UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
PROGRAM STUDI
SAWOTRATAP
SKRIPSI
Oleh:
Okta Khurnia Wahyuni
NIM. D77212087
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM
GRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
2016
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
KELAS II MI AL HIDAYAH SAWOTRATAP GEDANGA SIDOARJO. Skripsi
Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, UIN
Sunan Ampel Surabaya. Dosen Pembimbing, Wahyuniati, M.Si
Kata kunci :
Kemampuan Menghitung, Operasi Hitung Campuran, Media
Konkret Koin Warna
Pembelajaran matematika materi operasi hitung campuran di kelas II MI
Al-Hidayah Sawotratab mengalami beberapa hal yang membuat siswa-siswi
belum menguasai materi dan belum mencapai kreteria ketuntasan kemampuan
menghitung, khususnya pada materi operasi hitung campuran. Kurangnya
referensi sumber belajar dan kurangnya penggunaan media pembelajaran yang
sesuai dengan karakteristik materi pembelajaran menjadi faktor kurang
tersampainya materi ajar pada siswa. Dibuktikan dari 40 siswa kelas II, rata-rata
siswa yang sudah mencapai ketuntasan kemampuan menghitung hanya sebanyak
47.5% dari keseluruhan siswa.
Rumusan masalah yang dikaji pada penelitian ini adalah: bagaimana
penerapan Media Konkret Koin Warna
dalam meningkatkan kemampuan
menghitung dan bagaimana peningkatan
kemampuan menghitung, pada pelajaran
matematika materi hitung campuran di kelas II MI Al-Hidayah Sawotratap
dengan
menggunakan
Media Konkret Koin Warna.
Tujuan penelitian ini adalah: untuk mengetahui penerapan
Media Konkret
Koin Warna
dalam meningkatkan kemampuan menghitung dan untuk mengetahui
peningkatan kemampuan menghitung, pada pembelajaran matematika materi
operasi hitung campuran di kelas II MI Al-Hidayah Sawotratap
dengan
menggunakan
Media Konkret Koin Warna.
Penelitian tindakan kelas ini menggunakan model Kurt Lewin yang
dilaksanakan dalam tiga siklus. Tiap siklus terdiri dari perencanaan, tindakan,
pengamatan dan refleksi. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan
adalah wawancara, observasi dan penilaian tes tulis. Siklus I dilaksanakan pada
tanggal 26 Februari 2016, siklus II pada tanggal 01 Maret 2016, dan siklus III
dilaksanakan pada tanggal 11 Maret 2016
i
HALAMAN MOTTO ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI ... v
LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... vi
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR RUMUS ... xiv
DAFTAR GRAFIK ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar belakang ... 1
B.
Rumusan Masalah ... 4
C.
Tindakan yang Dipilih ... 5
D.
Tujuan Penelitian ... 5
E.
Lingkup Penelitian ... 6
F.
Signifikasi Penelitian ... 6
BAB II KAJIAN TEORI
A.
Kemampuan Menghitung ... 8
B.
Pembelajaran Matematika Operasi Hitung Campuran ... 11
C.
Evaluasi Untuk Kemampuan Menghitung Operasi Hitung
Campuran ... 13
1.
Kemampuan Menghitung Termasuk dalam Ranah
Kognitif ... 13
2.
Tehnik-tehnik evaluasi ... 16
3.
Tehnik Tes Sebagai Alat Ukur Kemampuan
Menghitung ... 16
D.
Media Konkret Koin Warna ... 19
1.
Media Pembelajaran ... 19
2.
Media Konkret Koin Warna ... 26
E.
Indikator Kemampuan Menyelesaikan Operasi Hitunga Campuran . 29
BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS
A.
Metode Penelitian ... 31
B.
Setting Penelitian ... 33
C.
Variabel yang Diteliti ... 34
D.
Rencana Tindakan ... 35
ii
1.
Pembahasan Siklus I ... 54
2.
Pembahasan Siklus II ... 67
3.
Pembahasan Siklus III ... 79
B.
Pembahasan ... 90
1.
Hasil kemampuan menghitung siswa pada materi operasi
hitung campuran ... 90
2.
Hasil belajar siswa pada materi operasi hitung campuran ... 92
3.
Hasil observasi siswa ... 94
4.
Hasil observasi guru ... 94
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A.
Simpulan ... 95
B.
Saran ... 96
DAFTAR PUSTAKA
iii
4.1
Hasil Tes Kemampuan Menghitung Siklus I ...58
4.2
Hasil Belajar Siswa Siklus I ...61
4.3
Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I ...63
4.4
Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I ...64
4.5
Hasil Tes Kemampuan Menghitung Siklus II ...71
4.6
Hasil Belajar Siswa Siklus II ...73
4.7
Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II ...75
4.8
Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklua II ...77
4.9
Hasil Tes Kemampuan Siklus III ...82
4.10
Hasil Belajar Siswa Siklus III ...85
4.11
Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus III ...87
4.12
Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus III ...88
4.13
Kemampuan Menghitung Siswa ...91
iv
2.3 Media Audio Visual ... 25 2.4 Media Konkret Koin Warna ... 28 3.1 Prosedur PTK Kurt Lewin ... 33 4.1 Peneliti Memberi Contoh Soal Operasi Hitung Campuran pada Siklus
I ... 56 4.2 Siswa Mengerjakan Soal Operasi Hitung Campuran Menggunakan
Media Konkret Koin Warna pada siklus I ... 56 4.3 Siswa Menulis Refleksi Pembelajaran pada potongsn kertas di Siklus I ... 57 4.4 Siswa Melakukan Icebreaking Tepuk Diam ... 68 4.5 Siswa Mengerjakan Soal Operasi Hitung Campuran Menggunakan
Media Konkret Koin Warna Pada Siklus II ... 69 4.6 Peneliti Membantu Siswa Menggunakan Media Konkret Koin Warna ... 70 4.7 Beberapa Siswa Membantu Guru Menjelaskan Penggunaan Media
Konkret Koin Warna pada Temannya ... 80 4.8 Siswa Mengerjakan Soal Operasi Hitung Campuran Menggunakan
v
3.2
Penilaian kemampuan aspek indikator kemampuan menghitung
campuran...49
3.3
Prosentase ketuntasan kemampuan menghitung operasi hitung
vi
Siklus III ...92
4.2
Hasil Belajar Siswa pada Siklus I, Siklus II, dan Siklus III ...94
4.3
Aktivitas Siswa pada Siklus I, Siklus II, dan Siklus III ...95
vii
Lampiran 3 : Hasil Validasi Kisi-Kisi Soal
Lampiran 4 : Hasil Validasi Lembar Observasi Guru
Lampiran 5 : Hasil Validasi Lembar Observasi Siswa
Lampiran 6 : Hasil wawancara guru
Lampiran 7 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I
Lampiran 8 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II
Lampiran 9 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus III
Lampiran 10 : Kisi-Kisi Soal Siklus I
Lampiran 11 : Kisi-Kisi Soal Siklus II
Lampiran 12 : Kisi-Kisi Soal Siklus III
Lampiran 13 : Hasil Observasi Guru Siklus I
Lampiran 14 : Hasil Observasi Guru Siklus II
Lampiran 15 : Hasil Observasi Guru Siklus III
Lampiran 16 : Hasil Observasi Siswa Siklus I
Lampiran 17 : Hasil Observasi Siswa Siklus II
Lampiran 18 : Hasil Observasi Siswa Siklus III
Lampiran 19 : Contoh Hasil Kerja Siswa Siklus I
Lampiran 20 : Contoh Hasil Kerja Siswa Siklus II
Lampiran 21 : Contoh Hasil Kerja Siswa Siklus III
Lampiran 22 : Surat Tugas Bimbingan Skripsi
Lampiran 23 : Surat Izin Penelitian
Lampiran 24 : Surat Keterangan Melaksanakan penelitian
Lampiran 25 : Kartu Konsultasi Skripsi
Lampiran 26 : Nilai Kemampuan Menghitung Siswa
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Bagi siswa SD/MI pembelajaran Matematika sering kali masih dianggap
pelajaran yang sulit. Anggapan seperti ini dikarenakan matematika selalu
berhubungan dengan angka dan hitung-hitungan, pemikiran seperti inilah yang
membuat siswa malas untuk mempelajari dan memahami matematika. Selain itu,
image
seorang guru matematika yang terkesan menyeramkan saat mengajar dan tidak
tersampaikannya materi dengan baik pada proses pembelajaran membuat siswa tidak
menyukai matematika.
