• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kejadian Timbulnya Dermatitis Kontak Pada Petugas Kebersihan. Contact DermatitisEventsDue toworkonhygiene Personnel

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kejadian Timbulnya Dermatitis Kontak Pada Petugas Kebersihan. Contact DermatitisEventsDue toworkonhygiene Personnel"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Kejadian Timbulnya Dermatitis Kontak Pada Petugas Kebersihan

Singgih Suhan Nanto

Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung

Abstrak

Dermatitis adalah suatu peradangan kulit yang terjadi sebagai adanya respon tubuh terhadap faktor eksogen dan atau faktor endogen, sehingga nantinya akan menimbulkan suatu keadaan klinis yaitu berupa timbulnya efloresensi yang polimorfik berupa eritema, edema, papul, vesikel, skuama, likenifikasi dan disertai keluhan gatal yang terjadi pada bagian kulit dermis dan epidermis. Tanda–tanda tersebut dapat timbul secara bersamaan ataupun dapat timbul sendiri– sendiri.Dermatitis kontak sendiri dapat terjadi dan diakibatkan oleh suatu pekerjaan, ini biasanya disebut dengan dermatitis kontak akibat kerja (DKAK), DKAKsendiri biasanya banyak terjadi di tangan dan kaki dari pekerja.Hal ini banyak diakibatkan oleh karena kurangnya kesadaran mengenai personal hygiene dan tidak dilengkapinya alat pelindung diri sewaktu melaksanakan pekerjaannya. Angka insiden untuk dermatitis kontak akibat kerja itu sendiri bervariasi antara 2% - 10%. Diperkirakan sebanyak 5% - 7% penderita dermatitis akan berkembang menjadi kronik dan 2% - 4% di antaranya sulit untuk disembuhkan dengan pengobatan topical.

Kata kunci:Dermatitis, Dermatitis Kontak Akibat Kerja, Alat Pelindung Diri (APD), dan Personal Hygiene.

Contact DermatitisEventsDue toWorkOnHygiene Personnel

Abstract

Dermatitis is an inflammation of the skin that occurs as the body's response to exogenous factors or endogenous factors, so that will lead to a clinical state in the form of onset efloresensi polymorphic erythema, edema, papules, vesicles, scaling, lichenification and accompanied by complaints of itching that occurs on the skin dermis and epidermis. Such signs can occur simultaneously or may occur singly. Contact dermatitis may occur alone and is caused by a job, is usually called the Occupational contact dermatitis (DKAK), DKAK itself is usually a lot going on in the hands and legs of workers. This is because due to lack of awareness of personal hygiene and does not include its personal protective equipment when carrying out his job. Incidence of occupational contact dermatitis itself varies between 2% - 10%. It is estimated that as much as 5% - 7% of patients will develop chronic dermatitis and 2% - 4% of which are difficult to treat with topical treatment.

Keywords:Dermatitis , Occupational Contact Dermatitis, Personal Protective Equipment ( PPE ) , and Personal Hygiene. Korespondensi:Singgih Suhan Nanto, Jl. Budi Utomo 2 no 11 Ganjar Asri Metro Barat, HP 082371227791,

singgihsuhan.anto@gmail.com

Pendahuluan

Dermatitis kontak merupakan suatu reaksi inflamasi akut atau kronis dari suatu zat yang bersentuhan dengan kulit. Dibagi menjadi dua jenis dermatitis kontakyaitu, dermatitis kontak iritan (DKI) disebabkan oleh iritasi kimia, dan dermatitis kontak alergi (DKA) disebabkan oleh antigen atau alergen.

Keduanya memunculkan reaksi

hipersensitivitas tipe IV, yaitu cell-mediated atau tipe lambat. Karena DKI bersifat toksik, maka reaksi inflamasi hanya terbatas pada daerah paparan, batasnya tegas dan tidak pernah menyebar. Sedangkan DKA merupakan reaksi imun yang cenderung melibatkan kulit di sekitarnya atau spreading phenomenon dan bahkan dapat menyebar di luar area

yangterkena. Pada DKA dapat terjadi

penyebaran yang menyeluruh.1

Menurut Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit Indonesia (Perdoski) 2009, sekitar 90% penyakit kulit akibat kerja merupakan dermatitis kontak, baik iritan maupun alergik.2

