• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Penyakit Tropis TBC

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Makalah Penyakit Tropis TBC"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

Makalah Penyakit Tropis

OLEH

KELOMPOK 1

JAYANTI SEKAR WANGI

AYULIANA

A.EMMY SATTI

PRANA HENDRI Y

A.KUSMAWATI

STIKES PRIMA BONE

(2)

Makalah Penyakit Tropis “TBC” | 1

KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan Makalah Penyakit Tropis ini dengan judul “TBC (TUBERCULOSIS)” , sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini banyak hambatan dan kesulitan, namun berkat bantuan dari berbagai pihak, makalah ini dapat terselesaikan. Maka patutlah kiranya kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan kepada Dosen mata kuliah Penyakit Tropis yang telah memberi tugas untuk tambahan pengetahuan mahasiswa.

Dengan segala kerendahan hati kami berusaha menyajikan yang terbaik dalam makalah ini. Namun, penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari harapan, kritik atau saran yang bersifat konstruktif tetap diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya. Aamiin.

Watampone, Mei 2013

Penulis

(3)

Makalah Penyakit Tropis “TBC” | 2 DAFTAR ISI SAMPUL KATA PENGANTAR . ... 1 DAFTAR ISI ... 2 BAB I : PENDAHULUAN ... 3 1.1 Latar Belakang ... 3 1.2 Tujuan... 4 BAB II : PEMBAHASAN ... 5 2.1 KONSEP MEDIS ... ... . 5 2.1.1 Defenisi ... 5 2.1.2 Etiologi ... 6 2.1.3 Penularan ... 6 2.1.4 Manifestasi Klinis ... 7 2.1.5 Patofisiologi ... 9 2.1.6 Klasifikasi ... 10 2.1.7 Pemeriksaan Diagnostik ... 11 2.1.8 Komplikasi ... 14 2.1.9 Penatalaksanaan ... 15 2.2 KONSEP KEPERAWATAN ... 17 2.2.1 Pengkajian ... 17 A. Pengumpulan Data ... 17 B. Analisa Data ... 20 2.2.2 Diagnosa Keperawatan ... 20 2.2.3 Intervensi ... 21 2.2.4 Implementasi ... 27 2.2.5 Evaluasi ... 27

BAB III : PENUTUP ... 28

3.1 Kesimpulan ... 28

3.2 Saran ... 28

(4)

Makalah Penyakit Tropis “TBC” | 3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tuberkulosis paru (TB Paru) telah dikenal hampir di seluruh dunia, sebagai penyakit kronis yang dapat menurunkan daya tahan fisik penderitanya secara serius dan merupakan pembunuh nomor satu di antara penyakit menular. Hal ini disebabkan oleh terjadinya kerusakan jaringan paru yang bersifat permanen. Selain proses destruksi terjadi pula secara simultan proses restorasi atau penyembuhan jaringan paru sehingga terjadi perubahan struktural yang bersifat menetap secara bervariasi yang menyebabkan berbagai macam kelainan faal paru (Didik Supardi, 2006).

Tuberkulosis Paru sudah lama ada dan menyebar di dunia. Di temukan bahwa Indonesia merupakan negara ketiga terbesar di dunia setelah India dan Cina. Diketahui pula bahwa di Indonesia setiap tahunnya bertambah dengan seperempat juta kasus baru TB Paru dan sekitar 140.000 kematian terjadi setiap tahunnya.

Tuberculosis adalah penyakit infeksi yang menyerang parenkim paru-paru yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis (Somantri, 2008). Dalam mengurangi penyebaran dan masalah TB Paru, diperlukan tindakan atau penanganan secara awal yaitu penanganan dalam lingkup keluarga. Mengingat keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang tertdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (DEPKES RI, 1998), maka penyakit TB Paru ini akan mudah atau rentan pada keluarga yang salah satu anggota keluarganya terkena TB Paru.

Tuberkulosis Paru menyerang tidak memandang usia produktif, kelompok ekonomi rendah, dan berpendidikan rendah. Namun TB Paru lebih banyak ditemukan di daerah miskin. Hal tersebut dikarenakan faktor lingkungan yang kurang mendukung menjadi penyebab TB Paru. Beberapa faktor yang erat hubungannya dengan terjadinya infeksi basil tuberkulosis yaitu antara lain jumlah basil yang cukup banyak dan terus menerus (memapar) calon penderita, adanya sumber penularan,

(5)

Makalah Penyakit Tropis “TBC” | 4

mikrobakteri tuberculosis keganasan basil serta daya tahan tubuh dimana daya tahan tubuh ini erat kaitannya dengan faktor lingkungan misalnya perumahan dan pekerjaan, faktor imunologis, dan juga keadaan penyakit yang memudahkan infeksi seperti campak dan diabetes melitus.

Penderita TB Paru yang tidak mendapatkan penanganan secara baik atau tidak mengkonsumsi obat secara teratur maka akan mengalami komplikasi perdarahan dari saluran pernapasan bagian bawah yang dapat mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan nafas, penyebaran infeksi, ke organ lain misalnya otak, tulang, persendian, ginjal dan sebagainya.

Untuk menanggulangi masalah peningkatan penderita tuberklosis paru ini telah dilakukan berbagai macam usaha antara lain strategi DOTS dimulai pada tahun 2001 dengan melakukan pelatihan tenaga pelaksana secara bertahap dan pembentukan forum kemitraan TBC nasional, adanya tim manajemen di tingkat propinsi, akurasi penegakan diagnosa menjadi lebih baik dengan adanya pelatihan untuk petugas laboraturium, pengadaan mikroskop dan reagen dengan kualitas yang lebih baik, serta pengelolaan obat anti tuberculosis (fixed Dose Combination). Selain itu untuk tim kesehatan seperti perawat juga harus lebih peka dan peduli dalam masalah peningkatan penderita TB Paru dengan melaksanakan berbagai macam usaha seperti pendidikan atau pemberian penyuluhan tentang TB Paru dan cara pencegahannya. Serta pengetahuan pada keluarga yang anggota keluarganya menderita TB Paru agar tidak sampai menularkan pada anggota keluarga yang lain. 1.2 Tujuan

Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan mahasiswa baik itu pembaca maupun penulis mengenai penyakit tropis yaitu TBC atau tuberculosis. Dimana makalah ini membahas Konsep Medis dan Konsep Keperawatan dari penyakit Tuberculosis. Diharapkan setelah membaca makalah ini baik itu pembaca ataupun penulis yang merupakan mahasiswa keperawatan dapat memanfaatkan ilmu dan mengaplikasikan ilmu tentang penyakit tuberculosis kelak di masyarakat dan memberikan pelayanan terbaik guna meningkatkan status kesehatan masyarakat Indonesia.