Seorang guru harus bisa menciptakan suasana pembelajaran yang
menyenangkan bagi siswanya, karena berhasil atau tidaknya suatu pendidikan tidak
lepas dari peran seorang guru dalam mengajar. Guru memiliki peranan yang sangat
besar bagi perkembangan dan kemajuan peserta didiknya. Oleh karena itu kreativitas
dan inovasi yang dimiliki guru sangat penting guna membuat pembelajaran yang
sedang dilakukan dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.
Agar dapat mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan, kreativitas dan inovasi
yang dimiliki oleh seorang guru haruslah mampu membuat pemahaman peserta didik
meningkat pada mata pelajaran maupun materi yang sedang diajarkan. Kreativitas
dan inovasi seorang guru dapat berupa penerapan strategi dan metode pembelajaran
yang berfariasi, serta pemakaian media pembelajaran yang menyenagkan, efektif dan
efisien.
Akan tetapi pada kenyataannya, masih banyak guru yang menggunakan
strategi atau metode pembelajaran tradisional dalam kegiatan belajar mengajarnya.
Kurangnya referensi sumber belajar dan tidak menggunakan media pembelajaran
yang sesuai dengan karakteristik materi pembelajaran juga menjadi faktor kurang
tersampainya materi ajar dengan baik pada siswa. Seperti yang terjadi pada
pembelajaran matematika materi operasi hitung campuran di kelas II MI Al-Hidayah
Sawotratab lebih tepatnya pada Kompetensi Dasar (KD) “Melakukan operasi Hitung
Campuran”.
Dari hasil wawancara yang telah dilakukan penulis terhadap guru mata
pelajaran matematika kelas II MI Al-Hidayah Sawotratab, ibu Juliani
1, diketahui
bahwa proses pembelajaran matematika kelas II MI Al-Hidayah Sawotratab,
mengalami permasalah sebagai berikut:
1.
Penggunaan model tradisional dan kurangnya penggunaan media pembelajaran
yang lebih mengarah pada proses pembelajaran yang bersifat pasif dengan guru
sebagai pusat pembelajaran sedangkan siswa hanya bersifat pasif, sehingga
suasana pembelajaran menjadi kurang menarik bagi peserta didik.
2.
Kurangnya kesadaran siswa dalam proses pembelajaran sehingga terciptalah
suasana belajar yang kurang kondusif.
3.
Serta kemampuan menghitung siswa pada materi operasi hitung campuran siswa
masih kurang.
Dari observasi yang penulis lakukan kepada siswa, kesulitan yang siswa miliki
pada materi operasi hitung campuran adalah pada saat melakukan proses perhitungan.
Siswa paling banyak mengalami kesulitan pada perhitungan perkalian dan
pembagian, menjadi semakin sulit karena harus melakukan operasi hitung campuran
dengan penjumlahan dan pengurangan.
Proses pembelajaran yang kurang aktif, berkualitas, tidak efisien dan kurang
mempunyai daya tarik, membuat kreteria kemampuan menghitung yang dicapai tidak
optimal. Hal ini dapat dilihat dari hasil ulangan harian pada materi operasi hitung
campuran masih banyak siswa belum tuntas dari KKM yang ditentukan oleh guru.
Rata-rata siswa yang sudah mencapai ketuntasan kemampuan menghitung hanya
sebanyak 47.5% dari keseluruhan siswa yang berjumlah 40 siswa.
Tingkat kognitif siswa berbeda-beda, Peaget dalam Wowo Sunaryo
mengatakan bahwa anak usia enam sampai dua belas tahun ada dalam tahapan
operasional konkret. Pada tahap ini, anak sudah memiliki ciri penggunaan logika
yang memadai.
2Itu berarti anak sudah mampu berpikir secara logis dalam memahami
sesuatu hanya sebagaiman kenyataannya, atau dengan benda-benda yang bersifat
konkret . Oleh karena itu adanya media Konkret Koin Warna sangat di butuhkan
untuk menyelaraskan proses pembelajaran yang aktif dan efisien khususnya untuk
meningkatkan kemampuan menghitung operasi hitung campuran, sehingga peserta
didik dapat ikut serta secara aktif dalam proses pembelajaran.
Media konkret Koin Warna adalah media yang menggunakan benda nyata
sebagai alat bantu pembelajaran. Dengan media konkret diharapkan dapat
merangsang ketelitian siswa dalam menghitung sehingga siswa memperoleh jawaban
yang benar dari soal operasi hitung campuran yang diberikan kepadanya. Selain itu,
media konkret juga memiliki kelebihan lain seperti dapat menterjemahkan ide atau
gagasan yang bersifat nyata, banyak tersedia dalam kehidupan sehari-hari karena
media ini berasal dari benda-benda nyata yang ada di lingkungan sekitar siswa,
Mudah digunakan, dan dapat digunakan pada setiap tahap pembelajaran.
Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian berjudul “
Peningkatan
Kemampuan Menghitung Matematika Materi Operasi Hitung Campuran
Menggunakan Media Konkret Koin Warna pada Siswa Kelas II MI Al Hidayah
Sawotratab”
perlu dilakukan.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut:
1.
Bagaimana penerapan Media Konkret Koin Warna
dalam meningkatkan
kemampuan menghitung pada pelajaran matematika materi operasi hitung
2.
Bagaimana peningkatan
kemampuan menghitung pada pelajaran matematika
materi operasi hitung campuran di kelas II MI Al-Hidayah Sawotratap
dengan
menggunakan
Media Konkret Koin Warna?
C.
Tindakan yang Dipilih
Sesuai dengan rumusan masalah, maka untuk memecahkan masalah tersebut
akan dilaksanakan penelitian yang berbentuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Tindakan yang dipilih untuk pemecahan masalah yang dihadapi dalam meningkatan
kemampuan menghitung matematika materi operasi hitung campuran pada siswa
kelas II MI Al-Hidayah Sawotratab adalah dengan menggunakan Media Konkret
Koin Warna.
D.
Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:
1.
Untuk mengetahui
penerapan
Media Konkret Koin Warna
dalam
meningkatkan
kemampuan menghitung pada pelajaran matematika materi operasi hitung
campuran di kelas II MI Al-Hidayah Sawotratap.
2.
Untuk mengetahui peningkatan
kemampuan menghitung pada pelajaran
matematika materi operasi hitung campuran di kelas II MI Al-Hidayah
E.
Lingkup Penelitian
Agar penelitian ini bisa tuntas dan terfokus, sehingga hasil penelitiannya
akurat, dan permasalahan di atas akan dibatasi pada hal-hal dibawah ini :
1.
Subjek penelitian adalah siswa kelas II MI Al-Hidayah Sawotratap
semester genap
tahun pelajaran 2015/2016, karena kelas ini terdapat kesulitan pada mata pelajaran
matematika terutama pada peningkatan kemampuan menghitung operasi hitung
campuran. PTK ini dilakukan sebanyak 3 siklus, tiap siklus 1 kali pertemuan (satu
RPP).
2.
Penelitian ini difokuskan pada mata pelajaran matematika kelas II semester genap
materi operasi hitung campuran dengan standar kompetensi (SK) m
elakukan perkalian dan pembagian bilangan sampai dua angka dan kompetensi dasar (KD) melakukan operasi hitung campuranmenggunakan Media Konkret Koin Warna.
F.
Signifikasi Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka manfaat penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1.
Bagi Guru
Diharapkan dapat membantu dan menambah inspirasi guru dalam
meningkatkan prestasi belajar siswa dikelas.
2.
