• Tidak ada hasil yang ditemukan

metode pelaksanaan Gedung.pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "metode pelaksanaan Gedung.pdf"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN GEDUNG

BAB 1. PENDAHULUAN

1.

LATAR BELAKANG

Latar belakang Paket Pekerjaan PEKERJAAN PEMBANGUNAN GEDUNG X adalah dalam

rangka optimalisasi penyediaan sarana dan prasarana pendukung Gedung X, Kab. YY

guna menunjang kelancaran pelaksanaan kegiatan dan diharapkan dengan adanya

pengembangan dengan kegiatan pembangunan gedung bedah sentral terpadu inidapat

terus memperlancar kegiatan di rumah sakit, khususnya untuk bagian Pembedahan.

2. MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud dan tujuan dari uraian Metode Pelaksanaan ini adalah untuk menjelaskan secara

garis besar uraian tahapan pelaksanaan dari pekerjaan umum, pekerjaan utama dan

pekerjaan penunjang, sehingga dapat dilihat keterkaitan dari masing - masing pekerjaan

maupun antar pekerjaan terhadap spesifikasi yang telah disyaratkan. Dalam metode ini

juga akan digambarkan pelaksanaan pekerjaan dengan memperkecil gangguan terhadap

lingungan dan lalulintas pekerjaan.

3. LOKASI DAN LINGKUP PEKERJAAN .

Lokasi pekerjaan berada di Lingkungan Gedung X

4.LINGKUP PEKERJAAN

Lingkup pekerjaan Paket Pekerjaan Pembangunan Gedung Bedah Sentral Terpadu (Gedung

F) RSUD Ciawi adalah sebagai berikut:

PEKERJAAN PERSIAPAN

PEKERJAAN STRUKTUR

I

PEKERJAAN PONDASI

II

LANTAI 1

III

LANTAI 2

IV

LANTAI 3

V

LANTAI 4

VI

LANTAI ATAP

VII

LANTAI ATAP LIFT

VIII LANTAI ROFF TOP

IX

PEKERJAAN ATAP BAJA

X

POWER HOUSE

XI

GROUND RESERVOIR

PEKERJAAN ARSITEKTUR

I

LANTAI DASAR

II

LANTAI 1

III

LANTAI 2

(2)

IV

LANTAI 3

V

LANTAI 4

VI

LANTAI ATAP

VII

PEKERJAAN FACADE

VIII

POWER HOUSE

IX

GROUND RESERVOIR

PEKERJAAN MEKANIKAL

I

INSTALASI AIR BERSIH

II

INSTALASI AIR KOTOR, BEKAS DAN VENT

III

INSTALASI AIR HUJAN

IV

INSTALASI HYDRANT DAN SPRINKLER

V

INSTALASI GAS MEDIS

VI

INSTALASI TATA UDARA

VII

INSTALASI ELEVATOR ( LIFT )

PEKERJAAN ELEKTRIKAL

I

PEKERJAAN PERALATAN UTAMA

II

PEKERJAAN KABEL FEEDER

III

PEKERJAAN INSTALASI DAYA DAN PANEL

IV

INSTALASI PENERANGAN DAN ARMATUR

V

INSTALASI PENANGKAL PETIR DAN GROUNDING

PANEL

PEKERJAAN ELEKTRONIK

I

PEKERJAAN TELEPHONE

II

PEKERJAAN TATA SUARA

III

PEKERJAAN FIRE ALARM

IV

PEKERJAAN CCTV

V

PEKERJAAN DATA DAN LAN

VI

PEKERJAAN NURSE CALL

BAB II Metode Penyelesaian Pekerjaan

Metode Pelaksanaan Pekerjaan Struktur

1 - PEKERJAAN PERSIAPAN

(3)

Pekerjaan persiapan awal yang dibutuhkan dalam pelaksanaan proyek. Sebelumnya segala izin yang dibutuhkan sudah diurus, time schedule telah dibuat, dan kontraktor telah memiliki Shop Drawing. Pekerjaan pendahuluan yang dilakukan dalam proyek ini meliputi :

1. Pekerjaan Mobilisasi dan Demobilisasi

Mobilisasi bertujuan untuk mengadakan/ mendatangkan peralatan, personil, dan perlengkapan untuk melaksanakan semua item pekerjaan di lapangan, dan mengembalikan pada keadaan yang diinginkan sesuai dengan gambar kerja.

Dalam Pelaksanaan Proyek ini Mobilisasi dan Demobilisasi Peralatan yang dilakukan terdiri dari:

• Tower Crane • Alat Pancang • Genset

• Mix Batching Plan • Truck • Concrete Pump • Wheel Loader • Scafolding • Bar Cutter • Bar Bender • Excavator • Buldoser • Baby Roller • Compresssor • Concrete vibrator Personil terdiri dari: • Kepala Proyek • Site Manager

• Tenaga Ahli di bidangnya masing-masing • Quality Control

• Koordinator HSE • Logistik

• Surveyor

• Operator-operator alat berat • Tenaga harian

Pada saat mobilisasi alat berat diangkut menggunakan mobil trailer, trailer yang digunakan harus memiliki perlengkapan yang memadai.

2. Pekerjaan Pengukuran dan Pembersihan Lapangan Demobilisasi

Pekerjaan ini merupakan pekerjaan pengembalian dan pemindahan peralatan yang telah dipergunakan. Dan mengembalikan kondisi lapangan yang telah digunakan sebgai tempat penyimpanan alat, barak pekerja, gudang, dan lain sebaginya kembali ke kondisi awal.

Sebelum Pekerjaan dimulai terlebih dahulu dilakukan pembersihan lokasi dari sampah, rumput, dan berbagai hal lain yang dapat menggangu pelaksanaan pekerjaan. Pembersihan dilakukan dengan menggunakan bantuan alat berat excavator. Sampah-sampah yang dihasilkan dari pekerjaan ini dikumpulkan di suatu tempat yang telah disetujui oleh pengawas,

(4)

kemudian baru diangkut dengan menggunakan dump truck untuk dibuang ke tempat pembuangan sampah akhir.

Seiring pembersihan lokasi dibuat papan nama proyek, papan nama proyek ini dipasang pada tempat yang mudah dilihat dengan mencantumkan data-data proyek antara lain nama proyek, pekerjaan, lokasi, nilai proyek, waktu pelaksanaan, pengawas pelaksana proyek, dll.

Setelah pekerjaan pembersihan lapangan selesai dilakukan, barulah dilakukan pengukuran lokasi. Hal ini bertujuan untuk menentukan letak bangunan, elevasi dan titik ikat (Bench Mark). Dalam pengukuran digunakan alat Theodolit dan rambu ukur. Pengukuran ini dilakukan oleh seorang surveyor. Titik-titik yang menjadi acuan ditandai dengan menggunakan patok. Patok terbuat dari kayu bulat dengan panjang ± 1m yang ditancapkan kedalam tanah.

3. Pekerjaan Pemasangan Bouplank

Pekerjaan ini biasanya dilakukan seiring atau setelah pekerjaan pengukuran dilakukan. Pemasangan Bouwplank (Pematokan) dilaksanakan bersama-sama oleh Pihak Proyek, Perencana Pengawas, Pelaksana dan dibuat Berita Acara Pematokan.

Bowplank terbuat dari papan yang bagian atasnya dipakukan pada patok kayu persegi 5/7 cm yang tertanam dalam tanah cukup kuat. Untuk menentukan ketinggian papan bouwplank secara rata bagian atasnya dari papan bowplank harus di waterpass (horizontal dan siku), sedangkan untuk mengukur dari titik As ke As antar ruangan digunakan meteran. Setiap titik pengukuran ditandai dengan paku dan dicat dengan cat merah dan ditulis ukuran pada papan bouwplank agar mudah di cek kembali. Pemasangan papan bowplank dilaksanakan pada jarak 1,5 m dari As sekeliling bangunan dan dipakukan pada patok – patok yang terlebih dahulu ditancapkan kedalam tanah.

4. Pembuatan Direksi Keet

Gambar Contoh pelaksanaan Pekerjaan Bouplank Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan ini dapat dilihat pada Kurva S

Dalam pelaksanaan proyek ini Direksi Keet yang dibuat terdiri dari Kantor ukuran 5x10m, Ruang rapat Ukuran 4x4m, gudang ukuran 6 x 10m, barak pekerja ukuran 3x10m (2 Lantai), rumah genset, serta Toilet.

Untuk Ruang kantor dan ruang Rapat didalamnya dilengkapi meja, kursi, gambar kerja, time schedule, struktur organisasi proyek, papan tulis, alat pemadam kebakaran, buku tamu, buku direksi dan laporan harian proyek. Ruang ini digunakan sebagai kantor sementara kontraktor dan dipakai sewaktu-waktu perlu dilakukannya rapat kerja.

(5)

Barak kerja dibuat untuk tempat tinggal sementara tenaga kerja selama proyek berlansung.

Contoh Gambar Barak Pekerja

Gudang penyimpanan bahan ini dibuat untuk tempat bahan material yang sifatnya untuk menjaga keselamatan dari bahan tersebut. Untuk Gudang penyimpanan semen, tempatnyaharus baik sehingga terlindung dari kelembaban atau keadaan cuaca lain yang merusak. Lantai penyimpanan harus kuat dan berjarak minimal 30 cm dari permukaan tanah.

5. Pembuatan Jalan Kerja Proyek.

Gambar Gudang Material

Letak direksikeet dibuat pada tempat yang mudah dijangkau dan mudah dicapai dalam proses bongkar muat material yang akan digunakan.

Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan ini dapat dilihat pada Kurva S

Pekerjaan ini dilakukan untuk mempermudah aksesibiltas kendaraan yang masuk ke dalam lokasi proyek, sehingga pengangukatan material dapat berjalan lancar. Jalan tersebut terbuat dari material timbunan tanah yang dipadatkan. Jika cuaca panas dan permukaan jalan kering maka dapat dilakukan pennyiraman dengan menggunakan water tanker. Pekerjaan ini dilakukan beriringan dengan pekerjaan Direksi Keet.

