• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH PPTK FIKSbgt.docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MAKALAH PPTK FIKSbgt.docx"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah

Sistem pendidikan di Indonesia dengan berbagai lembaga yang menyertainya ibarat membicarakan gelombang air laut yang tiada hentinya. Pengibaratan ini tidaklah berlebihan karena banyak hal yang bisa ditinjau di dalamnya serta banyak pula persoalan yang membutuhkan upaya-upaya untuk memecahkan permasalahan pendidikan tersebut.

Salah satu aspek yang terdapat dalam sistem pendidikan adalah tenaga pendidik dan kependidikan. Tenaga pendidik dan kependidikan dalam proses pendidikan memang peranan penting terutama dalam upaya membentuk karakter bangsa melalui pengembangan kepribadian dan nilai-nilai yang hendak dicapai. Dipandang dari dimensi pembelajaran, peranan pendidik terhadap masyarakat Indonesia tetap dominan sekalipun teknologi yang ada saat ini sudah sedemikian canggihnya. Hal ini disebabkan karena ada dimensi-dimensi proses pendidikan dan pembelajaran yang diperankan oleh pendidik yang tidak dapat digantikan oleh teknologi. Fungsi mereka tidak akan bisa seluruhnya dihilangkan sebagai pendidik dan pengajar bagi peserta didiknya. Begitupun dengan tenaga kependidikan, mereka bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan dan pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan.

Sehubungan dengan tuntutan ke arah profesionalisme tenaga pendidik dan kependidikan, maka sekarang ini sedang digalakkan program peningkatan mutu pendidikan pada setiap jenis dan jenjang pendidikan yang telah menjadi komitmen nasional. Di samping itu, untuk mengatasi permasalahan tersebut diperlukan suatu manajemen tenaga kependidikan yang diharapkan mampu meningkatkan kualitas sistem pendidikan yang lebih maju.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana pembinaan karir tenaga kependidikan? 2. Bagaimana jenjang karir tenaga kependidikan? 3. Bagaimana sertifikasi tenaga kependidikan?

1.3 Tujuan

1. Memahami pengertian dari pembinaan karir pendidik. 2. Memahami konsep jenjang karir tenaga kependidikan. 3. Memahami sertifikasi tenaga kependidikan

(2)

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pembinaan Karir Pendidik 2.1.1 Pengertian Karir

Sebagian orang menganggap karir (career) sebagai promosi di dalam organisasi. Kata “karir” dapat dipandang dari berbagai macam perspektif. Dari satu perspektif, karir merupakan urutan – urutan posisi yang diduduki oleh seseorang selama masa hidupnya yang objektif. Ini merupakan pengertian karir secara objektif. Dari perspektif lainnya, karir terdiri atas perubahan nilai – nilai, sikap, dan motivasi yang terjadi karena seseorang semakin menjadi menua. Kedua perspektif tersebut, objektif dan subjektif, terfokus pada individu. Kedua perspektif tadi menganggap bahwa orang memiliki beberapa tingkat pengendalian terhadap nasib mereka, sehingga mereka dapat mengubah peluang untuk memaksimalkan keberhasilan dan kepuasan yang berasal dari karir mereka.

Menurut John Soeprihanto, karir adalah perkembangan para pegawai secara individu dalam jenjang jabatan atau kepangkatan yang dapat dicapai selama masa kerja dalam suatu organisasi. Dalam hal ini pengertian karir tidak hanya terfokus pada individu melainkan juga organisasi.

Dengan demikian lebih lanjut pendapat – pendapat tersebut mengasumsikan bahwa aktivitas sumber daya manusia haruslah mengenali tahap karir, dan membantu para pegawai dengan tugas – tugas pengembangan yang mereka hadapi di setiap tahap karir. Dalam hal ini perencanaan karir sangat penting karena konsekuensi keberhasilan atau kegagalan karir terkait erat dengan konsep diri, identitas, dan kepuasan setiap individu terhadap karir dan kehidupannya.

2.1.2 Karir Guru/Konselor Sekolah

Karir guru/Konselor sekolah meliputi dua hal, yaitu :

1. Karir struktural, berhubungan dengan kedudukan seseorang di dalam struktur organisasi tempat dia bekerja, misalnya menjabat sebagai Wali Kelas, Kepala Sekolah, Wakasek, dan lain – lain. Karir ini memiliki tuntutan tanggung jawab tertentu bagi seorang guru, sehingga wawasan atau pengetahuan, sikap, dan keterampilan seorang guru/Konselor harus ditingkatkan untuk menjawab tuntutan yang dimaksud.

2. Karir Fungsional, berhubungan dengan tingkatan atau pencapaian formal seseorang di dalam profesi yang ia geluti, contohnya guru madya, guru dewasa, guru pembina, guru professional. Agar dapat mengalami kenaikan karir, seorang guru/konselor perlu mengerjakan sejumlah tugas-tugas profesional yang memiliki nilai kredit tertentu dan dibuktikan dengan dokumen-dokumen legal. Akumulasi nilai kredit yang dimaksud harus dapat memenuhi jumlah nilai tertentu yang ditetapkan pemerintah. Kedua jenis karir guru/konselor di sekolah tersebut dapat dicapai

(3)

tentunya dengan sejumlah pemerolehan kompetensi-kompetensi guru/konselor yang tinggi.