Bagi Siswa
Siswa dapat memperoleh pembelajaran yang lebih bermakna sehingga materi
dipahami dengan baik.
3.
Bagi sekolah
Diharapkan dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam memotivasi guru
untuk melaksanakan proses pembelajaran yang efektif dan efisien
,
serta
menumbuhkan kerja sama antar guru yang berdampak positif pada kualitas
pembelajaran di sekolah.
4.
Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan dan wawasan peneliti tentang peran guru dalam
BAB II
KAJIAN TEORI
A.
Kemampuan Menghitung
Menurut Sumadi Suryabrata, kemampuan biasanya diidentikkan dengan
kemampuan individu dalam melakukan suatu aktifitas, yang menitikberatkan pada
latihan dan
performance atau apa yang bisa dilakukan oleh individu setelah
mendapatkan latihan tertentu.
1Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan
bahwa kemampuan berasal dari kata mampu yang berarti kecakapan, kekuatan kita
berusaha dengan diri sendiri, kekayaan karena sudah memadai.
2Kemampuan dibutuhkan oleh semua orang. Tanpa kemampuan seseorang
tidak akan mendapatkan hasil yang maksimal dalam melakukan sesuatu.
Woodworth dan Marquis dalam Sumadi Suryabrata mengungkapkan bahwa
definisi ability (kemampuan) pada tiga arti, yaitu:
31.
Achievement merupakan potensial ability yang dapat diukur langsung dengan alat
atau test tertentu.
2.
Gapacity merupakan potensial ability yang dapat diukur secara tidak langsung
melalui pengukiran terhadap kecakapan individu, dimana kecakapan ini
berkembang dengan perpaduan dasar dan training (pelatihan) yang intensif dan
pengalaman.
1 Sumadi Suryabrata. Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998) hl 160
2 Kamus besar bahasa indonesia 1990, hal 311
3 Sumadi Suryabrata. Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998) hl 160
3.
Aptitude, yaitu kualitas yang hanya dapat diungkapkan atau diukur dengan tes
khusus yang sengaja dibuat untuk itu.
Menurut pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kemampuan adalah
kesanggupan dari seseorang atau potensi yang dimiliki seseorang untuk melakukan
sesuatu.
Sedangkan menghitung atau berhitung berarti membuat suatu perhitungan.
4Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia menghitung berasal dari kata hitung yang
berarti mengerjakan hitungan (menjumlahkan, mengurangi, mengalikan, membagi,
memperbanyak, dan sebagainya).
5Menurut Dali S. Naga dalam Mulyono Abdurrahman berhitung atau
menghitung adalah cabang matematika yang berkenaan dengan hubungan-hubungan
bilangan nyata dengan perhitungan mereka terutama penjumlahan, pengurangan,
perkalian, dan pembagian.
6Berhitung merupakan bagian dari komponen mengenai
konsep bilangan, lambang bilangan atau angka. Anak diharapkan mengenal konsep
bilangan, lambang bilangan atau angka, sehingga mampu untuk berhitung dengan
baik dan benar. Berhitung sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari di sekitar
tempat tinggal, sekolah, tempat umum dan di mana saja.
7
4 Djati Kerami dan Cormentyna Sitanggang, Kamus Matematika, (Jakarta: Balai Pustaka, 2003)hal100
5 Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002, hal 405
6 Milyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar (Jakarta: Rineka Cipta 2003)hal
253
Berhitung sangat erat kaitannya dengan angka-angka, dan angka erat
kaitannya dengan matematika. Matematika adalah dasar dari semua ilmu, sehingga
kemampuan berhitung sangat penting dimiliki oleh semua orang . Berhitung
merupakan tahapan belajar yang harus dilalui oleh setiap anak. Oleh karena itu,
pembelajaran berhitung diusia dini sangat disarankan.
Dari pernyataan para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan
berhitung adalah kesanggupan dari seseorang atau potensi yang dimiliki seseorang
untuk melakukan perhitungan dengan mengenal konsep dasar matematika seperti
konsep bilangan, lambang bilangan atau angka, sehingga dapat melakukan
perhitungan dengan baik dan benar.
Dalam Al-Qur’an Surat Yunus ayat 5, Allah SWT berfirman sebagai berikut:
Artinya: “Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan
ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya
kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan
yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda
(kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui.”
perjalanan matahari dan bulan. Tidak hanya perhitungan tentang waktu, tetapi juga
tentang zakat atau pembagian hak waris, semua perkara tersebut membutuhkan
perhitungan. Oleh karena itu manusia harus memiliki kemampuan untuk menghitung.
B.
Pembelajaran Matematika Operasi Hitung Campuran
Menurut Jujun S. Dalam Lisnawati Simanjuntak, dkk, penggunaan
matematika atau berhitung dalam kehidupan sehari-hari telah mampu menunjukkan
hasil yang nyata seperti dasar bagi ilmu tehnik, misalnya perhitungan untuk
pembangunan antarikasa. Di samping dasar desain ilmu tehnik, metode matematis
telah memberikan inspirasi dibidang sosial dan ekonomi dan dapat memberikan
warna pada dunia seni lukis, arsitektur dan musik. Pengetahuan matematika telah
memberikan bahasa, proses dan teori yang memberikan ilmu suatu bentuk dan
kekuasaan, yang akhirnya bahwa matematika merupakan salah satu kekuatan utama
pembentuk konsepsi tentang alam, suatu hakikat dan tujuan mausia dalam
kehidupannya.
8Matematika adalah suatu cara untuk menemukan jawaban terhadap
masalah yang dihadapi manusia, suatu cara menggunakan pengetahuan tentang
bentuk dan ukuran, mengunakan pengetahuan tentang menghitung, dan yang paling
penting adalah memikirkan dalam diri manusia itu sendiri dalam melihat dan
menggunakan hubungan-hubungan.
9
8Lisnawaty Simanjuntak, dkk, Metode Mengajar Matematika 1, (Jakarta: Eneka Cipta. 1993)hal 64-65
9 Samsuri, dalam Jurnal Skripsi: Peningkatan Kemampuan Operasi Hitung Campuran dalam
Fungsi matematika sebagai salah satu mata pelajaran adalah sebagai alat, pola
pikir dan ilmu. Belajar matematika bagi para siswa merupakan pembentukan pola
pikir dalam pemahaman dan penalaran suatu pengetahuan.
Gatot M. Mengemukakan dalam Duyanti, pembelajaran matematika adalah
proses pemberian pengalaman belajar kepada peserta didik melalui serangkaian
kegiatan yang terencana sehingga peserta didik memperoleh kompetensi tentang
bahan matematika yang dipelajari.
10Dari pernyataan para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
matematika adalah suatu proses pembelajaran melalui serangkaian kegiatan yang
terancang sehingga peserta didik memperoleh suatu pengetahuan dan pemahaman
tentang suatu konsep atau bahan matematika yang dipelajari.
Dalam matematika untuk sekolah dasar, operasi hitung hanya meliputi
penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian, pemangkatan, dan penarikan
akar dimana operasi hitung inilah yang nantinya menjadi persoalan yang harus
dipecahkan oleh siswa. Pengerjaan operasi hitung dalam matematika akan selalu
menggunakan simbol-simbol pemisah, misal simbol penjumlahan (+), pengurangan
(-), perkalian (x(-), dan pembagian (:). Namun dalam penerapannya, operasi hitung tidak
hanya terdapat satu simbol pemisah, ada pula operasi hitung yang menggunakan dua
atau lebih operasi hitung, itulah yang disebut sebagai operasi hitung campuran.
Juwana Pati Tahun Pelajaran 2013/2014, (Surakarta: Uneversitas Muhammadiyah Surakarta, 2014) hal 1110 Duyanti, Artikel Penelitian : Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran Operasi Hitung
Dalam penelitian ini, operasi hitung campuran yang akan dibahas hanya
berbatas pada operasi hitung penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian.
Pembatasan ini dilakukan dengan menyesuaikan Kompetensi Dasar (KD) yang
dipakai oleh peneliti, yaitu “Melakukan operasi Hitung Campuran”.
C.
