• Tidak ada hasil yang ditemukan

Magister Pendidikan Bahasa Indonesia NOSI Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Magister Pendidikan Bahasa Indonesia NOSI Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

REPRESENTASI KEARIFAN LOKAL SUKU SASAK DALAM WASIAT RENUNGAN MASA PENGALAMAN BARU KARYA TUAN GURU KYAI

HAJI MUHAMMAD ZAINUDDIN ABDUL MAJID

Hendra Gunawan

Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia

Abstrak: Kearifan lokal suku sasak menjadi potensi yang harus diperhatikan. Guna mengetahui kearifan atau masyarakat penduduknya, salah satunya dapat digali melalui telaah terhadap isi

Wasiat Renungan Masa Pengalaman Baru. Wasiat Renungan Masa Pengalaman Baru dalam perannyas sebagai media dakwah, sosial, politik, dan pendidikan cukup mumpuni untuk terus digali, dipahami, dan dihayati isi, serta kandungannya. Tujuan pelaksanaan penelitian ini menggali dan mendeskripsikan kearifan lokal suku Sasak yang terdapat dalamWasiat Renugan Masa Pengalaman Baru. selanjutnya dapat dijadikan sebagai pembuktian kearfan bermasyarakat yang menjadi nilai kebanggaan dan kualitas bermasyarakat suku Sasak. Metode dalam penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif studi pustaka.

Sumber data dalam penelitian ini adalah teks Wasiat Renungan Masa Pengalaman Baru, dan data dalam penelitian ini berupa isi wasiat renungan masa pemgalaman baru yang membahas tentang kearifan lokal suku Sasak. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah studi dokumenter dengan instrumen kartu data. Selanjutnya teknik analisis data dilakukan dengan cara mengumpulkan data yang bersumber dari Wasiat renungan masa pengalaman baru, menyususn secara sistematis, kemudian melakukan eksplanasi terhadap data yang telah dikumpulkan.

Dari hasil analisis dan pembahasan ditemukan beberapa kearifan lokal suku Sasak antaranya, kearifan bermasyarakat hubungannya dengan norma-norma dan hubungan sosial masyarakat di dalamnya, kearifan beragama hubungannya dengan cara dan perilaku dalam beribadah, baik ibadah wajib maupun ibadah sunnah, kearifan berpolitik atau pemerintahan hubungannya dengan berbagai perilaku masyarakat maupun elit politik dalam mengatur dan menentukan aturan-aturan setempat, dan juga tentang kiprah Nahdlatul Wathan dalam membangun sistem politik dan pemerintahan di Lombok NTB. Selanjutnya pada kearifan pendidika setempat, Wasiat Renungan Masa Pengalaman Baru yang ditulis oleh pendiri Nahdlatul Wathanbanyak membahas tentang upaya-upaya peningatan mutu pendidikan dalam memberikan kontribusi kongkrit kepada masyarakat.

(2)

PENDAHULUAN

Keberadaan berbagai karya tulis baik yang sifatnya fiktif, non fiktif, dan lainnya biasanya mencerminkan jati diri suatu identitas, lokalitas, ciri, karakteristik seorang tokoh, kebiasaan, nilai, dan budaya. Salah satu yang sering mencirikan suatu karya atau objek-objek lainnya yakni kearifan lokal. Kearifan lokal dalam bahasa asing sering dimaknai sebagai kebijaksanaan setempat (local wisdom), pengetahuan setempat(local knowledge) atau kecerdasan setempat

(local genious).

Kearifan lokal juga dapat dimaknai sebagai pemikiran tentang hidup.Pemikiran tersebut dilandasi nalar jernih, budi yang baik, dan memuat hal-hal positif.Kearifan lokal dapat diterjemahkan sebagai karya akal budi, perasaan mendalam, tabiat, bentuk perangai, dan anjuran untuk kemuliaan manusia. Penguasaan atas kearifan lokal akan mengusung jiwa mereka semakin berbudi luhur, (Wagiran, 2010).

Adapun lingkup kajian kearifan lokal dalam penelitian ini difokusan pada penggalian dan penginterpretasian naskah Wasiat Renungan Masa Pengalaman Baru

dengan mencoba mengupas kearifan lokal masyarakat susu Sasak yang terdapat di dalam Wasiat Renungan Masa Pengalaman Barutersebut.