Penyakit kulit akibat kerja dapat berupa dermatitis dan urtikaria. Dermatitis kontak merupakan 50% dari semua penyakit akibat kerja, terbanyak bersifat nonalergi atau iritan.1

Dermatitis kontak akibat kerja

merupakan salah satu kelainan kulit yang sering dijumpai.Kelainan kulit ini dapat ditemukan sekitar 85% sampai 98% dari seluruh penyakit kulit akibat kerja. Insiden dermatitis kontak akibat kerja diperkirakan sebanyak 0,5 sampai 0,7 kasus per 1000 pekerja per tahun. Dermatitis kontak akibat kerja biasanya terjadi di tangan dan angka insiden untuk dermatitis bervariasi antara 2% sampai 10%.Perlu dicatat bahwa 80% dari

(2)

Occupational Contact Dermatitis adalah iritan

dan 20% alergi. Namun, data terakhir dari Inggris dan Amerika Serikat menunjukkan bahwa persentase dermatitis kontak akibat kerja karena alergi mungkin jauh lebih tinggi, berkisar antara 50 dan 60 persen, sehingga meningkatkan dampak ekonomi dari kerja DKA.3,4

Besarnya insidensi penyakit kulit akibat kerja yang merupakan dermatitis kontak sebesar 92,5%, sekitar 5,4% karena infeksi kulit dan 2,1% penyakit kulit karena sebab lain. Pada

studi epidemiologi, diIndonesia

memperlihatkan bahwa 97% dari 389 kasus adalah dermatitis kontak, dimana 66,3% diantaranya adalah dermatitis kontak iritan dan 33,7% adalah dermatitis kontak alergi.5 Pada wilayah Lampung sendiri, didapatkan data prevalensi pekerja terkenanya dermatitis kontak sekitar 63%, ini didapat menurut

survailence tahunan yang dilakukan oleh dinas

kesehatan provinsi Lampung pada tahun 2012 dan menjadi peringkat pertama penyakit kulit yang paling sering dialami.6

Dalam praktek klinis, banyak bahan kimia dapat bertindak baik sebagai iritan maupunalergen. DKA adalah salah satu

masalah dermatologi yang cukup

sering,menjengkelkan, dan menghabiskan

biaya. Perlu dicatat bahwa 80% dari

dermatitiskontak akibat kerja atau

Occupational Contact Dermatitis adalah iritan

dan 20% adalah alergi, dan dilaporkan bahwa insiden dermatitis kontak okupasi berkisar antara 5hingga 9 kasus tiap 10.000 karyawan full-time tiap tahunnya.7

Dermatitis itu sendiri adalah suatu peradangan kulit yang terjadi sebagai adanya respon tubuh terhadap faktor eksogen dan atau faktor endogen, sehingga nantinya akan menimbulkan suatu keadaan klinis yaitu berupa timbulnya efloresensi yang polimorfik berupa eritema, edema, papul, vesikel, skuama, likenifikasi dan disertai keluhan gatal yang terjadi pada bagian kulit dermis dan epidermis.8

Dermatitis kontak itu sendiri dapat diakibatkan karena beberapa faktor. Studi data yang diambil di California terdapat lebih dari 13.000 jenis pestisida dimana mengandung lebih dari 800 bahan aktif.3 Insiden tertinggi dermatitis kontak akibat kerja terkait dengan pestisida terdapat pada selokan - selokan. Bahan-bahan lainnya yang dapat menyebabkan

terjadinya dermatitis kontak yaitu seperti emulsifier, surfaktan, ataupun biosida.Contoh bahan iritan yang banyak ditemukan dan mengakibatkan dermatitis kontak akibat kerja pada pekerja selokan dan tukang sapu jalan adalah sabun dan deterjen, pestisida, debu, kotoran, keringat, desinfektan, petroleum, pupuk buatan,dan sejenisnya. Sedangkan bahan allergen yang dapat menyebabkan dermatitis kontak akibat kerja pada pekerja selokan dan tukang sapu adalah bahan-bahan yang terbuat dari karet, yaitu sarung tangan, sepatu bot, Potassium dichromate, yaitu alat-alat pertanian, preservatives pada pupuk buatan, pestisida, antimikrobial, cow dander, serbuk gandum, tepung terigu, dan storage

myte, molds.3 Isi

Dermatitis kontak adalah suatu inflamasi pada kulit yang dapat disertai dengan adanya edema interseluler pada epidermis karena kulit berinteraksi dengan bahan-bahan kimia yang

berkontak dengan kulit. Berdasarkan

penyebabnya, dermatitis kontak ini dibagi menjadi dua, yaitu dermatitis kontak alergi dan dermatitis kontak iritan.9

