• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR PROVINSI BALI TRIWULAN III TAHUN 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR PROVINSI BALI TRIWULAN III TAHUN 2015"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Penyajian (release) Berita Resmi Statistik untuk industri manufaktur dibedakan menjadi Industri Manufaktur Mikro dan Kecil (IMK) serta Industri Manufaktur Besar dan Sedang (IBS).

 Produksi yang dihasilkan perusahaan/usaha IMK Bali pada Triwulan III Tahun 2015 mengalami pertumbuhan negatif sebesar minus 3,97 persen secara triwulanan (quarter to quarter / q-to-q) jika dibandingkan Triwulan II Tahun 2015 lalu. Capaian pertumbuhan IMK Bali ini berada di bawah pertumbuhan nasional sebesar minus 1,31 persen pada periode yang sama.

Jika dilihat secara periode tahunan (year on year / y-on-y), IMK Bali pada Triwulan III Tahun 2015 tumbuh positif sebesar 12,54 persen dibandingkan triwulan yang sama tahun 2014 lalu. Bahkan angka pertumbuhan IMK Bali pada triwulan ini jauh lebih tinggi dari angka nasional yang mencapai 6,87 persen.  Sementara itu, produksi yang dihasilkan perusahaan/usaha IBS Bali pada Triwulan III Tahun 2015 (q-to-q)

tumbuh negatif sebesar minus 0,93 persen atau berada di bawah pertumbuhan secara nasional yang tumbuh positif sebesar 1,04 persen pada periode yang sama.

Jika dilihat secara tahunan (year on year / y-on-y), produksi yang dihasilkan usaha/perusahaan IBS Bali pada Triwulan III Tahun 2015 tercatat tumbuh 9,50 persen atau berada di atas level nasional yang tumbuh sebesar 4, 22 persen.

No. 75/11/51/Th. VI, 2 November 2015

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR PROVINSI BALI

TRIWULAN III TAHUN 2015

I.

Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Mikro dan Kecil (IMK)

Harus diakui bahwa peranan IMK dalam memacu dan mempercepat pembangunan daerah pada era otonomi dewasa ini semakin nyata dan strategis. Oleh karena itu, komponen masyarakat dan pelaku usaha IMK di Bali khususnya, akan dihadapkan pada sejumlah tantangan yang ada baik dari lingkungan internal maupun eksternal. Dalam memajukan IMK di daerah misalnya, pemecahan masalah tidak dapat dilakukan dengan kebijakan sama yang berlaku umum di tingkat pusat. Kebijakan dan strategi yang dikembangkan haruslah mengakomodir dan sesuai dengan spesifikasi atau kondisi yang dibutuhkan oleh daerah bersangkutan. Oleh karena itu, permasalahan daerah memerlukan solusi kedaerahan. Wewenang yang selama ini dipegang pemerintah pusat harus diberikan kepada pemerintah daerah untuk menangani masalah di daerahnya. Dalam kaitan ini, strategi pembangunan daerah haruslah dilakukan secara bersinergi antara berbagai unsur terkait dengan masyarakat di daerah.

Kebijakan dan strategi yang dikembangkan harus menggunakan sumber daya lokal yang efisien, termasuk sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya budaya. Lintas pelaku di masyarakat harus bekerja sama untuk meningkatkan nilai sumber daya setempat. Untuk itu, perlu menjadi perhatian bahwa peran IMK strategis untuk menciptakan tenaga kerja, kesejahteraan, dan

(2)

peningkatan standar hidup masyarakat setempat. Pertumbuhan IMK tergantung dari kondisi lingkungan bisnis yang dibuat sebagai usaha bersama antara usaha/perusahaan IMK, pemerintah, dan masyarakat setempat. Sesungguhnya permasalahan industri atau usaha IMK yang dihadapi cukup banyak dan beragam, tetapi bila diungkapkan secara spesifik permasalahan utama IMK pada

umumnya berkaitan dengan aspek permodalan, kendala pemasaran, lemahnya

pengembangan/penguatan usaha, akses lembaga perbankan, desain, teknologi, daya saing, dan lain sebagainya.