Evaluasi untuk Kemampuan Menghitung Operasi Hitung Campuran
1.
Kemampuan Menghitung Termasuk dalam Ranah Kognitif
Dari paparan tentang kemampuan menghitung, penulis telah mendapat
kesimpulan bahwa kemampuan menghitung atau berhitung adalah kesanggupan
dari seseorang atau potensi yang dimiliki seseorang untuk melakukan
perhitungan dengan mengenal konsep dasar matematika seperti konsep bilangan,
lambang bilangan atau angka, sehingga dapat melakukan perhitungan dengan
baik dan benar.
Kemampuan menghitung termasuk kedalam ranah kognitif sebab
menyangkut aktivitas otak. Menurut Bloom dalam Anas Sudijono, segala upaya
yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif.
11. Ranah
kognitif terdiri atas enam level, termasuk didalamnya yaitu:
12a.
Knowlage (pengetahuan), yaitu kemampuan menyebutkan atau menjelaskan
kembali,
yang
termasuk
didalamnya
yaitu
mendefinisikan,
11 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009)hal 49-50
12 Retno Utari, dkk, TAKSONOMI BLOOM, Apa dan Bagaimana Penggunaannya?,
mengidentifikasikan, mengetahui, menyebutkan, membuat kerangka,
menggaris bawahi, menggambarkan, menjodohkan, dan memilih.
b.
Comprehension (pemahaman atau persepsi), yaitu kemampuan memahami
intruksi/masalah, menginterpretasikan dan menyatakan kembali dengan
kata-kata sendiri, yang termasuk didalamnya yaitu Menerangkan, menjelaskan,
menguraikan,
membedakan,
menginterpretasikan,
merumuskan,
memperkirakan, meramalkan, menggeneralisir, menterjemahkan, mengubah,
memberi contoh, memperluas, menyatakan kembali, menganalogikan,
merangkum.
c.
Application
(penerapan), yaitu Kemampuan menggunakan konsep dalam
praktek atau situasi yang baru, yang termasuk Didalamnya yaitu Menerapkan,
mengubah,
menghitung, melengkapi,
menemukan,
membuktikan,
menggunakan,
mendemonstrasikan,
memanipulasi,
memodifikasi,
menyesuaikan, menunjukkan, mengoperasikan, menyiapkan, menyediakan,
menghasilkan.
d.
Analysis (penguraian atau penjabaran), yaitu kemampuan memisahkan konsep
kedalam beberapa komponen untuk memperoleh pemahaman yang lebih luas,
yang termasuk didalamnya yaitu menganalisa, mendiskriminasikan, membuat
skema,
membedakan,
mengkontraskan,
memisahkan,
membagi,
menghubungkan, mengelompokkan, membedakan.
mengkategorikan, mengkombinasi, memodifikasi, mendesain, mengarang,
mencipta, merangkai, menulis kembali, menyimpulkan.
f.
Evaluation
(evaluasi), yaitu kemampuan untuk menilai sesuatu berdasarkan
acuan yang berlaku, yang termasuk di dalamnya yaitu mengkaji ulang,
mengkritik, menyimpulkan, membuktikan, memperhitungkan, mengkoreksi,
melengkapi, dan menemukan.
Dari keenam level dari ranah kognitif di atas, berhitung atau menghitung
termasuk ke dalam level
Application
(penerapan), yaitu Kemampuan
menggunakan konsep dalam praktek atau situasi yang baru.
Penerapan atau pengaplikasian juga dapat diartikan sebagai kesanggupan
seseorang untuk menerapkan atau menggunakan ide-ide umum, tata cara. Atau
metode, prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori dan sebagainya dalam situasi
yang baru dan konkret.
13Dari pengertian para ahli tersebut dapat penulis simpulkan bahwa
kemampuan menghitung berhubungan dengan ranah kognitif, khususnya pada
level Application (penerapan). Sehingga untuk evaluasi atau instrumen penilaian
yang akan digunakan dalam mengukur kemampuan menghitung dapat
menggunakan evaluasi atau instrumen penilaian dalam ranah kognitif.
2.
Teknik-teknik Evaluasi
Untuk memngukur suatu kemampuan dibutuhkan alat ukur untuk
mengevaluasinya. Secara umum menurut Sudjono dalam Baihaqi dkk bentuk
atau tehnik evaluasi yang digunakan dalam dunia pendidikan meliputi tehnik tes
dan non tes.
14a.
Tehnik tes adalah cara yang dipergunakan atau prosedur yang ditempuh dalam
rangka pengukuran dan penilaian dibidang pendidikan, yang berbentuk
pemberian tugas atau serangkaian tugas sehingga dapat diketahui atau dinilai
tingkah laku dari subyek yang dinilai.
b.
Tehnik non tes, yaitu suatu bentuk evaluasi yang dilakukan kepada peserta
didik tanpa memberikan ujian pada peserta didik melainkan dengan
melakukan pengamatan secara sistematis, melakuakan wawancara,
menyebarkan angket, dan memeriksa atau meneliti dokumen-dokumen.
3.
Teknik Tes Sebagai Alat Ukur Kemampuan Menghitung
Untuk mengetahui keberhasilan dalam suatu pembelajaran pasti
membutuhkan suatu alat ukur. Alat ukur ini juga berperan untuk mengetahui
tingkat kemampuan pada seseorang dan alat ukur itulah yang disebut sebagai tes.
Tes berasal dari bahasa Prancis kuno “testum” yang berarti spiring untuk
menyisihkan logam mulia. Arti “testum” memiliki maksut dengan alat berupa
piring dapat memperoleh logam-logam yang memiliki nilai-nilai tinggi. Dalam
bahasa Inggris ditulis sebagai “test” yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia
sebagai “tes”, “ujian” atau ”percobaan”.
15Menurur Anne Anastasi dalam Anas Sudijono, yang dimaksud tes adalah
alat ukur yang mempunyai standar yang objektif sehingga dapat digunakan
secara umum, serta dapat digunakan untuk mengukur dan membandingkan
keadaan psikis atau tingkah laku individu.
16Dari pernyataan para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa tes adalah cara
yang dipergunakan atau langkah yang ditempuh dalam rangka pengukuran dan
penilaian dibidang pendidikan, yang berbentuk tugas atau serangkaian tugas
sehingga diperoleh data dari setiap individu atau kelompok untuk mengetahui
atau membandingkan kemampuan yang mereka miliki. Data dari tes tersebut
dapat menghasilkan nilai untuk menentukan berhasil atau tidaknya individu atau
kelompok tersebut dalam suatu kegiatan pembelajaran.
Tes dapat digolongkan berdasarkan:
17a.
Fungsi tes, meliputi:
1)
Tes seleksi, yaitu tes yang berfungsi sebagaia alat penyeleksi yang berhak
ke tahapan selanjutnya dari suatu program pendidikan.
2)
Tes awal (pretest), yaitu tes yang dilakukan untuk mengetahui sejauh mana
peerta didik menguasai suatu materi.
15 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009)hal 66 16 Idem, hal 66
3)
Tes akhir (postest), yaitu tes yang dilakukan untuk mengetaui apakah
peserta didik sudah memahami semua materi yang diberikan.
4)
Tes diagnostik yaitu tes untuk mengetahui jenis atau tingkatan kesulian
belajar pada siswa.
5)
Tes formatif adalah tes yang dilakukan untuk mengetahui sejauh mana
peserta didik telah terbentuk setelah mereka mengikuti pembelajaran.
6)
Tes sumatif yaitu tes yang dilakukan setelah dilaksanakannya beberapa
progam pembelajaran.
b.
Berdasar aspek psikis yang diungkap:
1)
Tes intelegensi, tes untuk mengetahui tingkat kecerdasan seseorang.
2)
Tes kemampuan, tes untuk mengetahui bakat khusus yang dimiliki
seseorang.
3)
Tes sikap, tes untuk mengetahui kecenderungan seseorang untuk
melakukan sesuatu tertentu.
4)
Tes kepribadian, tes untuk mengetahui sifat seseorang.
