• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Sterilisasi Media Tumbuh Jamur Tiram Putih(Pleurotus Ostreatus (L) Fries) Menggunakan Steamer Baglog

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kajian Sterilisasi Media Tumbuh Jamur Tiram Putih(Pleurotus Ostreatus (L) Fries) Menggunakan Steamer Baglog"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Kajian Sterilisasi Media Tumbuh Jamur Tiram

Putih(Pleurotus Ostreatus (L) Fries) Menggunakan

Steamer Baglog

Ahmad Sujoko1*, Musthofa Lutfi1, Dwi Purnomo2

1Jurusan Keteknikan Pertanian – Fakultas Teknologi Pertanian – Universitas Brawijaya Jalan Veteran, Malang 65145

2Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian – Bedali Lawang -Malang *Penulis Korespondensi, Email: ahmadsujoko90@gmail.com

ABSTRAK

Jamur tiram (Pleurotus ostreatus (L) Fries) merupakan sumber makanan alternatif setara dengan daging dan bergizi tinggi. Komposisi dan kandungan nutrisi jamur tiram per 100 gram adalah: Protein 10,5% - 30,4%, karbohidrat 56,60%, lemak 1,7% - 2,2%, dan serat 7,5% - 8,7%. Selain memiliki kandungan gizi yang tinggi jamur tiram cukup mudah untuk dibudidayakan. Dalam proses budidaya media tumbuh merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhannya. Media tumbuh jamur harus memiliki kandungan nutrisi yang cukup dan bebas dari pengaruh mikroorganisme penggangu.Maka, harus ada sterilisasi agar media benar-benar dapat mencukupi kebutuhan nutrisi jamur.Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan membandingkan kebutuhan gas, efisiensi energi dan hasil sterilisasi menggunakan steamer baglog dengan drum. Dari hasil penelitian diperoleh laju kebutuhan energi 45.816,8 kcal/hari, massa gas yang terpakai selama 8 jam 2,5 kg, efisiensi panas kompos 51,91% dan persentase pertumbuhan baglog yang di sterilisasi sebesar 100%.

Kata kunci: jamur tiram, media tumbuh jamur, sterilisasi, steamer baglog

Study Sterilization White Oyster Mushroom Growing Media

(Pleurotus ostreatus (L) Fries) Using Steamer Baglog

ABSTRACT

Oyster mushroom (Pleurotus ostreatus (L) Fries) is an alternative food source on par with meat and high in nutrients. Composition and nutritional content per 100 grams oyster mushrooms are: Protein 10.5% - 30.4%, 56.60% carbohydrate, fat 1.7% - 2.2%, and 7.5% fiber - 8.7%, In addition to having high nutrient content of oyster mushrooms is quite easy to be cultivated. In the process of growing medium cultivation is one of the factors that affect growth. Mushroom growing medium should have sufficient nutrition and free from the influence of microorganisms intruder. Thus, there should be a medium sterilization that can truly meet the nutritional needs of the fungus. This research uses descriptive quantitative method by comparing the needs of gas, energy efficiency and the results of sterilization using a steamer baglog the drum. From the results obtained by the rate of energy needs 45816.8 kcal / day, the mass of the gas used for 8 hours 2,5 kg, thermal efficiency compost 51.91% and the percentage growth in the sterilization baglog of 100%. Keywords: oyster mushroom, mushroomgrowingmedia, sterilization, steamerbaglog

PENDAHULUAN

Jamur tiram putih (Pleurotus Ostreatus (L) Fries) merupakan salah satu makanan alternatif pengganti daging bergizi tinggi. Komposisi dan kandungan nutrisi jamur Tiram per 100 gram adalah: Protein 10,5% - 30,4%, karbohidrat 56,60%, lemak 1,7% - 2,2%, dan serat 7,5% - 8,7% (Istuti dan Siti, 2006). Jamur tiram juga mengandung vitamin penting, terutama vitamin B, C, dan D. Vitamin B1 (tiamin), B2 (riboflavin), niasin, dan provitamin D2 (ergosterol), dalam jamur

(2)

tiram cukup tinggi. Mineral utama tertinggi adalah Zn, Fe, Mn, Mo, Co, Pb. Konsentrasi K, P, Na, Ca, dan Me mencapai 56% - 70% dari total abu dengan kadar K mencapai 45%. Mineral mikroelemen yang bersifat logam dalam jamur tiram kandungannya rendah, sehingga jamur ini aman dikonsumsi setiap hari (Widyastuti, 2002).

Jamur tiram termasuk golongan jamur kayu yang hidup sebagai sporafit dan tumbuh secara luas pada limbah hasil hutan dan pertanian, seperti hampir semua kayu keras, produk samping kayu (gergajian, kertas), tongkol jangung, ampas batang tebu, limbah kopi, pelepah pisang, limbah biji kapas, dan semua jerami serealia (Achmad, 2009). Sehingga cukup mudah untuk di budidayakan.Meskipun mudah untuk beradaptasi dan di budidayakan, jamur tiram memiliki beberapa syarat yang harus dipenuhi. Sebagai salah satu faktor yang harus di perhatikan adalah media tumbuh jamur (baglog). Jamur Tirammemerlukan kondisi lingkungan yang sesuai agar dapat tumbuh optimal. Kondisi tersebut antara lain: suhu yang dibutuhkan untuk pertumbuhan miselium 20ºC-30ºCdengan kelembaban 80%-85%., cahaya, derajat keasaman, serta konsentrasi karbondioksida (CO2) dan oksigen (O2) (Imtiaj et al, 2008) Nutrisi yang dibutuhkan harus

terpenuhi dan sebelum proses pemasukan bibit bakteri pengganggu yang dapat meng hambat pertumbuhan jamur harus di sterilisasi.

