• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kata Kunci : Ponton, roll, Kecepatan sudut, Tekanan hidrodinamis, Metode pengambilan keputusan kuantitatif, Tabel keputusan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kata Kunci : Ponton, roll, Kecepatan sudut, Tekanan hidrodinamis, Metode pengambilan keputusan kuantitatif, Tabel keputusan."

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Studi Optimasi Kemiringan Lambung Pontoon PLTGL-SB (Pembangkit Listrik Tenaga

Gelombang Laut-Sistem Bandulan) akibat Beban Gelombang Laut

S

aadillah Akbar

1)

, Daniel M. Rosyid

2)

, Mukhtasor

3) 1)

Mahasiswa Teknik Kelautan

2,3)

Dosen Jurusan Teknik Kelautan

PLTGL-SB adalah sebuah alat konversi energi yang memanfaatkan tenaga gelombang. Untuk memanfaatkan alat ini, sebuah struktur penopang diperlukan untuk mendukung alat ini di laut. Dalam penelitian ini, struktur penopang yang digunakan untuk mendukung PLTGL-SB adalah sebuah ponton dengan panjang, lebar, dan tinggi sarat air 6 m, 3 m, dan 1,5 m secara berturut-turut. Fokus dalam penelitian ini adalah kemiringan lambung ponton. Kemiringan lambung ponton divariasikan menjadi 4 yaitu 0o, 15o, 30o, dan 45o. Untuk mempermudah pengerjaan penelitian ini, digunakan ANSYS 12 dan NUMECA. Langkah pertama yang harus diselesaikan adalah menghitung stabilitas ponton. Kedua, ponton dimodelkan dengan menggunakan ANSYS 12. NUMECA digunakan untuk running model hasil dari pemodelan dengan menggunakan ANSYS 12. Hasil yang dianalisa dalam penelitian ini adalah output NUMECA. Output NUMECA berupa roll, kecepatan sudut ponton, dan distribusi tekanan hidrodinamis pada lambung ponton dengan variasi kemiringan lambung. Pemilihan kemiringan lambung yang optimum menggunakan metode pengambilan keputusan kuantitatif dengan menggunakan tabel keputusan. Variabel keputusan adalah kemiringan lambung dan kriteria keputusan adalah roll, kecepatan sudut, dan distribusi tekanan hidrodinamis pada lambung. Untuk tinggi gelombang 1 m, kemiringan lambung yang dipilih adalah 45o dengan roll 14,896o, kecepatan sudut 12,0321 derajat/detik, tekanan hidrodinamis maksimum 6.326,21 N/m2, dan tekanan hidrodinamis rata-rata 4.317,63 N/m2. Untuk tinggi gelombang 1,5 m, kemiringan lambung yang dipilih adalah 45o dengan roll 16,3866o, kecepatan sudut 12,8342 derajat/detik, tekanan hidrodinamis maksimum 3.668,56 N/m2, dan tekanan hidrodinamis rata-rata 2.589,86 N/m2.

Kata Kunci : Ponton, roll, Kecepatan sudut, Tekanan hidrodinamis, Metode pengambilan keputusan

kuantitatif, Tabel keputusan.

1. PENDAHULUAN

Pioner pengembangan alat konversi energi gelombang modern adalah Yoshi Mashuda sekitar tahun 1940an yang berjenis OWC (Oscillating Water Column). Masuda membuat buoy navigasi bertenaga gelombang laut. Kemudian pada tahun 1976, Masuda mempromosikan alat konversi energi tenaga gelombang yang lebih besar lagi yang bernama Kaimei (80 m x 12 m) yang digunakan sebagai alat penguji terapung beberapa OWC yang dilengkapi dengan berbagai jenis turbin udara (Falcao, 2010).

Pada tahun 1985, alat konversi tenaga gelombang jenis OWC skala penuh dibuat (350 dan 500 kW) di dekat Bergen, Skotlandia. Akan tetapi hingga tahun 1990, pengembangan alat konversi energi tenaga gelombang hanya sebatas

tingkatan akademik saja. Alat yang

dihasilkanpun berskala kecil seperti OWC yang dipasang di Pulau Islay, Skotlandia (75 kW). 2 buah OWC yang dibangun di ASIA: Alat konversi energi gelombang (60 kW) yang dipasang pada pemecah gelombang di Pelabuhan Sakata dan alat konversi dasar laut (125 kW)

yang dipasang di Trivandrum, India (Falcao, 2010).

