• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN (RPP DAI{ LKS) PADA MATERI RUMUS.RUMUS SEGITIGA MENGGUNAKAII MODEL PENEMUAN TERBIMBING I]NTUK SISWA SMA IGLAS XI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN (RPP DAI{ LKS) PADA MATERI RUMUS.RUMUS SEGITIGA MENGGUNAKAII MODEL PENEMUAN TERBIMBING I]NTUK SISWA SMA IGLAS XI."

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Matematika merupakan disiplin ilmu yang diaplikasikan di berbagai bidang ilmu dan teknologi. Daniel Muij dan David Reynolds (2008: 333) mengatakan bahwa matematika merupakan “kendaraan” utama untuk mengembangkan kemampuan berpikir logis dan keterampilan kognitif yang lebih tinggi pada siswa. Matematika juga menjadi salah satu mata pelajaran yang wajib dipelajari hampir di seluruh tingkat pendidikan, yaitu mulai dari tingkat SD, SMP, SMA, bahkan sampai tingkat perguruan tinggi. Materi yang dipelajari disesuaikan dengan kemampuan siswa di masing-masing tingkat pendidikan. Salah satu materi yang dipelajari siswa pada tingkat SMA adalah rumus-rumus segitiga.

(2)

pelajaran 2012/2013 di Kota Yogyakarta yang menunjukkan bahwa penguasaan siswa terhadap materi trigonometri berada pada tingkat paling rendah dibandingkan penguasaan terhadap materi matematika yang lainnya, yaitu 58.06%. persentase penguasaan materi soal matematika ujian nasional SMA/MA tahun pelajaran 2012/2013 di Kota Yogyakarta selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 1. Persentase Penguasaan Materi Soal Matematika Ujian Nasional SMA/MA Tahun Pelajaran 2012/2013 di Kota Yogyakarta

Kemampuan yang Diuji Persentase

Penguasaan

Logika Matematika 74.58%

Eksponen, Barisan, dan Deret Fungsi 72.72%

Persamaan dan Pertidaksamaan 68.14%

Lingkaran, Suku Banyak, dan Komposisi Fungsi 73.17%

Matriks, Vektor, dan Transformasi 74.04%

Geometri 58.21%

Trigonometri 58.06%

Kalkulus 61.79%

Statistika dan Peluang 59.82%

(3)

Mengembangkan perangkat pembelajaran juga menjadi penting karena zaman yang selalu berubah dan berkembang serta perlunya sarana untuk membantu mengembangkan kemampuan yang dimiliki siswa sesuai dengan perkembangan kognitifnya, sehingga perangkat pembelajaran yang digunakan harus selalu disesuaikan dengan zamannya dan disesuaikan pula dengan perkembangan kognitif siswa.

Jean Piaget dalam Erman Suherman, dkk (2001: 43) menjelaskan bahwa anak pada usia 11 tahun ke atas telah masuk pada tahap operasi formal yang merupakan tahap akhir dari perkembangan kognitif secara kualitas. Anak pada tahap ini sudah mampu melakukan penalaran dengan menggunakan hal-hal yang abstrak. Atas dasar teori Piaget tersebut, Rita Eka Izzaty, dkk (2008: 133) menyebutkan bahwa anak pada tahap ini telah mampu berpikir logis, berpikir berdasarkan hipotesis, menggunakan simbol-simbol, dan berpikir berdasarkan kepentingan.

Berdasarkan uraian di atas, diperlukan adanya ketersediaan perangkat pembelajaran yang dapat merangsang siswa untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran sehingga dapat mengembangkan kemampuan berpikir logis dan keterampilan kognitif siswa. Perangkat pembelajaran yang demikian diharapkan dapat mengakomodir kemampuan berpikir siswa dan mendukung siswa agar mampu mengkontruksi sendiri pengetahuannya dengan konsep yang benar, serta dapat meningkatkan sikap positif dan keterampilan siswa.

(4)

dalam melaksanakan proses pembelajaran. Lembar kegiatan siswa (LKS) dipilih karena berfungsi sebagai sumber belajar pendukung yang dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan kegiatan penemuan secara mandiri maupun bekerja sama. Perangkat pembelajaran perlu diwarnai dengan model pembelajaran yang sesuai. Salah satu model pembelajaran yang kiranya cocok digunakan dalam perangkat pembelajaran di atas adalah model penemuan terbimbing.

(5)

menyusunnya; setelah siswa menemukan apa yang dicari, hendaknya guru menyediakan soal latihan untuk memeriksa kebenaran hasil penemuan siswa.

Model penemuan terbimbing cocok digunakan dalam menyusun perangkat pembelajaran yang dimaksud, karena memiliki tahapan yang sesuai dengan karakteristik siswa yang telah mampu melakukan penalaran dengan menggunakan hal-hal yang abstrak. Penemuan terbimbing juga dapat meningkatkan partisipasi aktif siswa serta dapat mengembangkan kemampuan berpikir logis dan keterampilan kognitif siswa. Perangkat pembelajaran dengan model penemuan terbimbing akan mendukung tercapainya kompetensi dasar dari materi rumus segitiga karena dapat mengarahkan siswa untuk menemukan sendiri rumus-rumus segitiga tersebut.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, peneliti tertarik untuk mengembangkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari RPP dan LKS pada materi rumus-rumus segitiga menggunakan model penemuan terbimbing untuk siswa SMA kelas XI. Perangkat pembelajaran yang dihasilkan dalam penelitian ini diharapkan dapat membantu meningkatkan kualitas pembelajaran sehingga siswa terbantu dalam memahami materi pembelajarannya.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti mengidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut.

1. Siswa belum mampu memahami materi rumus-rumus segitiga dengan baik. 2. Diperlukan sarana untuk membantu mengembangkan kemampuan yang

(6)

3. Diperlukan perangkat pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa dan materi rumus-rumus segitiga.

C. Batasan Masalah

Agar penelitian lebih terarah dan dapat dikaji lebih mendalam, maka pada penelitian ini permasalahan dibatasi pada pengembangan perangkat pembelajaran (RPP dan LKS) pada materi rumus-rumus segitiga menggunakan model penemuan terbimbing untuk siswa SMA kelas XI.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah, dan batasan masalah di atas maka didapat rumusan masalah, yaitu bagaimana kualitas perangkat pembelajaran yang dikembangkan ditinjau dari aspek kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan dalam penggunaannya pada pembelajaran matematika siswa SMA? E. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, yaitu menghasilkan perangkat pembelajaran (RPP dan LKS) pada materi rumus-rumus segitiga menggunakan model penemuan terbimbing untuk siswa SMA kelas XI yang layak.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat antara lain bagi siswa, guru, dan peneliti.

1. Bagi Siswa

(7)

b. Memberi motivasi bagi siswa untuk meningkatkan kemandirian belajar. c. Melatih siswa untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri sehingga dapat

memahami konsep matematika dengan baik. 2. Bagi Guru

a. Perangkat pembelajaran yang dihasilkan dapat digunakan sebagai tambahan referensi maupun inspirasi bagi guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran.

b. Model pembelajaran penemuan terbimbing menjadi salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat dilakukan guru dalam proses belajar-mengajar. 3. Bagi Peneliti

(8)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori

1. Tinjauan Materi Rumus-rumus Segitiga

Permendikbud No. 69 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah memuat bahwa dalam kurikulum 2013 kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang dirinci lebih lanjut dalam kompetensi dasar mata pelajaran. Semua kompetensi dasar dan proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang dinyatakan dalam kompetensi inti. Kompetensi dasar dikembangkan berdasarkan prinsip akumulatif, saling memperkuat dan memperkaya antara mata pelajaran yang satu dengan mata pelajaran yang lain dan antara jenjang pendidikan yang satu dengan jenjang pendidikan yang lain.