(6)

Makalah Penyakit Tropis “TBC” | 5

BAB II PEMBAHASAN 2.1 KONSEP MEDIS

2.1.1 Defenisi

Tuberkulosis (TB) Paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis dengan gejala yang sangat bervariasi. (Mansjoer, 2009: hal 472).

Tuberkulosis (TB) penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis yang mampu menginfeksi secara laten maupun progresif. (Elin, 2009: hal 918).

Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis dan biasanya menjangkiti paru. (Esther, 2010: hal 193).

Tuberkulosis adalah contoh lain infeksi saluran napas bawah. Penyakit ini disebabkan oleh mikro-organisme Mycobacterium Tuberculosis, yang biasanya ditularkan melalui inhalasi percikan ludah (droplet), orang ke orang, dan mengkolonisasi bronkiolus atau alveolus. (Elishabeth, 2001: hal 414).

Tuberculosis adalah suatu penyakit granulomatosa kronis menular yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis. Penyakit ini bisanya mengenai paru, tetapi mungkin menyerang semua organ atau jaringan di tubuh. (Robins, 2007: hal 544).

Tuberculosis adalah penyakit yang disebabkan Mycobacterium tuberculosis yang hampir seluruh organ tubuh dapat terserang olehnya, tapi yang paling banyak adalah paru-paru (IPD, FK, UI).

Tuberculosis paru merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh basilMycobacterium tuberculosis tipe humanus, sejenis kuman berbentuk batang dengan panjang 1-4 mm dan tebal 0,3-0,6 mm. (M.Ardiansyah, 2012).

Penyakit tuberculosis disebabkan oleh kuman Mycobacterium Tuberculosis ditularkan melalui udara (droplet nuclei) saat seorang pasien TBC

(7)

Makalah Penyakit Tropis “TBC” | 6

batuk dan percikan ludah yang mngandung bakteri tersebut terhirup oleh orang lain saat bernafas. (Widoyono, 2008).

TB Paru (Tuberculosis) adalah penyakit menular yang langsung disebabkan oleh kuman TB (Mycobaterium tuberculosa). Sebagian besar kuman TBC ini menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya ( Depkes RI, 2011 ).

2.1.2 Etiologi

Penyebab penyakit Tuberculosis adalah bakteri Mycobacterium Tuberculosis dan Mycobacterium Bovis. Kuman tersebut mempunyai ukuran 0,5–4 mikron x 0,3-0,6 mikron dengan bentuk batang tipis, lurus atau agak bengkok, bergranular atau tidak mempunyai selubung, tetapi mempunyai lapisan luar tebal yang terdiri dari lipoid (terutama asam mikolat).

Bakteri ini mempunyai sifat istimewa, yaitu dapat bertahan terhadap pencucian warna dengan asam dan alkohol, sehingga sering disebut Basil Tahan Asam (BTA), serta tahan terhadap zat kimia dan fisik. Kuman Tuberculosis juga tahan dalam keadaan kering dan dingin, bersifat dorman dan aerob.

Bakteri tuberculosis ini mati pada pemanasan 100°C selama 5-10 menit atau pada pemanasan 60°C selama 30 menit, dan dengan alkohol 70-95% selama 15-30 detik. Bakteri ini tahan selama 1-2 jam di udara terutama di tempat yang lembab dan gelap (bisa berbulan-bulan), namun tidak tahan terhadap sinar atau aliran udara (Widoyono, 2008).

2.1.3 Penularan

Penyakit tuberculosis yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium Tuberculosisditularkan melalui udara (droplet nuclei) saat seorang pasien tuberculosis batuk dan percikan ludah yang mengandung bakteri tersebut terhirup oleh orang lain saat bernafas. Bila penderita batuk, bersin, atau berbicara saat berhadapan dengan orang lain, basil tuberculosis tersembur dan terhisap ke dalam paru orang sehat. Masa inkubasinya selama 3-6 bulan.

Risiko terinfeksi berhubungan dengan lama dan kualitas paparan dengan sumber infeksi dan tidak berhubungan dengan faktor genetik dan faktor pejamu lainnya. Risiko tertinggi berkembangnya penyakit yaitu pada anak berusia dibawah 3

(8)

Makalah Penyakit Tropis “TBC” | 7

tahun, risiko rendah pada masa kanak-kanak, dan meningkat lagi pada masa remaja, dewasa muda, dan usia lanjut. Bakteri masuk ke dalam tubuh manusia melalui saluran pernafasan dan bisa menyebar ke bagian tubuh lain melalui peredaran darah, pembuluh limfe, atau langsung ke organ terdekatnya.

Setiap satu BTA positif akan menularkan kepada 10-15 orang lainnya, sehingga kemungkinan setiap kontak untuk tertular TBC adalah 17%.hasil studi lainnya melaporkan bahwa kontak terdekat (misalnya keluarga serumah)akan 2 kali lebih berisiko dibandingkan kontak biasa(tidak serumah).

Seseorang penderita dengan BTA (+) yang derajat positifnya tinggi berpotensi menularkan penyakit ini. Sebaliknya, penderita dengan BTA (-) dianggap tidak menularkan. Angka risiko penularan infeksi TBC di Amerika Serikat adalah sekitar 10/100.000 populasi. Di Indonesia angka ini sebesar 1-3% yang berarti di antara 100 penduduk terdapat 1-3 warga yang akan terinfeksi TBC. Setengah dari mereka BTA-nya akan positif (0,5%). (Widoyono, 2008).

2.1.4 Manifestasi Klinis

Tuberkulosis sering dijuluki “the great imitator” yaitu suatu penyakit yang mempunyai banyak kemiripan dengan penyakit lain yang juga memberikan gejala umum seperti lemah dan demam. Pada sejumlah penderita gejala yang timbul tidak jelas sehingga diabaikan bahkan kadang-kadang asimtomatik.

Gambaran klinis TB paru dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu gejala respiratorik dan gejala sistemik ( Djojodibroto, 2009):

1. Gejala respiratorik a. Batuk

Gejala batuk timbul paling dini dan merupakan gangguan yang paling sering dikeluhkan. Mula-mula bersifat non produktif kemudian berdahak bahkan bercampur darah bila sudah ada kerusakan jaringan.

b. Batuk darah

Darah yang dikeluarkan dalam dahak bervariasi, mungkin tampak berupa garis atau bercak-bercak darah, gumpalan darah atau darah segar dalam jumlah sangat

(9)

Makalah Penyakit Tropis “TBC” | 8

banyak. Batuk darah terjadi karena pecahnya pembuluh darah. Berat ringannya batuk darah tergantung dari besar kecilnya pembuluh darah.

c. Sesak napas

Gejala ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas atau karena ada hal-hal yang menyertai seperi efusi pleura, pneumothorax, anemia dan lain-lain.

d. Nyeri dada

Nyeri dada pada TB paru termasuk nyeri pleuritik yang ringan. Gejala ini timbul apabila sistem persarafan di pleura terkena.

