• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Visi Vol.5 No.1 Maret 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Jurnal Visi Vol.5 No.1 Maret 2016"

Copied!
124
0
0

Teks penuh

(1)

1

Pengaruh Citra Merek, Kualitas Produk,

dan Harga Terhadap Keputusan Membeli

Shampo Dove Di Kota Lhokseumawe

This research aimed to know and analyze the influence of Brand Image, product quality, and price toward customer decision in purchasing Dove Shampoo in Lhokseumawe city. The sample of this research was 96 respondents that use Dove Shampoo in Lhokseumawe city. The data collected by distributing questionnaire to 96 respondents through Accidental Sampling to know the respond of respondentstoward variables. Multiple linear regression was used to examine the influence of Brand Image. Product Quality, and Price toward customer decision in purchasing Dove Shampoo in Lhokseumawe city either simultaneously or partially. The result of this research partially showed that three independent variables, i.e. Brand image, Produc quality and price influenced significantly toward purchase decision. While f-test showed that Brand image, Product quality and price simultaneously and significantly influenced on customer decisionin purchasing Dove Shampoo in Lhokseumawe. The score of Adjusted Rsquare was 0,844 showed that 84,4% of customer decision could be influenced by three independent variables used in regression. Where as the restwas 15,6% influenced by the other variables that were not used in this research.

Keywords: Brand Image, Product Quality, Price and Purchase Decision

JURNAL VISIONER & STRATEGIS Volume 5, Nomor 1, Maret 2016

ISSN : 2338-2864 p. 1-11

Agustinawati

(2)

Jurnal Visioner & Strategis, Volume 5, Nomor 1, Maret 2016 Pengaruh Citra Merek, Kualitas Produk, dan Harga Terhadap Keputusan Membeli Agustinawati Shampo Dove Di Kota Lhokseumawe

2 PENDAHULUAN

Kebutuhan akan sampo sudah menjadi kebutuhan sehari-hari dalam kehidupan manusia sebelum maupun setelah melakukan kegiatan. Sampo merupakan produk dengan tingkat persaingan yang sangat ketat. Persaingan dalam mempertahankan pelanggan semakin lama menjadi semakin sulit. Hal ini terlihat dari semakin banyaknya alternatif produk yang dapat dipilih oleh konsumen. Munculnya produk-produk baru yang inovatif secara terus-menerus dalam waktu yang relative singkat menuntut perusahaan untuk berupaya mengembangkan dan memodifikasi produk produknya agar konsumen tertarik untuk melakukan pembelian terhadap produk-produk yang mereka tawarkan. Salah satu industri yang mengalami persaingan ketat saat ini adalah industri sampo.

Perusahaan saling bersaing dalam melakukan berbagai inovasi agar dapat menarik perhatian konsumen. Informasi mengenai apa yang sebenarnya dibutuhkan dan diinginkan konsumen akan suatu produk merupakan hal yang penting dalam keputusan penentuan jenis suatu produk apa yang sebaiknya diproduksi oleh perusahaan. Konsumen semakin cerdas dan kritis dalam pemilihan sampo yang akan dibeli untuk mengatasi masalah yang mereka alami. Konsumen akan menggunakan produk sampo yang menurut mereka memiliki persepsi baik dari kebanyakan konsumen lain. Beragamnya produk sampo yang ada dipasaran dengan berbagai merek dan jenis/variannya membuat konsumen akan berpindah-pindah dalam memilih dan membeli produk sampo dari satu brand ke brand yang lain dalam waktu yang singkat. Penawaran sampo yang dilakukan melalui iklan di televisi juga membuat semakin memotivasi pembelian konsumen pada produk sampo cepat berubah. Dengan pengenalan yang baik akan kebutuhan dan keinginan konsumen maka perusahaan akan dapat menawarkan produk yang sesuai dengan yang dibutuhkan dan yang diinginkan konsumen sehingga produk perusahaan tersebut dapat laku terjual dan dapat bersaing di pasaran.

Dengan semakin banyak merek sampo yang beredar di pasar, konsumen akan menggunakan beberapa faktor sebagai indicator sebelum melakukan pembelian sampo seperti Citra Merek, Kualitas Produk dan Harga yang di pertimbangan dalam pengambilan keputusan pembelian produk sampo. Citra merek adalah seluruh persepsi oleh pembeli mengenai sebuah merek. Konsumen dapat menggambarkan apa yang mereka pikirkan mengenai sebuah merek dan apa yang dirasakan mengenai merek ketika mereka pikirkan. Dengan demikian, merek mengidentifikasi suatu identitas untuk menentukan suatu nama dari produk yang akan dipasarkan agar mudah dikenal. Merek saat ini telah menjadi aset perusahaan yang paling bernilai. Selain sangat membantu dalam penetrasi pasar, merek yang kuat juga menciptakan loyalitas. Perusahaan atau

produk yang memiliki merek yang kuat cenderung lebih mudah memenuhi kebutuhan dan keinginan sesuai dengan persepsi konsumen.

Kualitas merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi oleh perusahaan jika ingin produknya laku dipasar. Perusahaan akan memberikan kualitas terbaiknya kepada konsumen agar konsumen terus melakukan pembelian terhadap produk yang mereka tawarkan. Dalam bisnis yang sangat bersaing, perusahaan memiliki peranan besar terutama dengan penilaian konsumen terhadap kualitas atau mutu produk. Begitu pula dengan harga, harga memiliki peranan yang sangat penting dalam memenuhi keinginan konsumen dalam melakukan keputusan pembelian. Harga merupakan sebuah atribut di antara beberapa atribut lain dalam pengambilan keputusan konsumen. Pengaruh harga terlihat jelas dampaknya terhadap pesaing dan konsumen karena dampak dari perubahan harga lebih segera dan langsung dirasakan. Daya tarik yang didasarkan pada harga adalah yang paling mudah dikomunikasikan.Menurut Husein (2005) harga merupakan sesuatu yang sangat penting untuk dipertimbangkan oleh pembeli untuk memutuskan atau tidak membeli terhadap barang dan jasa yang dibutuhkan.

Unilever merupakan perusahaan induk dari PT. Unilever Indonesia Tbk yang tengah menghadapi persaingan yang cukup ketat dengan perusahaan yang menghasilkan produk sejenis. Adapun kategori produk sampo yang diproduksi oleh Unilever diantaranya sampo Dove, Sunsilk, Clear, dan Lifebuoy yang masing-masing produk telah memiliki segmen pasar tersendiri. Sampo Dove adalah produk sampo yang diproduksi oleh PT. Unilever Indonesia Tbk dalam memenuhi kebutuhan masyarakat guna untuk membersihkan rambut kepala dan menutrisi kulit kepada dari akarnya. Adapun Fenomena yang terjadi pada masyarakat di Kota Lhokseumawe semakin banyaknya konsumen yang menggunakan sampo merek Dove, mereka menganggap bahwa produk sampo merek Dove sebagai produk paling tepat untuk dipakai dalam mengatasi masalah rambut dan kulit kepala dibandingkan dengan jenis produk sampo merek lainnya. Dilihat dari sisi lain produk sampo merek Dove mempunyai kemasan yang menarik, mempunyai berbagai bentuk kemasan yang praktis, rambut lebih harum dan lembut dan aman di gunakan (tidak merusak rambut) serta harga yang mudah dijangkau oleh semua kalangan masyarakat. Jenis produk sampo merek Dove yang telah diluncurkan seperti diantaranya Dove Moisture Cream Shampoo Moisturetherapy (Dove Moisturetherapy), Dove Moisture Cream Shampoo Essential Care

(Dove Essential Care), Dove Moisture Cream Shampoo Delicate Care (Dove Delicate Care), dan Sampo Dove Anti-Dandruff.

(3)

Jurnal Visioner & Strategis, Volume 5, Nomor 1, Maret 2016 Pengaruh Citra Merek, Kualitas Produk, dan Harga Terhadap Keputusan Membeli Agustinawati Shampo Dove Di Kota Lhokseumawe

3 Konsumen Membeli Sampo Merek Dove Di Kota Lhokseumawe?

TINJAUAN TEORITIS Pengertian Citra Merek

Citra merek adalah seluruh persepsi oleh pembeli mengenai sebuah merek. Konsumen dapat menggambarkan apa yang mereka pikirkan mengenai sebuah merek dan apa yang dirasakan mengenai merek ketika mereka pikirkan, Susanto (2008). Citra menurut Kotler dan Keller (2009:278) adalah sejumlah keyakinan, ide, dan kesan yang dipegang oleh seseorang tentang sebuah obyek. Menurut Tjiptono (2008) Merek adalah sebuah nama, istilah, tanda, simbol/logo, warna, desain, atau kombinasi atribut-atribut produk yang di inginkan untuk memberikan suatu identitas dan diferensiasi terhadap produk. Menurut Kotler (2005) brand image yang efektif dapat mencerminkan tiga hal, yaitu (1) Membangun karakter produk dan memberikan value proposition, (2) Menyampaikan karakter produk secara unik sehingga berbeda dengan para pesaingnya, (3) Memberi kekuatan emosional dari kekuatan rasional.