Rumusan kompetensi inti menggunakan notasi sebagai berikut.

1. Kompetensi inti sikap spiritual menggunakan notasi KI-1 (kompetensi inti-1). 2. Kompetensi inti sikap sosial menggunakan notasi KI-2 (kompetensi inti-2). 3. Kompetensi inti pengetahuan menggunakan notasi KI-3 (kompetensi inti-3). 4. Kompetensi inti keterampilan menggunakan notasi KI-4 (kompetensi inti-4).

Kompetensi dasar dirumuskan untuk mencapai kompetensi inti, sehingga kompetensi dasar dikelompokkan menjadi empat sesuai dengan pengelompokkan kompetensi inti sebagai berikut.

(9)

2. Kelompok 2 merupakan kelompok kompetensi dasar sikap sosial dalam rangka menjabarkan KI-2.

3. Kelompok 3 merupakan kelompok kompetensi dasar pengetahuan dalam rangka menjabarkan KI-3.

[image:9.612.133.509.268.687.2]

4. Kelompok 4 merupakan kelompok kompetensi dasar keterampilan dalam rangka menjabarkan KI-4.

Tabel 2. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Materi Rumus-rumus Segitiga

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya

2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan proaktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

2.1 Memiliki motivasi internal, kemampuan bekerjasama, konsisten, sikap disiplin, rasa percaya diri, dan sikap toleransi dalam perbedaan strategi berpikir dalam memilih dan menerapkan strategi menyelesaikan masalah.

2.2 Mampu mentransformasi diri dalam berperilaku jujur, tangguh menghadapi masalah, kritis dan disiplin dalam melakukan tugas belajar matematika.

3. Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan

(10)

spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.

4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.

4.8 Merancang dan mengajukan masalah nyata terkait luas segitiga dan menerapkan aturan sinus dan kosinus untuk menyelesaikannya.

KD 2.1 dan 2.2 merupakan kompetensi dasar sikap sosial yang dapat diamati saat proses pembelajaran berlangsung. Penilaian terhadap kompetensi sikap sosial dilakukan secara berkesinambungan, sehingga indikator yang dirumuskan pada materi rumus-rumus segitiga lebih difokuskan dari KD 3.11 dan 4.8 seperti yang terdapat pada table 1. Indikator yang dirumuskan yaitu:

a. menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan aturan sinus, b. menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan aturan kosinus,

c. menentukan luas segitiga dengan menerapkan aturan sinus maupun kosinus, dan

d. menyelesaikan permasalahan yang dapat dijumpai di dunia nyata terkait luas segitiga dengan menerapkan aturan sinus maupun kosinus untuk menyelesaikannya.

2. Karakteristik Siswa SMA

(11)

kognitifnya telah mampu hanya dengan menggunakan simbol-simbol, ide-ide, abstraksi, dan generalisasi. Sejalan dengan Piaget, Mohammad Ali & Asrori (2005: 32-33) menjelaskan bahwa ada beberapa karakteristik menonjol yang menandai tahap operasi formal. Karakteristik yang dimaksud adalah sebagai berikut.

a. Individu dapat mencapai logika dan rasio serta dapat menggunakan abstraksi. b. Individu mulai mampu berpikir logis dengan objek-objek yang abstrak. c. Individu mulai mampu memecahkan persoalan-persoalan yang bersifat

hipotesis.

d. Individu mulai mampu membuat perkiraan (forecasting) di masa depan. e. Individu mulai mampu untuk mengintrospeksi diri sendiri sehingga kesadaran

diri sendiri tercapai.

f. Individu mulai mampu membayangkan peranan-peranan yang akan diperankan sebagai orang dewasa.

g. Individu mulai mampu untuk menyadari diri mempertahankan kepentingan masyarakat di lingkungannya dan seseorang dalam masyarakat tersebut.

Nazarudin (2007: 55) menjelaskan bahwa pada tahap operasi formal terdapat dua sifat penting, yaitu berpikir deduktif-hipotesis dan berpikir kombinatoris.

a. Berpikir deduktif-hipotesis

(12)

berbagai hipotesa yang ada. Atas dasar analisisnya tersebut, siswa membuat suatu strategi penyelesaian.

b. Berpikir kombinatoris

Sifat ini merupakan kelengkapan sifat yang pertama dan berhubungan dengan cara bagaimana dilakukan analisis.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dismpulkan bahwa siswa SMA telah memasuki tahap operasi formal sehingga sudah mampu melakukan penalaran dengan menggunakan hal-hal yang abstrak, mampu berpikir logis, mampu memecahkan persoalan-persoalan yang bersifat hipotesis, dan mampu membuat perkiraan. Guna menunjang keberhasilan dalam mempelajari matematika khususnya dalam memahami dan menguasai materi rumus-rumus segitiga, maka perlu adanya perangkat pembelajaran dengan strategi tertentu yang sesuai dengan karakteristik dan sifat berpikir siswa.

3. Perangkat Pembelajaran

(13)

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa perangkat pembelajaran adalah sejumlah bahan, alat, media, petunjuk dan pedoman yang disusun oleh guru untuk digunakan dalam kegiatan pembelajaran agar pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran dapat dilakukan secara sistematis sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai. Perangkat pembelajaran yang perlu disiapkan disesuai dengan kebutuhan yang ingin dicapai. Salah satu perangkat yang perlu disiapkan dalam proses pembelajaran matematika yaitu rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan lembar kegiatan siswa (LKS). RPP digunakan oleh guru sebagai panduan dalam mengarahkan proses pembelajaran menggunakan LKS, sedangkan LKS itu sendiri digunakan sebagai sumber belajar pendukung dalam proses pembelajaran yang digunakan oleh siswa. Penjelasan lebih lanjut mengenai RPP dan LKS akan diuraikan sebagai berikut.

a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

1) Pengertian RPP

(14)

Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa RPP adalah rancangan pembelajaran yang menggambarkan prosedur dan manajemen pembelajaran mata pelajaran per unit untuk mencapai satu atau lebih kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi dan dijabarkan dalam silabus, yang sekurang-kurangnya memuat tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar.

2) Fungsi RPP

Mulyasa (2009: 217-218) mengatakan, sedikitnya terdapat dua fungsi RPP, yaitu fungsi perencanaan dan fungsi pelaksanaan. Fungsi perencanaan RPP adalah untuk mendorong guru lebih siap melakukan kegiatan pembelajaran dengan perencanaan yang matang. Fungsi pelaksanaan RPP adalah untuk mengefektifkan proses pembelajaran sesuai dengan apa yang direncanakan, sehingga RPP harus disusun secara sistemik dan sistematis, utuh dan menyeluruh, dengan beberapa kemungkinan penyesuaian dalam situasi pembelajaran yang aktual.

3) Komponen RPP dan Prinsip- prinsip Menyusun RPP

Pada salinan lampiran Permendikbud RI No. 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah dijelaskan mengenai komponen RPP sebagai berikut.

a) Identitas sekolah b) Identitas mata pelajaran c) Kelas/ semester

(15)

e) Alokasi waktu

Alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk mencapai KD dan beban belajar dengan mempertimbangkan jumlah jam pelajaran yang tersedia dalam silabus dan KD yang harus dicapai.

f) Tujuan pembelajaran

Tujuan pembelajaran dirumuskan berdasarkan KD dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

g) Kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi, h) Materi pembelajaran

Materi pembelajaran memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator ketercapaian kompetensi.

i) Metode pembelajaran

Metode pembelajaran digunakan pendidik untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa mencapai KD yang disesuaikan dengan karakteristik siswa dan KD yang akan dicapai.

j) Media pembelajaran

Media pembelajaran berupa alat bantu proses pembelajaran untuk menyampaikan materi pelajaran.

k) Sumber belajar

(16)

l) Pelaksanaan pembelajaran

Pelaksanaan pembelajaran dilakukan melalui tahapan pendahuluan, inti, dan penutup.

