• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI PELAKSANAAN KURIKULUM KELAS INDUSTRI DI SMK MUHAMMADIYAH 1 KEPANJEN KABUPATEN MALANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IMPLEMENTASI PELAKSANAAN KURIKULUM KELAS INDUSTRI DI SMK MUHAMMADIYAH 1 KEPANJEN KABUPATEN MALANG"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI PELAKSANAAN KURIKULUM KELAS INDUSTRI DI

SMK MUHAMMADIYAH 1 KEPANJEN KABUPATEN MALANG

Oleh:

Daru Eko Wicaksono, Yoto, dan Basuki

Prodi S1 Pendidikan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Malang Jl. Semarang No 5 Malang

wicakdaru@gmail.com; yoto.1718@yahoo.com; basuki1811@gmail.com

Abstrak. Upaya untuk meningkatkan mutu pendikan di Sekolah Menengah Kejuruan tentu

menjadi sebuah kewajiban agar kualitas peserta didik semakin baik. Upaya yang dilakukan dengan membuat kurikulum yang mampu menjawab kebutuhan dunia kerja. Oleh karena itu untuk membuat kurikulum diharuskan bagi sekolah untuk melakukan kerjasama dengan pihak industri untuk membentuk kelas industri sebagai upaya meningkatkan mutu pendidikan kejuruhan. SMK Muhamadiya1Kepanjen dalam pelaksanaan kelas industri bekerja sama dengan Toyota Astra Motor. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui: (1) persiapan sekolah dan industri dalam menyelenggarakan kelas industri, (2) pelaksanaan kelas industri, (3) evaluasi pelaksanaan kurikulum, dan (4) faktor pendukung dan penghambat implementasi pelaksanaan kurikulum kelas industri (Toyota Astra) di SMK Muhammadiyah 1 Kepanjen Malang. Jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Data dihimpun menggunakan teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan pelaksanaan kurikulum kelas industri di SMK Muhammadiyah 1 Kepanjen dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan , dan sikap kerja yang sangat baik guna menghadapi dunia kerja. Dengan kelas industri Lulusan SMK Muhammadiyah Kepanjen lulusannya mendapatkan sertifikat keahlian dari Toyota Astra dan lulusannya dapat langsung terserap di industri.

Kata kunci: kurikulum kels industri, sekolah menengah kejuruan, pihak industri

Pendidikan menengah kejuruan tidak bisa lepas dari konteks kehidupan saat ini dan antisipasi konteks masa depan yang dinamis dan berkembang secara sistematik sesuai dengan perkembangan jaman. Inovasi dan pengembangan kualitas pendidikan kejuruan harus kontekstual dan antisipatif terhadap perubahan-perubahan yang terjadi agar memiliki kualitas yang tinggi. Mengarahkan perubahan menuju pemenuhan-pemenuhan kebutuhan masyarakat, perkuatan peradaban bangsa, lahirnya masyarakat yang terpelajar, berbudaya kerja, disiplin, terampil dan tekun (Sudira, 2009:1).

Kurikulum dan pendidikan merupakan dua konsep yang harus dipahami terlebih dahulu sebelum membahas mengenai ngembangan kurikulum. Sebab, dengan

pe-mahaman yang jelas atas kedua konsep ter-sebut diharapkan para pengelola pendidikan, terutama pelaksana kurikulum, mampu me-laksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya. Teori merupakan suatu perangkat pernya-taan yang bertalian satu sama lain, yang disusun sedemikian rupa sehingga memberi-kan makna yang fungsional terhadap serang-kaian kejadian. Perangkat pernyataan terse-but dirumuskan dalam bentuk definisi des-kriptif atau fungsional, suatu konstruksi fungsional, asumsi-asumsi, hipotesis, gene-ralisasi, hukum, atau term-term. Isi rumus-an-rumusan tersebut ditentukan oleh lingkup dari rentetan kejadian dicakup, jumlah pengetahuan empiris yang ada, dan tingkat keluasan dan kedalaman teori dan penelitian di sekitar kejadian-kejadian tersebut.