Faktor-faktor Pembentuk Citra Merek

Schiffman dan Kanuk (dalam Edi, 2013) menyebutkan faktor-faktor pembentuk citra merek adalah (1) Kualitas atau mutu, berkaitan dengan kualitas produk barang yang ditawarkan oleh produsen dengan merek tertentu, (2) Dapat dipercaya atau diandalkan, berkaitan dengan pendapat atau kesepakatan yang dibentuk oleh masyarakat tentang suatu produk yang dikonsumsi,(3) Kegunaan atau manfaat, yang terkait dengan fungsi dari suatu produk barang yang bisa dimanfaatkan oleh konsumen (4) Pelayanan, yang berkaitan dengan tugas produsen dalam melayani konsumennya (5) Resiko, berkaitan dengan besar kecilnya akibat atau untung dan rugi yang mungkin dialami oleh konsumen (6) Harga, yang dalam hal ini berkaitan dengan tinggi rendahnya atau banyak sedikitnya jumlah uang yang dikeluarkan konsumen untuk mempengaruhi suatu produk, juga dapat mempengaruhi citra jangka panjang (7) Citra yang dimiliki oleh merek itu sendiri, yaitu yang berupa pandangan, kesepakatan dan informasi yang berkaitan dengan suatu merek dari produk tertentu. Pengertian kualitas produk

Kualitas produk yang baik merupakan harapan konsumen yang harus dipenuhi oleh perusahaan karena kualitas produk yang baik merupakan kunci perkembangan produktivitas perusahaan. Menurut Cannon (2008) kualitas produk adalah kemampuan produk untuk memuaskan kebutuhan atau keinginan konsumen sedangkan Kotler (2008:67) kebanyakan produk disediakan pada satu diantara empat tingkatan kualitas, yaitu: kualitas rendah, kualitas rata-rata sedang, kualitas baik dan kualitas sangat baik. Assauri

(2004 ) mengatakan bahwa kualitas produk merupakan faktor-faktor yang terdapat dalam suatu barang atau hasil yang menyebabkan barang atau hasil tersebut sesuai dengan tujuan untuk apa barang atau hasil itu dimaksudkan.

Dimensi Kualitas Produk

Kualitas mencerminkan semua dimensi penawaran produk yang menghasilkan manfaat (benefits) bagi pelanggan. Kualitas suatu produk baik berupa barang atau jasa ditentukan melalui dimensi-dimensinya. Dimensi kualitas produk menurut Tjiptono (2008): 1. Performance (kinerja), berhubungan dengan

karakteristik operasi dasar dari sebuah produk 2. Durability (daya tahan) yang berarti berapa lama

atau umur produk yang bersangkutan bertahan sebelum produk tersebut harus diganti. Semakin besar frekuensi pemakaian konsumen terhadap produk maka semakin besar pula daya produk 3. Conformance to specifications (kesesuaian dengan

spesifikasi) yaitu sejauh mana karakteristik operasi dasar dari sebuah produk memenuhi spesifikasi tertentu dari konsumen atau tidak ditemukannya cacat pada produk

4. Features (fitur) adalah karakteristik produk yang dirancang untuk menyempurnakan fungsi produk atau menambah ketertarikan konsumen terhadap produk

5. Reliability (reliabilitas) adalah probabilitas bahwa produk akan bekerja dengan memuaskan atau tidak dalam periode waktu tertentu. Semakin kecil kemungkinan terjadinya kerusakan maka produk tersebut dapat diandalkan

6. Aesthetics (estetika) berhubungan dengan bagaimana penampilan produk

7. Perceived quality (kesan kualitas) merupakan hasil dari penggunaan pengukuran yang dilakukan secara tidak langsung karena terdapat kemungkinan bahwa konsumen tidak mengerti atau kekurangan informasi atas produk yang bersangkutan

8. Serviceability meliputi kecepatan dan kemudahan untuk direparasi serta kompetensi dan keramahtamahan staf layanan.

Tjiptono (2010) mengungkapkan indikator yang dapat digunakan untuk mengukur kualitas produk yaitu (1) Berbagai macam variasi produk (2) Daya tahan produk (3) Kualitas produk sesuai dengan spesifikasi dari konsumen (4) Penampilan kemasan produk (estetika) dan (5) Kualitas produk terbaik dibandingkan dengan merek lain.

Pengertian Harga

(4)

Jurnal Visioner & Strategis, Volume 5, Nomor 1, Maret 2016 Pengaruh Citra Merek, Kualitas Produk, dan Harga Terhadap Keputusan Membeli Agustinawati Shampo Dove Di Kota Lhokseumawe

4 pembeli untuk memutuskan atau tidak membeli terhadap barang dan jasa yang dibutuhkan. Sedangkan menurut Hasan (2008) harga bagi konsumen adalah segala bentuk biaya moneter yang dikorbankan oleh konsumen untuk memperoleh, memilki, memanfaatkan sejumlah kombinasi dari barang beserta pelayanan dari suatu produk. Harga merupakan sejumlah uang yang ditagih atas suatu produk atau jasa, atau jumlah dari nilai yang ditukarkan para pelanggan untuk memperoleh manfaat dari memiliki atau menggunakan suatu produk atau jasa,

Kotler dan Amstrong (2008) ada empat indikator yang mencirikan harga yaitu:

1. Keterjangkauan harga

2. Kesesuaian harga dengan kualitas produk 3. Daya saing harga

4. Kesesuaian harga dengan manfaat Pengertian Keputusan Pembelian

Keputusan pembelian adalah tahap di mana pembeli telah menentukan pilihannya dan melakukan pembelian produk, serta mengkonsumsinya. Menurut Kotler (2009) keputusan pembelian adalah tahap dalam proses pengambilan keputusan pembeli dimana konsumen benar-benar akan membeli. Sedangkan Schiffman & Kanuk (2010) mendefinisikan keputusan pembelian merupakan suatu keputusan sebagai pemilihan suatu tindakan dari dua atau lebih pilihan alternative dan Suharno (2010) Pengambilan keputusan oleh konsumen untuk melakukan pembelian suatu produk diawali oleh adanya kesadaran atas kebutuhan dan keinginan.

Setiadi (2012) menyebutkan tahap-tahap proses pengambilan keputusan konsumen yaitu:

1. Pengenalan masalah

Proses pembelian dawali saat pembeli menyadari adanya kebutuhan. Pembeli menyadari terdapaperbedaan antara kondisi sesungguhnya dengan kondisi yang diinginkan. Kebutuhan ini disebabkan oleh rangsangan internal dari kebutuhan normal seseorang yaitu rasa lapar, dahaga atau seks hingga suatu tingkat kebutuhan tertentu dan berubah menjadi informasi.

2. Pencari informasi

Seorang konsumen yang mulai berminat membeli suatu produk akan merdorong untuk mencari informasi lebih banyak. Konsumen dapat mencari informasi melalui media cetak, seperti : majalah, Koran, buku bacaan dan melalui media elektronik, seperti : televise, radio, dan internet.

3. Evaluasi alternative

Bagaimana konsumen memproses informasi tentang pilihan merek untuk membuat keputusan akhir.

4. Keputusan membeli

Pada tahap evaluasi konsumen membentuk prefesi terhadap merek-merek pada perangkat pilihan. Konsumen juga membentuk tujuan membeli untuk mereka yang paling disuka.

5. Perilaku sesudah membeli

Sesuatu melakukan pembelian terhadap suatu produk, konsumen juga akan terlihat dalam tindakan sesudah pembeli dan penggunaan produk yang akan menarik minat pemasar.

6. Kepuasan sesudah membeli

Setelah membeli suatu produk seorang konsumen akan mendeteksi adanya cacat produk beberapa pembeli tidak menginginkan produk cacat tersebut, yang lainnya akan bersifat netral dan beberapa bahkan melihat cacat itu sebagai sesuatu yang dapat meningkatkan nilai produk.

7. Tindakan-tindakan sesudah membeli

Kepuasan / ketidakpastian konsumen pada suatu produk akan mempengaruhi tingkah laku berikutnya. Jika konsumen merasa puas maka ia akan memperlihat kemungkinan yang lebih tinggi untuk membeli produk itu kembali.

Gambar 1

Tahap-tahap Proses Pembelian Konsumen

1. Pengenalan Masalah

Proses pembelian dimulai saat pembeli mengenali sebuah masalah atau kebutuhan. Pembeli merasakan perbedaan antara keadaan aktualnya dengan keadaan yang diinginkanya. Kebutuhan tersebut dapat di cetuskan oleh rangsangan internal atau eksternal.Pemasar perlu mengidentifikasikan keadaan yang memicu kebutuhan tertentu. Dengan mengumpulkan informasi dari sejumlah konsumen, pemasar dapat mengidentifikasikan ransangan yang paling sering membangkitkan minat terhadap suatu jenis produk.

2. Pencarian Informasi

Seseorang yang tergerak oleh stimulus akan berusaha mencari lebih banyak informasi. Pencarian informasi merupakan aktivitas termotivasi dari pengetahuan yang tersimpan dalam ingatan dan perolehan informasi dari lingkungan.

3. Evaluasi Alternative

Evaluasi alternative merupakan proses dimana suatu alternative pilihan di sesuaikan dan dipilih untuk memenuhi kebutuhan konsumen.

4. Keputusan Pembelian

(5)

Jurnal Visioner & Strategis, Volume 5, Nomor 1, Maret 2016 Pengaruh Citra Merek, Kualitas Produk, dan Harga Terhadap Keputusan Membeli Agustinawati Shampo Dove Di Kota Lhokseumawe

5 orang lain dan factor-faktor lain yang ikut menentukan keputusan pembelian.

