• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proporsi Indeks Sosial Ekonomi dalam Penentuan Indeks Kepekaan Lingkungan 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Proporsi Indeks Sosial Ekonomi dalam Penentuan Indeks Kepekaan Lingkungan 1"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Electronic copy available at: http://ssrn.com/abstract=2213209  

YDW‐2013.02 | p.1  

Proporsi Indeks Sosial Ekonomi dalam Penentuan Indeks

Kepekaan Lingkungan

1

Oleh:

Yudi Wahyudin, M.Si. 2

Abstract

Environmental sensitivity index (ESI) is an approach to value sensitivity degree of an area that probably impacted by an oil spill. This index will directive health and safety environment (HSE) to focus response to more sensitive area to be managed and mitigate by looking at an environmental sensitivity area mapping which resulted from measuring ESI. There are three components which defined the ESI value, such as Vulnerability Index (VI), Ecological Index (EI), and Socio-economic Index (SI). Due to the impact of oil spill relatively high for human being, then the socio-economic index would be defined higher proportion than other indices. This article will simulate how the SI weight impacting ESI criteria from the regular basis and the impact for scalar. It will give three options simulations to review the regular state.

Key words: ESI, vulnerability index, ecological index, socio-economic index.

PENDAHULUAN

Pada umumnya, risiko lingkungan dapat disebabkan oleh (1) bencana alam, (2) bencana akibat ulah manusia dan (3) kedaruratan kompleks. Risiko lingkungan akibat bencana alam diantaranya meliputi (i) bencana akibat faktor geologi (gempabumi, tsunami dan letusan gunung api), (ii) bencana akibat hidrometeorologi (banjir, tanah longsor, kekeringan, angin topan), (iii) bencana akibat faktor biologi (wabah penyakit manusia, penyakit tanaman/ternak, hama tanaman), serta (iv) kegagalan teknologi (kecelakan industri, kecelakaan transporiasi, radiasi nuklir, pencemaran bahan kimia). Bencana akibat ulah manusia biasanya terkait dengan konflik antar manusia, diantaranya (i) akibat perebutan sumberdaya yang terbatas dan (ii) alasan ideologi, religius dan politik, sedangkan kedaruratan kompleks merupakan kombinasi dari situasi bencana pada suatu daerah konflik. Kompleksitas dari permasalahan bencana tersebut memerlukan suatu penataan atau perencanaan yang matang dalam penanggulangannya, sehingga dapat dilaksanakan secara terarah dan tepadu.

Risiko lingkungan laut akibat tumpahan minyak dalam hal ini dapat dikategorikan sebagai risiko lingkungan akibat kegagalan teknologi. Kegagalan Teknologi merupakan kejadian bencana sebagai akibat kesalahan disain, pengoperasian, kelalaian dan kesengajaan manusia dalam penggunaan teknologi dan/atau industri. Bencana jenis ini dapat menimbulkan korban jiwa, pencemaran udara, air dan tanah, serta kerusakan bangunan, dan kerusakan lainnya. Selain itu, bencana ini pada skala yang besar dapat mengancam kestabilan ekologi secara global.

      

1

Makalah disampaikan sebagai bahan komplemen pada Workshop Metodologi Indeks Kepekaan Lingkungan (IKL) yang diselenggarakan oleh Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan Institut Pertanian Bogor (PKSPL-IPB) pada Kamis, 07 Februari 2013.

2

Peneliti pada Subprogram Kebijakan Ekonomi dan Kelautan PKSPL-IPB. Peserta Program Doktor Ekonomi Sumberdaya Kelautan Tropika Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

(2)

Electronic copy available at: http://ssrn.com/abstract=2213209 YDW-WP.2013-02

Proporsi Indeks Sosial Ekonomi dalam Penentuan Indeks Kepekaan Lingkungan

 

YDW‐2013.02 | p.2  

Besarnya potensi kerugian sosial dan ekonomi inilah kemudian yang mendorong munculnya pemikiran untuk memberikan porsi bobot yang lebih besar terhadap indeks sosial sebagai penyusun indeks kepekaan lingkungan. Indeks kepekaan lingkungan (IKL) merupakan sebuah indeks yang dapat menentukan tingkat sensitifitas lingkungan, termasuk akibat adanya potensi tumpahan minyak. Indeks ini didesain dari adanya empat kerentanan, yaitu: fisik, ekonomi, sosial, dan lingkungan. Kerentanan (vulnerability) sendiri didefinisikan sebagai suatu keadaan atau sifat/perilaku manusia atau masyarakat yang menyebabkan ketidakmampuan menghadapi bahaya atau ancaman.