(2)

Meningkatkan mutu dan kualias peserta didik tidak cukup dilakukan dengan penambahan fasilitas pendidikan secara kuantitatif saja, tetapi harus diikuti dengan peningkatan komponen secara kualitatif. Hal ini memperlihatkan bahwa dalam hal pemerataan kualitas pendidikan yang ber-mutu harus diiringi dengan peningkatan komponen-komponen yang mempengaruhi dalam proses pendidikan, termasuk juga pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Sutrisno (2006).

Salah satu yang menjadi agenda utama dalam pembangunan perkembangan pendi-dikan adalah perkembangan mutu dan kuali-tas dari kurikulum. Hal itu menjadi dasar dari pencapaian lulusan yang bermutu dan memiliki daya saing serta mencapai lingkup nasional bahkan internasional. Hal ini juga dilandaskan pada Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 mengenai ketentuan minim-um bagi satuan pendidikan formal agar dapat memenuhi mutu pendidikan yang dikehendaki. Print (1992) mengutarakan pendapatnya mengenai pembenahan mutu kurikulum yakni “the very substance of schooling and the raison d’etre for teachers in schools”. Hal ini mengandung makna bahwa jika mutu suatu pendidikan ingin ditingkatkan, maka perlu pembenahan mutu terlebih dahulu yakni kurikulumnya.

Sejatinya pendidikan kejuruan meru-pakan program yang strategis dalam hal menyediakan tenaga kerja tingkat mene-ngah. Namun, program ini kurang memberi-kan daya tarik untuk siswa maupun orang tua siswa secara keseluruhan (Djojonegoro, 1997). Hal ini diperkuat dengan kecende-rungan peserta didik yang memiliki prestasi dalam bidang akademiknya tidak memilih pendidikan kejuruan untuk menunjang pen-didikannya, melainkan memilih pendidikan

formal yang akan mendukung dalam keber-lanjutan di pendidikan tinggi. Guna mening-katkan daya tarik dan minat masyarakat untuk memilih pendidikan kejuruan, perlu dilakukan tindakan konkrit dan tepat guna. Umumnya, hal yang lumrah dilakukan yakni melalui media promosi (pamflet, iklan, dan lain sebagainya). Namun hal tersebut belum efektif untuk menciptakan ketertarikan peserta didik akan pendidikan kejuruan. Tentunya dibuktikan dengan pendidikan yang bermutu dan berdaya guna.

Pendidikan pada SMK mengacu pada kurikulum yang disusun dan harus diper-hatikan 4 aspek penting, yaitu: (1) desain kurikulum mengacu pada disiplin ilmu, (2) desain kurikulum berorientasi pada masya-rakat, (3) desain kurikulum berorientasi ke-pada peserta didik, dan (4) desain kurikulum berorientasi pada teknologi (Sanjaya, 2008). Sedangkan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1999) memaparkan bahwa da-lam penyusanan dan pengembangan kuriku-lum, menganut prinsip-prinsip sebagai berikut: (1) berbasis luas, kuat dan mendasar (Broad Based Curriculum, BBC); (2) ber-basis kompetensi (Competency Based Curri-culum); (3) pembelajaran tuntas (Mastery Learning); dan (4) berbasis ganda (Dual Based Program), yaitu: dilaksanakan di se-kolah dan dunia usaha/industri; dan (5) per-kuatan kemampuan daya saing dan keman-dirian pengembangan diri tamatan. Perlunya penentuan prinsip dan panyamaan standar dalam menyusun, merancang, dan mengem-bangkan kurikulum pendidikan kejuruan. Peninjauan bagian-bagian yang perlu dan penting diterapkan dalam kurikulum dengan cara meminimalisir hal yang kurang penting serta menambahkan komponen yang penting dan belum ada untuk memenuhi target

(3)

kurikulum yang bermutu dan menghasilkan luaran yang berdaya saing dan bermutu.