WasiatRenunganMasaPengal amanBaru, selainmengandung pesan-pesan moral, juga banyak memperlihatkan nilai-nilai pendidikan dan budaya yang sesuai dengan tuntunan atau syariat Islam. Di

samping itu,

WasiatRenunganMasaPengalamanBa ru juga mencerminkan

persoalan-persoalan yang berkaitan dengan hukum, adat, budaya dan kehidupan sosial kemasyarakatan serta politik. Oleh karena itu, agar pemahaman dan penghayatan terhadap Wasiat Renungan Masa Pengalaman Baru

lebih luas dan mendalam, perlu diadakan penelitian yang memadai.

Selanjutnya,

untukmemaksimalkan proses penggalian berbagai kearifan yang terkandung di dalam masyarakat suku Sasak yang terdapat dalam Wasiat Renungan Masa Pengalaman Baru, pada bagian ini peneliti menyelaraskan proses penelitian ini dikaitkan dengan representasi.

Sebagai pendekatan proses, pendekatan dalam representasi ada tiga macam, yang pertama adalah pendekatan reflektif, yang kedua adalah pendekatan intensional. , yang ke tiga pendekatan kontruksionis.

Menurut Hall representasi adalah konsep yang digunakan dalam proses sosial pemaknaan melalui sistem penandaan yang tersedia: dialog, tulisan, video, film, fotografi, dsb. Secara ringkas, representasi adalah produksi makna melalui bahasa (Hall, 1997:15).

Hall (1997), juga menjelaskan, representasi merupakan salah satu praktek penting yang memproduksi kebudayaan.Kebudayaan merupakan konsep yang sangat luas, kebudayaan

menyangkut pengalaman

(3)

Pada teori representasiHall memperlihatkan suatu proses di mana arti (meaning) diproduksi dengan menggunakan bahasa (language) dan dipertukarkan oleh antar anggota kelompok dalam sebuah kebudayaan. Representasimenghubungkan antara konsep (concept) dalam benak kita dengan menggunakan bahasa yang memungkinkan kita untuk mengartikan benda, orang, kejadian yang nyata(real),dan dunia imajinasi dari objek, orang, benda, dan kejadian yang tidak nyata (fictional)

(Hall,-2003).

Representasi dalam sastra muncul sehubungan dengan adanya pandangan atau keyakinan bahwa karya sastra sebetulnya hanyalah merupakan cermin, gambaran,

bayangan, atau tiruan

kenyataan.Dalam konteks ini karya sastra dipandang sebagai penggambaran yang melambangkan kenyataan (mimesis) (Teeuw, 1984:220). Plato mengungkapkan bahwa seni (sastra) melalui mimesis melakukan penggambaran melalui ide pendekatan sehingga apa yang dihasilkan tidak sama persis dengan kenyataan. Seni hanya dapat menggambarkan dan membayangkan hal-hal dalam kenyataan, seni berdiri di bawah kenyataan itu sendiri (Teeuw, 1984: 220).Aristoteles juga mengungkapkan bahwa seni melalui mimesis melakukan proses representasi fakta-fakta sosial. Proses representasi yang terjadi dalam seni tidak semata-mata meniru kenyataan seperti pantulan gambar cermin, tetapi melibatkan renungan yang kompleks atas kenyataan alam. Dalam pandangan Aristoteles, seni bekerja seperti sejarah, yakni menghadirkan peristiwa atau kenyataan faktual dan

khusus.Di samping itu, seni juga harus mampu menunjukkan ciri-ciri general dan universalnya yang berlaku untuk zaman kapan pun (Teeuw, 1984: 222).

Karya sastra sebagai bagian dari seni mengambil bahan dari masyarakat, bahan yang dimaksud adalah fakta-fakta sosial. Fakta-fakta sosial yang ada dengan sendirinya dipersiapkan dan dikondisikan oleh masyarakat, eksistensinya selalu

dipertimbangkan dalam

antarhubungannya dengan fakta sosial yang lain, yang juga telah dikondisikan secara sosial (Ratna, 2003: 36).Menurut Sumardjo (2000: 467) representasi adalah (1) penggambaran yang melambangkan atau mengacu kepada kenyataan eksternal, (2) pengungkapan ciri-ciri umum yang universal dari alam manusia, (3) penggambaran karakteristik general dari alam manusia yang dilihat secara subyektif oleh senimannya, (4) penghadiran bentuk-bentuk ideal yang berada di balik kenyataan alam semesta yang dikemukakan lewat pandangan mistis-filosofis seniman.

(4)

Nusa Tenggara Barat.Adapun karya yang dimaksudkan adalah Wasiat Renungan Masa Pengalaman Baru.

