• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III METODE PENELITIAN"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

23

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Data yang diperoleh selama penelitian diolah, dianalisis dan diproses lebih lanjut sehingga dapat memperjelas gambaran mengenai objek analisis hubungan antara variabel-variabel dari objek yang diteliti, dilakukan melalu uji statistik dan analisis regresi untuk menguji hipotesis pada penelitian ini.

Dalam pengujian hipotesis, menggunakan kuesioner yang akan menjadi dasar dalam menarik kesimpulan penelitian. Pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh melalui survey dengan proses pengambilan sampel dari suatu populasi serta kuesioner sebagai alat pengumpulan data. Responden dalam penelitian ini yaitu para Pejabat Fungsional Auditor di Perwakilan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Provinsi Jawa Timur.

3.1. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian pengujian hipotesis. Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada pengaruh jabatan auditor, pengalaman pengalaman kerja, dan sikap mental terhadap efektivitas pelaksanaan prosedur audit dalam melaksanakan audit investigasi. Obyek penelitian adalah Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Perwakilan Provinsi Jawa Timur sebagai auditor internal pemerintah.

(2)

3.2. Populasi

Populasi mengacu pada keseluruhan kelompok ruang, kejadian, atau minat yang ingin peneliti investigasi (Sekaran, 2014). Sampel (sample) adalah bagian dari populasi. Sampel terdiri dari atas bagian anggota populasi yang dipilih oleh peneliti (Sekaran, 2014). Dalam penelitian ini populasi yang akan diamati adalah Pejabat Fungsional Auditor pada Perwakilan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Provinsi Jawa Timur dengan total populasi sebanyak 173 auditor.

3.3. Sampel

Sampel adalah suatu himpunan bagian (subset) dari unit populasi (Cooper, 2006). Setelah menentukan populasi, peneliti kemudian menentukan jumlah sampel dan pengambilannya. Azwar menyatakan bahwa sampel merupakan sebagian dari populasi dan harus memiliki ciri-ciri atau karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Azwar, 2011).

Tabel 3.1

Daftar Pejabat Fungsional Auditor pada Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur

NO UNIT KERJA JUMLAH

1 Bidang APD 51

2 Bidang IPP 47

3 Bidang AN 39

4 Bidang Investigasi 36

Jumlah 173

Sumber: Data Kepegawaian Perwak ilan BPKP Provinsi J awa Timur (2016)

Untuk memilih sampel dari daftar sampel diatas, peneliti menggunakan metode purposive sampling dengan kriteria auditor yang pernah melakukan

(3)

penugasan audit investigasi. Dengan menggunakan metode pemilihan sampling dengan purposive sampling, diharapkan kriteria sampel yang diperoleh benar-benar sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan.

Sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah auditor dari masing-masing bidang pada Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur. Hal ini seperti dijelaskan oleh Roscoe (1975, dalam Sekaran, 2014) yang memberikan acuan umum untuk menentukan ukuran sampel:

1) Ukuran sampel lebih dari 30 dan kurang dari 500 adalah tepat untuk kebanyakan penelitian;

2) Jika sampel dipecah ke dalam subsampel (pria/wanita, junior/senior, dan sebagainya), ukuran sampel minimum 30 untuk tiap kategori adalah tepat; 3) Dalam penelitian multivariate (termasuk analisis regresi berganda), ukuran

sampel sebaiknya 10 kali lebih besar dari jumlah variabel dalam penelitian; 4) Untuk penelitian eksperimental sederhana dengan kontrol eskperimen yang

ketat, penelitian yang sukses adalah mungkin dengan ukuran sampel kecil antara 10 sampai dengan 20.

3.4. Definisi Variabel dan Pengukuran Variabel 3.4.1. Variabel Penelitian

Pengelompokan variabel-variabel yang termasuk penelitian ini dibagi menjadi dua variabel yaitu variabel dependen dan variabel independen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah efektivitas pelaksanaan prosedur audit dalam melaksanakan audit investigasi. Variabel independen dalam penelitian ini

(4)

adalah faktor-faktor yang dapat mewakili kapasitas seorang auditor ditinjau dari triangle fraud theory yang terdiri dari 3 unsur yaitu:

1) Pressure (tekanan), diproksikan dengan jabatan auditor. 2) Opportunity (peluang), diproksikan dengan pengalaman kerja. 3) Rationalization (rasionalisasi), sikap mental.