5)
Tes hasil belajar, tes untuk mengetahui tingkat pencapaian atau prestasi
balajar peserta didik.
Tes sebagai bagian penting dalam proses proses pengumpulan data
diklasifikasikan berdasarkan cara mengerjakannya yaitu sebagai berikut:
18a.
Tes tulis, suatu tes yang menuntut siswa memberi jawaban secara tertulis.
b.
Tes lisan, suatu tes yang menuntut siswa memberi jawaban secara lisan,
melalui percakapan
testee
(orang yang di tes) dengan
tester
(oranga yang
memberi tes) tentang permasalah yang diajukan.
c.
Tes perbuatan, suatu tes yang menuntut siswa memberi jawaban dengan cara
melakukan perbuatan, penampilan atau tindakan.
D.
Media Konkret Koin Warna
1.
Media Pembelajaran
Belajar bukan hanya sekedar untuk memperoleh sebuah pengetahuan,
karena belajar adalah proses pengembangan diri seutuhnya. Selain untuk
memperoleh pengetahuan, belajar juga dimaksudkan untuk membuat diri sendiri
menjadi lebih baik, baik dalam segi kognitif, psikomotorik, dan afektif.
Burton berpendapat hal yang senada dengan teori behaviorisme bahwa
belajar adalah perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi
antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungannya sehingga
mereka lebih mampu berinteraksi dengan lingkungannya.
19Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa belajar
adalah proses perubahan tingkah laku yang berlangsung pada jangka waktu
tertentu melalui pengetahuan, pendidikan, dan pengalaman yang diperoleh dalam
kehidupan sehari-hari.
19 Usman, Moh Uzer dan Lilis Setiawati, Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar, (Bandung:
Dalam sebuah proses belajar, seseorang pasti memerlukan sebuah media
atau alat bantu pembelajaran. Media atau alat bantu pembelajaran ini dapat
berupa seorang pembimbing, lingkungan sekitar, atau sesuatu yang sengaja di
buat untuk menjadi alat bantu pembelajaran. Perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi yang semakin pesat tentu saja semakin mendorong upaya-upaya
untuk mengkaryakan media pembelajaran yang efektif dan efisien serta
berkualitas dalam pembelajaran.
Dalam pengertiannya, kata media berasal dari bahasa latin “medius” yang
secara harfiah berarti perantara atau pengantar.
20Gerlach dan Ely dalam Hamdani
berpendapat bahwa secara garis besar media dapat dipahami sebagai manusia,
materi, atau kejadian yang membangun kondisi agar siswa mampu memperoleh
pengetahuan , keterampilan atau sikap.
21Hamdani berpendapat media adalah komponen atau wahana fisik yang
mengandung materi instruksional di lingkungan siswa, yang dapat merangsang
siswa untuk belajar. Adapun media pembelajaran adalah media yang membawa
pesan-pesan atau informasi yang bertujuan instruksional atau mengandung
maksud-maksud pengajaran.
22AECT (Association of Education and
Communication Technologi) memberi batasan tentang media sebagai segala
bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi.
23
20 Hamdani, M.A, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung:CV Pustaka Setia, 2011) hal243
21 idem 22 ibid
Heinich dalam Azhar Arsyat berpendapat bahwa media sebagai perantara
yang mengantarkan informasi antara sumber dan penerima.
24Televisi, radio,
koran, foto, rekaman, gambar, bahan-bahan cetakan dan sejenisnya adalah media
komunikasi. Jadi apabila media tersebut membawa pesan-pesan atau informasi
yang bertujuan intruksional atau mengandung maksut-maksut pengajaran maka
media itu disebut media pembelajaran.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa media
pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan sebagai perantara atau
alat bantu pembelajaran sehingga tujuan dari suatu pembelajaran dapat
tersampaikan.
Menurut Mulyani Sumantri media pembelajaran digunakan dengan tujuan
sebagai berikut:
25a.
Memberi kemudahan peserta didik untuk lebih memahami konsep,prinsip,
sikap dan keterampilan tertentu dengan menggunakan media yang paling
tepat dalam karakteristik bahan ajar.
b.
Memberikan pengalaman belajar yang berariasi sehingga lebih merangsang
minat peserta didik untuk belajar.
c.
Meningkatkan kemampuan terhadap teknologi karena peserta didik tertarik
menggunakan atau mengoperasikan media tertentu.
d.
Menciptakan suasana belajar yang tidak akan dilupakan peserta didik.
24 ibid
Jadi tujuan dari pemakaian media pembelajaran adalah untuk membantu
guru menyampaikan konsep dari suatu pembelajaran dengan menarik dan lebih
mudah sehingga siswa dapat menerima dan menguasai pesan dari konsep
tersebut dengan secara cepat dan akurat, serta pembelajaran menjadi bermakna
dan berkesan bagi siswa.
Pada mulanya, media pendidikan hanya digunakan oleh seorang guru
sebagai alat bantu untuk mengajar dan alatnya pun masih terbilang sederhana
yaitu berupa alat bantu visual. Namun dengan berkembangnya teknologi, alat
bantu visual dapat dilengkapi dengan alat bantu audio sehingga lahirlah alat
bantu pembelajaran yang berupa audio-visual. Sejalan dengan berkembangan
IPTEK (ilmu pengetahuan dan teknologi) khususnya dalam bidang pendidikan,
penggunaan media pendidikan kini menjadi semakin luas dan interaktif. Media
pendidikan menjadikan pembelajaran semakin menarik sehingga dapat
membangkitkan motivasi dan minat siswa dalam belajar. Jika motivasi dan minat
siswa dalam belajar meningkat, maka pemahaman siswa dalam sebuah proses
pembelajaran pun akan meningkat. Selain itu, media pembelajaran juga dapat
menyajikan informasi dengan menarik dan terpercaya, memudahkan pemahaman
suatu materi, dan memadatkan informasi.
Sudjana dan Rivai mengemukakan manfaat media pembelajara dalam
proses belajar siswa, yaitu:
26
a.
Dengan adanya media pendidikan pembelajaran akan lebih menarik
sehingga akan menimbulkan motivasi belajar siswa.
b.
Materi akan lebih jelas maknanya sehingga siswa mudah memahami dan
memungkinkan untuk menguasai dan tujuan pembelajaran akan tercapai.
c.
Metode pengajaran akan bervariasi dengan adanya media pembelajaran.
d.
Siswa akan lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya
mendengarkan guru menjelaskan, tapi juga melakukan aktivitas lain seperti
mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memerankan, dan lain-lain.
Adapun ciri-ciri umum yang di miliki oleh sebuah media pendidikan,
diantaranya adalah:
27a.
Media pendidikan sebagai
hardwere (perangkat keras), yaitu suatu benda
yang dapat dilihat, didengar atau diraba dengan panca indra.
b.
Media pendidikan sebagai
softwere (perangkat lunak), yaitu kandungan
pesan yang terdapat dalam perangkat keras yang merupakan isi yang ingin
disampaikan kepada siswa.
c.
Penekanan media pendidikan terdapat pada visual dan audio.
d.
Media pendidikan memiliki pengertian sebagai alat bantu pada proses belajar
baik didalam maupun di luar kelas.
e.
Media pendidikan dilakukan dalam rangka komunikasi dan interaksi guru
dan siswa dalam proses pembelajaran.
f.
Media pendidikan dapat digunakan secara masal, kelompok bes
kelompok kecil, atau perorangan.
g.
Sikap, perbuatan, organisasi, strategi, dan menejemen yang berhubungan
dengan penerapan suatu ilmu.
Secara garis besar, media pembelajaran terdiri atas:
a.
Media audio, media yang menggunakan unsur suara sebagai
pembelajaran, seperti tape recorder dan radio.
[image:37.612.131.511.198.487.2]b.
Media visual, yaitu media yang menggunakan unsur pengelihatan seperti
gambar, lukisan, foto, poster, dan lain sebagainya.
Media pendidikan dapat digunakan secara masal, kelompok bes
kelompok kecil, atau perorangan.