Sterilisasi merupakan proses untuk membunuh mikroorganisme pengganggu yang dapat menghambat pertumbuhan jamur. Perebusan bukanlah proses sterilisasi. Sterilisasi biasanya menggunakan autoclaf untuk yang menggunakan panas yang bertekanan tinggi.Cara yang sering digunakan saat ini adalah sterilisasi basah, biasanya digunakan untuk produk-produk yang tidak tahan panas (Desna, 2010). Pada umumnya sterilisasi baglog menggunakan drum dan membutuhkan bahan bakar yang besar. Sehingga membutuhkan alat untuk menggantikan fungsi drum sebagai alat sterilisasi. Steamer Baglog merupakan alat sterilisasi sebagai pengganti drum. Sehingga harus di uji untuk mengetahui kelayakannya sebagai alat produksi.Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui kebutuhan gas untuk setiap produksi, efisiensi panas kompor dan hasil sterilisasi menggunakan Steamer Baglog.

METODE PENELITIAN

Alat dan Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: Bibit Jamur Tiram Putih dari Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, serbuk gergaji, dedak padi, kapur, jagung, air dan gas LPG. Adapun alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu: Steamer Baglog, plastik poliprophile, skop, thermometer, gunting kompor dan karet.

Metode

Metode penelitian yang digunakan adalah deskripstif kuantitatif, yaitu dengan membandingkan hasil sterilisasi menggunakan Steamer Baglog dengan menggunakan Drum. Langkah-langkah pengambilan data sebagai berikut:

Pengukuran dimensi dan uji performance alat

Pengukuran dimensi dan uji performance merupakan langkah awal untuk mengetahui diameter, tinggi dan volume alat.Setelah dilakukan pengukuran uji performance dilakukan untuk mengetahui kebutuhan gas, peningkatan suhu dan kebocoran alat.

Pembuatan Media

Pembuatan media memiliki beberapa tahapan yaitu sebagai berikut: a. Pencampuran dan Pengomposan.

Pencampuran dilakukan dengan mencampur beberapa bahan yaitu, serbuk gergaji, dedak padi, kapur dan jagung. Setelah itu dicampur hingga homogeny dan diberi air hingga kadar RH sekitar 60%-70%. Setelah dicampur langkah selanjutnya di kompos atau pemeraman. Pemeraman dilakukan selama 1 malam. Tanda-tanda dari proses pengomposan berhasil adalah suhu campuran media meningkat dan siap untuk di kemas.

(3)

b. Pengemasan

Pengemasa merupakan langkah lanjutan setelah di kompos atau pemeraman selama 1 malam. Pengemasan dilakukan dengan kepadatan tertentu dan pemberian ring pada ujung plastik, serta media yang sudah berbentuk botol diberi lubang pada tengahnya.

Sterilisasi

Sterilisasi merupakan proses untuk menghilangkan atau membunuh mikroorganisme pengganggu seperti virus, dan kapang. Sterilisasi dilakukan dengan menggunakan Steamer Baglog selama 8 jam. Pada saat sterilisasi dilakukan beberapa pengukuran antara lain:

a. Mengukur volume air

b. Peningkatan suhu selama 8 jam c. Kebutuhan gas selama 8 jam

Perhitungan Efisiensi Panas Kompor

Dari sebuah proses pembakaran bahan bakar atau komponen limbah utama yaitu karbon dan hidrogen dapat menghasilkan pelepasan kalor, perhitungan efisiensi energi bertujuan untuk menghitung kebutuhan energi untuk proses sterilisasi selama 8 jam. Dalam penelitian ini hanya menghitung efisiensi kompor dimana perlu adanya pengukuran kebutuhan energi untuk memasak dengan menggunakan persamaan sebagai berikut (Desna,2010) :

𝑄

𝑛

=

𝑀𝑎 𝑡.𝑐.∆𝑇

1

+

𝑀𝑢.𝐾𝑈

𝑡2

... (1)

Keterangan:

Q

n

= Laju energi yang dibutuhkan (kcal/jam)

M

a

= Massa air awal (Kg)

M

u

= Massa air yang menguap (Kg)

C

= kalor jenis air (kcal/KgºC)

∆T

= perubahan suhu (ºC)

t

1,

t

2

= waktu pemasakan (jam)

KU

= kalor uap (kcal/Kg)

Pemasukan energi yang mengacu pada jumlah energi yang dibutuhkan, adalah

bahan bakar, energi yang di masukkan ke dalam kompor. Hal ini dapat dihitung dengan

persamaan berikut (Belonio 1985, Irzaman 2008, Rifki 2008):

𝐹𝐶𝑅 =

𝑄𝑛

𝐻𝑉𝐹.𝜉𝑔

... (2)

Keterangan:

FCR

= (Fuel Consumtion Rate) Laju bahan bakar yang digunakan (Kg/jam)

Q

n

= laju energi yang dibutuhkan (kcal/jam)

HVF

= (Heat Value Fuel) energi yang terkandung dalam bahan bakar (kcal/Kg)

ξg

= efisiensi kompor (%)

Dari rumus perhitungan FCR diatas, efisiensi kompor dihitung dengan

mrnggunakan persamaan berikut:

