Laporan Tahunan DRN - 2016 ii
RINGKASAN EKSEKUTIF
Dewan Riset Nasional (DRN) adalah Lembaga Non-Struktural yang dibentuk pemerintah yang bertugas membantu Menteri Negara Riset dan Teknologi merumuskan arah, prioritas utama dan kebijakan strategis pembangunan nasional ilmu pengetahuan dan teknologi (UU 18/2002 Pasal 19, ayat 2). DRN periode 2015-2018 terdiri dari 63 anggota yang terdiri dari unsur unsur perguruan tinggi, lembaga litbang, badan usaha dan lembaga penunjang. Kegiatan utama DRN adalah menggali pemikiran dan pandangan untuk pembangunan iptek melalui sidang, rapat, workshop, diskusi, kunjungan lapangan dan kerja sama serta kegiatan lainnya. Hasil penggalian dirumuskan dalam bentuk rekomendasi kepada pemerintah dalam bentuk Policy Brief, Laporan Tahunan, Kebijakan Strategis Iptek dan Inovasi, serta Agenda Riset Nasional.
Selama kurun waktu tahun 2016, DRN telah melaksanakan 3 kali Sidang Paripurna, 7 kali rapat Badan Pekerja, 34 kali rapat Komisi Teknis (oleh 8 Komisi Teknis), 3 kali Rapat Tim Adhoc, 8 kali Focus Group Discussion, 8 kunjungan lapangan dan 4 Sosialisasi ARN. Penggalian pemikiran dan pandangan yang dilakukan melalui berbagai forum tersebut membahas berbagai isu lintas bidang yaitu hilirisasi hasil riset, dukungan riset dan inovasi untuk daya saing bangsa, sinergi riset, dikti dan inovasi, serta pembahasan arah dan prioritas pembangunan 8 bidang fokus iptek (pangan, energi, transportasi, TIK, Hankam, Kesehatan & Obat, Material Maju dan Sosial Humaniora).
Beberapa kesimpulan penting dari penggalian yang dilakukan oleh DRN untuk masalah lintas bidang antara lain kenyataan bahwa hasil riset dalam bentuk iptek dan inovasi belum dapat meningkatkan kemandirian dan daya saing dunia usaha/industri. Untuk itu perlu diperkuat aspek perencanaan riset, pemetaan pusat unggulan riset dan industri, pembenahan regulasi, peningkatan insentif riset, pembentukan konsorsium riset, dan hilirisasi hasil riset. DRN yang selama ini lebih berperan pada penguatan aspek riset, akan lebih berperan dalam mendorong hilirisasi hasil riset melalui peningkatan proses inovasi bagi dunia usaha dan industri.
Pembahasan khusus dilakukan Tim Adhoc DRN untuk penyempurnaan RUU Sisnas Iptek. Beberapa kelemahan UU 18/2002 yang berhasil diidentifikasi antara lain, UU belum mengatur mekanisme koordinasi antar lembaga, pembinaan kelembagaan, SDM dan jaringan, belum sinkron dengan sistem keuangan negara, belum mengatur iptek strategis bidang pangan, air, energi dan infrastruktur. Beberapa usulan penyempurnaan antara lain RUU perlu menetapkan prioritas Iptek, mendorong penerapan iptek dan TKDN, konsensus mengenai urgensi kegiatan iptek, integrasi hasil iptek ke dalam kebijakan, dan memasukan sistem inovasi nasional sebagai unsur dominan RUU.
Laporan Tahunan DRN - 2016 iii Berbagai masukan kebijakan untuk peningkatan daya saing dunia usaha/industri dibahas dalam Sidang Paripurna II DRN. Masukan kebijakan tersebut antara lain adalah perlunya penyiapan tenaga trampil (melalui pendidikan vokasi), dukungan insentif dan kebijakan dalam proses inovasi yang perlu difokuskan pada tahapan “death valley”, sehingga hasil riset dapat menyeberang menjadi industri. Diperlukan pula perubahan mindset seluruh kalangan bahwa R&D adalah investasi, bukan cost center. Dalam pengembangan industri strategis perlu didorong pengintegrasian antara industri utama dan industri penunjang seperti halnya INACOM (gabungan supplier untuk industri pesawat terbang). Untuk memperkuat industri strategis lainnya dapat dibentuk konsorsium riset dan inovasi yang melibatkan LEN, PINDAD, PTDI, INTI, INKA, dan PAL.
Kebijakan lainnya terkait dengan upaya peningkatan daya saing adalah implementasi mobilitas peneliti /perekayasa/ dosen ke industri, penyesuaian angka kredit pelaksana mobilitas, pengaturan royalti paten DN yang lebih layak, fleksibilitas pendanaan riset melalui skema block grant, insentif fiskal dan non fiskal, pengadaan pemerintah untuk produk pre-komersial hasil R&D, penjaminan risiko/asuransi teknologi, kewajiban bagi PTN menghasilkan inovasi, dan harmonisasi kebijakan sektoral sesuai bidang teknologi yang dikembangkan.
Penggalian pemikiran tentang pembangunan iptek di bidang fokus pangan dan pertanian antara lain menyoroti pengembangan lumbung pangan Merauke untuk produksi pangan (padi). FGD yang dilaksanakan dengan mengundang para pakar menunjukkan bahwa dari target pembukaan lahan seluas 1,2 juta hektar, yang layak hanya 0,7 juta hektar dan yang cocok utuk padi seluas 0,4 juta ha. Selain itu, untuk dapat menggunakan tanah ulayat memerlukan pendekatan sosial yang intensif. Dukungan penyediaan energi untuk irigasi dan mekanisasi diusulkan menggunakan PLTA, energi angin atau biofuel/biodiesel. Penyediaan SDM dan perencanaan infrastruktur untuk input produksi dan pemasaran hasil perlu mendapat perhatian serius. Hasil kunjungan ke beberapa pusat unggulan iptek pertanian menunjukkan perlunya penguatan sistem logistik benih padi untuk mengamankan produksi pangan, perlunya penguatan kelembagaan terhadap pusat penelitian pertanian swasta, dan peningkatan pemanfaatan sistem dan teknologi informasi dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya air seperti di bendungan jatiluhur.
Bidang energi mengusulkan fokus pengembangan iptek bidang panas bumi dan energi biomassa skala kecil. Untuk itu komtek telah melakukan peninjauan PLTP Kamojang di Garut. Salah satu rekomendasi adalah pembentukan konsorsium riset pengembangan PLTP kala 3 MW yang sudah dirintis oleh BPPT dalam bentuk prototype di Kamojang. Konsorsium perlu melibatkan BPPT, PLN, Balitbang ESDM, Perguruan Tinggi, PT.PGE, PT. REKIN, PT. BARATA, PT. BBI, PT.PINDAD, PT. NTP dll. Bidang energi juga menaruh perhatian khusus terhadap pengembangan listrik bersih, di mana PLN masih menghadapi kendala 40% masalah konstruksi dan 37% masalah hukum. Diperlukan roadmap dan strategi pemenuhan kebutuhan listrik berbasis pulau.
Laporan Tahunan DRN - 2016 iv 21/PMK.011/2011. Selain itu diusulkan agar pemerintah mendorong pembentukan Holding Ship building Indonesia, pengembangan industri komponen kapal terstandard, penetapan suku bunga khusus untuk industri perkapalan serta penyederhanaan peraturan yang melemahkan daya saing industri perkapalan nasional. Untuk industri perkereta-apian nasional, permasalahan saran kebijakan kurang lebih sama dengan perkapalan, yaitu terkait permodalan dan perpajakan, TKDN, dan dukungan riset dan inovasi dari perguruan tinggi dan LPK/LPNK. Pembahasan mengenai Intelligent Transportation Sistem (ITS) untuk Smart City dilakukan melalui FGD. Kesimpulan yang diperoleh antara lain perlunya mengintegrasikan edvanced traffic management system, information sistem, operation support system, elektronic financial system, edvanced vehicle system, dan advanced saftey system. Semua terkunci di regulasi yang dibuat oleh pemerintah dan swasta (para pemain) sendiri, sehingga harus ada yang mengontrol regulasi tersebut. Perlu riset tersendiri untuk mengawal integrasi teknologi yang sejalan dengan regulasi yang dibuat pemerintah dan industri.
Bidang TIK mendorong pengembangan riset dan industri Smart Card Smart Campus TRL 7, serta pilot project penerapannya di 4 Perguruan Tinggi dengan Konsorsium model K-1 dengan dukungan pendanaan dari Kemenristekdikti. Konsorsium terdiri dari perguruan tinggi (UI, ITB, UNHAS dan Universitas Telkom) dan industri (PT. INTI, PT. DAM, PT XIRCA, PT VERSATILE dan PT Industri Telekomunikasi Indonesia). Kemajuan yang dicapai oleh konsorsium ini cukup menggembirakan, sehingga diharapkan dapat menjadi ujung tombak bagi kemandirian nasional di bidang ini.
Bidang Hankam bersama-sama dengan KKIP menyusun blue print pembangunan industri hankam dan menyarankan pemanfaatan produk riset yang sudah dihasilkan di dalam negeri yaitu, roket pertahanan, pesawat terbang tanpa awak, dan radar. Pengembangan roket untuk pertahanan disarankan untuk terus dilanjutkan melalui institusi konsorsium yang dipimpin oleh LAPAN. Untuk itu perlu dilakukan penguatan tim monitoring, penjagaan kerahasiaan negara, keamanan personil pelaksana uji, dan pembagian kerja antar institusi secara lebih tegas. Dalam proses pengembangan produk diperlukan proses sertifikasi setiap tahap produksi dan pengembangan serta produksi material dasar. Sedangkan untuk produksi diperlukan Total Quality Management System. Komtek ini melaksanakan FGD dengan topik “Kemandirian Teknologi Jaringan Sistem Transmisi Real-Time Jarak Jauh Pesawat Terbang Tanpa Awak Untuk Pengamatan Wilayah Indonesia”. Diperoleh ksimpulan bahwa BPPT, LAPAN dan industri telah mampu menguasai rancang bangun dan rekayasa sistem transmisi data dan video. Untuk itu perlu dibentuk konsorsium yang menggabungkan kemampuan UAV dan sistem transmisi dan pemanfaatannya untuk pengamanan wilayah perbatasan yang dibutuhkan oleh Kementerian Pertahanan.
