• Tidak ada hasil yang ditemukan

FGD “Pengembangan Lumbung Pangan Di Merauke Dalam Perspektif

BAB II. PELAKSANAAN KEGIATAN

2.2 Pelaksanaan Kegiatan

2.2.3 Pelaksanaan Workshop / Lokakarya

2.2.3.1 FGD “Pengembangan Lumbung Pangan Di Merauke Dalam Perspektif

Focus Group Discussion Komtek Pertanian ini dilaksanakan di Gedung D Kemendikbud Rabu, 25 Mei 2016.

Pembukaan dan Keynote Speech:

Pembukaan FGD “Pengembangan Lumbung Pangan di Merauke dalam Perspektif Pertanian Ekoregional “ dilaksanakan oleh Ketua DRN Dr. Bambang Setiadi, MS. Dalam pembukaannya Ketua DRN mengingatkan bahwa rencana menjadikan Merauke sebagai lumbung pangan yang akan mencetak 1,2 juta hektar sawah untuk produksi padi harus disiapkan dan dikaji lebih dalam dan komprehensif.

Berkaca pada kegiatan serupa yakni program pembukaan lahan satu juta hektar untuk mencetak sawah di Kalimantan dan program pembukaan lahan 20.000 hektar oleh Pertamina di Palembang dalam program Rice Estate harus menjadi pelajaran dan mempersiapkan segala aspek yang diperlukan untuk Program Lumbung Pangan di Merauke. Dewan Riset Nasional harus mengkaji dan member masukan kepada pihak yang berwenang apakah program ini akan bermanfaat untuk masyararsedkat luas, apakah luas lahan yang tersedia mencukupi dan memenuhi syarat untuk proses produksi, apakah program ini memberi dampak yang nyata pada masyarakat sekitar.

Ide Presiden RI Bapak Jokowi pada tanggal 9 Mei 2016, yang menginginkan dibuat 1,2 juta hektar lahan sehingga dapat diproduksi 22 juta ton padi di Merauke perlu di siapkan dan dikaji oleh semua pihak yang berkepentingan dan menjadi tanggungjawab di bidangnya. FGD yang dilakukan oleh Komisi Pangan dan Pertanian DRN akan mengupas seberapa jauh kesiapan dan menginventarisir beberapa hal penting yang perlu dilakukan oleh semua pihak. FGD mengundang nara sumber dari Kementerian Pertanian, Kementerian PU dan

Laporan Tahunan DRN - 2016 34 Perumahan Rakyat, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan serta pihak Swasta/industri yang akan memberi masukan sehingga FGD yang dilakukan lebih bermakna.

Presentasi Narasumber :

Dr. Haryono MSc (Kementerian Pertanian/Ketua Komtek Pangan & Pertanian DRN)

Presiden Jokowi menekankan pentingnya mengangkat daerah tertinggal dan daerah perbatasan. Merauke merupakan kabupaten di propinsi Papua yang cocok dikembangkan. Merauke mempunyai lahan pertanian yang hampir datar, sumber air yang cukup dan mempunyai kearifan local. Sehingga pengembangan lubuk pangan di merauke harusw memperhatikan kearifan local yang bersifat ekoregional. Rata-rata kepemilikan lahan di

Merauke sekitar 2 – 5 hektar.

Narasumber menyampaikan target pencapaian swasembada pangan secara umum dan beberapa tantangannya serta tahapan pengembangan Merauke sebagai lumbung pangan di Papua. Target pengembangan lahan seluas 1 juta hektar direncanakan tercapai pada tahun 2017, yang dimulai pada tahun 2015 dengan luas pengembangan seluas 250.000 hektar tiap tahun. Produksi padi dikawasan lumbung pangan Merauke akan di fokuskan pada beras premium dan beras organic dengan pasar dalam negeri dan luar negeri.

UU No. 32 tahun 2009 menyatakan bahwa Ekoregion didefinisikan sebagai wilayah geografis yang memiliki kesamaan ciri iklim, tanah, air, flora dan fauna asli, serta pola interaksi manusia dengan alam yang menggambarkan integritas sistem alam dan lingkungan hidup. Pembangunan berbasis ekoregion merupakan suatu konsep perencanaan tata ruang (spatial planning) dengan mempertimbangkan jasa tata ruang pada suatu wilayah dan masyarakat yang tinggal di dalam wilayah ekoregion tersebut.

Pembangunan pertanian berbasis ekoregion merupakan elaborasi lebih lanjut dari konsep ekoregion, yang mengemukakan aspek perlindungan dan pengelolaan lingkungan atau ekosistem, seperti tertuang dalam undang-undang no 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan LH.