𝜉𝑔 =

𝑄𝑛

(4)

Penyutsutan Alat

Perhitungan nilai penyusutan alat merupakan pertimbangan penting untuk investasi terhadap alat.Maka perlu adanya perhitungan penyusutan setiap tahunnya. Perhitungan penyusutan ada beberapa metode, pada percobaan ini menggunakan perhitungan penyusutan dengan metode garis lurus dengan rumus sebagai berikut (Putro,2010):

𝐷𝑒𝑝𝑟𝑒𝑎𝑠𝑖 𝑃𝑒𝑟𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 =

𝐶𝑜𝑠𝑡−𝑅𝑒𝑠𝑖𝑑𝑢𝑎𝑙 𝑉𝑎𝑙𝑢𝑒

𝑢𝑠𝑒𝑓𝑢𝑙𝑙 𝑙𝑖𝑓𝑒,𝑡ℎ

...(4)

Keterangan:

DP

: biaya penyusutan (Rp/thn)

Cost

: harga awal mesin (RP)

Residual Value : harga akhir mesin (Rp)

Usefull life,th

: Perkiraan Umur Ekonomis (tahun)

Dari perhitungan penyusutan alat untuk menghitung keuntungan, break event point,

dan tingkat pengembalian modal dihitung dengan menggunakan rumus berikut:

𝐁𝐢𝐚𝐲𝐚 𝐓𝐞𝐭𝐚𝐩 𝐏𝐞𝐫𝐡𝐚𝐫𝐢 =

Depreasi Per Tahun365 hari

...(5)

𝐁𝐢𝐚𝐲𝐚 𝐓𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐏𝐞𝐫𝐡𝐚𝐫𝐢 = Biaya Tetap + Biaya Variabel ...(6)

𝐏𝐞𝐧𝐞𝐫𝐢𝐦𝐚𝐚𝐧 = Harga Jual x Jumlah Produksi ...(7)

𝐊𝐞𝐮𝐧𝐭𝐮𝐧𝐠𝐚𝐧 = Penerimaan − Biaya Total ...(8)

BEP =

𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝐽𝑢𝑎𝑙 𝑃𝑒𝑟𝑏𝑎𝑔𝑙𝑜𝑔−𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑏𝑒𝑙 𝑝𝑒𝑟𝑏𝑎𝑔𝑙𝑜𝑔𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝 𝑝𝑒𝑟ℎ𝑎𝑟𝑖

...(9)

𝐏𝐞𝐧𝐠𝐞𝐦𝐛𝐚𝐥𝐢𝐚𝐧 𝐌𝐨𝐝𝐚𝐥 𝐏𝐞𝐫𝐭𝐚𝐡𝐮𝐧(%) =

Keuntungan Bersih Pertahun Modal Awal

x 100...(10)

Pengamatan hasil sterilisasi

Pengamatan hasil sterilisasi ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan steamer baglog untuk digunakan sebagai alat produksi.Parameter yang digunakan untuk mengetahui keberhasilan sterilisasi adalah banyaknya media yang tumbuh dengan baik.Kemudian hasil pengukuran yang diperoleh dari sterilisasi menggunakan steamer baglog, dibandingkan dengan hasil yang diperoleh dari sterilisasi menggunakan drum.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengujian alat Steamer Baglog dilakukan di bengkel dan rumah kubung jamur Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) Malang.Pengujian alat meliputi pengukuran dimensi alat, pengukuran waktu untuk membuat uap dengan suhu 90ºC. Selanjutnya dilakukan pembuatan media, dan di sterilisasi menggunakan Steamer Baglog selama 8 jam.

Pengukuran Dimensi dan Uji Performansi Steamer Baglog

Steamer Baglog yang digunakan dalam penelitian ini memiliki 2 bagian yaitu boiler untuk membuat uap dan steamer untuk menempatkan baglog.Namun, pada percobaan ini hanya menggunakan alat boiler, karena dimensi boiler menyerupai drum. Ukuran diameter boiler yaitu77 cm, dan tinggi 122 cm. Boiler yang digunakan disebut steamer baglog, karena untuk pembuatan uap dan pengaliran uap menjadi satu. Steamer Baglog belum pernah digunakan sebelumnya, sehingga memerlukan pengujian performance.Uji performance dilakukan untuk

(5)

mengetahui kesiapan sebelum digunakan untuk pengujian selama 8 jam. Hasil uji performance selama 2 jam dapat dilihat pada Tabel 1 berikut :

Tabel 1. Performance Awal Steamer Baglog

Waktu (Menit)

Suhu (ºC)

0

30

30

50

60

65

90

90

120

110

Berdasarkan Tabel 1 diatas, terjadi peningkatan suhu yang cepat dan waktu untuk mencapai suhu sterilisasi relatif singkat. Hal ini terjadi karena uap panas yang dihasilkan tidak terpakai untuk meningkatkan suhu media.Sehingga panas yang dihasilkan bertambah dan memenuhi steamer baglog. Selama 2 jam pengujian awal steamer baglog kebutuhan massa gas sebesar 0,6 kg. Untuk kebutuhan energi setiap menit sebesar 0,005 kg. Nilai kalor yang dihasilkan semakin bertambah sebanding dengan lama penguapan, sedangkan massa yang terdapat dalam steamer baglog kosong. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar nilai massa maka semakin lama waktu yang dibutuhkan, dan nilai kalor yang dibutuhkan berbanding lurus dengan peningkatan suhu massa. Karena waktu yang dibutuhkan untuk mencapai suhu sterilisasi relatif singkat, sehingga kebutuhan massa gas yang terpakai juga sedikit. Gambar steamer baglog yang digunakan pada penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Steamer Baglog

Beberapa penelitian menyebutkan bahwa dalam sterilisasi media jamur tekanan tidak dipertimbangkan. Selama ini sterilisasi media jamur sering menggunakan drum, sedangkan untuk menahan uap panas hanya menggunakan sebuah plastik dengan ketebalan 0,5 – 0,7 mm. Sterilisasi menggunakan Steamer Baglog memiliki tekanan sebesar 0,125 bar. Tekanan tersebut dapat diatur dengan menggunakan safety valve, sehingga tekanan uap didalam ruang sterilisasi konstan.