Wasiat Renungan Masa Pengalaman Baru adalah salah satu karya monumental Maulanasysyeikh

(panggilan Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid, selanjutnya penulis menggunakan sebutan itu) yang cukup dikenal masyarakat Lombok, yang ditulisnya di sela-sela kesibukannya berjuang di bidang dakwah.Wasiat Renungan Masa Pengalaman Baru merupakan karya sastra yang ditulis dalam bentuk syair.Karya ini ditulis untuk digunakan sebagai media dakwah Islamiyah.Syair Wasiat Renungan Masa Pengalaman Baru yang dibuat dalam bentuk buku tersebut tetap dipelihara dan dijaga serta diamalkan oleh warga masyarakat pengikutnya karena di dalamnya termuat berbagai macam nilai yang sangat luhur dan tinggi.

MANFAAT PENELITIAN

Secara teoretis hasil penelitian terhadap representasi dan kearifan lokal pada Wasiat Renungan Masa Pengalaman Baru karya TGKH. Zainuddin Abdul Majid dapat dijadikan sebagai salah satu usaha pengembangan dan ikut memperkaya khazanah kajian sastra dan kebahasaan di Indonesia, khususnya di lingkungan akademikm, misalnya di perguruan tinggi (Universitas Islam Malang).

Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memotivasi peneilti di bidang kajian bahasa, khususnya bidang sastra kaitannya dengan representasi kearifan lokal dan kebudayaan dalam berbagai hasil karya guna melakukan kajian yang

lebih mendalam dengan subjek dan karakteristik yang berbeda. Penelitian ini juga diharapkan dapat mendorong dan melatih peneliti untuk

mampu mengaplikasikan,

mengadaptasi, dan mengembangkan teori di bidang sastra, dan bahasa. Dengan kata lain, melalui penelitian ini kajian tentang analisis kebahasaan dapat dibedah dan dikembangkan untuk menambah khazanah ilmu pengetahuan tentang bahasa. Beberapa manfaat praktis penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Bagi mahasiswa, kajian

sosiolinguistik tentang representasi kearifan lokal suku Sasak dalam

Wasiat Renungan Masa Pengalaman Baru dapatdijadikan sebagai bahan perbandingan untuk melihat aspek-aspek kebahasaan yang lain secara teoretis.

2) Bagi calon peneliti, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salahsatu objek penelitian pada bidang sastra dan kebahasaan dengan varian bahasa pada aspek budaya yang dikaji.

3) Bagi pembaca khususnya santri dan jamaah Nahdlatul Wathan, hasil kajian ini bisa dijadikan sebagai salah satu media atau sarana untuk lebih memahami hakikat dan makna dari Wasiat Reungan Masa Pengalaman Baru, khususnya yang berkaitan tentang kearifan lokal suku Sasak.

METODE PENELITIAN

Metode dalam penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif studi pustaka. Sumber data dalam penelitian ini adalah teks Wasiat Renungan Masa Pengalaman Baru,

(5)

tentang kearifan lokal suku Sasak.

Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah studi dokumenter dengan instrumen kartu data. Selanjutnya teknik analisis data

dilakukan dengan cara

mengumpulkan data yang bersumber dari Wasiat renungan masa pengalaman baru, menyususn secara sistematis, kemudian melakukan eksplanasi terhadap data yang telah dikumpulkan

HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian terhadap Wasiat Renungan Masa Pengalaman Baru karya Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Majid.Pada bagian ini, peneliti memaparkan ke dalam tiga ranah yang peneliti yakini cukup signifikan dalam upaya menemukan representasi kearifan lokal masyarakat suku Sasak yaitu, (1)ranah agama, (2) ranah sosial, (3) ranah politik atau pemerintahan, dan (4) ranah pendidikan.

Penjelasanmasing-masing ranah tersebut dirincikan berdasarkan lahan kajian dan garapan yang disesuaikan dengan kebutuhan pada masing-masing kearifan lokal yang terdapat pada masyarakat suku Sasak.Pada kebijaksanaansetempat (local wishdom) diklasifikasikan ke dalam tiga bagian antaranya; (1) kebijaksanaan pada ranah agama,(2) kebijaksanaanpada ranah sosial, dan (3) kebijaksanaanpada ranah politik atau pemerintahan. Penjelasan masing-masing kebijaksanaantersebut difokuskan pengkajiannya pada aturan, cara bermasyarakat, beragama, dan pemerintahan atau perpolitikan masyarakat suku Sasak.

