• Tidak ada hasil yang ditemukan

Case PPOK Yurika

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Case PPOK Yurika"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF

KRONIK (PPOK)

(2)

Latar Belakang

Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) merupakan salah satu dari kelompok penyakit tidak menular yang

menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) merupakan salah satu dari kelompok penyakit tidak menular yang

menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia.

Pajanan faktor resiko, seperti faktor penjamu yang diduga berhubungan dengan PPOK, semakin

banyaknya jumlah perokok pada usia muda, serta pencemaran udara .

Pajanan faktor resiko, seperti faktor penjamu yang diduga berhubungan dengan PPOK, semakin

banyaknya jumlah perokok pada usia muda, serta pencemaran udara .

(3)

Penyakit Paru Obstruksi Kronis

Definisi

penyakit yang ditandai dengan hambatan aliran udara di saluran nafas yang sepenuhnya tidak reversibel. Hambatan aliran udara ini bersifat progresif dan berhubungan dengan respon inflamasi paru terhadap partikel atau gas yang beracun atau berbahaya

Karakteristik hambatan aliran udara pada PPOK disebabkan oleh gabungan antara obstruksi saluran nafas kecil (obstruksi bronkiolitis) dan kerusakan parenkim (emfisema).

(4)

Faktor resiko PPOK Faktor pejamu (host) Faktor prilaku (kebiasaan) merokok  Faktor lingkungan (polusi udara)  

Etiologi PPOK Eksaserbasi Akut

Infeksi (virus,bakteri), pajanan dengan polutan, penghentian pengobatan, bronkospasme, dan perubahan diet.

Basil enteric gram negatif, Pseudomonas, Chlamidia pneumonia,

dan Mycoplasma pnemoniae

Stres oksidatif

(5)

Eksaserbasi ditandai:

•Proses inflamasi yang meningkat pada pasien PPOKdipicu oleh infeksi bakteri, virus atau polusi lingkungan

•Eksaserbasipeningkatan hiperinflasi dan terperangkapnya udara dengan pengurangan aliran ekspirasi, sehingga terjadi peningkatan sesak nafas.

•Perburukan abnormalitas ventilasi-perfusi yang mengakibatkan hipoksemia berat

(6)

Anamnesis

– Riwayat merokok/bekas perokok dengan

atau tanpa gejala pernapasan

– Riwayat terpajan zat iritan yang bermakna

di tempat kerja

– Riwayat penyakit emfisema pada keluarga

– Terdapat faktor predisposisi pada masa

bayi/anak, mis berat badan lahir rendah

(BBLR), infeksi saluran napas berulang,

lingkungan asap rokok dan polusi udara

– Batuk berulang dengan atau tanpa dahak

– Sesak dengan atau tanpa bunyi mengi

(7)

Pemeriksaan fisis

• PPOK dini umumnya tidak ada kelainan

• Inspeksi :

– Pursed - lips breathing

– Barrel chest (diameter antero -

posterior dan transversal sebanding) – Penggunaan otot bantu napas

– Hipertropi otot bantu napas – Pelebaran sela iga

– Bila telah terjadi gagal jantung

kanan terlihat denyut vena jugularis di leher dan edema tungkai

– Penampilan pink puffer atau blue

bloater

• Palpasi

Pada emfisema fremitus melemah, sela iga melebar

• Perkusi

Pada emfisema hipersonor dan batas jantung

mengecil, letak diafragma rendah, hepar terdorong ke bawah

• Auskultasi

– suara napas vesikuler normal, atau melemah – terdapat ronki dan atau

mengi pada waktu

bernapas biasa atau pada ekspirasi paksa

– ekspirasi memanjang – bunyi jantung terdengar

(8)

1. Faal paru - Spirometri

- Uji bronkodilator 2. Laboratorium darah 3. Pemeriksaan Radiologi

- Pemeriksaan penunjang lanjutan 4. Faal paru lengkap

5. Uji latih kardiopulmoner 6. Uji provokasi bronkus 7. Analisis gas darah

8. Radiologi

9. Elektrokardiografi 10.Bakteriologi

(9)

RADIOLOGI

• Diagnosis pasti

:pemeriksaan Rontgen

foto toraks P.A. Gambaran: • Hiperinflasi - Hiperlusen - Ruang retrosternal melebar - Diafragma mendatar - Jantung menggantung (jantung pendulum/ tear

drop/ eye drop appearance)

• Corakan bronkovaskuler bertambah pada 21 % kasus

(10)

Gejala dari eksaserbasi akut, yaitu:

-Peningkatan volum sputum -Peningkatan purulensi atau perubahan warna sputum

-Sesak nafas yang bertambah berat.