5. Perilaku Pasca Pembelian

Tugas pemasar tidak berakhir saat produk di beli, melainkan berlanjut hingga periode pasca pembelian. Setelah pembelian produk terjadi, konsumen akan mengalami suatu tingkat kepuasan atau ketidakpuasan .Kepuasan atau tidak kepuasan pembeli terhadap produk akan mempengaruhi tingkah laku berikutnya. Konsumen yang merasa puas akan memperlihaatkaan peluaang membeli yang lebih tinggi dalam kesempatan berikutnya. Konsumen yang merasa puas akan cendrung mengatakan sesuatu itu yang serba baik tentang produk yang bersangkutan kepada orang lain. Apabila konsumen yang melakukan pembelian tidak puas ada dua kemungkinan yang akan di lakukan konsumen, pertama, meninggalkan dan tidak mau melakukan pembelian ulang, kedua ia akan mencari informasi tambahan mengenai produk yang telah di belinya untuk menguatkan pendirianya mengapa ia memilih produk itu sehingga ketidakpuasan tersebut dapat di kurangi. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pengambilan keputusan konsumen adalah suatu proses pemilihan salah satu dari beberapa alternatif penyelesaian masalah yang dikumpulkan oleh seorang konsumen, dan mewujudkannya dengan tindak lanjut yang nyata.

Berikut ini akan digambarkan kerangka konseptual dari penelitian yang dapat dilihat sebagai berikut:

Gambar 2 Kerangka konseptual

Jadi dari kerangka konseptual tersebut menjelaskan pengaruh antara variabel bebas (independent variabel) terhadap variabel terikat (dependent variabel) dimana citra merek, kualitas produk dan harga sebagai variabel independen dan keputusan pembelian sebagai variabel dependen. Hipotesis

Hipotesis penelitian dapat diartikan sebagai jawaban yang bersifat sementara terhadap masalah penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul dan harus di uji secara empiris.

Berdasarkan latar belakang diatas maka hipotesis secara parsial dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

H01 : Citra Merek tidak berpengaruh signifikan

terhadap keputusan konsumen membeli Sampo Merek Dove Di Kota Lhokseumawe. Ha1 : Citra Merek berpengaruh signifikan terhadap

keputusan konsumen membeli Sampo Merek Dove di Kota Lhokseumawe.

H02: Kualitas tidak berpengaruh signifikan

terhadap keputusan konsumen membeli Shampo Merek Dove Di Kota Lhokseumawe.

Ha2: Kualitas berpengaruh signifikan terhadap

keputusan konsumen membeli Sampo Merek Dove di Kota Lhokseumawe.

H03 : Harga tidak berpengaruh signifikan terhadap

keputusan konsumen membeli Sampo Merek Dove Di Kota Lhokseumawe.

Ha3 : Harga berpengaruh signifikan terhadap

keputusan konsumen membeli Sampo Merek Dove di Kota Lhokseumawe.

H04 : Citra Merek, Kualitas produk dan Harga

tidak berpengaruh signifikan terhadap keputusan konsumen membeli Sampo Merek Dove di Kota Lhokseumawe.

Ha4 : Citra Merek, Kualitas produk dan Harga

berpengaruh signifikan terhadap keputusan konsumen membeli Sampo Merek Dove di Kota Lhokseumawe.

METODE PENELITIAN Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kota Lhokseumawe dengan Subjek penelitian yaitu konsumen yang menggunakan Sampo Merek Dove serta berdomisili di empat kecamatan yang ada di Kota Lhokseumawe.

 

Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiono, 2010 : 80). Dalam hal ini populasi penelitian ini adalah konsumen yang menggunakan sampo merek Dove yang berdomisili di Kota Lhokseumawe. karena populasi yang digunakan jumlahnya sangat banyak (tersebar dan sulit diketahui secara pasti), maka dilakukan pengambilan sampel dalam penelitian ini.

Sampel menurut Sugiono (2010 : 80), adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Dengan kata lain, sampel merupakan bagian dari populasi. Sampel dalam

Citra Merek

Kualitas Produk

Harga

(6)

Jurnal Visioner & Strategis, Volume 5, Nomor 1, Maret 2016 Pengaruh Citra Merek, Kualitas Produk, dan Harga Terhadap Keputusan Membeli Agustinawati Shampo Dove Di Kota Lhokseumawe

6 penelitian ini ditetapkan 96 responden yang menggunakan sampo merek Dove di Kota Lhokseumawe dengan tingkat kepercayaan 95%. Teknik yang digunakan yaitu teknik Nonprobability SamplingAccindental sampling.

Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian ini dengan menggunakan kuisioner. Kuisioner yaitu metode pengumpulan data dengan cara menggunakan daftar pertanyaan yang diajukan kepada responden untuk di jawab dengan memberikan angket. Pada umumnya isi materi kuesioner meliputi identitas responden dan butir-butir pertanyaan variabel penelitian beserta alternaif jawaban. Dalam penelitian ini, jenis kuisioner yang digunakan adalah kuisioner tertutup yaitu model pertanyaan dimana pertanyaan tersebut telah disediakan jawabannya sehingga responden hanya memilih dari alternatif jawaban yang sesuai dengan pendapat atau pilihannya. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel adalah definisi dari variabel- variabel yang digunakan dalam penelitian ini dan menunjukkan cara pengukuran dari masing-masing variabel. Dalam penelitian ini dikelompokkan dalam dua bagian yaitu Variabel Terikat (Dependent variable) Ini merupakan variabel yang dipengaruhi oleh variabel lainya. Dalam kaitanya dengan masalah yang diteliti, maka yang menjadi variabel terikat (Y) adalah Keputusan Pembelian

Variabel Bebas (Independent variable) Ini merupakan variabel yang mempengaruhi variabel lainnya, dalam kaitanya dengan masalah yang diteliti, maka yang menjadi variabel bebas (X) adalah Citra Merek, Kualitas Produk dan Harga.

Berdasarkan variabel yang digunakan dalam penelitian ini maka dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Citra Merek (X1)

Citra Merek adalah persepsi dan keyakinan yang dilakukan oleh konsumen, seperti tercermin dalam asosiasi yang terjadi dalam memori konsumen. Indikator yang digunakan adalah

Corporate Image (citra pembuat), User Image

(citra pemakai), Product Image (citra produk).

2. Kualitas Produk (X2)

Karakteristik produk atau jasa yang tergantung pada kemampuanya untuk memuaskan kebutuhan pelanggan yang dinyatakan atau diimplikasikan. Indikator yang digunakan adalah berbagai macam varian, daya tahan produk, kualitas produk sesuai dengan spesifikasi konsumen, penampilan kemasan produk, kualitas produk terbaik dibandingkan dengan merek lain.

3. Harga (X3)

Jumlah uang yang harus dibayar pelanggan untuk memperoleh produk. Indikator yang digunakan adalah keterjangkauan harga,

kesesuaian harga dengan kualitas produk, daya saing harga, kesesuaian harga dengan manfaat.

4. Keputusan pembelian (Y)

Merupakan keputusan konsumen untuk membeli suatu produk setelah sebelumnya memikirkan tentang layak tidaknya membeli produk itu dengan mempertimbangkan informasi-informasi yang ia ketahui dengan realitas tentang produk itu setelah ia menyaksikannya. Indikator yang digunakan adalah pengenala masalah, pencarian informasi, evaluasi Alternatif, keputusan Pembelian, perilaku Pasca Pembelian.

Uji Validitas

Validitas adalah tingkat keandalah dan kesahihan alat ukur yang digunakan. Intrumen dikatakan valid berarti menunjukkan alat ukur yang dipergunakan untuk mendapatkan data itu valid atau dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya di ukur (Sugiyono, 2004:137). Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuisioner, suatu kuisioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuisioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuisioner tersebut

Uji Reliabilitas

Uji Reliabilitas merupakan alat untuk mengukur suatu kuisioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuisioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Menurut Ghozali (2008 : 32) reliabilitas adalah alat ukur untuk mengukur suatu kuisioner yang merupakan indikator dari variabel. Alat untuk mengukur variabel adalah Alpha Cronbach (Nunnaly 2013: 35).

Uji Normalitas

Pengujian normalitas adalah pengujian tentang kenormalan distribusi data. Pengujian ini dilakukan untuk melihat apakah model regresi variabel pengganggu atau reidual memiliki distribusi yang normal atau tidak. Penggunaan uji normalitas karena pada analisis statistik paramerik, asumsi yang harus dimiliki oleh data adalah bahwa data tersebut terdistribusi secara normal (Ghozali, 2006:51).

Uji Multikolinearitas

(7)

Jurnal Visioner & Strategis, Volume 5, Nomor 1, Maret 2016 Pengaruh Citra Merek, Kualitas Produk, dan Harga Terhadap Keputusan Membeli Agustinawati Shampo Dove Di Kota Lhokseumawe

7 Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedatisitas bertujuan untuk mengetahui apakah model regresi ditemukan adanya kolerasi antar variabel bebas (independent). Salah satu cara untuk mendekati heteroskedastisitas adalah dengan melihat grafik scatter plot antara nilai prediksi variabel terikat (ZPRED) dengan residualnya (SRESID). Jika ada titik-titik membentuk pola tertentu yang teratur seperti bergelombang, melebar, kemudian menyempit maka telah terjadi heteroskedastisitas. Jika titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y tanpa membentuk pola tertentu maka tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2006: 105).