Selanjutnya pada

kebijaksanaan pendidikan setempat

(local knowledge), fokus mengkaji tentang kearifan dan sinergi antara eksistensi Nahdlaatul Wathan beserta kiprah dan haluan dalam intervensinya terhadap tumbuh, berkembang, dan kemajuan pendidikan di pulau Lombok atau suku Sasak.

Secara keseluruhan peneliti menemukan 16 syair Wasiat Renungan Masa Pengalaman Baru

yang merepresentasikan kearifan setempat (local wishdom) lokal suku Sasak yang peneliti klasifikasikan ke dalam tiga ranah, diantaranya; ranah agama, sosial, dan politik atau pemerinthan. Pada masing-masing ranah yang tercakup dalam kearifan setempat(local wishdom)suku Sasak, terdapat 4 syair Wasiat Renunagan Masa Pengalaman Baru yang merepresentasikan kearifan beragama, 3 syair yang merepresentasian kearifan ber masyarakat (sosial), 3 syair yanag merepresentasikan kearifan berpolitik atau pemerintahan. Kemudian pada kearifan pendidikan setempat (local knowledge) suku Sasak terdapat 7 Wasiat Renunagan Masa Pengalaman Baru yang merepresentasikan kearifan lokal masyarakat suku Sasak. Sebagai langkah selanjutnya, guna memenuhi kebutuhan pada penelitian ini yang disesuaikan dengan rancangan dan rumusan masalah, maka peneliti menganalisis Wasiat Renunagan Masa Pengalaman Baru

(6)

terhadap pengetahuan setempat (local knowledge).

PEMBAHASAN

Paparan dan pembahasan hasil penelitian dalam wasiat renugnan masa pengalaman baru karya Tuan Guru Kyai Muhammad Zainuddin Abdul Majid dapat diuraikan s ebagai berikut.

Representasi Kearifan Lokal suku Sasak dalam Wasiat Renungan Masa Pengalaman Baru terhadap Kearifan Setempat (local wisdom)

Representasi kebijaksanaan setempat (local wisdom) suku Sasak disajikan sesuai dengan kondisi lapangan dengan cara memaparkan beberapa kearifan setempat dalam

Wasiat Renunagan Masa Pengalaman Baru dengan pembagian pada (1) kebijakan agama, (2) kebijaksanaan sosial, dan (3) kebijaksanaan politi atau pmerintahan. Lebih jelasnya berikut disajikan satu persatu dari beberapa kearifan tersebut.

Kebijaksanaan Setempat pada Ranah Agama dalam Wasiat Renunagan Masa Pengalaman Baru (1) Maha benar Allah pada

firmannya

pada garisnya kepada hambanya

harus dijunjung oleh semua agar selamat selama-lamanya (syair ke72 bagian ke-1) Dalam syair tersebut, penulis syair WRMPB memperingatkkan kepada para pembaca, murid, warga NW, dan masyarakat Sasak. bahwasanya, ibadah yang dilakukan harus selalu disandarkan pada sang

pencipta. Selain itu juga terdapat dalam syair lain,

(2)Ingatlah kita akan kembali menghadap tuhan Robbul Izati Menyampaikan laporan amal sendiri

Seluruh makhluk menjadi saksi (syair ke 73 bagian 1)

Dalam syair tersebut, dijabarkan perihal agama dan peribadatan, pertanggung jawaban dan kesediaan manusia sebagai makhluk tuhan yang akan mendapatkan hisab dari apa yang telah dilakukannya di dunia. Dalam syair tersebut juga disinggung tentang kehidupan pana (dunia) yang akan berakhir (tidak kekal).

Dalam syair lain juga disebutkan,

(3)Wajib kompak membela agama Agama Allah yang maha esa Yang paling muka yang paling

takwa

Yang paling tegak membela agama

(syait ke 59 bagian ke 1)

Kesadaran harus dibangun yang dimulai dari kekompakan, kebersamaan, dan ketakwaan demi menjalankan syariat agama. Ada juga

bentuk bahasa yang

merepresentasikan kearifan lokal suku Sasak dalam ranah agama yang bisa ditemukan dalam syair Wasiat Renungan Masa Pengalaman Baru.

Namun pada sajian syair berikut ini, keadaan yang dipaparkan oleh penulis, adalah tindakan-tindakan yang menyimpang dari kearifan lokal suku Sasak khususnya dalam beragama.