(1) Kegiatan Pendahuluan

Hal-hal yang dilakukan guru dalam kegiatan pendahuluan yaitu:

(a) menyiapkan siswa secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran,

(b) memberi motivasi belajar siswa secara kontekstual sesuai manfaat dan aplikasi materi ajar dalam kehidupan sehari-hari, dengan memberikan contoh dan perbandingan lokal, nasional, dan internasional,

(c) mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari (apersepsi),

(d) menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai, dan

(e) menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai silabus. (2) Kegiatan Inti

Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD. Sesuai dengan standar kompetensi lulusan, sasaran pembelajaran mencakup pengembangan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan, sehingga kegiatan inti harus mendukung ketiga ranah kompetensi tersebut.

(a) Sikap

(17)

menghayati, hingga mengamalkan. Seluruh aktivitas pembelajaran berorientasi pada tahapan kompetensi yang mendorong siswa untuk melakukan aktivitas tersebut.

(b) Pengetahuan

Pengetahuan dimiliki melalui aktivitas mengetahui, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, hingga mencipta. Untuk memperkuat pendekatan saintifik, tematik terpadu, dan tematik sangat disarankan untuk menerapkan belajar berbasis discovery/ inquiry learning.

(c) Keterampilan

Keterampilan diperoleh melalui kegiatan mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta. Untuk mewujudkan keterampilan tersebut perlu melakukan pembelajaran yang menerapkan modus belajar berbasis discovery/ inquiry learning.

Pendekatan ilmiah (scientific approach) diyakini sebagai titian emas perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan siswa, sehingga proses pembelajaran harus disesuaikan dengan pendekatan ilmiah (Kemendikbud, 2013: 141). Kegiatan pembelajaran melalui pendekatan ilmiah meliputi mengamati, menanya, mengumpulkan data, mengasosiasi dan mengomunikasikan (M. Hosnan, 2014: 39). Komponen tersebut harus ada dalam proses pembelajaran, namun bukan sebagai siklus pembelajaran.

(3) Kegiatan Penutup

(18)

(a) mengevaluasi seluruh rangkaian aktivitas pembelajaran dan hasil-hasil yang diperoleh untuk selanjutnya secara bersama menemukan manfaat langsung maupun tidak langsung dari hasil pembelajaran yang telah berlangsung, (b) memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran,

(c) melakukan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pemberian tugas, baik tugas individual maupun kelompok, dan

(d) menginformasikan rencana kegiatan pembelajaran untuk pertemuan berikutnya.

m) Penilaian hasil pembelajaran

Dalam Permendikbud No. 66 tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan dijelaskan bahwa penilaian hasil belajar siswa mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

(1) Penilaian kompetensi sikap

Guru dapat melakukan penilaian kompetensi sikap melalui observasi, penilaian diri, penilaian “teman sejawat” (peer evaluation) oleh peserta didik dan jurnal. Instrument yang digunakan untuk observasi, penilaian diri, dan penilaian antar siswa adalah daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang disertai rubric, sedangkan pada jurnal berupa catatan guru.

(2) Penilaian kompetensi pengetahuan

(19)

(3) Penilaian kompetensi keterampilan

Guru dapat melakukan penilaian kompetensi keterampilan melalui penilaian kinerja siswa dalam melakukan tes praktik, projek, dan portofolio. Instrument yang digunakan berupa daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang dilengkapi rubrik.

Dalam Permendikbud No. 66 tahun 2013 dijelaskan bahwa instrumen penilaian harus memenuhi persyaratan:

(1) substansi yang merepresentasikan kompetensi yang dinilai,

(2) konstruksi yang memenuhi persyaratan teknis sesuai dengan bentuk instrument yang digunakan, dan

(3) penggunaan bahasa yang baik dan benar serta komunikatif sesuai dengan tingkat perkembangan siswa.

Dalam menyusun RPP hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip tertentu seperti yang dijelaskan dalam Permendikbud RI No. 65 Tahun 2013 yang dijelaskan sebagai berikut.

a) Memperhatikan perbedaan individual siswa

(20)

b) Mendorong partisipasi aktif siswa

Proses pembelajaran dirancang dengan berpusat pada siswa untuk mendorong semangat belajar, motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi, inovasi, dan kemandirian.

c) Mengembangkan budaya membaca dan menulis

Proses pembelajaran dirancang untuk mengembangkan kegemaran membaca, pemahaman beragam bacaan, dan berekspresi dalam berbagai bentuk tulisan. d) Memberikan umpan balik dan tindak lanjut

RPP memuat rancangan program pemberian umpan balik positif, penguatan, pengayaan, dan remedi.

e) Keterkaitan dan keterpaduan

RPP menekankan keterkaitan dan keterpaduan antara KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan pengalaman belajar.

f) RPP mengakomodasi pembelajaran tematik-terpadu, keterpaduan lintas mata pelajaran, lintas aspek belajar, dan keragaman budaya.

g) RPP menerapkan teknologi informasi dan komunikasi secara terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi.

(21)

b. Lembar Kegiatan Siswa (LKS)

1) Pengertian LKS

Abdul Majid (2008: 176) menyatakan bahwa LKS adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh siswa. Pengertian tentang LKS tersebut sejalan dengan yang dinyatakan oleh Depdiknas. Depdiknas (2008: 138) menambahkan bahwa LKS akan memuat paling tidak; judul, KD yang akan dicapai, waktu penyelesaian, peralatan/bahan yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas, informasi singkat, langkah kerja, tugas yang harus dilakukan, dan laporan yang harus dikerjakan. Mengembangkan LKS merupakan usaha guru dalam memenuhi berbagai macam tuntutan akademik siswa, mendorong siswa yang berprestasi rendah untuk meningkatkan prestasinya, mendorong siswa belajar secara aktif, dan mendorong siswa belajar melalui kerja sama (Marsigit, 2002: 4).

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa LKS merupakan lembaran-lembaran kegiatan yang berisi informasi, petunjuk, langkah kerja dan tugas-tugas yang harus diselesaikan dalam rangka meningkatkan prestasi siswa, mendorong siswa belajar aktif, dan mendorong siswa belajar melalui kerja sama. 2) Manfaat LKS

Setiap peneliti maupun guru, dalam mengembangkan suatu bahan ajar, selalu ada pertimbangan tentang manfaat bahan ajar yang akan dikembangkan. Marsigit (2002: 4) menjelaskan beberapa manfaat pengembangan LKS yaitu: 1) memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja secara mandiri,

(22)

3) memberi kesempatan kepada guru untuk mengembangkan berbagai macam kegiatan,

4) menyediakan dokumen yang bermanfaat bagi siswa dan memberikan alternatif sumber materi pembelajaran, dan

5) memberi kesempatan kepada siswa melakukan kegiatan penemuan. 3) Struktur dan Syarat Pengembangan LKS yang Baik

Depdiknas (2008: 138) menyatakan struktur LKS yang baik secara umum terdiri dari judul, petunjuk belajar, kompetensi yang akan dicapai, informasi pendukung, langkah-langkah kegiatan, latihan-latihan, dan penilaian. LKS yang baik adalah LKS yang memenuhi syarat didaktik, konstruksi, dan teknis (Hendro Darmodjo & Jenny Kaligis, 1992: 41-46).

a) Syarat-syarat didaktik

LKS harus mengikuti asas-asas belajar-mengajar yang efektif.