Metode Analisa Data

Analisa data pada penelitian ini menggunakan metode analisis linear berganda. Analisis data digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel bebas yaitu: Citra Merek (X1), Kualitas

Produk (X2) dan Harga (X3) yang berpengaruh

terhadap keputusan pembelian Shampo Dove (Y), Adapun bentuk persamaan metode analisa data yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:

Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e Uji Secara Simultan (Uji F)

Uji Simultan (Uji F-statistik) digunakan untuk menguji besarnya pengaruh dari seluruh variabel

independent secara bersama-sama atau simultan tehadap variabel dependent. Pengujian dilakukan dengan menggunakan uji-F atau uji ANOVA pada tingkat keyakinan 95% dan tingkat kesalahan analisis 5% (Dewi, 2009). Dengan kriteria pengujian hipotesis sebagai berikut:

1. Jika p-value > 0,05, maka H0 diterima artinya

secara statistik dapat dibuktikan bahwa variabel

independent tidak berpengaruh terhadap variabel

dependent

2. Jika p-value < 0,05, maka H0 ditolak dan Ha

(Hipotesis alternative) diterima, artinya secara simultan dapat dibuktikan semua variabel

independent berpengaruh terhadap variabel

dependent.

Hipotesis untuk pengujian secara simultan dalam penelitian ini adalah :

H0 : Citra Merek, Kualitas Produk dan Harga

tidak berpengaruh secara simultan

terhadap keputusan konsumen membeli Sampo Merek Dove di Kota Lhokseumawe Ha : Citra Merek, Kualitas Produk dan Harga

berpengaruh secara simultan terhadap keputusan konsumen membel Sampo Merek Dove di Kota Lhokseumawe.

Uji Secara Parsial (Uji-t)

Pengujian dilakukan dengan uji t membandingkan thitung dengan ttabel pada taraf signifikan 0,05. Apabila

hasil perhitungan menunjukkan apabila thitung > ttabel

maka H0 ditolak dan Ha diterima. Artinya Citra

Merek, Kualitas Produk dan Harga secara persial berpengaruh signifikan terhadap keputusan Konsumen membeli Sampo Merek Dove di Kota Lhokseumawe. Sebaliknya jika thitung < ttabel maka H0 diterima dan Ha

ditolak. Artinya Citra Merek, Kualitas Produk dan Harga secara persial tidak berpengaruh signifikan terhadap keputusan Konsumen membeli Sampo Merek Dove di Kota Lhokseumawe.

HASIL PENELITIAN Karakteristir Responden

Karakteristik responden dalam penelitian ini merupakan ciri-ciri responden terutama mengenai jenis kelamin dari para responden, status perkawinan, umur responden dan tingkat pendapatan. Dalam mengkategorikan karakteristik jenis kelamin responden dalam penelitian ini, maka dapat dijelaskan pada table 1 sebagai berikut:

Tabel 1

Karakteristik Responden

Jenis Kelamin Frekuensi %

Laki-laki 22 22.9

Perempuan 74 77.1

Total 96 100.0

Status Responden Frekuensi %

Menikah 56 58.3

Pendapatan Frekuensi %

Rp 500.000-Rp 1.000.000 13 13.5 Rp 1.500.000-Rp 3.000.000 37 38.5

> Rp 3.000.000 46 47.9

Total 96 100.0

(8)

Jurnal Visioner & Strategis, Volume 5, Nomor 1, Maret 2016 Pengaruh Citra Merek, Kualitas Produk, dan Harga Terhadap Keputusan Membeli Agustinawati Shampo Dove Di Kota Lhokseumawe

8 Berdasarkan tabel diatas, maka dapat dijelaskan bahwa berdasarkan perhitungan frekuensi jenis kelamin diketahui bahwa sebanyak 22 orang responden atau 22,9% responden berjenis kelamin laki-laki, sedangkan sisanya sebesar 74 orang atau 77,1% responden berjenis kelamin perempuan. Dari perhitungan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa konsumen yang menjadi responden dalam penelitin ini lebih banyak yang berjenis kelamin perempuan dari pada laki-laki.

Berdasarkan perhitungan frekuensi status perkawinan diketahui bahwa sebanyak 56 orang responden atau 58,3% responden yang sudah menikah, sedangkan sisanya sebesar 40 orang atau 41,7% respondenyang belum menikah. Berdasarkan perhitungan frekuensi umur diketahui bahwa sebanyak 3 orang responden atau 3,1% respoden berusia dibawah 20 tahun, sebanyak 27 responden atau 28,1% responden berusia antara 20-30 tahun, sebanyak 52 orang responden atau 54,2% responden berusia antara 31-40 tahun, sebanyak 14 orang responden atau 14,6% responden berusia diatas 40 tahun. Maka dari frekuensi diatas dapat disimpulkan bahwa analisis dari segi umur, responden terbanyak dalam penelitian ini adalah berusia antara 31-40 tahun yaitu 52 orang. Berdasarkan perhitungan frekuensi pendapatan diketahui bahwa sebanyak 13 orang responden atau 13,5% responden berpendapatan antara Rp.500.000 - Rp1.000.000, sebanyak 37 orang responden atau 38,5 % responden berpendapatan antara Rp.1.500.000 - Rp.3.000.000, sebanyak 46 orang responden atau 47,9% responden berpendapatan lebih dari Rp.3.000.000. Maka dapat disimpulkan bahwa responnden terbanyak dalam penelitian ini adalah sebanyak 46 orang responden atau 47,9% responden berpendapatan lebih dari Rp.3.000.000. Hasil Uji Validitas dan Realibilitas

Adapun kriteria yang digunakan dalam menentukan valid tidaknya pernyataan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: tingkat kepercayaan = 95 persen (= 5 persen), derajat kebebasan (df) = n-2, (df) = n – 2 = 96 – 2 = 94, didapat r tabel = 0,2006 atau dibulatkan menjadi 0,201. Jika r hitung (untuk tiap butir dapat dilihat pada kolom Pearson correlation) lebih besar dari r tabel dan nilai r positif, maka butir pernyataan dikatakan valid (Ghozali, 2005). Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, maka hasil pengujian validitas dapat ditunjukkan pada Tabel 2 sebagai berikut :

Tabel 2

Sumber : Hasil Penelitian (diolah dengan SPSS ), 2016

Tabel 3 Hasil Uji Validitas No Pertanyaan Koefisien

Korelasi

Sumber : Hasil Penelitian (diolah dengan SPSS), 2016

Berdasarkan Tabel diatas, maka diperoleh bahwa semua indikator yang digunakan untuk mengukur variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini mempunyai koefisien korelasi yang lebih besar dari r tabel = 0,2006 (nilai r tabel untuk n=96), sehingga semua indikator tersebut adalah valid.

Berdasarkan table reliabilitas, variabel Citra Merek(X1), Kualitas Produk (X2), Harga (X3) dan

keputusan pembelian (Y) menunjukkan nilai cronbach Alpha >0.60 yang berarti semua variabel realiabel. Hal ini menunjukkan bahwa item pertanyaan yang digunakan mampu memperoleh data yang konsisten dalam arti jika pertanyaan tersebut diajukan kembali akan diperoleh jawaban yang relatif sama.

Uji Normalitas

(9)

Jurnal Visioner & Strategis, Volume 5, Nomor 1, Maret 2016 Pengaruh Citra Merek, Kualitas Produk, dan Harga Terhadap Keputusan Membeli Agustinawati Shampo Dove Di Kota Lhokseumawe

9 Berdasarkan gambar dapat dilihat bahwa data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal. Maka dapat disimpulkan bahwa semua variabel penelitian berdistribusi normal.

Uji Heteroskedastisitas

Berdasarkan grafik Scatterplot terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta menyebar baik diatas maupun dibawah angka nol pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi sehingga model regresi layak dipakai.

Uji Multikolinieritas

Tabel 4

Hasil Uji Multikolinieritas

Model

Collinearity Statistics Tolerance VIF (Constant) Citra Merek (X1) 0.232 4.311 Kualitas Produk (X2) 0.202 4.945

Harga (X3) 0.174 5.738

Sumber : Hasil Penelitian, Data diolah.2016

Dari table diatas dapat dilihat bahwa semua variabel memiliki nilai VIF < 10 dan nilai tolerance > dari 0,1. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terjadi multikolonieritas dan uji ini baik digunakan dalam model peneitian ini.

PEMBAHASAN

Pengaruh Citra Merek, Kualitas Produk dan Harga Terhadap Keputusan Konsumen Membeli Sampo Merek Dove Di Kota Lhokseumawe

Penelitian ini menganalisis pengaruh citra merek (X1), kualitas produk (X2), harga (X3) yang menjadi variabel bebas (independent variable), sementara keputusan konsumen membeli dilambangkan dengan Y dan sekaligus merupakan variabel terikat (dependent variable) disamping itu, tentunya selain

faktor-faktor tersebut dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti pada penelitian ini yang selanjutnya dinamakan faktor pengganggu (error term).