(4)Terkadang ingin merebut dunia Jadi kepala jadi pemuka

(7)

Hingga menendang prinsip agama

(syair ke 60 bagian ke 1) Dalam syair tersebut, penulismenggambarkan kebiasaan masyarakat suku Sasak yang cenderung melakukan berbagai macam cara demi mencapai kedudukan dunia lantas mengabaikan aturan-aturan dalam agama, secara tiidak langasung sudah tentu perilaku tersebut melanggar kearifan masyrakat dalam beragama.

Kebijaksanaan Setempat pada Ranah Sosialdalam Wasiat Renunagan Masa Pengalaman Baru (5)Dasar selamat bersatu kalimat

Bersatu derap bersatu langkah Dasar bahaya berpecah belah Kadang membawa suuo khotimah

(syair ke 31 bagian ke 2) Dalam syair tersebut, penulismenjelaskan tentang keutamaan kebersamaan dan bersatu padu. Karena bersatu dan saling bahu-membahu merupakan pangkal keselamatan. Begitu juga dengan berpisah dan terpecah belah akan berakhir hancur, rusak, dan tidak baik.

Selain itu juga terdapat dalam syair berikut,

(6)Aduh sayang

Tata tertib perlukan ada Tutur bahasa perlu dijaga Akhlak luhur tanda mulia

Bahasa menunjukkan bangsa (syair ke 29 bagian ke 2)

Berdasarkan konteks pada syair tersebut, sebagai masyarakat yang mayoritas beragama Islam, hal utama yang harus dijaga oleh suku Sasak adalah akhlak luhur, taat dan selalu tertib dalam setiap hal. Mengenai jiwa sosial sebagai suatu kearifan bagi

masyarakat suku Sasak juga harus dijaga dari berbagai niat dan ketidak lurusan hati. Keadaan semacam ini diibaratkan seperti kelestarian yang bersumber dari ekosisitem alam, dengan perumpamaan makhluk tuhan yang berupa tunjung (bunga) dan empak (ikan). Bahwasanya jika hati dan niat selalu disandarkan pada perbuatan baik sesuai dengan tuntutan bermasyarakat yang sejalan dengan landasan agama, maka hasilnya akan berfaidah dan tidak akan mengecewakan makhluk-makhluk lainnya atau manusia-manusia pada khususnya. Berikut syair dijelaskan.

(7)Aduh sayang

Kalau ingin dapat faidah Tuluskan hati tuluskan lidah Pandai bergaul secara hikmah

Empa’ bau tunjung tilah

(syair ke 41 bagian ke 2)

Berdasarkan konteks yang ditemukan pada syair tersebut, bahwa faidah dan manfaat akan tercapai dan dapat diperoleh tanpa harus merusak sistem, ekosistem dan tatanan lainnya hanya dengan melakukan segala sesuatu dengan hati yang tulus dan jujur dan yang terpenting adalah selalu menjalin kebersamaan dalam setiap keberadaan (bergaul hikmah).

Kebijaksanaan Setempat pada

Ranah Politik Atau

Pemerintahandalam Wasiat Renunagan Masa Pengalaman Baru (8) Di sana-sini berangsur-angsur Di Lombok Tengah dan Lombok Timur

Rasyid di barat sampai terkubur Pada akhirnya NW mengatur.

(8)

menyiratkan kearifan berpolitik suku Sasak yang mencerminkan ciri khas dan warna tersendiri. Hal tersebut terbukti dengan beberapa dekade pemerintahan, hampir di seluruh Kabupaten dan lembaga pemerintahan di Nusa Tenggara Barat. Dalam syair lain juga disebutkan

(9) Aduh sayang !

Ada pula yang sangat ganjil Selalu memakai politik kancil Lidahnya manis buktinya nihil HANTAM KROMO pokoknya hasil

(syair ke 21 bagian ke 2) Dalam syair tersebut, TGKH.

Zainuddin Abdul Majid

mengumpamakan masyarakat suku Sasak yang memiliki ambisi demi mencapai tujuannya rela mengumbar-umbar janji tanpa ada realisasi yang tepat. Masalahbaik dan benar yang dilakukan bukan persoalan, yang paling penting adalah hasil. Perilaku dan pola masyarakat yang seperti ini, penulis mengumpamakannya dengan binatang yang sangat licik dan lincah, yaitu kancil. Yang perlu digarisbawahi, itu bukanlah karakteristik suku Sasak. Begitu juga dengan syair berikut,

(10)Ucapan raksasa zaman dahulu Mambunwong anak manusia bejulu

Raksasa modern teriak selalu Mambu uang dan kursi perlu

(syair ke 62 bagian ke 1)

Berdasakan konteks yang terdapat dalam syair tersebut, terdapat ungkapan yang menyiratkan tingkat kesadaran yang tidak tertanam dengan baik, sehingga uang dan kedudukan hampir menjadi obsesi utama dalam melakukan setiap perbuatan.