Laporan Tahunan DRN - 2016 v segera disusun Panduan Praktik Klinis (PPK) hingga PNPK, Standarisasi produk sel punca otogenik dan alogenik, dan sosialissi, edukasi serta diseminasi Sel Punca di masyarakat.
Bidang Material Maju menyarankan perlunya identifikasi / pemetaan / klarifikasi kebutuhan industri atas teknologi material maju dalam rangka merumuskan kebijakan strategis teknologi material maju. Peninjauan lapangan ke PT. Krakatau Posco oleh DRN menunjukkan kenyataan bahwa bahan baku dan bahan pembantu untuk industri ini hampir seluruhnya masih diimpor sehingga perlu dukungan data eksplorasi bijih besi dan baru bara kokas. Peningkatan daya saing industri baja perlu didukung dengan kebijakan pengaturan baja impor, ketersedian sumber energi yang kompetitif, perlunya peninjauan kembali peraturan tentang B3 untuk slag dan refraktori bekas, dan peningkatan penggunaan baja untuk pembangunan infrastruktur. FGD yang dilaksanakan membahas tentang “Pengembangan Industri Berbasis Sumber Daya Alam”. Salah satu kesimpulan yang diperoleh adalah perlunya perencanaan yang detil dalam pembangunan industri dari hulu sampai ke hilir berikut produknya. Perencanaan ini selanjutnya dijadikan dasar bagi penelitian dan perekayasaan melalui konsorsium. Beberapa produk hilir bidang material maju yang perlu dikembangkan antara lain produk hilir pertokimia, logam tanah jarang, biomass, monasit dll.
Sementara itu Bidang Sosial Humaniora menyarankan fokus riset tentang peran korporasi dalam pengentasan kemiskinan khususnya pada sektor ekstraksi. Industri pengolahan produk perikanan mendapat perhatian khusus DRN, dan diperoleh model kemitraan ideal yang dilaukan PT Kelola Mina Laut untuk peningkatan pendapatan masyarakat nelayan di Jawa Timur. Disarankan agar pengembangan kemitraan dilakukan dengan model klaster, harus ada perusahaan penghela (bapak angkat), pemerintah tidak berperan sebagai pemain, perbaikan rantai pasok dan rantai nilai melalui teknologi dan penerapan standard, skema pembiayaan yang murah dan mudah bagi nelayan, dan menerapkan pendekatan “goal/need oriented” bukan “project oriented”. Dukungan riset perlu diarahkan pada peningkatan kelestarian sumberdaya alam (misalnya perikanan tangkap) sehingga menjamin kegiatan ekonomi ekstraksi secara berkelanjutan (sustainable).
Laporan Tahunan DRN - 2016 vi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur ke hadirat Allah Subhanahu Wa Ta‟ala atas diselesaikannya Laporan Tahunan Dewan Riset Nasional 2016 ini. Laporan ini merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban kegiatan DRN selama kurun waktu tahun 2016, yang berisi seluruh kegiatan yang dilaksanakan oleh DRN dalam bentuk Rapat Badan Pekerja, Rapat Komtek, Rapat Tim Adhoc, FGD, Seminar, Sidang Paripurna, Kunjungan Lapangan, Sosialisasi dan
komunikasi dengan seluruh stakeholder. Laporan ini sekaligus menjadi catatan tentang
hasil-hasil dan kesimpulan dari kegiatan yang dilaksanakan pada tahun 2016 yang dapat dimanfaatkan sebagai referensi oleh Anggota DRN dan pihak yang berkepentingan untuk menindaklanjutinya di masa yang akan datang.
Bahan utama yang digunakan dalam penyusunan Laporan ini adalah catatan Notulensi yang dibuat para Tim Asistensi, Staf Profesional, dan Ketua Komisi Teknis DRN pada setiap rapat-rapat dan FGD yang dilaksanakan selama tahun 2016. Selain itu, laporan hasil kunjungan lapangan dalam rangka pementauan perkembangan iptek dan sosialisasi ARN juga menjadi bahan penting dalam menyelesaikan laporan ini. Untuk itu, pimpinan DRN mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam menyelesaikan laporan ini.
Kami mengucapkan terimakasih kepada para ketua dan anggota Komisi Teknis DRN Bidang Pangan, Energi, Transportasi, TIK, Hankam, Kesehatan dan Obat, Material Maju, dan Sosial Humaniora, yang telah dengan aktif dan semangat tinggi melaksanakan kegiatan selama kurun waktu tahun 2016. Terimakasih pula kepada Tim Sekretariat DRN yang terus menerus mendukung dan memfasilitasi kelancaran kegiatan DRN. Semoga laporan ini bermanfaat dan kita semua selalu dalam lindungan Allah SWT. Aamiin.
Jakarta, Februari 2017 Ketua Dewan Riset Nasional
Laporan Tahunan DRN - 2016 vii
BAB II. PELAKSANAAN KEGIATAN ... 3
2.1 Ruang Lingkup ... 3
2.2 Pelaksanaan Kegiatan ... 5
2.2.1 Pelaksanaan Sidang Paripurna ... 5
2.2.1.1 Sidang Paripurna I ... 5
2.2.1.2 Sidang Paripurna II ... 11
2.2.1.3 Sidang Paripurna ke III ... 14
2.2.2 Pelaksanaan Rapat Badan Pekerja dan Audiensi ... 19
2.2.2.1 Rapat Badan Pekerja Tanggal 16 Februari 2016 ... 19
2.2.2.2 Rapat Badan Pekerja DRN Tanggal 10 Maret 2016 ... 23
2.2.2.3 Rapat Badan Pekerja Tanggal 27 April 2016 ... 24
2.2.2.4 Rapat Badan Pekerja Rabu, 14 September 2016 ... 25
2.2.2.5 Rapat BP / Audiensi dengan Menristekdikti ... 30
2.2.3 Pelaksanaan Workshop / Lokakarya ... 33
2.2.3.1 FGD “Pengembangan Lumbung Pangan Di Merauke Dalam Perspektif Pertanian Ekoregional” ... 33
2.2.3.2 Focus Group Discussion (FGD) Smart Card ... 38
2.2.3.3 Focus Group Discussion (FGD) “Pengembangan Listrik Bersih untuk Ketahanan Energi yang Berkelanjutan” ... 40
2.2.3.4 Focus Group Discussion (FGD) “Kemandirian Teknologi Jaringan Sistem Transmisi Real-Time Jarak Jauh Pesawat Terbang Tanpa Awak Untuk Pengamatan Wilayah Indonesia” ... 48
Laporan Tahunan DRN - 2016 viii 2.2.3.6 Focus Group Duscussion: Pengembangan Industri Berbasis SDA, IPTEK
– INOVASI ... 52
2.2.3.7 Focus Group Discussion “Pengembangan Intelligent Transportation System (ITS) Untuk Mendukung Smart City ... 55
2.2.4 RAPAT-RAPAT KOMISI TEKNIS ... 63
2.2.4.1 Komisi Teknis Pangan dan Pertanian... 63
2.2.4.1.1 Rapat Komtek Pangan Tanggal 5 April 2016 ... 63
2.2.4.1.2 Rapat Komtek Pangan Tanggal 27 April 2016 ... 66
2.2.4.1.3 Rapat Komtek Pangan Tanggal 20 Juni 2016 ... 68
2.2.4.1.4 Rapat Komtek Pangan Tanggal 22 September 2016 ... 72
2.2.4.2 Rapat-rapat Komisi Teknis Energi ... 77
2.2.4.2.1 Rapat Komtek Energi Tanggal 24 Maret 2016 ... 77
2.2.4.2.2 Rapat Komtek Energi Tanggal 26 April 2016 ... 79
2.2.4.2.2 Rapat Komtek Energi Tanggal 2 Agustus 2016 ... 81
2.2.4.3 Rapat-rapat Komisi Teknis Transportasi ... 84
2.2.4.3.1 Rapat Komtek Transportasi Tanggal 4 Juni 2016 ... 84
2.2.4.3.2 Rapat Komtek Transportasi Tanggal 10 November 2016 ... 90
2.2.4.4 Rapat-rapat Komisi Teknis Teknologi Informasi dan Komunikasi ... 92
2.2.4.4.1 Rapat Komtek TIK Tanggal 25 April 2016 ... 92
2.2.4.4.2 Rapat Komtek TIK Tanggal 25 April 2016 ... 93
2.2.4.4.3 Rapat Komtek TIK Tanggal 10 Mei 2016 ... 94
2.2.4.5 Rapat-rapat Komisi Teknis Pertahanan dan Keamanan ... 95
2.2.4.5.1 Rapat Komtek Hankam Tanggal 25 April 2016 ... 95
2.2.4.5.2 Rapat Komtek Hankam Tanggal 2 Mei 2016 ... 96
2.2.4.6 Rapat-rapat Komisi Teknis Kesehatan dan Obat ... 97
2.2.4.6.1 Rapat Komtek Kesehatan dan Obat Tanggal 11 Maret 2016 ... 97
2.2.4.6.2 Rapat Komtek Kesehatan dan Obat Tanggal 2 September 2016 ... 99
2.2.4.7 Rapat-rapat Komisi Teknis Material Maju ... 101
2.2.4.7.1 Rapat Komtek Material Maju Tanggal 28 Maret 2016 ... 101
2.2.4.7.2 Rapat Komtek Material Maju Tanggal 19 Mei 2016 ... 103
2.2.4.7.3 Rapat Komtek Material Maju Tanggal 15 September 2016 ... 104
2.2.4.7.4 Rapat Komtek Material Maju Tanggal 1 November 2016 ... 105
Laporan Tahunan DRN - 2016 ix
2.2.4.8.1 Rapat Komtek Soshum Tanggal 26 April 2016 ... 106
2.2.4.8.2 Rapat Komtek Soshum Tanggal 21 Juni 2016 ... 107
2.2.5 Rapat-rapat Tim Adhoc ... 109
2.2.5.1 Rapat Tim Adhoc Tanggal 20 Mei 2016 ... 109
2.2.5.2 Rapat Tim Adhoc Tanggal 14 Juni 2016... 110
2.2.5.3 Rapat Tim Adhoc Tanggal 3 Oktober 2016 ... 112
2.2.6 Kunjungan Kerja Lapangan ... 113
2.2.6.1 Kunjungan ke Stem Cell and Cancer Center Kalbe Farma ... 113
2.2.6.2 Kunjungan ke Unit Pelayanan Teknis Stem Cell RSCM / FKUI ... 114