Berdasarkan hasil estimasi terhadap variabel yang diteliti melalui pengolahan program SPSS diperoleh parameter untuk masing-masing X adalah sebagai berikut :

Tabel 5

Regresi Linear Berganda Model

Sumber : Hasil Penelitian (diolah dengan SPSS ), 2016

Berdasarkan table tersebut diperoleh persamaan regresi linear berganda sebagai berikut:

Y= 0,108 + 0,223 X1 + 0,487 X2 + 0,265 X3 Dari persamaan regresi diatas dapat diketahui hasil penelitian sebagai berikut:

• Dari persamaan regresi tersebut dapat dilihat bahwa besarnya nilai konstanta adalah 0,108 hal ini berarti jika citra merek (X1), kualitas produk (X2), harga (X3) konstan (bernilai 0), maka keputusan pembelian nilainya sebesar 0,108.

• Koefisien regresi variabel citra merek (X1) sebesar 0,223 yang berarti bahwa apabila citra merek (X1) ditingkatkan 1 satuan skala likert maka keputusan pembelian (Y) akan meningkat sebesar 0,223. Koefisien regresi variabel kualitas produk (X2) sebesar 0.487 yang berarti bahwa apabila kualitas produk (X2) ditingkatkan 1 satuan skala likert maka keputusan pembelian (Y) akan meningkat sebesar 0.487. Koefisien regresi variabel harga (X3) sebesar 0,265 yang berarti bahwa apabila harga (X3) ditingkatkan 1 satuan skala likert maka keputusan pembelian (Y) akan meningkat sebesar 0,265.

• Koefisien korelasi (R) = 0,921a yang menunjukkan bahwa derajat hubungan (korelasi) antara variabel bebas dengan variabel terikat sebesar 92,1%. Artinya citra merek, kualitas produk dan harga mempunyai hubungan yang erat dan positif dengan keputusan pembelian produk Sampo Merek Dove Di Kota Lhokseumawe.

(10)

Jurnal Visioner & Strategis, Volume 5, Nomor 1, Maret 2016 Pengaruh Citra Merek, Kualitas Produk, dan Harga Terhadap Keputusan Membeli Agustinawati Shampo Dove Di Kota Lhokseumawe

10 Uji Parsial (Uji t)

Untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel secara parsial terhadap keputusan konsumen membeli sampo merek Dove di Kota Lhokseumawe dapat dilihat dari thitung yang tercantum pada hasil olahan data dengan program SPSS yang dijelaskan sebagai berikut:

a. Citra Merek (X1)

Koefisien regresi X1 sebesar 0,223 menyatakan bahwa setiap peningkatan (karena tanda positif) citra merek sebesar 1 akan menyebabkan keputusan pembelian meningkat sebesar 0,223. Hasil perhitungan regresi menunjukkan bahwa hipotesis alternatif Ha diterima dan H0 ditolak, hal ini berarti bahwa citra merek berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian. Hal tersebut ditunjukkan dengan nilai thitung sebesar 2,793 dan lebih besar dari nilai ttabel (df=n-k-1) pada n=96 sebesar 1,66. Pada level 5% dan nilai signifikan sebesar 0,006 lebih kecil dari nilai alpha (α) 0,05.

b. Kualitas Produk (X2)

Koefisien regresi X2 sebesar 0,487 menyatakan, bahwa setiap peningkatan (karena tanda positif) kualitas produk sebesar 1 akan menyebabkan keputusan pembelian menurun sebesar 0,487. Hasil perhitungan regresi menunjukkan bahwa hipotesis alternatif Ha diterima dan H0 ditolak, hal ini berarti bahwa kualitas produk berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian. Ha tersebut ditunjukkan dengan nilai thitung sebesar 5,103 lebih besar dari nilai ttabel (df=n-k-1) pada n=96 sebesar 1,66 Pada level 5% dan nilai signifikan sebesar 0,000 Lebih kecil dari alpha (α) 0,05.

c. Harga (X3)

Koefisien regresi X3 sebesar 0,265 menyatakan, bahwa setiap peningkatan (karena tanda positif) harga sebesar 1 akan menyebabkan keputusan pembelian meningkat sebesar 0,265. Hasil perhitungan regresi menunjukkan bahwa hipotesis alternatif Ha diterima dan H0 ditolak, hal ini berarti bahwa harga berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian. Hal tersebut ditunjukkan dengan nilai thitung sebesar 2,773 dan lebih besar dari nilai ttabel (df=n-k-1) pada n=96 sebesar 1,66 Pada level 5% dan nilai signifikan sebesar 0,007 lebih kecil dari alpha (α) 0,05.

Uji Simultan (Uji F)

Berdasarkan hasil perhitungan yang diperoleh pada tabel diatas, dapat diketahui bahwa nilai Fhitung lebih besar dari nilai Ftabel ( 171,822 > 3,091), dan nilai signifikan (sig) = 0,000 yang lebih kecil dari nilai α = 0,05. Hasil perhitungan regresi menunjukkan bahwa hipotesis alternatif Ha diterima. Hal ini berarti bahwa variabel citra merek (X1), kualitas produk (X2) dan harga (X3) secara simultan berpengaruh

signifikan terhadap keputusan pembelian Sampo Merek Dove Di Kota Lhokseumawe.

PENUTUP Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan maka penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:

• Citra Merek (X1) berpengaruh signifikan secara parsial terhadap keputusan pembelian Sampo Merek Dove di Kota Lhokseumawe dengan t hitung < t table dan Probability > 0,05.

• Kualitas Produk (X2) berpengaruh signifikan secara parsial keputusan pembelian pembelian Sampo Merek Dove di Kota Lhokseumawe dengan t hitung < t table dan Probability > 0,05.

• Harga (X3) berpengaruh signifikan secara parsial terhadap keputusan pembelian Sampo Merek Dove di Kota Lhokseumawe dengan t hitung < t table dan Probability > 0,05.

• Citra Merek (X1), Kualitas Produk (X2), dan Harga (X3) berpengaruh signifikan secara simultan terhadap keputusan pembelian pembelian Sampo Merek Dove di Kota Lhokseumawe d engan F hitung > F table dan Probability < 0,05. Saran

• Dengan adanya penelitian ini diharapkan kepada pihak PT. Unilever Indonesia Tbk memperhatikan faktor lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini agar mampu meningkatkan konsumen yang memutuskan Membeli Sampo Merek Dove.

• Hendaknya perlu menjadi pertimbangan oleh pihak PT. Unilever Indonesia Tbk agar lebih memfokuskan pada Kualitas Produk agar mampu meningkatkan jumlah penjualan dan konsumen akan lebih meningkat pada masa depan.

(11)

Jurnal Visioner & Strategis, Volume 5, Nomor 1, Maret 2016 Pengaruh Citra Merek, Kualitas Produk, dan Harga Terhadap Keputusan Membeli Agustinawati Shampo Dove Di Kota Lhokseumawe

11 REFERENSI

Cannon, joseph dkk (2008) alih bahasa : diana angelica dan ria cahyani. Pemasaran Dasar-Dasar : Pendekatan Manajerial Global. buku 2. edisi 16. salemba empat. jakarta.

Ghozali (2009). analisis Multivariate dengan Program SPSS. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang

Husein Umar (2005). Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Edisis 2. Jakarta Rajawali. Husein Umar. 2005.

Kotler dan Keller. 2009. Manajemen Pemasaran. Jilid I. Edisi ke 13. Jakarta: Erlangga.

Kotler, Philip dan Kevin Lane Keller (2009). Manajemen Pemasaran Edisi Ketiga Belas. Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama.

Kotler (2009). Manajemen Pemasaran, Analisa Perencanaan, implementasi dan Control, Edisi Sembilan, Jilid 1 dan Jilid 2, PT.Indeks: Jakarta.

Kotler, Philip dan Keller, Kevin Lane (2009). Manajemen Pemasaran, Erlangga, Jakarta Kotler, Amstrong (2008). Prinsip-Prinsip Pemasaran, edisi keduabelas, Erlangga : Jakarta.

Kotler, Philip dan Gary Amstrong (2008). Prinsip-Prinsip Pemasaran Edisi 12. Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama.

(12)

Jurnal Visioner & Strategis, Volume 5, Nomor 1, Maret 2016 Pengaruh Citra Merek, Kualitas Produk, dan Harga Terhadap Keputusan Membeli Agustinawati Shampo Dove Di Kota Lhokseumawe

(13)

13

Pengaruh Pertumbuhan Penduduk dan

Pertumbuhan Ekonomi terhadap Tingkat

Pengangguran di Kota Lhokseumawe

The aim of research is to determine the effect of population and economic growth on the unemployment in Lhokseumawe, 2008-2012 periods. Data got at BPS and to analysis the data with multiple regressions by using SPSS program. The results showed that the population growth and economic growth has no effect on unemployment in Lhokseumawe

Keywords: Population Growth, Economic Growth and Unemployment

JURNAL VISIONER & STRATEGIS Volume 5, Nomor 1, Maret 2016

ISSN : 2338-2864 p. 13-22

Andria Zulfa

(14)

Jurnal Visioner & Strategis, Volume 5, Nomor 1, Maret 2016 Pengaruh Pertumbuhan Penduduk dan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Andria Zulfa Tingkat Pengangguran Di Kota Lhokseumawe

14 PENDAHULUAN

Pembangunan suatu daerah tercermin pada tingkat pertumbuhan ekonomi, pendapatan dan tingkat kesejahteraan penduduknya. Besarnya angka pengangguran mengindikasikan bahwa pertumbuhan ekonomi yang tidak baik dan merupakan salah satu faktor penting yang harus dipertimbangkan dalam pembangunan ekonomi di suatu daerah.