Pemilihan SMK Muhammadiyah 1 Kepanjen sebagai tempat dilaksanakannya penelitian karena SMK Muhammdiyah 1 Kepanjen merupakan salah satu sekolah menengah kejuruan yang telah menerapkan kerjasama kurikulum dengan pihak industry dan telah mendapatkan akreditasi A dari pemerintah. Hal ini dibuktikan dengan telah dilaksanakannya program kelas kerja sama antara sekolah dan industri yakni pada program keahlian Teknik Kendaraan Ringan (TKR) yang bekerja sama dengan pihak Toyota Astra dan telah berlangsung pada tahun 2009. Selain itu, SMK Muhammadi-yah 1 Kepanejn juga telah melaksanakan kerja sama dalam program keahlian Teknik Sepeda Motor (TSM) Honda dan baru diresmikan tahun 2014. Program kerja sama antara SMK Muhammdiyah 1 Kepanjen dengan pihak Toyota Astra meliputi penye-larasan Kurikulum TKR (Teknik Kendaraan Ringan), dukungan fasilitas pengajaran/ praktik, dukungan pelatihan guru dan siswa, penyerapan tenaga kerja, kunjungan indus-tri, dan praktik kerja industri. Oleh karena itu, SMK Muhammdiyah 1 Kepanjen Kabu-paten Malang dipilih sebagai tempat pene-litian guna mengetahui proses penyusunan Implementasi kurikulum dan sinkronisasi kurikulum khususnya pada program keah-lian Teknik Kendaraan Ringan (TKR). METODE

Penelitian ini menggunakan pende-katan kualitatif. Pendepende-katan ini dipilih kare-na peneliti ingin memahami fenomekare-na dari sudut pandang partisipan atau subjek pene-litian tentang partisipan dalam implementasi

pelaksanaan kurikulum kelas industri di SMK Muhammdiyah 1 Kepanjen Malang. Pendekatan kualitatif dalam penelitian ini digunakan dengan beberapa pertimbangan sebagai berikut: (1) Kejelasan unsur yaitu subyek penelitiannya yaitu siswa SMK kelas industri di SMK Muhammdiyah 1 Kepanjen Malang, dan (2) Pengumpulan data dilaku-kan sendiri oleh peneliti. karena peneliti sebagai Human Instrumen yang mengum-pulkan data dari wawancara dan dokumen kurikulum kelas industri.

Sedangkan jenis penelitian yang dipilih pada penelitian ini adalah penelitian studi kasus. Syaodih (2015:99) mengung-kapkan bahwa penelitian kualitatif menggu-nakan desain penelitian studi kasus dalam arti penelitian difokuskan pada satu feno-mena saja yang dipilih dan ingin dipahami secara mendalam, dengan mengabaikan fenomena-fenomena lainnya. Hal ini di-karenakan peneliti ingin mencoba meng-identifikasi dan memahami implementasi kurikulum di kelas industri dalam proses pembelajaran. Obyek penelitian adalah SMK Muhammdiyah 1 Kepanjen Kabupaten Malang. Pemilihan tempat ini berdasarkan pelaksanaan kelas kerja sama program TKR (Teknik Kendaraan Ringan) SMK Muham-mdiyah 1 Kepanjen Kabupaten Malang dengan Astra Toyota (Auto 2000).

Informan untuk memperoleh sumber data dalam penelitian ini adalah manusia sebagai subjek, dan dibantu dengan adanya dokumen-dokumen tambahan yang meleng-kapi seperti video, foto, catatan rapat, atau melalui MoU (Memorandum of Under-standing). Selanjutnya pihak industri menyi-apkan kurikulum yang ditermenyi-apkan di seko-lah, yaitu Kurikulum “Toyota Astra”.

(4)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Persiapan Sekolah dan Industri dalam Penyusunan Kurikulum Kelas Industri di SMK Muhammadiyah 1 Kepanjen Kabu-paten Malang

Berdasarkan paparan data terkait per-siapan sekolah dalam penyusunan kuriku-lum kelas industri diawali dengan dilakukan kesepakatan bersama antara sekolah dan pihak industri melalui MoU (Memorandum of Understanding), kemudian pihak industri menyiapkan kurikulum yang diterapkan disekolah. Melalui sinkronisasi Kurikulum dari industri dan sekolah terlebih dahulu guna penyelarasan antara kedua kurikulum tersebut, yanng nantinya diterapkan di kelas industri/kelas Astra-Toyota.