Sikap, perbuatan, organisasi, strategi, dan menejemen yang berhubungan
dengan penerapan suatu ilmu.
Secara garis besar, media pembelajaran terdiri atas:
[image:37.612.222.387.561.688.2]Media audio, media yang menggunakan unsur suara sebagai
pembelajaran, seperti tape recorder dan radio.
Gambar 2.1 Media audio
Media visual, yaitu media yang menggunakan unsur pengelihatan seperti
gambar, lukisan, foto, poster, dan lain sebagainya.
Gambar 2.2 Media visual
Media pendidikan dapat digunakan secara masal, kelompok besar, dan
Sikap, perbuatan, organisasi, strategi, dan menejemen yang berhubungan
Media audio, media yang menggunakan unsur suara sebagai perantara
c.
Media audio visual, yaitu media gabungan dua unsur pendengaran dan
pengelihatan, seperti video, film, animasi bergerak, dan lain sebagainya.
Gambar 2.3 Media Audio Visual
d.
Orang, yaitu seseorang yang menyimpan informasi . pada dasarnya setiap
orang dapat berperan sebagai sumber belajar. Pada media orang ini ada dua
kelompok yaitu:
281)
Orang yang didesain khusus sebagai sumber belajar utama yang dididik
secara profesional, seperti seorang guru, instruktur, konselor,
widyaiswara, dan lain-lain.
2)
Orang yang memiliki profesi, selain tenaga kependidikan, seperti dokter,
arsitek, atlet, pengacara, dan lain sebagainya.
e.
Material (bahan), yaitu suatu format yang digunakan untuk menyimpan
format pembelajaran, seperti buku paket, alat peraga, transparasi, vidio
pembelajaran, slide, dan lain-lain.
f.
Alat (device), yaitu benda-benda yang berbentuk fisik sebagai perangkat
kelas, yang berfungsi sebagai penyaji bahan pelajaran, seperti papan tulis,
radio, OHP, Proyektor, televisi, VCD/DVD, tape recorder, dan lain-lain.
g.
Teknik, yaitu cara atau prosedur yang digunakan seseorang dalam
pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran, seperti ceramah, diskusi,
seminar, permainan, dan sejenisnya.
h.
Latar (setting), yaitu berupa lingkungan sekitar yang berada di dalam
maupun diluar kelas dan sekolahan, baik yang sengaja dirancang maupun
tidak dirancang secara khusus untuk pembelajaran, seperti ruang kelas,
studio, perpustakaan, aula, teman, kebun, pasar, toko, museum, kebun
binatang, dan lain-lain.
i.
Media berbasis komputer, yaitu media berbasis teknologi. Biasanya media
berbasis komputer erat kaitannya dengan internet. Dengan komputer dan
internet, siswa dapat mencari informasi apapun yang mereka inginkan.
2.
Media Konkret Koin Warna
Media konkret termasuk dalam media visual, dimana dalam
pengertiannya media visual adalah media yang hanya bisa dilihat oleh indra
pengelihatan.
29Media visual memegang peranan yang sangat penting dalam
pembelajaran, karena dengan media visual hal-hal yang abstrak dapat
dikongkretkan dan hal-hal yang kompleks dapat disederhanakan, dengan
demikian media visual akan memperlancar pemahaman siswa dan memperkuat
ingatan siswa pada suatu konsep atau materi dalam sebuah pembelajaran.
Benda konkret (nyata) atau benda sesungguhnya merupakan suatu obyek
yang dapat memberikan rangsangan yang amat penting bagi siswa dalam
mempelajari berbagai hal terutama yang menyangkut keterampilan tertentu.
Jadi media visual konkret adalah media visual yang menggunakan benda
konkret atau nyata sebagai media pembelajaran. Benda konkret sebagai media ini
tentu saja merupakan benda yang dapat diraba, dipegang, dan dirasakan oleh
siswa saat memakainya.
Setiap media pembelajaran pasti memiliki kelebihan dan kekurangan,
tergantung bagaimana seorang guru dalam memanfaatkannya dalam proses
pembelajaran. Kelebihan media Konkret menurut Udin S. Winataputra adalah:
30a.
Media ini dapat menerjemahkan ide/gagasan yang bersifat nyata.
b.
Banyak tersedia dalam kehidupan sehari-hari.
c.
Mudah menggunakannya.
d.
Dapat digunakan pada setiap tahap pembelajaran.
Sedangkan kekurangan dari media visual adalah:
a.
Biaya pembuatannya mahal dan membutuhkan banyak waktu.
b.
Membutuhkan keterampilan dalam pembuatannya.
c.
Siswa tidak akan memahami jika bentuk media 3D tidak sama dengan benda
nyatanya.
d.
Terbentur alat untuk membuat media 3D(sulit mencari atau pembuatannya
Media dikelompokkan dalam dua jenis, yaitu :
31a.
Media jadi karena sudah merupakan komoditi perdagangan dan terdapat di
pasaran luas dalam keadaan siap pakai (media by utilization)
b.
Media rancangan karena perlu dirancang dan dipersiapkan secara khusus
untuk maksud atau tujuan pembelajaran tertentu.
[image:41.612.128.514.221.536.2]Dalam penelitian ini, Media Konkret Koin Warna adalah media yang
berbentuk kepingan koin warna-warni yang berfungsi sebagai alat bantu
menghitung siswa.
Gambar 2.4 Media Konkret Koin Warna
Media Konkret Koin Warna dapat berupa media jadi, karena koin warna
yang akan dipakai dapat berupa koin maianan warna-warni atau dapat
menggunakan kancing baju. Media Konkret Koin Warna juga dapat berupa
media rancangan, karena dapat dibuat dengan kertas karton warna-warni yang
dibentuk menyerupai koin.
Media konkret koin warna ini nantinya akan dipakai sebagai alat bantu
perhitungan campuran. Dengan media konkret koin warna ini nantinya akan
membantu siswa lebih teliti dalam menghitung operasi hitung campuran.
E.
Indikator Kemampuan Menyelesaikan Operasi Hitung Campuran
Menurut Suydam dalam Klurik dan Reys sebagaimana dikutip oleh Sumarmo,
karakteristik dalam menyelesaikan atau memecahkan masalah matematika, dalam hal
ini menyelesaikan operasi hitung pecahan sebagai berikut
32:
1.
Mampu memahami konsep dan istilah matematika.
2.
Mampu memvisualisasikan (menggambarkan) dan menginterpretasikan fakta
kuantitatif dan hubungan.
3.
Mampu mengunakan, menukar, mengganti metode / cara yang tepat.
4.
Mampu menganalisis atau mencerna kalimat matematika soal.
5.
Mampu mengidentifikasi unsur yang kritis dan memilih prosedur dan data yang
benar.
6.
Mampu mengeneralisasikan berdasarkan beberapa contoh.
7.
Memiliki harga diri dan kepercayaan diri yang kuat disertai hubungan baik
dengan sesama siswa.
8.
Memiliki rasa cemas yang rendah.
32Herty Indah A., Peningkatan Kemamuan Menyelesaikan Soal Cerita Matematika Melalui Model
Kriteria keberhasilan dalam menilai aspek indikator kemampuan
menyelesaikan operasi hitung campuran dapat dilihat rubrik dibawah ini:
Tabel 2.1
Kriteria penilaian aspek indikator menyelesaikan operasi hitung
campuran
Skor
Kriteria Penilaian
3
(Memuaskan)
Menunujukkan pemahaman terhadap
konsep-konsep operasi hitung.
Menyelesaikan soal matematika dengan cara
yang tepat dan benar
Perhitunganya benar
2
(Cukup Memuaskan Dengan
Sedikit Kesalahan)
Menunujukkan pemahaman terhadap
konsep-konsep operasi hitung.
Menyelesaikan soal matematika dengan cara
sebagian benar.
Perhitunganya sebagian besar benar.
1
(Kurang Memuaskan Dengan
Banyak Kesalahan)
Menunujukkan sedikit pemahaman terhadap
konsep-konsep operasi hitung.
Menyelesaikan soal matematika dengan cara
yang tidak sesuai.