2.2.6.3 Kunjungan ke Pusat Teknologi Kedirgantaraan dan Pusat Teknologi Roket – LAPAN ... 115
2.2.6.4 Kunjungan ke PT Krakatau Posco ... 116
2.2.6.5 Kunjungan Lapang Ke Balai Besar Penelitian Tanaman Padi Sukamandi, Pusat Penelitian Teh Dan Kina Gambung Serta Perusahaan Jasa Tirta II Jatiluhur ... 119
2.2.6.6 Kunjungan ke Ke Mini Plant dan PT Kelola Mina Laut – Jawa Timur ... 128
2.2.6.7 Kunjungan Lapangan Ke Pemkot Surabaya, PT Pelindo II dan PT PAL. ... 129
2.2.6.8 Kunjungan Lapang Ke Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Kamojang ... 134
2.2.7 Sosialisasi Agenda Riset Nasional ... 137
2.2.7.1 Sosialisasi Agenda Riset Nasional di Surabaya ... 137
2.2.7.2 Sosialisasi ARN di Makassar (9 Desember 2016) ... 141
2.2.7.3 Sosialisasi ARN di Kalimantan Timur (20 Desember 2016) ... 145
2.2.7.4 Sosialisasi ARN di Sumatera Utara (20 Desember 2016) ... 148
2.2.8 Kerjasama Kemitraan dengan Dewan Riset Daerah ... 154
2.2.8.1 Kunjungan Konsultasi DRD ke DRN ... 154
2.2.8.2 DRN Menghadiri Acara DRD ... 158
2.2.9 Kunjungan / Kegiatan Dewan Riset Nasional Ke Luar Negeri ... 160
BAB III. PENUTUP ... 161
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dewan Riset Nasional (DRN) adalah Lembaga Non Struktural yang dibentuk oleh pemerintah untuk menggali pemikiran dan pandangan dari pihak-pihak yang berkepentingan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Landasan hukum pembentukan DRN adalah Pasal 19 Ayat 2 Undang-undang Nomor 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, yang menyebutkan bahwa “untuk mendukung Menteri dalam merumuskan arah, prioritas utama, dan kerangka kebijakan pemerintah di bidang penelitian, pengembangan, dan penerapan
ilmu pengetahuan dan teknologi, pemerintah membentuk Dewan Riset Nasional yang
beranggotakan masyarakat dari unsur kelembagaan ilmu pengetahuan dan teknologi”. Status
DRN selanjutnya diperkuat dengan Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2005 tentang Dewan Riset Nasional.
Keanggotaan DRN berasal dari masyarakat yang memiliki unsur kelembagaan ilmu pengetahuan dan teknologi, yaitu unsur perguruan tinggi, lembaga litbang, badan usaha, dan lembaga penunjang. Anggota DRN diangkat oleh Menteri Negara Riset dan Teknologi untuk periode keanggotaan 3 tahun dan dapat diperbaharui untuk satu periode berikutnya. Pada periode 2012-2014, jumlah anggota DRN adalah sebanyak 63 orang yang terbagi ke dalam 8 Komisi Teknis yaitu (1) Pangan & pertanian, (2) Energi, (3) Teknologi Transportasi, (4) Teknologi Informasi & Komunikasi, (5) Teknologi Pertahanan & Keamanan, (6) Teknologi Kesehatan & Obat, (7) Teknologi Material Maju, dan (8) Sosial Humaniora.
Tugas DRN sebagaimana diuraikan Pasal 4 Perpres Nomor 16/2005 adalah : (1) membantu Menteri dalam merumuskan arah dan prioritas utama pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi; dan (2) memberikan berbagai pertimbangan kepada menteri dalam penyusunan kebijakan strategis pembangunan nasional ilmu pengetahuan dan teknologi.
Selanjutnya Lampiran II Keputusan Menteri Negara Riset dan Teknologi No 521/M/Kp/IX/2015 menetapkan Fokus Tugas DRN Periode 2015-2018 yaitu (1) Merumuskan dan mengevaluasi pelaksanaan Agenda Riset Nasional, (2) Memberikan pertimbangan kepada Menteri dalam perumusan arah dan prioritas utama pembangunan iptek, (3) Memberikan berbagai pertimbangan kepada Menteri dalam penyusunan dan pelaksanaan Kebijakan Strategis Nasional Iptek, Sistem Inovasi nasional (SINas), dan kebijakan strategis iptek lainnya, (4) Melaksanakan pemantauan perkembangan iptek dan kebutuhan iptek untuk pembangunan, dan (5) Menjalin hubungan kemitraan dengan Dewan Riset Daerah (DRD) dan Dewan Sejenis di tingkat nasional maupun internasional.
Laporan Tahunan DRN - 2016 2 1.2 Tujuan dan Sasaran
Tujuan kegiatan yang dilaksanakan oleh DRN secara umum adalah menghasilkan rekomendasi dalam rangka membantu dan memberikan pertimbangan kepada Menteri Riset dan Teknologi dalam merumuskan arah, prioritas utama pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi dan penyusunan kebijakan strategis pembangunan nasional ilmu pengetahuan dan teknologi.
Sedangkan sasaran yang ingin dicapai adalah dapat dirumuskannya masukan bagi Manteri yang meliputi:
a. Arah dan prioritas utama pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi;
b. Kebijakan strategis pembangunan nasional ilmu pengetahuan dan teknologi.
c. Sistem Inovasi nasional (SINas), dan kebijakan strategis iptek lainnya,
d. Pemantauan umum perkembangan iptek, dan;
e. Hubungan kemitraan dengan Dewan Riset Daerah (DRD) dalam kerangka harmonisasi
Laporan Tahunan DRN - 2016 3
BAB II. PELAKSANAAN KEGIATAN
2.1 Ruang Lingkup
Sesuai dengan statusnya sebagai lembaga non struktural yang dibentuk untuk menggali pemikiran dan pandangan pihak-pihak yang berkepentingan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, ruang lingkup kegiatan yang dilakukan oleh Dewan Riset Nasional sebagian besar adalah dalam bentuk sidang dan rapat serta kunjungan ke lapangan. Sidang atau rapat terdiri dari Sidang Paripurna, Rapat Badan Pekerja, Rapat Komisi Teknis,
Rapat Panitia Ad-hoc, Lokakarya/ Workshop dan Focus Group Discussion (FGD).
Sedangkan kunjungan ke lapangan dilakukan ke barbagai pusat unggulan iptek atau industri dalam rangka pemantauan perkembangan iptek, sosialisasi ARN dan memenuhi undangan dari berbagai daerah, terutama Dewan Riset Derah untuk pelantikan anggota DRD atau seminar/workshop.
Sidang Paripurna yang merupakan otoritas tertinggi membahas masalah-masalah antara lain membahas Rencana Kerja, Laporan Badan Pekerja, Laporan Sekretaris, Laporan Komisi Teknis, pembahasan topik yang relevan dan penyampaian hasil-hasil DRN. Sidang Paripurna tersebut dipimpin oleh Ketua DRN dan wajib diikuti oleh semua anggota DRN. Setiap anggota mempunyai hak yang sama, yaitu hak bicara dan mengeluarkan pendapat, hak usul dan mendukung usul perubahan suatu rancangan yang sedang dibahas dan hak memilih. Sidang Paripurna diselenggarakan paling sedikit 2 (dua) kali dalam satu tahun atau sewaktu-waktu sesuai dengan kebutuhan. Sidang Paripurna dapat pula dihadiri oleh pihak-pihak lain yang dipandang perlu sesuai dengan topik pembahasan dalam sidang atau mengundang pembicara atau narasumber yang terkait dengan program Dewan Riset Nasional.
Rapat Badan Pekerja membahas masalah-masalah antara lain (a) perumusan tindak lanjut keputusan Sidang Paripurna (b) penyelenggaraan koordinasi dan hubungan antar Komisi Teknis, (c) penilaian dan pengambilan keputusan mengenai usulan kegiatan yang sesuai dengan tugas dan fungsi Dewan Riset Nasional, (d) perumusan rencana kerja, (e)
pembentukan Panitia Ad Hoc. dan (e) penyusunan laporan pertanggung jawaban untuk
disampaikan pada Sidang Paripurna. Rapat Badan Pekerja dihadiri oleh anggota Badan Pekerja yang terdiri dari Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris dan seluruh Ketua Komtek. Hasil rapat Badan Pekerja dituangkan dalam bentuk risalah atau notulensi rapat yang disiapkan oleh Sekretariat, disetujui oleh Sekretaris Dewan Riset Nasional dan disampaikan kepada seluruh anggota Badan Pekerja. Rapat Badan Pekerja diadakan minimal satu kali dalam dua bulan atau sesuai dengan kebutuhan. Rapat Badan Pekerja dipimpin oleh Ketua Dewan Riset Nasional dan dapat mengundang narasumber yang terkait dengan materi rapat Badan Pekerja.
Laporan Tahunan DRN - 2016 4 Rapat Panitia Ad Hoc menyusun penyelesaian masalah-masalah khusus yang sudah ditetapkan oleh Badan Pekerja. Sasaran, kurun waktu dan biaya kegiatan Panitia Ad Hoc diatur dalam Kerangka Acuan Kerja yang disiapkan oleh Badan Pekerja. Apabila diperlukan Panitia Ad Hoc dapat dibantu oleh Tim Asistensi dan Staf Profesional. Panitia Ad Hoc melaporkan hasil kerjanya kepada Badan Pekerja.