(1) LKS yang baik, memperhatikan adanya perbedaan individual sehingga dapat digunakan oleh siswa yang lamban, yang sedang, maupun yang pandai.

(2) LKS berfungsi sebagai petunjuk jalan bagi siswa untuk mencari tahu.

(3) LKS memiliki variasi stimulus melalui berbagai kegiatan siswa, sehingga memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran.

(23)

b) Syarat-syarat konstruksi

Syarat konstruksi berkaitan dengan penggunaan bahasa, susunan kalimat, kosakata, tingkat kesukaran, dan kejelasan yang pada hakikatnya harus tepat guna dalam arti dapat dimengerti oleh siswa.

(1) LKS menggunakan bahasa yang sesuai dengan tingkat kedewasaan siswa. (2) LKS menggunakan struktur kalimat yang jelas.

(3) LKS memiliki tata urutan pelajaran yang sesuai dengan tingkat kemampuan siswa.

(4) LKS menghindari pertanyaan yang terlalu terbuka, yang dianjurkan adalah isian atau jawaban yang didapat dari hasil pengolahan informasi bukan mengambil perbendaharaan pengetahuan yang tak terbatas.

(5) LKS tidak mengacu pada buku sumber yang ada diluar kemampuan keterbatasan siswa.

(6) LKS menyediakan tempat yang cukup untuk memberikan keleluasaan pada siswa dalam menuliskan yang ingin siswa sampaikan.

(7) LKS menggunakan kalimat yang sederhana dan pendek. Kalimat yang panjang tidak menjamin kejelasan instruksi atau isi, tetapi kalimat yang terlalu pendek juga dapat mengundang pertanyaan.

(8) LKS menggunakan kalimat yang komunikatif dan interaktif.

(9) LKS memiliki tujuan belajar yang jelas serta bermanfaat sebagai sumber motivasi belajar.

(24)

c) Syarat-syarat teknis (1) Tulisan

Hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain:

(a) menggunakan huruf yang jelas dan mudah dibaca, meliputi jenis dan ukuran huruf,

(b) menggunakan huruf tebal yang agak besar untuk topik, dan (c) perbandingan ukuran huruf dan ukuran gambar serasi. (2) Gambar

Gambar yang baik untuk LKS adalah yang dapat menyampaikan pesan/isi secara efektif kepada pengguna LKS untuk mendukung kejelasan konsep. (3) Penampilan

Penampilan sangat penting dalam LKS. LKS yang menarik yaitu LKS yang dapat menarik perhatian siswa, tidak menimbulkan kesan jenuh dan membosankan, memiliki kombinasi antar gambar, warna dan tulisan yang sesuai.

Azhar Arsyad (2011: 87-90) menjelaskan, ada enam elemen yang perlu diperhatikan pada saat merancang teks berbasis cetak. Enam elemen yang dimaksud adalah sebagai berikut.

a) Konsistensi

(1) Gunakan konsistensi format dari halaman ke halaman. Usahakan agar tidak menggabungkan cetakan huruf dan ukuran huruf.

(25)

b) Format

(1) Jika paragraf panjang sering digunakan, wajah satu kolom lebih sesuai; sebaliknya, jika paragraf tulisan pendek-pendek, wajah dua kolom akan lebih sesuai.

(2) Isi yang berbeda supaya dipisahkan dan dilabel secara visual.

(3) Taktik dan strategi pembelajaran yang berbeda sebaiknya dipisahkan dan dilabel secara visual.

c) Organisasi

(1) Upayakan untuk selalu menginformasikan kepada siswa mengenai di mana atau sejauh mana mereka dalam teks itu. Siswa harus mampu melihat sepintas bagian atau bab berapa yang sedang mereka baca.

(2) Susunlah teks sedemikian rupa sehingga informasi mudah diperoleh. (3) Kotak-kotak dapat digunakan untuk memisahkan bagian-bagian dari teks. d) Daya tarik

Perkenalkan setiap bab atau bagian baru dengan cara yang berbeda. Ini diharapkan dapat memotivasi siswa untuk membaca terus.

e) Ukuran huruf

(1) Pilihlah ukuran huruf yang sesuai dengan siswa, pesan, dan lingkungannya. Ukuran huruf biasanya dalam poin per inci. Ukuran huruf yang baik untuk teks adalah 12 poin.

(26)

f) Ruang (spasi) kosong

(1) Gunakan spasi kosong tak berisi teks atau gambar untuk menambah kontras. Hal ini penting untuk memberikan kesempatan siswa untuk beristirahat pada titik-titik tertentu saat matanya bergerak menyusuri teks. Ruang kosong tersebut dapat berbentuk:

(a) ruang sekitar judul,

(b) batas tepi (marjin); batas tepi yang luas memaksa perhatian siswa untuk masuk ke tengah-tengah halaman,

(c) spasi antar kolom; semakin lebar kolomnya, semakin luas spasi di antaranya, (d) permulaan paragraf diindentasi,

(e) penyesuaian spasi antarbaris atau antarparagraf.

(2) Sesuaikan spasi antar baris untuk meningkatkan tampilan dan tingkat keterbacaan.

(3) Tambahkan spasi antar paragraf untuk meningkatkan tingkat keterbacaan. Struktur dan syarat pengembangan LKS tersebut akan menjadi acuan peneliti dalam menyusun LKS yang disesuaikan dengan materi dan model pembelajaran yang akan digunakan.

4. Penemuan Terbimbing

(27)

pengetahuan secara aktif oleh siswa dan dengan sendirinya memberikan hasil yang paling baik. Hanafiah & Cucu Suhana (2012: 77) mendefinisikan discovery sebagai suatu rangkaian kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, dan logis sehingga mereka dapat menemukan sendiri pengetahuannya.

Hanafiah & Cucu Suhana (2012: 77) menyatakan bahwa penemuan terbimbing merupakan pelaksanaan discovery yang dilakukan atas petunjuk guru agar penemuan siswa mengarah pada titik kesimpulan yang diharapkan. Model pembelajaran penemuan terbimbing menghadapkan siswa pada situasi dimana mereka bebas menyelidiki dan menarik kesimpulan (Markaban, 2008: 17). Guru berperan sebagai petunjuk jalan dalam membantu siswa agar menggunakan ide, konsep dan keterampilan yang sudah mereka pelajari sebelumnya, untuk menemukan pengetahuan yang baru (Markaban, 2008: 17).

Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan agar pelaksanaan model penemuan terbimbing dapat berjalan dengan efektif, Markaban (2008: 17-18) menjelaskannya sebagai berikut.

a. Guru merumuskan masalah yang akan diberikan kepada siswa dengan data secukupnya. Perumusannya harus jelas dan menghindari pernyataan yang menimbulkan salah tafsir sehingga arah yang ditempuh siswa tidak salah. b. Siswa menyusun, memproses, mengorganisir, dan menganalisis data yang

(28)

melangkah ke arah yang hendak dituju, melalui pertanyaan-pertanyaan, atau LKS.

c. Siswa menyusun konjektur (prakiraan) dari hasil analisis yang dilakukannya. d. Bila dipandang perlu, konjektur yang telah dibuat siswa tersebut di atas

diperiksa oleh guru. Hal ini penting dilakukan untuk meyakinkan kebenaran prakiraan siswa, sehingga akan menuju arah yang hendak dicapai.

e. Apabila telah diperoleh kebenaran tentang kepastian konjektur tersebut, maka verbalisasi konjektur sebaiknya diserahkan juga kepada siswa untuk menyusunnya. Di samping itu perlu diingat pula bahwa induksi tidak menjamin 100% kebenaran konjektur.

f. Sesudah siswa menemukan apa yang dicari, hendaknya guru menyediakan soal latihan atau soal tambahan untuk memeriksa apakah hasil penemuan itu benar.