2.1.3 Beberapa Alasan Perlunya Pengembangan Karir Guru (Pendidik)

Uraian berikut akan memaparkan tentang alasan-alasan mengapa perlu dilakukan pengembangan profesi dan karir guru. Ada beberapan alasan mengapa guru harus mengembangkan profesinya (kompetensi). Beberapa alasan penting adalah sebagai berikut. a.Perkembangan Ilmu dan Teknologi (IPTEK).

Ilmu pengetahuan dan teknologi(IPTEK), baik sebagai substansi materi ajar maupun piranti penyelenggaraan pembelajaran, terus berkembang. Dinamika ini menuntut guru selalu meningkatkan dan menyesuaikan kompetensinya agar mampu mengembangkan dan menyajikan materi pelajaran yang aktual dengan menggunakan berbagai pendekatan, metoda, dan teknologi pembelajaran terkini. Hanya dengan cara itu guru mampu menyelenggarakan pembelajaran yang berhasil mengantarkan peserta didik memasuki dunia kehidupan sesuai dengan kebutuhan dan tantangan pada zamannya. Sebaliknya, ketidakmauan dan ketidakmampuan guru menyesuaikan wawasan dan kompetensi dengan tuntutan perkembangan lingkungan profesinya justru akan menjadi salah satu faktor penghambat ketercapaian tujuan pendidikan dan pembelajaran (Danim, 2012: 16). Perkembangan IPTEK menjadi salah satu pendorong yang mengharuskan para guru untuk melakukan pengembangan profesinya. Perkembangan IPTEK secara empiris menunjukkan begitu besar dampaknya pada berbagai dimensi pembangunan, khususnya bidang pendidikan. Perkembangan Teknologi

Informasi dan Komunikasi (TIK) atau Information and Communication Technology (ICT) menjadi tantangan mutakhir bagi dunia pendidikan. E-learning, e-book, mobile learning dan sejenisnya adalah wujud dari perkembangan IPTEK mutakhir. Para guru mau tidak mau, suka tidak suka harus mampu beradaptasi dan/atau menggunakan teknologi tersebut. Jika

tidak, maka profesi guru tidak akan eksis. b.Tuntutan Lembaga Pendidikan.

Dengan adanya dampak perkembangan IPTEK maka berbagai institusi pendidikan mempunyai tuntutan baru. Tidak ada satu pun lembaga pendidikan (sekolah atau perguruan tinggi) yang ingin ketinggalan IPTEK karena apabila mengabaikan perkembangan IPTEK berarti lembaga pendidikan tersebut harus siap untuk ditinggalkan oleh stakeholder. Dinamika ini menuntut guru selalu meningkatkan kualitas profesinya dengan mengembangkan pengetahuan baru, keterampilan baru, dan sikap baru sesuai dengan tuntutan lembaga pendidikan. Lembaga-lembaga pendidikan harus menerapkan teknologi baru sehingga tidak ketinggalan jaman. Penerapan dan pengembangan teknologi baru di lembaga pendidikan merupakan tanggung jawab utama guru karena gurulah yang bertugas langsung dalam proses pembelajaran. Belakangan ini lembaga - lembaga pendidikan berkompetisi untuk memberikan layanan terbaik dan mengedepankan penerapan teknologi baru

(4)

dalam manajemen lembaga dan proses pembelajaran, khususnya Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), sehingga lembaga pendidikan tersebut tidak kalah dalam pentas persaingan lembaga pendidikan.

c.Tuntutan Dunia Kerja.

Tuntutan lapangan kerja yang mengedepankan kualitas sumber daya manusia mendorong berbagai lembaga pendidikan untuk terus meningkatkan kualitas pendidikan (pembelajaran). Dengan terbatasnya lapangan kerja pada satu sisi, dan tuntutan persyaratan penerimaan tenaga kerja pada sisi lain mengharuskan lembaga – lembaga pendidikan mengadaptasikan kurikulum dengan kebutuhan lapangan kerja. Di sinilah para guru dituntut untuk terus belajar dan mengembangkan kurikulum (materi pelajaran) sehingga para lulusannya nanti mampu bersaing dalam pasar lapangan kerja. Lembaga pendidikan yang tidak mampu mempersiapkan para peserta didiknya dengan keterampilan, pengetahuan, dan sikap yang dipersyaratkan lapangan kerja maka cepat atu lambat lembaga pendidikan tersebut akan tersisihkan.

d.Persaingan global.

Lembaga-lembaga pendidikan terus dihadapkan dengan persaingan yang sangat ketat diantara lembaga-lembaga pendidikan (sekolah/perguruan tinggi) yang berkembang secara global. Semua lembaga pendidikan dituntut untuk mampu ikut tampil ambil bagian dalam proses perubahan dan perkembangan serta peningkatan kualitas pendidikan. Untuk dapat ambil bagian dalam kompetisi lembaga pendidikan maka lembaga-lembaga pendidikan harus melakukan berbagai aktivitas untuk peningkatan kualitas dalam seluruh komponennya, khususnya peningkatan kualitas atau profesi guru. Lembaga-lembaga pendidikan (atau guru/dosen) yang tidak sanggup melakukan peningkatan kualitas kompetensinya cepat atau lambat akan ditinggalkan oleh stakeholder. Sekolah atau perguruan tinggi yang tidak mengembangkan media teknologi informasi dan komunikasi dan guru atau dosennya tidak terbiasa menggunakan media tersebut akan dipersepsi negatif oleh para stakeholders.

e.Harga diri (moral).