Terkait dengan itu, Pemerintah Provinsi berkomitmen menciptakan wirausaha yang mampu bersaing menjelang pemberlakuan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015. Sejumlah program telah dikucurkan oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali dalam memacu dan mendorong kinerja usaha IMK. Salah satunya adalah Program Jaminan Kredit Daerah (Jamkrida) Bali Mandara. Program ini merupakan wujud nyata keberpihakan Pemerintah Provinsi Bali pada perkembangan Usaha Mikro, Kecil, Menengah, dan Koperasi (UMKMK) melalui pemberian jaminan kredit yang mempunyai usaha secara layak dan dibiayai perbankan namun kesulitan akses perbankan karena ketiadaan agunan. Seperti diketahui, masalah agunan/jaminan ini menjadi salah satu kendala dalam meningkatkan pertumbuhan produksi IMK di Bali. Permasalahan klasik dan pelik tersebut sangat mempengaruhi gerak ekonomi kreatif IMK sehingga sulit untuk berkembang. Padahal kearifan lokal pariwisata di Bali memberikan dampak positif terhadap eksistensi IMK untuk berperan secara maksimal dalam menambah daya pikat industri kreatif. Karena itu, dengan adanya Program Jamkrida Bali Mandara ini diharapkan membawa angin segar bagi pertumbuhan produksi IMK di Pulau Dewata sebagai salah satu lokomotif perekonomian.

Kode

KBLI Jenis Industri

Bali Nasional Triwulan II 2015 Triwulan III 2015 Triwulan II 2015 Triwulan III 2015 (1) (2) (4) (4) (5) (6) 10 Industri Makanan 3,87 -5.48 5,55 -3,19 11 Industri Minuman 9,19 -1.70 2,80 2,21 13 Industri Tekstil 7,50 -3.22 9,42 -7,17

14 Industri Pakaian Jadi 9,37 -1.95 7,47 -4,72

15 Industri Kulit, Barang dari Kulit dan Alas Kaki -3,14 -11.08 10,38 -3,53 16 Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus (Tidak

Termasuk Furnitur) dan Barang Anyaman dari Bambu, Rotan dan Sejenisnya

6,49 -1.57 -2,80 -3,82

17 Industri Kertas dan Barang dari Kertas 3,38 9.15 5,46 -7,58 18 Industri Percetakan dan Reproduksi Media Rekaman -1,72 1.63 3,81 2,35 20 Industri Bahan Kimia dan Barang dari Bahan Kimia 36,09 -6.71 2,31 8,76

23 Industri Barang Galian Bukan Logam 2,25 -2.20 2,95 0,63

25 Industri Barang Logam, Bukan Mesin dan Peralatannya 6,93 -8.96 4,06 -7,27 28 Industri Mesin dan Perlengkapan YTDL -7,55 -9.88 5,80 -0,48

31 Industri Furnitur 10,18 -3.21 5,45 -3,35

32 Industri Pengolahan Lainnya 7,00 -4.92 5,79 -2,42

33 Jasa Reparasi dan Pemasangan Mesin dan Peralatan -1,03 -13.57 0,29 -7,69 Industri Manufaktur Mikro dan Kecil (IMK) 5,53 -3,97 5,09 -1,31

Tabel 1

Pertumbuhan Produksi Triwulanan (Q-to-Q) IMK Bali dan Nasional Menurut Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) 2 Digit

(3)

Saat ini, sudah cukup banyak produk kerajinan Bali yang dapat diproduksi oleh perusahaan/usaha IMK. Lihat saja, trend pasar oleh - oleh Bali yang tidak pernah sepi dari pengunjung domestik. Hal ini mengindikasikan bahwa kerajinan Bali sangat diminati, terlebih dengan cukup prospektifnya pasar dalam negeri. Selain pasar domestik, produk yang dihasilkan usaha/perusahaan IMK Bali juga sangat diminati kalangan wisatawan mancanegara (wisman) yang berkunjung ke Bali. Hal ini cukup membawa pengaruh terhadap produksi yang dihasilkan usaha/perusahaan IMK di Bali secara triwulanan (q-to-q) yang mengalami kontraksi sebesar minus 3,97 persen pada Triwulan III 2015. Artinya, pertumbuhan produksi IMK Bali pada triwulan kali ini mengalami pertumbuhan negatif, dibandingkan pertumbuhan yang terjadi di triwulan sebelumnya yakni Triwulan II tahun 2015 yang tumbuh sebesar 5,53 persen.