Markaban (2008: 18-19) juga menjelaskan kelebihan dan kekurangan model penemuan terbimbing.

a. Kelebihan model penemuan terbimbing

1) Siswa dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran yang disajikan.

2) Penggunaan model penemuan terbimbing dapat menumbuhkan sekaligus menanamkan sikap inquiry (mencari-temukan).

(29)

4) Penggunaan model penemuan terbimbing dapat memberikan wahana interaksi antar siswa, maupun siswa dengan guru, dengan demikian siswa juga terlatih untuk menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

5) Materi yang dipelajari dapat mencapai tingkat kemampuan yang tinggi dan lebih lama membekas karena siswa dilibatkan dalam proses menemukannya. b. Kekurangan model penemuan terbimbing.

1) Pada materi tertentu, waktu yang tersita lebih lama.

2) Tidak semua siswa dapat mengikuti pelajaran dengan cara ini. Di lapangan, beberapa siswa masih terbiasa dan mudah mengerti dengan model ceramah. 3) Tidak semua topik cocok disampaikan dengan model ini. Umumnya

topik-topik yang berhubungan dengan prinsip dapat dikembangkan dengan Model Penemuan Terbimbing.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa penemuan terbimbing merupakan model pembelajaran yang melibatkan peran aktif siswa dalam mencari dan menyelidiki pengetahuannya secara sistematis, kritis, dan logis dengan menggunakan ide, konsep dan keterampilan yang sudah mereka pelajari sebelumnya untuk menemukan pengetahuan yang baru, yang dilakukan dengan petunjuk dan bimbingan guru agar penemuan siswa mengarah pada titik kesimpulan yang diharapkan. Petunjuk dan bimbingan dari guru dapat berupa pertanyaan-pertanyaan atau petunjuk dan bimbingan yang dapat dituangkan dalam LKS.

(30)

siswa dengan jelas, 2) dari data yang diberikan, siswa menyusun, memproses, mengorganisir dan menganalisis data yang diberikan untuk menyelesaikan permasalahan, 3) melakukan kegiatan dimana siswa dapat memprakirakan hasil analisisnya, 4) memeriksa hasil prakiraan siswa dari kegiatan yang dilakukan, 5) menyusun hasil akhir dari kegiatan yang telah ditemukan, dan 6) memberikan latihan soal yang dapat digunakan siswa sebagai evaluasi dari hasil kegiatan yang telah dilakukan.

5. Perangkat Pembelajaran Materi Rumus-rumus Segitiga dengan Model Penemuan Terbimbing

a. RPP Materi Rumus-rumus Segitiga dengan Model Penemuan Terbimbing

RPP materi rumus-rumus segitiga dengan model penemuan terbimbing merupakan RPP materi rumus-rumus segitiga dengan prinsip dan pengembangan RPP yang mengacu pada standar proses, dan pada kegiatan inti serta kegiatan penutup diwarnai dengan langkah-langkah pembelajaran penemuan terbimbing. 1) Kegiatan inti

a) Memfasilitasi siswa dalam merumuskan masalah

RPP memuat kegiatan yang membantu siswa memperoleh masalah dan data yang dibutuhkan secara jelas, dengan cara mengamati dan menanya.

b) Memfasilitasi siswa untuk menyusun, memproses, mengorganisir, dan menganalisis permasalahan

(31)

c) Memfasilitasi siswa untuk memprakirakan hasil analisisnya

RPP memuat kegiatan yang membantu siswa dalam memprakirakan hasil analisisnya, dengan cara mengasosiasi.

d) Memfasilitasi siswa untuk memeriksa hasil prakiraannya

RPP memuat kegiatan yang membantu siswa dalam memeriksa hasil prakiraannya, dengan cara mengamati, menanya, mengumpulkan data, dan mengasosiasi.

e) Memfasilitasi siswa untuk menyusun hasil akhir kegiatannya

RPP memuat kegiatan yang membantu siswa dalam menyusun hasil akhir kegiatannya, dengan cara mengamati dan mengasosiasi.

2) Kegiatan penutup

a) Memfasilitasi penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram

RPP memuat kegiatan pengevaluasian yang bisa dilakukan dengan cara pemberian tugas maupun tes, atau memuat refleksi terhadap kegiatan yang telah dilaksanakan, dengan cara mengomunikasikan.

b) Merencanakan pembelajaran pada pertemuan selanjutnya.

RPP memuat informasi tentang rencana pembelajaran pada pertemuan selanjutnya.

b. LKS Materi Rumus-rumus Segitiga dengan Model Penemuan Terbimbing

(32)

syarat teknis, kualitas isi materi dan penyajiannya sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran dengan model penemuan terbimbing.

1) Aspek kualitas isi materi

a) Materi yang disajikan dalam LKS mendukung pencapaian KI dan KD. b) Indikator/tujuan pembelajaran sesuai dengan KD.

c) Materi yang disajikan sesuai dengan tujuan pembelajaran.

d) Konsep, istilah-istiah teknis, serta notasi dan simbol yang disajikan dalam LKS sesuai dengan kelaziman yang berlaku pada materi rumus-rumus segitiga.

e) Materi disajikan secara runtut, sistematis, dan sesuai dengan tingkat kemampuan siswa.

f) LKS memuat informasi tentang materi yang akan dipelajari dalam setiap LKS. g) Informasi pendukung yang ada dalam LKS sesuai dengan materi yang

disajikan.

h) Contoh atau latihan yang disajikan sesuai dengan materi rumus-rumus segitiga.

2) Kesesuaian dengan langkah-langkah penemuan terbimbing

a) LKS memuat masalah yang diberikan kepada siswa secara jelas dan memuat data yang dibutuhkan.

b) LKS membantu siswa dalam menyusun, memproses, mengorganisir dan menganalisis data yang diberikan untuk menyelesaikan permasalahan.

(33)

d) LKS menyajikan kegiatan yang membantu siswa dalam memeriksa hasil prakira analisisnya.

e) LKS menyajikan kegiatan yang membantu siswa dalam menyusun hasil akhir kegiatannya.

f) LKS memuat latihan soal yang dapat digunakan siswa sebagai evaluasi dari hasil kegiatannya.

6. Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran ADDIE

ADDIE merupakan singkatan dari analysis, design, development or production, implementation or delivery and evaluations. Model ini dikembangkan

oleh Dick &Carry pada tahun 1996. Endang Mulyatiningsih (2012: 183) menjelaskan bahwa langkah-langkah pengembangan produk pada model ADDIE lebih rasional dan lebih lengkap daripada model 4-D. Tahap-tahap pada model ADDIE adalah sebagai berikut.

1) Analysis

Kegiatan utama pada tahap ini adalah menganalisis perlunya pengembangan perangkat pembelajaran serta menganalisis kelayakan dan syarat-syarat pengembangan perangkat pembelajaran. Kegiatan yang dilakukan meliputi analisis kebutuhan perangkat pembelajaran, analisis kurikulum, dan analisis karakter siswa.

(34)

b) Analisis kurikulum, meliputi analisis analisis materi pokok, Kompetensi Inti (KI), dan Kompetensi Dasar (KD) sesuai dengan Kurikulum 2013 pada materi rumus-rumus segitiga.

c) Analisis karakteristik siswa, dilakukan untuk mengetahui karakteristik siswa SMA kelas XI secara umum mengenai sifat berpikirnya.