Ide pembuatan AWS (Archimedes Wave Swing) muncul pada tahun 1994. Setahun kemudian, sebuah model skala 1:20 dibuat dalam sebuah kerjasama yang melibatkan

Netherland Energy Research

Foundation/Energy Research Center of

Netherland (ECN) dan WL Delft Hydraulic (Cruz).

Tahun 2002, Zamrisyaf menemukan alat

konversi energi dengan memanfaatkan

gelombang laut yang dinamakan Pembangkit

Listrik Tenaga Gelombang Laut-Sistem

Bandulan (PLTGL-SB). Alat tersebut

ditempatkan pada pontoon yang dipasang di laut. Ponton yang digunakan sebagai alat penopang PLTGL-SB merupakan hasil kerja sama antara PT. PLN (Persero) dan ITS (Arief dan Zamrisyaf, 2010).

Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut – Sistem Bandulan (PLTGL-SB) merupakan salah satu alat konversi energi alternatif untuk mengurangi ketergantungan akan sumber energi

(2)

fosil. Untuk bisa memaksimalkan kegunaan dari alat konversi tersebut diperlukan struktur penopang yang baik untuk pemasangan alat tersebut di laut. Struktur penopang yang digunakan untuk menopang alat tersebut adalah ponton.

Penelitian ponton untuk penopang PLTGL-SB telah dilakukan sebelumnya oleh Arif (2010). Dari penelitian tersebut terdapat beberapa bagian yang masih belum diteliti. Pengaruh perbedaan sudur kemiringan lambung terhadap gerakan yang dihasilkan dan distribusi gaya (tekanan) yang terjadi pada lambung ponton merupakan bagian yang masih belum diteliti pada penelitian sebelumnya. Oleh karena itu, dalam penelitian ini kedua hal tersebut menjadi fokus pembahasan. Ukuran ponton yang digunakan sama dengan ukuran ponton yang digunakan pada penelitian sebelumnya yaitu L= 6 m, B= 3 m, dan T= 1 m dengan tinggi total ponton D= 2 m.

Penelitian ini diselesaikan dengan menggunakan bantuan perangkat lunak ANSYS 12 dan NUMECA. Dalam pemilihan lambung ponton yang optimum, digunakan metode pengambilan keputusan dengan menggunakan tabel keputusan. Kemiringan lambung yang optimum akan digunakan sebagai lambung untuk PLTGL-SB.

2. DASAR TEORI 2.1 Gelombang reguler

Pada dasarnya gelombang dilautan bukanlah gelombang reguler melainkan gelombang acak. Perhitungan dengan menggunakan gelombang acak (irregular waves) sangat sulit dilakukan, oleh karena itu pengetahuan mengenai

gelombang reguler diperlukan untuk

mempermudah perhitungan. Gelombang acak sendiri merupakan superposisi dari beberapa gelombang reguler dengan tinggi gelombang, periode gelombang, amplitudo gelombang, serta arah perambatan gelombang yang berbeda-beda seperti yang terlihat pada gambar 1.

Gambar 1 Sebuah penjumlahan dari beberapa gelombang sinusoidal sederhana yang menghasilkan sebuah gelombang acak (Journee

and Massie)

Gambar 2 Definisi gelombang harmonic (Journee and Massie)

dimana:

x = arah perambatan gelombang

positif h = kedalaman perairan = panjang gelombang = amplitudo gelombang H = tinggi gelombang = ( untuk gelombang sinosoidal. T = periode gelombang

= kecuraman gelombang (wave steepness)

Titik tertinggi pada gelombang disebut puncak gelombang (crest) dan titik terendah pada gelombang disebut lembah gelombang (trough).

Karena gelombang sinus dan kosinus diekspresikan dalam sebuah perbedaan sudut angular, maka panjang dan periode gelombang dikonversi menjadi sudut dengan menggunakan:

(2.5)

(2.6)

k = wave number (rad/m)

(3)

Kecepatan gelombang atau kecepatan fase untuk bentuk gelombang yang bergerak sepanjang satu panjang gelombang dengan satu periode adalah sebagai berikut:

(2.7)

Jika gelombang bergerak ke arah x positif, profil gelombang – bentuk dari permukaan air – bisa dijelaskan sebagai sebuah fungsi dari x dan t.