Selain Pekerjaan diatas, ada hal lain yang perlu disampaikan kepada setiap orang dilokasi proyek yaitu memberikan aturan bahwa setiap orang yang berada di dalam lokasi proyek harus selalu memakai alat pelindung diri dan Senantiasi mematuhi peraturan K3 yang ada di lokasi. II. PEKERJAAN STUKTUR

1. PEKERJAAN GALIAN TANAH PONDASI

a. Setelah pekerjaan Pendahuluan dan pekerjaan pemancangan selesai dilakukan, hal yang dilakukan selanjutnya yaitu pekerjaan galian tanah pondasi. Galian tanah pondasi diperlukan untuk perletakan pondasi plat.

(6)

b. Pengalian dilakukan sesuai dengan gambar rencana pondasi dan telah mendapat persetujuan dari pengawas. Bidang horizontal galian tanah harus mempunyai jarak yang lebih besar dari lebar pondasi, hal ini berfungi untuk memungkinkan pemasangannya, penopangan dan lain-lain. Kedalaman galian harus sesuai dengan gambar rencana. c. Tanah hasil galian ditumpuk ditempat yang telah ditentukan oleh pengawas, karena

tanah tersebut akan dipakai kembali. 2. PEKERJAAN LANTAI KERJA

a. Setelah tanah digali dan diberikan urugan pasir, selanjutnya dibuat lantai kerja dengan campuran beton 1Pc:3Ps:5Kr. Sebelum campuran beton diletakkan, dasar tanah diratakan terlebih dahulu. Tebal dari lantai kerja ini sekitar 5 cm, setelah lantai kerja mengeras barulah diatasnya diletakkan pondasi Plat Setempat.

3. PENEYEMPROTAN ANTI RAYAP

a. Penyemprotan anti rayap dilakukan sebelum lantai kerja dibuat. Daerah – daerah yang disemprotkan antara lain seluruh lapisan bawah dan dinding samping mat foundation. Penyemprotan anti rayap ini dilakukan dengan tujuan untuk memberikan penghalang kimia atara kontruksi bangunan dan tanah, sehinga melindungi bangunan dari serangan rayap. Material yang digunakan adalah STEDFAST 15 EC dengan komposisi satu liter stedfast 15 EC dicampur dengan 50 liter air. Aplikasi untuk 1m memputuhkan lima liter campuran. Pada waktu penyemprotan anti rayap ini kondisi tanah harus kering / tidak ada genangan air.

4. PEKERJAAN URUGAN PASIR

a. Permukaan tanah yang sudah digali diatasnya diberikan pasir urug, kemudian dipadatkan dengan menggunakan alat stamper. Urugan pasir ini berfungsi untuk menstabilkan permukaan tanah asli dan menyebarkan beban. Urugan Pasir dipadatkan perlapis hingga mencapai ketebalan Urugan Pasir yang sesuai dengan gambar kerja dan spesifikasi teknis yang ada yaitu sekitar 7 cm.

5. PEKERJAAN URUGAN TANAH

a. Pekerjaan urugan tanah dilakukan setelah pondasi selesai dan telah mengeras. Tanah hasil galian dikembalikan lagi, dan digunakan untuk menimbun pondasi. Tanah tersebut dipadatkan lapis demi lapis baik dengan cara manual atau menggunakan alat stamper. b. Selain itu urugan tanah juga dilakukan pada permukaan lantai. Bagian lantai yang perlu

ditinggikan di urug dengan tanah urug. Tanah urug yang dipakai dapat berasal dari hasil galian ataupun tanah urug yang didatangkan. Tanah dihamparkan kemudian dipadatkan lapis demi lapis hingga didapatkan kepadatan dan ketebalan yang sesuai dengan spesifikasi teknis.

6. PEKERJAAN PONDASI

Dalam Proyek ini ada dua buah jenis pondasi yang digunakan yaitu pondasi tiang pancang dan Pondasi Plat Setempat, yang mana metode pelaksanaan kedua pondasi tersebut berbeda. Pondasi Plat Setempat dipakai pada bangunan Pos Jaga, Pagar dan Bangunan Utama, sedangkan Pondasi Tiang Pancang Digunakan pada Gudang, bangunan Utama dan Pagar Luar. Adapun Pelaksanaan Pekerjaan Tiang Pancang yaitu :

(7)

Tiang Pancang yang digunakan yaitu Tiiang Pancang Beton dengan ukuran 35x35 cm dan panjang sekitar 30 m. Tiang Pancang ini merupakan barang pabrikan. Sekitar 1 minggu sebelum kegiatan pemancangan dilakukan, tiang pancang telah dipesan.

Pelaksanaan pemancangan yaitu sebagai berikut :

 Melakukan pengukuran kembali dengan theodolit untuk mendapatkan titik-titik yang akan dipancang dan sesuai dengan gambar kerja.

 Setelah didapatkan titik-titik yang akan dipancang, selanjutnya diatur posisi atau kedudukan dari crane.

 Setelah itu dilakukan penyetelan tiang pancang agar tepat pada posisinya (Centre Line).

 Jika tiang pancang telah pas (Centre) maka selanjutnya tiang pancang dipukul dengan menggunakan hammer. Jika tiang pancang tersebut telah hampir tertancap seluruhnya namun setelah dilakukan tes calendering (PDA Test) masih belum mencapai tanah keras, maka tiang pancang disambung dengan menggunakan las.

 Kegiatan pemancangan dapat dihentikan jika hasil tes calendering (PDA Test) telah menunjukkan nilai yang diinginkan atau telah mencapai tanah keras. Untuk mengetahui tiang pancang telah mencapai tanah keras yaitu jika dipukul hammer (alat pemukul) akan membalik.

 Sisa tiang pancang yang muncul di permukaan tanah dipotong dan dibobok dengan menggunakan alat potong, kemudian besi dari tiang pancang yang muncul disambungkan ke pilecap

(8)

b. Pondasi Plat Setempat

Proses Alur Pelaksanaan Pemancangan

Pondasi Plat Setempat terbuat dengan mutu beton K-300. Hal pertama dilakukan yaitu merakit tulangan dan bekisting pondasi sesuai dengan gambar kerja. Perakitan dan pembuatan mal ini dapat dilakukan bersamaan dengan pengalian tanah pondasi. Setelah itu bekisting diletakkan diatas lantai kerja dan besi tulangan dimasukkan ke dalam bekisting. Sebelum besi tulangan diletakkan di dalam bekisting, diatas lantai kerja di berikan beton tahu kira-kira berukuran 2x2x2 cm dengan mutu beton yang sama. Beton tahu ini berfungsi agar kedudukan tulangan pas berada di tengah dan memberikan ruang untuk selimut beton yang cukup.

Jika tulangan dan bekisting telah dipasang maka campuran beton dapat dituang. Ketinggian curahan harus diperhatikan agar seluruh rongga dapat tertutupi oleh material. Bahan-bahan yang digunakan dalam campuran beton harus sesuai dengan job mix design yang ada. Bebas dari material organik, debu dan telah mendapat persetujuan dari pengawas.

STRUKTUR ATAS PONDASI

Sebelum di lakukan penegcoran struktur kolom, balok dan struktur atas pondasi maka di lakukan pemasangan Tower Crane

(9)

1. PEKERJAAN COR BALOK SLOOF

Pengecoran balok sloof dilakukan setelah pondasi plat setempat dan pile cap selesai dilakukan. Pada dasarnya pelaksanaan balok sloof sama dengan pelaksanaan Pondasi Plat Setempat. Bekisting dan tulangan besi dirakit terlebih dahulu sesuai dengan shop drawing. Setelah itu barulah campuran beton dituangkan, campuran beton yang digunakan sama dengan campuran beton Pondasi yaitu mutu beton K-300. Campuran beton tersebut terlebih dahulu telah dilakukan job mix design dan nilai slump tesnya sesuai dengan spesifikasi teknis. Dalam pelaksanaan pekerjaan ini perlu adanya persetujuan dari pengawas.

2. PEKERJAAN COR BETON KOLOM

Proses pelaksanaan pekerjaan ini sebagai berikut :

• Pekerjaan Pembesian. Fabrikasi pembesian dilakukan ditempat fabrikasi. Besi yang digunakan sesuai gambar rencana. Besi ini dirakit dan dibentuk sesuai dengan shop drawing.

• Pembuatan Bekisting. Bekisting dibuat dari multiplex 9 mm yang diperkuat dengan kayu usuk 4/6 dan diberi skur-skur penahan agar tidak mudah roboh.

• Melakukan Kontrol Kualitas. Ada 2 kontrol kualitas yang dilakukan. Kontrol kualitas pertama yaitu Kontrol Kualitas Sebelum dilakukan pengecoran meliputi kontrol kualitas terhadap posisi dan kondisi bekisting, posisi dan penempatatan pembesian, jarak antar tulangan, panjang penjangkaran, ketebalan beton decking (Beton tahu), ukuran baja tulangan yang digunakan, posisi penempatan water stop.

 Kontrol Kualitas kedua yaitu Kontrol kualitas saat pengecoran. Pada saat berlangsungnya pengecoran, campuran dari Concrete mixer Truck diambil sampelnya. Sampel diambil menurut ketentuan yang tercantum dalam spesifikasi.

 Pekerjaan Kontrol kualitas ini akan dilakukan bersama-sama dengan konsultan pengawas untuk selanjutnya dibuat berita acara pengesahan kontrol kualitas.

• Kegiatan pengecoran.

 Pengecoran dilakukan secara langsung dan menyeluruh • Kegiatan Curing (perawatan)

 Curing (perawatan) dilakukan sehari (24 jam) setelah pengecoran selesai dilakukan dengan dibasahi air dan dijaga/dikontrol untuk tetap dalam keadaan basah.

(10)

3. PEKERJAAN COR BETON BALOK & RING BALOK

Proses Pelaksanaan Pekerjaan Kolom

Pelaksanaan pekerjaan ini sama dengan pelaksanaan pekerjaan kolom, hanya saja dalam pengerjaan bekisting perlu adanya tambahan kayu dolken/ubar. Kayu ini berfungsi sebagai steger/penopang dari bekisting agar bekisting tetap pada tempatnya (tidak terjadi lendutan). Kayu steger tersebut ditegakkan dengan jarak sekitar 40 cm. Pelaksanaan pengecoran balok atau ring balok, biasanya seiringan dengan pelaksanaan Pelat lantai.