Komisi Teknis atau gabungan beberapa Komisi Teknis dapat menyelenggarakan Lokakarya (Workshop) atau Focus Group Discussion (FGD) untuk membahas topik tertentu. Kerangka Acuan Lokakarya / FGD disiapkan oleh Ketua Komisi Teknis atau anggota yang ditunjuk oleh Ketua Komisi Teknis dan dibantu oleh Asisten Komisi Teknis. Persiapan dan penyelenggaraan Lokakarya difasilitasi oleh Sekretariat Dewan Riset Nasional. Lokakarya dapat dilaksanakan bekerja sama dengan pihak lain baik pemerintah maupun swasta. Pelaporan hasil lokakarya disusun oleh Asisten Komisi Teknis dibantu oleh Staf Profesional dan disetujui oleh Ketua Komisi Teknis.
Kunjungan kerja ke lapangan dilakukan oleh Komtek DRN untuk mendalami permasalahan iptek yang dihadapi oleh lembaga iptek atau industri, untuk kemudian dibahas dan diformulasikan sebagai rumusan kebijakan yang disampaikan kepada pemerintah melalui menristekdikti. Kunjungan lapangan ini dilaksanakan sebagai implementasi dari salah satu fokus tugas DRN yaitu melakukan pemantauan perkembangan iptek.
Sosialisasi Agenda Riset Nasional (ARN), sesuai dengan judulnya dilaksanakan untuk mensosialisasikan ARN kepada seluruh kalangan masyarakat ilmiah dan instansi litbang pemerintah maupun swasta. Acara sosialisasi dilaksanakan bekerjasama dengan perguruan tinggi terkemuka di ibu kota propinsi sebagai tuan rumah. Bentuk kegiatan adalah pertemuan dengan mengundang peserta dari berbagai kalangan, terutama perguruan tinggi negeri atau swasta, DRD, Lembaga Litbang, SKPD, dan Lembaga Litbang Pemerintah atau Swasta. Pemaparan dilakukan oleh anggota DRN dilanjutkan dengan diskusi dan pendalaman.
Sesuai dengan salah satu fokus tugasnya, DRN menjalin hubungan kemitraan
dengan Dewan Riset Daerah (DRD) dalam kerangka harmonisasi dan sinkronisasi kebijakan Sistem Inovasi di tingkat Nasional dan Daerah. Kerjasama dengan DRD dilakukan antara lain dengan mengundang pimpinan DRD untuk hadir dalam Sidang Paripurna dan Workshop yang dilaksanakan DRN. Pada beberapa kesempatan Workshop, perwakilan DRD diminta untuk menjadi pembicara. Selain itu, Ketua DRN beberapa kali diundang ke
berbagai DRD baik tingkat Kabupaten mapun Tingkat Propinsi untuk memberikan key note
speech, dalam acara yang dilaksanakan oleh DRD. Beberapa personil dari DRD melakukan kunjungan ke Sekretariat DRN guna melaksanakan diskusi dengan DRN menyangkut berbagai hal, terutama berkaitan dengan kerjasama antara DRN dan DRD.
Laporan Tahunan DRN - 2016 5 2.2 Pelaksanaan Kegiatan
2.2.1 Pelaksanaan Sidang Paripurna 2.2.1.1 Sidang Paripurna I
Dewan Riset Nasional menyelenggarakan Sidang Paripurna dan Seminar Nasional “Sinergi Pendidikan Tinggi, Riset dan Bisnis Melalui Inovasi Untuk Daya Saing Bangsa” di Ball Room Hotel Royal Surakarta Heritage – Solo pada tanggal 9 Agustus 2016. Acara yang dilaksanakan dalam rangka memeriahkan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional ke 21 tersebut dibuka oleh Menristekdikti Prof H. Muhamad Nasir, Ph.D. Ak., dan menghadirkan pembicara kunci Prof Dr. Ing. B.J. Habibie. Acara pembukaan dihadiri oleh seluruh Eselon I Kemristekdikti, Anggota DRN, Ketua DRD Propinsi dan Kabupaten seluruh Indonesia, AIPI, DPT, Lembaga Eijkman, Rektor Perguruan Tinggi, LPNK, Balitbangda, Pemda Solo, Pengusaha (KADIN dan APINDO) serta para peneliti, perekayasa dan berbagai mass media, dengan jumlah peserta sebanyak 300 orang. Dalam rangkaian pembukaan seminar, dilaksanakan pula penyerahan secara simbolis buku Agenda Riset Nasional (ARN) 2016-2019 oleh Ketua DRN kepada Menristekdikti, dan dari Menristekdikti kepada perwakilan PT, LPNK, Litbang dan DRD. Dalam rangkaian acara tersebut, dilakukan penyerahan penghargaan dari Lembaga Eijkman kepada Prof BJ Habibie sebagai pendiri lembaga tersebut.
Gambar 1. Ketua DRN menyampaikan Sambutan Laporan Penyelenggaraan Sidang Paripurna dan Seminar “Sinergi Pendidikan Tinggi, Riset dan Bisnis Melalui Inovasi Untuk Daya Saing Bangsa”.
Laporan Tahunan DRN - 2016 6 Ketua DRN. Pada siang harinya dilaksanakan sidang komisi I dan II yang membahas topik inovasi untuk pembangunan daerah dan inovasi untuk pembangunan industri. Komisi I yang membahas Inovasi Untuk Pembangunan Daerah menghadirkan pembicara dari DRD DIY Yogyakarta (Ir. Bayudono); DRD Jawa Barat (Dr. Berna S. Ermaya); Ketua Komtek Soshum DRN (Dr.Lala M. Kolopaking) dan Ketua Solo Technopark ( L. Sumadi M.Si), dengan moderator Dr. Kuskrido Ambardi - Anggota Komtek Soshum DRN. Untuk Komisi II yang membahas Inovasi Untuk Industri dihadirkan pembicara Dirut PT. Kalbe Farma (Dr. Boenjamin Setiawan), PT. Bubu Kreasi Perdana (Sintha W Dhanuwardoyo MBA), Pusat Studi Pangan dan Gizi UGM (Prof Dr Eni Harmayani), dan Kepala Pusat Inovasi LIPI (Dr. Nurul Taufiqu Rohman), dengan Moderator Dr. Haryono, Kakomtek Pangan DRN.
Ketua DRN dalam sambutan pembukaannya menyampaikan bahwa sebuah negara yang sedang melakukan pembangunan harus ditopang dengan empat pilar penting, mulai dari keterampilan tenaga kerja, bisnis yang efisien, kemampuan bersaing, dan riset yang fokus. Agenda Riset Nasional (ARN) yang disusun oleh DRN merupakan salah satu pilar pembangunan. Dinyatakan pula bahwa riset itu penting bagi suatu bangsa, tetapi menjadi tidak penting apabila dilakukan tanpa agenda. ARN merupakan rujukan untuk melaksanakan riset di Indonesia, baik bagi perguruan tinggi, badan litbang pusat dan daerah, industri dan lembaga riset lainnya. Agenda riset tersebut harus didukung dengan pendanaan yang memadai dan dilaksanakan dalam bentuk konsorsium yang dibimbing oleh DRN untuk menghasilkan produk target yang nyata dan bermanfaat.
Gambar 2. Sambutan (Key Note Speech) Menristekdikti pada Sidang Paripurna dan Seminar “Sinergi Pendidikan Tinggi, Riset dan Bisnis Melalui Inovasi Untuk Daya Saing Bangsa”.
Laporan Tahunan DRN - 2016 7 tanpa inovasi. Dewan Riset Nasional membantu Kemristekdikti untuk mendorong riset yang lebih baik dan menghasilkan inovasi yang lebih unggul melalui perumusan agenda riset dan pendampingan dalam pelaksanaan riset dan inovasi. Selanjutnya Menristekdikti mengingatkan dua hal penting dalam memperkuat riset dan inovasi, yaitu (1) mengembangkan sumberdaya (SDM, Sarana & Prasarana) sehingga menghasilkan riset dan inovasi secara lebih baik, dan (2) Membenahi regulasi-regulasi yang menghambat sehingga peneliti dapat melaksanakan riset dengan lebih baik. Salah satu regulasi yang baru diterbitkan adalah Permenkeu No 106/2016 yang mengatur bahwa pertanggungjawaban riset tidak lagi berbasis aktivitas, tetapi berbasis output / hasil. Menristekdikti juga menyampaikan berbagai insentif yang diberikan untuk para akademisi dan periset yang berhasil menerbitkan publikasi ilmiah internasional, menghasilkan prototipe, paten, dan upscaling. Secara khusus Menristekdikti menugaskan kepada DRN untuk mendukung Kemristekdikti dalam mensinergikan semua stakeholder dalam bentuk klaster kegiatan riset dan industri. Untuk itu perlu dilakukan pemetaan pusat pusat keunggulan riset dan TRL (Technology Readiness Level) yang telah dicapai untuk teknologi tertentu. Klaster tersebut meliputi bidang pangan, bidang kesehatan dan obat, TIK, Transportasi, Energi, Hankam, dan Material Maju.
Gambar 3. Keynote Speech oleh Prof BJ Habibie.
Laporan Tahunan DRN - 2016 8 bahwa pembangunan iptek yang dilakukan oleh pemerintah melalui berbagai kebijakan dinilai “on the track”. Dewan Riset Nasional merupakan komponen penting yang dibutuhkan bangsa kita. Kalau DRN dimatikan, tinggal tunggu waktunya bangsa ini tidak ada artinya. Prof Habibie menyampaikan rasa syukurnya bahwa estafet pembangunan iptek terus berjalan dan bisa menyaksikannya. Beliau berpesan agar kita jangan lelah, selalu menjadi ujung tombak, jangan ingin jadi pahlawan, dan tetap low profile. Pembangunan industri strategis saat ini seharusnya bisa lebih baik karena dukungan infrastruktur sudah lebih baik. Yang penting adalah kita bisa memanfaatkan jam kerja bangsa Indonesia untuk memproduksi barang dan jasa, artinya nilai tambah produk dinikmati oleh bangsa Indonesia.