DEFINISI DAN KRITERIA

Kerentanan fisik

(

P

physic

V

)

yang dimiliki masyarakat adalah berupa daya tahan menghadapi bahaya tertentu, misalnya: kekuatan bangunan rumah bagi masyarakat yang berasa di daerah rawan gempa, adanya tanggul pengaman banjir bagi masyarakat yang tinggal di bantaran sungai dan sebagainya. Kerentanan fisik ini bisa juga ditunjukkan oleh kekuatan bangunan struktur (rumah, jalan, jembatan) terhadap ancaman bencana. Kriterianya adalah semakin lemah struktur bangunan, maka ancaman kerusakan terhadap aspek fisik menjadi semakin tinggi.

Kerentanan sosial

(

SsocialV

)

ditentukan oleh kondisi sosial masyarakat dimana juga mempengaruhi tingkat kerentanan terhadap ancaman bahaya. Dari segi pendidikan, kekurangan pengetahuan tentang risiko bahaya dan bahaya alam akan mempertinggi tingkat kerentanan, demikian pula tingkat kesehatan masyarakat yang rendah juga mengakibatkan rentan menghadapi bahaya. Kerentanan sosial umumnya ditunjukkan oleh kondisi demografi (jenis kelamin, usia, kesehatan, gizi, perilaku masyarakat) terhadap ancaman bencana. Kriterianya adalah semakin kuat kondisi demografi suatu wilayah, maka ancaman terjadinya kerusakan dapat diminimalisasi.

Kerentanan ekonomi

(

EeconomicV

)

  tergantung dari kemampuan ekonomi (finansial) suatu individu atau masyarakat sehingga sangat menentukan tingkat kerentanan terhadap ancaman bahaya. Pada umumnya masyarakat atau daerah yang miskin atau kurang mampu lebih rentan terhadap bahaya, karena tidak mempunyai kemampuan finansial yang memadai untuk melakukan upaya pencegahan atau mitigasi bencana. Kriterianya adalah bahwa semakin kuat kemampuan finansial masyarakat dan atau pemerintah, maka rentanitas terhadap ancaman bahaya dapat menjadi semakin kecil.

Kerentanan lingkungan

(

EenvironmentV

)

 tergantung dari lingkungan hidup suatu masyarakat. Masyarakat yang tinggal di daerah yang kering dan sulit air akan selalu terancam bahaya kekeringan. Penduduk yang tinggal di lereng bukit atau pegunungan rentan terhadap ancaman bencana tanah longsor dan sebagainya. Kerentanan lingkungan juga ditentukan oleh tingkat ketersediaan/kelangkaan sumberdaya (lahan, air, udara) serta kerusakan lingkungan yang terjadi. Kriteria ini dapat ditunjukkan oleh luasnya kawasan hutan alam, hutan lahan kering, hutan mangrove, rawa, dan semak belukar yang terdapat di suatu daerah. Kriterianya adalah bahwa suatu daerah yang memiliki luasan kawasan hutan alam, hutan lahan kering, hutan mangrove, rawa, dan semak belukar lebih kecil, cenderung berpotensi mendapatkan kerugian yang lebih besar.