4. PEKERJAAN COR BETON PLAT LANTAI Proses pelaksanaan pekerjaan ini yaitu : • Pekerjaan Pengukuran dan Bekisting

 Pemasangan bekisting pelat lantai didahului dengan pengukuran posisi balok. Pengukuran dilakukan dengan cara memberi tanda as bangunan pada kolom lantai bawah yang tadinya ada pada lantai bawah. Pengukuran ini ditujukan untuk mengantisipasi kesalahan pada posisi balok.  Dari hasil pengukuran tersebut maka bekisting balok dan pelat dapat difabrikasi pada posisi

yang benar diatas perancah yang telah disiapkan. Pengaturan level balok dan pelat dapat dilakukan dengan mengatur ketinggian perancah (Scafolding). Proses pemasangan bekisting ini dibantu oleh surveyor untuk mengontrol level balok dan pelat.

• Pekerjaan Pembesian

 Fabrikasi pembesian dilakukan di tempat fabrikasi, setelah bekisting siap, besi tulangan yang telah siap dipasang dan dirangkai dilokasi. Pembesian balok dilakukan terlebih dahulu, setelah itu diikuti dengan pembesian pelat lantai. Panjang penjangkaran dipasang 30xD Tulangan Utama.

• Leveling Pengecoran pelat lantai

 Agar pengecoran pelat lantai mencapai level yang benar dan tidak terjadi perbedaan tinggi finishing cor, maka perlu dibuat alat bantu leveling pengecoran. Leveling pengecoran dibuat dari besi siku L.50.50.5 yang ditumpukan pada beberapa titik besi beton. Besi beton ini ditancapkan hingga posisi besi siku tidak lagi bergeser. Penempatan besi siku diukur dengan waterpass dan diukur pada level sesuai gambar desain.

• Pekerjaan Kontrol Kualitas

 Kontrol kualitas yang dilakukan sama dengan kontrol kualitas yang dilakukan pada pekerjaan kolom.

• Pengecoran beton

 Pengecoran dilakukan dengan Ready Mix truck yang dibantu dengan penggunaan Concrete Pump. Dalam hal ini pengecoran dilakukan secara sekaligus balok dan pelat seluruh lantai.

(11)

Untuk mempercepat proses pengecoran dipakai Concrete Pump. Pengecoran dibantu dengan alat vibrator untuk meratakan dan memadatkan campuran. Selanjutnya finishing lantai cor ini adalah rata namun dibiarkan kasar karena selanjutnya akan dilakukan pekerjaan lantai.

• Pekerjaan curing

 Sama hal nya dengan pekerjaan kolom, Curing (Perawatan) dilakukan sehari setelah dilakukan pengecoran.

III. PEKERJAAN ATAP

Proses Pelaksanaan Pekerjaan Balok & Pelat Lantai

Dalam proyek ini ada Bangunan Gedung Kantor dan Gudang memakai rangka atap yang terdiri dari baja Ringan yang dikerjakan setelah pekerjaan cor balok dan kolom–kolom selesai dikerjakan, rangka atap dipasang sedemikian rupa sehingga kokoh dan rapi, agar atap penutupnya dapat dipasang dengan baik dan sempurna, dimensi rangka baja dan penempatannya disesuaikan dengan spesifikasi teknis dan gambar rencana.

Atap penutup terdiri dari atap genteng metal zincalume tebal 0,35 mm dan atap spandek, setelahitu dipasang juga nok atas genteng dengan bahan yang sama dengan atap penutup, kemudian talang jurai dari genteng metal juga dipasang, ukuran dimensi disesuaikan dengan spesifikasi teknis dan gambar rencana.

Pada proyek ini juga digunakan canopy atap grill aluminium dan canopy kaca mika, dimana pemasangan material tersebut dilakukan oleh orang yang berpengalaman dalam mengerjakannya.

Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan ini dapat dilihat pada Kurva IV. PEKERJAAN ARSITEKTURAL

1. PEKERJAAN DINDING

Setelah pekerjaan struktur lantai satu selesai, maka pekerjaan dinding dapat segera dimulai. Sebelum dinding dipasang, batu bata yang digunakan terlebih dahulu di rendam di dalam air sebentar.

Adapun peralatan yang digunakan yaitu waterpass, skrop, ember, benang, sipatan, pacul, dan cetok.

Proses Pengerjaan dinding bata ringan yaitu : .

 Sebelum di lakukan pemasang pekerjaan dinding dilakukan pengukuran bangunan (uit-zet) serta letak-letak dinding bata yang akan dilaksanakan secara teliti dan sesuai dengan gambar.

(12)

 Di dalam satu hari, pasangan batu tidak boleh lebih tinggi dari 2,5 meter danpengakhirannya harus dibuat bertangga menurun dan tidak tegak bergigi,untuk menghindari retak dinding dikemudian hari.

 Pekerjaan pasangan dilaksanakan waterpas (horizontal) dengan menggunakan benang dan tiap kali lantai diteliti kerataannya. Pemasanganbenang terhadap pasangan dibawahnya tidak boleh lebih dari 30 cm.

 Pada semua pasangan setengah batu satu sama lain harus terdapat pengikatan yang sempurna.

 Untuk pasangan batu bata maupun beton ringan aerasi (hebel) tidakdibenarkan menggunakan batu bata ataupun hebel pecahan separuh panjang,

 kecuali sesuai dengan peraturannya (di sudut).

 Lapisan yang satu dengan lapisan yang diatasnya harus dipasang secara zig-zag (berselang-seling dengan perbedaan separuh panjang).

 Pada pasangan satu batu dan pasangan yang lebih tebal (kalau ada), maka  pelaksanaan harus sesuai petunjuk / peraturan yang disyaratkan (NI-3).

 Untuk dinding bata dan kolom harus diberi angkur 10 mm tiap 1 m tinggisedangkan dinding hebel diberi besi strip lebar 1”, tebal 3 mm tiap 60 cm tinggi.

 Demikian juga setiap luas dinding 12 m2 harus diberi penguat kolom praktisdan balok. Khusus untuk dinding ruang genset, setiap luas dinding 6 m² diberiperkuatan kolom praktis dan balok. Semua pertemuan tegak lurus harusbenar-benar bersudut 90 derajat.  Sebelum dimulai pemasangan hebel harus direndam lebih dahulu di dalam airdan

permukaan yang akan dipasangpun harus basah.

 Tebal siar pasangan batu hebel tidak boleh kurang dari 1 cm (10 mm) dan siarnya harus benar-benar terisi adukan.

 Gunakan alat roskam (trowel) bergigi yang sesuai dengan ketebalan blok yangditentukan pada gambar.

 Jaga kekentalan campuran, tutup sambungan antar blok yang tidak merata

 dengan adukan Mortar agar tidak terlihat lobang-lobang yang terdapat padadinding, sebelum plesteran dipasang.

 Bersihkan permukaan dari debu, minyak atau kotoran lain yang dapat mengurangi efektifitas perekatan.

 Bilamana di dalam pasangan ternyata terdapat batu bata ataupun batu hebel  yang cacat atau tidak sempurna, maka wajib untuk diganti

 Untuk pekerjaan rangka kayu / kosen, gunakan beton ringan aerasi (hebel)

 Lintel pada ujung atas kusen, atau blok bata tipe Ublok dan diisi oleh tulanganringan serta pasangan beton ringan.

 Rangka kayu/kosen harus dipasang terlebih dahulu untuk dapat melanjutkan pekerjaan pasangan.

 Rangka kayu/kosen, pemasangannya harus diperkuat dengan angkur besiberbentuk L, yang ujungnya disekrup kedalam kosen, sedangkan ujung bengkoknya

ditanamkankedalam pasangan dinding/kolom praktis. Panjang angkur terpasang tidak lebih dari 22,50 cm.Tiap-tiap angkur dipasang dengan jarak 60 cm satu sama lainnya.  Pekerjaan pemasangan pipa dan / atau alat-alat yang ditanam di dalam

(13)

 dinding, maka harus dibuat pahatan dengan kedalaman yang cukup padapasangan dinding sebelum diplester. Pahatan tersebut setelah dipasangnyapipa/alat-alat, harus ditutup dengan adukan plesteran yang dilaksanakansecara sempurna, yang dikerjakan bersama-sama dengan plesteran seluruhdinding.

 Untuk lebar pahatan lebih dari 7 cm sebelum diplester harus dipasang kawat ayam yang dipakukan pada dinding hebel, untuk menghindari keretakandikemudian hari.

 Sesudah pasangan bata hebel selesai dikerjakan, dan sudah kering baru pekerjaan plesteran dimulai.

 Plesteran menggunakan adukan yang sama dengan adukan untuk pasangan.

 Untuk pengakhiran sudut plesteran / dinding, hendaknya dibuat dengan suduttumpul.  Untuk kolom dengan pipa-pipa air hujan, digunakan non shrink concrete (betonnon

menyusut), bisa menggunakan Sika Grout 215 (new) adalah semengrouting siap pakai yang mempunyai karakteristik tidak menyusut denganwaktu kerja yang sesuai untuk temperature lokal. dan dapat mengalir sangatbaik.

2. PEKERJAAN PLESTERAN

Meliputi penyediaan bahan plesteran, penyiapan dinding / bidang yangakan diplester, sertapelaksanaan pekerjaan pemlesteran itu sendiri pada dinding-dinding yang akan diselesaikan dengancat, sesuai dengan yang tertera dalam gambar denah dan notasi dipenyelesaian dinding. Seluruh dinding pasanganbata baik yang terlihat ataupuntidak terlihat (pasangan batu bata biasa atau beton ringan aerasi (hebel) diatas plafond dan dinding shaft) harus tetap diplester.

1. Bahan

1.1. Untuk plesteran dinding batu bata biasa :

a. Semen yang dipergunakan dalam pekerjaan ini harus memenuhi persyaratan C sesuai NI-8.

b. Pasir yang dipergunakan dalam pekerjaan ini harus halus dengan warna asli/

alami, sesuai NI-3 dan telah mendapat persetujuan dari MK / Perencana /Pemberi Tugas. c. Air untuk mengaduk kedua bahan tersebut diatas harus sesuai NI-3 pasal 10.