Adapun Dermatitis kontak alergi adalah hipersensitivitas tipe lambat, hasil dari kontak kulit dengan alergen yang spesifik pada orang-orang yang mempunyai sensitivitas yang tinggi terhadap alergen tersebut.10 Penyebab sendiri adalah bahan kimia sederhana dengan berat molekul umumnya rendah , yaitu <1000 dalton, merupakan alergen yang belum diproses, disebut hapten, bersifat lipofilik, sangat reaktif, dapat menembus stratum korneum sehingga mencapai sel epidermis dibawahnya, yaitu sel hidup.

Reaksi alergi ini menyebabkan inflamasi pada kulit yang bermanifestasi eritema,

edema, dan vesikel. Hal ini dapat

dipengaruhioleh potensi sensitisasi alergen, dosis per unit area, luas daerah yang terkena, lama pajanan, oklusi, suhu dan kelembapan lingkungan, vehikulum, dan pH. Juga faktor individu, misalnya keadaan kulit pada lokasi kontak, dan status imunologik misalnya sedang menderita sakit, terpajan sinar matahari.11

Adapun lokasi lainnya adalah lengan jika tidak tertutupi dan pada wajah serta leher apabila terpapar dengan debu atau fumes. Alergik terhadap karet dapat menyebabkan dermatitis. Beberapa pekerja mengalami

(3)

proses adaptasi terhadap alergen dan iritan. DKAK dapat terjadi kapan saja, tetapi mengalami puncak setelah lama bekerja.12

Untuk dermatitis kontak alergi ini sendiri

daridata didapatkan banyak

menyerangpekerjakhususnya para pekerja

yang berkontak langsung dengan faktor

penyebabnya,diantaranya seperti pekerja

industri tekstil, doktergigi, pekerja konstruksi, elektronik, industri lukisan, rambut, industri sektormakanan dan logam, industri produk pembersih dan para pekerja kebersihan.13,14

Sedangkan Dermatitis kontak iritan (DKI)

merupakan reaksi peradangan kulit

nonimunologik, dengan patofisiologi yang kompleks dan kerusakan kulit terjadi langsung tanpa didahului proses sensitisasi. Dermatitis kontak iritan sangat berbeda dengan dermatitis kontak alergi dari proses terjadinya yaitu dimana bahan iritan atau toksin merusak membrane lemak keratinosit, tetapi sebagian dapat menembus membran sel dan merusak lisosom, mitokondria, atau komponen inti. Kerusakan membran akan mengaktifkan enzim fosfolipase yang akan merubah fosfolipid menjadi asam arakhidonat (AA), diasilgliserida (DAG), platelet activating factor (PAF), dan

inositida (IP3). AA diubah menjadi

prostaglandin (PG) dan leukotrin (LT). PG dan LT menginduksi vasodilatasi dan meningkatkan

permeabilitas vaskular sehingga

mempermudah transudasi komplemen dan kinin. PG dan LT juga bertindak sebagai kemoatraktan kuat untuk limfosit dan

neutrofil, serta mengaktivasi sel mast

melepaskan histamin, PG dan LT lain, sehingga

memperkuat perubahan vaskular.11

Adapun faktor yang dapat menyebabkan hal tersebut adalah bahan-bahan iritan seperti, minyak, alcohol, glycol, sodium hidroksida dan asam hidroflurat yang merupakan asam kuat dengan konsentrasi 100%. Selain faktor di atas, banyak faktor yang menimbulkan kelainan kulit pada dermatitis kontak iritan, seperti faktor individumisalnya, ras, usia, lokasi, atopi, penyakit kulit lain, faktor lingkungan misalnya, suhu, kelembaban, udara, oklusi.15

Dermatitis kontak iritan memiliki

manifestasi klinis yang dapat dibagi

dalambeberapa kategori, berdasarkan bahan iritan dan pola paparan. Setidaknya ada 10tipe klinis dari dermatitis kontak iritan, yaitu : 1. Reaksi iritasiyang muncul sebagai reaksi

monomorfik akut yang meliputi bersisik,

eritema derajat rendah, vesikel, atau erosi dan selalu berlokasi di punggung tangan dan jari.