Secara periode triwulanan (q-to-q), dari 15 (lima belas) jenis industri yang merupakan hasil olahan Survei Industri Mikro dan Kecil Triwulanan (VIMK) Bali pada periode Triwulan III 2015, terdapat 2 (dua) kontributor utama yang menyumbang pertumbuhan positif, yakni jenis industri kertas dan barang dari kertas (kode KBLI 17) yang tumbuh sebesar 9,15 persen. Sentra produksi wilayah sampel berada di Kota Denpasar dan Kabupaten Gianyar. Jenis industri berikutnya adalah industri percetakan dan media rekaman (kode KBLI 18) sebesar 1,63 persen, sentra produksi wilayah sampel berada di Kota Denpasar.

Kode

KBLI Jenis Industri

Bali Nasional Triwulan III 2014 Triwulan III 2015 Triwulan III 2014 Triwulan III 2015 (1) (2) (4) (4) (5) (6) 10 Industri Makanan 9,06 4.72 6,67 7,36 11 Industri Minuman -1,90 -15.34 5,61 11,05 13 Industri Tekstil 3,57 9.61 4,98 5,72

14 Industri Pakaian Jadi -6,70 22.23 1,78 7,75

15 Industri Kulit, Barang dari Kulit dan Alas Kaki -8,07 -12.44 2,14 5,19 16 Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus (Tidak

Termasuk Furnitur) dan Barang Anyaman dari Bambu, Rotan dan Sejenisnya

-1,44 13.13 0,05 -5,88

17 Industri Kertas dan Barang dari Kertas -0,66 14.90 7,81 11,63 18 Industri Percetakan dan Reproduksi Media Rekaman 2,07 12.87 13,86 12,75 20 Industri Bahan Kimia dan Barang dari Bahan Kimia 0 39.04 -4,66 18,63

23 Industri Barang Galian Bukan Logam -2,81 15.59 -2,52 2,15

25 Industri Barang Logam, Bukan Mesin dan Peralatannya -8,43 20.71 3,30 -2,68 28 Industri Mesin dan Perlengkapan YTDL 0 -22.53 -15,72 19,12

31 Industri Furnitur 0,37 14.77 8,88 5,82

32 Industri Pengolahan Lainnya -5,44 15.94 -0,45 6,55

33 Jasa Reparasi dan Pemasangan Mesin dan Peralatan -6,74 -37.21 0,30 -1,83 Industri Manufaktur Mikro dan Kecil (IMK) -0,20 12,54 5,18 6,87

Jika dicermati secara periode tahunan (y-on-y), jumlah wisman yang berkunjung ke Bali meningkat 2,16 persen, dari 1.052.591 orang di Triwulan III 2014 menjadi 1.075.364 orang di Triwulan III 2015. Hal ini merupakan salah satu pendorong bagi pengembangan IMK di Bali. Pada

Tabel 2

Pertumbuhan Produksi Triwulanan (Y-on-Y) IMK Bali dan Nasional Menurut Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) 2 Digit

(4)

5,090 -1,31 5,53 -3,97 -6,000 -4,000 -2,000 ,000 2,000 4,000 6,000 8,000

Triwulan II 2015 Triwulan III 2015 : Nasional : Bali 5,180 6,87 -0,2 12,54 -2,000 ,000 2,000 4,000 6,000 8,000 10,000 12,000 14,000

Triwulan III 2014 Triwulan III 2015 : Nasional : Bali

konteks lain, yang menarik dari bisnis pariwisata adalah sektor ini memberikan multiplier effect

terhadap industri lain seperti makanan, akomodasi, transportasi, hiburan, pameran, dan lainnya, sehingga investasi yang dikembangkan perlu diarahkan pada komoditas usaha yang strategis sesuai dengan permintaan/ kebutuhan pasar. Paling tidak, hal tersebut berdampak pada pertumbuhan produksi IMK, baik dari sisi permintaan (demand), volume produksi, dan perluasan pasar. Alhasil, pertumbuhan produksi IMK Bali pada Triwulan III 2015 secara periode y-on-y mencapai 12,54 persen, dimana kondisi ini mengalami akselerasi pertumbuhan jika dibandingkan periode yang sama di Tahun 2014 lalu yang tumbuh negatif sebesar minus 0,20 persen.