2. Gejala sistemik, meliputi: a. Demam

Merupakan gejala yang sering dijumpai biasanya timbul pada sore dan malam hari mirip demam ifluenza, hilang timbul dan makin panjang serangannya. Sedangkan masa bebas serangan makin pendek.

b. Gejala sistemik lain

Keringat malam, aoreksia, penurunan berat badan serta malaise. Timbulnya gejala biasanya gradual dalam beberapa minggu-bulan, akan tetapi penampilan akut dengan batuk, panas, sesak napas walaupun jarang dapat juga timbul menyertai gejala pneumonia.

Gejala klinis Haemoptoe :

Kita harus memastikan bahwa perdarahan dari nasofaring dengan cara membedakan ciri-ciri sebagai berikut :

1. Batuk darah

a. Darah dibatukkan dengan rasa panas di tenggorokan b. Darah berbuih bercampur udara

c. Darah segar berwarna merah muda d. Darah bersifat alkalis

e. Anemia kadang-kadang terjadi f. Benzidine test negatif

(10)

Makalah Penyakit Tropis “TBC” | 9

2. Muntah darah

a. Darah dimuntahkan dengan rasa mual b. Darah berampur sisa makanan

c. Darah berwarna hitam karena bercampur asam lambung d. Darah bersifat asam

e. Anemia sering terjadi f. Benzidin test positif

3. Epistaksis

a. Darah menetes dari hidung. b. Batuk pelan kadang keluar. c. Darah berwrna merah segar. d. Darah bersifat alkalis.

e. Anemia jarang terjadi.

2.1.5 Patofisiologi

Penyebab tuberculosis adalah Mycobacterium Tuberkulosis. Kuman adalah kuman berbentuk batang aerobik dan tahan asam yang yang merupakan organisme patogen maupun saprofit. Organisme ini berukuran 0,3 x 2 sampai 4 mm, ukuran ini lebih kecil dari ukuran sel darah merah (Sylvia & Marry, 2006).

Sebagian besar komponen M. Tuberkulosis adalah berupa lemak/ lipid sehingga kuman mampu tahan terhadap asam serta sangat tahan terhadap zat kimia dan factor fisik.Mikroorganisme ini adalah bersifat aerob yakni menyukai daerah yang banyak oksigen. Oleh karena itu, M. Tuberkulosis senang tinggal di daerah apeks paru-paru yang kandungan oksigennya tersebut menjadi tempat yang kondusif untuk penyakit tuberculosis(Somantri, 2008).

Port de’entri kuman Mycobacterium tuberculosis adalah saluran pernafasan, saluran pencernaan, dan luka terbuka pada kulit. Kebanyakan infeksi terjadi melalui udara (air borne), yaitu melalui inhalasi droplet yang mengandung kuman-kuman basil tuberkel yang terinfeksi.

Basil tuberkel yang mencapai alveolus dan di inhalasi biasanya terdiri atas satu sampai tiga gumpalan. Basil yang lebih besar cenderung bertahan di saluran hidung

(11)

Makalah Penyakit Tropis “TBC” | 10

dan cabang besar bronkus, sehingga tidak menyebabkan penyakit. Setelah berada dalam ruang alveolus, kuman akan mulai mengakibatkan peradangan. Leukosit polimorfonuklear tampak memfagosit bakteri di tempat ini, namun tidak membunuh organisme tersebut.

Sesudah hari pertama, maka leukosit diganti oleh makrofag. Alveoli yang terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala pneumonia akut. Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa yang tertinggal atau proses dapat berjalan terus dan bakteri terus difagosit atau berkembang biak di dalam sel. Basil juga menyebar melalui getah bening menuju getah bening regional. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu, sehingga membentuk sel tuberkel epiteloit yang dikelilingi oleh fosit. Reaksi ini biasanya membutuhkan waktu 10-20 jam. ( Ardiansyah, 2012).

2.1.6 Klasifikasi

Klasifikasi TB paru dibuat berdasarkan gejala klinis, bakteriologik, radiologik dan riwayat pengobatan sebelumnya. Klasifiksi ini penting karena merupakan salah satu faktor determinan untuk menentukan strategi terapi. Klasifikasi TB paru di bagi sebagai berikut :

1. TB Paru BTA positif dengan kriteria : a. Dengan atau tanpa gejala klinik

b. BTA positif : mikroskopik positif 2 kali, mikroskopik positif 1 kali disokong biakan positif 1

c. Gambaran radiologik sesuai dengan TB paru.

2. TB Paru BTA negatif dengan kriteria :

a. Gejala klinik dan gambaran radiologik sesuai dengan TB Paru aktif b. BTA negatif, biakan negatif tetapi radiologik positif

3. Bekas TB Paru dengan kriteria :

a. Bakteriologik (mikroskopik dan biakan) negatif.

b. Gejala klinik tidak ada atau ada gejala sisa akibat kelainan paru.

c. Radiologik menunjukkan gambaran lesi TB inaktif, menunjukkan serial foto yang tidak berubah.

(12)

Makalah Penyakit Tropis “TBC” | 11

d. Ada riwayat pengobatan OAT yang adekuat (mendukung).

2.1.7 Pemeriksaan Diagnostik

Menurut Mansjoer, dkk (1999 : hal 472), pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada klien dengan tuberculosis Paru, yaitu :

a. Laboratorium darah rutin : LED normal / meningkat, limfositosis.

b. Pemeriksaan sputum BTA : untuk memastikan diagnostik TB paru, namun pemeriksaan ini tidak spesifik karena hanya 30 – 70 % pasien yang dapat didiagnosis berdasarkan pemeriksaan ini.

c. Tes PAP (Peroksidase Anti Peroksidase). Merupakan uji serologi imunoperoksidase memakai alat histogen staining untuk menentukan adanya IgG spesifik terhadap basil TB.

d. Tes Mantoux / Tuberkulin, Merupakan uji serologi imunoperoksidase memakai alat histogen staining untuk menentukan adanya IgG spesifik terhadap basil TB. e. Tehnik Polymerase Chain Reaction. Deteksi DNA kuman secara spesifik melalui

amplifikasi dalam meskipun hanya satu mikroorganisme dalam spesimen juga dapat mendeteksi adanya resistensi.

f. Becton Dickinson diagnostic instrument Sistem (BACTEC). Deteksi growth indeks berdasarkan CO2 yang dihasilkan dari metabolisme asam lemak oleh mikobakterium tuberculosis.

g. MYCODOT. Deteksi antibody memakai antigen liporabinomannan yang direkatkan pada suatu alat berbentuk seperti sisir plastic, kemudian dicelupkan dalam jumlah memadai memakai warna sisir akan berubah.

h. Pemeriksaan radiology : Rontgen thorax PA dan lateral. Gambaran foto thorax yang menunjang diagnosis TB, yaitu :

1) Bayangan lesi terletak di lapangan paru atas atau segment apikal lobus bawah 2) Bayangan berwarna ( patchy ) atau bercak ( nodular )

3) Adanya kavitas, tunggal atau ganda

4) Kelainan bilateral terutama di lapangan atas paru 5) Adanya klasifikasi

(13)

Makalah Penyakit Tropis “TBC” | 12

7) Bayangan millier

Menurut Sudoyo, dkk (2009 : hal 2235), pemeriksaan diagnostic yang dapat dilakukan pada klien dengan tuberculosis Paru, yaitu : a. Pemeriksaan radiologis (Photo Thorax)

Lokasi lesi tuberculin umumnya di daerah apex paru (segmen apical lobus atas atau segmen apical lobus bawah), tetapi dapat juga mengenai lobus bawah (bagian inferior) atau di daerah hilus menyerupai tumor paru (misalnya pada tuberculosis endobronkial).