(2.8)

Sedangkan untuk gelombang yang bergerak ke arah x negatif diberikan dalam persamaan berikut:

(2.9)

Untuk gelombang dengan rasio tinggi dan panjang gelombangnya adalah 1/50 atau lebih kecil, dapat menggunakan teori gelombang linier yang mempunyai akurasi cukup tepat dalam memprediksi sifat kinematis dari gelombang. Persamaan matematis untuk displasemen permukaan bebas (free – surface displacement) dan periode gelombang adalah sebagai berikut (McCormick 1973).

( ) (2.10)

Dan

* ( )+ ⁄ (2.11)

Dimana tanh ( ) adalah tangen hiperbolic, f adalah frekwensi gelombang, ω adalah frekwensi gelombang circular (2πf), g adalah konstanta gravitasi dan h adalah kedalaman perairan. Periode T normalnya dipertimbangkan terhadap variasi waktu dan kedalaman. Bagaimanapun, hal ini tidaklah benar karena jarak yang ditempuh gelombang. Persamaan (2.11) dapat ditulis ulang untuk memperoleh persamaan dari panjang gelombang sebagai berikut

(

)

2.2 Teori dasar gerak bangunan laut

Pada dasarnya benda yang mengapung mempunyai 6 mode gerakan bebas yang terbagi menjadi dua kelompok, yaitu 3 mode gerakan translasional dan 3 mode gerakan rotasional. Berikut adalah keenam mode gerakan tersebut : 1. Mode gerak translasional

 Surge, gerakan transversal arah sumbu x

 Sway, gerakan transversal arah sumbu y

 Heave, gerakan transversal arah sumbu z

2. Mode gerak rotasional

 Roll, gerakan rotasional arah sumbu x  Pitch, gerakan rotasional arah sumbu y  Yaw, gerakan rotasional arah sumbu z Definisi gerakan bangunan laut dalam enam derajat kebebasan dapat dijelaskan dengan Gambar 3. Dengan memakai konversi sumbu tangan kanan tiga gerakan translasi pada arah sumbu x,y dan z, adalah masing-masing surge (ζ1), sway (ζ2) dan heave (ζ3), sedangkan untuk gerakan rotasi terhadap ketiga sumbu adalah roll (ζ4), pitch (ζ5)dan yaw (ζ6).

Gambar 3 Tanda gerakan translasi dan rotasi kapal

2.3 Tekanan (Pressure)

Tekanan (Pressure) adalah gaya per luasan yang diaplikasikan dalam sebuah garis tegak lurus terhadap permukaan suatu objek.

Secara matematis, persamaan tekanan dirumuskan sebagai berikut:

(2.13)

Dimana:

P adalah tekanan (pressure)

F adalah gaya normal yang bekerja pada suatu objek

A adalah luasan pada suatu permukaan dimana gaya normal bekerja

(4)

Satuan SI untuk tekanan adalah pascal (Pa) atau sama dengan N/m2 atau kg.m-1.s-1. Satuan untuk tekanan diberikan pada tahun 1971 setelah sebelumnya tekanan hanya disimbolkan dengan sederhana sebagai N/m2 (wikipedia).

Karena sebuah sistem di bawah tekanan mempunyai kemampuan untuk melakukan kerja pada sekelilingnya, maka tekanan dihitung sebagai sebuah energi potensial yang tersimpan dalam satuan volum yang dihitung dalam J/m3 tergantung pada kepadatan energi.

Tekanan atmosfer standar (atm) ditetapkan konstan. Besarnya tekanan atmosfer standar (atm) diperkirakan sama dengan tekanan udara pada MSL di bumi dan didefinisikan sebagai berikut:

Atmosfer standar = 101.325 Pa = 101,325 kPa = 1.013,25 hPa

2.4 Teknik Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan merupakan hal yang sangat penting karena keputusan yang tepat akan mendatangkan keuntungan bagi kedua belah pihak yang bekerja sama.

Dalam pengambilan keputusan terdapat tiga metode yang bisa digunakan, yaitu:

1. Metode Pengambilan Keputusan dalam Keadaan Kepastian (Certainty). Model pengambilan keputusan ini juga disebut dengan metode kepastian /deterministik.. 2. Metode Pengambilan Keputusan dalam

kondisi Berisiko (risk). Metode Keputusan dengan Resiko ini juga disebut Metode Stokastik.