Dalam pengembangan ekoregion tiga dimensi yang perlu diperhatikan adalah : 1. Ekologi dan Ekonomi, 2. Resiko dan 3. Pengembangan Wilayah. Pengembangan wilayah termasuk pengembangan wilayah berbasis ekoregion bisa menghasilkan perbaikan perekonomian yang optimal, apabila terdapat kesesuaian dan interaksi yang efektif antar komponen2 wilayah, diantaranya : Interkoneksi Hulu-Hilir, Antara kota (pusat konsumsi) dan pedesaan (pusat produksi). Antara proses produksi, pengolahan, dan pemasaran sebagai satu kesatuan sistem.

Laporan Tahunan DRN - 2016 35 Narasumber menyampaikan potensi kawasan pengembangan pada di merauke dari segi ketersediaan air, pengembangan sawah eksisting, calon lokasi sawah baru tananh miring, pentingnya factor kebijakan, implikasi pembanguan berbasis ekoregion dan pengembangan langkah ke depan.

Pengembangan pertanian berbasis ekoregion merupakan opsi yang bisa ditempuh untuk menghadapi permasalahan dan tantangan pembangunan pertanian saat ini maupun di masa yang akan datang. Dengan mengacu pada sistem pengelolaan lahan berbasis ekoregion, pengembangan pertanian dapat dilakukan pada areal yang sesuai dengan kemampuannya, sehingga pencegahan dan pengendalian degradasi lahan relatif mudah dilakukan. Pengembangan sektor non-pertanian juga dilakukan pada areal yang sudah diperuntukan untuk areal non-pertanian. Dengan menerapkan prinsip ekoregion, pendekatan yang dilakukan tidak lagi bersifat sektoral, tetapi bersifat terpadu, yang dapat mengintegrasikan semua pihak yang terkait dalam forum kemitraan. Sektor swasta yang terlibat dalam pembangunan wilayah ekoregion, diharapkan dapat menerapkan etika bisnis yang tidak hanya berorientasi pada pendekatan jangka pendek, yang cenderung memburu rente, tetapi yang mengintegrasikan berbagai prinsip sehingga dapat mendukung keberlanjutan pembangunan di wilayah ekoregion. Diperlukan inisiasi dari lembaga penelitian seperti Badan Litbang Pertanian untuk membangun suatu wilayah yang dapat dijadikan sebagai building block pembangunan wilayah ekoregion. Suatu kawasan yang dapat dianggap sebagai center of exellence perlu dibangun dengan memanfaatkan berbagai kemampuan yang telah ada, baik dari pihak birokrasi, lembaga penelitian, dan lembaga masyarakat petani. BPTP mempunyai fungsi strategis dalam mengoptimalkan sistem pembangunan berbasis ekoregion

Dr. Ir. Arie Setiadi Moerwanto (Kementerian PU dan Perumahan Rakyat) Narasumber menyampaikan paparan “ Menuju Indonesia Mandiri Peran Strategis Merauke dalam Mendukung Pembangunan Nasional “. Dalam paparannya Narasumber menyampaikan tantangan pembangunan infrastruktur PUPR tahun 2015-2019.

Dalam pengembangan lumbung pangan Merauke, beberapa hal yang perlu dipertimbangkan adalah : • Kesuburan tanah; • Tersedianya air dan air yang dibutuhkan

(kualitas dan kuantitas) populasi sawah, petani (tersedia dan kemauan); • Pemasaran

produksi; • Jaringan jalan dan komunikasi; • Status tanah; • Banjir dan genangan; dan •

Lain-lain (potensi transmigrasi, pertimbangan-pertimbangan non-ekonomis).

Merauke termasuk dalam Wilayah Sungai Einlanden-Digul- Bikuma (EDB) . Sungai Bian-Kumbe dan Maro (Bikuma) yang disekitar Merauke dipengaruhi oleh air pasang sampai 40 km. Sungai Digul memiliki air dengan kualitas yang baik dan debit yang besar. Beberapa permasalah di Merauke adalah tunggang pasang 2-3 m tidak sampai ke lahan, air mengandung sulfur, air harus di pompa ke kolam parit untuk memenuhi kebutuhan 2 musim tanam, pada beberapa lokasi diperlukan lapisan geo-synthetic untuk mengatasi masalah porositas tanah yang tinggi. Kolam parit terhubung dengan sungai sekunder tanpa pintu pengatur yang memadai. Disampaikan progress rencana pengembangan di Merauke.