Keberhasilan pendidikan sangat ditentukan oleh kewibawaan guru. Kewibawaan guru menunjukkan harga diri (moral) guru. Guru yang menunjukkan kinerja yang tinggi, yang ditunjukkan antara lain dalam hal penguasaan materi dan dalam mengelola interaksi pembelajaran, termasuk penggunaan IPTEK (TIK) dalam pembelajaran akan memperoleh penilaian positif dari peserta didik. Sebaliknya, guru yang memiliki kemampuan terbatas dalam penguasaan materi dan mengajar akan kehilanganwibawa di hadapan peserta didik. Oleh sebab itu guru harus senantiasa meng-update keterampilan, pengetahuan, dan sikapnya. Tidak jarang guru menyikapi dengan keras pada para peserta didiknya jika banyak bertanya, padahal semestinya guru senang jika para peserta didiknya suka bertanya karena menunjukkan keingintahuan mereka tinggi. Guru yang bersikap demikian biasanya guru yang memang kurang menguasai materi pelajaran, sehingga kalau guru merasa tidak siap menjawab pertanyaan – pertanyaan siswanya tidak dibuka forum tanya jawab, bahkan memarahi siswanya yang suka bertanya, bahkan kadang guru mengambil siasat dengan

(5)

menyuruh siswanya mencari sendiri jawabannya dengan alasan mengembangkan belajar mandiri atau alasan-alasan lain yang tidak rasional.

f.Rendahnya profesionalisme guru.

Ada lima penyebab rendahnya profesionalisme guru: (1) masih banyak guru yang tidak menekuni profesinya secara total, (2) rentan dan rendahnya kepatuhan guru terhadap norma dan etika profesi keguruan, (3) pengakuan terhadap ilmu pendidikan dan keguruan masih setengah hati dari pengambilan kebijakan dan pihak - pihak terlibat. Hal ini terbukti dari masih belum mantapnya kelembagaan pencetak tenaga keguruan dan kependidikan, (4) masih belum smooth - nya perbedaan pendapat tentang proporsi materi ajar yang diberikan kepada calon guru, (5) masih belum berfungsi PGRI sebagai organisasi profesi yang berupaya secara maksimal meningkatkan profesionalisme anggotanya.Dengan melihat adanya faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya profesionalisme guru, pemerintah berupaya untuk mencari alternatif untuk meningkatkan profesi guru (Akadum, 1999:17). Selanjutnya Akadum menegaskan bahwa dunia guru masih terselingkung duamasalah yang memiliki mutual korelasi yang pemecahannya memerlukan kearifan dan kebijaksanaan beberapa pihak terutama pengambil kebijakan; (1) profesi keguruan kurang menjamin kesejahteraan karena rendah gajinya.Rendahnya gaji berimplikasi pada kinerjanya; (2) profesionalisme guru masih rendah (Akadum, 1999:16).

Tentang keraguan terhadap kompetensi guru dimuat pula dalam Materi Pendidikan dan Latihan Profesi Guru bahwa hingga kini, baik dalam fakta maupun persepsi, masih banyak kalangan yang meragukan kompetensi guru baik dalam bidang studi yang diajarkan maupun bidang lain yang mendukung terutama bidang didaktik dan metodik pembelajaran. Keraguan ini cukup beralasan karena didukung oleh hasil uji kompetensi yang menunjukkan masih banyak guru yang belum mencapai standar kompetensi yang ditetapkan. Uji kompetensi ini juga menunjukkan bahwa masih banyak guru yang tidak menguasai penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Uji-coba studi video terhadap sejumlah guru di beberapa lokasi sampel melengkapi bukti keraguan itu. Kesimpulan lain yang cukup mengejutkan dari studi tersebut di antaranya adalah bahwa pembelajaran di kelas lebih didominasi oleh ceramah satu arah dari guru dan sangat jarang terjadi tanya jawab. Ini mencerminkan betapa masih banyak guru yang tidak berusaha meningkatkan dan memutakhirkan profesionalismenya (Danim, 2012:16).

Akibat dari masih banyaknya guru yang tidak menguasai kompetensi yang dipersyaratkan ditambah dengan kurangnya kemampuan untuk menggunakan TIK membawa dampak pada siswa paling tidak dalam dua hal. Pertama, siswa hanya terbekali dengan kompetensi yang sudah usang. Akibatnya, produk sistem pendidikan dan pembelajaran tidak siap terjun ke dunia kehidupan nyata yang nyata terus berubah. Kedua, pembelajaran yang diselenggarakan oleh guru juga kurang kondusif bagi tercapainya tujuan secara aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan karena tidak didukung oleh penggunaan teknologi pembelajaran yang modern dan handal. Hal itu didasarkan pada kenyataan bahwa substansi materi pelajaran yang harus dipelajari oleh anak didik terus berkembang baik volume maupun kompleksitasnya (Danim, 2013:16-17).

(6)

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Bagian Kelima, sebagai berikut:

Pasal 32: (1) Pembinaan dan pengembangan guru meliputi pembinaan dan pengembangan profesi dan karier. (2) Pembinaan dan pengembangan profesi guru sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional.

(3) Pembinaan dan pengembangan profesi guru sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui jabatan fungsional. (4) Pembinaan dan pengembangan karier guru sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi penugasan, kenaikan pangkat, dan promosi.

Pasal 33: Kebijakan strategis pembinaan dan pengembangan profesi dan karier

guru pada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah, pemerintah daerah, atau masyarakat ditetapkan dengan Peraturan Menteri.