Representasi Kearifan Lokal suku Sasak dalam Wasiat Renungan Masa Pengalaman Baru terhadap Kearifan Pendidikan Setempat (local Knowledge)

Berdasarkan hasil analisis data dalam penelitian ini, peneliti mengutip beberapa syair Wasiat Renunagan Masa Pengalaman Baruterdapat bentuk bahasa yang merepresentasikan kearifan pendidikan setempat (local knowledge) suku Sasak. Berikut kutipan-kutipan syairnya:

(11) NW membuka

lembaran sejarah

mengangkat derajat PUTRA DAERAH

Terbukti dalam diri anaknda menjadi USTADZ dan GURU SEKOLAH (syair ke 43 bagian ke 2)

Berdasarkan konteks yang terdapat dalam syair tersebut, bahwa perjuangan Nahdlatul Wathan tidak boleh dipandang sebelah mata karena

Nahdlatul Wathan sudah menunjukkan kontribusinya kepada bangsa dan negara dengan ikut membantu pemerintah dalam rangka mencerdaskan ummat melalui pendidikan. Hal ini terbukti dari banyaknya alumni santri yang menjadi ustadz (guru agama) dan guru umum (guru yang mengajarkan

pengetahuan umum).

Kiprah Nahdlatul Wathanjuga secara sadar dapat ditemukan dengan banyaknya alumni madrasah yang didirikan oleh TGKH.Muhammad Zainuddin Abdul Majid yang menjadi pejabat di nusantara, khususnya di daratan pulau Sasak.

(12) Dan banyak pula Petugas Negaramenjadi PENGHULU

(9)

AGAMA, PENDIDIKANNYA

PENERANGAN AGAMA

PERADILANNYA

(syair ke 44 bagian ke 2)

Pada syair tersebut, digambarkan tentang keberhasilan kader-kader Nahdlatul Wathan

dibuktikan dengan berhasilnya para alumni santri yang mendapatkan jabatan atau kedudukan di berabagi instansi pemerintah, seperti KUA, pengadilan dan sebaginya. Selain itu juga dalam syair lain disebutkan, kehadiran NW dengan kiprahnya ingin membangun dan terus menumbuhkembangkan peradaban yang lebih baik melalui jalur pendidikan. Hal tersebut harus terus diingat dan tetap dijaga keberadaannya. Berikut syair yang merepresentasikan bentuk bahasa pada kebijaksanaan pendidikan setempat (local knowledge) suku Sasak,

(13) Aduh sayang !

Nahdlatul Wathan ciptaan ayahnda ku AMANATKAN kepada anaknda DIPELIHARA dan terus DIBINA dan dikembangkan di Nusantara (syair ke 39 bagian ke 2)

Dalam syair tersebut, penulis mengamanatkan pada pembaca, khususnya jamaah/alumni santri

Nahdlatul Wathan agar meneruskan perjuangan Tuang Guru dengan mendiirikan madrasah atau sekolah di seluruh Nusantara. Dalam syair lain juga dijelaskan tentang berbagai dampak yang dirasakan akibat keluarnya seseorang dari khittohnya

sebagai santri yang selalu cenderung tangguh dan kuat menghadapi berbagai macam ujian dalam menjalani kehidupan dunia yang mengakibatkan dirinya lupa akan hak

dan kewajibannya, bahkan cendrung melanggar syariat-syariat agamnya,

(14) Tetapi banyak

melupakan diri Tidak lagi berjiwa santeri Karena tertawan "sambal

terasi”

Sampai lupakan "rumah sendiri"

(syair ke 134 bagian ke 1)

Pada sisi lain juga, sebagai penerus bangsa dan agama, para generasi harus senantiasa menanamkan semangat menuntut ilmu setinggi-tingginya,

(15) Tuntutlah ilmu

sebanyak mungkin

Sampai mendapat gelar muflihin Gelar dunia perlu dijalin Dengan ajaran Rabbul 'Alamin (syair ke 185 bagian ke 1).