Pertumbuhan penduduk adalah salah satu indikator penting dalam suatu Negara. Para ahli ekonomi klasik yang di pelopori Adam smith bahkan menganggap bahwa jumlah penduduk merupakan input yang potensial yang dapat digunakan sebagai faktor produksi untuk meningkatkan produksi suatu rumah tangga perusahaan. Semakin banyak penduduk maka semakin banyak pula tenaga kerja yang dapat digunakan.

Dengan terus bertambah jumlah penduduk, maka banyak yang harus dicanangkan untuk mengatasi keadaan jumlah penduduk yang semakin bertambah. Pertumbuhan penduduk yang semakin cepat tersebut, mengundang banyak masalah. Tetapi ini tidak berarti pada zaman dahulu masalah kependudukan tidak ada. Sejalan dengan perkembangan penduduk dunia, Indonesia juga sebagai negara berkembang yang tidak terlepas dari pertambahan penduduk yang cepat.

Dari data yag diperoleh dari BPS, pertumbuhan penduduk kota Lhokseumawe pada tahun 2008 jumlah penduduk di kota Lhokseumawe adalah 1,03 persen kemudian di tahun 2009 menurun menjadi 0,67 persen. Pada tahun 2010 jumlah penduduk meningkat sebesar 7,48 persen, kemudian pada tahun 2011 menjadi 2,28 persen. Pada tahun pada tahun 2012 jumlah penduduk meningkat sampai 2,70 persen. Jumlah penduduk tiap tahunnya terus mengalami kenaikkan yang disebakan oleh banyak faktor salah satu nya tingkat kelahiran serta faktor migrasi. Maka dalam hal ini peran pemerintah dalam pembangunan ekonomi sangat penting guna untuk meningkatkan kemajuan ekonomi ke arah yang lebih baik.

Kemudian pertumbuhan ekonomi kota Lhokseumawe sebagaimana dilihat dari PDRB atas harga konstan tahun 2000. Pada tahun 2008 pertumbuhan ekonomi kota Lhokseumawe sebesar 6,38 persen. Pada tahun 2009 pertumbuhan ekonomi terjadi penurunan sebesar 5,66. Pada tahun. Pada tahun 2010 terjadi kenaikan kembali sebesar 5,93 persen. Pada tahun 2011 pertumbuhan ekonomi terjadi penurunan kembali sebesar 5,31 persen. Pada tahun 2012 pertumbuhan ekonomi terjadi kenaikan kembali sebesar 5,68 persen.

Di samping itu tingkat pengangguran di kota Lhoksemawe dari tahun ke tahun berfluktuatif, seperti tahun 2008 tingkat pengangguran sebesar 14,35 persen. Pada tahun 2009 tingkat pengganguran menurun sebesar 13,26 persen. Pada tahun 2010 kembali terjadi penurunan tingkat pengangguran sebesar 11,83 persen. Pada tahun 2011 tingkat penggangguran menurut sampai 7,63 persen. Pada

tahun 2012 tingkat pengangguran kembali meningkat sebesar 10,88 persen.

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur keberhasilan perekonomian suatu negara. Ukuran menitik beratkan perhatiannya pada kenaikan PDB (Produk Domestik Bruto). Pertumbuhan ekonomi merupakan perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah. Sadono ( 2001:415) Pertumbuhan ekonomi menerangkan atau mengukur prestasi dari perkembangan sesuatu perekonomian. Dalam kegiatan ekonomi yang sebenarnya pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan ekonomi fisikal yang terjadi di suatu negara.

Pertumbuhan ekonomi jika tidak sesuai dengan pertumbuhan penduduk, di mana pertumbuhan penduduk lebih besar, maka akan mengakibatkan bertambahnya angka pengangguran. Pengangguran adalah sebuah istilah untuk orang-orang yang tidak mempunyai pekerjaan sama sekali, sedang mencari pekerjaan, atau orang yang bekerja selama dua hari dalam seminggu. Pengangguran terjadi karena jumlah angkatan kerja lebih banyak dari pada jumlah lapangan kerja yang tersedia. Pada akhirnya, dengan semakin tingginya pengangguran maka akan berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi pada suatu daerah. Dari fenomena permasalahn yang diangkat yaitu apakah pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan ekonomi berpengaruh terhadap tingkat pengangguran dikota Lhokseumawe.

TINJAUAN TEORITIS Pengertian Pengangguran

Pengangguran yang terus meningkat menjadi indikator bahwa tidak baiknya pertumbuhan ekonomi pada sebuah negara. Menurut Nanga (2005:249) Pengangguran adalah kenyataan yang di hadapi tidak saja oleh negara yang sedag berkembang, akan tetapi juga oleh negara maju atai keadaan diana seseorang yang tergolong dalam kategori angkatan kerja tidak memiliki pekerjaan dan secara aktif mencari pekerjaan. Seseorang yang tidak bekerja tetapi secara aktif pekerjaan tidak dapat digolongkan sebagai pengangguran.

(15)

Jurnal Visioner & Strategis, Volume 5, Nomor 1, Maret 2016 Pengaruh Pertumbuhan Penduduk dan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Andria Zulfa Tingkat Pengangguran Di Kota Lhokseumawe

15 15 s/d 65 termasuk angkatan kerja, karena mereka tidak mau bekerja.

Nanga (2001:253) Pengangguran (unemploiment) didefinisikan sebagai keadaan dimana seseorang yang tergolong dalam katageri angkatan kerja (laborforce) tidak memiliki pekerjaan dan secara aktif sedang mencari pekerjaan. Sukirno (2001:14) pengangguran adalah suatu keadaan dimana seseorang yang tergolong dalam angkatan kerja ingin mendapatkan pekerjaan tetapi belum dapat memperolehnya.

Faktor –Faktor Menimbulkan Pengangguran

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi penganggura adalah:

a. Menganggur karena ingin mencari kerja lain yang lebih baik.

b. Pengusaha menggunakan peralatan peralatan produksi moderen yang mengurangi penggunaan tenaga kerja.

c. Ketidaksesuaian diantara ketrampilan pekerja yang sebenarnya dengan ketrampilan yang diperlukan dalam industri-industri.

Akibat-Akibat Buruk Pengangguran

Beberapa akibat buruk pengangguran dibedakan kepada dua aspek menurut Sukirno (2000:514) dimana dua aspek tersebut yaitu:

1. Akibat buruk keatas kegiatan perekonomian tingkat pengangguran yang relatif tinggi tidak mungkin masyarakat mencapai pertumbuhan ekonomi yang teguh.

2. Akibat buruk keatas individu dan masyarakat pengangguran akan mempengaruhi kehidupan individu dan kestabilan sosial dalam masyarakat

Pertumbuhan Penduduk

Pertumbuhan penduduk adalah perubahan populasi sewaktu-waktu, dan dapat dihitung sebagai perubahan dalam jumlah individu dalam sebuah populasi menggunakan "per waktu unit" untuk pengukuran. Sebutan pertumbuhan penduduk merujuk pada semua spesies, tapi selalu mengarah pada manusia, dan sering digunakan secara informal untuk sebutan demografi nilai pertumbuhan penduduk, dan digunakan untuk merujuk pada pertumbuhan penduduk dunia

Mulyadi (2006:15) pertumbuhan penduduk adalah merupakan keseimbangan yang dinamis antara kekuatan- kekuatan yang menambah dan kekuatan- kekuatan mengurangi jumlah penduduk.

Bachrawi Sanusi (2004:79) pertumbuhan penduduk yang cepat berarti memperberat tekanan pada lahan pekerjaan dan menyebabkan terjadinya pengangguran. Juga masalah penyediaan pangan yang semakin banyak jumlahnya.

Faktor-Faktor Pertumbuhan Penduduk

Pertumbuhan penduduk disuatu Negara sangat dipengaruhi oleh 3 hal yaitu Kelahiran (fertilitas), Kematian (mortalitas) dan Perpindahan penduduk (migrasi). Pada kesempatan kali ini kita akan mengkaji tentang ketiganya.

a. Kelahiran (fertilitas). Tingkat pertambahan penduduk melalui kelahiran bayi disuatu wilayah pada suatu priode tertentu.

b. Kematian (mortalitas). Pengurangan penduduk melalui kematian disuatu wilayah pada suatu priode tertentu.

c. Perpindahan penduduk (migrasi). Pindahnya penduduk dari satu tempat ketempat lain dan tidak terpengaruh oleh wilayah. Migrasi ada 2 (dua) yaitu permanien dan non permanen.

.

Pertumbuhan Ekonomi

Kuznets dalam Jhingan (2002:57 ) mendefinisikan pertumbuhan ekonomi sebagai “kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu negara untuk menyediakan semakin banyak jenis barang-barang ekonomi kepada penduduknya; kemampuan ini tumbuh sesuai dengan kemajuan teknologi, dan penyesuaian kelembagaan dan idiologis yang diperlukannya.

Dari definisi ini memiliki 3 (tiga) komponen:

pertama, pertumbuhan ekonomi suatu bangsa terlihat dari meningkatnya secara terus-menerus persediaan barang; kedua, teknologi maju merupakan faktor dalam pertumbuhan ekonomi yang menentukan derajad pertumbuhan kemampuan dalam penyediaan aneka macam barang kepada penduduk; ketiga,

penggunaan teknologi secara luas dan efisien memerlukan adanya penyesuaian di bidang kelembagaan dan idiologi sehingga inovasi yang dihasilkan oleh ilmu pengetahuan ummat manusia dapat dimamfaatkan secara tepat.