3. Metode Pengambilan Keputusan dengan Ketidakpastian (uncertainty).

Dalam bukunya, Rosyid menjelaskan bahwa dalam setiap pengambilan keputusan terdapat beberapa prinsip yang perlu diperhatikan, yaitu: 1. Prinsip efisiensi, yaitu bahwa setiap

keputusan yang diambil adalah keputusan yang melibatkan sumber daya yang terbatas (scarce resources) untuk memperoleh hasil yang maksimal.

2. Prinsip keluwesan, yaitu bahwa keputusan yang telah diambil bukannya tidak dapat direvisi apabila terjadi perubahan-perubahan pada faktor lingkungan, dan asumsi-asumsi yang ditetapkan sebelumnya; tidak ada keputusan yang berlaku selama-lamanya : keputusan terbaik bulan ini belum tentu

merupakan keputusan yang terbaik bulan depan. Pengambil keputusan harus terbuka dan siap untuk mengubah keputusan jika situasi dan kondisi mengharuskan.

3. Prinsip ketersediaan alternatif, yaitu bahwa bila tidak ada alternatif (pilihan atau opsi) maka tidak ada masalah pengambilan

keputusan; peluang memperoleh

penyelesaian yang terbaik dibuka oleh penyediaan alternatif-alternatif secara kreatif. Manajer yang efektif adalah manajer

yang mampu menyediakan

alternatif-alternatif baru yang tidak lazim.

4. Prinsip adanya kendala-kendala

(constraints), yaitu bahwa alternatif yang dipilih adalah alternatif yang memenuhi persyaratan ketersediaan sumberdaya, dan syarat-syarat lain yang ditetapkan oleh pihak ketiga. Hampir semua penyelesaian atas persoalan pengambilan keputusan yang realistis pasti menghadapi keterbatasan sumberdaya.

3. METODOLOGI

Tahapan pengerjan Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut:

a. Pengumpulan data

Data yang digunakan dalam Tugas Akhir ini adalah:

1. Dimensi ponton

Ukuran ponton yang digunakan dalam penelitian ini.

L = 6 m B = 3 m T = 1 m D = 2 m

Variasi sudut kemiringan lambung 0o, 15o, 30o, dan 45o seperti yang terlihat pada gambar 4

Gambar 4 Dimensi ponton PLTGL-SB 2. Data lingkungan

Data lingkungan yang digunakan untuk pengerjaan Tugas Akhir ini:

H = 1 m dan 1,5 m

D = 10 m

(5)

Pemilihan lokasi tidak ditentukan dalam pemilihan data lingkungan yang digunakan. Lokasi pemasangan ponton

akan disesuaikan dengan hasil

pemodelan dengan menggunakan

bantuan perangkat lunak. 3. Data mooring

Data mooring yang digunakan

berdasarkan data dari Anchor Manual 2010.

D = 64 mm MBL = 3360 kN

Axial Stiffness = 189,4 MN Rope weight = 17,3 kg/m

Submerge rope weight = 15,3 kg/m Torque factor = 4,7 Nm/kN

b. Cek stabilitas ponton

Cek stabilitas dilakukan untuk mengetahui stabilitas ponton dengan variasi kemiringan lambung yang telah ditentukan yaitu ponton pada kemiringan 10o.

c. Pemodelan ponton

Pemodelan ponton dilakukan dengan

menggunakan bantuan perangkat lunak ANSYS 12 dan NUMECA. Dalam proses ini juga dilakukan proses meshing model, penentuan boundary layer, input data baik data lingkungan mau data mooring.

d. Running model

Running model dilakukan dengan

menggunakan bantuan perangkat lunak NUMECA. Hasil yang didapatkan dari running model adalah sudut roll, kecepatan sudut, dan distribusi tekanan yang terjadi pada lambung ponton.

e. Optimasi

Pemilihan kemiringan lambung ponton yang

paling optimum dilakukan dengan

menggunakan metode pengambilan

keputusan kuantitatif dengan menggunakan tabel keputusan. Variabel keputusan adalah variasi kemiringan lambung ponton dan

kriteria keputusan untuk memilih

kemiringan lambung ponton yang optimum adalah sudut roll, kecepatan sudut, dan distribusi tekanan pada lambung ponton.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Setelah dilakukan running model dengan

menggunakan bantuan perangkat lunak

NUMECA, didapatkan hasil berupa sudut roll,

kecepatan sudut, dan distribusi tekanan yang terjadi pada lambung ponton. Hasil yang didapatkan tersebut berlaku untuk ponton dalam keadaan freefloating maupun ponton yang tertambat serta untuk tinggi gelombang 1,5 dan 1 m.