2. Reaksi dermatitis kontak iritan

akutbiasanya timbul akibat paparan bahan kimia asam atau basa kuat, atau paparan singkat serial bahan kimia, atau kontak fisik.

3. Reaksi Iritasi akut tertunda merupakan reaksi akut tanpa tanda yang terlihat akibat reaksi inflamasi hingga 8 sampai 24 jam. Setelah gejala klinis timbul, maka

tampilan klinisnya sama dengan

dermatitis kontak iritan akut.

4. Reaksi dermatitis kontak iritan kronik kumulatif Jenis ini akibat adanya paparan berulang pada kulit, dimana bahan kimia yang terpapar sering lebih dari satu jenis dan bersifat lemah karena dengan paparan tunggal tidak akan mampu timbulkan dermatitis iritan. Bahan iritan ini biasanya berupa sabun, deterjen, surfaktan, pelarut organik dan minyak.

5. Reaksi Iritasi subyektif pasien biasanya mengeluh gatal, pedih, seperti terbakar, atau perih pada hitungan menit setelah kontak dengan bahan iritan, tetapi tanpa terlihat perubahan pada kulit.

6. Reaksi Iritasi noneritematosus gejala

yang sering timbul meliputi rasa terbakar, gatal, dan pedih.

7. Reaksi Dermatitis gesekan.Tipe ini

biasanya menimbulkan kulit kering, hiperkeratotik pada kulit yang terabrasi, dan membuat kulit lebih rentan terhadap terjadinya iritasi.

8. Reaksi traumatik dapat timbul setelah

trauma akut kulit seperti terbakar atau laserasi dan paling sering timbul pada tangan, serta dapat bertahan 6 minggu atau lebih. Proses pembengkakan pada dermatitis jenis ini memanjang dan eritema, bersisik, papul atau vesikel dapat timbul.

9. Reaksi pustular atau acneiformsering

tampak setelah terpapar bahan kimia saat bekerja, seperti minyak, tar, logam berat, dan halogen, serta dapat pula setelah penggunaan kosmetik.

10. Reaksi Exsiccation eczematid, gambaran klinis yang menjadi karakteristik adalah gatal, kulit kering, dan ichtyosiform bersisik.16

(4)

Disisi lain tenaga kerja itu sendiri merupakan sesuatu kriteria seseorang yang sudah, sedang mencari, serta yang sedang melaksanakan pekerjaan didalam dirinya. Dalam hal ini, pekerja dapat terkena dermatitis kontak itu diakibatkan karena penggunaan alat pelindung diri sewaktu bekerja yang minim dan personal hygiene yang buruk.17

Alat pelindung diri itu sendiri adalah alat yang digunakan seseorang dalam melakukan pekerjaan dengan maksud melindungi dirinya dari sumber bahaya tertentu, baik yang berasal dari pekerjaan dan lingkungan kerja, yang

berguna dalam usaha mencegah atau

mengurangi kemungkinan cedera atau sakit.18

Sedangkan Personal Hygiene adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi kebutuhan guna mempertahankan kehidupan, kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatan yang layak,baik secara fisik maupun psikologis.19

Beberapa peneltian sebelumnya

mengenai hubungan insidensi terkenanya dermatitis kontak akibat kerja pada pekerja yang berkontak langsung dengan bahan-bahan alergen dan iritan, menunjukkan bahwa dermatitis kontak terjadi dikarenakan tidak maksimalnya penggunaan alat pelindung diri dalam bekerja dan buruknya kebersihan diri atau personal hygiene para pekerja setelah melakukan pekerjaan.