(3)

  METO Secar sebag

f

VL

=

Indeks dikem dampa (EI) d persa

ESI

=

Dalam kerent pada kepek ditentu ESI = Masin akhirn 125. lingku skala Tabel Nomo 1 2 3 4 5 Sumbe Seper yang dan in (2) se

ESI

=

ODOLOGI IN ra matematis gai persamaa

(

P

V

S

f

physic

,

s s Kepekaan mbangkan P ak tumpaha dan indeks maan (2) be

(

VI

EI

S

f

,

,

=

m hal ini, PK tanan yang masing-ma kaan lingkun ukan sebaga SI EI VI. . = .. ng-masing in nya indeks k Tabel 1 be ngan (ESI) indeks kepe 1. Klafisika or Nila er: PKSPL (19 Gamb

rti telah dise lebih tinggi ndeks ekolog cara matem

(

VI

,

α

) (

.

g

f

=

NDEKS KEP s, tingkat ke an (1) beriku

E

V

econom social

,

n Lingkunga KSPL-IPB, an minyak m sosial eko erikut:

)

SI

... SPL-IPB me sama terha asing indeks ngan. De ai persamaa ... ndeks memp kepekaan lin erikut ini m yang dikem ekaan lingku si indeks ke ai Indeks Ke 2 6 998) ar 1. Skala i butkan di m terhadap in gi (EI). Den matis dapat m

(

EI

,

β

) (

.

h

SI

,

PEKAAN LIN erentanaan ut:

E

V

environmen ic

,

an (Environm menyatakan merupakan fu onomi (SI) ... emandang b adap ancam s (VI, EI, ngan demik an (3) beriku ... punyai nilai in gkungan (ES menggambar mbangkan P ngannya. pekaan lingk epekaan Lin (ESI) 1 2 – 8 9 – 27 28 – 64 65 – 125 indeks kepe uka bahwa ndeks sosial ngan demik merubah nota

)

γ

... NGKUNGAN (VL,  vulner

)

V

t n ... mental Sens n bahwa ti ungsi dari in dan secara ... bahwa masin an tumpaha SI) diangga kian persam t: ... ndeks antara SI) akan ber rkan kriteria KSPL-IPB, kungan men ngkungan kaan lingkun muncul pem l ekonomi (S ian, introduk asi persama ... N rability level) ... sitivity Index ngkat sensi deks kerent a matemati ... ng-masing in an minyak. ap sama d maan (2) s ... a 1 sampai d rnilai indeks a pengkateg sedangkan nurut PKSPL K Tidak S Kurang Modera Sensitif Sangat ngan menur mikiran untuk SI) daripada ksi porsi bob aan menjadi ... YDW ) setidaknya ... x, ESI) yan itifitas lingk tanan (VI), in s dapat di ... ndeks (VI, E Dengan de alam penen secara mate ... dengan 5, se antara 1 sa gorian inde Gambar 1 L-IPB Kategori Sensitif g Sensitif at f t Sensitif rut PKSPL-IP k memberika a indeks ke bot ke dalam persamaan ... W‐2013.02 | p a dapat ditul ... (1 ng selama i ungan akiba ndeks ekolo tulis sebag ... (2 I, SI) memili mikian, bob ntuan indek ematis dap ... (3 ehingga pad ampai denga ks kepekaa menunjukka Warna PB an porsi bobo rentanan (V m persamaa (4) berikut: ... (4 p.3 lis 1) ni at gi ai 2) ki ot ks at 3) da an an an a ot VI) an 4)

(4)

YDW-WP.2013-02

Proporsi Indeks Sosial Ekonomi dalam Penentuan Indeks Kepekaan Lingkungan

 

YDW‐2013.02 | p.4  

SIMULASI PEMBOBOTAN INDEKS

Porsi yang ditentukan KLH (Kementerian Lingkungan Hidup) adalah bahwa bobot untuk indeks kerentanan dan indeks ekologi masing-masing sebesar 0,30

(

α

=

β

=

0

.

3

)

, sedangkan bobot untuk indeks sosial ekonomi ditentukan sebesar 0,40

(

γ

=

0

.

4

)

. Penentuan porsi dari KLH ini menjadi faktor kendala dalam menentukan kriteria klasifikasi tingkat sensitifitas lingkungan akibat tumpahan minyak. Beberapa kemungkinan penyelesaian dengan faktor kendala yang ada diantaranya adalah:

(1) Introduksi bobot ke dalam fungsi ESI tanpa merubah kriteria tetapi merubah persamaan (Option #1).