4.1 Freefloating 1. Roll

Roll untuk tinggi gelombang 1,5 meter ditunjukkan oleh Tabel 1 sedangkan untuk tinggi gelombang 1 m ditunjukkan oleh Tabel 2. Gambar 5 menunjukkan grafik sudut roll untuk tinggi gelombang 1,5 m.

Tabel 1 roll untuk tinggi gelombang 1,5 m

sudut roll roll

(derajat) (rad) (derajat)

0 0.053 3.036672

15 0.0544 3.116886

30 0.045 2.578307

45 0.304 17.41789

Tabel 2 roll untuk tinggi gelombang 1 m

sudut roll roll

(degree) (rad) (degree)

0 0.0262 1.501147

15 0.0264 1.512606

30 0.0284 1.627198

45 0.225 12.89153

Gambar 5 Grafik sudut roll untuk tinggi gelombang 1,5 m

(6)

2. Kecepatan Sudut

Kecepatan sudut untuk tinggi

gelombang 1,5 m ditunjukkan oleh Tabel 3 dan untuk tinggi gelombang 1 m ditunjukkan oleh Tabel 4.

Gambar 6 menunjukkan grafik

kecepatan sudut untuk tinggi gelombang 1,5 m.

Tabel 3 Kecepatan sudut untuk tinggi gelombang 1,5 m

sudut kec put kec put

(degree) (rad/s) (deg/s)

0 0.0378 2.165777

15 0.0343 1.965243

30 0.0409 2.343394

45 0.229 13.12072

Tabel 4 Kecepatan sudut untuk tinggi gelombang 1 m

sudut kec put kec put

(degree) (rad/s) (deg/s)

0 0.0193 1.105807

15 0.0205 1.174562

30 0.0255 1.46104

45 0.191 10.94348

Gambar 6 Grafik kecepatan putar untuk tinggi gelombang 1,5 m

3. Tekanan Hidrodinamis

Tekanan hidrodinamis adalah tekanan yang terjadi karena interaksi struktur dengan fluida yang bergerak dalam hal ini adalah air laut. Tabel 5 menunjukkan tekanan hidrodinamis yang terjadi pada lambung ponton untuk tinggi gelombang 1,5 dan 1 m. Gambar 6 menunjukkan

kontur warna untuk tekanan

hidrodinamis pada lambung ponton.

Gambar 6 Kontur warna perbedaan tekanan hidrodinamis pada lambung ponton Tabel 5 Tekanan hidrodinamis untuk ponton freefloating

N

o

sudut kemiringan

ponton

Tinggi gelombang 1,5 m

Tinggi gelombang 1 m

Tekanan

Maksimum

Tekanan

Rata-Rata

Tekanan

Maksimum

Tekanan

Rata-Rata

(degree)

(N/m

2

)

(N/m

2

)

(N/m

2

)

(N/m

2

)

1

0

4.056,88

2.887,84

3.680,16

1.930,87

2

15

6.226,024

4.600,59

5.706,4

2.613,43

3

30

6.112,7

4.221,46

5.754,89

2.612,34

4

45

6.568,21

4.626,5

6.041,41

2.828

(7)

4.2 Mooring a. Sudut Roll

Sudut putar untuk tinggi gelombang 1,5 meter ditunjukkan oleh Tabel 7 sedangkan untuk tinggi gelombang 1 m ditunjukkan oleh Tabel 8. Gambar 7 menunjukkan grafik sudut putar untuk tinggi gelombang 1,5 m.

Tabel 7 roll untuk tinggi gelombang 1,5 m

sudut roll roll

(degree) (rad) (degree)

0 0.03 1.718871

15 0.0462 2.647061

30 0.03 1.718871

45 0.286 16.38657

Tabel 8 roll untuk tinggi gelombang 1 m

sudut roll roll

(degree) (rad) (degree)

0 0.0258 1.478229

15 0.027 1.546984

30 0.0258 1.478229

45 0.26 14.89688

Gambar 7 Grafik sudut roll untuk tinggi gelombang 1 m

b. Kecepatan Sudut

Kecepatan sudut untuk tinggi

gelombang 1,5 m ditunjukkan oleh Tabel 9 dan untuk tinggi gelombang 1 m ditunjukkan oleh tabel 10.

