PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF
KRONIK (PPOK)
Latar Belakang
Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) merupakan salah satu dari kelompok penyakit tidak menular yang
menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) merupakan salah satu dari kelompok penyakit tidak menular yang
menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia.
Pajanan faktor resiko, seperti faktor penjamu yang diduga berhubungan dengan PPOK, semakin
banyaknya jumlah perokok pada usia muda, serta pencemaran udara .
Pajanan faktor resiko, seperti faktor penjamu yang diduga berhubungan dengan PPOK, semakin
banyaknya jumlah perokok pada usia muda, serta pencemaran udara .
Penyakit Paru Obstruksi Kronis
Definisi
penyakit yang ditandai dengan hambatan aliran udara di saluran nafas yang sepenuhnya tidak reversibel. Hambatan aliran udara ini bersifat progresif dan berhubungan dengan respon inflamasi paru terhadap partikel atau gas yang beracun atau berbahaya
Karakteristik hambatan aliran udara pada PPOK disebabkan oleh gabungan antara obstruksi saluran nafas kecil (obstruksi bronkiolitis) dan kerusakan parenkim (emfisema).
Faktor resiko PPOK Faktor pejamu (host) Faktor prilaku (kebiasaan) merokok Faktor lingkungan (polusi udara)
Etiologi PPOK Eksaserbasi Akut
Infeksi (virus,bakteri), pajanan dengan polutan, penghentian pengobatan, bronkospasme, dan perubahan diet.
Basil enteric gram negatif, Pseudomonas, Chlamidia pneumonia,
dan Mycoplasma pnemoniae
Stres oksidatif
Eksaserbasi ditandai:
•Proses inflamasi yang meningkat pada pasien PPOKdipicu oleh infeksi bakteri, virus atau polusi lingkungan
•Eksaserbasipeningkatan hiperinflasi dan terperangkapnya udara dengan pengurangan aliran ekspirasi, sehingga terjadi peningkatan sesak nafas.
•Perburukan abnormalitas ventilasi-perfusi yang mengakibatkan hipoksemia berat
Anamnesis
– Riwayat merokok/bekas perokok dengan
atau tanpa gejala pernapasan
– Riwayat terpajan zat iritan yang bermakna
di tempat kerja
– Riwayat penyakit emfisema pada keluarga
– Terdapat faktor predisposisi pada masa
bayi/anak, mis berat badan lahir rendah
(BBLR), infeksi saluran napas berulang,
lingkungan asap rokok dan polusi udara
– Batuk berulang dengan atau tanpa dahak
– Sesak dengan atau tanpa bunyi mengi
Pemeriksaan fisis
• PPOK dini umumnya tidak ada kelainan
• Inspeksi :
– Pursed - lips breathing
– Barrel chest (diameter antero -
posterior dan transversal sebanding) – Penggunaan otot bantu napas
– Hipertropi otot bantu napas – Pelebaran sela iga
– Bila telah terjadi gagal jantung
kanan terlihat denyut vena jugularis di leher dan edema tungkai
– Penampilan pink puffer atau blue
bloater
• Palpasi
Pada emfisema fremitus melemah, sela iga melebar
• Perkusi
Pada emfisema hipersonor dan batas jantung
mengecil, letak diafragma rendah, hepar terdorong ke bawah
• Auskultasi
– suara napas vesikuler normal, atau melemah – terdapat ronki dan atau
mengi pada waktu
bernapas biasa atau pada ekspirasi paksa
– ekspirasi memanjang – bunyi jantung terdengar
1. Faal paru - Spirometri
- Uji bronkodilator 2. Laboratorium darah 3. Pemeriksaan Radiologi
- Pemeriksaan penunjang lanjutan 4. Faal paru lengkap
5. Uji latih kardiopulmoner 6. Uji provokasi bronkus 7. Analisis gas darah
8. Radiologi
9. Elektrokardiografi 10.Bakteriologi
RADIOLOGI
• Diagnosis pasti
:pemeriksaan Rontgen
foto toraks P.A. Gambaran: • Hiperinflasi - Hiperlusen - Ruang retrosternal melebar - Diafragma mendatar - Jantung menggantung (jantung pendulum/ tear
drop/ eye drop appearance)
• Corakan bronkovaskuler bertambah pada 21 % kasus
Gejala dari eksaserbasi akut, yaitu:
-Peningkatan volum sputum -Peningkatan purulensi atau perubahan warna sputum
-Sesak nafas yang bertambah berat.