(2) Introduksi bobot ke dalam fungsi ESI dengan merubah keseluruhan kriteria dan persamaan (Option #2).

(3) Introduksi bobot ke dalam fungsi ESI dengan merubah sebagian kriteria dan persamaan (Option #3).

A. Option #1

A.1. Option #1-1

Persamaan (4) merupakan persamaan perkalian, sehingga diperlukan justifikasi perumusan yang sesuai agar tidak merubah kriteria penentuan tingkat sensifitas, sehingga introduksi bobot dilakukan melalui proses sebagai berikut:

(

VI

,

α

) (

.

g

EI

,

β

) (

.

h

SI

,

γ

)

f

ESI

=

(

α

=

β

=

0

.

3

)

(

γ

=

0

.

4

)

125 1≤ ESI

( )

VI

( )

EI

( )

SI

ESI

3 3 3

.

.

.

.

.

.

α

.

β

.

γ

γ

γ

β

α

β

γ

β

α

α

=

( )( )( )

( )

VI

( )( )( )

( )

EI

( )( )( )

( )

SI

ESI

O 3 3 3 1 1

4

.

0

3

.

0

3

.

0

4

.

0

.

4

.

0

3

.

0

3

.

0

3

.

0

.

4

.

0

3

.

0

3

.

0

3

.

0

=

− ... (5)

Tabel 2 berikut adalah hasil simulasi perhitungan nilai indeks sebelum dibobot (kriteria sama) dengan perhitungan nilai indeks setelah dibobot (kriteria sama). Hasil simulasi menunjukkan bahwa dengan kriteria yang sama, introduksi pembobotan tidak merubah klasifikasi/kategori tingkat sensitifitas. Hal ini ditunjukkan dari nilai indeks yang sama antara kolom (4) yang menggambarkan nilai indeks dari hasil perhitungan dengan kolom (9) yang menggambarkan nilai indeks hasil perhitungan yang telah dibobot.

(5)

 

YDW‐2013.02 | p.5  

Tabel 2. Simulasi nilai indeks sebelum dan sesudah pembobotan pada option #1-1

Tanpa Bobot  Introduksi Bobot 

VI EI SI ESI Kriteria 3 VI

(0.3) EI (0.3) SI (0.4) ESIO-1 Kriteria 4

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

5 5 5 125.00 Sangat Sensitif 4.54 4.54 6.06 125.00 Sangat Sensitif

2 3 4 24.00 Moderat 1.82 2.73 4.85 24.00 Moderat

1 3 5 15.00 Sensitif 0.91 2.73 6.06 15.00 Sensitif

3 4 5 60.00 Kurang Sensitif 2.73 3.63 6.06 60.00 Kurang Sensitif 1  1  1  1.00  Tidak Sensitif  0.91  0.91  1.21  1.00  Tidak Sensitif  1  1  2  2.00  Kurang Sensitif  0.91  0.91  2.42  2.00  Kurang Sensitif  1  1  3  3.00  Kurang Sensitif 0.91 0.91 3.63 3.00  Kurang Sensitif 1  1  4  4.00  Kurang Sensitif  0.91  0.91  4.85  4.00  Kurang Sensitif  1  1  5  5.00  Kurang Sensitif  0.91  0.91  6.06  5.00  Kurang Sensitif 

Sumber: Hasil simulasi (Februari, 2013).

A.2. Option #1-2

Persamaan (4) merupakan persamaan perkalian, dan bilamana introduksi bobot dilakukan secara langsung, maka kriteria tingkat sensitifitas harus dirubah, berikut adalah proses dan simulasinya:

(

VI

,

α

) (

.

g

EI

,

β

) (

.

h

SI

,

γ

)

f

ESI

=

(

α

=

β

=

0

.

3

)

Æ

(

γ

=

0

.