Gambar 8 menunjukkan grafik

kecepatan sudut untuk tinggi gelombang 1,5 m.

Tabel 9 kecepatan sudut untuk tinggi gelombang 1,5 m

sudut kec put kec put

(degree) (rad/s) (deg/s)

0 0.0374 2.142859

15 0.0345 1.976702

30 0.0375 2.148589

45 0.224 12.83424

Tabel 10 kecepatan sudut untuk tinggi gelombang 1 m

sudut kec put kec put

(degree) (rad/s) (deg/s)

0 0.0256 1.46677

15 0.0179 1.025593

30 0.0255 1.46104

45 0.21 12.0321

Gambar 8 Grafik kecepatan sudut untuk tinggi gelombang 1,5 m

c. Tekanan Hidrodinamis

4.3 Tekanan hidrodinamis adalah tekanan yang terjadi karena interaksi struktur dengan fluida yang bergerak dalam hal ini adalah air laut. Tabel 5 menunjukkan tekanan hidrodinamis yang terjadi pada lambung ponton untuk tinggi gelombang 1,5 dan 1 m. Gambar 6 menunjukkan kontur warna untuk tekanan hidrodinamis pada lambung ponton.

(8)

Tabel 11 Tekanan hidrodinamis untuk ponton tertambat

N

o

sudut kemiringan

ponton

Tinggi gelombang 1,5 m

Tinggi gelombang 1 m

Tekanan

Maksimum

Tekanan

Rata-Rata

Tekanan

Maksimum

Tekanan

Rata-Rata

(degree)

(N/m

2

)

(N/m

2

)

(N/m

2

)

(N/m

2

)

1

0

3.943,31

2.673,34

2.617,26

1.706,53

2

15

6.151,45

4.247,73

3.635,68

2.530,25

3

30

6.037,66

4.266,75

3.542,89

2.366,34

4

45

6.326,21

4.317,63

3.668,56

2.589,86

Gambar 9 Kontur warna perbedaan tekanan hidrodinamis pada lambung ponton 4.4 Optimasi kemiringan lambung ponton

Pemilihan kemiringan lambung ponton yang optimum dilakukan dengan menggunakan metode pengambilan keputusan kuantitatif menggunakan tabel keputusan. Pemilihan lambung ponton dilakukan pada tinggi gelombang 1,5 m dan 1 m. Pemilihan kemiringan lambung dilakukan pada ponton

tertambat karena pada dasarnya,

pemasangan struktur terapung memerlukan alat penahan agar tidak berpindah posisi.

Tabel 13 Tabel keputusan untuk tinggi gelombang 1,5 m

no

{X} f1(X) f2(X) f3(X) f4(X)

sudut kemiringan ponton roll kecepatan sudut Tekanan Maksimum Tekanan Rata-Rata

(derajat) (derajat) (der/detik) (N/m2) (N/m2)

1 0 1,7189 2,1429 3.943,31 2.673,34

2 15 2,6471 1,9767 6.151,45 4.247,73

3 30 1,7189 2,1486 6.037,66 4.266,75

4 45 16,386 12,8342 6.326,21 4.317,63

Tabel 13 Tabel keputusan untuk tinggi gelombang 1,5 m

no

{X} f1(X) f2(X) f3(X) f4(X)

sudut kemiringan ponton roll kecepatan sudut Tekanan Maksimum Tekanan Rata-Rata

(derajat) (derajat) (der/detik) (N/m2) (N/m2)

1 0 1,4782 1,4668 2.617,26 1.706,53

2 15 1,5470 1,0256 3.635,68 2.530,25

3 30 1,4782 1,4610 3.542,89 2.366,34

(9)

Berdasarkan Tabel 13 dan Tabel 14, dapat disimpulkan bahwa lambung ponton dengan kemiringan 45o merupakan kemiringan lambung yang paling pantas dipilih karena sudah memenuhi kriteria yang telah ditentukan untuk pemilihan kemiringan lambung yang paling optimum.

Pemilihan lambung dapat langsung

dilakukan karena tidak adanya batasan (constraint) dalam penentuan kemiringan lambung yang optimum.