Tipe I
Tipe II
Tipe III
Gagal jantung kongesti 1. Ronki halus di basal paru
2. Foto thorak memperlihatkan pembesaran jantung, edema paru
3. Riwayat hipertensi
4. Pemeriksaan faal paru: indikasi restriksi volume Bronkiektasis 1. Sputum purulen dalam jumlah yang banyak
2. Sering berhubungan dengan infeksi bakteri
3. Foto thoraks: dilatasi bronkus dan penebalan dinding bronkus
Tuberkulosis 1. Onset semua usia
2. Gambaran thoraks : infiltrasi paru 3. Konfirmasi mikrobiologi (BTA +) 4. Lokasi prevalensi TB tinggi
Diagnosis Gambaran klinis
PPOK 1. Onset pada usia pertengahan 2. Gejala semakin progresif
3. Terdapat riwayat merokok atau terpajan oleh polusi yang berbahaya. Asma 1. Onset pada awal usia dini
2. Gejala bervariasi dari hari ke hari
3. Gejala memburuk pada malam atu dini hari 4. Riwayat alergi, rhinitis, atau eksim
GOLD 2010
Derajat Klinis Faal paru
Gejala klinis (batuk, produksi suptum) Normal
Derajat I: PPOK ringan
Gejala batuk kronik dan produksi sputum tapi sering. Pada derajat ini pasien sering tidak menyadari bahwa faal paru mulai menurun
VEP1/KVP <70% VEP1≥ 80% prediksi
Derajat II: PPOK sedang
Gejala sesak mulai dirasakan saat aktivitas dan kadang ditemukan gejala batuk dan produksi sputum. Pada derajat ini biasanya pasien mulai memeriksa kesehatannya.
VEP1/KVP <70%
50%<VEP1<80% prediksi
Derajat III: PPOK berat
Gejala sesak lebih berat, penurunan aktivitas, rasa lelah dan serangan eksaserbasi semakin sering dan berdampak pada kualitas hidup pasien
VEP1/KVP <70%
30%<VEP1<50% prediksi
Derajat IV:
PPOK sangat berat
Gejala diatas ditambah tanda-tanda gagal napas atau gagal jantung kanan dan ketergantungan oksigen. Pada derajat ini kualitas hidup pasien meburuk dan jika eksaserbasi dapat mengancam jiwa
VEP1/KVP <70%
VEP1<30% prediksi atau VEP1<50% prediksi disertai gagal nafas kronik
PENATALAKSANAAN
Tujuan penatalaksanaan :
•
Mengurangi gejala
•
mencegah progresivitas penyakit
•
Meningkatkan toleransi latihan
•
Meningkatkan status kesehatan
•
Mencegah dan menangani komplikasi
•
Mencegah dan menangani eksaserbasi
•
menurunkan kematian
EDUKASI
Tujuan edukasi pada pasien PPOK :
• Mengenal perjalanan penyakit dan
pengobatan
• Melaksanakan pengobatan yang
maksimal
• Mencapai aktiviti optimal
• Meningkatkan kualiti hidup
Tatalaksana PPOK eksaserbasi1
• Penatalaksanaan PPOK eksaserbasi akut di rumah :
bronkodilator seperti pada PPOK stabil, dosis 4-6 kali 2-4 hirup sehari. Steroid oral dapat diberikan selama 10-14 ahri. Bila infeksi: diberikan antibiotika spektrum luas (termasuk S.pneumonie, H influenzae, M catarrhalis). Terapi eksaserbasi akut di rumah sakit:
• Terapi oksigen terkontrol, melalui kanul nasal atau venturi mask
• Bronkodilator: inhalasi agonis 2 (dosis & frekwensi
ditingkatkan) + antikolinergik. Pada eksaserbasi akut berat: + aminofilin (0,5 mg/kgBB/jam)
• Steroid: prednisolon 30-40 mg PO selama 10-14 hari. • Steroid intravena: pada keadaan berat
• Antibiotika terhadap S pneumonie, H influenza, M
catarrhalis.