Sterilisasi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai peningkatan suhu awal pada steamer baglog lebih kecil dibandingkan menggunakan drum. Karena massa yang disterilisasi dengan steamer baglog lebih besar dibanding menggunakan drum, sehingga waktu yang dibutuhkan untuk

(6)

meningkatkan suhu semakin lama. Hal ini membutktikan bahwa semakain besar nilai massa yang disterilisasi maka semakin lama waktu untuk meningkatkan suhunya.

Pada saat volume air sebesar 29,87 liter, waktu yang dibutuhkan untuk mencapai suhu sterilisasi 90ºC adalah 180 menit. Sedangkan pada drum volume airnya sebesar 29,67 liter, dan waktu yang dibutuhkan untuk mencapai suhu sterilisasi yang sama adalah 90 menit. Terlihat bahwa semakin besar volume air yang diuapkan, maka semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk mencapai suhu sterilisasi yang sama. Perbandingan peningkatan suhu antara steamer baglog dengan drum setiap 30 menit ditunjukkan pada Tabel 2.

Tabel 2. Data Peningkatan Suhu Sterilisasi

Berdasarkan Tabel 2 tersebut sterilisasi menggunakan steamer baglog untuk mencapai suhu 90ºC membutuhkan waktu 180 menit, sedangkan dengan menggunakan drum untuk mencapai suhu 90ºC hanya membutuhkan waktu 90 menit. Perbedaan ini terjadi karena massa yang digunakan untuk steamer baglog lebih besar, sehingga untuk mencapai suhu sterilisasi 90ºC membutuhkan waktu yang lama.

Sterilisasi dengan menggunakan steamer baglog peningkatan suhu berhenti pada 100ºC.Karena pada steamer baglog dilengkapi dengan safety valve.Safety valve akan membuang uap panas saat suhu didalam steamer baglog melebihi 100ºC. Dengan demikian untuk meningkatkan suhu media menjadi 95ºC membutuhkan waktu yang singkat, dan kalor yang dihasilkan termanfaatkan dengan baik.Sehingga sterilisasi menggunakan steamer baglog lebih efisien. Sedangkan sterilisasi menggunakan drum peningkatan suhunya tidak konstan. Karena setelah suhu mencapai 100ºC, penigkatan tidak sebesar pada awal sterilisasi.Suhu terus meningkat dan menurun setiap 30 menit, sehingga untuk meningkatkan suhu media menjadi 95ºC membutuhkan waktu yang lama.Perbedaan peningkatan suhu membuktikan bahwa terjadi perbedaan kalor yang dihasilkan oleh kompor. Terjadinya penurunan kalor disebabkan oleh pengecilan api pada kompor, sehingga uap panas didalam plastik berkurang, dan untuk meningkatkan suhu membutuhkan waktu yang lama.

Fenomena tersebut menyebabkan perbedaan penigkatan suhu pada saat pembuatan uap dengan saat sterilisasi .Terjadinya peningkatan suhu yang besar pada awal sterilisasi, disebabkan oleh kalor yang dihasilkan kompor besar.Dengan demikian diketahui bahwa semakin besar kalor

waktu (menit)

Suhu (°C)

Steamer Baglog

Drum (Desna,2010)

0

30

27

30

45

76

60

60

87

90

75

92

120

80

100

150

85

100

180

90

102

210

90

101

240

95

104

270

95

100

300

95

103

330

100

102

360

100

103

390

100

103

420

100

103

450

95

102

480

95

102

(7)

yang dihasilkan, maka semakin kecil waktu yang dibutuhkan untuk mencapai suhu sterilisasi (100ºC).Setelah suhu mencapai 100ºC, terjadi perubahan peningkatan suhu yaitu sebesar 1ºC - 4ºC. Peningkatan suhu yang kecil disebabkan oleh pengecilan api pada kompor, sehingga terjadi penurunan kalor yang dihasilkan kompor.

Perbedaan yang terjadi antara steamer baglog dengan drum disebabkan oleh 2 faktor, yaitu: perbedaan jumlah baglog yang ditampung, dan volume air. Jumlah baglog yang mampu disterilisasi menggunakan steamer baglog sebanyak 80 – 105 baglog, sedangkan sterilisasi menggunakan drum hanya sebesar 75 – 80 baglog. Berdasarkan uraian tersebut diketahui bahwa semakin besar massa yang disterilisasi maka semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk mencapai suhu sterilisasi. Pada penelitian ini steamer baglog memiliki volume total 567,82 liter, untuk proses sterilisasi volume air yang digunakan sebesar 29,87 liter. Berbeda dengan drum yang memiliki volume total 282,6 liter, dan volume untuk sterilisasi sebesar 29,67 liter. Dari perbedaan volume air membuktikan bahwa semakin besar volume air yang di didihkan semakin lama waktu untuk mencapai suhu sterilisasi.