Tahun

Periode Q-to-Q Periode Y-on-Y

Komulatif (Tahunan) Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan

IV Triwulan I Triwulan II Triwulan III

Triwulan IV (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) 2014 -2,65 -2,53 3,21 8,67 10,94 2,52 -0,20 6,42 4,80 2015 2,19 5,53 -3,97 - 11,72 20,96 12,54 - -

Secara periode tahunan (y-on-y), sebagian besar pertumbuhan produksi bernilai positif kecuali ada 4 (empat) jenis industri yang berkontraksi negatif, yakni: (1) industri minuman (kode KBLI 11) sebesar minus 15,34 persen; (2) industri mesin dan perlengkapan YTDL (kode KBLI 28) sebesar minus 22,53 persen, (3) industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki (kode KBLI 15) sebesar minus 12,44 persen dan jasa reparasi dan pemasangan mesin dan peralatan (kode KBLI 33) sebesar minus 37,21 persen.

Sementara itu, terdapat 5 (lima) kontributor utama yang menunjukkan pertumbuhan produksi tertinggi di atas 15 persen, yakni: (1) industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia (kode KBLI

Tabel 3

Pertumbuhan Produksi IMK Bali Triwulanan Tahun 2014 2015 (dalam persen)

Gambar 1

Pertumbuhan Produksi IMK Bali dan Nasional Triwulan II 2015 dan Triwulan III 2015

Secara Periode Q-to-Q (dalam persen)

Gambar 2

Pertumbuhan Produksi IMK Bali dan Nasional Triwulan III 2014 dan Triwulan III 2015

Secara Periode Y-on-Y (dalam persen)

%

Nasional

(5)

4,960 4,22 0,41 9,5 ,000 1,000 2,000 3,000 4,000 5,000 6,000 7,000 8,000 9,000 10,000

Triwulan III 2014 Triwulan III 2015 : Nasional : Bali 2,340 1,04 6,46 -0,93 -2,000 -1,000 ,000 1,000 2,000 3,000 4,000 5,000 6,000 7,000

Triwulan II 2015 Triwulan III 2015 : Nasional : Bali

20) sebesar 39,04 persen; (2) industri pakaian jadi (kode KBLI 14) sebesar 22,23 persen; (3) industri barang logam, bukan mesin dan peralatannya (Kode KBLI 25) sebesar 20,71 persen; (4) industri pengolahan lainnya (kode KBLI 32) sebesar 15,94 persen; dan (5) industri barang galian buka logam (kode KBLI 23) sebesar 15,59 persen.

II.

Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Besar dan Sedang (IBS)

Kebijakan dalam pembangunan industri manufaktur diarahkan untuk menjawab tantangan globalisasi ekonomi dunia serta mengantisipasi perubahan lingkungan yang cepat. Persaingan internasional merupakan suatu perspektif baru bagi semua negara, sehingga fokus dari strategi pembangunan industri di masa depan adalah membangun daya saing industri manufaktur yang berkelanjutan di pasar internasional, termasuk keberadaan industri manufaktur besar dan sedang di Bali. Pada Triwulan III 2015 (secara q-to-q), pertumbuhan produksi IBS di Bali mengalami kontraksi sebesar minus 0,93 persen. Artinya, pertumbuhan produksi IBS Bali pada triwulan kali ini mengalami pertumbuhan negatif, dibandingkan pertumbuhan yang terjadi di triwulan sebelumnya yakni Triwulan II tahun 2015 yang justru mengalami pertumbuhan positif sebesar 6,46 persen.

Secara periode triwulanan (q-to-q), pertumbuhan produksi IBS Bali pada Triwulan III 2015 yang mengalami kontraksi sebesar minus 0,93 persen. Kontributor utama yang mengalami pertumbuhan positif di atas tiga (3) persen, disumbangkan oleh (1) jenis industri makanan (kode KBLI 10) yang mengalami pertumbuhan sebesar 4,78 persen; (2) industri barang logam, bukan mesin dan

Tahun

Periode Q-to-Q Periode Y-on-Y

Komulatif (Tahunan) Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

2014 -3,93 4,15 -2,48 9,45 1,13 2,01 0,41 6,80 2,62

2015 -5,14 6,46 -0,93 - 5,46 7,79 9,50 - -

Tabel 4

Pertumbuhan Produksi IBS Bali Triwulanan Tahun 2014 2015 (dalam persen)