4

)

( ) ( ) ( )

VI

EI

SI

ESI

=

α

*

β

*

γ

(

VI

) (

EI

) (

SI

)

ESIO12= 0.3 * 0.3 * 0.4 ... (6) Tabel 3 berikut adalah hasil simulasi perhitungan nilai indeks sebelum dibobot dengan perhitungan nilai indeks setelah dibobot. Hasil simulasi menunjukkan bahwa perubahan pembobotan harus merubah kriteria. Hal ini ditunjukkan dari nilai indeks yang tidak sama antara kolom (4) yang menggambarkan nilai indeks dari hasil perhitungan dengan kolom (9) yang menggambarkan nilai indeks hasil perhitungan yang telah dibobot. Tabel 3 juga menjelaskan bahwa perubahan nilai indeks seperti ditunjukkan pada kolom (4) dan kolom (9) secara keseluruhan tidak mempengaruhi kriteria setelah dilakukan penyesuaian, seperti yang dapat dilihat pada kolom (5) dan kolom (10).

Tabel 3. Simulasi nilai indeks sebelum dan sesudah pembobotan pada option #1-2

Tanpa Bobot Introduksi Bobot

VI EI SI ESI Kriteria 5 VI (0.3)

EI (0.3)

SI

(0.4) ESIO1-2 Kriteria *)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

5 5 5 125.00 Sangat Sensitif 1.50 1.50 2.00 4.50 Sangat Sensitif

2 3 4 24.00 Moderat 0.60 0.90 1.60 0.86 Moderat

2 3 5 30.00 Sensitif 0.60 0.90 2.00 1.08 Sensitif

1 2 3 6.00 Kurang Sensitif 0.30 0.60 1.20 0.22 Kurang Sensitif 1 1 1 1.00 Tidak Sensitif 0.30 0.30 0.40 0.04 Tidak Sensitif 1 1 2 2.00 Kurang Sensitif 0.30 0.30 0.80 0.07 Kurang Sensitif       

3 Kriteria dan skala sesuai dengan Tabel 1. 4

Ibid.

(6)

YDW-WP.2013-02

Proporsi Indeks Sosial Ekonomi dalam Penentuan Indeks Kepekaan Lingkungan

 

YDW‐2013.02 | p.6  

Tanpa Bobot Introduksi Bobot

VI EI SI ESI Kriteria 5 VI (0.3)

EI (0.3)

SI

(0.4) ESIO1-2 Kriteria *)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

1 1 3 3.00 Kurang Sensitif 0.30 0.30 1.20 0.11 Kurang Sensitif 1 1 4 4.00 Kurang Sensitif 0.30 0.30 1.60 0.14 Kurang Sensitif 1 1 5 5.00 Kurang Sensitif 0.30 0.30 2.00 0.18 Kurang Sensitif 2 2 1 4.00 Kurang Sensitif 0.60 0.60 0.40 0.14 Kurang Sensitif 2 2 2 8.00 Kurang Sensitif 0.60 0.60 0.80 0.29 Kurang Sensitif

2 2 3 12.00 Moderat 0.60 0.60 1.20 0.43 Moderat 2 2 4 16.00 Moderat 0.60 0.60 1.60 0.58 Moderat 2 2 5 20.00 Moderat 0.60 0.60 2.00 0.72 Moderat 3 3 1 9.00 Moderat 0.90 0.90 0.40 0.32 Moderat 3 3 2 18.00 Moderat 0.90 0.90 0.80 0.65 Moderat 3 3 3 27.00 Moderat 0.90 0.90 1.20 0.97 Moderat 3 3 4 36.00 Sensitif 0.90 0.90 1.60 1.30 Sensitif 3 3 5 45.00 Sensitif 0.90 0.90 2.00 1.62 Sensitif

Sumber: Hasil simulasi (Februari, 2013).

Keterangan *)

B. Option #2

Persamaan (4) dijadikan sebagai persamaan pertambahan dan bilamana introduksi bobot dilakukan, maka kriteria tingkat sensitifitas sudah pasti harus dirubah, berikut adalah proses dan simulasinya:

(

VI

,

α

) (

.

g

EI

,

β

) (

.

h

SI

,

γ

)

f

ESI

=

(

α

=

β

=

0

.