3.4.2. Definisi Operasional dan Pengukuran 3.4.2.1. Kapasitas Auditor

Kapasitas auditor dalam penelitian ini mewakili kemampuan auditor dalam melaksanakan penugasan audit. Sesuai dengan pengertian audit dalam Pedoman Penugasan Bidang Investigasi BPKP (2012) yaitu:

“Audit adalah proses pengumpulan dan pengevaluasian bukti tentang informasi yang dapat diukur mengenai suatu satuan usaha yang dilakukan seseorang yang kompeten dan independen untuk dapat menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi dimaksud dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan.”

Selain itu dalam Pedoman Penugasan Bidang Investigasi BPKP (2012) juga di jelaskan bahwa seorang auditor harus memiliki keahlian dan kecermatan professional. Auditor harus mempunyai pengetahuan, keterampilan dan kompetensi yang diperlukan untuk melaksanakan tugasnya, baik yang diperoleh dari pendidikan formal, pelatihan, sertifikasi maupun pengalaman kerja. Selain itu auditor juga harus menggunakan keahlian profesionalnya dengan cermat dan seksama (due professional care) dan secara hati-hati (prudent) dalam setiap penugasan.

Dari pengertian dan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa audit harus dilakukan oleh seseorang yang memiliki kompetensi tertentu dalam

(5)

mengumpulkan dan mengevaluasi bukti-bukti audit. Untuk mewakili kompetensi auditor dalam penelitian ini, peneliti menggunakan 3 (tiga) variabel independen yaitu jabatan auditor, pengalaman kerja, dan sikap mental.

3.4.2.1.1. Jabatan Auditor

Permenpan No. PER/05/M.PAN/03/2008 tentang Standar Audit PIP menyatakan bahwa:

“Auditor adalah pegawai negeri sipil (PNS) yang mempunyai jabatan fungsional auditor dan/atau pihak lain yang diberi tugas, wewenang, tanggung jawab dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang melaksanakan pengawasan pada instansi pemerintah untuk dan atas nama APIP”

Jabatan Fungsional Auditor adalah jenis jabatan fungsional pada pegawai negeri di Indonesia yang dalam pelaksanaan tugasnya didasarkan pada keahlian dan atau keterampilan di bidang pengawasan dan bersifat mandiri (Wikipedia Indonesia). Jabatan auditor dalam penelitian ini dijabarkan dengan kualifikasi personel yang dimiliki auditor, peran auditor dalam pelaksanaan audit, keseuaian jabatan dengan tugas yang dilaksanakannya, tupoksi dan tanggungjawab auditor, dan resiko yang atas jabatan auditor tersebut. Instrumen pengukuran variabel ini terdiri dari 5 item pertanyaan yang dikembangkan dari penelitian yang dikembangkan oleh Suranto (2007) dan Susetyo (2009). Pengukuran variabel ini menggunakan skala likert 1 (tidak pernah) sampai dengan 5 (selalu). Semakin tinggi nilai yang ditunjukkan maka semakin efektif pelaksanaan prosedur audit yang dilakukan.

3.4.2.1.2. Pengalaman Kerja

Shelton (1999, dalam Susetyo, 2009) menyatakan bahwa pengalaman akan mengurangi pengaruh informasi yang tidak relevan dalam pertimbangan

(6)

(judgment) auditor. Auditor yang berpengalaman dalam membuat pertimbangan (judgment) mengenai going concern tidak dipengaruhi oleh kehadiran informasi yang tidak relevan. Sedangkan auditor yang kurang pengalamannya dalam membuat pertimbangan (judgment) mengenai going concern dipengaruhi oleh kehadiran informasi yang tidak relevan.

Berbagai penelitian auditing menunjukkan bahwa semakin berpengalaman seorang auditor semakin mampu dia menghasilkan kinerja yang lebih baik dalam tugas-tugasnya yang semakin kompleks. Dengan memperhitungkan efek pengalaman ini memungkinkan dapat diketahui dampaknya pada pertimbangan auditor, terutama dalam caranya menghadapi preferensi klien dan informasi yang bersifat ambigu maupun yang bersifat bertolak belakang (disconfirming).

Pengalaman kerja dalam penelitian ini dijabarkan dengan pemahaman SOP yang semakin baik, teknik-teknik audit yang semakin baik, pengevaluasian bukti audit yang semakin baik, pemahaman tentang hukum yang berkaitan dengan kasus semakin baik, dan kesimpulan audit yang dibuat akan semakin baik. Instrumen pengukuran variabel ini terdiri dari 5 item pertanyaan yang dikembangkan dari penelitian yang dikembangkan oleh Susetyo (2009) dan Patunru (2014). Pengukuran variabel ini menggunakan skala likert 1 (tidak pernah) sampai dengan 5 (selalu). Semakin tinggi nilai yang ditunjukkan maka semakin efektif pelaksanaan prosedur audit yang dilakukan.