Gambar 3

Pertumbuhan Produksi IBS Bali dan Nasional Triwulan II 2015 dan Triwulan III 2015

Secara Periode Q-to-Q (dalam persen)

Gambar 4

Pertumbuhan Produksi IBS Bali dan Nasional Triwulan III 2014 dan Triwulan III 2015

Secara Periode Y-on-Y (dalam persen)

(6)

peralatannya (kode KBLI 25) sebesar 3,25 persen, dan (3) industri tekstil (kode KBLI 13) sebesar 3,02 persen.

Kode

KBLI Jenis Industri

Bali Nasional Triwulan II 2015 Triwulan III 2015 Triwulan II 2015 Triwulan III 2015 (1) (2) (4) (4) (5) (6) 10 Industri Makanan

Manufacture of food products 8,63 4,78 9,84 0,30

11 Industri Minuman

Manufacture of beverages -0,06 -7,29 1,76 -2,78

13 Industri Tekstil

Manufacture of textiles -2,27 3,02 1,20 2,32

14 Industri Pakaian Jadi

Manufacture of wearing apparels 9,91 0,17 -5,62 -1,19

16 Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus (Tidak Termasuk Furnitur) dan Barang Anyaman dari Bambu, Rotan dan Sejenisnya

Manufacture of wood and of products of wood and cork, except furniture; manufacture of articles of straw and plaiting materials, bamboo, rattan and the like

0,61 -3,31 1,88 -2,28

18 Industri Pencetakan dan Reproduksi Media Rekaman

Printing and reproduction of recorded Media 2,03 -1,67 0 0,73

25 Industri Barang Logam, Bukan Mesin dan Peralatannya Manufacture pf fabricated metal products, excepts machynery and equipment

-5,97 3,25 5,72 -1,34

31 Industri Furnitur

Manufacture of furniture 12,82 1,81 6,58 -2,11

32 Industri Pengolahan Lainnya

Other manufacturing 16,81 -15,77 3,07 4,87

Industri Manufaktur Besar dan Sedang (IBS) 6,46 -0,93 2,34 1,04

Secara periode tahunan (y-on-y), pertumbuhan produksi IBS Bali pada Triwulan III 2015 mengalami pertumbuhan sebesar 9,50 persen, dimana angka pertumbuhan tersebut masih di atas pertumbuhan secara nasional yang tumbuh sebesar 4,22 persen pada periode yang sama (Tabel 6).

Tabel 5

Pertumbuhan Produksi Triwulanan (Q-to-Q) IBS Bali dan Nasional Menurut Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) 2 Digit

(7)

Kode

KBLI Jenis Industri

Bali Nasional Triwulan III 2014 Triwulan III 2015 Triwulan III 2014 Triwulan III 2015 (1) (2) (3) (4) (5) (6) 10 Industri Makanan

Manufacture of food products 10,63 16,79 5,10 7,09

11 Industri Minuman

Manufacture of beverages -14,92 -11,99 2,65 -7,38

13 Industri Tekstil

Manufacture of textiles -4,15 -18,22 2,68 -1,49

14 Industri Pakaian Jadi

Manufacture of wearing apparels 0 29,23 3,33 -12,01

16 Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus (Tidak Termasuk Furnitur) dan Barang Anyaman dari Bambu, Rotan dan Sejenisnya Manufacture of wood and of products of wood and cork, except furniture; manufacture of articles of straw and plaiting materials, bamboo, rattan and the like

4,07 1,07 8,70 -1,65

18 Industri Pencetakan dan Reproduksi Media Rekaman

Printing and reproduction of recorded Media 0 13,99 7,29 2,93

25 Industri Barang Logam, Bukan Mesin dan Peralatannya Manufacture pf fabricated metal products, excepts machynery and equipment

0 -11,58 -2,66 6,10

31 Industri Furnitur

Manufacture of furniture -0,75 0,64 -0,57 3,84

32 Industri Pengolahan Lainnya

Other manufacturing -0,67 11,07 -1,43 13,53

Industri Manufaktur Besar dan Sedang (IBS) -0,48 9,50 4,96 4,22 Tabel 6

Pertumbuhan Produksi Triwulanan (y-on-y) IBS Bali dan Nasional Menurut Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) 2 Digit

(8)

III. Beberapa Konsep dan Definisi

1. Industri Pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan mengubah suatu barang dasar secara mekanis, kimia atau dengan tangan sehingga menjadi barang jadi, dan atau barang yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih tinggi nilanya, dan sifatnya menjadi lebih dekat kepada pemakai akhir. Termasuk dalam kegiatan industri adalah jasa industri dan pekerjaan perakitan (assembling).