Pasal 34: (1) Pemerintah dan pemerintah daerah wajib membina dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi guru pada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat. (2) Satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat wajib membina dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi guru. (3) Pemerintah dan pemerintah daerah wajib memberikan anggaran untuk meningkatkan profesionalitas dan pengabdian guru pada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat. Pengembangan dan/atau pemberdayaan guru hendaknya dilakukan dengan cara - cara atau strategi yang baik. Sebagaimana diketengahkan dalam Undang - Undang Nomor 14 tahun 2005, Pasal 7, Ayat 2 pemberdayaan profesi guru atau pemberdayaan profesi dosen diselenggarakan melalui pengembangan diri yang dilakukan secara demokratis, berkeadilan, tidak diskriminatif, dan berkelanjutan dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, kemajemukan bangsa, dan kode etik profesi.

2.1.4 Prinsip-prinsip Pengembangan Profesi (Kompetensi)

Ada ada dua prinsip utama pengembangan atau pembinaan kompetensi (profesi) dan karir guru, yakni prinsip umum dan khusus.

a)Prinsip-prinsip Umum

Secara umum program peningkatan kompetensi guru diselenggarakan dengan menggunakan prinsip-prinsip seperti berikut ini (Danim, 2012:17-18):

1)Demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa.

2)Satu kesatuan yang sistemik dengan sistem terbuka dan multimakna. 3)Suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan guru yang berlangsung sepanjang hayat.

4)Memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas guru dalam proses pembelajaran.

5)Memberdayakan semua komponen masyarakat melalui peran serta Dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan pendidikan.

(7)

b)Prinsip-prinsip Khusus

Secara khusus program peningkatan kompetensi guru diselenggarakan dengan menggunakan prinsip-prinsip seperti berikut ini.

1) Ilmiah, keseluruhan materi dan kegiatan yang me njadi muatan dalam

kompetensi dan indikator harus benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan.

2) Relevan, rumusannya berorientasi pada tugas dan fungsi guru sebagai tenaga pendidik profesional yakni memiliki kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional.

3)Sistematis, setiap komponen dalam kompetensi jabatan guru berhubungan secara fungsional dalam mencapai kompetensi.

4) Konsisten, adanya hubungan yang ajeg dan taat asas antara kompetensi dan indikator.

5) Aktual dan kontekstual, yakni rumusan kompetensi dan indikator dapat

mengikuti perkembangan Ipteks.

6)Fleksibel, rumusan kompetensi dan indikator dapat berubah sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan jaman.

7)Demokratis, setiap guru memiliki hak dan peluang yang sama untuk diberdayakan melalui proses pembinaan dan pengembangan profesionalitasnya, baik secara individual maupun institusional.

8)Obyektif, setiap guru dibina dan dikembangkan profesi dan karirnya dengan

mengacu kepada hasil penilaian yang dilaksanakan berdasarkan indikator-indikator terukur dari kompetensi profesinya.

9)Komprehensif, setiap guru dibina dan dikembangkan profesi dan karirnya untuk mencapai kompetensi profesi dan kinerja yang bermutu dalam

memberikan layanan pendidikan dalam rangka membangun generasi yang memiliki pengetahuan, kemampuan atau kompetensi, mampu menjadi dirinya sendiri, dan bisa menjalani hidup bersama orang lain.

10)Memandirikan, setiap guru secara terus menerus diberdayakan untuk mampu meningkatkan kompetensinya secara berkesinambungan, sehingga memiliki kemandirian profesional dalam melaksanakan tugas dan fungsi profesinya. 11)Profesional, pembinaan dan pengembangan profesi dan karir guru dilaksanakan dengan mengedepankan nilai-nilai profesionalitas.

12)Bertahap, dimana pembinaan dan pengembangan profesi dan karir guru dilaksanakan berdasarkan tahapan waktu atau tahapan kualitas kompetensi yang dimiliki oleh guru.

13)Berjenjang, pembinaan dan pengembangan profesi dan karir guru dilaksanakan secara berjenjang berdasarkan jenjang kompetensi atau tingkat kesulitan kompetensi yang ada pada standar kompetensi.

14)Berkelanjutan, pembinaan dan pengembangan profesi dan karir guru dilaksanakan sejalan dengan perkembangan ilmu pentetahuan, teknologi dan seni, serta adanya kebutuhan penyegaran kompetensi guru.

(8)

15)Akuntabel, pembinaan dan pengembangan profesi dan karir guru dapat dipertanggungjawabkan secara transparan kepada public.

16)Efektif, pelaksanaan pembinaan dan pengembangan profesi dan karir guru

harus mampu memberikan informasi yang bisa digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan yang tepat oleh pihak-pihak yang terkait dengan profesi dan karir lebih lanjut dalam upaya peningkatan kompetensi dan kinerja guru.

17)Efisien, pelaksanaan pembinaan dan pengembangan profesi dan karir guru harus didasari atas pertimbangan penggunaan sumberdaya seminimal mungkin

untuk mendapatkan hasil yang optimal. Aktualitas tugas dan fungsi penyandang profesi guru berbasis pada prinsip-prinsip:

1)Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme.

2)Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan ,ketakwaan, dan akhlak mulia.

3)Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas.

4)Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas. 5)Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan. 6)Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja.

7)Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat.

8) Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.

9) Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru.

2.2 Sertifikasi Guru

Pengertian Sertifikasi adalah - proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru dan dosen. Sertifikasi pendidik adalah bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan kepada guru dan dosen sebagai tenaga profesional (UU RI No 14 Tahun 2005 dalam Depdiknas, 2004).