3

)

Æ

(

γ

=

0

.

4

)

( ) ( ) ( )

VI

EI

SI

ESI

=

α

+

β

+

γ

(

VI

) (

EI

) (

SI

)

ESIO2 = 0.3 + 0.3 + 0.4 ... (7) Tabel 4 berikut adalah hasil simulasi perhitungan nilai indeks sebelum dibobot dengan perhitungan nilai indeks setelah dibobot. Hasil simulasi menunjukkan bahwa perubahan pembobotan harus merubah kriteria. Hal ini ditunjukkan dari nilai indeks yang tidak sama antara kolom (4) yang menggambarkan nilai indeks dari hasil perhitungan dengan kolom (9) yang menggambarkan nilai indeks hasil perhitungan yang telah dibobot.

Tabel 4. Simulasi nilai indeks sebelum dan sesudah pembobotan pada option #2

Tanpa Bobot Introduksi Bobot

VI EI SI ESI Kriteria 6 VI (0.3) EI (0.3) SI (0.4) ESIO2 Kriteria *) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

5 5 5 125.00 Sangat Sensitif 1.50 1.50 2.00 5.00 Sangat Sensitif

2 3 4 24.00 Moderat 0.60 0.90 1.60 3.10 Sensitif

2 3 5 30.00 Sensitif 0.60 0.90 2.00 3.50 Sensitif

1 2 3 6.00 Kurang Sensitif 0.30 0.60 1.20 2.10 Moderat 1 1 1 1.00 Tidak Sensitif 0.30 0.30 0.40 1.00 Tidak Sensitif       

6 Kriteria dan skala sesuai dengan Tabel 1.

Nomor Nilai Indeks Kepekaan Lingkungan (ESI) Kategori

1 0.04 Tidak Sensitif

2 0.041 – 0.29 Kurang Sensitif

3 0.291 – 0.97 Moderat

4 0.971 – 2.30 Sensitif

(7)

 

YDW‐2013.02 | p.7  

Tanpa Bobot Introduksi Bobot

VI EI SI ESI Kriteria 6 VI (0.3) EI (0.3) SI (0.4) ESIO2 Kriteria *) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

1 1 2 2.00 Kurang Sensitif 0.30 0.30 0.80 1.40 Kurang Sensitif 1 1 3 3.00 Kurang Sensitif 0.30 0.30 1.20 1.80 Kurang Sensitif 1 1 4 4.00 Kurang Sensitif 0.30 0.30 1.60 2.20 Moderat 1 1 5 5.00 Kurang Sensitif 0.30 0.30 2.00 2.60 Moderat 2 2 1 4.00 Kurang Sensitif 0.60 0.60 0.40 1.60 Kurang Sensitif 2 2 2 8.00 Kurang Sensitif 0.60 0.60 0.80 2.00 Kurang Sensitif

2 2 3 12.00 Moderat 0.60 0.60 1.20 2.40 Moderat 2 2 4 16.00 Moderat 0.60 0.60 1.60 2.80 Moderat 2 2 5 20.00 Moderat 0.60 0.60 2.00 3.20 Sensitif 3 3 1 9.00 Moderat 0.90 0.90 0.40 2.20 Moderat 3 3 2 18.00 Moderat 0.90 0.90 0.80 2.60 Moderat 3 3 3 27.00 Moderat 0.90 0.90 1.20 3.00 Moderat 3 3 4 36.00 Sensitif 0.90 0.90 1.60 3.40 Sensitif 3 3 5 45.00 Sensitif 0.90 0.90 2.00 3.80 Sensitif

Sumber: Hasil simulasi (Februari, 2013).

Keterangan *)

C. Option #3

Persamaan (4) diintroduksi bobot dengan porsi indeks kerentanan dan indeks ekologi masing-masing sebesar 0,30

(

α

=

β

=

0

.

3

)

, sedangkan bobot untuk indeks sosial ekonomi ditentukan sebesar 0,40

(

γ

=

0

.