1.2. Untuk plesteran dinding hebel (blok beton ringan aerasi)

a. Semen yang dipergunakan dalam pekerjaan plesteran blok beton ringan aerasi ini harus memenuhi standar khusus / mutu internasional (minimal telah

lulus DIN 18555).

b. Pasir yang dipergunakan dalam pekerjaan ini harus halus dengan warna asli/

alami, sesuai NI-3 dan telah mendapat persetujuan dari MK / Perencana /Pemberi Tugas. c. Air untuk mengaduk bahan tersebut harus sesuai NI-3 pasal 10.

2.Jenis Pekerjaan

2.1. Jenis-jenis plesteran yang digunakan adalah sebagai berikut :

(14)

kedap air (untuk pasangan batu bata biasa). Sedangkan untuk pasangan blok beton aerasi (hebel) menggunakan adukan PM 410.

b. Plesteran dinding-dinding sisi luar bangunan yang tidak terlindung dipakai plesteran 1 PC : 3 Psr.

c. Plesteran beton (1 PC : 3 Psr), digunakan untuk menutup dinding-dinding beton.

d. Plesteran biasa (1 PC : 5 Psr), digunakan untuk menutup seluruh permukaan dinding selain dinding kedap air, dinding sisi luar atau dinding beton untuk pasangan batu bata biasa. e. Plesteran biasa untuk dinding blok beton aerasi selain daerah basah digunakan PM 200,

setelah setelah itu dilakukan pengacian dengan menggunakan PM 300, kecuali jika ditentukan lain dalam gambar.

f. Plesteran sudut (1 PC : 3 Psr), digunakan untuk membuat pengakhiran sudut dari bidang-bidang plesteran.

3. Persiapan Dinding yang akan diplester 3.1. Uraian Persiapan :

a. Semua siar dipermukaan dinding batu bata biasa maupun blok beton aerasi (hebel) dikerok sedalam + 1 cm agar bahan plesteran dapat lebih merekat.

b. Permukaan bidang yang akan diplester harus dibersihkan dan disiram air sebelum bahan plester dimulai (permukaan dinding harus basah pada waktu diplester).

c. Semua bidang plesteran harus dijaga kelembabannya selama seminggu sejak penempelan plesterannya (dengan jalan menyiramnya dengan air).

d. Untuk pekerjaan plesteran pada dinding beton, bidang beton itu harus dikasarkan terlebih dahulu sebelum pekerjaan plesteran dimulai.

4.0. Pelaksanaan Pekerjaan Plesteran

Antara lain harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut : 4.1. Adukan Plesteran

Semua bahan plesteran harus diaduk dengan mesin atau dengan tangan sesuai persyaratan MK/Perencana/Pemberi Tugas. Apabila dipandang perlu dan sesuai dengan rencana, Kontraktor diperkenankan menggunakan bahan-bahan kimia sebagai campuran.

Hanya semen yang baik yang boleh dipergunakan. 4.2. Contoh-contoh

a. Kontraktor harus membuat contoh-contoh bidang plesteran dari setiap macam pekerjaan plesteran sesuai dengan yang diminta, sehingga jenis/macampekerjaan tersebut dapat diterima oleh Perencana/Pemberi Tugas.Dan untuk seterusnya semua pekerjaan plesteran harus sama dengan contohyang dibuat.

b. Untuk dapat mencapai tebal plesteran yang rata, sebaiknya diadakan pemeriksaan secara silang oleh pelaksana dengan menggunakan garisanpanjang yang digerakkan secara vertikal dan horizontal (silang) dan ataudengan alat bantu lainnya. Tebal plesteran harus diukur supaya mendapatkanketebalan yang sama pada kedua muka dinding dan hasil akhir dari dindingtembok setelah diplester adalah 15 cm kecuali ditentukan lain. Setelah itu barudiadakan pengacian.

(15)

5.3. Sudut-sudut Plesteran

Semua sudut vertikal dan horizontal, luar dan dalam harus dilaksanakan secara sempurna, tegak dan siku.

5.4. Perbaikan Bidang Plesteran

Bilamana terdapat bidang plesteran yang berombak (tidak rata) harus diperbaikisecarasempurna. Bagian-bagian yang akan diperbaiki hendaknya dibobok secara teratur (dibuat bobokan yang berbentuk segi empat) dan plesteran baru harus rata dengan sekitarnya.

5.5. Naad Plesteran

a. Naad-naad harus dibuat sesuai dengan gambar rencana. b. Besarnya naad akan ditentukan kemudian.

c. Pembuatan naad harus lurus dan rata baik horizontal maupun vertikal, dan kedalamannya harus sama.

d. Pembuatan naad harus menggunakan list kayu (sesuai ukuran naad) dan benang untuk mengukur kelurusan horizontal/vertikal agar rapi.

3. PEKERJAAN KERAMIK DAN HOMOGENOUS TILE Pekerjaan ini Meliputi :

1. Keramik untuk lantai dan dinding, termasuk seperti nozing / skirting 2. Additive dan grouting yang diperlukan

3. Bagian yang terkait :  Pekerjaan Sealent  Pekerjaan lantai beton  Pekerjaan dinding batu bata a. Umum

1.Pembuatan Layout / pola harus digelar untuk memungkinkan pengaturan ubin dengan pemotongan yang minimum. Ukuran-ukuran harus dikontrol untuk menghindari pengaturan lebih kecil dari setengah (1/2) ukuran ubin.

2. Penempatan ubin : ubin-ubin harus dipasang sesuai gambar untuk semua lantai dan area dinding, permukaan harus lurus dan rata terhadap garis acuan yang diinginkan. Naad/siar-siar harus saling tegak lurus.

3. Penempatan ubin harus sedapat mungkin mengurangi pemotongan ke arah pasangan terbaik. Perubahan fractional dalam ukuran-ukuran tanpa mengganggu kesatuan hubungan lebar masih diijinkan., Bila dibutuhkan, ubin dipotong dengan peralatan yang sesuai dan permukaan harus dihaluskan. Ubin yang rusak dan jelek harus digantil.

4. Jangan memulai pekerjaan bila pekerjaan-pekerjaan lain masih lalu-lalang didalam area pemasangan.

B. Ubin Keramik / homogenous tile untuk lantai

1. Ratakan permukaan yang kasar dan tidak rata dengan peralatan plesteran.

2. Dengan hati-hati tempatkan ubin dengan benar dan rata sesuai dengan yang diinginkan. 3. Dimana floor drain terjadi /ada, miringkan lantai untuk mendapatkan drainage yang baik. C. Ubin keramik / homogenous tile Dinding

1. Bersihkan debu-debu dan partikel-partikel lain, bersihkan dengan sikat dan air bersih. 2. Ratakan dengan lapisan plesteran.

3. Tekanlah ke permukaan yang cukup dengan peralatan untuk plester menempel pada dinding. 4. Finishing permukaan plester harus lurus dan benar untuk menghasilkan kerataan pada jarak tertentu dan memudahkan pemasangan ubin.

(16)

E. Adukan PC +pasir / Tile adhesive Mortar

1. Terapkan adukan dengan tekanan ke seluruh area yang tidak lebih dari pada permukaan yang dapat ditutup oleh ubin dimana adukan masih plastis.

2. Terapkan dengan rata tanpa berlubang.

3. Sisirlah / ratakan adukan tanpa menimbulkan lubang dalam 10 menit sebelum ubin dipasang. 4. Tebal bantalan adukan adalah sekitar 10 mm sampai 15 mm.

1. Rendam ubin yang akan dipasang agar ubin jenuh.

2. Tekan ubin dengan secukupnya pada adukan yang masih plastis. 3. Ratakan ke arah permukaan yang benar.

4. Tekan dan ketok ubin untuk mendapatkan minimum 80% permukaan adukan tertutup pada setiap unit ubin tersebut.

5. Aturlah ubin sebelum pemasangan sehingga bagian sudut setiap ubin rata dengan bagian sudut ubin disebelahnya.

6. Berilah adukan tambahan bila masih kurang rata, pengisian dengan semen murni tidak diijinkan.

F. Grout

1. Penuhi naad dengan maksimum grout.

2. Sebelum grout diberi, goreslah naad-naad tersebut. 3. Isi naad/siar dengan grouting dan ratakan.

4. Grouting harus memiliki kesamaan warna, rata, tanpa berlubang, dan sebagainya. 5. Grouting : AM 50, PM 810 atau setara

4. PEKERJAAN KUSEN PINTU DAN JENDELA

A. PEKERJAAN KOSEN, PINTU/JENDELA ALUMINIUM

Meliputi penyediaan kosen-kosen, pintu-pintu/jendela aluminium sesuai yang ditunjukkan dalam gambar dan spesifikasi ini, aksesori yang diperlukan untuk pemasangan dan kelengkapannya, penyimpanan dan perawatan, serta pembangunannya sesuai yang telah ditunjukkan dalam gambar.

Bagian ini menjelaskan “Commercial Quality” kosen dan pintu-pintu aluminium untuk pintu dan bukaan-bukaan yang berhubungan, termasuk aluminium panels dan louvres pada pintu-pintu dan frame tersebut.

Bagian yang terkait :

 Pekerjaan Pasangan Dinding  Pekerjaan Pengecatan

• Pekerjaan Alat Penggantung dan Penguci 1. Persiapan

a. Sebelum fabrikasi kontraktor harus melakukan check di site semua dimensi-dimensi dan kondisi project untuk menghindari informasi yang terlambat.

b. Kontraktor harus mereview gambar-gambar dan kondisi lapangan dengan cermat, ukuran-ukuran dan lubang-lubang, persiapan mock-up sambungan detail dan profil aluminium yang berhubungan langsung dengan material-material struktural lain. c. Proses fabrikasi harus diutamakan disiapkan sebelum mulai pelaksanaan, dengan mempersiapkan shop drawings yang menunjukkan lay-out, lokasi, merk, kualitas, bentuk dan dimensi sesuai yang diarahkan oleh MK dan Pemberi Tugas.

(17)

d. Semua frame-frame untuk partisi, jendela-jendela dan pintu-pintu harus secara akurat di fabrikasi untuk mengepaskan dengan pengukuran site.