Pelaksanaan Kurikulum Kelas Industri di SMK Muhammadiyah 1 Kepanjen Kabu-paten Malang

Pihak yang berperan dalam penyu-sunan kurikulum kelas industri, adalah (1) Wakil kepala sekolah bidang kurikulum, (2)

guru Produktif Teknik Kendaraan Ringan (TKR), (3) kepala bengkel, (4) kepala pro-gram studi/ketua propro-gram keahlian, dan (5) pihak Industri (Astra Toyota Auto 2000). Teknis pelaksanaan implementasi kurikulum menunjukkan bahwa: (1) Adanya sosialisasi dan seleksi terhadap siswa yang ingin masuk di kelas industri/astra, (2) Kurikulum kelas industri sangat mengedepanan sinergitas dan dilakukan upaya-upaya teknis dengan mem-berikan pelatihan kepada guru materi di kelas industri agar kurikulum industri dapat dilakukan dengan maksimal. Sistem pelak-sanaan kelas industri ini dilaksanakan pada kelas XI dan XII di SMK Muhammadiyah 1 secara bergantian dan berdurasi dua sampai empat bulan untuk kelas XI karena adanya praktek kerja lapangan (PKL). Meskipun sistem kurikulumnya merupakan gabungan dengan industri tetapi dalam pelaksanaannya masih tetap mempunyai kewajiban untuk mengikuti ketentuan nasional seperti ujian nasional untuk kelas XII.

(5)

Gambar 2 Sistem Pelaksanaan Kurikulum Kelas Industri

Evaluasi Kurikulum Kelas Industri di SMK Muhaamdiyah 1 Kepanjen Kabu-paten Malang

Rentang waktu pelaksanaan evaluasi kurikulum kelas industri dilakukan oleh pi-hak sekolah bersama pipi-hak industri setiap enam bulan sampai satu tahun sekali. Hal ini dikarenakan sesuai temuan dilapangan me-nunjukkan bahwa proses evaluasi kurikulum dilakukan setelah siswa melakukan ujian semester dan ujian akhir sehingga dapat me-ngetahui bagaimana kualitas siswa setelah menggunakan kurikulum kelas industri. Ba-han evaluasi dan poin-poin evaluasi dalam kurikulum kelas industry yang telah ditetap-kan oleh wakil kepala sekolah bidang kuri-kulum, dibahas beberapa poin-poin yakni: (1) sarana dan prasarana, (2) guru (pendi-dik), (3) buku pendukung, dan (4) siswa

(peserta didik). Dari temuan dilapangan menunjukan bahwa poin poin yag menjadi acuan evaluasi ternyata tidak hanya memen-tingkan penerapan materi, tetapi lebih diuta-makan pada sikap dan keterampilan yang mana penilaian atau evalusi tersebut dilaku-kan selama proses pelaksanaan kurikulum dikelas industri. Teknik evaluasi pelaksana-an kurikulum kelas industri spelaksana-angat bergpelaksana-an- bergan-tung kepada pihak sekolah dan indstri. Teknik yang dilakukan bisa dengan cara uji Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) dan uji kompetensi keahlian, melihat kemampuan siswa dalam penguasaan materi dan melihat kemampuan suatu skill siswa sebagai salah satu cara untuk mengetahui seberapa efektif kurikulum di kelas industri ini memberikan manfaat kepada siswa. Dari tahap tindak lanjut dari hasil evaluasi ini tentunya kurikulum yang disusun oleh pihak sekolah

(6)

dan industri mampu menjawab setiap tan-tangan dan perkembangan zaman dengan cara terus bersinergi dari pihak sekolah dan pihak industri agar kelas industri bisa dilak-sanakan dengan baik berdasar kurikulum industri yang ditetapkan bersama.

