BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keluarga sebagai unit terkecil kehidupan bangsa diharapkan menerima norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera. Gerakan Keluarga Berencana Nasional Indonesia telah berumur panjang (sejak 1970) dan masyarakat dunia menganggap Indonesia berhasil menurunkan angka kelahiran dengan bermakna. Masyarakat dapat menerima hampir semua metode medis teknis keluarga berencana yang dicanangkan oleh pemerintah. (Manuaba, 2002)
Dalam usaha untuk meningkatkan gerakan keluarga berencana nasional peranan pria sebenarnya sangat penting dan menentukan. Sebagai kepala keluarga pria merupakan tulang punggung keluarga dan selalu terlibat untuk mengambil keputusan tentang kesejahteraan keluarga, termasuk untuk menentukan jumlah anak yang diinginkan. (Manuaba, 2002)
Ketidaksetaraan gender dalam bidang Keluarga Berencana dan kesehatan reproduksisangat berpengaruh pada keberhasilan program. Sebagian besar masyarakat dan penentu kebijakan masih menganggap bahwa pengguna kontrasepsi adalah urusan perempuan. Oleh karena itu peserta keluarga berencana pria di indonesia masih sangat rendah. Di masa lalu persoalan pengaturan kelahiran lebih banyak difokuskan kepada perempuan, sehingga terkesan bahwa Keluarga Berencana adalah urusan perempuan saja. (Hartanto, 2004)
Dari jumlah pasangan usia subur di Sumatera Utara sebanyak 1.982.810 pasangan yang menjadi peserta KB aktif pada Mei 2009 sebanyak 1.266.071 atau 63,8%. dari jumlah pasangan usia subur yang berhasil dibina menjadi peserta KB dengan menggunakan kondom dan metode operasi pria (MOP) masih sangat rendah yaitu kondom 4,62 % dan MOP 0,30 %. Sehingga
partisipasi kaum perempuan menjadi peserta KB masih cukup dominan yakni 95,08 %. (BKKBN, 2009).
Pencapaian peserta keluarga berencana baru pada bulan Mei 2009 sebanyak 31.017 peserta atau 39,34 % dari perkiraan permintaan masyarakat sebagai peserta Keluarga Berencana baru tahun 2009 sebanyak 332.158 peserta. Sedangkan hasil pencapaian peserta KB baru pada bulan Mei 2009 tetap didominasi pemakaian pil dan suntikan. Komposisi pencapaian peserta KB baru berdasarkan pemakaian kontrasepsi pada bulan Mei 2009 yakni suntikan 32,16 %, pil 35,24 %, implan13,94 %, IUD 8,02 %, kondom, 6,84 %, MOW 2,97 %, dan MOP 0,83 %. (BKKBN, 2009).
Hasil survey awal dilapangan bulan Januari - Juli 2010 di Puskesmas Kampung Baru Medan menunjukkan bahwa dari seluruh jumlah pasangan usia subur yaitu 980 pasangan, 700 pasangan telah menjadi peserta Keluarga Berencana aktif yang meliputi IUD 83 pasangan, MOW 68 pasangan, MOP 42 pasangan, Kondom 125 pasangan, Implant 80 pasangan, Suntik 150 pasangan dan Pil 152 pasangan.
Dari latar belakang di atas maka dirasakan perlu melakukan suatu penelitian dengan judul “Pengetahuan Suami Tentang Kontrasepsi Mantap Pada Pria di Wilayah Kerja Puskesmas Kampung Baru Medan Tahun 2010”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Bagaimanakah pengetahuan suami tentang kontrasepsi mantap pada pria di Wilayah Kerja Puskesmas Kampung Baru Medan Tahun 2010.
C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pengetahuan suami tentang kontrasepsi mantap pada pria di wilayah kerja puskesmas kampung baru medan tahun 2010.
D. Manfaat Penelitian a. Bagi suami.
Sebagai bahan masukan bagi suami dan meningkatkan kesadaran terhadap kontrasepsi mantap dan kesehatan reproduksi.
b. Bagi Institusi Pendidikan.
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai penambah informasi, pengembangan ilmu dan referensi perpustakaan, sehingga dapat dijadikan bahan bacaan mahasiswa.
c. Bagi peneliti
Menambah pengalaman bagi peneliti dalam mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh, juga berguna untuk pelaksanaan pelayanan kesehatan kepada masyarakat nantinya.