2. Fabrication / Assembly a. Shop Assembly

Dimana dimungkinkan harus siap dipasang di site proyek. Bila tidak merupakan shop assembly, lakukan pra-pengepasan di shop untuk memastikan assembly lapangan yang baik dan tepat guna.

b. Sambungan-sambungan / Joints

1. Buatlah dengan hati-hati agar pekerjaan-pekerjaan ekspose match untuk memberikan garis dan design yang kontinyu. Pakailah perlengkapan mesin untuk mengepaskan frame dengan kaku bersama-sama pada titik-titik joints contact dengan hairline joints, waterproof joints dari belakang dengan sealant. 2. Pemakaian sealant tidak diijinkan pada permukaan ekspose.

3. Pemasangan

a. Erection Tolerances :

1. Batas perbedaan tegak dan level :  3 mm dalam 3 m, secara vertikal (V)  3 mm dalam 6 m secara horizontal (H)

2. Batas-batas perbedaan dari lokasi secara teoritis : 6 mm untuk setiap memberi pada setiap lokasi.

3. Batasan perimbangan secara teoritis pada akhir-ke-akhir dan akhir-ke-tepi sejajar dari permukaan rata tidak lebih dari 50 mm terpisah atau out-of-flush dengan lebih dari 6 m.

b. Set unit-unit dengan tegak, level dan garis yang benar, tanpa terkelupas atau merusak frame.

c. Pasanglah anchor dengan kuat pata tempatnya, memungkinkan untuk pergerakan, termasuk ekspansi dan kontraksi.

d. Pisahkan material-material yang tidak sama pada titik-titik hubungan, termasuk metal-metal yang berhubungan dengan pasangan atau permukaan beton, dengan cat bituminous atau preformed separators untuk menghindari kontak dan korosi. e. Set sill members pada bantalan sealant. Set member-member lain dengan internal sealant dan baffles untuk memberi konstruksi yang weathertight.

f. Pasanglah pintu-pintu dan hardware sesuai dengan instruksi tertulis dari manufaktur. g. Potongan aluminium profil harus dibuat dengan dasar yang baik untuk menghindari

kerusakan, tergores atau rusak pada permukaannya; dan harus dijauhkan darimaterial-material baja/besi untuk menghindari debu-debu besi menempel pada

permukaan aluminium.

h. Pengelasan diijinkan hanya dari bagian dalam, menggunakan non activated gas (argon) dan tidak boleh diekspose.

(18)

i. Buatlah match joints members dengan sekrup yang cocok, rivets, las; untuk mendapatkan bentuk dan kualitas yang dibutuhkan atau sesuai yang terlihat dalam gambar.

j. Peralatan anchor untuk aluminium frame haruslah dengan hot dip galvanized steel tebal 2-3 mm di set pada interval 60 mm.

k. Fastener harus dari stainless steel atau material non corrosive lain, concealed type. Paskan frame bersama-sama pada titik-titik contact joints dengan hairline joints,waterproof joints dari bagian belakang dengan sealant untuk menahan (watertight) 1000 kg/cm².

l. Aluminium frame harus disiapkan untuk mengantisipasi modifikasi-modifikasi berikut :

 Perubahan fixed-window

 Propel window, rotate window, etc.  Pintu-pintu kaca frameless

 Movable partisi tanpa kerusakan pada lantai dan ceiling

 Sediakan dengan aksesori-aksesori penunjang untuk tujuan-tujuan diatas.

m. Paskan hardware dan material-material reinforcing pada metal lain yang berhubungan langsung dengan aluminium frame dan hubungan harus dengan chromium coat pada permukaannya untuk menghindari kontak korosif.

n. Toleransi pemasangan (erection) untuk aluminium frame pada sisi dinding 10-15 mm harus diisi dengan grouting.

o. Sebelum pemasangan aluminium frame, khususnya pada propel window, upper dan lower window, sill harus di check level dan waterpass pada bukaan-bukaan dinding.

p. Untuk pemasangan (erection) frame pada area watertight khususnya pada ruang dengan AC, harus disediakan synthetic rubber atau synthetic resin untuk swing door dan double door.

q. Tepi-tepi akhir frame pada dinding harus di set dengan sealant untuk membuatnya sound proof dan watertight.

r. Lower sill pada frame aluminium exterior harus diberi flashing untuk menahan air hujan.

4. Adjusting

Test fungsi operasi pintu-pintu setelah operasi penutupan daun pintu, latching speeds dan hardware-hardware lain sesuai dengan instruksi manufaktur untuk memastikan operasi daun pintu yang halus (smooth).

5. Protection

a. Semua aluminium harus dilindungi dengan tipe-tipe proteksi atau material-material lain yang disetujui oleh Owner saat diserahkan ke lapangan.

b. Protective material tersebut hanya boleh dibuka bila diperlukan pada saat protective material akan dipakai pada aluminium.

c. Tepi-tepi pintu harus dilindungi dengan plastic tape atau zinc chromate primer (transparent varnish) pada saat plasteran akan dilaksanakan. Bagian-bagian lain harus tetap dilindungi dengan lacquer film sampai seluruh pekerjaan selesai.

(19)

Meliputi penyediaan kosen-kosen, pintu-pintu/jendela baja sesuai yang ditunjukkan dalam gambar dan spesifikasi ini, aksesori yang diperlukan untuk pemasangan dan kelengkapannya, penyimpanan dan perawatan, serta pembangunannya sesuai yang telah ditunjukkan dalam gambar.

Bagian ini menjelaskan “Commercial Quality” kosen dan pintu-pintu besi untuk pintu dan bukaan-bukaan yang berhubungan, termasuk hollow metal panels dan louvres pada pintu-pintu dan frame tersebut.

Bagian yang terkait :

 Pekerjaan Pasangan Dinding  Pekerjaan Pengecatan

• Pekerjaan Alat Penggantung dan Penguci 1. Pemasangan

a. Frames : pasang rangka baja customize untuk pintu-pintu, transome, sidelights, borrowed lights, dan bukaan-bukaan lainnya, dengan ukuran dan profil yang diindikasikan.

1. Pasanglah frame dan aksesori sesuai dengan instruksi pemasangan dari manufaktur dan sesuai spesifikasi.

2. Setting Masonry Anchorage Devices : pasanglah perlengkapan anchor untuk pasangan bata, dimana ditunjukkan untuk mengencangkan kosen-kosen pada in-place concrete atau konstruksi pasangan.

• Pastikan dan periksa bahwa dimana frame-frame pintu akan dipasang terdapat pasangan dan jalur beton praktis baik untuk sisi tegak kosen (jamb) maupun pada head (palang atas pintu). Konfirmasikan dimensi dan perkuatan beton praktis yang dibutuhkan kepada kontraktor pekerjaan pasangan. • Set perlengkapan/peralatan anchor berlawanan dengan lokasi anchor, sesuai

dengan detail-detail dari shop drawing dan instruksi dari manufaktur peralatan anchorage. Biarkan lubang drill yang kasar, tanpa dilebarkan, dan bebas dari debu dan puing-puing.

3. Angker (anchor) pada lantai mungkin di set dengan fastener powder actuated sebagai pengganti peralatan angker untuk pasangan dan mesin sekrup, bila hal ini ditunjukkan dalam shop drawings.

4. Penempatan frames : set frame dengan tepat pada posisinya, tegak, sejajar, dan ganjallah/palanglah dengan kuat sampai angker permanen dipasang. Setelah pasangan konstruksi dinding selesai, pindahkan palang dan spreader, biarkan permukaan dengan halus dan tidak cacat/rusak.

 Pada eksisting konstruksi beton atau pasangan bata, set frame dan kencangkan pada tempatnya dengan mesin sekrup dan peralatan angker untuk pekerjaan pasangan.

 Pada fire-rated openings, tempatkanlah frame sesuai dengan ketentuan pada NFPA 80.

(20)

 Lakukan sambungan lapangan (field splice) hanya pada lokasi-lokasi yang disetujui. Lakukanlah pengelasan, pengamplasan, dan finishing sesuai dengan yang dibutuhkan untuk menyembunyikan (concealed) bekas sambungan pada bagian-bagian yang diekspose.

 Pindahkan spreader bars hanya bila frame dan buck telah di set dan dikencangkan dengan sempurna.

b. Pintu-pintu : pasanglah pintu-pintu non fire-rated dengan akurat pada kosen/frame yang direncanakan, dengan clearance sebagai berikut :

1. Jambs dan head : 3/32 inch (2 mm)

2. Pertemuan tepi-tepi, pintu-pintu berpasangan : 1/8 inch (3 mm) 3. Bawah : 3/8 inch (9 mm), dimana tidak ada treshold atau karpet 4. Bawah : 1/8 inch (3 mm), bila ada treshold atau karpet

c. Pasanglah pintu-pintu fire-rated dengan clearance sesuai dengan yang dispesifikasikan dalam NFPA 80.

d. Sesuaikan dengan NFPA 105 untuk pemasangan pintu-pintu smoke-control (bila ada).

2. Penyetelan (adjusting) dan Pembersihan

a. Final adjustment : check dan setel kembali operasi item-item hardware pada saat sebelum dilakukan final inspection. Biarkan pekerjaan dalam kondisi operasi yang baik dan lengkap. Pindahkan dan gantilah pekerjaan-pekerjaan yang cacat, termasuk pintu-pintu dan frame-frame yang terkelupas, bengkok/melengkung, atau akan diterima bila terjadi kondisi sebaliknya (baik).

b. Tentukan pada lapisan dasar (Prime Coat Touchup) : segera setelah terpasang, lakukanlah pengamplasan halus bila ada karat atau bagian yang cacat/rusak dari prime coat dan terapkan sentuhan primer cepat kering (air drying) yang cocok. C. PEKERJAAN PLAFOND

Dalam proyek ini plafond yang digunakan ada dua jenis yaitu plafond gypsum dan plafond beton ekspose. Plafond gypsum digunakan pada bangunan Pos jaga, Gedung kantor, dan storage. Dimana rangka plafond menggunakan rangka besi hollow. Sedangkan untuk plafond beton ekspose digunakan pada bangunan Mekanikal & Elektrikal.

Adapun cara pelaksanaan Plafond Gypsum yaitu :

• Rangka hollow dipasang terlebih dahulu sesuai dengan gambar kerja (Shop Drawing). Biasanya pemasangan rangka plafond ini beriringan dengan pemasangan rangka atap baja ringan.

• Memperhatikan ruangan, dan mencari sisi dari ruang yang siku terlebih dahulu. • Pasang alat bantu (Scafolding), jika bisa scafolding yang digunakan memiliki roda

supaya tidak merusak keramik.