2) Design

Kegiatan pada tahap ini merupakan tindak lanjut dari tahap analisis. Kegiatan yang dilakukan yaitu menetapkan tujuan belajar, merancang perangkat pembelajaran yang diharapkan, mengumpulkan referensi dan gambar-gambar yang relevan, serta menyusun instrument penilaian perangkat pembelajaran. 3) Development

Kegiatan pada tahap ini adalah realisasi rancangan produk, yang meliputi pengembangan rancangan, penyuntingan, validasi, dan revisi perangkat pembelajaran untuk mencapai tujuan perangkat pembelajaran yang diharapkan. a) Pengembangan rancangan, dilakukan sesuai dengan rancangan yang telah

disusun, sehingga diperoleh produk awal perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS pada materi rumus-rumus segitiga menggunakan model penemuan terbimbing untuk siswa SMA kelas XI.

b) Penyuntingan, dilakukan untuk mendapatkan masukan dari dosen pembimbing hingga perangkat pembelajaran dinyatakan siap divalidasi oleh ahli dan guru matematika SMA kelas XI.

(35)

d) Revisi, bertujuan untuk memperoleh perangkat pembelajaran yang siap untuk diujicobakan.

4) Implementation

Kegiatan pada tahap ini adalah menggunakan produk yang telah dibuat pada tahap pengembangan untuk diimplementasikan pada situasi yang nyata yaitu dikelas. Langkah implementasi sering diasosiasikan dengan uji coba. Uji coba ini dilakukan untuk memperoleh masukan dari pihak-pihak yang berkepentingan dengan perangkat pembelajaran yang dikembangkan.

5) Evaluation

Evaluasi digunakan untuk mengukur ketercapaian dari tujuan pembelajaran. Hasil evaluasi digunakan untuk memberi umpan balik kepada pihak pengguna model/metode. Revisi dibuat sesuai dengan hasil evaluasi atau kebutuhan yang belum dapat dipenuhi oleh model/metode baru tersebut.

7. Penilaian Kualitas Kelayakan Perangkat Pembelajaran

(36)

menunjukkan bahwa apa yang dikembangkan tersebut dapat diterapkan oleh guru dan siswa. Thiagarajan (Uki Rahmawati, 2011: 58) menjelaskan, aspek keefektifan berkaitan dengan ketercapaian tujuan yang diharapkan.

Kualitas produk yang dikembangkan dikatakan layak apabila memenuhi kriteria-kriteria berikut.

1) Kevalidan

Perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS yang telah disusun harus disempurnakan oleh para ahli atau validator. Penilaian para ahli atau validator berdasarkan lembar penilaian perangkat pembelajaran materi rumus-rumus segitiga dengan model penemuan terbimbing.

2) Kepraktisan

Perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS dikatakan praktis jika memenuhi indikator berikut.

a) Hasil pengamatan observer terhadap LKS yang digunakan siswa menujukan bahwa LKS tersebut dapat digunakan dengan revisi atau tanpa revisi berdasarkan fakta yang diperoleh dari pertanyaan yang diajukan oleh siswa. b) Hasil analisis wawancara siswa menunjukkan bahwa LKS dapat digunakan

dengan revisi atau tanpa revisi. 3) Keefektifan

(37)

8. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Devi Kurniawati dalam skripsinya yang berjudul “Implementasi Metode Guided Discovery dalam Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas IX B SMP N 1 Punung Kabupaten Pacitan”. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa penerapan metode guided discovery dalam pembelajaran matematika dapat meningkatkan aktivitas dan hasil

belajar siswa kelas IX B SMP N 1 Punung. B. Kerangka Berpikir

Rumus-rumus segitiga menjadi salah satu materi pokok pada mata pelajaran matematika yang harus dipelajari siswa SMA untuk mencapai kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Kompetensi dasar yang harus dipenuhi dalam materi rumus-rumus segitiga oleh siswa SMA, yaitu mendeskripsikan dan menganalisis aturan sinus dan kosinus serta menerapkannya dalam menentukan luas daerah segitiga serta merancang dan mengajukan masalah nyata terkait luas segitiga dan menerapkan aturan sinus dan kosinus untuk menyelesaikannya. Pengembangan perangkat pembelajaran perlu dilakukan untuk membantu siswa mencapai kompetensi dasar. Pengembangan perangkat pembelajaran harus disesuaikan dengan materi dan perkembangan kognitif siswa.

(38)

karakteristik siswa yang demikian, perangkat pembelajaran yang dikembangkan cocok jika diwarnai dengan model penemuan terbimbing.

Pembelajaran dengan model penemuan terbimbing melibatkan peran aktif siswa dalam mencari dan menyelidiki pengetahuannya secara sistematis, kritis, dan logis dengan menggunakan ide, konsep dan keterampilan yang sudah mereka pelajari sebelumnya untuk menemukan pengetahuan yang baru. Hal itu sesuai dengan karakteristik siswa SMA yang telah mampu melakukan penalaran dengan menggunakan hal-hal yang abstrak, mampu berpikir logis, dan mampu membuat perkiraan. Materi yang dipelajari dalam pembelajaran dengan model penemuan terbimbing juga akan lebih lama membekas karena siswa dilibatkan dalam proses menemukannya.

(39)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitain

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian pengembangan, yaitu penelitian yang digunakan untuk mengembangkan suatu produk. Produk yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan lembar kegiatan siswa (LKS). B. Desain Penelitian

Model pengembangan perangkat pembelajaran RPP dan LKS yang digunakan dalam penelitian ini adalah model ADDIE. Tahapan yang ditempuh adalah: tahap analisis (analysis), perancangan (design), pengembangan (development), implementasi (implementation), dan evaluasi (evaluation).

1. Tahap Analisis (Analysis)

a. Analisis kebutuhan

(40)

b. Analisis kurikulum

Analisis ini dilakukan dengan cara menjabarkan materi pokok, kompetensi inti (KI), dan kompetensi dasar (KD) sesuai dengan Kurikulum 2013 pada materi rumus-rumus segitiga, menjadi beberapa indikator yang digunakan sebagai acuan dalam mengembangkan perangkat pembelajaran yang disusun.

c. Analisis karakteristik siswa

Analisis ini dilakukan dengan mengkaji teori tentang perkembangan kemampuan berfikir anak usia SMA kelas XI serta observasi dan wawancara secara terbuka dengan guru matematika kelas XI di empat sekolah di Yogyakarta sebagai acuan penyusunan perangkat pembelajaran materi rumus-rumus segitiga dengan model penemuan terbimbing yang dikembangkan.

2. Tahap Perancangan (Design)

Kegiatan yang dilakukan peneliti pada tahap ini adalah sebagai berikut. a. Menyusun rancangan kerangka perangkat pembelajaran

1) Peneliti menyusun rancangan kerangka RPP menggunakan model penemuan terbimbing dengan mengacu pada standar proses. Pada kegiatan inti dan kegiatan penutup diwarnai dengan langkah-langkah penemuan terbimbing. 2) Peneliti menyusun rancangan kerangka LKS menggunakan model penemuan

(41)

b. Mengumpulkan buku referensi dan gambar-gambar yang relevan dengan materi rumus-rumus segitiga yang digunakan dalam menyusun perangkat pembelajaran

c. Menyusun instrumen penilaian perangkat pembelajaran

1) Peneliti menyusun instrumen penilaian perangkat pembelajaran RPP berdasarkan kajian teori tentang komponen dan prinsip menyusun RPP yang baik mengacu pada standar proses, serta pada kegiatan pembelajaran disesuaikan dengan langkah-langkah penemuan terbimbing.

2) Peneliti menyusun instrumen penilaian perangkat pembelajaran LKS berdasarkan kajian teori tentang struktur dan syarat pengembangan LKS yang baik disesuaikan dengan aspek syarat didaktis, aspek syarat konstruksi, aspek syarat teknis, aspek kualitas isi materi dan penyajiannya sesuai dengan langkah-langkah penemuan terbimbing.