3.4.2.1.3. Sikap Mental

Sikap mental dalam audit berhubungan erat dengan independensi auditor. Independensi menurut Arens dkk. (2008) dapat diartikan mengambil sudut

(7)

pandang yang tidak bias. Auditor tidak hanya harus independen dalam fakta, tetapi juga harus independen dalam penampilan. Independensi dalam fakta (independence in fact) ada bila auditor benar-benar mampu mempertahankan sikap yang tidak bias sepanjang audit, sedangkan independensi dalam penampilan (independent in appearance) adalah hasil dari interpretasi lain atas independensi ini.

Sikap mental dalam penelitian ini dijabarkan dengan independensi auditor, tidak mudah mempercayai tersangka, tidak memihak, memiliki skeptisme profesional, dan merahasiakan informasi sebelum membuat kesimpulan audit. Instrumen pengukuran variabel ini terdiri dari 5 item pertanyaan yang dikembangkan dari penelitian yang dikembangkan oleh Patunru (2014). Pengukuran variabel ini menggunakan skala likert 1 (tidak pernah) sampai dengan 5 (selalu). Semakin tinggi nilai yang ditunjukkan maka semakin efektif pelaksanaan prosedur audit yang dilakukan.

3.4.2.2. Efektivitas Pelaksanaan Prosedur Audit dalam Melaksanakan Audit Investigasi

Menurut pendapat Mahmudi (2006), efektivitas dapat didefinisikan sebagai berikut:

“Efektivitas merupakan hubungan antara output dengan tujuan, semakin besar kontribusi (sumbangan) output terhadap pencapaian tujuan, maka semakin efektif organisasi, program atau kegiatan.”

Efektivitas berfokus pada outcome (hasil), program, atau kegiatan yang dinilai efektif apabila output yang dihasilkan dapat memenuhi tujuan yang diharapkan

(8)

atau dikatakan spending wisely. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.1 mengenai hubungan arti efektivitas di bawah ini.

OUTCOME Efektivitas = OUTPUT Gambar 3.1 Hubungan Efektivitas Sumber: Mahmudi, 2005.

Menurut Muasaroh (2010, dalam literaturbook.blogspot.com), efektivitas suatu program dapat dilihat dari aspek-aspek antara lain:

1) Aspek tugas atau fungsi

Suatu program dikatakan efektif jika tugas atau fungsinya dijalankan dengan baik. Begitu pula dengan program audit dapat dikatakan efektif apabila tugas dan fungsinya dapat dilaksanakan dengan baik.

2) Aspek rencana atau program

Jika seluruh rencana atau program dapat dilaksanakan maka rencana atau program tersebut dapat dikatakan efektif. Begitu pula program audit dapat dikatakan efektif apabila seluruh program audit tersebut dapat dilaksanakan.

3) Aspek ketentuan dan peraturan

Efektivitas suatu program juga dapat dilihat dari berfungsi atau tidaknya aturan yang telah dibuat dalam rangka menjaga berlangsungnya proses kegiatan tersebut. Begitu pula program audit dikatakan efektif apabila auditor melakukan kegiatan audit sesuai dengan program audit dan aturan-aturan yang telah dibuat.

(9)

4) Aspek tujuan atau kondisi ideal

Suatu program kegiatan dikatakan efektif dari sudut hasil jika tujuan atau kondisi ideal program tersebut dapat dicapai. Begitu pula dengan program audit dikatakan efektif jika tujuan atau kondisi ideal program audit tersebut dapat tercapai.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa efektivitas adalah melakukan sesuatu dengan tepat sasaran sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai atau dapat diistilahkan dengan “doing the right things”. Tingkatan efektivitas dapat diukur dari sejauh mana seluruh input, proses, dan output suatu program dapat mencapai tujuan dan mencapai target-target yang telah ditetapkan.

Efektivitas pelaksanaan prosedur audit dalam melaksanakan audit investigasi dapat diartikan sejauh mana hasil audit tersebut dapat menggambarkan proses suatu kegiatan audit yang dapat menghasilkan suatu kesimpulan atas prosedur audit yang dilaksanakan dalam audit investigasi.

Sesuai dengan penjabaran diatas, penelitian ini menggunakan variabel dependen “efektivitas pelaksanaan prosedur audit dalam melaksanakan audit investigasi” yang dijabarkan dengan pembagian tugas yang baik, pengembangan teknik-teknik audit sesuai dengan kriteria audit, pemeriksaan fisik dengan tim ahli (jika diperlukan), penyusunan laporan audit dengan tepat waktu, pelaksanaan rekomendasi yang tepat sasaran. Instrument pengukuran variabel ini terdiri dari 5 item pertanyaan yang dikembangkan dari prosedur dan standar-standar audit yang berlaku yang dikembangkan oleh Patunru (2014). Pengukuran variabel ini menggunakan skala likert 1 (tidak pernah) sampai dengan 5 (selalu). Semakin

(10)

tinggi nilai yang ditunjukkan maka semakin efektif pelaksanaan prosedur audit yang dilakukan.