• Kemudian pasang papan gypsum sesuai dengan gambar kerja. • Pemasangan diatur pertemuan antar papan pertigaan.

Sedangkan untuk plafond beton ekspose, dilakukan oleh orang yang mengerti akan pekerjaan tersebut. Pekerjaan ini bertujuan mempercantik tampilan dari beton , dengan menggunakan bahan semen portlang dan pasir pasang.

Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan ini dapat dilihat pada Kurva S D. PEKERJAAN PENGECATAN

(21)

Pada permukaan dinding luar dan dalam, gypsum dilakukan pekerjaan pengecatan dengan cat air dengan terlebih dahulu membersihkan permukaan dari kotoran-kotoran, dinding-dinding diratakan/dihaluskan dengan plamir, sebelum dicat dengan cat air dilakukan pengecatan dengan cat dasar.

Untuk bahan-bahan dari kayu seperti : piri-piri, lisplank, Kozen kayu dan Pintu panel dilakukan pengecatan dengan cat minyak, sebelum dicat permukaan bahan -bahan tersebut dibersihkan terlebih dahulu lalu diberi alkali kemudian dicat dengan cat dasar untuk kemudian baru di cat dengan cat minyak.

Untuk bahan-bahan dari Besi seperti : railing tangga, penutup besi, pagar, dan lain sebagainy.sebelum dicat permukaan bahan-bahan tersebut dibersihkan terlebih dahulu lalu diberi minayk cat kemudian dicat dengan cat dasar untuk kemudian baru di cat dengan cat minyak.Jenis, mutu dan bahan cat serta pengerjaan pengecatan disesuaikan dengan spesifikasi teknis dan gambar-gambar rencana.

Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan ini dapat dilihat pada Kurva S E. PEKERJAAN SANITAIR

Pekerjaan sanitair yang dilakukan meliputi pekerjaan pemasangan pipa air bersih dan air kotor, pipa buangan air hujan, pemasangan kran air, Floor Drain,Kloset, dan lain sebagainya. Pemasangan ini berdasarkan persetujuan pemilik dan dilihat oleh konsultan pengawas.

Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan ini dapat dilihat pada Kurva S

V. PEKERJAAN ELEKTRIKAL & MEKANIKAL

• Sebelum pekerjaan elektrikal dilaksanakan, perlu ditunjukkan contoh-contoh material, tipe dan juga merek yang akan digunakan untuk mendapatkan persetujuan.

• Pengadaan material untuk pekerjaan elektrikal disimpan di sekitar lokasi terdekat dengan area pekerjaan dan melindungi diri dari kemungkinan kerusakan material menyebabkan benturan perangkat keras, sedangkan material lain disimpan di gudang tertutup.

• Teknis pelaksanaan pekerjaan ini sesuai dengan gambar desain, RKS dan spesifikasi teknis pekerjaan elektrikal dan mekanikal.

• Pelaksanaan pekerjaan elektrikal dan mekanikal sesuai dengan perencanaan dan membutuhkan kontrol yang lebih lanjut, sehingga dikerjakan oleh orang yang berkompeten di bidangnya.

• Untuk pekerjaan instalasi listrik, telepon, ducting, dan fire alarm dilakukan sebelum plesteran dan dinding dan pemasangan plafond.

• Instalasi Stop Kontak dan Saklar-Saklar dipasang pada dinding dengan rapi sesuai penempatannya pada gambar-gambar rencana, setelah semua instalasi titik api dan instalasi stop kontak dan saklar terpasang barulah diberi lampu-lampu sesuai dengan spesifikasi teknis dan gambar-gambar rencana.

Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan ini dapat dilihat pada Kurva S Pekerjaan Elektrikal Arus Kuat dan Arus Lemah

Metode Pelaksanaan Pekerjaan Elektrikal Arus Kuat dan Arus Lemah adalah sebagai berikut : Persiapan

• Pembuatan dan pengajuan gambar shop drawing pekerjaan elektrikal arus kuat dan arus lemah. • Approval material yang akan digunakan.

(22)

• Persiapan lahan kerja.

• Sebelum pekerjaan dilaksanakan, terlebih dahulu material kerja dan alat bantu kerja disiapkan. Pemasangan sparing kabel

• Sparing dipasang dulu apabila ada pengecoran beton lantai, untuk menghindari bobokan beton pada saat penyambungan kabel antar lantai.

Pekerjaan Elektrikal Arus Kuat dan Arus Lemah Pemasangan instalasi kabel

• Kabel vertical ditanam pada dinding dengan perlindungan pipa conduit, dimana pipa tersebut harus ditanam dulu pada dinding bata sebelum dinding diplester. Supaya tidak mudah bergerak pada saat dinding diplester, maka pipa yang ditanam diberi klem dengan jarak sekitar 1 m.

• Kabel horizontal dipasang pada plat lantai beton dengan menggunakan pipa pelindung conduit yang diberi perkuatan klem dengan jarak sekitar 1 m, hal ini dimaksudkan untuk memudahkan

maintenance. Pemasangan kabel horizontal harus sejajar, tidak boleh saling melintas. Pemasangan panel

• Panel listrik dipasang pada dinding yang sudah ditentukan, rata dan tidak miring.

• Semua kabel yang masuk ke dalam panel listrik diberi tanda sesuai dengan kegunaannya dan dilengkapi dengan ring karet supaya lubang panel bagian atas dapat terlindung dari debu/kotoran. Khusus untuk kabel dengan Ø 16 mm2 harus diberi sepatu kabel dalam panel.

• Pada sisi pintu panel bagian dalam harus dibuat diagram instalasinya termasuk daya cadangan yang sudah direncanakan, hal ini perlu untuk memudahkan bila ada perbaikan instalasi.

Pemasangan fitting dan armature

• Fitting dan armature dipasang setelah kabel ditest ketahanannya, agar tidak terjadi bongkar/pasang armature.

(23)

Pemasangan saklar dan stop kontak

• Marking jalur conduit pada dinding dan bobok dinding bata, jangan lupa gunakan cutter. • Pasang conduit dan inbow dos.

• Tunggu sampai plester dinding akhir.

• Sambungan saklar, stop kontak dengan aslinya.

• Pasang saklar dan stop kontak, gunakan waterpass agar rata. Testing dan commissioning

• Test tahanan kabel sebesar 2 ohm dan grounding serta test fitting/armature selama ± 1 x 24 jam

Metode Pelaksanaan Pekerjaan Pemipaan Instalasi Air Bersih & Air Kotor, adalah sebagai berikut: Persiapan

Pekerjaan Pemipaan Instalasi Air Bersih & Air Kotor

• Pembuatan dan pengajuan gambar shop drawing pekerjaan pemipaan instalasi air bersih dan air kotor.

• Approval material yang akan digunakan. • Persiapan lahan kerja.

Sebelum pekerjaan dilaksanakan, terlebih dahulu material kerja dan alat bantu kerja disiapkan.

Instalasi Air Bersih & Air Kotor

Pekerjaan pemasangan pompa dan tangki air

• Pemasangan package booster pump (pararel 3 pompa), kapasitas 120 ltr/mnt berikut accesoriesnya.

• Pemasangan roof tank modular sistem bahan FRP, kapasitas evektive 8 m3 berikut accesoriesnya. Pekerjaan instalasi plumbing air bersih

• Tentukan dan beri tanda jalur instalasi dan titik outletnya.

• Pasang pipa PVC kelas AW (diameter sesuai gambar kerja) beserta gate valve, fitting dan accessories lainnya sesuai dengan tanda yang sudah dibuat.

• Untuk pipa yang melintasi lantai (terutama lantai dasar, maka kedalaman pipa harus cukup, minimal 50 cm supaya tidak mudah pecah.

(24)

• Pipa yang akan disambung, bagian ujungnya harus dibersihkan dengan ampelas supaya sambungan dapat lengket dengan kuat.

• Khusus untuk sambungan ke sanitary (kran), pipa diberi soket draat luar dan diberi lapisan seal tape baru disambungkan ke alat sanitair.

Pekerjaan instalasi plumbing air kotor, air bekas dan vent

• Pipa air kotor meggunakan pipas PVC kelas AW yang tahan terhadap tekanan 10 bar, penyambungan pipa menggunakan lem PVC yang kuat sehingga tidak mudah bocor.

• Tentukan dan beri tanda jalur instalasi dan titik outletnya.

• Pasang pipa PVC kelas AW (diameter sesuai gambar kerja) beserta gate valve, fitting dan accessories lainnya sesuai dengan tanda yang sudah dibuat.

• Pasangan clean out dan accessories lainnya.

• Pipa PVC yang horizontal digantung pada plat lantai beton menggunakan besi siku dan pipa diikat pada besi siku supaya tidak bergerak saat menerima beban air.

• Pipa air kotor vertikal ditanam pada dinding, dikerjakan pada saat dinding belum diplester + aci. Pipa yang ditanam di dinding harus diklem supaya tidak bergerak saat menerima beban air.

• Untuk pipa yang melintasi lantai terutama lantai dasar, maka kedalaman pipa harus cukup, minimal 50 cm supaya tidak mudah pecah.

• Pipa yang akan disambung, bagian ujungnya harus dibersihkan dengan ampelas supaya sambungan dapat lengket dengan kuat.

• Untuk lantai dasar, pipa air hujan diberi bantalan yang cukup kuat agar sambungan tidak kendor akibat beban air hujan yang dapat menyebabkan kebocoran.

• Pemasangan vent out untuk instalasi pipa air kotor padat. • Pemasangan roof drain untuk instalasi pipa air hujan. • Buat sumur resapan dan bak kontrol.

Testing dan commissioning

• Sebelum disambung ke sanitair semua pipa plumbing harus di test dulu dengan menggunakan tekanan hydrostatis sebesar 5 – 8 bar selama 24 jam, dimana pada saat itu tidak boleh ada penurunan tanah.

• Khusus untuk instalasi air bersih, sebelum digunakan pipa dibersihkan dahulu (flushing) dari kotoran yang mungkin masih tersisa dalam pipa. Pembersihan pipa dapat melalui lubang clean out. • Sebelum test commissioning terlebih dahulu dilakukan test intern yang dimaksudkan apabila ada kegagalan fungsi dari instalasi dan peralatan yang terpasang dapat segera ditanggulangi/diperbaiki. • Test commissioning dari fungsi masing-masing peralatan yang terpasang.