Selain itu terdapat juga Wasiat Renungan Masa Pengalaman Baru

yang menegaskan tentang ganjara yang didaptkan oleh seorang murid jika durhaka pada gurunya,

(16) Dahlan ihsan telah berkata

Di kitab''Sirajuthtbalibiina'': "Murid durhaka pada gurunya Tidak terhapus dosa lengahnya"

(syair ke 180 bagian ke 1)

Menegaskan hal tersebut, TGKH. Zainuddin Abdul Majid juga memaparkan

(17) Murid yang putus dari gurunya

Berarti rusak pipa ilmunya Hilang terbakar sari ilmunya Dibakar syaitan dan hawa nafsunya

(syair ke 180 bagian ke 1)

(10)

menghargai gurunya, baik secara sadar atau tidak maka ilmu-ilmu yang didapakan dari gurunya tersebut hanya akan sia-sia tanpa ada keberkatan.

Impilkasi Hasil Penelitian terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia

Pada bagian ini dipaparkan tentang implikasi hasil penelitian terhadap Wasiat Renungan Masa Pengalaman Baru terhadap pembelajaran bahasa dan Sastra Indonesia. Berikut pemaparannya.

1) Mempasilitasi siswa dalam memahami dan menganalisis karya sastra dengan menggunakan pendekatan representasi

2) Mengembangkan sikap kritis siswa

3) Mengembangak sikap saling mengharagai.

KESIMPULAN

Berdasarkn hasil penelitian dan pembahasan dapat diberikan simpulan sebagai berikut.

Representasi Kearifan Lokal

suku Sasak terhadap

Kebijaksanaan Setempat (local wisdom) Suku Sasak

Pada masing-masing ranah yang tercakup dalam kearifan setempat(local wishdom)suku Sasak, terdapat 4 syair Wasiat Renunagan Masa Pengalaman Baru yang merepresentasikan kearifan beragama, 3 syair yang merepresentasian kearifan bermasyarakat (sosial), 3 syair yanag merepresentasikan kearifan berpolitik atau pemerintahan. Pada masing-masing kearifan

tersebut, keberadaannya

mencirikhaskan masyarakat suku Sasak.

(1) Pada kearifan beragma ditemukan hubungan antara cara dan perilaku dalam beribadah, baik ibadah wajib maupun ibadah sunnah, baik ibadah antara manusia dengan sang pencipta (Allah) maupun dengan sesama manusia, (2) kearifan Sosial bermasyarakat, di dalamnya ditemukan berbagai ciri, corak, dan etika yang mesti dijaga, dijunjung, dan dipertahankan demi selalu menjaga hubungan antara sesama manusia, makhluk lainnya dan segala ekosisitem yang ada di bumi, dan (3) kearrifan berpolitik atau pemerintahan hubungannya dengan berbagai perilaku masyarakat maupun elit politik dalam mengatur dan menentukan kebijaksanaan dan aturan-aturan setempat, dan juga tentang kiprah keikut sertaan

Nahdlatul Wathandalam membangun sistem politik dan pemerintahan di Lombok Nusa Tenggara Barat.

Representasi Kearifan Lokal Suku Sasak terhadap Pendidikan Setempat (Local Knowledge) Suku Sasak

Pada kearifan pendidikan setempat (local knowledge) suku Sasak terdapat 7 Wasiat Renunagan Masa Pengalaman Baru yang merepresentasikan kearifan lokal masyarakat suku Sasak. Dari ke 7 syair tersebut, masing-masing memberikan penjelasan tentang kearifan lokal yang terdapat pada masyarakat suku Sasak pendidika setempat.

(11)

oleh pendiri Nahdlatul Wathan dan para jamaah serta santri-santrinya dalam memberikan kontribusi kongkrit kepada masyarakat khsusnya dalam dunia peandidikan. Serta keberadaan Nahdlatul Wathan

sebagai salah satu pelopor sistem pendidikan di bumi Sasak, dan yang tidak dapat dielakkan lagi, sepak terjang dan usaha-usaha kongkrit yang telah dilakukannya adalah, mulai dari pembangunan lembaga-lembaga pendidikan yang pertama kali di Pancor Lombok timur atau pusat Nahdlatul Wathan pertama kali didirikan, dan ikut serta dalam memberikan sumbangsih pemikiran, konsep, dan upaya-upaya penting dalam mengatur dan mengelola pendidikan baik di kalngan sendiri maupun level lokal dan nasional. Selain itu juga.