Tipe I

Tipe II

Tipe III

(11)

Gagal jantung kongesti 1. Ronki halus di basal paru

2. Foto thorak memperlihatkan pembesaran jantung, edema paru

3. Riwayat hipertensi

4. Pemeriksaan faal paru: indikasi restriksi volume Bronkiektasis 1. Sputum purulen dalam jumlah yang banyak

2. Sering berhubungan dengan infeksi bakteri

3. Foto thoraks: dilatasi bronkus dan penebalan dinding bronkus

Tuberkulosis 1. Onset semua usia

2. Gambaran thoraks : infiltrasi paru 3. Konfirmasi mikrobiologi (BTA +) 4. Lokasi prevalensi TB tinggi

Diagnosis Gambaran klinis

PPOK 1. Onset pada usia pertengahan 2. Gejala semakin progresif

3. Terdapat riwayat merokok atau terpajan oleh polusi yang berbahaya. Asma 1. Onset pada awal usia dini

2. Gejala bervariasi dari hari ke hari

3. Gejala memburuk pada malam atu dini hari 4. Riwayat alergi, rhinitis, atau eksim

(12)

GOLD 2010

Derajat Klinis Faal paru

Gejala klinis (batuk, produksi suptum) Normal

Derajat I: PPOK ringan

Gejala batuk kronik dan produksi sputum tapi sering. Pada derajat ini pasien sering tidak menyadari bahwa faal paru mulai menurun

VEP1/KVP <70% VEP1≥ 80% prediksi

Derajat II: PPOK sedang

Gejala sesak mulai dirasakan saat aktivitas dan kadang ditemukan gejala batuk dan produksi sputum. Pada derajat ini biasanya pasien mulai memeriksa kesehatannya.

VEP1/KVP <70%

50%<VEP1<80% prediksi

Derajat III: PPOK berat

Gejala sesak lebih berat, penurunan aktivitas, rasa lelah dan serangan eksaserbasi semakin sering dan berdampak pada kualitas hidup pasien

VEP1/KVP <70%

30%<VEP1<50% prediksi

Derajat IV:

PPOK sangat berat

Gejala diatas ditambah tanda-tanda gagal napas atau gagal jantung kanan dan ketergantungan oksigen. Pada derajat ini kualitas hidup pasien meburuk dan jika eksaserbasi dapat mengancam jiwa

VEP1/KVP <70%

VEP1<30% prediksi atau VEP1<50% prediksi disertai gagal nafas kronik

(13)

PENATALAKSANAAN

Tujuan penatalaksanaan :

Mengurangi gejala

mencegah progresivitas penyakit

Meningkatkan toleransi latihan

Meningkatkan status kesehatan

Mencegah dan menangani komplikasi

Mencegah dan menangani eksaserbasi

menurunkan kematian

(14)

EDUKASI

Tujuan edukasi pada pasien PPOK :

• Mengenal perjalanan penyakit dan

pengobatan

• Melaksanakan pengobatan yang

maksimal

• Mencapai aktiviti optimal

• Meningkatkan kualiti hidup

(15)

Tatalaksana PPOK eksaserbasi1

• Penatalaksanaan PPOK eksaserbasi akut di rumah :

bronkodilator seperti pada PPOK stabil, dosis 4-6 kali 2-4 hirup sehari. Steroid oral dapat diberikan selama 10-14 ahri. Bila infeksi: diberikan antibiotika spektrum luas (termasuk S.pneumonie, H influenzae, M catarrhalis). Terapi eksaserbasi akut di rumah sakit:

• Terapi oksigen terkontrol, melalui kanul nasal atau venturi mask

• Bronkodilator: inhalasi agonis 2 (dosis & frekwensi

ditingkatkan) + antikolinergik. Pada eksaserbasi akut berat: + aminofilin (0,5 mg/kgBB/jam)

• Steroid: prednisolon 30-40 mg PO selama 10-14 hari. • Steroid intravena: pada keadaan berat

• Antibiotika terhadap S pneumonie, H influenza, M

catarrhalis.