PEKERJAAN GAS MEDIS DI RUMAH SAKIT 1.1 Cakupan

1. Sistem Oksigen (O2) 2. Sistem Nitrous Oxide (N20) 3. Sistem Karbon Dioksida (C02) 4. Siatem Nitrogen (N2)

5. Sistem Medical Compressed Air ( Air ) 6. Sistem Medical Vacuum (VAC)

7. Sistem Pembuangan Gas Anesthesi (WAGD) 2.1 Pekerjaan Terkait

(25)

2. Sistem Kontrol system / network BAS 3. Sistem Pengetesan system dan instalasi 4. Sistem Standart mutu produk

5. Training petugas 3.1 Persyaratan Umum

1. Pensuplaian, instalasi dan pengetesan termasuk dalam sistem pemipaan gas medik adalah system yang sangat penting dan khusus serta dikerjakan oleh pekerja yang khusus.

2. Komponen - komponen yang termasuk didalamnya, tetapi tidak dibatasi diantaranya:

1. Pipa tembaga, Fitting, Valves, Box Valves Alarm dan alat sensor serta Outlet Gas Medik 2. Pompa Vacuum, Motor, Control Panel dan Tangki beserta kelengkapannya

3. Compressor Air, Motor, Control Panel, Alat pengering, Alat Penyaring,Tangki beserta kelengkapannya

4. Manifold beserta kelengkapannya 5. Zone box Valve atau katub pembagi area 6. Control Panel Gas atau Area Alarm 7. Instalasi pipa tembaga type L 8. Wall outlet gas

3. Menyerahkan pengaturan shop drawings untuk menjelaskan metode pelaksanaan: 1. Pemenuhan denah instalasi yang akan terpasang.

2. Dimensi peralatan dan tampilan komponen yang akan dipasang. 3. Pengaturan dimensi pipa dan tata letak komponen.

4. Diagram instalasi pipa dan control.

4. Menyediakan data dan meyerahkan dokumen persetujuan material dan komponen: 1. Pengidentifikasian seluruh komponen dalam daftar peralatan pada tiap sistem. 2. Nama dan alamat pabrik pembuat peralatan

3. Diagram pemasangan instalasi dari seluruh alarm dan komponen elektrik. 4. Buku pedoman perbaikan dan training untuk operator.

5. Laporan hasil uji coba / Sertifikat pabrik. 4.1 Jaminan Kualitas

1. Seluruh peralatan pemipaan, instalasi dan uji coba akan dilengkapi dengan edisi terakhir ( meliputi revisi dan perubahan ) dari standar dan kode yang mengacu kepada:

1. NFPA 99 Fasilitas Perawatan Kesehatan ( 1999 ) 2. NFPA 70 Kode Elektrik Nasional.

3. NFPA 50 Sistem 02 pada perlindungan konsumen.

4. CSA Z305. 1-1992 Sistem Pemipaan Gas Medik Tidak Mudah Terbakar.

5. ASTM B-819/280 Spesifikasi Standar Untuk Pipa Tembaga Tanpa Kelm Pada Sistem Pemipaan Gas Medik.

6. UL Quality control product

7. CGA G-4. 1 Peralatan Kebersihan Untuk Servis Oksigen.

8. CGA V-1 Outlet Valve Cylinder Compressor Gas dan Penghubung Inlets 9. HTM 2022 Medical gas pipeline system

(26)

1. Suatu pabrik dapat menyediakan peralatan sistem gas medik sekaligus sebagai sumber pensuplai . Pada pabrik tersebut harus tersedia sebuah produk khusus untuk pemeriksaan pada waktu tertentu oleh kontraktor selama penginstalan peralatan sistem pemipaan. Pabrik harus memiliki distributor dalam negri agar menjamin pasokan dan perawatan komponen.

2. Pabrik/kontraktor wajib bersedia diadakan kunjungan atau pemeriksaan system dan produk yang telah dipasang, serta dapat memperlihatkan populasi produk yang telah dipergunakan di instansi lain.Dapat memberikan bukti keaslian produk dari Negara asal.

BAGIAN 2 – PRODUK

2.1. Pipa, Fitting dan Sambungan

1. Pemipaan: seluruh distribusi sistem pemipaan gas medis menggunakan pipa tembaga yang memiliki standart khusus gas medis dianataranya ASTM – B 280, 819 Type “ L “

2. Fitting: seluruh fitting terbuat dari tembaga dengan standart type “ L “

3. Sistem pengelasan : semua sambungan pipa gas medis di sambung mengunakan pengelasan perak dengan Acytelin/Elpiji dan Oksigen.dan dikerjakan oleh tenaga yang sudah berpengalaman dibidang pengelasan tembaga.

4. Jika tahap pengelasan sudah selesai harus dilakukan pembersihan instalasi pipa dengan udara tekan dan nitrogen yang dialirkan keseluruh instalasi pipa hingga kotoran dan sisa pengelasn tidak ada yang tertinggal di dalam instalasi.

5. Pengetesan : setelah dilakukan pengelasan harus dilakukan pemeriksaan kebocoran setiap sambungan atau instalasi masing-masing gas dengan ketentuan test tekan 2 kali tekanan kerja selama 2 x 24 jam tanpa ada perubahan tekanan.

2.2. Shut-Off Valve

1. Valve harus didesain dalam sistem 4 baut, berbadan perunggu, berpenutup ganda, berujung penuh, bertype bola menyatu dengan pengaman teflon (TFE) dan segel Viton, cincin kemas “O”, bola perunggu yang disegel langsung, bukti pemadaman batang, bertekanan sampai 4137 kPa (600 psig)

2. Valve harus dioperasikan hanya oleh sebuah pengungkit dengan arah seperempat dari posisi buka penuh ke posisi tutup penuh. Semua valve harus dilengkapi dengan tipe “K”yang telah dicuci dan dilumasi untuk perluasan pipa tembaga pada tepi kedua inlet dan outlet dari ujung valve sebagai fasilitas instalasi.

3. Valves harus didesain seperti itu agar dapat “berputar keluar” selama insatalasi untuk mencegah terjadinya kerusakan selama operasi tembaga. Sebuah label menunjukkan kesesuaian gas dan nilai tekan yang harus terpasang pada masing-masing valve

4. Setiap valve harus telah dicuci dan dilumasi untuk oksigen dan perluasan pipa yang terpasang pada kedua ujungnya. Dan dinyatakan lulus test tekanan oleh UL dan CSA.

(27)

1. Masing-masing box zone valve harus terdiri dari komponen yang menyertainya.Box valve baja dapat dipasang tunggal atau ganda dengan perpanjangan tabung, lensa alumunium dan jendela cabut yang dapat dipindahkan.

2. Box valve harus dirancang dengan panjang dan lebar sesuai jumlah Valve lengkap dengan enamel yang dibakar pada ujungnya. Pada sisi yang berlawanan dari box, akhirnya dapat disetel menjadi 2 bagian yang bertujuan sebagai alat pendukung pemasangan. Box Valve Baja harus dapat menampung berbagi sudut dinding yang ketebalannya antara 1mm atau 1,5 mm serta harus sesuai.

3. Bingkai pintu harus dirancang dari alumunium sehingga dapat dipasang di belakang box dengan skrup yang tersedia. Bagian depan yang mudah dipindahkan harus tersusun atas jendela transfaran dengan sebuah cincin tarik yang menjadi pusat jendela.

4. Akses zone shut off valve harus dengan tarikan dari cincin rakitan untuk memindahkan jendela dari bingkai pintu. Jendela dapat diinstal ulang tanpa menggunakan alat akan tetapi hanya setelah pegangan valve telah dikembalikan pada posisi buka.

5. Valve harus didesain dalam sistem 4 baut, berbadan perunggu, berpenutup ganda, berujung penuh, bertype bola menyatu dengan pengaman teflon (TFE) dan segel Viton, cincin kemas “O”, bola perunggu yang disegel langsung, bukti pemadaman batang, bertekanan sampai 2760 kPa (400 psig). Valve harus dioperasikan hanya oleh sebuah pengungkit dengan arah seperempat dari posisi buka penuh ke posisi tutup penuh. Semua valve harus dilengkapi dengan tipe “K”yang telah dicuci dan dilumasi untuk perluasan pipa tembaga untuk kesesuaian panjang di bawah tepi bok.

6. Masing-masing valve harus disupplai dengan mengidentifikasi gantungan pada baut ke atas badan valve dengan tujuan agar diperbolehkan memasang label pada gas. Kemasan label harus tersedia dalam masing-masing kotak valve dan diaplikasikan oleh pemasang.

7. Pressure gauge akan terbaca pada 0-700 kPa (0-100 psig) untuk semua gas kecuali nitrogen yang akan terbaca pada 0-2000 kPa (0-300 psig) dan vacum yang akan terbaca pada -100-0 kPa (0-30” Hg).

2.4 OUTLET GAS MEDIS

2.4a Outlet Gas Medis (“Ohmede Compatible”) Cepat-Terhubung

1. Outlet Gas Medis harus sesuai dengan “Ohmeda” dengan pertukaran Cepat-Terhubung pada dinding outlet yang dirancang untuk menyembunyikan pipa. Outlet ganda yang sudah mempunyai pusat tempat garis pada 127 mm (5”) diantara pelayanan gas.

2. Masing-masing Cepat-Terhubung pada outlet sudah memiliki kode pewarnaan berukuran besar pada plat untuk didata yang mendekati aesthetic. Pada plat yang dirakit harus memiliki lencana index untuk keamanan penguncian gas yang spesifik permukaan nya pada plat sesuai besi tajam yang digantung pada plat.

3. Salah satu buah plat chromed fascia yang sudah ditutup pada plat. Dengan kotak bagian belakang yang digantung. Outlet harus disesuaikan ukurannya dari 10 mm (3/8”) sampai 32 mm (1-1/4”) dengan ketebalan dinding yang bervariasi.

4. Outlet yang dirancang harus termasuk gas yang spesifikasinya 1.6 mm (16 ga) baja yang digantung pada plat dirancang untuk lokasi outlet ganda. Pada beberapa pesanan 127 mm (5”).