Perhitunganya salah atau tidak benar
0
(bila jawaban tidak diisi)
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS
A.
Metode penelitian
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas
(classroom action research). Penelitian Tindakan Kelas adalah suatu kegiatan ilmiah
yang dilakukan oleh guru dalam suatu kelas dengan jalan merancang, melaksanaka,
mengamati, dan merefleksi tindakan melalui beberapa siklus secara kolaboratif dan
partisipatif dengan tujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas
pembelajaran di kelas tersebut.
1PTK merupakan suatu kebutuhan bagi guru untuk meningkatkan
profesionalisme seorang guru karena PTK kelebihan sebagai berikut:
21.
PTK sangat kondusif untuk membuat guru menjadi peka dan tanggap terhadap
dinamika pembelajaran di kelasnya.
2.
PTK dapat meningkatkan kinerja guru sehingga menjadi professional.
3.
Dengan melakasanakan tahap-tahapan dalam PTK, guru mampu memperbaiki
proses pembelajaran melalui suatu kajian yang terjadi dikelasnya.
Manfaat yang dapat dipetik jika guru mau dan mampu melaksanakan
penelitian tindakan kelas itu terkait dengan komponen pembelajaran, antara lain
3:
1Kunandar, Langkah Muda Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi guru, (Jakarta: Rajawali
Pers, cet.9, 2013), h.46
2 Samsu sumadayo, Penelitian Tindakan Kelas, (Yogyakarta: Graha Ilmu: 2013), 21 3 Ibid, 24
1.
Inovasi pembelajaran
2.
Pengembangan kurikulum ditingkat sekolah dan tingkat di tingkat kelas
3.
Peningkatan profesionalisme guru.
Penelitian tindakan kelas termasuk penelitian kualitatif meskipun data yang
dikumpulkan bisa saja bersifat kuantitatif, dimana uraiannya bersifat deskriptif dalam
bentuk kata-kata, penelitian merupakan instrumen utama dalam pengumpulan data,
proses sama pentingnya dengan produk.
Dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas penulis menggunakan model
Kurt Lewin. Kurt Lewin menjelaskan bahwa ada empat hal yang harus dilakukan
dalam proses penelitian tindakan, yaitu: Perencanaan, Tindakan, Observasi dan
Refleksi.
4Pelaksanaan penelitian tindakan adalah proses yang terjadi dalam suatu
lingkaran yang terus menerus, yang meliputi hal berikut:
51.
Perencanaan (
planning
) adalah proses menentukan program perbaikan yang
berangkat dari suatu ide gagasan peneliti.
2.
Tindakan (
implementing
) adalah perlakuan yang dilaksanakan oleh peneliti
sesuai dengan perencanaan yang telah disusun oleh peneliti.
3.
Observasi (
observing
) adalah pengamatan yang dilakukan untuk mengetahui
efektifitas tindakan atau mengumpulkan informasi tentang berbagai kekurangan
tindakan yang telah dilakukan.
4.
Refleksi (
reflecting
sehingga memunculkan p
Secara keseluruhan, empat tahapan dalam PTK tersebut membentuk suatu
siklus PTK yang digambarkan dalam bentuk spiral, yaitu:
Untuk mengatasi suatu masalah, mungkin dipe
siklus. Siklus-siklus tersebut saling berkaitan dan berkelanjutan. Dalam penelitian
tindakan kelas ini, peneliti menyiapkan dua siklus dimana satu siklus ada satu
petemuan. Akan tetapi hasil dari siklus dua dirasa kurang berhasil, ol
peneliti menambah satu siklus lagi sehingga ada tiga siklus yang dilakukan peneliti.
B.
Setting Penelitian
1.
Tempat penelitian
Penelitian ini dilakukan di kelas II MI Al
Sidoarjo pada mata pelajaran Matematika
6 Rido Kurnianto, dkk, LAPIS PGMI 5: Penelitian Tindakan Kelas
reflecting
) adalah kegiatan menganalisis tentang hasil observasi
sehingga memunculkan program atau perencanaan baru.
Secara keseluruhan, empat tahapan dalam PTK tersebut membentuk suatu
[image:46.612.116.513.224.509.2]siklus PTK yang digambarkan dalam bentuk spiral, yaitu:
6Gambar 3.1.
Prosedur Model PTK Kurt Lewin
Untuk mengatasi suatu masalah, mungkin diperlukan lebih dari satu
siklus tersebut saling berkaitan dan berkelanjutan. Dalam penelitian
tindakan kelas ini, peneliti menyiapkan dua siklus dimana satu siklus ada satu
petemuan. Akan tetapi hasil dari siklus dua dirasa kurang berhasil, ol
peneliti menambah satu siklus lagi sehingga ada tiga siklus yang dilakukan peneliti.
Penelitian ini dilakukan di kelas II MI Al-Hidayah Sawotratap, Gedangan,
pada mata pelajaran Matematika.
LAPIS PGMI 5: Penelitian Tindakan Kelas, (Surabaya: Aprinta, 2009),12
) adalah kegiatan menganalisis tentang hasil observasi
Secara keseluruhan, empat tahapan dalam PTK tersebut membentuk suatu
rlukan lebih dari satu
siklus tersebut saling berkaitan dan berkelanjutan. Dalam penelitian
tindakan kelas ini, peneliti menyiapkan dua siklus dimana satu siklus ada satu
petemuan. Akan tetapi hasil dari siklus dua dirasa kurang berhasil, oleh karena itu
peneliti menambah satu siklus lagi sehingga ada tiga siklus yang dilakukan peneliti.
Hidayah Sawotratap, Gedangan,
2.
Waktu penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada awal semester genap tahun ajaran
2015/2016
3.
Subyek penelitian
sebagai subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas II MI Al-Hidayah
Sawotratab, Gedangan, Sidoarjo tahun ajaran 2015-2016 dengan jumlah siswa
sebanyak 40.
pemilihan kelas ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa kreteria
kemampuan menghitung dikelas ini masih perlu ditingkatkan sesuai dengan hasil
observasi yang telah peneliti lakukan.
C.
Variabel yang Diteliti
Variabel yang menjadi sasaran dalam PTK ini adalah meningkatkan
kemampuan menghitung matematika materi operasi hitung campuran dengan
menggunakan media konkret koin warna. Di samping variabel tersebut masih ada
beberapa variabel yang lain yaitu:
1.
Variabel Input :
Siswa kelas II MI Al-Hidayah Sawotratap Gedangan Sidoarjo.
2.
Variabel Proses :
3.
Variabel Output :
Kemampuan menghitung pada materi operasi hitung campuran mata pelajaran
Matematika.
D.
Rencana Tindakan
1.
Siklus I
a.
Perencanaan
1)
Identifikasi masalah dan penetapan alternatif pemecahan masalah.
2)
Menyusun RPP
3)
Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan dalam
penelitian tindakan kelas seperti mempersiapkan media Konkret Koin
warna.
4)
Menyiapkan instrumen untuk merekam dan menganalisis data mengenai
proses dan hasil tindakan.
5)
Mengembangkan format evaluasi.
6)
Mengembangkan format observasi
b.
Tindakan
Menerapkan tindakan mengacu pada RPP dan skenario pembelajaran,
diantaranya:
Kegiatan Awal
1)
Guru memulainya dengan salam dan absensi siswa.
3)
Siswa mempersiapkan diri untuk memualai pelajaran.
4)
Guru memotifasi siswa.
5)
Guru melakukan apersepsi.
6)
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran pada siswa terkait materi
Operasi Hitung campuran.
Kegiatan Inti
1)
Siswa membaca materi operasi hitung campuran.
2)
Siswa mendapat penjelasan tntang operasi hitung campuran menggunakan
media Konkret Koin Warna.
3)
Melibatkan siswa dalam menjelaskan.
4)
Memberi kesempatan siswa untuk bertanya.
5)
Memberi kesempatan siswa untuk menggali informasi lebih dalam.
6)
Guru membagikan media Konkret Koin Warna dan soal latihan kepada
siswa.