Berdasarkan penjelasan tersebut perbedaan waktu untuk mencapai suhu sterilisasi antara steamer baglog dengan drum dipengaruhi oleh massa baglog dan volume air yang di didihkan. Grafik suhu sterilisasi steamer baglog dan drum ditunjukkan pada Gambar 2.

Gambar 2. Grafik Suhu Sterilisasi

Sterilisasi yang baik untuk media tumbuh jamur tiram menggunakan suhu antara

90ºC - 121ºC, dengan waktu selama 8 jam.Pada penelitian ini sterilisasi menggunakan

steamer baglog yang dilengkapi dengan safety valve untuk menjaga suhu dan tekanan

supaya konstan. Sehingga suhu dan uap panas yang terdapat dalam steamer baglog tidak

terbuang, selama tekanan tidak melebihi 0,125 bar. Dalam beberapa literatur

menyebutkan bahwa sterilisasi selama 8 jam adalah waktu yang memiliki efisiensi tinggi.

Setelah dilakukan proses sterilisasi, kemudian baglog didinginkan agar suhu mencapai 30ºC-35ºC atau sesuai dengan suhu ruangan. Media yang sudah dingin, kemudian diinokulasi yaitu kegiatan memasukkan bibit kedalam media.Langkah ini dilakukan pada ruangan tertutup, dengan suhu antara 22 ºC-28 ºC. Pengadukan bibit dilakukan didekat api, hal ini dimaksudkan agar bibit jamur tidak terkontaminasi. Saat akan melakukan sterilisasi tangan dan alat untuk mengaduk bibit juga harus di sterilisasi. Langkah selanjutnya di diamkan pada suhu kamar yang tertutup agar misellium tumbuh dengan baik.

Pengamatan Hasil Sterilisasi

Pengamatan hasil sterilisasi dilakukan untuk mengetahui tingkat pertumbuhan jamur pada media, semakin banyak jumlah baglog yang berhasil tumbuh maka hasil sterilisasi semakin baik.Sehingga dari hasil tersebut diketahui kelayakan steamer baglog untuk dijadikan sebagai alat

0 20 40 60 80 100 120 0 200 400 600 Su hu ( ºC) Waktu (menit) Steamer Drum

(8)

produksi. Berikut ini adalah hasil sterilisasi selama 8 jam dengan menggunakan steamer baglog dan drum seperti yang ditunjukkan pada Tabel 3.

Tabel 3. Pengamatan Hasil Sterilisasi

Jenis Alat Jumlah Baglog Hasil (%) Disterilisasi Tumbuh

Steamer Baglog 80 80 100

Drum 75 71 94.7

Berdasarkan Tabel 3, sterilisasi menggunakan steamer baglog dari 80 baglog yang

disterilisasi sebanyak 80 baglog tumbuh dengan baik. Sedangkan sterilisasi menggunakan

drum dari 75 baglog yang disterilisasi yang tumbuh dengan baik sebanyak 71 baglog.

Perbedaan hasil pertumbuhan yang diperoleh membuktikan bahwa sterilisasi

menggunakan steamer baglog lebih baik.Karena antara jumlah yang disterilisasi dengan

jumlah yang tumbuh dengan baik terjadi keseimbangan.

Berdasarkan hasil diatas dapat dipastikan bahwa sterilisasi dengan menggunakan

steamer baglog memiliki efisiensi yang besar yaitu 100%. Karena jumlah yang dihasilkan

sama dengan jumlah yang disterilisasi. Hal ini membuktikan bahwa kalor yang dihasilkan

oleh kompor pada proses sterilisasi termanfaatkan dengan baik, sehingga uap panas yang

dihasilkan pada proses sterilisasi mampu membunuh mikroorganisme pengganggu yang

terkandung dalam media.

Perhitungan Efisiensi Panas Kompor

Laju kebutuhan bahan bakar (Q

n

) diperoleh sebesar 45.816,8 kcal/hari pada steamer

baglog, dan 62.831,07 kcal/hari pada drum. Nilai efisiensi kompordiperoleh sebesar

51,91% steamer baglog, dan 59,33% pada drum. Berdasarkan hasil perhitungan laju

kebutuhan bahan bakar dan efisiensi kompor menunjukkan keadaan yang berbanding

terbalik.Karena semakin kecil kebutuhan energi maka efisiensi panas kompor juga

semakin tinggi.Hal ini menunjukkan bahwa terjadi kehilangan kalor pada kompor yang

digunakan steamer baglog, sehingga panas yang dihasilkan banyak yang terbuang.

Kehilangan panas yang terjadi dipengaruhi beberapa faktor, yaitu: jenis kompor yang

digunakan, jarak antara api dengan permukaan steamer baglog yang dipanaskan, dan

volume steamer baglog.

Jenis kompor yang digunakan pada penelitian ini adalah kompor jos, dimana api

yang dihasilkan kompor diarahkan oleh besi. Sehingga panas yang dihasilkan ikut hilang

bersama pemanasan besi pengarah api (Gambar 4). Jarak antara api dengan permukaan

steamer baglog cukup tinggi, sehingga panas yang dihasilkan kompor ikut hilang besrama

aliran angin. Hal ini menyebabkan suhu pada ruangan untuk sterilisasi meningkat.