3. Tahap Pengembangan (Development)

Tahap pengembangan perangkat pembelajaran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Pengembangan rancangan

Pengembangan rancangan perangkat pembelajaran dilakukan dengan cara melengkapi komponen RPP dan LKS yang telah dirancang.

b. Penyuntingan

(42)

c. Validasi

Validasi dilakukan oleh validator yang terdiri dari dosen ahli dan guru matematika SMA kelas XI untuk memperoleh penilaian, masukan dan saran untuk perbaikan dan penyempurnaan perangkat pembelajaran yang berupa RPP dan LKS.

d. Revisi

Perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS yang telah divalidasi oleh validator, selanjutnya direvisi atau diperbaiki sesuai dengan masukan dan saran dari validator. Setelah diperbaiki maka perangkat pembelajaran telah siap diujicobakan.

4. Tahap Implementasi (Implementation)

Implementasi perangkat pembelajaran dilakukan di 2 Sekolah di Yogyakarta, yaitu di SMA Muhammadiyah 7 Yogyakarta mulai tanggal 7 sampai 19 Januari 2015 dan di SMA Negeri 8 Yogyakarta mulai tanggal 31 Januari 2015 sampai 11 Februari 2015. Pada saat implementasi perangkat pembelajaran juga dilakukan observasi pembelajaran dan wawancara terhadap siswa untuk memperoleh masukan perbaikan terhadap perangkat pembelajaran yang dikembangkan. Pada akhir implementasi dilakukan tes hasil belajar siswa untuk mengukur kemampuan siswa terhadap materi rumus-rumus segitiga yang telah dipelajari menggunakan LKS yang dikembangkan.

5. Tahap Evaluasi (Evaluation)

(43)

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS materi rumus-rumus segitiga menggunakan model penemuan terbimbing.

D. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah:

1. Dosen Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY

Dosen Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY sebagai validator dalam penelitian ini. Validator memberi penilaian terhadap lembar penilaian perangkat pembelajaran berkaitan dengan kualitas kevalidan dan kepraktisan, serta memberikan masukan saran, dan kritik terhadap perangkat pembelajaran sebelum diujicobakan di sekolah.

2. Siswa SMA Kelas XI

Siswa SMA kelas XI sebagai pengguna LKS yang dikembangkan, mengikuti implementasi, mengerjakan tes hasil belajar, dan menjawab pertanyaan sesuai dengan pedoman wawancara dari hasil pengamatan observer terhadap LKS yang sudah digunakan. Hal ini berkaitan dengan kualitas kepraktisan dan keefektifan perangkat pembelajaran setelah diujicobakan di sekolah.

3. Guru Matematika SMA Kelas XI

(44)

4. Observer

Observer dalam penelitian ini adalah mahasiswa jurusan pendidikan matematika UNY yang bersedia melakukan pengamatan berdasarkan pedoman lembar observasi dengan jujur, serta mendeskripsikan secara umum pengamatan yang dilakukan terhadap LKS yang digunakan siswa. Hal ini berkaitan dengan kualitas kepraktisan perangkat pembelajaran pada saat diujicobakan.

E. Instrumen Penelitian

1. Lembar Penilaian Perangkat Pembelajaran

Penilaian perangkat pembelajaran bertujuan untuk mengukur kevalidan perangkat pembelajaran dan untuk mempertimbangkan revisi prodak. Lembar penilaian perangkat pembelajaran terdiri dari lembar penilaian RPP dan lembar penilaian LKS.

a. Lembar penilaian RPP

Lembar penilaian RPP oleh ahli materi dan guru matematika SMA kelas XI, meliputi: komponen menyusun RPP yang mengacu pada standar proses, serta pada kegiatan pembelajaran disesuaikan dengan langkah-langkah penemuan terbimbing.

b. Lembar penilaian LKS

1) Lembar penilaian LKS oleh ahli media disesuaikan dengan aspek LKS sesuai dengan syarat konstruksi dan syarat teknis.

(45)

3) Lembar penilaian LKS oleh guru disesuaikan dengan aspek LKS sesuai dengan model penemuan terbimbing, aspek LKS sesuai dengan kualitas isi materi, serta aspek LKS sesuai dengan syarat konstruksi, syarat teknis, dan syarat didaktik.

Lembar penilaian perangkat pembelajaran ini berbentuk check list dengan menggunakan skala likert dengan alternatif jawaban sangat baik (skor 4), baik (skor 3), cukup (skor 2) dan kurang baik (skor 1). Lembar penilaian juga dilengkapi dengan kolom komentar yang dapat digunakan oleh validator untuk memberikan komentar sesuai butir penilaian.

2. Lembar Observasi

Lembar observasi ini digunakan sebagai panduan observer dalam mengungkap LKS berdasarkan aspek kepraktisan. Lembar observasi ini bersifat terbuka sehingga observer secara bebas mendeskripsikan sesuai dengan hasil pengamatan berdasarkan fakta yang diperolehnya.

3. Pedoman Wawancara Siswa

Pedoman wawancara siswa digunakan sebagai panduan wawancara kepada siswa untuk menindaklanjuti hasil observasi. Wawancara digunakan untuk mengungkap lebih mendalam terhadap data yang ditemukan dengan cara observasi. Dari hasil deskripsi observer, wawancara dilakukan terhadap siswa sesuai dengan fakta pengamatan terhadap LKS yang digunakannya.

4. Soal Tes Hasil Belajar

(46)

menggunakan perangkat pembelajaran yang dikembangkan. Tes hasil belajar sebagai usaha untuk mendapatkan kualitas perangkat pembelajaran berdasarkan aspek keefektifan. Tes hasil belajar siswa berupa soal tes yang disusun berbentuk uraian.

F. Jenis Data

Sesuai dengan tujuan penelitian pengembangan ini, maka data yang diperoleh terdiri dari data kualitatif dan data kuantitatif.

1. Data kualitatif, yaitu data berupa deskripsi komentar dan saran dari validator, data dari observer, dan data hasil wawancara siswa SMA kelas XI dideskripsikan kemudian dibuat kesimpulan secara umum. Data tersebut diperoleh untuk merevisi produk yang dikembangkan.

2. Data kuantitatif, yaitu data berupa skor hasil penilaian perangkat pembelajaran oleh validator, serta skor dari tes hasil belajar siswa.

G. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dilakukan untuk mendapatkan perangkat pembelajaran yang layak digunakan dan berkualitas dengan memenuhi kriteria kevalidan, kepraktiasan, dan keefektifan berdasarkan pengelompokkan data sesuai dengan jenis datanya. Langkah-langkah dalam menganalisis produk yang dikembangkan adalah sebagai berikut:

1. Analisis Kevalidan

(47)

a. Peneliti menghitung rata-rata skor yang diperoleh, dengan rumus:

= ∑= 1 .

Keterangan:

= rata-rata skor yang diperoleh, ∑= 1 = jumlah skor yang diperoleh,

= jumlah butir penilaian.

[image:47.612.132.507.317.422.2]

b. Peneliti mengkonversi rata-rata skor yang diperoleh menjadi nilai kualitatif skala lima sesuai kriteria penilaian dalam tabel berikut.

Tabel 3. Konversi Data Kuantitatif ke Data Kualitatif dengan Skala Lima

Interval Kriteria

> + 1,8 Sangat baik

+ 0,6 < ≤ + 1,8 Baik

−0,6 < ≤ + 0,6 Cukup

−1,8 < ≤ −0,6 Kurang

≤ −1,8 Sangat Kurang

(Eko Putro Widoyoko, 2009:238) Keterangan:

= rata-rata skor yang diperoleh, = rata-rata skor ideal

= 2 1

(skor maksimal ideal  skor minimal ideal),

i

sb = simpangan baku ideal

= 6 1

(skor maksimal ideal  skor minimal ideal) ,

(48)

c. Peneliti menentukan kriteria kelayakan RPP dan LKS.