Dalam paparannya narasumber menyampaikan bahwa lahan irigasi 1,2 juta hektar hanya dapat terairi, jika dilakukan inter-basin transfer dari Sungai Digul . Litbang yang telah dilakukan: Teknologi memperkirakan ketersediaan air, dengan hujan satelit TRMM dan model hujan-aliran Wflow . Litbang yang perlu dilakukan: Teknologi pemanfaatan air pasang untuk pengisian “Kolam Parit”. Teknologi membuat air tanah tercemar Sulphur

Laporan Tahunan DRN - 2016 36 menjadi air bersih. Teknologi inter-basin transfer pada jarak yang sangat panjang Teknologi pompa hemat energy. Pemecahan masalah hak ulayat.

Hendri Handoko (Swasta/Industri)

Dalam paparannya narasumber menyampaikan “ Membangun Merauke melalui Kemitraan dalam Bentuk Koperasi Serba Usaha “. Disampaikan Tantangan membangun kawasan pangan Merauke antara lain : - Keterbatasan Infrastruktur, modal, Suber daya

Manuasia. – Memiliki keunikan peran adat dalam praktek usaha. – Pendekatan sawah

modern belum banyak dipahami dan karakteristik budaya usaha khas Marauke.

Disampaikan dukungan regulasi pembukaan KSEP Merauke antara lain 3 undang-undang, 1 keputusan MK, 5 Peraturan Presiden dan Inpres, 7 Peraturan Menteri, 2 Peraturan Daerah Khusus dan 1 Peraturan Kabupaten. Disampaikan diperlukan dukungan antara kementerian dan Lembaga untuk mendukung Merauke sebagai lumbung pangan.

Pembangunan sawah di Merauke sebaiknya berkonsep Corporate Farming, design sawah model cluster perpetak 10-20 ha. Menggunakan mekanisasi sehingga bisa efisiensi menekan biaya, produksi beras meningkat 20% dan tumbuhnya industry hilir dan pemasaran terpadu.

Pengembangan Kemitraan Koperasi dilakukan dengan cara : Bekerja sama dengan pemilik hak ulayat. Penggunaan tanah untuk persawahan berdasarkan kontrak sewa-menyewa selama 25 Tahun dan tidak ada pengalihan hak atas tanah ulayat. Setiap anggota keluarga yang telah berusia 17 tahun akan diberi kesempatan dan disertakan dalam pengelolaan lahan sawah. Koperasi akan mengusahakan permodalan dan bimbingan keuangan kepada anggota melalui program perencanaan keuangan keluarga. Konsep inti plasma dan bagi hasil berdasarkan kesepakatan menjadi dasar kerja sama dengan petani dan pemilik hak ulayat yang tertuang dalam perjanjian notariat. Biaya yang muncul dalam masa proses tanam hingga panen tersebut akan menjadi beban biaya yang menjadi tanggung jawab masing-masing pengelola sawah modern.

Konsep perjanjian kemitraan koperasi dilakukan antara lain : Penggunaan Lahan Berdasarkan Kontrak Sewa Menyewa. Tidak Ada Jual Beli atau Pengalihan Status Kepemilikan Lahan. Luas Area Dihitung Berdasarkan Lahan Tertanam (Netto) Lahan Irrigasi dan Jalan Produksi Tidak Dihitung Biaya Sewa. . Harga Sewa Per Hektar (Netto) Rp. 500.000,- ditambah 100 kg Beras, Lama Kontrak 25 (Dua Puluh Lima Tahun) Dibayar Setelah Panen. . Setelah 3 (Tiga) Tahun Pemilik Lahan diberikan Kesempatan Untuk Mengelola Lahan 10 % dan akan bertambah berjenjang hingga Max 50 % dalam waktu 15 tahun. Mengembangkan Program Inti Plasma dibidang Pertanian.

Ir. Muhammad Said, MM (Dirjen Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan) Narasumber menyampaikan paparan “ Land Marking 1,2 juta ha kawasan Lumbung padi nasional di Merauke “. Nawacita RPJMN 2015-2019 memberikan mandat : Membangun kedaulatan pangan berbasis agribisnis kerakyatan (pembukaan 1 juta lahan sawah baru). Tersedianya sumber Tanah Obyek Reforma Agraria (TORA) dan terlaksananya redistribusi tanah dan legalisasi aset (teridentifikasi kawasan hutan yang akan dilepaskan sedikitnya sebanyak 4,1 juta ha). Meningkatnya akses masyarakat untuk mengelola hutan melalui hutan kemasyarakatan, hutan desa, hutan tanaman rakyat, hutan adat dan hutan rakyat serta kemitraan seluas 12,7 juta ha.