Sebelum dilakukan sterilisasi suhu ruangan sebesar 28ºC, saat proses sterilisasi

berlangsung suhu ruangan meningkat menjadi 35º. Fenomena yang terjadi menunjukkan

bahwa ada kalor yang hilang bersama aliran angin. Berdasarkan volumenya steamer

baglog lebih besar jika dibandingkan dengan drum, sehingga kalor yang dihasilkan oleh

kompor harus meningkatkan massa yang besar pada steamer baglog.

Laju konsumsi bahan bakar (FCR) pada sterilisasi media menggunakan steamer

baglog sebesar 7,5 kg/hari, dan 9 kg/hari pada sterilisasi menggunakan drum. Hal ini

menunjukkan keadaan yang berbanding terbalik dengan efisiensi kompor dan

peningkatan suhu yang dihasilkan.Karena semakin kecil kebutuhan energi maka semakin

efisien kalor kompor yang digunakan.Konsumsi bahan bakar yang besar disebabkan oleh

perbedaan laju kebutuhan bahan bakar pada awal sterilisasi. Sterilisasi dengan

(9)

menggunakan drum untuk pembuatan waktu yang dibutuhkan relative singkat, karena

terjadi pembesaran laju kebutuhan gas pada kompor. Sehingga kalor yang dihasilkan oleh

kompor besar, hal ini yang menyebabkan suhu pada awal sterilisasi naik dengan cepat.

Gambar 4. Kompor Steamer Baglog

Dari perbandingan diatas diketahui bahwa antara steamer baglog dengan drum sama-sama memiliki kelebihan dan kekurangan. Pada steamer baglog laju kebutuhan energy (Qn) perhari

lebih lambat, tetapi untuk efisiensi kalor kompor yang dihasilkan kecil. Sedangkan pada drum laju kebutuhan energy (Qn) perhari cepat, dan efisiensi kalor kompor yang dihasilkan besar. Dari

perbedaan laju kebutuhan energy (Qn) perhari, terlihat bahwa konsumsi bahan bakar dengan

menggunakan drum lebih besar. Menurut Rahmadani (2013), Efisiensi kalor bahan bakar sangat dipengaruhi oleh besarnya nilai laju energi yang dibutuhkan, energi yang terkandung dalam bahan bakar dan nilai laju bahan bakar yang dibutuhkan

Besarnya konsumsi bahan bakar (FCR) pada drum disebabkan oleh kebutuhan kalor yang besar untuk mencapai suhu 100ºC. Setelah suhu mencapai suhu 100ºC konsumsi bahan bakar relatif kecil. Hal ini membuktikan bahwa semakin tinggi kalor yang dihasilkan maka konsumsi bahan bakar yang digunakan juga besar, dan efisiensi kompor yang digunakan semakin tinggi.sehingga waktu yang dibutuhkan untuk mencapai suhu pembuatan uap cukup singkat. Menurut Jamilatun (2008), nilai kalor mempengaruhi efisiensi dan kebutuhan bahan bakar.

Gambar 5. Grafik Kebutuhan Gas

0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 0 100 200 300 400 500 600 M a ssa G a s (K g ) Waktu (Menit) Steamer Baglog Drum

(10)

Pada Gambar 5 menunjukkan kebutuhan bahan bakar masing-masing alat. Pada steamer baglog kebutuhan gas selama proses sterilisasi tidak mengalami perubahan laju pembakaran, sehingga grafik yang ditunjukkan bergerak linier. Konsumsi bahan bakar yang dibuthkan berbanding lurus dengan waktunya. Sedangkan pada drum kebutuhan gas selama proses sterilisasi berbeda, sehingga grafik pada awal naik dan linier setelah mencapai suhu optimum. Karena terjadi perbedaan konsumsi bahan bakar pada awal sterilisasi, maka pada drum laju kebutuhan bahan bakar selama sterilisasi lebih besar.

Penyusutan Steamer Baglog dan Drum

Steamer Baglog merupakan sebuah alat produksi.Setiap alat memiliki umur atau jangka waktu untuk pemakaian.Maka untuk mengetahui kelayakan alat untuk digunakan sebagai alat produksi, perlu adanya perhitungan nilai penyusutan alat. Sehingga dapat digunakan pertimbangan investasi dalam suatu proses produksi. Menurut Putro (2010), Depresiasi adalah penyusutan nilai fisik “decrease in value” barang dengan berlalunya waktu dan penggunaan berdasarkan umur ekonomis actual asset sampai umur rencana tertentu (useful life) dengan mempunyai nilai buku (book value/ salvage value). Penurunan atau penyusutan nilai pasar, penurunan nilai pakai/ kegunaan, penurunan alokasi cost fungsi waktu, kegunaan, umur.

Pada steamer baglog dengan harga awal alat Rp 5.000.000, harga akhir alat Rp. 200.000, dan dengan perkiraan umur ekonomis selama 10 tahun (Gambar 6). Berdasarkan hasil perhitungan nilai penyusutan alat pertahun adalah Rp. 480.000, dengan demikian untuk satu kali produksi nilai penyusutan perhari sebesar Rp. 1.513,1.Dengan biaya variabel dalam 1 kali produksi Rp. 115.000. Maka biaya total satu kali produksi dengan menggunakan steamer baglog sebesar Rp. 116.315,1. Penerimaan perhari didapatkan dari harga jual perbaglog Rp 2.000 dikali dengan jumlah produksi perhari yaitu 80 baglog, sehingga untuk penerimaan sebesar Rp 160.000/hari. Keuntungan setiap produksi dihasilkan dari harga penerimaan Rp 160.000 dikurangi biaya total perhari Rp 116.315,1, maka keuntungan setiap produksi sebesar Rp 43.684,9. Break Even Point dalam satu kali produksi yaitu sebanyak 3 buah. Tingkat pengembalian modal pertahun sebesar 37,56%, sehingga untuk pengembalian modal sebesar 100% membutuhkan waktu ± 2,7 tahun.