Pada awal penyakit saat lesi masih merupakan sarang-sarang pneumonia, gambaran radiologis berupa bercak-bercak seperti awan dan dengan batas-batas yang tidak tegas. Bila lesi sudah diliputi jaringan ikat maka bayangan terlihat berupa bulatan dengan batas yang tegas. Lesi ini dikenal dengan tuberkuloma .

Pada kavitas bayangannya berupa cincin yang mula-mula berdinding tipis. lama-lama dinding menjadi sklerotik dan terlihat menebal. Bila terjadi fibrosis terlihat bayangan yang bergaris-garis. Pada klasifikasi bayangannya tambak sebagai bercak-bercak padat dengan densitas tinggi. Pada atelektasis terlihat seperti fibrosis yang luas disertai penciutan yang dapat terjadi pada sebagian atau satu lobus maupun pada satu bagian paru.

Gambaran tuberculosis millier terlihat berupa bercak-bercak halus yang umumnya tersebar merata pada seluruh lapang paru.

Gambaran radiologis lain yang sering menyertai tuberculosis paru adalah penebalan pleura (pleuritis), massa cairan dibagian bawah paru (efusi pleura/empiema), bayangan hitam radioulsen di pinggir paru/pleura (pnemothorax).

Pada satu foto dada sering di dapatkan bermacam-macam bayangan sekaligus (pada tuberculosis yang sudah lanjut) seperti infiltrate, garis-garis fibrotik, klasivikasi kavitas (non sklerotik/sklerotik) maupun atelektasis dan emfisema.

b. Computed Tomography Scanning (CT-Scan)

Pemeriksaan radiologis dada yang lebih canggih dan saat ini sudah banyak dipakai di rumah sakit rujukan adalah Computed Tomography Scanning (CT-Scan).

(14)

Makalah Penyakit Tropis “TBC” | 13

Pemeriksaan ini lebih superior dibandingkan dengan radiologis biasa. Perbedaan densitas jaringan terlihat lebih jelas dan sayatan dapat dibuat transversal.

c. Magnetic Resonsnce Imaging ( MRI )

Pemeriksaan MRI ini tidak sebaik CT-Scan, tetapi dapat mengevalusai proses-proses dekat apek paru, tulang belakang, perbatasan dada perut. Sayatan dapat dibuat transversal, segital dan koronal.

d. Darah

Pemeriksaan ini kurang mendapat perhatian, karena hasilnya kadang-kadang meragukan, hasilnya tidak sensitive dan tidak spesifik. Pada saat tuberculosis baru mulai aktif akan didapatkan jumlah leukosit sedikit meninggi dengan hitung jenis pergeseran ke kiri. Jumlah limfosit masih di bawah normal. Laju endap darah mulai meningkat. Bila penyakit mulai sembuh jumlah leukosit kembali normal dan jumlah limfosit masih tinggi, laju endap darah mulai turun kearah normal lagi.

e. Sputum (BTA)

Kriteria sputum BTA positif adalah bila sekurang-kurangnya ditemukan 3 batang kuman BTA pada satu sediaan. Dengan kata lain diperlukan 5.000 kuman dalam 1 ml sputum.

f. Tes tuberculin/ tes mantoux

Pemeriksaan ini masih banyak dipakai untuk membantu menegakan diagnosis tuberculosis terutama pada anak-anak (balita). Biasanya dipakai tes mantoux yakini dengan menyuntikan 0,1 cc tuberculin P.P.D (purified protein derivative).

Bila ditakutkan reaksi hebat dengan 5 T.U dapat diberikan dulu 1 atau 2 T.U (first strength). kadang-kadang bila dengan 5 T.U masih memberikan hasil negative, berarti tuberculosis dapat disingkirkan , umumnya tes mantoux dengan 5 T.U. Sudah cukup berarti. Tes tuberculin hanya menyatakan apakah seorang individu sedang atau pernah terserang Mycobacterium tuberculosis, mycobacterium bovis.

Tes mantoux ini dapat dibagi kedalam beberapa kategori yaitu :

(15)

Makalah Penyakit Tropis “TBC” | 14

2) Indurasi 6-9 mm: hasil meragukan = golongan low grade sensitivity. Disini peran antibody normal masih menonjol.

3) Indurasi 10-15 mm: mantoux positif kuat = golongan hypersensitivity disini peran antibody selular paling menonjol.

2.1.8 Komplikasi

Penyakit tuberculosis paru bila tidak ditangani dengan benar akan menimbulkan komplikasi. Komplikasi dibagi atas komplikasi dini dan komplikasi lanjut :

Komplikasi dini 1) Pleuritis 2) Efusi pleura 3) Empiema 4) Laringitis

Menjalar ke organ lain : Usus Poncet’s arthropathy

Komplikasi lanjut

1) Obstruksi jalan napas : SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca Tuberculosis). 2) Kerusakan parenkim berat : SOPT/Fibrosis paru, kor pulmonal.

3) Amiloidosis. 4) Karsinoma paru.

5) Sindrom gagal napas dewasa (ARDS).

Menurut Sudoyo, dkk (2009 : hal 2238), komplikasi yang dapat terjadi pada klien dengan tuberculosis Paru, yaitu :

a. Pleuritis tuberkulosa

Terjadi melalui fokus subpleura yang robek atau melalui aliran getah bening, sebab lain dapat juga dari robeknya perkijuan ke arah saluran getah bening yang menuju ronggal pleura, iga atau columna vertebralis.