3.5. Analisis Data dan Pengujian Hipotesis 3.5.1. Analisis Data

Tahap-tahap yang dilakukan untuk menganalisis data dalam penelitian ini, dilakukan dengan langkah- langkah sebagai berikut:

1) Peneliti melakukan pengumpulan data dengan cara sampling. Subjek yang diteliti adalah sampel yang merupakan sebuah sub himpunan dari pengukuran-pengukuran yang diambil dari seluruh populasi yang menjadi perhatian dalam penelitian.

2) Setelah metode pengumpulan data ditentukan, selanjutnya peneliti menentukan alat untuk memperoleh data dari elemen-elemen yang akan diteliti, alat yang digunakan dalam penelitian adalah daftar pertanyaan atau kuesioner.

3) Apabila data sudah terkumpul kemudian dilakukan pengolahan data, disajikan dan dianalisis. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan uji statistik.

Berdasarkan kuesioner yang digunakan oleh peneliti, maka peneliti menggunakan skala likert untuk menentukan penilaian skor atas jawaban yang diberikan oleh responden. Berdasarkan skala likert, nilai masing-masing jawaban dari kuesioner yang digunakan adalah sebagai berikut.

1) Jawaban “sangat setuju” memiliki nilai = 5 2) Jawaban “setuju” memiliki nilai = 4

(11)

4) Jawaban “kurang setuju” memiliki nilai = 2 5) Jawaban “tidak setuju” memiliki nilai = 1

3.5.2. Uji Kualitas Data 3.5.2.1. Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur valid tidaknya suatu kuesioner sebagai instrumen penelitian. Suatu kuesioner dikatan valid apabila pernyataan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut.

Pengujian dilakukan dengan menggunakan uji korelasi Pearson Product Moment yang diperoleh dari hasil pengujian SPSS. Selanjutnya, setiap item dibandingkan dengan r tabel. Item pernyataan/pertanyaan yang mempunyai r hitung lebih besar dibandingkan dengan r tabel, maka dapat disimpulkan bahwa item tersebut valid. Namun sebaliknya, apabila r hitung lebih kecil dibandingkan r tabel maka item tersebut tidak valid. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan r tabel sebesar 0,30 untuk masing- masing variabel.

3.5.2.2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui apakah alat pengumpul data menunjukkan tingkat ketepatan, tingkat keakuratan, kestabilan atau konsistensi dalam mengungkapkan gejala tertentu. Pengukuran reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengukuran one shot. Suatu variabel dikatakan reliable jika memberikan nilai Cronbach Alpha> 0,60. Pengujan reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan program aplikasi SPSS V.20.

(12)

3.5.2.3. Uji Asumsi Klasik 3.5.2.3.1. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang digunakan berdistribusi normal (Ghozali, 2006:110). Salah satu cara melihat normalitas yaitu dengan histogram, yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal.

Kedua, dengan normal probability plot, yaitu distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal, dan ploting data akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data adalah normal, maka garis yang menggambarkan data akan mengikuti garis diagonalnya.

3.5.2.3.2. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi yang tinggi atau sempurna antar variabel independen. Multikolinieritas dapat dilihat pada tolerance value atau Variance Inflation Factor (VIF). Apabila tolerance value dibawah 0,10 atau nilai VIF diatas 10 maka terjadi multikolinieritas. Apabila ternyata terdapat multikolinieritas, maka salah satu variabel harus dikeluarkan dari persamaan (Ghozali, 2006: 95).

3.5.2.3.3. Uji Heteroskedastisitas

Tujuan dari pengujian ini adalah untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual dari suatu pengamatan ke pengamatan lainnya tetap, maka disebut Homoskedastisitas. Dan jika varians berbeda, maka disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak

(13)

terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2006:105). Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat grafik.

Ada beberapa cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas, salah satunya dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat (ZPRED) dengan residualnya (SRESID). Deteksi ada tidaknya heterokedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya) yang telah di-studentized. Dasar analisis:

- jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas; dan

- jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

3.5.3. Analisis Regresi Linear Berganda

Pada penelitian ini peneliti menggunakan analisis regresi berganda. Analisis ini digunakan karena penelitian ini hanya melibatkan 1 (satu) variabel dependen yaitu efektivitas pelaksanaan prosedur audit (Y) dan 3 (tiga) variabel independen yaitu Jabatan Auditor (X1), Pengalaman Kerja (X2), dan Sikap Mental (X3). Dengan demikian, model persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut.