Para narasumber pada sidang pleno menyampaikan berbagai masukan untuk meningkatkan riset dan inovasi untuk daya saing bangsa. Dr Yanuar Nugraha menyatakan bahwa untuk dapat bersaing, negara harus mempunyai visi, arah, dan prioritas. Prioritas riset jangan terlalu banyak, dan secara nasional pembangunan difokuskan pada bidang pangan, maritim, energi, kemiskinan, kesehatan, dan pendidikan, ditambah dengan reformasi birokrasi dan industri pariwisata. Dikemukakan pula perlunya menempatkan riset sebagai dasar perumusan kebijakan (evidence based policy). Selain itu bagaimana kita yang bekerja di ranah riset dapat membantu mengatasi masalah pemerintah di bidang penanganan inflasi, pertumbuhan ekonomi, kemiskinan, kesenjangan, dan pengangguran. Menristekdikti dan DRN saatnya untuk menata tata kelola riset yang meliputi manajemen kelembagaan, menempatkan DRN sebagai otoritas keilmuan dan menjadikan ARN sebagai rukukan riset.
Dirjen penguatan inovasi Dr. Jumain Appe menyampaikan bahwa inovasi harus sampai ke bisnis. Tetapi peraturan perundangan yang ada (UU 18/2002) belum mampu mendorong proses hilirisasi dan komersialisasi riset. Selain itu ada peraturan yang menghambat, misalnya dosen yang bekerja di industri harus meninggalkan status dosen, demikian juga di bidang kesehatan dll. Dikemukakan pula kenyataan bahwa sedikit sekali kegiatan riset yang berorientasi market, sebagian besar riset bersifat “supply approach”. Untuk itu perlu disiapkan regulasi yang mempercepat proses inovasi, sehingga kegiatan riset sejalan dengan pembangunan industri.
Laporan Tahunan DRN - 2016 9 Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo SH, menyampaikan berbagai permasalahan yang dihadapi di lapangan yang membutuhkan dukungan riset dan inovasi. Salah satu contoh adalah kelangkaan kedele yang dikeluhkan industri tempe. Permasalahannya adalah para birokrat merespon masalah dengan 3 hal yaitu cepat, mudah, dan murah ditambah transparan dan akuntabel. Sementra itu kegiatan riset sering kali membutuhkan waktu sehingga sering tertinggal. Untuk itu perlu ditemukan mekanisme yang mempererat antara birokrat dengan periset.
Rektor IPB menyampaikan bahwa iptek adalah kunci pertumbuhan ekonomi, oleh karena itu penguasaan dan peningkatan keunggulan iptek perlu terus dilakukan. IPB telah menghasilkan berbagai produk teknologi yang dapat dan telah dimanfaatkan untuk pembangunan. Pada initinya , produktivitas dan efisiensi hanya baik untuk bertahan, tetapi untuk berkembang harus dengan inovasi.
Pada giliran terakhir Ketua DRN menyampaikan bahwa inovasi selama ini masih dlam wacana. Berbagai konsep dan program pengembangan inovasi telah dicanangkan, namun tidak dapat berkelanjutan. Hal ini terjadi karena selama ini tidak ada dasar hukum yang dapat mendorong riset menjadi inovasi dan dimanfaatkan oleh industri untuk menumbuhkan perekonomian. Untuk itu perlu dilakukan amandemen UU 18/2002 yang memasukkan unsur inovasi.
Pada sessi sidang komisi A dan B yang membahas inovasi untuk pembangunan daerah (A) dan inovasi untuk industri (B) diperoleh berbagai kesimpulan. Untuk komisi A diperoleh kesimpulan bahwa DRD perlu ditingkatkan peranannya sebagai ujung tombak penerapan inovasi di daerah. Untuk itu peran DRD perlu diperkuat dengan regulasi yang berlaku di seluruh Indonesia yang menggambarkan proses bisnis DRD yang lebih jelas. Selain itu akan dikembangkan data base DRD dan menghubungkan jaringan website DRD seluruh Indonesia dengan Website DRN.
Pada Komisi B diperoleh kesimpulan bahwa hasil-hasil riset yang telah tersedia di berbagai unit litbang perlu dijembatani secara lebih intensif untuk membangun “start up industri”. Untuk membangun start up company selain membutuhkan seed money, diperlukan juga dukungan mentoring yang tepat. Selain itu diperlukan pula dukungan regulasi, konektivitas, pembinaan SDM dan iptek. Saran selanjutnya adalah, dalam era ekonomi digital maka dunia usaha dan birokrat harus melakukan transformasi digital untuk meningkatkan pertumbuhan keuntungan ekonomis dan kemampuan inovasi.
Laporan Tahunan DRN - 2016 10 Gambar 5. Penyerahan Buku Agenda Riset Nasional 2016-2019 oleh Ketua DRN kepada
Menristekdikti.
Gambar 6. Penandatanganan Konsorsium “Smart Card” yang dibiayai oleh Kemristekdikti di
Laporan Tahunan DRN - 2016 11 Gambar 7. Penyampaian Penghargaan Kepada Prof BJ Habibie dari Lembaga Eijkman. 2.2.1.2 Sidang Paripurna II
Sidang Paripurna ke 2 Tahun 2016 Dewan Riset Nasional diselenggarakan pada hari
Senin tanggal 14 November 2016 dengan menggelar Seminar Nasional “Mencari Terobosan
Laporan Tahunan DRN - 2016 12 Gambar 8. Suasana Sidang Paripurna II DRN di Auditorium BPPT.
Seminar didahului oleh pemaparan oleh Ketua DRN yang menyampaikan pentingnya
riset dan inovasi dalam meningkatkan daya saing nasional. Selanjutnya disampaikan key
note speech oleh Dirjen Penguatan Riset dan Pengembangan yang menyampaikan kemajuan yang telah dicapai oleh Ristekdikti dan kebijakan-kebijakan yang telah dan akan dilaksanakan.
Gambar 9. Sambutan Ketua DRN pada Sidang Paripurna II DRN 2016.
Laporan Tahunan DRN - 2016 13 daya saing industri perkapalan, perkeretaapian dan industri baja. Sementara itu Dirjen Penguatan Inovasi memaparkan kebijakan makro yang diperlukan untuk meningkatkan daya saing industri strategis tersebut.
Gambar 10. Para Narasumber dalam SP II DRN dengan moderator Dr. Irnanda Laksanawan.
Pada sessi kedua, pada siang hari, dilakukan presentasi yang membahas permasalahan dan solusi untuk peningkatan daya saing industri pangan, kesehatan dan industri hankam. Sessi ini dimoderatori oleh Wakil Ketua DRN, Prof. Sudharto P. Hadi dan menampikan pembicara Ir. Muhammad Nadjikh (PT Kelola Mina Laut), Dr. Rika Andiarti (Deputi LAPAN), Dr. dr. Ismail HD, Sp.OT(K) (UPT Stem Cell RSCM), dan Ir. Rizky Ferrianto MA (Deputi Bappenas). Sebagaimana pada sessi pertama, diskusi membahas dukungan kebijakan yang diperlukan untuk meningkatkan daya saing industri perikanan, kesehatan dan penerbangan.
Laporan Tahunan DRN - 2016 14 Hasil seminar ini dirumuskan sebagai masukan bagi pemerintah, khususnya Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi, serta dijadikan bahan untuk penyempurnaan RUU Sistem Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang saat ini sedang dalam tahap pematangan. Beberapa kesimpulan yang dihasilkan dari Seminar ini adalah sebagai berikut:
Kemandirian dapat dapat terjadi bila belanja pemerintah terus mendukung /based load,
difasilitasi dengan dukungan infrastruktur nasional, falilitas, dukungan prospek bisnis dan pemasaran.
Inovasi merupakan suatu managemen proses yang sifatnya holistik dan spesifik, dimana
unsur-unsur penting yang perlu dikembangkan adalah: (i) kelembagaan, (ii) sasaran yang ingin dicapai (quick win), (iii) jabaran dalam perencanaan (road map), (iii) diperlukan terobosan model pembiayaan (block-grant and multi-years)/ model Malaysia, (iv) dukungan pengadaan, (v) diperlukan kerjasama / kemitraan baik ditingkal nasional (misal Patent) maupun internasional (misal G-20).
Berbagai kebijakan anggaran diperlukan, yakni: (i) bea komponen yang harus diimport/
komponen yang belum di produksi di dalam negeri, (ii) kebijakan perpajakan produk industri yang dihasilkan, (iii) inovasi untuk penurunan ongkos produksi (cost reduction), dan (iv) pengurangan bunga pinjaman bank
Dalam upaya kemandirian, maka pengembangan pengobatan dengan sel punca (stem
cells) diperlukan dukungan kelembagaan: (i) lembaga riset sel punca (Stem Cell Institutes), dan (ii) rumah sakit khusus sel punca (Stem Cells hospital).
Kemandirian industri perikanan ditentukan oleh klaster industri yang terintegrasi dalam
suatu kemitraan yang kreatif, yang dikendalikan industri hilir sebagai Bapak Angkat, dengan skema pebiayaan yang relatif murah, berdasarkan pada permintaan kebutuhan / pasar, dan dukungan pemerintah dalam pemberian infrastruktur, kepastian hukum dan keamanan.
2.2.1.3 Sidang Paripurna ke III
Sidang Paripurna ke 3 Tahun 2016 Dewan Riset Nasional dilaksanakan pada hari
Rabu tanggal 14 Desember 2016 dengan menggelar Seminar Nasional “Meningkatkan Peran
Laporan Tahunan DRN - 2016 15 Gambar 12. Para Peserta SP III DRN yang diselenggarakan di Hotel Millenium Sirih.
Seminar didahului oleh sambutan pembukaan oleh Ketua DRN yang menyampaikan pentingnya riset dan inovasi dalam meningkatkan daya saing nasional. Selanjutnya
disampaikan key note speech oleh Sekretaris Jenderal Kementerian Ristekdikti yang
menyampaikan kemajuan yang telah dicapai oleh Ristekdikti dan kebijakan-kebijakan yang telah dan akan dilaksanakan.