Pada penelitian ini harga awal alat Rp. 500.000, harga akhir alat Rp. 30.000, dan asumsi umur ekonomis alat 6 tahun. Berdasarkan hasil perhitungan nilai penyusutan alat setiap tahun adalah Rp. 78.333, sehingga untuk penyusutan alat perhari yaitu Rp. 214,6. Biaya total setiap produksi diperoleh dari penjumlahan antara biaya tetap perhari Rp 214,6 dengan biaya variabel perhari Rp 115.000. Dari hasil penjumlahan tersebut diketahui biaya total perhari dengan menggunakan drum sebesar Rp 115.214,6. Penerimaan perhari didapatkan dengan mengalikan harga jual perbaglog yaitu Rp 2.000 dan jumlah produksi perhari sebesar 75 baglog, dari hasil perhitungan diketahui penerimaan setiap produksi sebesar Rp 150.000. Besarnya keuntungan setiap produksi adalah penerimaan Rp 150.000 dikurangi biaya total perhari Rp 115.214,6, maka keuntungan perhari sebesar Rp 34.786.Break Event Point dalam satu kali produksi harus menjual 1 buah. Persentase untuk pengembalian modal pertahun sebesar 30,40%, sehingga untuk mengembalikan modal 100% sterilisasi menggunakan drum membutuhkan waktu ± 3,3 tahun.

Berdasarkan penjelasan diatas terlihat bahwa pada steamer baglog biaya total dalam 1 kali produksi lebih besar yaitu Rp. 116.315,1. Besarnya biaya total disebabkan oleh besarnya nilai penyusutan alat yaitu Rp. 1.315,1/hari. Sedangkan pada drum biaya total yang dibutuhkan dalam 1 kali produksi hanya Rp. 115.214,5. Biaya total yang kecil disebabkan oleh kecilnya nilai penyusutan alat yaitu Rp. 214,5. Tetapi, besarnya biaya total pada steamer baglog diimbangi dengan besarnya kapasitas yang diproduksi, sehingga untuk penerimaan setiap produksijuga besar. Dari perbandingan keuntungan masing-masing alat dalam setiap produksi, diketahui bahwa pada steamer baglog keuntungannya yaitu sebesar Rp. 43.684,9, sedangkan pada drum hanya memperoleh keuntungan sebesar Rp. 34.786.Besarnya keuntungan yang didapatkan dari produksi menggunakan steamer baglog disebabkan oleh jumlah produksi yang besar.Sehingga penerimaan yang diperoleh besar.Keadaan ini membuktikan bahwa semakin besar jumlah produksi yang dihasilkan maka semakin besar penerimaan yang dihasilkan, dan keuntungan yang didapatkan juga lebih banyak.

(11)

Break event point pada steamer baglog yaitu 3 baglog, maka setiap hari agar tidak mengalami kerugian harus menjual sebesar nilai break event point. Sedangkan break event point pada drum adalah 1, dengan demikian setiap hari harus menjual sebesar nilai break event point agar tidak menanggung kerugian. Dari perbandingan break event point diatas steamer baglog lebih besar, karena biaya tetap pada steamer baglog lebih besar jika dibandingkan dengan drum. Grafik penyusutan alat ditunjukkan pada Gambar 6.

Gambar 6. Grafik Penyusutan Alat

Berdasarkan Gambar 6 tersebut, penyusutan alat diketahui umur ekonomis steamer baglog lebih panjang. Dengan umur ekonomis selama 10 tahun dan pengembalian modal untuk produksi selama ± 2,7 tahun. Steamer baglog lebih menguntungkan untuk digunakkan sebagai alat produksi. Karena memiliki sisa waktu ± 7,3 tahun yang digunakan untuk memaksimalkan keuntungan. Grafik umur ekonomis untuk drum selama 6 tahun dan waktu untuk pengembalian modal selama ± 3,3 tahun. Sehingga untuk digunakan sebagai alat produksi drum kurang menguntungkan. Karena sisa waktu pengembalian modal hanya ± 2,7 tahun. Berdasarkan perbandingan tersebut diketahui bahwa steamer baglog baik untuk digunakan sebagai alat produksi.Karena dalam sebuah perusahaan biaya untuk pengadaan alat produksi cukup besar, maka memerlukan pertimbangan umur ekonomis alat untuk investasi jangka panjang.