[image:48.612.133.506.157.254.2]

Tabel kriteria kelayakan RPP dan LKS disajikan sebagai berikut.

Tabel 4. Kriteria Kelayakan RPP dan LKS Berdasarkan Aspek Kevalidan

Interval Kriteria

> 3.4 Sangat Baik

2.8 < ̅ ≤3.4 Baik

2.2 < ̅ ≤2.8 Cukup

1.6 < ̅ ≤2.2 Kurang

≤1.6 Sangat Kurang

Produk yang dikembangkan dikatakan layak berdasarkan aspek kevalidan, jika kriteria yang dicapai minimal berada pada tingkat baik.

2. Analisis Kepraktisan

Hasil dari lembar observasi dan wawancara siswa dianalisis secara deskriptif. Secara umum proses analisis data mencakup: reduksi data, kategorisasi data, sintesisasi, dan diakhiri dengan menyusun hipotesis kerja (Lexy J, 2006: 288). Produk yang dikembangkan dikatakan layak berdasarkan aspek kepraktisan, jika pengamatan observer terhadap LKS yang digunakan siswa menunjukkan bahwa LKS tersebut dapat digunakan dengan revisi atau tanpa revisi berdasarkan fakta yang diperoleh dari pertanyaan yang diajukan siswa dan hasil analisis wawancara siswa yang menunjukkan bahwa LKS dapat digunakan dengan revisi atau tanpa revisi.

3. Analisis Keefektifan

Data keefektifan produk diperoleh dari tes hasil belajar siswa. Langkah-langkah analisis keefektifan produk adalah sebagai berikut.

(49)

b. Peneliti menganalisis ketuntasan nilai siswa berdasarkan kriteria ketuntasan minimal yang telah ditentukan masing-masing sekolah.

[image:49.612.127.509.211.312.2]

c. Peneliti menghitung persentase ketuntasan belajar secara klasikal sesuai kriteria penilaian dalam table berikut.

Tabel 5. Kriteria Ketuntasan Belajar Klasikal

Persentase Ketuntasan Kriteria

> 80 Sangat Baik

60 < ≤80 Baik

40 < ≤60 Cukup

20 < ≤40 Kurang

≤20 Sangat Kurang

(Eko Putro Widoyoko, 2009:242) Keterangan:

= persentase ketuntasan belajar klasikal

= × 100%

Produk yang dikembangkan dikatakan layak berdasarkan aspek keefektifan, jika persentase ketuntasan belajar klasikal yang dicapai minimal berada pada kriteria baik.

(50)

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Majid. (2008). Perencanaan Pembelajaran: Pengembangan Standar Kompetensi Guru. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Azhar Arsyad. (2011). Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Bermawy Munthe. (2009). Desain Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Insan

Madani.

BSNP. (2013). Laporan Hasil Ujian Nasional Tahun Pelajaran 2012-2013 SMA/MA. Jakarta: Pusat Penilaian Pendidikan.

Daniel Muij & David Reynolds. (2008). Effective Teaching: Teori dan Aplikasi Edisi Kedua. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Depdiknas. (2008). Panduan Pengembangan Materi Pembelajaran dan Standar Saranadan Prasarana Sekolah Menengah Kejuruan Madrasah Aliyah SMA/MA/SMK/MAK. Jakarta: Mitra Usaha Indonesia.

Devi Kurniawati. (2010). Implementasi Metode Guided Discovery dalam Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas IX B SMP N 1 Punung Kabupaten Pacitan. Skripsi. Yogyakarta: Perpustakaan Jurdik Matematika UNY.

Eko Putro Widoyoko. (2009). Evaluasi Program Pembelajaran: Panduan Praktis Bagi Pendidik dan Calon Pendidik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Endang Mulyatiningsih. (2012). Riset Terapan Bidang Pendidikan & Teknik. Yogyakarta: UNY Press.

Erman Suherman, dkk. (2001). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA-Universitas Pendidikan Indonesia.

Hanafiah & Cucu Suhana. (2012). Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: Refika Aditama.

Hendro Darmodjo & Jenny R.E. Kaligis. (1992). Pendidikan IPA 2. Jakarta: Depdikbud.

Kemendikbud. (2013). Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013 SMA Matematika. Jakarta: Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjamin Mutu Pendidikan.

(51)

Markaban. (2008). Model Penemuan Terbimbing pada Pembelajaran Matematika SMK. Yogyakarta: P4TK Matematika.

Marsigit. (2002). Persoalan Pembelajaran Matematika di Sekolah. Makalah. Yogyakarta: FMIPA UNY.

Masnur Muslich. (2007). Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Malang: Bumi Aksara.

Mohammad Ali & Mohammad Asrori. (2005). Psikologi Remaja: Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Bumi Aksara.

Mulyasa. (2009). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

M. Hosnan (2014). Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21. Bogor: Ghalia Indonesia.

Nazarudin. (2007). Manajemen Pembelajaran: Implementasi Konsep, Karakteristik dan Metodologi Pendidikan Agama Islam di Sekolah Umum. Yogyakarta: Teras.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 66

Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/ Madrasah Aliyah.

Ratna Wilis Dahar. (2011). Teori-teori Belajar & Pembelajaran. Jakarta: Erlangga.

Rita Eka Izzaty, dkk. (2008). Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta: UNY Press.

Rochmad. (2012). Desain Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika. Jurnal Kreano (Volume 3 nomor 1). Hlm. 59-72.

Suhadi. (2007). Penyusunan Perangkat Pembelajaran dalam Kegiatan Lesson Study. Makalah. Pelatihan Lesson Study. Hulu Sungai Utara. Diakses dari

(52)

Gambar

Tabel 2. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Materi Rumus-rumus Segitiga
Tabel 3. Konversi Data Kuantitatif ke Data Kualitatif dengan Skala Lima
Tabel 4. Kriteria Kelayakan RPP dan LKS Berdasarkan Aspek Kevalidan
Tabel 5. Kriteria Ketuntasan Belajar Klasikal

Referensi

Dokumen terkait

Menyatakan bahwa skripsi yang saya buat dengan judul “ HUBUNGAN ATTACHMENT TERHADAP MOTIVASI BELAJAR ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS SEKOLAH INKLUSIF DI SDN SUMBERSARI 1 DAN 2 KOTA MALANG

Sigma/W, Geostudio pada pemodelan tangki persentase perbedaan hitungan manual dan perhitungan program berkisar antara 45-56.5% dengan nilai tegangan hasil perhitungan

Hadis riwayat Abu Musa ra.: Dari Nabi saw. bahwa beliau bersabda: Perumpamaan Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Agung dalam mengutusku untuk menyampaikan petunjuk dan ilmu adalah

Berdasarkan analisis didapatkan lokasi black spot daerah Semarang Selatan tahun 2013 yaitu Daerah Sultan Agung, Daerah Perintis Kemerdekaan, Daerah Sompok, Daerah Setia

Metode yang dilakukan pada perencanaan perkerasan kaku jalan yang ada di Puri Pamulang adalah perhitungan perencanaan lalu lintas jalan raya/rekayasa lalu lintas yang

Guru BK sangat berperan dalam hal ini, salah satu strategi guru BK di SMPN 3 Bandar Lampung yakni program bimbingan terpadu dengan teknik REBT pada praktek

Diversifikasi pangan lokal merupakan strategi pengembangan perekonomian pedesaan yang berbasiskan potensi lokal. Pengolahan ketela pohon menjadi ceriping ketela,

Pokja ULP/Panitia Pengadaan Barang dan Jasa pada Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Baubau akan melaksanakan Pelelangan Umum dengan Pascakualifikasi untuk paket