Gambar 13. Para Keynote Speakers dalam SP III DRN dengan Sekjen Kemristekdikti, Wagub DI Yogyakarta, dan Prof Richard Menko
Laporan Tahunan DRN - 2016 16 sebagai menumbuhkan bonus pembangunan, seharusnya menumbuhkan inovasi dianggap sebagai antisipasi terhadap ancaman masa depan. Inovasi tersebut tidak akan tumbuh tanpa penguasaan iptek yang dihasilkan melalui kegiatan R&D. Paduka Sri Paku Alam menyampaikan paparan tentang Peran Ipteks dalam Menata Pembangunan Daerah. Dalam kesempatan tersebut disampaikan bahwa peran Dewan Riset Daerah di DIY cukup vital dalam penyelenggaraan pembangunan di DIY. DRN berperan stretegis dalam mendukung pembangunan daerah dan terjadi pergeseran peran DRD dari semula sebagai penyusun kebijakan menjadi “brain trust” atau “think tank” Kepala Daerah. DRD juga berperan penting sebagai jembatan antara peneliti dan pengguna. Selain itu DRD juga berperan penting dalam mendorong terwujudnya masyarakat inovator.
Gambar 14. Para Ketua Komtek sebagai Narasumber dalam SP III DRN dengan moderator Prof Sudharto P Hadi.
Laporan Tahunan DRN - 2016 17 Gambar 15. Ketua Komtek Material Maju DRN sedang menyampaikan Progres Komteknya
dalam SP III DRN.
Pada Sessi siang hari setelah Ishoma, dibahas permasalahan yang berkaitan dengan peran lembaga iptek di daerah dalam mendukung saya saing daerah. Pada kesempatan tersebut ditampilkan 3 pembicara yaitu Dr, Wahyudi dari DRD Jatim, Prof Siti Subandiah dari UGM dan Ir. Husni Jamal dari DRD Jambi. Diskusi dimideratori oleh Sekretaris DRN Dr. Ir. Iding Chaidir, M.Sc.
Laporan Tahunan DRN - 2016 18 inovasi diperlukan perubahan paradigma dari kekuasaan (kewenangan) ke regulasi. Payung regulasi membentuk sebuah sistem menjamin kondisi yang kondusif pengembangan iptek. Regulasi dimaksud bukan hanya memungkinkan pengembangan iptek sebagai wahana syarat hidup tetapi juga sebagai syarat tumbuh.
Payung hukum diperlukan untuk menjamin keberadaan DRN yang membantu Pemerintah merumuskan arah dan prioritas pengembangan dan penerapan iptek. Eksistensi DRD di provinsi bukan hanya sebagai perumus kebijakan pengembangan ipteks didaerah, tetapi juga sebagai pendamping pengembangan inovasi daerah, think tank masalah-masalah crucial dan aktual didaerah. Diusulkan peran DRD perlu dituangkan dalam peraturan.
Selanjutnya hasil seminar ini akan dirumuskan sebagai masukan bagi pemerintah, khususnya Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi, serta dijadikan bahan untuk penyempurnaan RUU Sistem Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang saat ini sedang dalam tahap pematangan. Beberapa kempulan yang dihasilkan dari Seminar ini adalah sebagai berikut:
1. Salah satu tugas DRN adalah menjalin hubungan kemitraan dengan DRD dalam kerangka
harmonisasi dan sinkronisasi kebijakan Sistem Inovasi di tingkatNasional dan Daerah.
2. S.idang Paripurna III diagendakan untuk memetakan peran dan posisi DRD, mencari
model DRD yang mampu mendorong tumbuhnya inovasi untuk mewujudkan kemandirian dan daya saing daerah.
3. Para key note speakersmemberikan arahan tentang pentignya inovasi sebagai kunci
tumbuhnya daya saing dan kemandirian bangsa.
4. Butir 3 menjadi sangat penting mengingat peringkat daya saing kita sekarang berada di
level 41, turun dari level 38, dari 135 negara.
5. Untuk menumbuhkan inovasi diperlukan perubahan paradigma dari kekuasaan
(kewenangan) ke regulasi. Payung regulasi membentuk sebuah sistem menjamin kondisi yang kondusif pengembangan iptek. Regulasi dimaksud bukan hanya memungkinkan pengembangan iptek sebagai wahana syarat hidup tetapi juga sebagai syarat tumbuh.
6. Payung hukum sebagaimana butir 5, diperlukan untuk menjamin keberadaan DRN yang
membantu Pemerintah merumuskan arah dan prioritas pengembangan dan penerapan iptek
7. Eksistensi DRD di provinsi yang termasuk kateori berkembang memiliki fungsi bukan
hanya sebagai perumus kebijakan pengembangan ipteks didaerah, tetapi juga sebagai
pendamping pengembangan inovasi daerah, think tank masalah-masalah crucial dan
aktual didaerah. Di Yogyakarta misalnya memberikan masukan tentang rencana pembangunan bandara di Kulonprogo yang menimbulkan konflik dengan masyarakat lokal.
8. Pada sesi 2, delapan komtek DRN menyampaikan isu-isu aktual dibidangnya, highlight
agenda riset yang tertuang di ARN masing-masing bidang, hasil pemantauan perkembangan iptek masing-masing bidang dan program dan kegiatan dua tahun yang akan datang.
9. Diusulkan peran DRD (perlu dituangkan dalam peraturan) sebagai perumus kebijakan
pengembangan ipteks, daerah, think tank masalah-masalah didaerah, mediasi
Laporan Tahunan DRN - 2016 19 2.2.2 Pelaksanaan Rapat Badan Pekerja dan Audiensi
Selama kurun waktu 2014 telah dilaksanakan 6 kali Rapat Badan Pekerja (BP) yang diselenggarakan di sekretariat DRN Gd. I BPPT Lantai 1 dan di Lantai 23 Gedung II BPPT. Rincian tanggal pelaksanaan kegiatan Rapat Badan Pekerja adalah sebagai berikut :
- Rapat BP Tanggal 14 Januari 2016 - Rapat BP Tanggal 16 Februari 2016 - Rapat BP Tanggal 10 Maret 2016 - Rapat BP Tanggal 27 April 2016 - Rapat BP Tanggal 24 Mei 2016
- Rapat BP Tanggal 14 September 2016
- Rapat BP / Audiensi Tanggal 11 Oktober 2016
2.2.2.1 Rapat Badan Pekerja Tanggal 16 Februari 2016
Rapat Badan Pekerja DRN dilaksanakan pada hari Selasa, tangal 16 Februari 2016, jam : 09.00 s.d. 12.00 WIB bertempat di Ruang rapat Lantai 23, Gedung II BPPT Jl. M.H Thamrin No.8 Jakarta. Agenda rapat terdiri dari (1) Pembukaan oleh Dr. IR. Bambang Setiadi, IPU selaku ketua DRN; (2) Persentasi oleh Dr. Ir. Iding Chaidir, M.Sc, mengenai laporan kegiatan DRN tahun 2015 dan Rencana Kegiatan DRN Tahun 2016; (3) Persentasi oleh Dr. IR. Bambang Setiadi, IPU mengenai Visi dan Misi Program Kerja Dewan Riset Nasional; (4) Persentasi oleh Dr. Ir. Utama Herawan Padmadinata mengenai masukan untuk Perubahan UU No.18/2002, dan (5) Penutup.
Laporan Kegiatan DRN
Kegiatan DRN tahun 2015 yang telah dilaksanakan adalah sidang paripurna sebanyak tiga
kali dengan rentang waktu dimulai Oktober 2015- Desember 2015. Adapun agenda sidang paripurna yang telah dilaksanakan yaitu pengukuhan anggota DRN tahun 2015-2018; penyelarasan program DRN dengan para Pejabat di lingkungan Kemenristekdikti; terakhir adalah Temu bisnis penyedia dan pengguna (KADIN)/ Hilirisasi Riset.
Kegiatan DRN selanjutnya adalah rapat badan pekerja yang kemudian dilanjutkan dengan
rapat dan FGD masing-masing komisi teknis
Kegiatan Pimpinan/ Komisi Teknis DRN menghadiri berbagai macam undangan yang
berkaitan dengan masing-masing tema komisi teknis seperti kunjungan stem cell and
cancer Institute; pertemuan, pengarahan pada pengukuhan anggota DRD, menghadiri berbagai seminar dan workshop salah satunya acara HIPIIS, acara peluncuran roket, Acara KIPNAS ( Kongres iptek nasional), serta menghadiri Rakernas RISTEKDIKTI,
Awal tahun 2016 terdapat perubahan struktur organisasi DRN yang semula berada
Laporan Tahunan DRN - 2016 20
Anggaran kegiatan DRN tahun 2016 tidak mengalami perubahan, dengan total anggaran
sebesar RP.6.5 Miliar.
Pembuatan laporan kegiatan Dewan Riset Nasional sebagai bahan acuan untuk membuat
program DRN kedepan.
Akan dibuatnya direktori penelitian di seluruh Indonesia meliputi lembaga pemerintah,
LPNK, Universitas negri maupun swasta, Lembaga swasta, pemerintah daerah. Pembuatan direktori akan bekerjasama dengan investor.
Program Kerja DRN 2017
Referensi struktur organisasi DRN dapat mengacu pada negara Brazil atau korea. DRN
brazil berada dibawah presiden, membawahi berbagai kementerian. Sama halnya dengan korea DRNnya berada langsung dibawah presiden dan strukturnya diatas perdana menteri dimana salah satu fungsi DRNnya sebagai konsultan riset bagi presiden.
Tugas DRN sesuai dengan SK yang diterima tidak hanya membuat Arah Riset Nasional
namun merumuskan arah penelitian dan pengembangan iptek, sistem inovasi iptek dan berbagai macam hal yang berkaitan dengan iptek.