2. Jasa industri adalah kegiatan industri yang melayani keperluan pihak lain. Pada kegiataan ini bahan baku disediakan oleh pihak lain, sedangkan pihak pengolah hanya melakukan pengolahannya dengan mendapatkan imbalan sebagai balas jasa (upah maklon).

3. Pengelompokan industri pengolahan biasanya didasarkan pada jumlah tenaga kerja yaitu: Industri Besar, Industri Sedang, Industri Kecil dan Industri Mikro.

4. Industri Besar adalah perusahaan industri yang mempunyai tenaga kerja 100 orang atau lebih.

5. Industri Sedang adalah perusahaan industri yang mempunyai tenaga kerja antara 20 sampai 99 orang.

6. Industri Kecil adalah perusahaan industri yang mempunyai tenaga kerja antara 5 sampai 19 orang.

7. Industri Mikro adalah perusahaan industri yang mempunyai tenaga kerja antara 1 sampai 4 orang.

8. Kode Klasifikasi Industri yang digunakan sesuai dengan Klasifikasi Baku Lapangan usaha Indonesia (KBLI) Tahun 2009. KBLI yang tercakup dalam pengumpulan data Industri besar dan sedang pada Triwulan I Tahun 2014 adalah sebagai berikut :

Kode industri 10 : Industri Makanan – Manufacture of food products

Kode industri 11 : Industri Minuman – Manufacture of beverages

Kode industri 13 : Industri Tekstil – Manufacture of textiles

Kode industri 16 : Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus (tidak termasuk furnitur) dan Barang Anyaman dari Bambu, Rotan dan Sejenisnya – Manufacture of wood and of products of wood and cork, exept furnitur; manufacture of articles of straw and plaiting materials, bamboo, rattan and the like

Kode industri 31 : Industri Furnitur – Manufacture of furniture

(9)

Informasi lebih lanjut hubungi:

Tri Erwandi, SE, M.Si.

Kepala Bidang Statistik Produksi

BPS Provinsi Bali

Telepon: 0361-238159, Fax: 0361-238162

E-mail: bps5100@bps.go.id

Referensi

Dokumen terkait

Data kualitatif diperoleh dari hasil observasi dengan menggunakan lembar pengamatan aktifitas siswa, ketrampilan guru, wawancara dan catatan lapangan dalam pembelajaran menulis

Mansyur Medan atau di tempat lain yang masih termasuk daerah hukum Pengadilan Negeri Medan, dengan sengaja dan melawan hukum memiliki barang sesuatu yang seluruhnya atau

Lampiran 8 Daftar Hasil Wawancara dengan Bagian Penjualan Lampiran 9 Daftar Belanja Rutin Rumah Makan Selera Baru Lampiran 10 Daftar Menu Makanan Rumah Makan Selera Baru

Penelitian dilakukan dalam dua tahap yaitu: tahap pertama dengan meren- dam larva ikan cupang berumur empat hari ke dalam larutan tepung testis sapi dengan dosis berbeda, dan tahap

Proses perhitungan penggajian yang masih diterapkan di Sentra-Net masih dibilang rumit dan cukup menghabiskan banyak waktu untuk di kerjakan oleh SDM,

Dengan pengujian ini dapat diketahui apakah variabel independen (X) secara tunggal berpengaruh terhadap variabel independen (Y), yaitu dengan membandingkan antara

Isu mengenai pengaruh dari pendapatan regional perkapita, produk domestik regional bruto (PDRB), dana alokasi umum (DAU), pendapatan asli daerah (PAD), dan rasio

“Haroa” sebagai sebuah tradisi dan merupakan rumpun media tradiosional adalah merupakan salah satu media dakwah efektif yang digunakan oleh tokoh agama (khatibi, lebe)