(16)

Makalah Penyakit Tropis “TBC” | 15

Keluarnya cairan dari peembuluh darah atau pembuluh limfe ke dalam jaringan selaput paru, yang disebabkan oleh adanya penjelasan material masuk ke rongga pleura. Material mengandung bakteri dengan cepat mengakibatkan reaksi inflamasi dan exudat pleura yang kaya akan protein.

c. Empisema

Penumpukan cairana terinfeksi atau pus (nanah) pada cavitas pleura, rongga pleura yang di sebabkan oleh terinfeksinya pleura oleh bakteri mycobacterium tuberculosis (pleuritis tuberculosis).

d. Laryngitis

Infeksi mycobacteriym pada laring yang kemudian menyebabkan laryngitis tuberculosis.

e. TBC Milier (tulang, usus, otak, limfe)

Bakteri mycobacterium tuberculosis bila masuk dan berkumpul di dalam saluran pernapasan akan berkembang biak terutama pada orang yang daya tahan tubuhnya lemah, dan dapat menyebar melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening, oleh karena itu infeksi mycobacterium tuberculosis dapat menginfeksi seluruh organ tubuh seperti paru, otak, ginjal, dan saluran pencernaan.

f. Keruskan parenkim paru berat

Mycobacterium tuberculosis dapat menyerang atau menginfeksi parenkim paru, sehingga jika tidak ditangani akan menyebabkan kerusakan lebih lanjut pada parenkim yang terinfeksi.

g. Sindrom gagal napas (ARDS)

Disebabkan oleh kerusakan jaringan dan organ paru yang meluas, menyebabkan gagal napas atau ketidak mampuan paru-paru untuk mensuplay oksigen ke seluruh jaringan tubuh.

2.1.9 Penatalaksanaan

Tujuan pengobatan pada penderita TB Paru selain untuk mengobati juga mnecegah kematian, mencegsah kekambuhan atau resistensi terhadap OAT serta memutuskan mata rantai penularan. Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase

(17)

Makalah Penyakit Tropis “TBC” | 16

intensif (2-3 bulan) dan fase lanjutan (4-7 bulan). Paduan obat yang digunakan terdiri dari obat utama dan obat tambahan. Jenis obat utama yang digunakan sesuai dengan rekomendasi WHO adalah Rifampisin, INH, Pirasinamid, Streptomisin dan Etambutol. Sedang jenis obat tambahan adalah Kanamisin, Kuinolon, Makrolide dan Amoksisilin + Asam Klavulanat, derivat Rifampisin/INH. Cara kerja, potensi dan dosis OAT utama dapat dilihat pada tabel berikut:

Rekomendasi Dosis (mg/kg BB) Obat Anti TB Esensial Aksi Potensi Per Hari Per Minggu 3 x 2 x Isoniazid (H) Bakterisidal Tinggi 5 10 15 Rifampisin (R) Bakterisidal Tinggi 10 10 10 Pirasinamid (Z) Bakterisidal Rendah 25 35 50 Streptomisin (S) Bakterisidal Rendah 15 15 15 Etambutol (E) Bakteriostatik Rendah 15 30 45

Untuk keperluan pengobatan perlu dibuat batasan kasus terlebih dahulu berdasarkan lokasi tuberkulosa, berat ringannya penyakit, hasil pemeriksaan bakteriologik, hapusan dahak dan riwayat pengobatan sebelumnya. Di samping itu perlu pemahaman tentang strategi penanggulangan TB yang dikenal sebagai Directly Observed Treatment Short Course (DOTS) yang direkomendasikan oleh WHO yang terdiri dari lima komponen yaitu:

1. Adanya komitmen politis berupa dukungan pengambil keputusan dalam penanggulangan TB.

2. Diagnosis TB melalui pemeriksaan dahak secara mikroskopik langsung sedang pemeriksaan penunjang lainnya seperti pemeriksaan radiologis dan kultur dapat dilaksanakan di unit pelayanan yang memiliki sarana tersebut.

3. Pengobatan TB dengan paduan OAT jangka pendek dengan pengawasan langsung oleh Pengawas Menelan Obat (PMO) khususnya dalam 2 bulan pertama dimana penderita harus minum obat setiap hari.

4. Kesinambungan ketersediaan paduan OAT jangka pendek yang cukup. 5. Pencatatan dan pelaporan yang baku.

(18)

Makalah Penyakit Tropis “TBC” | 17

Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah infeksi mycobacterium tuberkuloisi adalah sebagai berikut :

a) Oleh penderita dapat dilakukan dengan menutup mulut sewaktu batuk, dan membuang dahak tidak di sembatang tempat (di dalam larutan disinfektan). b) Dengan memberikan vaksin BCG pada bayi

c) Disinfeksi, cuci tangan, dan tata rumah tangga dan kebersihan yang ketat, perlu perhatian khusus terhadap muntahan dan ludah, memperbaiki ventilasi, sirkulasi udara, dan penyinaran matahari di rumah.

d) Menghindari faktor predisposisi seperti merokok, udara yang lembab dan kotor (polusi).

e) Mencegah kontak langsung dengan penderita tuberculosis paru.

2.2 KONSEP KEPERAWATAN

2.2.1 Pengkajian

A. PENGUMPULAN DATA 1. Identitas

Identitas Px meliputi : nama, jenis kelamin, umur (TBC dapat menyerang semua usia), pekerjaan, pendidikan, status perkawinan, agama, kebangsaan, suku, alamat, tipe rumah (permanen/ tidak), tanggal dan jam masuk RS, No. Reg, ruangan, serta identitas yang bertanggung jawab.

2. Keluhan Utama

Biasanya Px TB Paru ditandai dengan sesak nafas, batuk dan berat badan menurun. 3. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat kesehatan sekarang.

Pada umumnya Px TB Paru sering mengalami panas lebih dari 2 minggu sering terjadi bentuk berulang-ulang, anorexia, lemah, berkeringat banyak pada malam hari dan kadang disertai dengan hemaptoe.

(19)

Makalah Penyakit Tropis “TBC” | 18

Keadaan atau penyakit yang pernah diderita oleh penderita yang mungkin berhubungan dengan TBC antara lain ISPA, Efusi pleura, dan TB paru yang kembal aktif.

c. Riwayat kesehtan keluarga.

Px keluarganya tidak mempunyai penyakit menular atau mempunyai penyakit menular

d. Riwayat psikososial.

Riwayat psikososial sangat berpengaruh dalam psikologis Px dimana status ekonomi menengah ke bawah serta sanitasi yang kurang dengan padatnya penduduk mengakibatkan klien merasa diasingkan dengan penyakitnya yang dianggap menular.

4. Pemeriksaan Fisik

Berdasarkan sistem tubuh:

1. B1 (Breathing)

Pada sistem pernafasan didapatkan pemeriksaan fisik:

- Inspeksi : adanya tanda-tanda retraksi dada, diafragma, pergerakan nafas yang tertinggal, suara nafas melemah, adanya penggunaan otot bantu nafas, takipneu.