Visi pembangunan nasional yang berkaitan dengan DRN adalah mewujudkan bangsa yang
berdaya saing, sehingga dapat meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di tingkat internasional. Cara meningkatkan daya saing SDM Indonesia salah satunya adalah meningkatkan kapasitas inovasi dan teknologi yang merupakan sasaran pembangunan iptek.
Untuk peningkatan produktivitas dan daya saing masyarakat Indonesia, tidak hanya
bergantung kepada upah murah namun bagaimana nilai tukar mata uang, kualitas tenaga kerja,dan upah penghasilan memiliki pertumbuhan yang sama dari segi produktivitas dan efisiensi.
Peningkatan kapasitas inovasi dan teknologi sama halnya dengan sub agenda
pembangunan nasional oleh karenanya acuan strategi pembangunan iptek 2015-2019 adalah ARN dan Jakstranas. Dari ARN dan Jakstranas tersebut tugas DRN adalah merumuskan dan mengevaluasi ARN, penyusunan jakstranas iptek pemantauan kebutuhan iptek untuk pembangunan serta menjalin kemitraan dengan DRD dan organisasi sejenis baik tingkat nasional maupun tingkat internasional.
Peningkatan kapasitas SDM iptek nasional yang berdaya saing adalah dengan menyiapkan
masyarakat go global; riset dan pengembangan dasar serta pengembangan taman tekno
dan taman sains di seluruh Indonesia. Saat ini taman tekno dan sains baru terdapat 60 dari 100 taman yang diharapkan.
Visi dan Arah DRN sebaiknya meliputi tiga point yaitu kebijakan, executing, dan
empowering.
Laporan Tahunan DRN - 2016 21 Executing Riset berupa pengembangan roadmap produk inovasi yang berfokus pada 7
bidang fokus utama; pendanaan inovasi bagi perguruan tinggi untuk industri, perusahaan pemula berbasis teknologi; pengembangan konsorsium iptek; dan pengembangan wahana interaksi dari berbagai lembaga litbang.
Empowering riset berupa penguatan standarisasi beragam hasil riset; kolaborasi yang kuat antara BUMN dan pihak swasta sebagai penggerak inovasi; pengembangan database SINAS untuk kemudahan akses informasi bagi industri yang ingin mengadakan kerjasama; dan penguatan kerjasama internasional baik antara pemerintah maupun antar pebisnis.
Dari tiga point tersebut (kebijakan, executing, dan empowering) dapat dijadikan acuan
pembuatan ARN bagi tiap komisi teknis yang dijabarkan menjadi topik utama riset,
maksud dari adanya riset tersebut, pertanyaan riset, institusi pelaksana riset, output dari
riset, roadmap dan pendanaan yang dibutuhkan.
DRN dapat mengajukan dan masukan pada menteri mengenai jenis Sinas yg mungkin
dapat didanai oleh pemerintah.
Agar masukan tersebut dapat disampaikan kepada menteri ada baiknya tiap komisi teknis
memberikan program unggulan masing-masing yang kemudian disampaikan pada sekretariat DRN.
Kerjasama dengan dewan riset daerah berupa permintaan pembukaan science park
dimana kerjasama tersebut terdiri dari dua cara yang pertama bekerjasama dengan DRD untuk mengusulkan techno park , cara kedua yaitu ketua DRN menjadi bagian dari tim
penilai Pusat Unggulan Iptek (PUI). PUI yang terpilih diusulkan menjadi science
technopark yang dapat didanai.
Masukan Anggota Badan Pekerja untuk Program Kerja DRN
Arah kebijakan dan prioritas ARN harus mengacu pada Jakstranas sehingga dapat menjadi
panduan kegiatan.
UU Ristek dan UU DRN dapat mencontoh UU Energi selain itu ARN dapat menjadi acuan
nasional.
ARN ada baiknya tidak dikeluarkan oleh menteri, namun oleh presiden (peraturan
preside) sehingga dapat menjadi acuan riset seluruh Indonesia.
ARN ada baiknya perlu didukung oleh peraturan presiden karena mencakup berbagai
kementerian dan unsur politik agar dapat diloloskan di tingkat DPR.
Perlu strategi khusus agar ARN dapat disetujui oleh oleh menteri dan dibaca oleh presiden.
Tidak lupa perlu adanya kerjasama dengan menteri keuangan sehingga dana penelitian dapat berupa block grand.
DRN Perlu membuat policy brief sebagai solusi apabila ada suatu kejadian mendadak
terjadi.
Dasar hukum DRN harus kuat sehingga mudah untuk ber-koordinasi antar kementerian .
Perlu adanya jenis penelitian/ kegiatan riset yang tidak terikat dengan ARN yang
Laporan Tahunan DRN - 2016 22
Perlunya mengumpulkan dan mengidentifikasi isu riset yang dibutuhkan baik yang sedang
atau akan menjadi trend penelitian.
Perlunya jenis riset yang jelas dan kongkret apabila ingin mendapat perhatian presiden.
Masih banyaknya riset iptek yang saling tumpang tindih antar kementerian.
Perlunya ilustrasi riset yang bisa ditampilkan dari keseluruhan Agenda Riset Nasional.
Rencana Perubahan UU 18/2002
Salah satu Arahan RJPMN 2005-20025 adalah mewujudkan bangsa yang berdaya saing.
Sembilan agenda prioritas pembangunan (Nawacita) bagi riset ditekankan pada point ke
enam yaitu yaitu meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional dan point ke tujuh yaitu mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakan sektor-sektor strategis ekonomi domestik.
Peningkatan daya saing di pasar internasional yaitu dengan membangun sejumlah science
techno park; Mewujudkan penguatan teknologi dengan penciptaan kebijakan Sistem Inovasi Nasional serta memprioritaskan pembiayaan penelitian yang menunjang iptek.
Visi Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi salah satunya adalah menguatnya
kapasitas inovasi.
Perlunya revisi UU No.18/2002 adalah untuk memperbaiki dan melengkapi penerapan
sistem inovasi; menentukan kembali jakstranas iptek dengan jangka waktu yang lebih lama; dan tambahan peraturan pelaksanaan sinas.
Penentu kebijakan inovasi nasional terbagi dari tiga tingkatan yaitu pada level mikro
berupa aktor inovasi; tingkat meso yaitu dukungan inovasi pada institusi terkait dan program pendukung inovasi; tingkat yang terakhir adalah pada level makro yang berupa kebijakan.
Sinas merupakan salah satu jawaban dari kebutuhan bangsa indonesia saat ini dan dimasa
mendatang oleh karenanya perlu disusun selengkap mungkin agar tujuan UU No.18 tersebut dapat terlaksana.
Konten undang-undang perlu dirubah, namun beberapa point penting harus tetap
dipertahankan.
Perlu adanya bench mark untuk DIM.
Perlu penambahan sanksi dalam UU 18 /2002.
Laporan Tahunan DRN - 2016 23
Perlu memberikan kontribusi yang maksimal dalam revisi UU 18 /2002 sehingga dapat
memberikan output yang maksimal.
Perlunya pertemuan khusus untuk membahas lebih lanjut revisi UU 18/2002 pada bidang
iptek.
2.2.2.2 Rapat Badan Pekerja DRN Tanggal 10 Maret 2016
Rapat BP dilaksnakan di Ruang Rapat Kemenristekdikti Lantai 23, Gedung BPPT II
Lantai 23, Jakarta. Agenda Rapat terdiri dari (1) Pembukaan, (2) Visi dan Misi
Pembangunan Riset, (3) Norma ARN, (4) Fokus Tugas DRN dan Misi Riset, (5) Agenda Riset Nasional 2015-2019; (6) Kriteria dan Norma, (7) Pilar Penyusunan ARN, (8) Tema ARN untuk Daya Saing, (9) Diskusi, dan (10) Penutup
Rapat dibuka oleh Ketua DRN dan sekaligus menyampaikan Agenda Rapat dan Presentasi skenario untuk penyempurnaan ARN, dengan berbagai kriteria. Rapat dilanjutkan dengan presentasi masing-masing Asisten Komtek. Materi presentasi disiapkan oleh Asisten Komtek yang telah disiapkan oleh masing-masing Asisten Komtek berdasarkan arahan rapat Ketua DRN (tersebut pada butir A.2), pada rapat Tim Asistensi tanggal 19 Februari 2016. Presentasi Tim Asistensi pada rapat Badan Pekerja ini dimaksudkan untuk mendapatkan masukan dari para Ketua Komtek. Materi presentasi terdiri atas 4 bagian utama, yaitu: (i) Pendahuluan / Latar Belakang Permasalahan, (ii) Usulan Norma, (iii) Penentuan pilar, dan (iv) Penentuan tema riset atau prioritas utama.
Rapat dilanjutkan dengan diskusi yang hasilnya dirumuskan sebagai berikut:
1) Dalam upaya menentukan tema riset atau prioritas utama riset, maka perlu ditentukan
lebih dahulu pilar-pilar yang terkait dengan pendahuluan/ permasalahan, kemudian diselaraskan dengan norma yang telah ditentukan. Dalam hal ini maka tema riset merupakan irisan yang terkait dengan pilar-pilar yang digambarkan sebagai bulatan-bulatan.
2) DRN menyepakati dibentuknya Panitia/ Tim Ad Hoc untukmemberikan masukan /
pertimbangan kepada Menristekdikti dalam berbagai hal, misalnya BPJS, penyusunan agenda riset (ARN / RIRN).
3) DRN perlu skenario bagaimana menyampaikan berbagai pemikiran DRN kepada DPR,
misalnya tentang Konsorsium
4) DRN perlu membuat usulan konsep/ pemikiran tentang pembiayaan “Prototipe” kepada
pemerintah, mengingat hasil riset prototype ini belum dapat diimplementasikan oleh industri. Dalam hal ini diusulkan dibentuk Komtek Ekonomi untuk memberikan solusi implementasi hasil riset ke industri, yang dinilai masih cukup panjang dan memerlukan investasi yang mahal/ besar
5) Diusulkan agar DRN dapat melakukan rapat Pleno yang dihadiri oleh seluruh anggota
guna menyampaikan berbagai informasi, selain rapat-rapat Komtek.