(16)

Indikasi rawat inap pada PPOK

• Peningkatan gejala yang nyata, seperti sesak nafas mendadak waktu istirahat

• Riwayat PPOK berat

• Munculnya gejala fisik yang baru (sianosis, edema perifer)

• Eksaserbasi tidak responsive terhadap pengobatan • Kormobiditas signifikan

• Usia lanjut • Aritmia baru

(17)

Indikasi rawat ICU :

• Sesak berat setelah penanganan adekuat

di ruang gawat darurat atau ruang rawat.

• Kesadaran menurun, letargi, atau

kelemahan otot-otot respirasi

• Setelah pemberian oksigen tetapi terjadi

hipoksemia atau perburukan PaO

2

> 50

mmHg memerlukan ventilasi mekanik

(invasif atau non invasif)

(18)

Nama

: Tn. B

Umur

: 56 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Perkerjaan : Tidak bekerja

Tanggal Masuk RS: 20 November 2014

Tanggal pemeriksaan: 21 November 2014

(19)

Keluhan utama:

Sesak nafas yang semakin memberat sejak 1 jam SMRS

 

Riwayat Penyakit Dahulu

Sesak nafas sudah dirasakan pasien sejak 1 tahun sebelumnya. Sesak dirasakan terus menerus, tidak berkurang dengan istirahat

ataupun duduk. Sesak dirasakan sepanjang hari. Sesak tidak dicetuskan oleh makanan. Pasien

menyatakan sesak muncul bila berjalan dan terkena asap rokok/debu.

(20)

Selama 1 tahun juga pasien mengeluhkan batuk setiap hari tetapi dahaknya sedikit. Dahak berwarna putih dan tidak berdarah.

Saat masuk RS pasien mengeluhkan sesak semakin

bertambah dan dahak semakin banyak. Dahak berwarna putih dan tidak berdarah. Pasien menyatakan demam 3 hari SMRS dan saat masuk RS demam sudak tidak ada.

Pasien menyangkal bunyi ngik-ngik saat sesak, kaki bengkak disangkal, kelopak mata bengkak disangkal. Pasien tidak

pernah mengeluhkan nyeri dada. BAB dan BAK tidak ada keluhan.

(21)

Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien pernah mengonsumsi OAT kategori 1 selama 6 bulan dan dinyatakan lengkap 6 tahun yang lalu

Pasien menderita DM sejak 10 tahun yang lalu dengan pengobatan teratur (insulin 3x sehari) dan gula darah terkontrol.

Riwayat Hipertensi (-) ; Asma(-) ; Penyakit jantung (-)

 

Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada keluarga yang pernah menderita keluhan yang sama Riwayat keluarga yang menderita Asma (-) ; DM (-) ; Hipertensi (-)

(22)

Riwayat Sosial Ekonomi

Pasien sekarang tidak bekerja

Pasien pernah bekerja di penambangan batu bara di Jambi selama 25 tahun dan setiap hari berada di

lokasi pertambangan tanpa memakai masker.

Pasien pernah bekerja di pabrik kertas di bagian pencacahan kayu selama 5 tahun.

Pasien telah memiliki kebiasaan merokok sejak usia 15 tahun, 4 bungkus/hari, dan baru berhenti

merokok sejak 1 tahun yang lalu setelah merasa sesak.

(23)

Status Generalis

Keadaan umum : Sakit ringan Kesadaran : Komposmentis Tanda-tanda vital

Tekanan darah: 140/100 mmHg (IGD) & 100/80 (saat pemeriksaan) Nadi : 77x/menit (IGD) & 69x/menit (saat pemeriksaan)

Pernafasan : 25x/menit(IGD) & 12x/menit (saat pemeriksaan)  Suhu : 36,2 0C (IGD) 34,5 0C (saat pemeriksaan)

Tinggi badan : 165 cm Berat badan : 42 kg IMT : 15,4 kurang

(24)

Kepala dan leher

Konjungtiva anemis (-/-) Sklera ikterik (-/-)

Pembesaran KGB (-/-) Peningkatan JVP (-) Mata tidak cekung Bibir tidak sianosis Bibir tidak kering

Nafas cuping hidung tidak ada Tiroid tidak teraba

(25)
(26)

Paru

Inspeksi: Gerakan dada simetris, purse lip

breathing(-), barel chest(-) penggunaan

otot bantu nafas (+), sedikit pelebaran

sela iga, retraksi (+)

Palpasi : Vokal fremitus sama kanan dan

kiri

Perkusi : Hipersonor (+/+)

Auskultasi : Vesikuler(+/+) ekspirasi

memanjang, wheezing (-/-), ronki (-/-).