Faktor Pendukung dan Penghambat Ku-rikulum Kelas Industri di SMK Muham-mdiyah 1 Kepanjen Kabupaten Malang

Faktor pendukung dalam pelaksanaan kurikulum kelas industri yang paling men-dudukung kelas industri ini adalah baiknya prasarana-sarana yang tersedia dan kualitas guru yang baik. Hal ini dikarenakan prasara-na yang baik tersebut diperoleh dari kerja

sama dengan pihak industri dan guru kelas industri juga diberikan pelatihan sehingga kualitasnya sangat baik sesuai kebutuhan untuk kelas indusrti. Sedangkan faktor peng-hambat dalam pelaksanaan kurikulum kelas industri lebih kepada faktor kuantitas sara-na-prasarana, sikap, dan karakter siswa se-hingga kelas industri belum berjalan mak-simal.

Faktor biaya juga menjadi pengaham-bat dalam pelaksanaan kelas industri. Na-mun secara umum faktor penghambat belum bisa dikatakan sebagai hambatan besar da-lam pelaksanaan kurikulum dikelas industri.

(7)

Upaya mengatasi faktor penghambat dalam kelas indutri sesuai temuan penelitian lebih menekankan pada: (1) komunikasi ba-ik antara sekolah dan pihak industri atau pi-hak sekolah dengan orang tua agar dalam pembelajaran dikelas industri siswa tetap mempunyai sikap dan disiplin yang baik. (2) untuk segi sarana-prasarana dan peralatan/ teknologi pihak sekolah terus berkomunikasi dengan pihak industri selaku pendukung dalam pelaksanaan kelas industri, dengan komunikasi yang baik dan harmunis semua kebutuhan dapat diatasi secara bersama-sama.

Persiapan Sekolah dan Inndustri dalam Penyususnan Kelas Industri di SMK Muhammdiyah 1 Kepanjen Kabupaten Malang

Kurikulum yang dipilih oleh sekolah dalam proses penyusunan kurikulum kelas industri yakni kurikulum 2013 (K.13) dan kurikulum yang dipilih oleh industri yakni Kurikulum Astra toyota, keduanya sudah mengacu pada standar nasional. Kurikulum 2013/K.13 dan kurikulum dari industri yaitu Kurikulum industri/Astra Toyota disinkroni-sasi untuk pembelajaran di sekolah. Sehing-ga dapat dikatakan bahwa persiapan penyu-sunan kurikulum kelas industri pada pro-gram keahlian TKR (Teknik Kendaraan Ringan) Astra Toyota mengenai menyiap-kan kurikulum untuk proses sinkronisasi kurikulum sudah memenuhi peraturan yang berlaku sesuai Permendikbud Nomor 61 Tahun 2014 tentang kurikulum tingkat sa-tuan pendidikan dasar dan menengah. Kurikulum yang dipilih oleh sekolah dalam proses penyusunan kurikulum kelas industri yakni kurikulum 2013 (K.13) dan kurikulum yang dipilih oleh industri yakni Kurikulum Astra toyota, keduanya sudah mengacu pada standar nasional. Sehingga dapat dikatakan

bahwa persiapan penyusunan kurikulum kelas industri pada program keahlian TKR (Teknik Kendaraan Ringan) Astra Toyota mengenai penyiapan kurikulum untuk pro-ses sinkronisasi kurikulum sudah memenuhi peraturan yang berlaku sesuai Permendik-bud Nomor 61 Tahun 2014 tentang kuriku-lum tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah.

Pelaksanaan Kurikulum Kelas Industri di SMK Muhammdiyah 1 Kepanjen Kabu-paten Malang

Pelaksanaan proses pembelajaran ber-dasarkan kurikulum industri yang memakai pembelajaran paruh waktu dan bergantian antara kelas XI dan XII karena masih ada kewajiban melaksanakan ujian baik dari pihak sekolah maupun secara nasional. Hal ini menunjukkan bahwa pelaksanaan kuriku-lum di kelas industri meskipun sistemnya merupakan hasil kesepakatan antara sekolah dan industri tetapi masih mempunyai kewa-jiban untuk mengikuti ketentuan-ketentuan dalam kurikulum nasional. Sehingga teknis pelaksanaanya juga harus disesuaikan de-ngan kurikulum nasional. Hal ini sesuai pe-ndapat Raelin (2008:64) mengatakan bahwa “work based learning is much more than familiar experiental learning, which cosist of adding a layer of simulated experience to conceptual knowledge. Pembelajaran berba-sis kerja lebih dekat kepada pengalaman belajar yang berisi tambahan contoh peng-alaman menjadi pengpeng-alaman konseptual. Evaluasi Kurikulum Kelas Industri di SMK Muhammdiyah 1 Kepanjen Kabu-paten Malang