Berdasarkan pengertian tersebut, sertifikasi guru dapat diartikan sebagai suatu proses pemberian pengakuan bahwa seseorang telah memiliki kompetensi untuk melaksanakan pelayanan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu, setelah lulus uji kompetensi yang diselenggarakan oleh lembaga sertifikasi. Dengan kata lain, sertifikasi guru adalah proses uji kompetensi yang dirancang untuk mengungkapkan penguasaan kompetensi seseorang sebagai landasan pemberian sertifikat pendidik (UU RI No 14 Tahun 2005 dalam Depdiknas, 2004). Sertifikasi guru merupakan kebijakan yang sangat strategis, karena langkah dan tujuan melakukan sertifikasi guru untuk meningkat kualitas guru, memiliki kompetensi, mengangkat harkat dan wibawa guru sehingga guru lebih dihargai dan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia (Sanaky, 2004).

(9)

2.2.1 Prinsip Sertifikasi Guru

Menurut Jalal (2007), prinsip sertifikasi guru adalah sebagai berikut: a. Dilaksanakan secara objektif, transparan, dan akuntabel.

Objektif yaitu mengacu kepada proses perolehan sertifikat pendidik yang impartial, tidak diskriminatif, dan memenuhi standar pendidikan nasional. Transparan yaitu mengacu kepada proses sertifikasi yang memberikan peluang kepada para pemangku kepentingan pendidikan untuk memperoleh akses informasi tentang proses dan hasil sertifikasi. Akuntabel merupakan proses sertifikasi yang dipertanggungjawabkan kepada pemangku kepentingan pendidikan secara administratif, finansial, dan akademik.

b. Berujung pada peningkatan mutu pendidikan nasional melalui peningkatan guru dan kesejahteraan guru.

Sertifikasi guru merupakan upaya Pemerintah dalam meningkatkan mutu guru yang dibarengi dengan peningkatan kesejahteraan guru. Guru yang telah lulus uji sertifikasi guru akan diberi tunjangan profesi sebesar satu kali gaji pokok sebagai bentuk upaya pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan guru. Tunjangan tersebut berlaku, baik bagi guru yang berstatus pegawai negeri sipil (PNS) maupun bagi guru yang berstatus non-pegawai negeri sipil (non PNS/swasta). Dengan peningkatan mutu dan kesejahteraan guru maka diharapkan dapat meningkatkan mutu pembelajaran dan mutu pendidikan di Indonesia secara berkelanjutan.

c. Dilaksanakan sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan.

Program sertifikasi pendidik dilaksanakan dalam rangka memenuhi amanat Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

d. Dilaksanakan secara terencana dan sistematis.

Agar pelaksanaan program sertifikasi dapat berjalan dengan efektif dan efesien harus direncanakan secara matang dan sistematis. Sertifikasi mengacu pada kompetensi guru dan standar kompetensi guru. Kompetensi guru mencakup empat kompetensi pokok yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional, sedangkan standar kompetensi guru mencakup kompetensi inti guru yang kemudian dikembangkan menjadi kompetensi guru TK/RA, guru kelas SD/MI, dan guru mata pelajaran. Untuk memberikan sertifikat pendidik kepada guru, perlu dilakukan uji kompetensi melalui penilaian portofolio.

e. Jumlah peserta sertifikasi guru ditetapkan oleh pemerintah.

Untuk alasan efektifitas dan efisiensi pelaksanaan sertifikasi guru serta penjaminan kualitas hasil sertifikasi, jumlah peserta pendidikan profesi dan uji kompetensi setiap

(10)

tahunnya ditetapkan oleh pemerintah. Berdasarkan jumlah yang ditetapkan pemerintah tersebut, maka disusunlah kuota guru peserta sertifikasi untuk masing-masing Provinsi dan Kabupaten/Kota. Penyusunan dan penetapan kuota tersebut didasarkan atas jumlah data individu guru per Kabupaten/ Kota yang masuk di pusat data Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan.

2.2.2 Dasar Hukum Pelaksanaan Program Sertifikasi Guru

Sertifikasi bagi guru dalam jabatan sebagai upaya meningkatkan profesionalisme guru dan meningkatkan mutu layanan dan hasil pendidikan di Indonesia, diselenggarakan berdasarkan landasan hukum sebagai berikut (Samani, 2007):

1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.

3. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. 4. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2005 tentang Standar

Kualifikasi dan Kompetensi Pendidik.

5. Fatwa/Pendapat Hukum Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor I.UM.01.02-253.

6. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 18 Tahun 2007 tentang Sertifikasi bagi Guru dalam Jabatan.

2.2.3 Persyaratan Untuk Sertifikasi Guru

Persyaratan ujian sertifikasi dibedakan menjadi dua, yaitu persyaratan akademik dan nonakademik.

Adapun persyaratan akademik adalah sebagai berikut:

(1) Bagi guru TK/RA , kualifikasi akademik minimum D4/S1, latar belakang pendidikan tinggi di bidang PAUD, Sarjana Kependidikan lainnya, dan Sarjana Psikologi.

(2) Bagi guru SD/MI kualifikasi akademik minimum D4/S1 latar belakang pendidikan tinggi di bidang pendidikan SD/MI, kependidikan lain, atau psikologi.

(3) Bagi guru SMP/MTs dan SMA/MA/SMK, kualifikasi akademik minimal D4/S1 latar belakang pendidikan tinggi dengan program pendidikan yang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan.

(11)

(4) Bagi guru yang memiliki prestasi istimewa dalam bidang akademik, dapat diusulkan mengikuti ujian sertifikasi berdasarkan rekomendasi dari kepala sekolah, dewan guru, dan diketahui serta disahkan oleh kepala cabang dinas dan kepala dinas pendidikan.

