ini, yaitu:
a. Sebagai informasi ilmiah dalam bidang keperawatan khususnya pengembangan ilmu keperawatan jiwa yaitu intervensi pada keluarga terutama yang mengalami stres dengan menggunakan pendekatan terapi nonfarmakologis salah satunya adalah terapi Psikoedukasi Keluarga.
b. Sebagai dasar acuan bagi peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian lebih lanjut seperti melakukan kombinasi terapi Psikoedukasi Keluarga dengan terapi lainnya baik farmakologis maupun nonfarmakologis untuk mengurangi stres dan menangani masalah kesehatan lainnya.
1.4.2 Manfaat Praktis
Adapun manfaat praktis yang diperoleh dari penelitian ini, yaitu:
a. Membantu keluarga agar bisa menghadapi serta mengatasi perubahan yang dapat memicu timbulnya stres yaitu dengan memberikan informasi tentang cara merawat ODGJ yang benar melalui terapi Psikoedukasi Keluarga
b. Sebagai bahan masukan bagi perawat, petugas kesehatan, maupun orang terdekat ODGJ agar menggunakan terapi Psikoedukasi Keluarga sebagai salah satu terapi penunjang untuk mengatasi stres pada keluarga dalam merawat (ODGJ) dirumah