5. KESIMPULAN

Berdasarkan rumusan masalah yang telah ditentukan dan hasil dari analisa data yang diperoleh, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Kemiringan lambung ponton sangat mempengaruhi pola gerak ponton. perbedaan tersebut berlaku baik untuk tinggi gelombang 1,5 m maupun 1 m. Perubahan roll tidak linear berdasarkan perbedaan kemiringan lambung ponton karena pada kemiringan lambung 30o roll ponton menjadi lebih kecil jika

dibandingkan dengan kemiringan

lambung ponton 15o. Kemudian pada saat sudut 45o sudut menjadi sangat besar.

2. Distribusi tekanan hidrodinamis yang ditampilkan dalam penelitian ini hanya untuk bagian lambung ponton saja

karena pada lokasi tersebut

dimungkinkan terjadi tekanan yang besar akibat interaksi dengan gelombang laut. Kemiringan lambung ponton sangat mempengaruhi tekanan yang terjadi pada lambung. Distibusi tekanan hidrodinamis pada lambung ponton mengalami kenaikan seiring bertambah besarnya kemiringan lambung ponton. Akan tetapi, seperti halnya roll, pada saat kemiringan lambung 30o, distribusi

tekanan hidrodinamis mengalami

penurunan kemudian mengalami

kenaikan lagi pada kemiringan lambung 45o.

3. Sudut kemiringan lambung yang paling optimum dari 4 variasi kemiringan

lambung ponton yang dipilih dalam Tugas Akhir ini adalah 45o baik untuk tinggi gelombang 1,5 m maupun 1 m. Kemiringan lambung ponton yang dipilih adalah sudut kemiringan lambung pada ponton yang tertambat sedangkan data-data yang dihasilkan untuk ponton freefloating hanya sebagai pembanding saja.

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Irfan yang telah membantu dalam proses pemodelan dan running model hingga penelitian ini bisa selesai.

DAFTAR PUSTAKA

Arief, Irfan Syarif dan Zamrisyaf Sy. 2010. Analysis of Barge Models To Capture The Energy From Ocean Waves, Proceeding International ISCOT-The Royal Institution of Naval Architecs (RINA), Surabaya

J.M.J Journee and Massie, W.W. 2001. Offshore Hydromechanic First Edition. Delft University of Technology.

Meisen, P. and Loiseau, A. Ocean Energy Technologies for Renewable Energy Generation. Global Energy Network Institute (GENI) & Research Associate, Global Energy Network Institute. Falcao , Antonio F. De O. Renewable and

Sustainable Energy Reviews. IDMEC, Instituto Superior Tecnico, Technical University of Lisbon, 1049-001 Lisbon, Portugal.

Gambar

Gambar 1 Sebuah penjumlahan dari beberapa  gelombang sinusoidal sederhana yang  menghasilkan sebuah gelombang acak (Journee
Gambar 3 Tanda gerakan translasi dan rotasi  kapal
Gambar 4 Dimensi ponton PLTGL-SB  2.  Data lingkungan
Tabel 1 roll untuk tinggi gelombang 1,5 m
+3

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jalur suku bunga, harga aset (saham), dan nilai tukar hanya memiliki pengaruh dalam jangka panjang terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia..

Penulis dapat menyimpulkan mobil akan menjadi pilihan utama ketika kondisi jalanan sedang tidak macet, pengguna berjumlah lebih dari delapan orang, terutama

Berfungsi untuk mengukur laju paparan radiasi secara langsung di tempat kerja sehingga pekerja yang mempergunakan alat ini dapat memperkirakan dosis yang akan diterimanya bila

Penekanan kepada orang tua/pengantar: Mari kita memperkatakan berkat dan berdoa untuk anak- anak kita supaya mereka bisa merasa aman di dekat papa,.. mama, mbak, suster,

Fasilitas kesehatan tingkat pertama atau Fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjutan yang tidak bekerjasama dengan BPJS Kesehatan khusus untuk kasus gawat darurat yang

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus karena atas segala tuntunan, hikmat yang telah Dia berikan kepada penulis, dari awal hingga

Berdasarkan hasil observasi siklus I diketahui bahwa masih terdapat kekurangan dalam pembelajaran yang dilaksanakan, khususnya pada pembelajaran tentang mengenal

Terdapat beberapa metode yang dapat digunakan dalam membarntu proses pengambilan keputusan, tetapi metode AHP dipilih untuk sistem pendukung keputusan pemilihan laptop