Tahap selanjutnya dari kurikulum in-dustri adalah mengevaluasi pelaksanaan dari kurikulum dikelas industri. Proses evaluasi kurikulum industri ini dilakukan setiap

(8)

enam bulan sampai satu tahun dalam pro-gram kerja tahunan sekolah, tentunya meli-batkan beberapa pihak yang memang terkait dengan penyusunan dari kurikulum serta pihak yang berwenang dalam pelaksanaan kurikulum industri. Hal ini sejalan dengan pendapat Reksoatmodjo (2010:100) pihak-pihak yang dilibatkan dalam proses peren-canaan kurikulum meliputi: (1) personil spe-sialis; (2) kelompok representatif yang terdiri dari personel spesialis dan guru-guru; (3) keseluruhan kelompok profesional; dan (4) semua pakar dan masayarakat yang peduli pendidikan. Hal demikian serupa di-ungkapkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional Republik Indo-nesia pasal 8 menyebutkan bahwa masya-rakat berhak berperan serta dalam perenca-naan, pelaksaperenca-naan, pengawasan, dan eva-luasi program pendidikan.

Bahan evaluasi kurikulum meliputi sarana dan prasarana, guru (pendidik), buku pendukung, dan siswa (peserta didik). Hasil dari evaluasi kurikulum akan direkam dan direkap oleh tim penjamin mutu dan akan dijadikan dasar perbaikan di tahun berikut-nya. Proses evaluasi ini dimaksudkan agar kualitas peserta didik bisa lebih baik dan bermutu. Hamalik (2005:1) mengungkapkan bahwa seperti yang telah dijelaskan diawal bahwa keterlibatan penyediaan tenaga kerja berkualitas adalah tanggung jawab semua pihak. Oleh karena itu, tujuan evaluasi kuri-kulum yakni guna menghasilkan peserta didik yang berkualitas.

Faktor Pendukung dan Penghambat Ku-rikulum Kelas Industri di SMK Muham-mdiyah 1 Kepanjen Kabupaten Malang

Faktor pendukung dari kurikulum di-kelas industri ini meliputi pihak sekolah dan pihak DU/DI (Dunia Usaha/Dunia Industri).

Faktor pendukung lain adalah prasarana. Hal ini dikarenakan sarana-prasarana salah satu-nya selalu berkaitan dengan peralatan prak-tik. Sedangkan faktor pendukung dari guru juga penting. Peran guru dalam kelas industri ini adalah kemampuan dan penge-tahuan guru yang diatas rata-rata karena sering dilakukan pelatihan untuk peningkat-an mutu guru. Selain itu faktor pendukung lain adalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih lama di industri yang rencananya selama enam bulan.

Selain faktor pendukung tentu pelak-sanaan kurikulum kelas industri memiliki penghambat yang bisa memberikan dampak kurang baik dalam proses implementasi pe-laksanaan kurikulum dikelas industri. Faktor penghambat tersebut salah satunya adalah masih ada miskomunikasi antara guru dalam menjalankan kelas industri. Komunikasi me-rupakan syarat wajib yang harus dimiliki oleh guru agar apa yang disampaikan bisa diterima dengan baik oleh siswa. Selain komunikasi dengan siswa, kemampuan guru produktif maupun guru pengajar dalam berkomunikasi dengan guru lain harus dijaga agar tidak terjadi kesalah pahaman yang akhirnya memberikan pengaruh pada pelaksanaan kelas industri.

PENUTUP Kesimpulan

Persiapan penyusunan kurikulum ke-las industri/keke-las Astra diawali dengan pe-laksanaan perjanjian kesepakatan bersama antara pihak sekolah dan industri kemudian dilanjutkan dengan mempersiapkan kuriku-lum oleh sekolah dan industri.