4

)

, maka dengan tetap teorama yang sama dan sedikit merubah persamaan, maka kriteria tingkat sensitifitas akan berubah sesuai dengan bobot pembeda pada indeks sosial ekonomi, berikut adalah proses dan simulasinya:

(

VI

,

α

) (

.

g

EI

,

β

) (

.

h

SI

,

γ

)

f

ESI

=

(

α

=

β

=

0

.

3

)

Æ

(

γ

=

0

.

4

)

Æ

=

=

=

1

3

.

0

3

.

0

β

α

=

=

3

4

3

.

0

4

.

0

γ

( ) ( ) ( )

VI

EI

SI

ESI

=

α

*

β

*

γ

( ) ( )

⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ = VI EI SI ESIO 3 4 * * 3 ... (8)

Tabel 5 berikut adalah hasil simulasi perhitungan nilai indeks sebelum dibobot dengan perhitungan nilai indeks setelah dibobot yang ditunjukkan dari nilai indeks pada kolom (4) yang merupakan nilai indeks sebelum dibobot dengan nilai indeks pada kolom (9) yang menggambarkan nilai indeks hasil perhitungan yang telah dibobot. Kriteria pada kolom (5) dan (10) menunjukkan perbedaan, sehingga penggunaan porsi bobot pada SI secara langsung akan merubah nilai ESI dengan tetap menggunakan atau tidak merubah skala dan kriteria yang sudah dikembangkan.

Tabel 5. Simulasi nilai indeks sebelum dan sesudah pembobotan pada option #3 Nomor Nilai Indeks Kepekaan Lingkungan (ESI) Kategori

1 1 Tidak Sensitif

2 1.1 – 2 Kurang Sensitif

3 2.1 – 3 Moderat

4 3.1 – 4 Sensitif

(8)

YDW-WP.2013-02

Proporsi Indeks Sosial Ekonomi dalam Penentuan Indeks Kepekaan Lingkungan

 

YDW‐2013.02 | p.8  

Tanpa Bobot Introduksi Bobot

VI EI SI ESI Kriteria 7 VI (0.3) EI (0.3) SI (0.4) ESIO3 Kriteria 8 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) 5  5  5  125.00  Sangat Sensitif 5.00 5.00 6.67 166.67  Sangat Sensitif 2  3  4  24.00  Moderat  2.00 3.00 5.33 32.00  Sensitif  2  3  5  30.00  Sensitif  2.00 3.00 6.67 40.00  Sensitif  1  2  3  6.00  Kurang Sensitif 1.00 2.00 4.00 8.00  Kurang Sensitif 1  1  1  1.00  Tidak Sensitif  1.00 1.00 1.33 1.33  Kurang Sensitif  1  1  2  2.00  Kurang Sensitif  1.00 1.00 2.67 2.67  Kurang Sensitif  1  1  3  3.00  Kurang Sensitif  1.00 1.00 4.00 4.00  Kurang Sensitif  1  1  4  4.00  Kurang Sensitif 1.00 1.00 5.33 5.33  Kurang Sensitif 1  1  5  5.00  Kurang Sensitif  1.00 1.00 6.67 6.67  Kurang Sensitif  2  2  1  4.00  Kurang Sensitif  2.00 2.00 1.33 5.33  Kurang Sensitif  2  2  2  8.00  Kurang Sensitif  2.00 2.00 2.67 10.67  Moderat  2  2  3  12.00  Moderat 2.00 2.00 4.00 16.00  Moderat  2  2  4  16.00  Moderat  2.00 2.00 5.33 21.33  Moderat  2  2  5  20.00  Moderat  2.00 2.00 6.67 26.67  Moderat  3  3  1  9.00  Moderat  3.00 3.00 1.33 12.00  Moderat  3  3  2  18.00  Moderat 3.00 3.00 2.67 24.00  Moderat  3  3  3  27.00  Moderat  3.00 3.00 4.00 36.00  Sensitif  3  3  4  36.00  Sensitif  3.00 3.00 5.33 48.00  Sensitif  3  3  5  45.00  Sensitif 3.00 3.00 6.67 60.00  Sensitif 

Sumber: Hasil simulasi (Februari, 2013).