6) Perlu disusun program kolaboratif antar Komtek yang dapat memecahkan
permasalahan nasional secara bersama / konsorsium
7) DRN perlu menjalin sinergi yang lebih intensif dengan Kemenristekdikti dan Jajarannya,
Laporan Tahunan DRN - 2016 24
8) Menyikapi undangan rapat oleh Dirjen Penguatan Riset dan Pengembangan tentang
Rencana Induk Riset Nasional, maka berbagai masukan adalah sebagai berikut: (i) melakukan komunikasi pendahuluan sebelum rapat, (ii) Ketua DRN perlu datang dan menyampaikan keterkaitannya dengan ARN secara konstruktif dengan tidak menginggung perasaan, dan (iii) agar hubungan baik dengan Kemenristekdikti dapat ditingkatkan, mengingat DRN masih tergantung / belum bisa terlepas dari Kemenristekdikti
2.2.2.3 Rapat Badan Pekerja Tanggal 27 April 2016
Rapat dibuka oleh Ketua Dewan Riset Nasional Dr. Ir. Bambang Setiadi IPU yang menyampaikan laporan sebagai pemateri di Universitas Al azhar. Bahwa Agenda Riset Nasional saat ini telah sangat dinantikan oleh universitas dan Dewan Riset Daerah sebagai acuan riset untuk 2 tahun ke depan.
Selanjutnya disampaikan laporan Sekretaris DRN bapak Iding Chaidir terkait Laporan perkembangan penyusunan ARN, Kesepakatan Penyajian dan Substansi ARN dan Rencana Finalisasi ARN. Konten agenda riset nasional 2015-2019 adalah sebagai berikut (1) Kata Sambutan, (2) Daftar Isi, (3) Daftar Tabel, (4) Daftar Gambar, (5) BAB I Pendahuluan, terdiri dari latar belakang, maksud dan tujuan dan metodelogi, (6) BAB II Agenda Riset Nasional, terdiri dari bidang fokus dengan sistematika nya adalah latar belakang, isu pokok bidang fokus, agenda riset bidang fokus, prioritas riset bidang fokus, (7) BAB III Implementasi dan BAB IV PENUTUP. Status terakhir hingga 24.05.2016 tinggal menunggu dari Bidang Sosial Humaniora. Terkait penyamaan output, Ketua DRN mengingatkan agar memperhatikan juga output Kementerian Riset Teknologi dan DIKTI.
Laporan Ketua DRN tentang Hasil Kerja Tim Adhoc amandemen UU18/2002. Mencermati hasil revisi akhir dari Biro Hukum dan Organisasi Kementerian Riset Teknologi dan DIKTI ranggal 9 Mei 2016 bahwa UU18/2002 telah berganti judul menjadi RUU sistem nasional ilmu pengetahuan dan teknologi yang terdiri dari 11 bab 76 pasal (lihat PPT paparan UU 18 hal 4-6). Atas pertimbangan tim adhoc yang merupakan pakar ahli dalam membuat UU perindustrian, Pertahanan Keamanan maupun UU energi, Memperhatikan proses revisi UU Nomor 18 Tahun 2002 dan banyak yang mempertanyakan keterlibatan DRN, hasil Revisi dari Kemenristekdikti dan Usulan Tim Adhoc DRN. Dari revisi tersebut muncul 3 opsi yang tentang apa yang harus dilakukan DRN selanjutnya yaitu: (1) Memperbaiki dari awal UU Nomor 18 Tahun 2002, (2) Memperbaiki UU Nomor 18 Tahun 2002, dan (3) Menyusun sendiri UU18/2002. Di dalam revisi akhir UU18/2002 dari kemenristekdikti pada
pertimbangan poin c disebutkan: “bahwa Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2002 tentang
Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi sudah tidak dapat memenuhi kebutuhan masyarakat dan perkembangan zaman, sehingga perlu diganti”
Laporan Tahunan DRN - 2016 25 INGGRIS. Usulan yang harus dilakukan adalah : memilih melanjutkan revisi atau menyusun baru, menetukan filosofi, membuat buku putih, membuat draft UU atau revisi yang memiliki inovation value chain.
Beberapa catatan dan masukan dari peserta rapat antara lain sebagai berikut:
Ketua KOMTEK Pangan, “bahwa Riset dan pengembangannya merupakan strategi negara negara maju, dan Indonesia juga harus memiliki Dewan Riset Nasional, untuk
itu menyetujui revisi UU18/2002”.
Ketua KOMTEK Material maju, “berkaca dari kesempurnaan UU perindustrian, untuk
itu revisi UU18/2002 perlu dilanjutkan ”.
Ketua KOMTEK Hankam, “Agenda Riset Nasional harus stated (menyebutkan)menjadi acuan KL, Industri, dan Perguruan Tinggi, diperlukan uji publik dan menyetujui revisi UU/18/2002 untuk kesejahteraan rakyat”.
Ketua KOMTEK energi, menyetujui revisi UU18/2002 seperti halnya UU energi
melahirkan Dewan Energi Nasional”.
Wakil Ketua DRN, “selalu menempatkan posisi profesional ketika melaporkan kepada
menteri”.
Kesimpulan dan tindak lanjut rapat BP ini adalah sebagai berikut: (1) Membawa usulan rapat hari ini kepada menteri sebagai laporan; (2) Memantabkan ARN dalam bentuk buku dalam konsinyering di Jogjakarta. Sedangkan tindak lanjut yang perlu dilakukan adalah (1) Finalisasi dilanjutkan oleh KOMTEK di Jogjakarta, bersamaan dengan dilaksanakannya Rapat BP di Jogjakarta; (2) Rapat BP selanjutnya akan akan dilaksanakan pada 29 Mei- 1 Juni di Jogjakarta.
2.2.2.4 Rapat Badan Pekerja Rabu, 14 September 2016
Laporan Tahunan DRN - 2016 26
1. Suksesnya Seminar DRN di Solo pada tanggal 9 Agustus 2016, banyak dipresiasi oleh
masyarakat, dan menjadikan DRN dan DRD dapat lebih dikenal masyarakat.
2. Kunjungan ke Stem Cell – UI-RSCM dan Roket - LAPAN, memberikan pelajaran bahwa:
(i) berbagai hasil riset sudah siap dikomersialkan, namun terkendala oleh anggaran/ investasi dan fasilitas pendukung untuk proses komersialisasi, dan (ii) pemotongan dana yang dilakukan pemerintah akhir-akhir ini tidak berdasarkan pada kajian yang berbasis prioritas.
3. Pemerintah belum serious mendukung komersialisasi hasil riset anak bangsa, dan lebih
suka melakukan import produk.
Ketua DRN akan menyampaikan laporan berbagai hal di atas kepada Menteri Ristekdikti.
Rapat dilanjutkan dengan laporan masing-masing Komtek sebagai berikut: 1. Laporan Komtek Energi
Komtek energi menemukan sumber-sumber energi berdasarkan riset otodidak yang
belum dapat dipertanggung-jawabkan secara ilmiah. Di Gresik ditemukan membangkitkan listrik tanpa bahan bakar dan di Wonogiri ditemukan pembangkit listrik hasil pengkabutan campuran air dan bahan bakar. Temuan di Wonogiri secara ilmiah dapat diterima, walaupun di dalam implementasinya beresiko tinggi bila digunakan untuk mesin (mesin macet), sehingga hanya dapat digunakan untuk proses-proses pembakaran seperti batu-bata dan genting.
Komtek Energi merencana FGD 26 Oktober 2016
Pembentukan konsorsium, masih dalam proses dan diperlukan waktu untuk
komukasi dan koordinasi dengan berbagai pihak, khususnya untuk menentukan Leader-nya.
Penyusunan policy brief, masih perlu penyempurnaan, dan masih dipertimbangkan
Keberpihakan pemerintah untuk subsidi energi untuk BBN sangat diperlukan,
Laporan Tahunan DRN - 2016 27 Tanggapan:
DRN memandang perlu mengusulkan anggaran melalui program insentif untuk
hasil-hasil riset otodidak untuk pertanggung-jawaban secara ilmiah.
Berbagai kasus Peneliti Otodidak (misal B-20) dapat dilaporkan ke Menteri
Ristekdikti, karena beresiko terhadap kesehatan (beracun) dan menurunkan kinerja mesin
Berbagai produk hasil riset diperlukan standardisasi (SNI) untuk tujuan/ alasan
lingkungan, kesehatan dan keamanan
Pengembangan riset diperlukan kemauan / komitmen politik, karena tidak selalu
layak ekonomi, seperti harga bio-diesel yang lebih tinggi dari bbm, menjadikan biodiesel tidak layak untuk produksi komersial
Terdapat irisan kepentingan di bidang pangan, energi dan transportasi, yang mana
tema ini dapat diangkat untuk FGD. 2. Laporan Komtek Material Maju
Komtek Material Maju akan mengadakan rapat pada tanggal 16 September untuk
merencanakan FGD, yang antara lain membahas policy brief
Komtek Material Maju pada kunjungan ke Mina Laut akan focus pada kajian pakan
ikan terapung
Kemenristekdikti menampilkan roadmap material maju tentang logam tanah jarang,
yang dinilai kurang prospektif
Sosialisasi ARN, agar dikoordinasikan dengan Bappenas agar dapat menjadi acuan
di RPJMN
Dalam rangka pematauan kemajuan Iptek, Pak Nurul menerapkan nano teknonologi
dan material porous untuk material kontruksi pembangunan jalan
DRN diharapkan agar kita lebih cepat bergerak untuk amandemen UU 18, karena
DRN tidak masuk pada draft UU Perubahan tersebut. Ketiadaan DRN diinformasikan karena Menteri PAN yang lalu (Pak Yudhi) tidak setuju.
Kegiatan di Ristekdikti telah menyusun buku RIRN 2025, yang isinya masih kurang
dibandingkan dengan RIPIN. Agar DRN terlibat karena RIRN belum sempurna.
RIRN disusun dengan metode bottom-up dari perguruan tinggi dan institusi litbang