Untuk itu para petugas kebersihan dianjurkan sekali menghindari hal-hal yang dapat menjadi faktor penyebab terjadinya suatu dermatitis kontak, maka ada hal-hal yang harus diperhatikan, yaitu seperti :

1. Menghindari Alergen

Setelah kemungkinan penyebab

masalah dermatologi pasien telah

ditentukan oleh uji tempel, sangat penting untuk menyampaikan informasi ini kepada pasien dengan cara yang mudah dimengerti. Ini melibatkan penjelasan cermat terhadap bahan yang mengandung alergen.20

Namun, untuk beberapa bahan kimia seperti nikel dan kromium logam, penghindaranlangsung setelah sekali sensitisasi tidak selalu menghasilkan perbaikan gejala. Secarakeseluruhan, prognosis untuk alergi akibat kerja ini buruk. Dengan demikian,menghindari alergen yang sudah pernah terpapar

sekaliadalah pencegahan yang

tidakmemadai. Selain itu, menasihati pekerja dengan DKA untukmeninggalkan posisimereka saat ini mungkin bukan saran terbaik, terutama jika perubahan pekerjaan akanmenghasilkan dampak ekonomi yang signifikan buruk.7

2. Induksi Ambang Batas

Pencegahan DKA yang benar terletak pada penentuan ambang batas

untuk induksipenyakit. Berdasarkan

informasi ini, produk dapat dipasarkan

dan tempat kerjadirancang agar

mengandung alergen pada tingkat

bawah ambang batas.7

Ringkasan

Dermatitis kontak adalah suatu

inflamasi pada kulit yang dapat disertai dengan adanya edema interseluler pada epidermis karena kulit berinteraksi dengan bahan-bahan kimia yang berkontak dengan kulit.Berdasarkan penyebabnya, dermatitis kontak ini dibagi menjadi dua, yaitu dermatitis kontak iritan dan dermatitis kontak alergi.

Dermatitis kontak alergi sendiri adalah hipersensitivitas tipe lambat, hasil dari kontak kulit dengan alergen yang spesifik pada orang-orang yang mempunyai sensitivitas yang tinggi terhadap alergen tersebut.Penyebab sendiri adalah bahan kimia sederhana dengan berat molekul umumnya rendah, yaitu <1000 dalton.

Sedangkan Dermatitis kontak iritan (DKI) merupakan reaksi peradangan kulit nonimunologik, dengan patofisiologi yang kompleks dan kerusakan kulit terjadi langsung tanpa didahului proses sensitisasi.

Berdasarkan penelitian, dermatitis

kontak itu sendiri banyak ditemukan pada pekerja, khususnya pada pekerja selokan dan tukang sapu jalan yang langsung berkontak dengan bahan-bahan alergen, iritan tanpa perlindungan diri yang memadai dan tingkat kebersihan diri yang buruk.

Hal ini diperkuat dengan beberapa peneltian sebelumnya mengenai hubungan insidensi terkenanya dermatitis kontak akibat kerja pada pekerja yang berkontak langsung dengan bahan-bahan alergen dan iritan, menunjukkan bahwa dermatitis kontak terjadi dikarenakan tidak maksimalnya penggunaan alat pelindung diri dalam bekerja dan buruknya kebersihan diri para pekerja setelah melakukan pekerjaan.

(5)

Simpulan

Dari hasil penelitian didapatkan

Penggunaan Alat Pelindung Diri yang minimal dan ditambah lagi dengan tingkat personal hygiene yang buruk setelah melakukan suatu

pekerjaan, khususnya pekerjaan yang

langsung berkontak dengan bahan-bahan alergen dan iritan. Ini adalah suatu faktor yang dapat menyebabkan insidensi terkenanya dermatitis kontak saat bekerja pada para pekerja yang langsung berkontak dengan bahan-bahan alergen dan iritan tersebut. Daftar Pustaka

1. Wolff K, Johnson RA. Fitzpatrick’s Color

Atlas and Synopsis of Clinical

Dermatology. Edisi ke-6. New York: The McGraw-Hill Companies; 2009:20-33.

2. Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit

Indonesia. Majalah Ilmiah

Dermato-Venerologica Indonesiana. Maj Ilm

Dermato-Venerologica Indones; 2009. 3. Marks JG, Elsner P, Deleo VA. Contact &

Occupational Dermatology. Edisi ke-7.USA: Mosby Inc; 2002: 0-3.

4. Belsito DV. Allergic Contact Dermatitis. Dalam: Freedberg IM, Eisen AZ, Wolff K, Austen KF, Goldsmith LA, Katz SI, Editor. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. Edisi ke-6. New York: The McGraw-Hill;2003: 1164-79.