Sukirno (2010:9). Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian. Dari suatu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara untuk menghasilkan barang dan jasa akan meningkat. Kemampuan yang meningkat ini disebabkan oleh pertambahan faktor-faktor produksi baik dalam jumlah dan kualitasnya.

Pertumbuhan ekonomi menerangkan atau mengukur prestasi dari perkembangan sesuatu perekonomian .dalam kegiatan kegiatan ekonomi yang sebenarnya pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan ekonomi fisikal yang terjadi di sesuatu negara.

Faktor-Faktor Pertumbuhan Ekonomi

Menurut Jhingan (2004:67) Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi adalah:

(16)

Jurnal Visioner & Strategis, Volume 5, Nomor 1, Maret 2016 Pengaruh Pertumbuhan Penduduk dan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Andria Zulfa Tingkat Pengangguran Di Kota Lhokseumawe

16 pembangunan tergantung kepada sejauhmana sumber daya manusianya selaku subjek pembangunan memiliki kompetensi yang memadai untuk melaksanakan proses pembangunan.

2. Faktor Sumber Daya Alam. Sebagian besar negara berkembang bertumpu kepada sumber daya alam dalam melaksanakan proses pembangunannya. Sumber daya alam yang dimaksud dinataranya kesuburan tanah, kekayaan mineral, tambang, kekayaan hasil hutan dan kekayaan laut.

3. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang semakin pesat mendorong adanya percepatan proses pembangunan, pergantian pola kerja yang semula menggunakan tangan manusia digantikan oleh mesin-mesin canggih berdampak kepada aspek efisiensi, kualitas dan kuantitas serangkaian aktivitas pembangunan ekonomi yang dilakukan dan pada akhirnya berakibat pada percepatan laju pertumbuhan perekonomian.

4. Faktor Budaya. Budaya yang dapat mendorong pembangunan diantaranya sikap kerja keras dan kerja cerdas, jujur, ulet dan sebagainya. Adapun budaya yang dapat menghambat proses pembangunan diantaranya sikap anarkis, egois, boros, KKN, dan sebagainya.

5. Sumber Daya Modal. Sumber daya modal dibutuhkan manusia untuk mengolah SDA dan meningkatkan kualitas IPTEK. Sumber daya modal berupa barang-barang modal sangat penting bagi perkembangan dan kelancaran pembangunan ekonomi karena barang-barang modal juga dapat meningkatkan produktivitas. Ukuran Pertumbuhan Ekonomi

Suparmoko (2000:315) Pengukuran akan kemajuan sebuah perekonomian memerlukan alat ukur yang tepat. beberapa alat pengukur pertumbuhan ekonomi antara lain:

a.Produk Domestik Bruto (PDRB). Produk Domestik Bruto (PDB) atau di tingkat regional disebut dengan Produk Domesrik Regional Bruto (PDRB) yaitu jumlah barang atau jasa yang dihasilkan oleh suatu perekonomian dalam jangka 1 tahun dan dinyatakan dalam harga pasar. Baik PDB maupun PDRB adalah ukuran yang global sifatnya, dan keduanya ini bukan merupakan alat ukur yang sesuai, karena belum dapat mensejahterakan penduduk yang sesungguhnya, padahal kesejahteraan harus dimiliki oleh setiap negara maupun daerah yang bersangkutan.

b. Produk Domestik Perkapita / Pendapatan perkapita. Produk Domestik Bruto Perkapita atau Produk Domestik Regional Bruto perkapita pada skala yang digunakan untuk mengukur

pertumbuhan suatu daerah yang lebih baik karena dapat mencerminkan kesejahteraan penduduk suatu negara maupun daerah yang bersangkutan dari pada nilai PDB atau PDRB saja. Produk Domestik Bruto Perkapita baik di tingkat nasional maupun di daerah adalah jumlah PDB nasional atau PDRB suatu daerah dibagi dengan jumlah penduduk di negara maupun di daerah yang bersangkutan, atau dapat disebut sebagai PDB atau PDRB rata-rata.

Dalam analisisnya, Kuznets mengemukakan beberapa karakteristik atau ciri proses pertumbuhan ekonomi yang ditemui hampir di semua negara, yaitu :

1. Tingkat pertumbuhan output per kapita dan pertumbuhan penduduk yangtinggi. Tingkat kenaikan produktivitas faktor produksi total yang tinggi, yakni output yang dihasilkan masing-masing unit dari seluruh input atau faktor produksi yang digunakan untuk menghasilkan output tersebut.

2. Tingkat transformasi structural ekonomi yang tinggi.

3. Tingkat transformasi sosial dan ideologi yang tinggi.

4. Adanya kecenderungan negara-negara yang mulai atau yang sudah maju perekonomiannya untuk berusaha merambah bagian-bagian dunia lainnya sebagai daerah pemasaran dan sumber bahan baku yang baru.

5. Terbatasnya penyebaran pertumbuhan ekonomi yang hanya mencapai sekitar sepertiga bagian penduduk dunia.

Menurut Sukirno (1994) menentukan tingkat pertumbuhan ekonomi dengan formula berikut:

x 100%

Dimana g adalah tingkat pertumbuhan ekonomi dan dinyatakan dalam persen, Pn-riil1 adalah

pendapatan nasional untuk tahun dimana tingkat pertumbuhan ekonominya dihitung dan Pn-riil0 adalah

pendapatan nasional pada tahun sebelumnya. Hubungan Pertumbuhan Penduduk dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap tingkat Pengangguran

(17)

Jurnal Visioner & Strategis, Volume 5, Nomor 1, Maret 2016 Pengaruh Pertumbuhan Penduduk dan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Andria Zulfa Tingkat Pengangguran Di Kota Lhokseumawe

17 dikota Lhokseumawe. Hasil studi empirisnya menunjukkan bahwa penambahan satu poin pengangguran akan mengurangi GDP sebesar 2 persen, ini berarti terdapat pengaruh yang negatif antara pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan penduduk. Penurunan pengangguran memperlihatkan ketidak merataan. Hal ini mengakibatkan kosekuensi distribusi.

Pengangguran juga berhubungan dengan ketersediaan lapangan pekerjaan, ketersediaan lapangan pekerjaan berhubungan dengan investasi, sedangkan investasi didapat dari akumuasi tabungan, tabugan adalah sisa dari pendapatan yang tidak di konsumsi. Semakin tinggi pendapatan nasional maka semakin besar harapan untuk kapasitas produksi baru yang tentu saja akan menyerap tenaga kerja baru. Kerangka Konseptual

Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini dan didukung oleh teori-teori serta penelitian sebelumnya, maka kerangka konseptual tentang pengaruh pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat pengangguran adalah:

Hipotesis

Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah: Ho1: Diduga pertumbuhan penduduk tidak

berpengaruh terhadap tingkat pengangguran dikota Lhokseumawe.

Ha1 : Diduga pertumbuhan penduduk berpengaruh

terhadap tingkat pengangguran dikota Lhokseumawe.

Ho2: Diduga pertumbuhan ekonomi tidak

berpengaruh terhadap tingkat pengangguran dikota Lhokseumawe.

Ha2 : Diduga pertumbuhan ekonomi berpengaruh

terhadap tingkat pengangguran dikota Lhokseumawe.

METODE PENELITIAN Objek dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Lhokseumawe, Pertimbangan penelitian dilakukan di Lhokseumawe, agar hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai

informasi dan dapat diprioritaskan dalam perencanaan pembangunan kota Lhokseumawe.

Data

Data yang digunakan dalam analisis meliputi data kuantitatif, dengan jenis data sekunder yang meliputi data tentang pertumbuhan penduduk, pertumbuhan ekonomi dan tingkat pengangguran dikota Lhokseumawe tahun 2008-2012 yang diperoleh dari Badan Pusat Stastistik.

Definisi Operasional Variabel

Pengangguran (Y). Tingkat pengangguran adalah seseorang yang sudah digolongkan dalam angkatan kerja, yang secara aktif sedang mencari pekerjaan pada suatu tingkat upah tertentu, tetapi tidak dapat memperoleh pekerjaan yang diinginkan yang diukur dalam satuan persen.

Pertumbuhan penduduk (X1). Pertumbuhan pendudk adalah input yang potensial yang dapat digunakan sebagai faktor produksi untuk meningkatkan produksi suatu rumah tangga perusahaan yang diukur dalam satuan persen.

Pertumbuhan ekonomi (X2). Pertumbuhan ekonomi

adalah proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi yang diukur dengan PDRB dalam satuan persen.

Metode Analisis Data

Analisis ini di gunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel bebas yaitu : Pertumbuhan Penduduk (X1) dan Pertumbuhan Ekonomi (X2)

terhadap variabel terikatnya Pengangguran (Y). Menurut Nazir (2009:463) jika parameter dari suatu hubungnan fungsional antar satu variabel dependen dengan lebih dari satu variabel independen ingin diestimasikan, maka disebut regresi berganda. Formulasinya sebagai berikut:

Y i

Dimana:

Y = Pengangguran = Koefisien Regresi

1

X

= Pertumbuhan Penduduk

2

(18)

Jurnal Visioner & Strategis, Volume 5, Nomor 1, Maret 2016 Pengaruh Pertumbuhan Penduduk dan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Andria Zulfa Tingkat Pengangguran Di Kota Lhokseumawe

18 HASIL PENELITIAN

Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel terikat (dependent) dan variabel bebas (independent) memiliki distribusi normal atau tidak. Untuk mengetahui model regresi yang baik yaitu apabila variabel-variabel yang diteliti mempunyai distribusi normal atau mendekati normal. Untuk melihat normal atau tidak data penelitian. Bisa kita lihat pada grafik histogram, grafik normal

probability plot dan uji statistik non parametric kolmogorov-smirnov ( K-S ) berikut ini.