Pelaksanaan kurikulum kelas industri menggunakan sistem paruh, maksudnya ya-itu proses pelaksanaan dilaksanakan diseko-lah dan di industri waktu sudah dijadwalkan

(9)

oleh bidang kurikulum dan melibatkan ke-pala sekolah, wakil keke-pala sekolah bidang kurikulum, kepala program studi/ketua program keahlian, dan pihak industri yaitu Astra Toyota. Proses pelaksanaan dilakukan selama dua bulan di sekolah dan dua bulan di industri bergantian antara kelas XI dan XII. Sehingga teknis pelaksanaanya juga harus disesuaikan dengan kurikulum nasi-onal. Tahap selanjutnya dari kurikulum industri adalah mengevaluasi pelaksanaan dari kurikulum dikelas industri.

Proses evaluasi kurikulum industri ini dilakukan setiap enam bulan sampai satu tahun dalam program kerja tahunan sekolah, tentunya melibatkan beberapa pihak yang memang terkait dengan penyusunan dari kurikulum serta pihak yang berwenang dalam pelaksanaan kurikulum industri. Ba-han evaluasi kurikulum meliputi sarana dan prasarana, guru (pendidik), buku pendu-kung, dan siswa (peserta didik). Hasil dari evaluasi kurikulum akan direkam dan dire-kap oleh tim penjamin mutu dan akan dijadikan dasar perbaikan di tahun berikut-nya. Proses evaluasi ini dimaksudkan agar kualitas peserta didik bisa lebih baik dan bermutu.

Faktor pendukung dari kurikulum dikelas industri ini meliputi pihak sekolah dan pihak DU/DI (Dunia Usaha/Dunia Industri) khusunya Astra-Toyota selaku pen-dukung utama dalam pelaksanaan kelas industri. Faktor pendukung lain adalah sa-rana-prasarana. Hal ini dikarenakan sarana-prasarana salah satunya berkaitan dengan peralatan praktik. Sedangkan faktor pendu-kung dari guru juga penting. Peran guru dalam kelas industri ini adalah kemampuan dan pengetahuan guru yang diatas rata-rata karena sering dilakukan pelatihan untuk peningkatan mutu guru. Selain itu faktor

pendukung lain adalah memberikan kesem-patan kepada siswa untuk lebih lama di industri yang rencananya selama enam bulan.

Selain faktor pendukung tentu pelak-sanaan kurikulum kelas industri memiliki penghambat yang bisa memberikan dampak kurang baik dalam proses implementasi pelaksanaan kurikulum dikelas industri. Faktor penghambat tersebut adalah dari faktor guru dan faktor peserta didik. Faktor guru terdapat salah satunya adalah masih ada miskomunikasi antara guru dalam men-jalankan kelas industri. Guru beranggapan bahwa mengajar kelas industri lebih ter-hormat dibanding mengajar kelas reguler; pandangan ini harus dihilangkan karena akan mengakibatkan guru menjadi terkotak-kotak sehingga terjadi suatu hal yang kurang harmonis. Sedangkan dari peserta didik masih banyak peserta didik yang kurang disiplin, sehingga akan menghambat proses transfer pengetahuan dan keterampilan serta sikap kerja sebagaimana yang diharapkan oleh industri dalam hal ini Toyota Astra sebagai institusi pasangan kelas industri. Saran

Berdasarkan uraian dan simpulan di atas, berikut saran yang dapat penulis sam-paikan: (1) Kepada peneliti selanjutnya da-pat menjadikan penelitian ini rujukan untuk penelitian sejenis serta melakukan pengkaji-an penelitipengkaji-an ypengkaji-ang sejenis di tempat lain; (2) Kepada kepala sekolah agar dapat mening-katkan intensitas kunjungan industri dan menjaga etika baik dengan industri serta menjalin kerja sama dalam hal pengem-bangan dan penyesuaian kurikulum dise-suaikan dengan kemajuan teknologi; (3) Kepada pihak industri dapat membantu sekolah terutama dalam melakukan

(10)

pengem-bangan kurikulum, meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) untuk mem-bantu pembinaan dan pelatihan kepada pe-serta didik di SMK, turut pe-serta dalam mela-kukan penyusunan kurikulum kelas industri bersama pihak sekolah, berperan aktif dalam

pelaksanaan penyusunan kurikulum kelas industri, serta mengikuti perkembangan teknologi yang nantinya akan menjadi masukan untuk pengembangan kurikulum kelas industri di SMK.