Persyaratan nonakademik untuk ujian sertifikasi dapat didentifikasi sebagai berikut: (1) Umur guru maksimal 56 tahun pada saat mengikuti ujian sertifikasi.

(2) Prioritas keikutsertaan dalam ujian sertifikasi bagi guru didasarkan pada jabatan fungsional, masa kerja, dan pangkat/golongan.

(3) Bagi guru yang memiliki prestasi istimewa dalam nonakademik, dapat diusulkan mengikuti ujian sertifikasi berdasarkan rekomendasi dari kepala sekolah, dewan guru, dan diketahui serta disahkan oleh kepala cabang dinas dan kepala dinas pendidikan.

(4) Jumlah guru yang dapat mengikuti ujian sertifikasi di tiap wilayah ditentukan oleh Ditjen PMPTK berdasarkan prioritas kebutuhan

2.2.4 Tujuan Dan Manfaat Sertifikasi Guru

Secara umum tujuan sertifikasi guru adalah untuk meningkatkan mutu dan menentukan kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional dan meningkatkan kompetensi peserta agar mencapai standar kompetensi yang ditentukan. Secara khusus program ini bertujuan sebagai berikut.

a) Meningkatkan kompetensi guru dalam bidang ilmunya. b) Memantapkan kemampuan mengajar guru

c) Menentukan kelayakan kompetensi seseorang sebagai agen pembelajaran. d) Sebagai persyaratan untuk memasuki atau memangku jabatan professional

sebagai pendidik.

e) Mengembangkan kompetensi guru secara holistik sehingga mampu bertindak secara profesional.

f) Meningkatkan kemampuan guru dalam kegiatan penelitian dan kegiatan ilmiah lain, serta memanfaaatkan teknologi komunikasi informasi untuk kepentingan pembelajaran dan perluasan wawasan.

Adapun manfaat ujian sertifikasi guru dapat diperikan sebagai berikut.

a) Melindungi profesi guru dari praktik-praktik yang tidak kompeten, yang dapat merusak citra profesi guru.

(12)

b) Melindungi masyarakat dari praktik-praktik pendidikan yang tidak berkualitas dan profesional.

c) Menjadi wahana penjaminan mutu bagi LPTK , dan kontrol mutu dan jumlah guru bagi pengguna layanan pendidikan.

d) Menjaga lembaga penyelenggara pendidikan (LPTK) dari keinginan internal dan tekanan eksternal yang menyimpang dari ketentuan-ketentuan yang berlaku.

e) Memperoleh tujangan profesi bagi guru yang lulus ujian sertifikasi.

2.2.5 Kompetensi Guru Profesional

Menurut PP RI No. 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 28, pendidik adalah agen pembelajaran yang harus memiliki empat jenis kompetensi, yakni kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional, dan sosial. Dalam konteks itu, maka kompetensi guru dapat diartikan sebagai kebulatan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diwujudkan dalam bentuk perangkat tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang guru untuk memangku jabatan guru sebagai profesi. Keempat jenis kompetensi guru yang dipersyaratkan beserta subkom- petensi dan indikator esensialnya diuraikan sebagai berikut:

1. Kompetensi Kepribadian

Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. Secara rinci setiap elemen kepribadian tersebut dapat dijabarkan menjadi subkompetensi dan indikator esensial sebagai berikut:

a. Memiliki kepribadian yang mantap dan stabil.

Bertindak sesuai dengan norma hukum; bertindak sesuai dengan norma sosial; bangga sebagai pendidik; dan memeliki konsistensi dalam bertindak sesuai dengan norma

b. Memiliki kepribadian yang dewasa.

Menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik dan memiliki etos kerja sebagai pendidik.

(13)

Menampilkan tindakan yang didasarkan pada kemanfaatan peserta didik, sekolah, dan masyarakat dan menunjukkan keterbukaan dalam berpikir dan bertindak.

d. Memiliki kepribadian yang berwibawa.

Memiliki perilaku yang berpengaruh positif terhadap peserta didik dan memiliki perilaku yang disegani.

e. Memiliki akhlak mulia dan dapat menjadi teladan.

Bertindak sesuai dengan norma religius (imtaq, jujur, ikhlas, suka menolong), dan memiliki perilaku yang diteladani peserta didik

2. Kompetensi Pedagogik

Kemampuan Pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan pengembangan peserta didik, dan untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

Secara rinci masing-masing elemen kompetensi pedagogik tersebut dapat dijabarkan menjadi subkompetensi dan indikator esensial sebagai

berikut :

a. Memahami peserta didik.

Subkompetensi ini memiliki indikator esensial: memamahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip perkembangan kognitif; memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip kepribadian; dan mengidenti- fikasi bekal-ajar awal peserta didik. b. Merancang pembelajaran, termasuk memahami landasan pendidik-an

untuk kepentingan pembelajaran.

Subkompetensi ini memiliki indikator esensial: menerapkan teori belajar dan pembelajaran; menentukan strategi pembelajaran berdasarkan karakteristik peserta didik, kompetensi yang ingin dicapai, dan materi ajar; serta menyusun rancangan pembelajaran berdasarkan strategi yang dipilih.

c. Melaksanakan pembelajaran.

Subkompetensi ini memiliki indikator esensial: menata latar (setting) pembelajaran; dan melaksanakan pembelajaran yang kondusif.