(27)
(28)

Jantung

Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat

Palpasi : Ictus tidak teraba

Perkusi : Batas jantung normal; dextra(ICS

V linea parasternal dextra) sinistra(ICS V

1 jari medial LMCS)

Auskultasi: Bunyi jantung normal, bising

jantung (-) gallop (-)

(29)

Abdomen

Inspeksi : Perut datar, venektasi (-)

Palpasi :Supel, Nyeri tekan (-) lien dan hepar

tidak teraba

Perkusi : Timpani

Auskultasi: Bising usus (+) normal 8x/menit

Ekstremitas

Akral hangat, capillary refill time (CRT) < 2

detik, udem(-), Pucat(-), clubbing finger (-).

(30)
(31)
(32)

Daftar masalah

PPOK eksaserbasi sedang pada derajat 3

Rencana pemeriksaan

Mikrobiologi sputum

(33)

Rencana penatalaksanaan

Non farmakologi: •Istirahat/bed rest

•Nutrisi: diet makanan dianjurkan asupan makanan dengan jumlah sedikit dan sering, makanan dengan energi yang tinggi dan hasil metabolisme CO2 yang rendah.

Farmakologi:

•O2 kanul nasal 3 L/menit

•IVFD RL+ drip aminofilin 1 amp 20 gtt/menit •Inhalasi: Combivent:pulmicort 3x sehari

•Salbutamol 2 mg 3x1

•Metilprednisolon 4 mg 3x1 •Retapyl(Theophyline) 2x1 •OBH 3xc1

(34)

PPOK eksaserbasi

akut

1. adanya keluhan sesak nafas yang semakin berat

2. jumlah sputum yang bertambah banyak

1. Pasien pernah mengalami gejala sesak sebelumnya. 2. Pasien memiliki riwayat merokok

3. Pada pemeriksaan fisik ditemukan Vesikuler(+/+) ekspirasi memanjang, pelebaran sela iga, penggunaan otot bantu nafas , retraksi, hipersonor

4. Dari darah rutin ditemukan adanya peningkatan kadar leukosit

5. pemeriksaan rontgen tampak adanya paru yng hiperlusen dengan gambaran emfisematous, serta sela iga letak rendah

(35)

Merokok dan terpajan dengan partikel ataupun gas beracun atau berbahaya

proses hipertrofi kelenjar mukus bronkial dan meningkatkan

produksi mukus

Batuk produktif

pelepasan enzim proteolitik (protease) dan menghambat pembentukan alfa-1 antiprotease Pada bronkitis kronis

terjadi destruksi jaringan paru disertai dilatasi rongga udara (emfisema), yang menyebakan hilangnya elastic recoil, hiperinflasi, terperangkapnya udara dan peningkatan usaha untuk bernafas sehingga terjadi sesak nafas.

Gambar

foto toraks P.A. Gambaran:

Referensi

Dokumen terkait

Dalam UU pers no 40 tahun 1999, Pers adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memperoleh,

Berdiskusi kegiatan apa saja yang sudah dimainkannya hari ini, mainan apa yang paling disukai2. Bercerita pendek yang berisi

Simpulan penelitian pengembangan ini adalah (1) Dihasilkan modul pembelajaran fisika dengan strategi inkuiri terbimbing pada materi fluida statis yang tervalidasi; (2)

Secara teoritis dapat dijadikan sumbangan informasi dan keilmuan yang yang berarti bagi lembaga yang berkompeten mengenai pentingnya kondisi fisik atlet, khususnya atlet

skor penilaian yang diperoleh dengan menggunakan tafsiran Suyanto dan Sartinem (2009: 227). Pengkonversian skor menjadi pernyataan penilaian ini da- pat dilihat

KONTRIBUSI POWER TUNGKAI DAN KESEIMBANGAN DINAMIS TERHADAP HASIL DRIBBLE-SHOOT DALAM PERMAINAN FUTSAL.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Merupakan teori yang dikembangkan berdasarkan pandangan perkembangan manusia bersifat kompleks sehingga tidak bisa hanya didasarkan pada satu fakor saja yaitu kematangan

[r]