- Palpasi: fremitus vokal meningkat - Perkusi : redup

- Auskultasi : suara nafas bronkhial dengan atau tanpa ronchi basah dan kasar

2. B2 (Blood) Takikardi, cyanosis. 3. B3 (Brain)

Kesadaran pasien Composmentis dengan GCS 456. 4. B4 (Blader)

Biasanya klien jarang mengalami gangguan pada sistem ini kecuali ada komplikasi lebih lanjut.

(20)

Makalah Penyakit Tropis “TBC” | 19

5. B5 (Bowel)

Adanya nafsu makan menurun, anoreksia, BB turun. 6. B6 (Bone)

Adanya keterbatasan aktivitas akibat adanya kelemahan, kurang tidur dan keadaan sehari-hari yang kurang menyenangkan. Pada kulit terjadi cyanosis, dingin dan lembab, turgor kuli menurun.

5. Pemeriksaan Penunjang a. Pemeriksaan penunjang

1) LED meningkat. 2) Leukosit meningkat. 3) Hb menurun.

4) Blood gas (PaCo2, PaCo3, PaO2)

b. X-foto

- Di dapatkan pembesaran kelenjar para tracheal atau hiler dengan atau tanpa adanya infiltrat.

- Gambaran milier atau bercak kalsifikasi.

c. Pemeriksaan sputum / Bakteriologis

- Pemeriksaan sputum BTA memastikan diagnosis TB Paru, namun pemeriksaan ini tidak sensitif karena hanya 30-70 % Px TB yang dapat di diagnoisis berdasarkan pemeriksaan ini.

- Pemeriksaan sputum dilakukan dengan cara pengambilan cairan di lambung dan dilakukan setiap pagi 3 hari berturut-turut yaitu sewaktu pagi – sewaktu (SPS).

d. Pemeriksaan mantoox test / uji tuberkulis

- Sebagai standar dipakai PPO SIU atau OT 0,1 mg. a) Indurasi 10 mm atau lebih : reaksi positif. b) Indurasi 5 mm – 9 mm : reaksi meragukan. c) Indurasi 0-5 mm : reaksi negatif.

(21)

Makalah Penyakit Tropis “TBC” | 20

- Tes Tuberkulin dapat negatif pada Px HIV / AIDS, malnutrisi berat, TB milier, morbili meskipun orang tersebut menderita tuberkulosis.

B. ANALISA DATA a. Data Subyektif

- Px batuk kurang lebih 3 minggu. - Px batuk disertai darah.

- Px sesak nafas dan rasa nyeri dada. - Anoreksia.

- Demam meriang.

b. Data Obyektif

- Px tampak panas yang naik turun. - Berat badan menurun, mual, muntah. - Batuk, ada darah, batuk ada sputum. - Px biasanya lemah dan lesu.

- TTV :

1. Suhu terjadi peningkatan. 2. RR biasa terjadi peningkatan. 3. TD : tidak ada peningkatan TD.

4. Nadi : pada Px TBC bisa terjadi takikardi.

c. Kemungkinan Penyebab

Infiltrasi bakteri mycobacterium tuberkulosa keseluruh tubuh. 2.2.2 Diagnosa Keperawatan

1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan sekret yang kental 2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru. 3. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

peningkatan produksi sputum atau batuk, dyspnea atau anoreksia.

4. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan primer/ sistem imun, penurunan gerakan silia, stasis dari sekresi.

(22)

Makalah Penyakit Tropis “TBC” | 21

5. Kurang pengetahuan tentang kondisi, terapi dan pencegahan berhubungan dengan informasi kurang atau tidak akurat.

2.2.3 Intervensi

DX 1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan sekret yang kental Tujuan : Bersihan jalan nafas efektif.

Kriteria Hasil :

1). Sesak nafas pasien berkurang dalam waktu 1 x 24 jam. 2). Batuk berkurang dalam waktu 2 x 24 jam.

3). Mampu melakukan batuk efektif 4). Suara nafas vesikuler

5). RR dalam batas normal (16-20 x/menit) Rencana Tindakan :

1) Jelaskan kx tentang kegunaan batuk yang efektif dan mengapa terdapat penumpukan sekret di saluran pernafasan.

R / : pengetahuan yang diharapkan akan membantu mengembangkan kepatuhan kx terhadap rencana teraupetik.

2) Ajarkan kx tentang metode yang tepat pengontrolan batuk efektif.

R / : batuk yang tidak terkontrol adalah melelahkan dan tidak efektif, menyebabkan frustasi.

3) Nafas dalam dan perlahan saat duduk setegak mungkin. R / : memungkinkan ekspansi paru lebih luas.

4) Lakukan pernafasan diafraqma.

R / : pernafasan diafraqma menurunkan frekuensi nafas dan meningkatkan ventilasi alveolar.

5) Tahan nafas selama 3-5 detik kemudian secara perlahan-lahan, keluarkan sebanyak mungkin melalui mulut. Lakukan nafas kedua, tahan dan batukan dari dada dengan melakukan 2 batuk pendek dan kuat.

(23)

Makalah Penyakit Tropis “TBC” | 22

R / : meningkatkan volume udara dalam paru mempermudah pengeluaran sekret.

6) Auskultasi paru sebelum dan sesudah kx batuk.

R / : pengkajian ini membantu mengevaluasi keefektifan upaya batuk kx

7) Ajarkan kx tindakan untuk menurunkan viskositas sekresi : memperthankan hidrasi yang adekuat; meningkatkan masukan cairan 1000 samapi 1500 cc / hari bila tidak kontraindikasi.

R / : sekresi kental sulit untuk encerkan dan dapat menyebabkan sumbatan mukus, yang mengarah pada atelektasis.

8) Lakukan fisio Tx dada clapping / vibrasi.

R / : dengan gaya gravitasi sekret akan keluar ke alveoli besar dan memudahkan pengeluaran sekret.

9) Kolaborasi dengan tim kesehatan lain : Dengan dokter, radiologi dan fisiologi. Pemberian expectoran.

Pemberian antibiotika. Konsul photo toraks.

R / : expextorant untuk memudahkan mengeluarkan lendir dan mengevaluasi perbaikan kondisi kx atas pengembangan parunya.

DX 2 : Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru. Tujuan : pertukaran gas efektif Blood gas (pH, pCO2, pO2)

Kriteria Hasil :

1). BGA dalam batas normal (pH : 7.35- 7.45, pCO2 : 35-45, pO2 : 80-100) 2). Memperlihatkan frekuensi pernafasan yang efektif.

3). Tidak ada gejala distress nafas Rencana Tindakan :

1.Kaji dyspnea, tachypnea, bunyi pernafasan abnormal, peningkatan upaya respirasi, keterbatasan ekspansi dada dan kelemahan.