(14)

Subkompe-tensi ini memiliki indikator esensial: melaksanakan evaluasi (assess-ment) proses dan hasil belajar secara berkesinambungan dengan berbagai metode; menganalisis hasil penilaian proses dan hasil belajar untuk menentukan tingkat ketuntasan belajar (mastery level); dan memanfaatkan hasil penilaian pembelajaran untuk perbaikan kualitas program pembelajaran secara umum.

e. Mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

Subkompetensi ini memiliki indikator esensial: memfasilitasi peserta didik untuk pengembangan berbagai potensi akademik; dan memfasilitasi peserta didik untuk mengem-bangkan berbagai potensi nonakademik.

3. Kompetensi Profesional

Kompetensi professional merupakan kemampuan yang berkenaan dengan penguasaan materi pembelajaran bidang studi secara luas dan mendalam yang mencakup penguasaan substansi isi materi kurikulum matapelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materi kurikulum tersebut, serta menambah wawasan keilmuan sebagai guru.

Secara rinci masing-masing elemen kompetensi tersebut memiliki subkompetensi dan indikator esensial sebagai berikut :

a. Menguasai substansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi. Subkompetensi ini memiliki indikator esensial: memahami materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah; memahami struktur, konsep dan metode keilmuan yang menaungi atau koheren dengan materi ajar; memahami hubungan konsep antarmata pelajaran terkait; dan menerapkan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari. b. Menguasai langkah-langkah penelitian dan kajian kritis untuk

menambah wawasan dan memperdalam pengetahuan/materi bidang studi.

(15)

Kompetensi sosial berkenaan dengan kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Kompetensi ini memiliki subkompetensi dengan indikator esensial sebagai berikut :

a. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik. Subkompetensi ini memiliki indikator esensial: berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik.

b. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesama pendidik dan tenaga kependidikan.

c. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan orang tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar.

2.2.6 Prosedur Sertifikasi Guru

Penyelenggaraan ujian sertifikasi guru melibatkan unsur lembaga, sumberdaya manusia, dan sarana pendukung. Lembaga penyelenggara ujian sertifikasi adalah LPTK yang terakreditasi dan ditunjuk oleh Pemerintah, yang anggotanya dari unsur lembaga penghasil (LPTK), lembaga pengguna (Ditjen Didasmen, Ditjen PMPTK, dan dinas pendidikan provinsi), dan unsur asosiasi profesi pendidik.

Sumber daya manusia yang diperlukan dalam ujian sertifikasi adalah pakar dan praktisi dalam berbagai bidang keahlian dan latar belakang pendidikan yang relevan. Sumber daya manusia tersebut berasal dari anggota penyelenggara di atas. Sarana pendukung yang diperlukan dalam penyelenggaraan ujian sertifikasi adalah sarana akademik, praktikum dan administratif. Sarana pendukung ini disesuaikan dengan bidang keahlian, bidang studi, rumpun bidang studi yang menjadi tujuan ujian sertifikasi yang dilaksanakan.

Adapun prosedur dalam penyelenggaraan ujian sertifikasi yang diselenggarakan oleh Ditjen PMPTK sebagai berikut:

1. Mempersiapkan perangkat dan mekanisme ujian sertifikasi serta melakukan sosialisasi ke berbagai wilayah (provinsi/ kabupaten/ kota) .

2. Melakukan rekrutmen calon peserta ujian sertifikasi sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan, baik persyaratan administratif, akademik, maupun persyaratan lain.

3. Memilih dan menetapkan peserta ujian sertifikasi sesuai dengan persyaratan, kapasitas, dan kebutuhan.

(16)

4. Mengumumkan calon peserta ujian sertifikasi yang memenuhi syarat untuk setiap wilayah.

5. Melaksanakan tes tulis bagi peserta ujian sertifikasi di wilayah yang ditentukan

6. Melaksanakan pengadministrasian hasil ujian sertifikasi secara terpusat, dan menentukan kelulusan peserta dengan ketuntasan minimal yang telah ditentukan.

7. Mengumumkan kelulusan hasil tes uji tulis sertifikasi secara terpusat melalui media elektronik dan cetak.

8. Memberikan bahan (IPKG I, IPKG II, instrumen Self-appraisal da portofolio, format penilaian atasan, dan format penilaian siswa) kepada peserta yang dinyatakan lulus tes tulis untuk persiapan uji kinerja.

9. Melaksanakan tes kinerja dalam bentuk real teaching ditempat yang telah ditentukan.

10. Mengadministrasikan hasil uji kinerja, dan mentukan kelulusannya berdasarkan akumulasi penialian dari uji kinerja, self-appraisal, portofolio dengan ketuntasan minimal yang telah ditentukan.

11. Memberikan sertifikat kepada peserta uji sertifikasi yang dinyatakan lulus.

2.2.7 Instrumen Sertifikasi Guru

Instrumen sertifikasi guru terdiri atas :

a. Kelompok instrumen tes dan kelompok instrumen nontes. Kelompok instrumen tes meliputi tes tulis dan tes kinerja. Tes tertulis dalam bentuk pilihan ganda yang meliputi kompetensi pedagogik dan profesional. Tes kinerja dalam bentuk real teaching dengan menggunakan IPKG I dan IPKG II, yang mencakup juga indikator untuk mengukur kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial.

b. Kelompok instrumen nontes meliputi self-appraisal dan portofolio. Instrumen self-appraisal dan portofolio memberi kesempatan guru untuk menilai diri sendiri dalam aktivitasnya sebagai guru. Setiap pernyataan dalam melakukan sesuatu atau berkarya harus dapat dibuktikan dengan bukti fisik berupa

(17)

dokumen yang relevan. Bukti fisik tersebut menjadi bagian penilaian portofolio. Kesemua instrumen ujian sertifikasi diasjikan pada lampiran.