5. Hudoyo. Dermatitis Kontak Akibat

Kerja.Edisi ke-4. Jakarta: Raja Grafindo Persada; 2002:70-3.

6. Departemen Kesehatan Republik

Indonesia. Lokakarya Nasional Jaminan

Mutu Pelayanan Kesehatan Dasar.

Jakarta:Depkes; 2012.

7. Belsito DV. Occupational contact

dermatitis: etiology, prevalence and resultant impairment/disability. J Am Acad Dermatol. 2005; 53(1):303.

8. Sularsito SA, Djuanda S. Hubungan Personal Hygiene Terhadap Dermatitis Kontak. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007;4(1): 129–40. 9. Kosasih A, Djuanda A E al. Ilmu Peyakit

Kulit dan Kelamin. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2010: 129-53.

10. Hogan DJ. Allergic Contact Dermatitis [Internet]. Medscape; 2009 [Diperbarui tanggal 26 April 2013; diakses tanggal 9

April 2015]. Tersedia dari

:http://emedicine.medscape.com/article/ 1049216/overview#showall.

11. Dillon BT. Contact Dermatitis [Internet]. [Diakses tanggal 17 november 2012].

Tersedia dari:

http://www.emedicinehealth.com/contac t_dermatitis/page16_em.htm#Authors and Editors.

12. Gawkrodger DJ. Dermatology An

Illustrated Colour Text. Churchill

Livingstone: 2003: 39–117.

13. Maiphetlho L. Allergies in the Workplace: Contact Dermatitis in the Textile Industry. Current Allergy and Clinical Immunology. 2007; 20(1): 28-35.

14. Sanja, Maaike J, Maarten M. Individual Susceptibility to Occupational Contact Dermatitis. Industrial Health. 2009; 47: 469-78.

15. Chowdhury, M. M. U., Maibach HI.

Occupational Skin Disorders.Current

Occupational & Enviromental

Medicine.LaDou J. 2007;4(1): 280–297. 16. Taylor JS, Sood A, Amado A. Irritant

contact dermatitis. Dalam : Fitzpatricks dkk, editor. Dermatology in general medicine. New York: Mc Graw Hill Medical. 2008; 1(7): 395-401.

17. Budiono. Penerapan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia. 2006.

18. Setiawati. Proses pembelajaran dalam pendidikan kesehatan. Jakarta: Tim Dinas Kesehatan Jakarta; 2008: 110-22.

19. Carpenito L. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi ke-10. Jakarta: EGC; 2007.

20. Holgate S, Church MK, Lichtenstein LM. Allergy. Edisi ke-3. Philadelphia: Mosby Elsevier; 2006: 118-27.

(6)

Referensi

Dokumen terkait

Hasil interpretasi citra landsat, struktur sesar memperlihatkan pola yang berarah timur laut - barat daya yang diwakili oleh Sesar Cimandiri, barat laut – tenggara yang

Penentuan beda tinggi dari setiap detil dilakukan secara trigonometris, dimana pengukuran beda tinggi dengan cara trigonometris adalah suatu proses penentuan beda

Hasil utama dari pengolahan data GPS dengan menggunakan GAMIT adalah solusi kendala minimum estimasi parameter dan matriks kovariansinya yang kemudian data

Kontroler SDRE ini akan diterapkan pada plant nonlinier berorde enam yaitu Two Stage Inverted Pendulum (TSIP) yang merupakan pengembangan dari sistem pendulum

Chrismastianto (2017) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis SWOT Implementasi Teknologi Finansial terhadap Kualitas Layanan Perbankan di Indonesia” mendaptkan suatu

Nilai-nilai pendidikan Agama Hindu yang terkandung dalam cerita Ratnakara yaitu : 1) nilai pendidikan etika, yakni ketika Ratnakara tidak mempunyai rasa welas asih terhadap

Kemudian dengan sistem kerja dari modular servo yang telah dibuat seharusnya output akan menghasilkan sudut yang sama sampai output mendekati sudut yang sama pada input1. 4.1

diramalkan dengan komponen penyusunnya, tiga NTP lainnya bagus diramalkan dengan seriesnya sendiri... 11/01/2012 Seminar Hasil Thesis 29.. Kesimpulan