Disampaikan peran kementerian lhk dalam kedaulatan pangan bekerja sama dengan Kementan telah melakukan: 1. identifikasi kesesuaian pencetakan sawah baru 1 juta ha di Merauke . 2. Hasil identifikasi kesesuaian lahan untuk padi, jagung, dan kedelai di Provinsi

Laporan Tahunan DRN - 2016 37 Kalbar dan Kalteng.3. Hasil identifikasi kesesuaian lahan untuk padi, jagung, dan kedelai di Provinsi Kalbar dan Kalteng. 4. Hasil identifikasi kesesuaian lahan untuk tebu di Provinsi Sulawesi Tenggara. 5. Hasil identifikasi kesesuaian lahan untuk sawit di kawasan perbatasan

Disampaikan tahap awal arahan lokasi percetakan sawah baru di merauke anatara lain : Berdasarkan hasil koordinasi dengan Kementerian Pertanian, telah diidentifikasi calon lokasi seluas ± 10.000 ha pada kawasan Hutan Produksi yang dapat Dikonversi (HPK) untuk pencetakan sawah baru. 2. Menteri LHK telah bersurat kepada Menteri Pertanian melalui surat No.

S.288/MenLHK-untuk melengkapi berkas permohonan dan persyaratan S.288/MenLHK-untuk proses pelepasan kawasan hutan. 3. Menteri Pertanian Merespon dengan surat Nomor 243/SR.040/B.2/08/2015 tanggal 6 Agustus 2015. Pada tahap awal, pencetakan sawan baru seluas ± 10.000 ha akan ditempatkan di APL. Untuk pencetakan sawah selanjutnya akan memerlukan kawasan Hutan Produksi yang dapat di Konversi

Sebagai catatan penutup disampaikan Kehutanan sebagai “benteng provider lahan terakhir” dalam menopang pembangunan sektor lain berupaya membangun sinergitas rencana pengelolaan hutan guna mengimbangi dinamika laju pembangunan nasional dengan tetap menjaga fungsi kawasan hutan sebagai sistem penyangga kehidupan. Kawasan hutan merupakan bagian integral dari Perencanaan Wilayah sehingga dapat diarahkan untuk menopang kebutuhan ruang untuk permukiman, pertanian (dalam rangka ketahanan pangan), fasum dan fasos demi mewujudkan kemandirian Desa. Perubahan kawasan hutan untuk sektor non kehutanan harus didahului dengan permohonan (Kementerian LHK sifatnya aktif setelah ada permohonan)

Diskusi dan Masukan peserta FGD :

Forum FGD mengusulkan dalam membangun 1,2 juta hektar lahan sebagai lumbung pangan di Kabupaten Merauke semua stake holder sebaiknya duduk bersama memetakan dan menginventarisir masalah dan solusi apa saja yang harus dilakukan. Di Papua ada pengembangan system zona. Dalam pengembangannya perlu menerapkan sistem ekoregional yang mengantisipasi kearifan lokal. Berbeda dengan logika birokrasi yang mengutamakan keteraturan. Adanya hak ulayat di Papua harus diperhatikan dengan hati hati sehingga tidak menjadi masalah di kemudian hari.

Dalam bidang energi forum diskusi menyampaikan banyak sumber energy yang bisa dimanfaatkan di Merauke antara lain energy dari air, angin, biomasa dan lainnya. Sumber tersebut bisa dioptimalkan dengan membentuk kelompok kelistrikan.

Guna merangsang investor tertarik pada pengembangan lumbung pangan di Merauke kelayakan dari segi bisnis perlu mendapat perhatian. Investor umumnya melihat kendala tanah ulayat akan menjadi hambatan sehingga perlu dipertimbangkan secara serius menanganinya. Dalam mengatasi kendala dan masalah di lapangan perlu dilaplikasikan teknologi-teknologi tepat guna dan efisiens dari segi energi

Papua mempunyai potensi sagu yang luar biasa. Sebaiknya disamping pengembangan produksi padi pengembangan dan pemanfaatan sagu harus menjadi perhatian.

Forum diskusi menekankan bahwa dalam mendukung pengembangan pangan sebaiknya membangun produksi padi sekaligus membuat pasar. Skim pendanaan harus mendukung pengembangan lumbung pangan. Melihat masalah yang ada DRN harus mengusulkan konsorsium fokus pada tahan kering, riset kajian hak ulayat, riset mendapatkan air yang memadai dan riset pasar.

Laporan Tahunan DRN - 2016 38 Diskusi forum FGD mengusulkan klarifikasi lokasi mana yang akan menjadi prioritas pengembangan, infrastruktur harus jelas, masalah tanah ulayat perlu mendapat perhatian. Beberapa teknologi dalam menaikkan air secara kinetik dapat diterapkan untuk pengembangan lumbung pangan di Merauke. Master plan lumbung pangan merake sebaiknya terintegrasi. Diversifikasi potensi lokal di Papua perlu ditingkatkan. Sagu potensial di pesisir sedangkan umbi2an di daerah daratan. Pokja Papua mengusulkan beras analog dari sagu.