Setelah dilakukan simulasi terhadap pembobotan berdasarkan porsi kerentanan sosial ekonomi yang diberikanan porsi lebih besar, maka terdapat justifikasi kriteria sensitifitas untuk opsi 2 dan 3, sehingga disarankan untuk memilih satu diantara dua opsi tersebut. Namun demikian, dikarenakan metodologi ESI yang selama ini dikembangkan menganut pendekatan distribusi seimbang antar komponen pembentuk ESI, maka opsi 3 akan lebih tepat digunakan sebagai opsi terbaik.

PENUTUP

Penetapan kepekaan suatu wilayah dengan menggunakan pendekatan ESI sangat diperlukan agar manajemen dapat memberikan prioritas utama bagi penanggulangan/mitigasi suatu area bilamana terjadi tumpahan minyak. Penempatan indeks sosial-ekonomi dengan porsi yang lebih besar dibandingkan dengan indeks kerentanan dan indeks ekologi didasarkan atas dampak akhir dari adanya tumpahan yang pada gilirannya bermuara pada kerugian sosial-ekonomi-ekologi.

      

7 Kriteria dan skala sesuai dengan Tabel 1.

8 Sesuai dengan kriteria dan skala pada Tabel 1, kecuali untuk kriteria sangat sensitif dinyatakan bilamana hasil perhitungan nilai ESI nya lebih dari 64.

(9)

 

YDW‐2013.02 | p.9  

BAHAN BACAAN

PKSPL-IPB. 1998. Indeks Kepekaan Lingkungan Selat Bali. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan Institut Pertanian Bogor.

http://webra.cas.sc.edu/hvri/products/sovi.aspx http://www.jedc.org/forms/Vulnerability%20Index.pdf http://www.natureserve.org/prodServices/climatechange/ccvi.jsp http://www.fao.org/sd/EIdirect/EIre0049.htm http://www.vulnerabilityindex.net/ http://www.geog.ox.ac.uk/news/events/ccamts/appendix06.pdf http://www.natureserve.org/prodServices/climatechange/pdfs/Guidelines_NatureServeCli mateChangeVulnerabilityIndex_r2.1_Apr2011.pdf

Gambar

Tabel 2.  Simulasi nilai indeks sebelum dan sesudah pembobotan pada option #1-1
Tabel 4.  Simulasi nilai indeks sebelum dan sesudah pembobotan pada option #2
Tabel 5 berikut adalah hasil simulasi perhitungan nilai indeks sebelum dibobot dengan  perhitungan nilai indeks setelah dibobot yang ditunjukkan dari nilai indeks pada kolom (4)  yang merupakan nilai indeks sebelum dibobot dengan nilai indeks pada kolom (9

Referensi

Dokumen terkait

Laporan Keuangan Balai Riset dan Standardisasi Industri Samarinda terdiri dari : Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Operasional, Laporan Perubahan

komunikasi yang internsif untuk meningkatkan pengertian antara developer dengan pengguna. Memahami kebutuhan konsumen, end-user

Bila hal ini ingin lebih dicermati, sebenarnya dapat dilakukan estimasi yang lebih cermat dengan melakukan pendekatan dengan perhitungan statistik untuk pengujian dengan

Metode penciptaan menurut Gustami (2007 : 329 ) terdapat tiga tahapan yaitu tahap eksplorasi, tahap perangcangan, dan tahap perwujudan. 1) Tahap Eksplorasi, yaitu

Bertolak pada urgensi pendidikan di atas, pembelajaran merupakan hal yang vital dalam mencapai tujuan pendidikan nasional. Pembelajaran yang optimal tidak bisa dilepaskan dari

Pencegahan dan penanganan krisis kemanusiaan yang dialami etnis Rohingya ini sepenuhnya berada di bawah kedaulatan Myanmar, sedangkan Thailand dalam hal ini

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Studi Karakteristik

Masalah penjualan sebagai salah satu sumber pendapatan perusahaan perlu mendapatkan perhatian besar. Perusahaan harus mendapatkan kepastian tentang penerimaan hasil