2.3 Jenjang Karir 1. Tenaga Administrasi

Merupakan tahapan awal dari tenaga kependidikan, karena syarat menjadi tenaga Administrasi masih cukup mudah untuk dicapai oleh D3 atau SMK.

2. Guru Honorer

Menjadi guru honorer dibutuhkan gelar S1 sesuai dengan bidang mata pelajaran yang akan diajarkan.

3. Guru PNS

Setelah ada pengabdian selama beberapa tahun dan evaluasi pekerjaan yang telah dicapai memenuhi syarat maka akan berlanjut ke jenjang PNS (Pegawai Negeri Sipil).

4. Wakil Kepala Sekolah

Disini tugas wakil kepala sekolah berperan penting untuk membantu program kepala sekolah yang telah disusun dan bertugas juga memegang peranan sebagai kurikulum dan lain sebagainya.

5. Kepala Sekolah

Menjadi kepala sekolah dibutuhkan pengabdian beberapa tahun dan jenjang pendidikan yang lebih tinggi yaitu S2. Dimana disini kepala sekolah dituntut untuk memajukan sekolah yang akan dipimpin dengan manajemen pendidikan yang lebih baik.

(18)

BAB III

Kesimpulan dan Saran 3.1 Kesimpulan

Tuntutan zaman semakin mendorong pembentukan tenaga pendidik yang semakin professional dengan berbagai upaa pengembangan karir baik penddik maupun tenaga kependidikan. Pengembangan profesi dan karir guru merupakan dua kebutuhan dantuntutan yang harus dipenuhi secara serempak. Perkembangan teknologi informasidan komunikasi, tuntutan dunia pasar, tuntutan lembaga pendidikan(sekolah/madrasah), dan juga tuntutanmasyarakat (orangtua peserta didik)merupakan alasan-alasan penting perlunya meningkatan profesi guru.

Pengembangan profesi lebih mengarah pada peningkatan kapasitas guru yang berkontribusi pada peningkatan kualitas pendidikan pada satu sisi, dan pada sisi lain berkontribusi pada peningkatan karir guru. Dengan peningkatan karir guru maka berarti selain peningkatan kapasitas guru, dan kualitas pendidikan, juga terdapat peningkatan

(19)

kesejahteraan guru. Pekerjaan profesional adalah pekerjaan yang menuntut peningkatan kualitas sumber daya manusia dan sekaligus diikuti dengan peningkatan kesejahteraannya. Pengembangan profesi guru dapatdilakukan dengan jalur formal, nonformal, maupun informal tergantung padatujuan dankemampuan guru yang bersangkutan.

3.2 Saran

Pemerintah daerah perlu meningkatkan potensi , kualitas para guru sebagai komponen utama dalam bidang pendidikan. Dengan meningkatnya kompetensi guru maka diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan secara keseluruhan. Guru perlu meningkatkan profesionalisme guru dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Pemerintah harus mampu mengatasi masalah kekurangan guru di kota atau di desa, tidak meratanya penyebaran guru, kurangnya sarana pendukung aktivitas guru di kelas, serta rendahnya penghargaan dan gaji guru.

Untuk memperoleh keberhasilan pendidikan, keberadaan profesi guru sangat penting untuk diperhatikan dan ditingkatkan , dalam hal ini Pemerintah dan guru harus meningkatkan kinerja guru sebab kinerja guru merupakan kemampuan yang ditunjukan oleh seorang guru dalam melaksanakan tugas dan pekerjaannya.

DAFTAR PUSTAKA

Gaynor, Catthy. 1998. Desentralitation of education : Teacher Management. Washington DC : Worldbank

Hasibuan, Malayu. 2001. Managemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Bumi Aksara Syarief, Ikhwanuddin, dkk. 2002. Pendidikan Untuk Masyarakat Indonesia Baru. Jakarta : PT Grasindo

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan aliran pengajian, hasil kajian menunjukkan bahawa terdapat perbezaan yang signifikan antara kumpulan pelajar dari aliran pengajian Sains Tulen, Sains Sosial

Hubungan perencanaan dengan partisipasi yaitu merencanakan partisipasi semua pihak warga sekolah dan stakeholder (orang tua siswa dan masyarakat). Selanjutnya

1) Akses, pustakawan referensi mampu menganalisis dan menanggapi kebutuhan pelayanan informasi serta mampu merancang dan mengelola pelayanan referensi. Fokus utama dalam

PTK harus diilhami oleh permasalahan praktis yang dihayati oleh guru sebagai pelaku pembelajaran di kelas. Guru merasakan ada masalah di kelasnya ketika dia mengajar. Guru

[r]

Pemasangan relay DGR untuk mengatasi gangguan sympathetic trip pada penyulang Ngurah Rai I dan Ngurah Rai II berdasarkan perhitungan diperoleh setting DGR sebesar,

Akhir sekali, kami berharap dengan cara bentuk penyisihan dan penyusunan yang telah kami sekumpulan lakukan selain dapat membantu para pelajar dan tenaga pengajar

Oleh karena itu dilakukan penelitian peningkatan kecerahan dan daya rekat warna pada gerabah batik.Hasil pewarnaan yang bagus akan menimbulkan minat orang atau konsumen