(24)

Makalah Penyakit Tropis “TBC” | 23

R/ : Tubercolusis paru dapat menyebaban meluasnya jangkauan dalam paru-paru yang berasal dari bronchopneumonia yang meluas menjadi inflamasi, nekrosis, pleural effusion dan meluasnya fibrosis dengan gejala-gejala respirasi distress. 2. Evaluasi perubahan tingkat kesadaran, catat tanda-tanda sianosis dan Perubahan warna kulit, membran mukosa dan warna kuku.

R/ : Akumulasi secret dapat menganggu oksigenasi di organ vital dan Jaringan. 3.Demonstrasikan / anjurkan untuk mengeluarkan nafas dengan bibir di Disiutkan, terutama pada pasien dengan fibrosis atau kerusakan Parenkim.

4.Anjurkan untuk tirah baring, batasi aktivitas dan bantu aktivitas pasien Sesuai kebutuhan.

R/ : Mengurangi konsumsi oksigen pada periode respirasi. 5. Kolaborasi - Monitor pemeriksaan BGA dan oxymeter

R/ : menurunnya saturasi oksigen (pO2) atau meningkatnya pCO2 Menunjukkan perlunya penanganan yang lebih adekwat atau perubahan Terapi.

6. Berikan oksigen tambahan yang sesuai

R/ : Alat dalam memperbaiki hipoksemia yang dapat terjadi terhadap Penurunan ventilasi/menurunnya permukaan alveolar.

DX 3 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kelemahan, sering batuk/produksi secret, dispnea, anoreksia dan ketidakcukupan sumber keuangan.

Tujuan : kebutuhan nutrisi adekuat. Kriteria Hasil :

1) Menunjukkan berat badan meningkat dan bebas dari malnutrisi,

2) Melakukan perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan mempertahankan berat yang tepat.

(25)

Makalah Penyakit Tropis “TBC” | 24

1) Diskusikan penyebab anoreksia, dispnea dan mual.

R / : dengan membantu kx memahami kondisi dapat menurunkan ansietas dan dapat membantu memperbaiki kepatuhan teraupeutik

Berikan perawatan mulut sebelum dan sesudah tindakan pernafan

R/ : Menurunkan rasa tidak enak karena sisa sputum atau obat untuk pengobatan respirasi yang merangsang pusat muntah.

Anjurkan dan berikan periode istirahat sering

R/ : Menghemat energy khususnya bila kebutuhan metabolic meningkat saat demam.

2) Pastikan pola diet pasien, yang disukai dan tidak disukai

R / : Membantu identifikasi kebutuhan, pertimbangan keinginan individu dapat memperbaiki masukan diet.

3) Observasi anoreksia, mual, muntah dan catat kemungkinan hubungan dengan obat.

R / : Dapat mempengaruhi diet dan mengidentifikasi pemecahan masalah untuk meningkatkan pemasukan nutrisi.

4) Anjurkan pasien makan makanan sedikit dan sering dengan makanan tinggi protein dan karbohidrat (TKTP).

R / : Memaksimalkan masukan nutrisi dan menurunkan iritasi daripada lambung.

Jelaskan kebutuhan peningkatan masukan makanan tinggi elemen berikut : a. Vitamin B12 (telur, daging ayam, kerang).

b. Asam folat (sayur berdaun hijau, kacang-kacangan, daging). c. Thiamiru (kacang-kacang, buncis, oranges).

d. Zat besi (jeroan, buah yang dikeringkan, sayur hijau, kacang segar).

R / : masukan vitamin harus ditingkatkan untuk mengkompensasi penurunan metabolisme dan penyimpanan vitamin karena kerusakan jaringan hepar.

Kolaboratif - kosultasikan ke ahli diet untuk menentukan komposisi diet.

R/: Memberikan bantuan dalam perencanaan diet dengan nutrisi adekuat untuk kebutuhan metabolic dan diet.

Konsul untuk pemberian terapi 1-2 jam sebelum / sesudah makan.

R/: Dapat memebantu menurunkan insiden mual dan muntah sehubungan dengan obat atau efek pengobatan pada perut yang penuh.

(26)

Makalah Penyakit Tropis “TBC” | 25

Konsul untuk pemeriksaan laboratorium seperti BUN, protein serum dan albumin.

R/: Nilai rendah menunjukkan malnutrisi dan menunjukkan kebutuhan intervensi/perubahan program terapi.

5) Konsul untuk pemberian antipiretik.

R/: Demam meningkatkan kebutuhan metabolic dan juga konsumsi kalori.

Dx 4 : Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tak adekwat, penurunan kerja silia/stasis secret.

Tujuan : Penyebaran infeksi tidak terjadi selama dalam perawatan Kriteria hasil :

1. Pasien dapat memperlihatkan perilaku sehat (menutup mulut ketika batuk atau bersin).

2. Tidak muncul tanda-tanda infeksi lanjutan.

3. Tidak ada anggota keluarga/orang terdekat yang tertular penyakit seperti penderita.

Rencana tindakan :

1) Kaji patologi penyakit (fase aktif/inaktif) dan potensial penyebaran infeksi melalui udara selama pasien batuk, bersin, meludah, berbicara, tertawa, dll.

R/ : Untuk mengetahui kondisi nyata dari masalah pasien fase inaktif tidak berarti tubuh pasien sudah terbebas dari kuman tubercolusis.

2) Mengidentifikasi resiko anggota keluarga untuk tertular dengan penyakit yang sama dengan pasien.

R/ : Mengurangi resiko anggota keluarga untuk tertular dengan penyakit yang sama dengan pasien.

3) Menganjurkan pasien untuk membuang sputum dengan wadah tertutup yang berisi clorin, mereview pentingnya mengontrol infeksi, misalnya dengan menggunakan masker.

R/ : Penyimpanan sputum pada wadah yang terdesinfeksi dan penggunaan masker dapat meminimalkan penyebaran infeksi melalui droplet.

(27)

Makalah Penyakit Tropis “TBC” | 26

R/ : Periode singkat terakhir 2-3 hari setelah terapi awal tetapi pada adanya penyakit luas-sedang, resiko penyebaran infeksi dapat berlanjut sampai 3 bulan. Anjurkan pentingnya mengikuti kultur ulang secara periodic terhadap sputum untuk lamanya terapi.

R/: Untuk pengawasan efek dan keefektifan obat dan respons pasien terhadap terapi.

Kolaborasi & Konsultasi dengan dokter untuk pemberian OAT R/: Untuk mempercepat proses kesembuhan pasien

DX. 5: Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, terapi dan pencegahan berhubungan dengan informasi kurang atau tidak akurat.

Tujuan : Pasien mendapatkan informasi yang akurat tentang kondisi, terapi dan dapat mencegah penularan kepada orang lain.

Kriteria hasil :

1) Mampu menyatakan pemahaman tentang proses inflamasi, kebutuhan pengobatan dan kemungkinan komplikasi.

2) Mampu mengidentifikasi/melakukan pola hidup yang perlu atau perubahan perilaku untuk mencegah terulangnya/terjadinya komplikasi.