7)
Siswa mengerjakan soal dengan tertib menggunakan media Konkret Koin
Warna.
8)
Guru berkeliling untuk mengawasi dan membimbing siswa bila ada yang
kesulitan dalam mengerjakan soal.
9)
Setiap siswa mengumpulkan soal
10)
Guru memberikan apresiasi.
Penutup
1)
Siswa dibantu guru menyimpulkan pembelajaran.
2)
Guru melakukan umpan balik atas materi menyelesaikan operasi hitung
campuran yang dipelajari.
3)
Refleksi pembelajaran.
4)
Siswa diberi kesempatan bertanya bila ada yang belum mereka pahami
pada materi kali ini.
Kegiatan Tindak lanjut
1)
Guru memberikan motivasi.
2)
Siswa mengakhiri pembelajaran dengan do’a bersama.
3)
Guru menutup pembelajaran dengan salam.
c.
Pengamatan
Merekam data mengenai proses dan produk dari implementasi
tindakan yang dirancang dengan penggunaan instrumen penelitian atau lembar
observasi.
d.
Refleksi
1)
Memeriksa instrumen penelitian dan catatan hasil observasi.
2)
Melakukan diskusi dengan guru kolaborator untuk mengevaluasi tindakan
yang telah dilakukan meliputi evaluasi mutu dan waktu dari setiap macam
tindakan.
3)
Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi untuk digunakan
4)
Evaluasi tindakan I
2.
Siklus II
Siklus kedua adalah perbaikan dari siklus pertama, dimana tahapan yang
dilalui sama dengan siklus pertama, namun unsur-unsur didalamnya merupakan
perbaikan dari siklus pertama. Tahapan dari sikus II adalah sebagai berikut:
a.
Perencanaan
1)
Identifikasi kesalahan atau kekurangan dari siklus I dan penetapan
alternatif pemecahan masalah atau perubahan fungsi pada pemakaian
Media Konkret Koin Warna.
2)
Menyusun RPP untuk siklus II
3)
Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan dalam
penelitian tindakan kelas seperti mempersiapkan media Konkret Koin
warna sesuai perubahan fungsi pada pemakaian Media Konkret Koin
Warna.
4)
Menyiapkan instrumen untuk merekam dan menganalisis data mengenai
proses dan hasil tindakan.
5)
Mengembangkan format evaluasi.
6)
Mengembangkan format observasi
b.
Tindakan
Menerapkan tindakan mengacu pada RPP dan skenario pembelajaran
Kegiatan Awal
1)
Guru memulai dengan salam dan absensi siswa.
2)
Guru dan siswa berdoa bersama.
3)
Siswa mempersiapkan diri untuk memualai pelajaran.
4)
Guru melakukan apersepsi.
5)
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan motivasi pada siswa.
Kegiatan Inti
1)
Siswa mendapat penjelasan dari guru tentang materi.
2)
Melibatkan siswa dalam menjelaskan.
3)
Memberi kesempatan siswa untuk bertanya.
4)
Siswa diberi kesempatan menggali informasi lebih dalam tentang materi.
5)
Siswa diberi media konkret koin warna dan lembaran soal operasi hitung
campuran.
6)
Siswa mengerjakan soal dengan tertib.
7)
Guru berkeliling untuk mengawasi dan membimbing siswa bila ada yang
kesulitan dalam mengerjakan soal.
8)
Guru memberi apersepsi.
9)
Siswa mengumpulkan soal yang telah selesai mereka kerjakan.
10)
Guru memberi penguatan dan pembenaran terkait materi.
Kegiatan Penutup
1)
Siswa dibantu guru menyimpulkan pembelajaran.
3)
refleksi.
4)
Pemberian kesempatan bertanya pada siswa.
Kegiatan Tindak Lanjut
5)
Pemberian motivasi untuk siswa.
6)
Siswa mengakhiri pembelajaran dengan do’a bersama.
7)
Guru menutup pembelajaran dengan salam.
c.
Pengamatan
Merekam data mengenai proses dan produk dari implementasi
tindakan yang dirancang dengan penggunaan instrumen penelitian berupa
lembar observasi.
d.
Refleksi
1)
Memeriksa instrumen penelitian dan catatan hasil observasi.
2)
Melakukan diskusi dengan guru kolaborator untuk mengevaluasi tindakan
yang telah dilakukan meliputi evaluasi mutu dan waktu dari setiap macam
tindakan.
3)
Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi untuk digunakan
pada siklus berikutnya (bila diperlukan).
4)
Evaluasi tindakan II
3.
Siklus III
Siklus ketiga dilaksanakan karena hasil dari siklus dua belum sesuai separti
dalam kemampuan menghitung operasi hitung campuran mencapai 80%. Siklus
ketiga adalah perbaikan dari siklus pertama dan kedua, dimana tahapan yang
dilalui sama dengan siklus pertama dan kedua, namun unsur-unsur didalamnya
merupakan perbaikan dari siklus sebelumnya. Tahapan dari sikus III adalah
sebagai berikut:
a.
Perencanaan
1)
Identifikasi kesalahan atau kekurangan dari siklus II dan penetapan
alternatif pemecahan masalah atau perubahan fungsi pada pemakaian
Media Konkret Koin Warna.
2)
Menyusun RPP untuk siklus III
3)
Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan dalam
penelitian tindakan kelas seperti mempersiapkan media Konkret Koin
warna sesuai perubahan fungsi pada pemakaian Media Konkret Koin
Warna.
4)
Menyiapkan instrument untuk menganalisis data mengenai proses dan hasil
tindakan.
5)
Mengembangkan format evaluasi.
6)
Mengembangkan format observasi
b.
Tindakan
Menerapkan tindakan mengacu pada RPP dan skenario pembelajaran
Kegiatan Awal
1)
Guru memulai dengan salam dan absensi kehadiran siswa.
2)
Siswa mempersiapkan diri untuk memulai kegiatan pembelajaran dengan
berdo’a bersama.
3)
Guru memotivasi siswa
4)
Guru melakukan apersepsi.
5)
Penyampaina tujuan pembelajaran pada siswa.
Kegiatan Inti
1)
Siswa mendapat penjelasan dari guru tentang materi.
2)
Guru meminta 8 siswa untuk membantu guru menjelaskan media Konkret
Koin warna kepada teman-temannya.
3)
Melibatkan siswa dalam menjelaskan materi.
4)
Pemberian kesempatan siswa untuk bertanya.
5)
Siswa diberi kesempatan menggali informasi tentang materi.
6)
Guru membagikan media Konkret Koin Warna dan soal kepada siswa.
7)
Guru mengingatkan siswa tentang bagaimana cara yang benar dalam
menjawab soal cerita pada latihan.
8)
Siswa mengerjakan soal dengan tertib.
9)
Guru berkeliling untuk mengawasi dan membimbing siswa bila ada yang
kesulitan dalam mengerjakan soal.
10)
Guru memberikan apresiasi.
12)
Guru memberi penguatan dan pembenaran terkait materi.
Penutup
1)
Siswa dibantu guru menyimpulkan pembelajaran.
2)
Guru melakukan umpan balik.
3)
Guru merefleksi pemahaman siswa terhadap materi.
4)
Siswa diberi kesempatan bertanya bila ada yang belum mereka pahami .
Kegiatan Tindak lanjut
5)
Guru memberikan motivasi.
6)
Siswa mengakhiri pembelajaran dengan do’a bersama.
7)
Guru menutup pembelajaran dengan salam.
e.
Pengamatan
Merekam data mengenai proses dan produk dari implementasi
tindakan yang dirancang dengan penggunaan instrumen penelitian.
f.
Refleksi
1)
Memeriksa instrumen penelitian dan catatan hasil observasi.
2)
Melakukan diskusi dengan guru kolaborator untuk mengevaluasi tindakan
yang telah dilakukan meliputi evaluasi mutu dan waktu dari setiap macam
tindakan.
3)
Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi untuk digunakan
pada siklus berikutnya (bila diperlukan).
E.
Data dan Cara Pengumpulan
1.
Sumber data
Sumber