Indikasi rawat inap pada PPOK
• Peningkatan gejala yang nyata, seperti sesak nafas mendadak waktu istirahat
• Riwayat PPOK berat
• Munculnya gejala fisik yang baru (sianosis, edema perifer)
• Eksaserbasi tidak responsive terhadap pengobatan • Kormobiditas signifikan
• Usia lanjut • Aritmia baru
Indikasi rawat ICU :
• Sesak berat setelah penanganan adekuat
di ruang gawat darurat atau ruang rawat.
• Kesadaran menurun, letargi, atau
kelemahan otot-otot respirasi
• Setelah pemberian oksigen tetapi terjadi
hipoksemia atau perburukan PaO
2> 50
mmHg memerlukan ventilasi mekanik
(invasif atau non invasif)
Nama
: Tn. B
Umur
: 56 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Perkerjaan : Tidak bekerja
Tanggal Masuk RS: 20 November 2014
Tanggal pemeriksaan: 21 November 2014
Keluhan utama:
Sesak nafas yang semakin memberat sejak 1 jam SMRS
Riwayat Penyakit Dahulu
Sesak nafas sudah dirasakan pasien sejak 1 tahun sebelumnya. Sesak dirasakan terus menerus, tidak berkurang dengan istirahat
ataupun duduk. Sesak dirasakan sepanjang hari. Sesak tidak dicetuskan oleh makanan. Pasien
menyatakan sesak muncul bila berjalan dan terkena asap rokok/debu.
Selama 1 tahun juga pasien mengeluhkan batuk setiap hari tetapi dahaknya sedikit. Dahak berwarna putih dan tidak berdarah.
Saat masuk RS pasien mengeluhkan sesak semakin
bertambah dan dahak semakin banyak. Dahak berwarna putih dan tidak berdarah. Pasien menyatakan demam 3 hari SMRS dan saat masuk RS demam sudak tidak ada.
Pasien menyangkal bunyi ngik-ngik saat sesak, kaki bengkak disangkal, kelopak mata bengkak disangkal. Pasien tidak
pernah mengeluhkan nyeri dada. BAB dan BAK tidak ada keluhan.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien pernah mengonsumsi OAT kategori 1 selama 6 bulan dan dinyatakan lengkap 6 tahun yang lalu
Pasien menderita DM sejak 10 tahun yang lalu dengan pengobatan teratur (insulin 3x sehari) dan gula darah terkontrol.
Riwayat Hipertensi (-) ; Asma(-) ; Penyakit jantung (-)
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga yang pernah menderita keluhan yang sama Riwayat keluarga yang menderita Asma (-) ; DM (-) ; Hipertensi (-)
Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien sekarang tidak bekerja
Pasien pernah bekerja di penambangan batu bara di Jambi selama 25 tahun dan setiap hari berada di
lokasi pertambangan tanpa memakai masker.
Pasien pernah bekerja di pabrik kertas di bagian pencacahan kayu selama 5 tahun.
Pasien telah memiliki kebiasaan merokok sejak usia 15 tahun, 4 bungkus/hari, dan baru berhenti
merokok sejak 1 tahun yang lalu setelah merasa sesak.