KESIMPULAN

Sterilisasi menggunakan steamer baglog kebutuhan bahan bakar selama 8 jam sebesar 2,5 kg. Sehingga kebutuhan gas perhari sebesar 7,5 kg, dengan laju kebutuhan energi sebesar 45.816,8 kcal/hari. Sedangkan sterilisasi menggunakan drum kebutuhan bahan bakar selama 8 jam sebesar 3 kg. Sehingga kebutuhan gas perhari sebesar 9 kg, dengan laju kebutuhan enegi sebesar 62.831,07 kcal/hari. Dari perhitungan efisiensi kompor, diperoleh hasil efisiensi kompor pada sterilisasi dengan menggunakan steamer baglog sebesar 51,91%. Pada sterilisasi dengan menggunakan drum diperoleh hasil sebesar 59,33%. Dari tingkat keberhasilan steamer baglog sebesar 100% dari seluruh jumlah yang disterilisasi, sedangkan dengan menggunakan drum tingkat keberhasilan hanya mencapai 94,7% dari jumlah total yang disterilisasi. Perhitungan nilai ekonomis alat diperoleh hasil bahwa dengan menggunakan steamer baglog lebih menguntungkan.Karena keuntungan pertahun menggunakan steamer baglog sebesar Rp. 15.872.390. Sedangkan keuntungan pertahun menggunakan drum hanya sebesar Rp. 12.775.912,5. 0 1000000 2000000 3000000 4000000 5000000 6000000 0 5 10 15 Pen yu su yat (R p ) Tahun ke-Steamer Baglog Drum

(12)

DAFTAR PUSTAKA

Achmad SA, Kadam JA, Mane VP, Patil SS, Baig MMV. 2009. Biological Efficienci And Nutritional Contents Of Pleurotus florida (Mont) Singer Cultivation on Different Agro-Wastes. Nature and Science: 7(1);1545-0740.

Astuti W, Nurbana S. 2006. Budidaya Jamur Tiram. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Jawa Timur.

Desna.2010. Kajian Lamanya Proses Sterilisasi Media Jamur Tiram Putih Terhadap Mutu Bibit Yang Dihasilkan.Skripsi.IPB. Bogor

Ibekwe VI, Azubuike PI, Ezeji EU, Chinakwe EC. 2008. Effect of Nutrient Sources and Environmental Factors on the Cultivation and Yield of Oyster Mushroom (Pleurotus ostreotus). Pakistan Journal of Nutrition: 7(2); 349-351.

Imtiaj A, Rahman SA. 2008. Short Note (Nota Corta) Economic Viability of Mushroom Cultivation to Poverty reduction in Bangladesh. Tropical and Subtropical Agroecosystems: 8; 93-99

Irzaman, H. Darmasetiawan, H. Alatas, Irmansyah, A.D. Husin, M.N. Indro, H. Hardhienata, K. Abdullah, T. Mandang, S. Tojo. 2009. Optimization of Thermal Efficiency of Cooking Stove with Rice-Husk Fuel in Supporting the Proliferation of Alternative Energy in Indonesia. Proceeding Symposium on Advanced Technological Development of Biomass Utilization in Southeast Asia, page 40 – 43, Tokyo University of Agriculture and Technology (TUAT), Japan.

Moore E, Landecker. 1996. Fundamenttals of the Fungi. Edisi IV, Prentice hall, Inc, New Jersey. Nasim G, Malik SH, Bajwa R, Afzal M, Mian SW. 2001.Effect of three Different Culture Media on Mycellial Growth of Oyster and Chinese Mushroom. Journal of Biologi Science: 1(12);1130-1133

Putro, Haryono.2010. Diktat Mata Kuliah Ekonomi Teknik.Universitas Gunadarma, Jawa Barat Rifki M, Irzaman, H. Alatas. 2008. Optimasi Efisiensi Tungku Sekam dengan Ventilasi Lubang

Utama pada Badan Kompor.Prosiding Seminar Nasional Sains, FMIPA IPB, halaman 155 – 161.

Sumarmi. 2006. Botani dan Tinjauan Gizi Jamur Tiram Putih. Jurnal Inovasi Pertanian: vol. ; 2. Susilawati, dan Budi.2010. Budidaya Jamur Tiram (Pleourotus ostreatus var florida) yang ramah

lingkungan. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. Sumatra Selatan

Widyastuti M. 2002. Kandungan Gizi dan Kegunaan Jamur Tiram. Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Bio Industri. Jakarta

Gambar

Tabel 1. Performance Awal Steamer Baglog
Tabel 2. Data Peningkatan Suhu Sterilisasi
Grafik suhu sterilisasi steamer baglog dan drum ditunjukkan pada Gambar 2.
Tabel 3. Pengamatan Hasil Sterilisasi
+3

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis absolute lateral static menunjukkan pipa bawah laut tidak stabil secara lateral pada kondisi instalasi dan operasi karena berat terendam aktual lebih kecil dari

Setelah dilakukan kajian secara mendalam, hasil penelitian menunjukkan bahwa kompetensi pendidik menurut al-Qur’an surat Ar-Rahman ayat 1-10 dalam tafsir al-Misbah dan

dibandingkan dengan vulkanisat sol karet yang menggunakan bahan pengisi carbon black, disini nampak bahwa makin besar jumlah carbon black ketahanan kikis makin

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kewajaran harga saham perusahaan-perusahaan yang bergerak pada sektor property dan real estate dianalisis menggunakan

Implementasi strategik di MAN Kunir Kabupaten Blitar dilakukan melalui: tim perumus terdiri dari kepala madrasah, waka, 2 orang guru dan komite madrasah, pembentukan tim

sebagai saksi-saksi, dan setelah dibacakan serta dijelaskan, maka sebagai bukti kebenaran pernyataan yang dikemukakan oleh Pihak Pertama dan Pihak Kedua tersebut di atas, akta

Karena laporan arus kas untuk arus kas kegiatan operasi yang dihasilkan perusahaan yang melakukan manipulasi aktivitas riil lebih rendah sehingga tidak dapat

Salah satu hal positif bisa kita diambil dari keberadaan Sekolah Inklusi, yang mulai muncul tahun 2003 adalah tidak adanya perbedaan antara Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) dan