Grafik histogram membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal. Berikut adalah grafik histogram untuk mendeteksi normal tidaknya data.

Gambar 1. Grafik Histogram

Dengan melihat tampilan grafik histogram yang relatif menyerupai bentuk lonceng, maka dapat disimpulkan bahwa pola distribusi normal.

Selanjutnya pengujian normalitas data dengan melihat grafik normal probability plot lebih handal dari pada grafik histogram. Metode ini membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal.

Uji Heteroskedastisitas

Untuk mengetahui ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED, yaitu sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya) yang telah di studendized.

Gambar 2. Grafik Scatteplot

Dari grafik scatterplot terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka nol pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi Heteroskedastisitas pada model regresi ini, sehingga model regresi layak dipakai untuk memprediksi pengangguran berdasarkan pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan ekonomi.

Uji Multikolinieritas

Dimaksudkan untuk membuktikan apakah terdapat hubungan linear antar variabel independen (Multikolinieritas).

Tabel 1. Uji Multikolonearitas

Model

Collinearity Statistics Toleranc

e VIF

1 (Constant)

X1 1.000 1.000

X2 1.000 1.000

Sumber : Data diolah (2014)

Hasil Perhitungan Tolerance menunjukkan tidak ada variabel independen yang memiliki nilai Tolerance kurang 0.10 yang berarti tidak ada korelasi antar variabel independen yang nilai a lebih dari 95%. Hasil perhitungan nilai Variance Inflasion Factor

(VIF) juga menunjukkan hal yang sama yaitu tidak ada satu variabel independen yang memiliki nilai VIF lebih dari 10. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada Multikolinieritas antar variabel independent dalam model regresi.

Uji Autokorelasi

Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Uji Autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antara kesalahan penganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Berikut hasil pengujian data Autokorelasi.

Tabel 2

Uji Autokorelasi Metode Durbin Watson

Model

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

1 195.11848 2.290

Sumber : Data diolah (2014)

Berdasarkan hasil yang ditampilkan pada tabel di atas DW sebesar 2.290 Jika nilai DW mendekati 2 ataupun 2, angka Durbin Watson menunjukkan 2.290 yang berarti masih berada pada batas normal yaitu antara -2 sampai dengan 2. Sehingga dapat dikatakan tidak terjadi autokorelasi.

(19)

Jurnal Visioner & Strategis, Volume 5, Nomor 1, Maret 2016 Pengaruh Pertumbuhan Penduduk dan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Andria Zulfa Tingkat Pengangguran Di Kota Lhokseumawe

19 PEMBAHASAN

Hasil Pengujian Regresi Linear Berganda

Untuk menguji Pengaruh Pertumbuhan Penduduk Dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Tingkat Pengangguran Di Kota Lhokseumawe Tahun 2008-2012 baik secara simultan maupun secara parsial digunakan metode analisis linear berganda. Berdasarkan pengujian hipotesis yang telah dilakukan dengan menggunakan bantuan SPSS (statistical package for sosial siennces) 16 for windows,

pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.6

Tabel 3

Persamaan Regresi Linear Berganda Y= a +

Nama Variabel B

St d

Error t Sig

Konstanta (a) -1965.661 1435.33 -1.369 .304 Pertumbuhan

Penduduk (X1) .115 .385 -.300 .793 Pertumbuhan

Ekonomi (X2) 5.456 2.464 2.214 .157

Nilai F = 2.500, Sign F = 0,286 Sumber : Data Diolah 2014

Berdasarkan tabel 3 dapat dibentuk persamaan regresi sebagai berikut :

Y= -1965.661 +.115 X1 + 5.456 X2 + e

Berdasarkan hasil persamaan regresi linear berganda diatas dapat diketahui bahwa koefisien a (konstanta) sebesar -1965.661 artinya apabila pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan ekonomi dianggap konstan (bernilai 0), maka pengangguran sebesar -1965.661.

Pada Koefisien pertumbuhan penduduk b1 = 0.115

nilai koefisien regresi pertumbuhan penduduk sebesar 0.115 menunjukan hubungan antara pertumbuhan penduduk terhadap pengangguran, dimana setiap kenaikan 1% pertumbuhan penduduk akan meningkatkan pengangguran sebesar 0.115%.

Koefisien pertumbuhan ekonomi b2 = 5.456

menjelaskan setiap kenaikan pertumbuhan ekonomi 1% akan meningkatkan pengangguran sebesar 5.456%.

Pengujian Hipotesis (Uji t)

Uji t digunakan untuk mengetahui apakah variabel-variabel independen secara parsial berpengaruh nyata atau tidak terhadap variabel dependen. Apabila t-hitung > t-tabel maka menolak Ho1 dan menerima Ha1.

Pengaruh Jumlah Penduduk terhadap Pengangguran

Hasil yang ditunjukkan pada tabel 3 diperoleh

Coefficients terdapat nilai sig 0,793. Nilai sig lebih

besar dari nilai probabilitas 0,05, atau nilai 0,793 > 0,05, maka H01 diterima dan Ha1 ditolak. Variabel X1

mempunyai thitung yakni -0,300 dengan ttabel = 2.920.

Jadi thitung<ttabel dapat disimpulkan bahwa

pertumbuhan penduduk tidak berpengaruh signifikan terhadap pengangguran di Kota Lhokseumawe.

Hal ini dapat disebabkan oleh salah satu faktor yang menyebabkan pertumbuhan penduduk tidak berpengaruh positif dan memberikan pengaruh yang negatif, hal ini bisa saja disebabkan oleh tingkat pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat tetapi tidak didukung oleh faktor ketenagakerjaan yang baik ataupun dapat saja disebabkan oleh rendahnya jiwa kewirausahaan dari masyarakat yang disebabkan karena pola pikir masyarakat yang masih rendah, sehingga berdampak kepada rendahnya pengaruh pertumbuhan penduduk kepada pertumbuhan ekonomi itu sendiri. Hal tersebut sesuai dengan teori Thomas Robert, Menurut teori “Malthus” pertumbuhan penduduk yang tinggi akan menyebabkan kebutuhan konsumsi lebih banyak dari pada kebutuhan untuk berinvestasi sehingga sumber daya yang ada hanya dialokasikan lebih banyak ke pertumbuhan tenaga kerja yang tinggi dari pada untuk meningkatkan kapital kepada setiap tenaga kerja sehingga akan menyebabkan penyerapan tenaga kerja yang lambat di sektor-sektor modern dan meningkatkan pengangguran. Hal ini juga dijelaskan oleh Oberai (dalam Ghofari, 2010) pertumbuhan penduduk yang cepat tanpa disertai dengan proporsi investasi yang lebih besar, mengakibatkan kurangnya lapangan pekerjaan, meningkatnya pengangguran dan menghalangi transformasi struktural dalam angkatan kerja.

Pengaruh Jumlah Penduduk terhadap Pengangguran

Dari table 3, terlihat pada kolom Coefficients

terdapat nilai sig 0,157. Nilai sig lebih besar dari nilai probabilitas 0,05, atau nilai 0,157 > 0,05, maka H02

diterima dan Ha2 ditolak. Variabel X2 mempunyai

thitung yakni 2.214 dengan ttabel = 2.920. Jadi thitung<ttabel

Gambar

Gambar 1. Grafik Histogram
Tabel Kategori 
Gambar 2.  DFD LEVEL 0
gambar 3 di bawah ini :
+7

Referensi

Dokumen terkait

Isi secara lengkap bagian ibu dan bagian anak tersebut diatas dengan pelayanan kesehatan pada ibu nifas dan bayi baru lahir yang diberikan Bidan Ani... Beri tanda

mempertimbangkan beberapa faktor salah satunya adalah keamanan.Semakin tinggi suatu gedung maka resiko untuk menahan gaya lateral, terutama akibat beban gempa

Pada bab ini penulis akan memaparkan beberapa kesimpulan sebagai jawaban pertanyaan yang diajukan oleh penulis, dimulai awal kemunculan dari ideologi posmarxisme

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey dengan jenis pendekatan deskriptif kuantitatif, karena penelitian ini menggambarkan keadaan yang terjadi dalam

dengan responden dan lokasi yang berbeda sehingga dapat diketahui juga pengaruh pengetahuan, penyuluhan, ketersediaan obat, PMO, dan efek samping OAT terhadap ketaatan pasien

Keaktifan siswa selama pembelajaran yang diukur dari keaktifan bertanya ataupun menjawab selama apersepsi, diskusi kelompok, presentasi kelas dan saat guru menyimpulkan pada

Variabel dependen (variabel terpengaruh) adalah variabel yang nilainya bergantung pada nilai variabel lain yang merupakan konsekuensi dari perubahan yang terjadi pada

La ponencia describe en una primera parte los antecedentes políticos e insti- tucionales que condicionaron la actuación de los representantes vascos en la asamblea de Bayona, tanto