Status Generalis
Keadaan umum : Sakit ringan Kesadaran : Komposmentis Tanda-tanda vital
Tekanan darah: 140/100 mmHg (IGD) & 100/80 (saat pemeriksaan) Nadi : 77x/menit (IGD) & 69x/menit (saat pemeriksaan)
Pernafasan : 25x/menit(IGD) & 12x/menit (saat pemeriksaan) Suhu : 36,2 0C (IGD) 34,5 0C (saat pemeriksaan)
Tinggi badan : 165 cm Berat badan : 42 kg IMT : 15,4 kurang
Kepala dan leher
Konjungtiva anemis (-/-) Sklera ikterik (-/-)
Pembesaran KGB (-/-) Peningkatan JVP (-) Mata tidak cekung Bibir tidak sianosis Bibir tidak kering
Nafas cuping hidung tidak ada Tiroid tidak teraba
Paru
Inspeksi: Gerakan dada simetris, purse lip
breathing(-), barel chest(-) penggunaan
otot bantu nafas (+), sedikit pelebaran
sela iga, retraksi (+)
Palpasi : Vokal fremitus sama kanan dan
kiri
Perkusi : Hipersonor (+/+)
Auskultasi : Vesikuler(+/+) ekspirasi
memanjang, wheezing (-/-), ronki (-/-).
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus tidak teraba
Perkusi : Batas jantung normal; dextra(ICS
V linea parasternal dextra) sinistra(ICS V
1 jari medial LMCS)
Auskultasi: Bunyi jantung normal, bising
jantung (-) gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : Perut datar, venektasi (-)
Palpasi :Supel, Nyeri tekan (-) lien dan hepar
tidak teraba
Perkusi : Timpani
Auskultasi: Bising usus (+) normal 8x/menit
Ekstremitas
Akral hangat, capillary refill time (CRT) < 2
detik, udem(-), Pucat(-), clubbing finger (-).
Daftar masalah
PPOK eksaserbasi sedang pada derajat 3
Rencana pemeriksaan
Mikrobiologi sputum
Rencana penatalaksanaan
Non farmakologi: •Istirahat/bed rest
•Nutrisi: diet makanan dianjurkan asupan makanan dengan jumlah sedikit dan sering, makanan dengan energi yang tinggi dan hasil metabolisme CO2 yang rendah.
Farmakologi:
•O2 kanul nasal 3 L/menit
•IVFD RL+ drip aminofilin 1 amp 20 gtt/menit •Inhalasi: Combivent:pulmicort 3x sehari
•Salbutamol 2 mg 3x1
•Metilprednisolon 4 mg 3x1 •Retapyl(Theophyline) 2x1 •OBH 3xc1
PPOK eksaserbasi
akut
1. adanya keluhan sesak nafas yang semakin berat
2. jumlah sputum yang bertambah banyak
1. Pasien pernah mengalami gejala sesak sebelumnya. 2. Pasien memiliki riwayat merokok
3. Pada pemeriksaan fisik ditemukan Vesikuler(+/+) ekspirasi memanjang, pelebaran sela iga, penggunaan otot bantu nafas , retraksi, hipersonor
4. Dari darah rutin ditemukan adanya peningkatan kadar leukosit
5. pemeriksaan rontgen tampak adanya paru yng hiperlusen dengan gambaran emfisematous, serta sela iga letak rendah
Merokok dan terpajan dengan partikel ataupun gas beracun atau berbahaya
proses hipertrofi kelenjar mukus bronkial dan meningkatkan
produksi mukus
Batuk produktif
pelepasan enzim proteolitik (protease) dan menghambat pembentukan alfa-1 antiprotease Pada bronkitis kronis
terjadi destruksi jaringan paru disertai dilatasi rongga udara (emfisema), yang menyebakan hilangnya elastic recoil, hiperinflasi, terperangkapnya udara dan peningkatan usaha untuk bernafas sehingga terjadi sesak nafas.