(14)

Y = a + bX1 + cX2 + dX3

Keterangan:

Y : variabel dependen “efektivitas pelaksanaan prosedur audit”

X1 : variabel independen “Jabatan Auditor” X2 : variabel independen “Pengalaman Kerja” X3 : variabel independen “Sikap Mental” a : konstanta

b,c,d : koefisien regresi

3.5.4. Pengujian Hipotesis 3.5.4.1. Uji Simultan (Uji F)

Uji F digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh simultan variabel-variabel independen terhadap variabel dependen. Kriteria pengujian yang digunakan adalah jika probability value (p value) < 0,05, maka Ha diterima dan jika p value > 0,05, maka Ha ditolak.

Uji F dapat pula dilakukan dengan membandingkan nilai F hitung dan F tabel. Jika F hitung > F tabel (n-k-1), maka Ha diterima. Artinya, secara statistik data yang ada dapat membuktikan bahwa semua variabel independen (X1, X2, X3) berpengaruh terhadap variabel dependen (Y). Jika F hitung < F tabel (n-k-1), maka Ha ditolak. Artinya, secara statistik data yang ada dapat membuktikan bahwa semua variabel independen (X1, X2, X3) tidak berpengaruh terhadap variabel dependen (Y).

(15)

3.5.4.2. Koefisien Determinasi (R²)

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar keterikatan atau keeratan variabel untuk variabel dependen kualitas hasil audit dengan variabel independennya yaitu: jabatan auditor, pengalaman kerja, dan sikap mental. Koefisien korelasi berganda biasanya diberi simbol dengan R². Dalam persamaan regresi yang menggunakan lebih dari satu variabel independen, maka nilai R² yang baik digunakan untuk menjelaskan persamaan regresi adalah koefisien determinasi yang disesuaikan karena telah memperhitungkan jumlah variabel independen dalam suatu model regresi. Nilai koefisien determinasi R² untuk menunjukkan persentase tingkat kebenaran suatu prediksi dari pengujian regresi yang dilakukan (Ghozali, 2006).

3.5.4.3. Uji Parsial (Uji t)

Uji t digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. Pengujian dilakukan dengan menggunakan significance level 0,05. Jika significance level berada di atas 0,05, maka hipotesis ditolak atau berati variabel independen tidak berpengaruh secara parsial terhadap variabel dependen. Sebaliknya, ketika significance level dibawah 0,05, maka hipotesis diterima atau variabel independen berpengaruh secara parsial terhadap variabel dependen. Hipotesis:

H0 = Jabatan auditor, pengalaman kerja, dan sikap mental secara parsial tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap efektivitas pelaksanaan program audit dalam melaksanakan audit investigasi.

(16)

Ha = Jabatan auditor, pengalaman kerja, dan sikap mental secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap efektivitas pelaksanaan program audit dalam melaksanakan audit investigasi.

Referensi

Dokumen terkait

Hal tersebut bertujuan untuk mendekatkan masyarakat kepada perpustakaan melalui penyelenggaraan berbagai kegiatan edukasi informal yang bersifat interaktif, guna

On the other hand, to increase profitability and production, pond management such as control water quality, predation, disease, and feeding are

Kandungan amilosa pada tepung dan pati biji nangka yang cukup tinggi, yaitu di atas 20%, menunjukkan tepung dan pati biji nangka dapat digunakan sebagai bahan pembuat plastic

Menjelaskan karakteristik ruang, tektonika dan system symbol dalam beberapa lokalitas arsitektur Nusantara Menyimpulkan problem dan prospek perkembangan arsitektur Nusantara,

Apabila telah menemukan peraturan yang sesuai den- gan yang diinginkan, baik itu melalui pencarian pada Kolom Pencarian maupun melalui Menu Bidang, Menu Kategori maupun

19 Respon yang dimaksud dalam penelitian ini adalah respon mahasiswa terhadap buku ajar dan herbarium basah yang dihasilkan dari penelitian karakteristik makroalga di

Media yang digunakan juga harus lebih banyak agar dapat menjangkau seluruh masyarakat yang ada di Kota Pekanbaru seperti penggunaaan surat kabar, majalah,

Seorang atasan di Mangkunegaran, kalau berbicara secara formal dengan bawahannya, harus menggunakan bahasa kromo (bahasa jawa halus), sebagaimana bawahan terhadap