Impilkasi Hasil Penelitian terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia

Pada bagian ini disimpulakan bahwa ada em[pat impilkasi hasil penelitian terhadap pembelajaran bahasa Indonesia antara sebagai berikut,

4) Mempasilitasi siswa dalam upaya meningkatkan kemampuan berbahasa

5) Mempasilitasi siswa dalam memahami dan menganalisis karya sastra dengan menggunakan pendekatan representasi

6) Mengembangkan sikap kritis siswa

7) Mengembangak sikap saling mengharagai.

DAFTAR RUJUKAN

Antariksa. (2009) Kearifan Lokal Dalam Arsitektur Perkotaan

dan lingkungan binaan. (online) http//www.antariksaarticle.blogspot.c om/2009/kearifan lokal dalam arsitektur html. (diakses 3 Maret 2016).

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Bartholomewn, Jhon Bryan. 2001 Alif Lam Mim Kearifan Lokal Masyarakat Sasak. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Cedorroth, Sven. 1981. The Spell of Ancestors and the Power of Mekkah: Sasak Comunity on Lombok.

Goeteborg, Sweeden: ACTA Universitas Gothoburgensis.

Faruk. 2010. Pengantar Sosiologi Sastra: dari Strukturalisme Genetik sampai Post-modernise.

Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Giles, Judy and Tim Midletun. 1999. Studying Culture: A Practcal Introduction. Oxford: Blackwell Publisher.

Hall, Stuart.2003 The Work of Representation.” Representation,” Representation: Cultural Representation and Signifying Practices. Ed Stuart Hall. London: Sage Publication.

http://www.kompasiana.com/a nggraini.m.e-representation sebagai

perangkat konsep yang

menghubungkan bahasa denagan

makna” (diakses 5 Mei 2016).

http://www.Lombokkini /informasi peta wilayah dan jumlah

penduduk” (diakses 12 Mei 2016).

Ibrahim, Abd. Syukur. 1994.

Panduan Penelitian Etnografi Komunikasi. Usaha Nasional; Surabaya.

Judd, Mary Poo-Mooi. 1987.

(12)

Selves. Princeton: Princeton University Press.

Keraf, Gorys. 2004.

Komposisi. Jakarta: Nusa Indah. Lexy. J. Moleong. 2004.

Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Leeman, Albert. 1989.

Internal and External Factor of Sosio Cultural and Sosio Economic. Dynamics in Lombok. Zurich: Uiversitas Zurich.

Madjid, Muhammad

Zainuddin Abdul. 1984. Wasiat Renungan Masa Pengalaman Baru. Surabaya: Bina Ilmu Ofset.

Madjid, Muhammad

Zainuddin Abdul.1973. Perguruan Nahdlatul Wathan. Pancor: Nahdlatul Wathan.

Mulyana, Dedy dkk. 2009.

Komunikasi Antarbudaya: Panduan berkomunikasi dengan orang-orang berbeda budaya. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Poerwadarminta, W.J.S. 1994.

Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: BalaiPustaka.

Rahyono, F.X. 2009.Kearifan Budaya dalam Kata. Jakarta: Wedatama Widyasastra.

Ratna, Nyoman Kutha. 2003.

Paradigma Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

___________________.2005.

Sastra dan Culture Studies: Representasi Fiksi dan Fakta. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Teeuw. 1984. Sastra dan Ilmu Sastra, Pengantar Teori Sastra. Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya.

T Wellek, Rene & Austin Warren. 1990. Teori Kesusastraan (Terj. Melani Budianta). Jakarta: PT Gramedia.

Wagiran, dkk (2010)

Referensi

Dokumen terkait

2016 , mengundang Saudara untuk keperluan Pembuktian Kualifikasi terhadap semua data dan informasi yang ada dalam dokumen penawaran yang Saudara. sampaikan pada pekerjaan

Pasar Modal, dipandang perlu untuk mengubah Keputusan Ketua Bapepam Nomor 38/PM/1991 tentang Laporan Kepada Bapepam Oleh Akuntan dengan Keputusan Ketua Bapepam yang baru;.. Mengingat

[r]

Dengan ini memberitahukan bahwa setelah diadakan Penetapan oleh Pejabat Pengadaan barang/jasa Dinas Perikanan Kabupaten Pesawaran maka diberitahukan Pemenang

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, dipandang perlu untuk menyempurnakan Peraturan Nomor X.H.1 Lampiran Keputusan Ketua Badan

Menimbang : bahwa dengan berlakunya Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, dipandang perlu untuk menetapkan Keputusan Ketua Bapepam tentang Pemeliharaan Dokumen Oleh

[r]

[r]