DAFTAR RUJUKAN

Depdikbud. 1999. Kebijakan Teknis Penge-mbangan dan Implementasi Kuriku-lum Sekolah Menengah Kejuruan. Jakarta: Depdikbud.

Djojonegoro, W. 1997. Keterampilan Men-jelang 2020 untuk Era Global. Ja-karta: Depdikbud.

Hamalik, Oemar. 2005. Pengembangan SDM Manajemen Pelatihan Kete-nagakerjaan Pendakatan Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara.

Joseph A. Raelin. 2008. Work Based Learn-ing: Bridging Knowledge and Action in the Work Place. San Fransisco: Jassey Bass.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Permendikbud No 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendi-dikan Dasar dan PendiPendi-dikan Mene-ngah. Jakarta: Kementerian Pendidik-an dPendidik-an KebudayaPendidik-an.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2014. Permendikbud No 61 Tahun 2014 tentang Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005, tentang: Standar Nasional Pendi-dikan.

Print, Murray. 1992. Curriculum Develop-ment and Design (Second Edition). Sidney: Allen & Unwin.

Reksoatmojo, Tedjo Narsoyo. 2010. Pengembangan Kurikulum Penddidik-an Teknologi dPenddidik-an KejuruPenddidik-an. PT Refika Aditama.

Sanjaya, Wina. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Prenada Me-dia Group.

Sudira, Putu, 2009. Pendidikan Vokasi Suatu Pilihan. [Online]. Tersedia:ht- tp://blog.uny.ac.id/putupanji/2009/03/-17/pendidikan-vokasi-suatupilihan/. Di akses pada 5 maret 2017

Sutrisno, Joko. 2006. Penyelenggaraan Se-kolah Menengah Kejuruan Bertaraf Internasional. Jakarta: Direktorat Jen-deral Manajemen Dikdasmen.

Syaodih, N. Sukmadinata. 2015. Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Sistem Informa-si Dan Dunia Kerja. (Online), (sindikker.dikti.go.id), diakses 10 Maret 2017.

Gambar

Gambar 1 Persiapan Sekolah dan Industri dalam Penyusunan Kurikulum Kelas Industri
Gambar 2 Sistem Pelaksanaan Kurikulum Kelas Industri
Gambar 3 Evaluasi Kurikulum Kelas Industri

Referensi

Dokumen terkait

Abstrak : Penerapan metode inkuiri dalam proses pembelajaran IPA siswa kelas IV sekolah dasar, penelitian ini bertujuan untuk : (1) Meningkatkan Rencana Pelaksanaan

Menurut persepsi mahasiswa, dosen Jurusan Administrasi Niaga pada dasarnya mampu diajak berkomunikasi dan mempunyai waktu untuk berdiskusi, menurut mahasiswa hal

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui proses negosiasi identitas masyarakat keturunan Samin dengan masyarakat Jawa dominan, apa saja masalah komunikasi yang muncul

Tetra ethyl lead juga digunakan sebagai pengungkit oktan yang jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan yang digunakan dalam bensin motor. Bahkan pernah digunakan sampai sebanyak 6

Sebenarnya kerangka sistem islam secara keseluruhan ini dibentuk berdasarkan kebebasan individu di dalam mencari dan memiliki harta benda dan campur tangan

Sehingga dengan memunculkan aktivitas problem solving learning dalam buku ajar yang dikembangkan, maka dalam pembelajaran tidak perlu menggunakan LKS (Lembar Kerja

Dengan kata lain, walaupun saat ini cukup banyak perempuan Indonesia yang menunjukkan bahwa dirinya mampu bersaing sekaligus memberikan kontribusi yang tidak kalah besarnya

dimana jarak terpendek yang ditempuh pada saat take off adalah sebesar 9446,75 ft yaitu pada kondisi permukaan runway ice dan runway berada dengan ketinggian sea level