5. Masing-masing kotak kasar harus sesuai pada type “K” 6.4 mm (1/4”) pada sisi diameter potongaan pipa tembaga inlet, yang perak pada badan outlet. Badan harus berukuran 32 mm (1-1/4”) diameter perbuahnya. Untuk tekanan pelayanan gas yang positiv, outlet harus dilengkapi dengan pemeriksaan valve yang utama dan kedua. Pemeriksaan valve yang kedua harus ditingkatkan minimal 1379 kPa (200 psi) bahkan pemeriksaan valve yang utama dipindahkan untuk perawatan.

6. Palang pintu/valve dirakit sesuai dengan Ohmede Cepat-Terhubung dan menerima hanya untuk pelayanan adaptasi Ohmede jenis gas yang spesifik.

7. Semua outlet harus terdaftar pada UL, disetujui oleh CSA, dirakit oleh pabrik sendiri, dicoba, dibersihkan untuk pelayanan oksigen, dan disuplai dengan melindungi permukaan dan dibungkus untuk melindungi outlet selama penanganan dan pemasangan pada letak pekerjaan.

(28)

2.4b. Outlet Gas Medis DISS

1. Outlel Gas Medis harus sesuai dengan Diameter Index Safety System (DISS) pada dinding outlet yang dirancang untuk menyembunyikan pipa.

2. Masing-masing DISS pada outlet sudah memiliki kode pewarnaan berukuran besar pada plat untuk didata yang mendekati aesthetic. Pada plat yang dirakit harus memiliki lencana index untuk keamanan penguncian gas yang spesifik permukaan nya pada plat sesuai besi tajam yang digantung pada plat. 3. Salah satu buah plat chromed fascia akan menutup outlet. Dengan kotak bagian belakang yang digantung. Outlet harus disesuaikan ukurannya dari 10 mm (3/8”) sampai 32 mm (1-1/4”) dengan ketebalan dinding yang bervariasi.

4. Outlet yang dirancang harus termasuk gas berspesifikasi 1.6 mm (16 ga) baja yang digantung pada plat dirancang untuk lokasi outlet ganda. Pada beberapa pesanan 127 mm (5”).

5. Masing-masing kotak kasar harus sesuai pada type “K” 6.4 mm (1/4”) pada sisi diameter potongaan pipa tembaga inlet, yang perak pada badan outlet. Badan harus berukuran 32 mm (1-1/4”) diameter perbuahnya. Untuk tekanan pelayanan gas yang positiv, outlet harus dilengkapi dengan pemeriksaan valve yang utama dan kedua. Pemeriksaan valve tang kedua harus ditingkatkan pada minimal 1379 kPa (200 psi) bahkan pemeriksaan valve yang utama dipindahkan untuk perawatan. 6. Palang pintu/valve dirakit sesuai dengan DISS dan menerima hanya untuk melayani adaptasi DISS jenis gas yang spesifik.

7. Semua outlet harus terdaftar pada UL, disetujui oleh CSA, dirakit oleh pabrik sendiri, dicoba, dibersihkan untuk pelayanan oksigen, dan disuplai dengan melindungi permukaan dan dibungkus untuk melindungi outlet selama penanganan dan pemasangan pada letak pekerjaan.

2.5 Lokasi Panel Alarm (Digital) :

1. Masing-masing lokasi alarm harus berdasarkan mikroprosesor dan mikroprosesor itu sendiri masing-masing dipajang pada papan pensensoran. Pensensoran harus mampu dilokasikan ( kotak alarm) atau diatur dengan menggantung garis pipa pada sepasang kawat yang terbelit sampai 1,524 m (5000 ft). Masing-masing unit yang disensor dan unit yang dipajang harus mempunyai gas yang spesifik; i.e. sensor gas yang spesifik dengan DISS nut & nipple, modul yang terpajang dengan pesan yang rusak pada pemeriksaan sensor / penghubung.

2. Masing-masing lokasi alarm harus sesuai pada area yang akan terpasang dengan ketebalan baja(1.3 mm) dan dipasang untuk memudahkan pemeriksaan dan perawatan.

3. Masing-masing pelayanan yang spesifik harus terus dimonitor berdasarkan sensor mikroprosesor. Tekanan atau vacum harus dipajang melalui Digital merah LED. Untuk pelayanan tekanan harus berukuran 0-1724 kPa ( 0-250 psig). Untuk vacum harus berukuran -100-0 kPa (0-30” Hg). Masing-masing tekanan harus diindikasikan dengan lampu indikasi MERAH alarm dengan Tekanan RENDAH atau TINGGI, lampu berwarna KUNING indikasi berbahaya mendekati tekanan rendah atau tinggi sedang lampu berwarna HIJAU kondisi tekanan NORMAL, suplai power alarm dengan tegangan 220 V. 4. Alarm harus berukuran parameter; Tinggi/Rendah yang diatur, unit Imperial/metric dan Pengulangan alarm yang memungkinkan (1 sampai 60 menit). Parameter itu bisa diakses dengan fungsi mode kalibrasi pada alarm. Pengaturan harus disetel melalui dua papan tombol penekan. Alarm harus didiagnosis sendiri dengan pesan rusak yang terpajang pada perawatan.

(29)

5. Masing-masing pelayanan harus dilabelkan dengan kode label pewarnaan ISO atau USA, dan sinyal alarm harus kelihatan berjarak 12 m (40 ft) dan harus kelihatan jika sinar lain masuk ke ruangan.

6. Masing-masing pelayanan gas harus mudah untuk mengatur monitor pada tingkat tinggi dan rendahnya alarm. Lokasi alarm juga harus mampu terhubung dengan Sistem Manajemen Informasi rumah sakit Amico (AIMS) untuk memudahkan pemantauan tekanan.

2.6. Sistem Manajemen Informasi Network

1. Sistem Manajemen Informasi sesuai dengan kebutuhan perkembangan teknologi yang sudah dituntut lebih canggih dan mampu memberikan pelayanan informasi yang akurat dan handal.

2. Network system harus berdasar pada microprocessor yang merupakan masukan jaringan dari Microsoft Window. Hal ini berlanjut dengan pemeriksaan perangkat medik seperti Area Alarm, Master Alarm, Manifold, Compressor Air, Pompa Vacuum dan Tangki Liquid. Network akan akses dengan internet atau LAN yang di operasikan dengan PC.

3. Kondisi alarm harus selalu ditampilkan pada PC agar garfik yang menggambarkan perangkat dan kondisi yang salah dan tidak berfungsi dapat terdeteksi.

4. Sistem network terdiri dari jaringan penghubung modul pada masing-masing perangkat medik. Sebuah modul hub gerbang yang akan langsung di akses dalam PC.

5. Sistem network akan dapat difungsikan oleh pengguna yang memiliki kemampuan pada situasi, jarak dan kondisi alarm sehingga dapat terpantau dimanapun.

6. Sistem networking mempunyai kapasitas untuk e-mail dan pemberian nomor halaman dengan kondisi seleksif dari pengguna.

7. Tiap kondisi alarm akan dimonitor pada Vacuum dan Sistem Air ( Contohnya; Status Pompa yang digunakan,Jadwal perawatan, Pengering Tak Berfungsi, dan Temperatur Tinggi.

8. Sistem network akan memantau kemampuan jadwal pemeliharaan pada medical compressor air dan medical vacuum system secara on line.

9. Sistem network akan menghasilkan setiap kejadian error pada system gas medis pada PC dengan berdasar pada standar laporan medical gas dan dapat dicetak.

2.7 Digital Manifold Tekanan Tinggi (Sumber Utama pada Penyuplaian) Gas O2, N20, N2 dan CO2 1. Manifold , O2,N2O,N2 dan CO2 harus beroperasi secara automatis berpindah jika tekanan silinder sebelah kiri habis / low pressure segera pindah ke kanan dengan tekanan yang lebih tinggi tanpa melakukan tindakan apapun dan berpindah secra aman. Manifold dilengkapi alat utama dengan 4 unit regulator tekana, 2 regulator tekanan tinggi dan 2 regulator tekanan rendah.

2. Perlengkapan kontrol harus dibuat secara seri untuk mengurangi tekanan silinder ke garis pengiriman tekanan. Unit ini harus mampu secara otomatis merubah dari silinder utama ke silinder kedua tanpa rasa berat atau fluktuasi dalam pengiriman tekanan. Manifold harus diblokan jika dalam perbaikan atau perawatan.

3. Manifold dilengkapi dengan sensor mikroprosesor dirakit untuk penyediaan pengeluaran indikasi tekanan yang lebih akurat dan ama, dilengkapi dengan indicator tekanan digital.

Gambar

Gambar Contoh pelaksanaan Pekerjaan Bouplank  Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan ini dapat dilihat pada Kurva S
Gambar  Pemakaian Perlengkapan K  6. DIAGRAM ALIR K3

Referensi

Dokumen terkait

Selama angin musim barat berhembus, curah hujan meningkat dan menyebabkan salinitas di perairan Selat Makassar menjadi turun, dan sebaliknya pada saat musim timur terjadi

Dari pengolahan data maka diperoleh nilai Tolerance untuk variabel transparansi, akuntabilitas, pertanggungjawaban, fairness atau kewajaran yaitu 0,566, 0,469, 0,608, 0,586

Salah satu diantaranya adalah dengan memperhatikan motivasi berprestasi yang dimiliki siswa sehingga dalam proses pembelajaran akan diperoleh hasil yang maksimal; (4) Sebaiknya

Penelitian yang sama dilakukan oleh (Walker et al, 2006) mengenai asuhan dini tumbuh kembang anak untuk stimulasi psikososial terbukti mampu memperbaiki kemampuan

 Tujuannya adalah untuk meningkatkan kapasitas jaringan forum atau kelompok pemerhati/peduli masalah gizi dalam proses perumusan kebijakan publik yang terkait dengan

Berdasarkan pemaparan diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan objek penelitian perusahaan taksi PT Express Transindo Utama Tbk (Express Group)

Kaitannya dengan ungkapan metaforis, komponen makna akan digunakan untuk menentukan kesamaan konsep yang ada dalam sumber dan target, dan untuk menjelaskan

Karena bagian tersempit dari liang telinga terletak di tengah, pemakaian lidi kapas dapat mendorong serumen ke ismus yang sempit dan menempel pada membran timpani, sehingga