Rencana tindakan :

1) Kaji kemampuan klien untuk belajar mengetahui masalah, kelemahan, lingkungan, media yang terbaik bagi klien.

R/ Belajar tergantung pada emosi dan kesiapan fisik dan tingkatkan pada tahapan individu

2) Identifikasi gejala yang harus dilaporkan ke perawat. Contoh: hemoptisis, nyeri dada, demam, kesulitan bernafas.

R/ Dapat menunjukkan kemajuan dalam pengetahuan pengaktifan penyakit atau efek obat yang memerlukan evaluasi lanjut,

3) Jelaskan dosis obat, frekuensi pemberian, kerja yang diharapkan dan alasan pengobatan lama, kaji potensial interaksi dengan obat lain.

R/ Meningkatkan kerja sama dalam program pengobatan dan mencegah penghentian obat sesuai dengan kondisi klien

(28)

Makalah Penyakit Tropis “TBC” | 27

4) Kaji efek samping pengobatan dan pemecahan masalah

R/ Mencegah dan menurunkan ketidaknyamanan sehubungan dengan terapi dan meningkatkan kerjasama dalam program

5) Berikan instruksi dan informasi tertulis khusus pada klien ntuk rujukan. Contohnya jadwal obat

R/ Informasi tertulis menurunkan hambatan klien untuk mengingat sejumlah besar informasi. Pengulangan dapat menguatkan ingatan klien.

2.2.4 Implementasi

Pelaksanaan merupakan pengelolaan dan perwujudan dari rencana tindakan, meliputi beberapa bagian yaitu validasi, rencana keperawatan, memberikan asuhan keperawatan dan pengumpulan data (Lismidar, 1990).

Pelaksanaan dilakukan sesuai dengan rencana tindakan yang telah disusun dengan melihat situsi dan kondisi klien.

2.2.5 Evaluasi

Evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dari rencana tindakan dari masalah kesehatan px dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan px dan tim kesehatan lainnya (Efendi, 1995).

(29)

Makalah Penyakit Tropis “TBC” | 28

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan

Tuberculosis adalah penyakit infeksi yang menyerang parenkim paru-paru yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis (Somantri, 2008). Gejala yang biasa ditunjukkan antara lain batuk,batuk darah, sesak napas, demam, nyeri dada, muntah darah dan kadang epitaksis.

Diagnosa keperawatan yang bisa diambil untuk pasien TB Paru ini yaitu Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan sekret yang kental, kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan membran oiveolar-kapiler, perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan produksi sputum atau batuk, dyspnea atau anoreksia, resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan primer, penurunan geraan silia, stasis dari sekresi. Serta kurang pengetahuan tentang kondisi, terapi dan pencegahan berhubungan dengan informasi kurang atau tidak akurat.

3.2 Saran

Pentingnya pengetahuan tentang penyakit TBC harus selalu disosialisasikan kepada masyarakat. Sebagai perawat atau calon perawat, tidak cukup hanya dengan melakukan tindakan tetapi harus disertai pengetahuan yang bermanfaat untuk memberikan penyuluhan bagi pasien atau masyarakat sekitarnya. Dengan

(30)

Makalah Penyakit Tropis “TBC” | 29

begitu perawat dapat menjalankan asuhan keperawatan yang baik dan meningkatkan mutu kesehatan masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Djojodibroto, Darmanto. 2009. Respirologi. Jakarta. Buku Kedokteran EGC Doengoes Marilynn E ,Rencana Asuhan Keperawatan ,EGC, Jakarta , 2000. Lynda Juall Carpenito, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan , edisi 2 , EGC, Jakarta ,1999.

Mansjoer dkk , Kapita Selekta Kedokteran ,edisi 3 , FK UI , Jakarta 1999. M.Ardiansyah.2012.medikal bedah untuk mahasiswa. Diva press. Yogyakarta Price, Sylvia A dan Mary P. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit . Edisi 6. Jakarta. Buku Kedokteran ECG

Price,Sylvia Anderson , Patofisologi : Konsep Klinis Proses – Proses penyakit , alih bahasa Peter Anugrah, edisi 4 , Jakarta , EGC, 1999.

Somantri, Irman. 2008. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta. Salemba Medika

Tucker dkk, Standart Perawatan Pasien , EGC, Jakarta , 1998

Wibisono, M. Yusuf, dkk. 2010. Buku Ajar Penyakit Paru. Surabaya. Departemen Ilmu Penyakit Paru FK Unair – RSUD Dr. Soetomo

(31)

Makalah Penyakit Tropis “TBC” | 30

Widoyono.2008.penyakit tropis: epidemiologi, penularan, pencegahan dan pemberantasannya. Erlangga. Jakarta

http://arizhandhy.blogspot.com/2012/10/asuhan-keperawatan-tbc.html http://dianrina89.blogspot.com/2013/02/contoh-askep-tbc-tuberculosis-terbaru.html http://perawathati.blogspot.com/2012/04/askep-tbc.html http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17277/5/Chapter%20I.pdf http://taufanarif1990.blogspot.com/2013/02/askep-tbc.html http://www.scribd.com/doc/20358065/TUBERKULOSIS-PARU http://www.scribd.com/doc/28060863/tuberkulosis-atau-TBC

Referensi

Dokumen terkait

Dalam kehidupan global sebagai warga Negara Indonesia yang demokratis dalam konteks nasional dan internasional maka perlu dikembangkan sikap-sikap positif bagi siswa dengan

Kelebihannya adalah untuk menyampaikan pengantar atau informasi yang baru, gunakan anak bila anak sudah mendapatkan motivasi, tepat untuk kelas besar dan untuk menekankan

Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah pengadaan alat pendukung produksi UKM, memberikan motivasi dan managemen mitra melalui pelatihan wirausaha

Turbo Dryer adalah menara pengering dengan resirkulasi internal pemanas gas atau pengering yang paling umum digunakan untuk produk dengan jumlah yang tidak

Pada November 1996, Gus Dur dan Soeharto bertemu pertama kalinya sejak pemilihan kembali Gus Dur sebagai ketua NU.. Desember tahun itu juga dia bertemu dengan Amien Rais, anggota

tersebut terjadi karena perbuatan mereka, dan merilis foto kaleng minuman ringan Schweppes yang dikatakan digunakan untuk membuat bom yang menghancurkan pesawat Rusia tersebut.

Perubahan-perubahan ini meliputi: perubahan ukuran tubuh, perubahan proporsi tubuh, muculnya ciri-ciri kelamin yang utama (primer) dan ciri kelamin kedua (sekunder).. Menurut

Hasil dari tugas akhir ini berupa JSON web service yang dapat diakses oleh dua aplikasi yang berbeda platform, serta fungsi-fungsi web service yang dapat digunakan oleh lebih