• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG MATEMATIKA MATERI OPERASI HITUNG CAMPURAN MENGGUNAKAN MEDIA KONKRET KOIN WARNA PADA SISWA KELAS II MI AL HIDAYAH SAWOTRATAP.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG MATEMATIKA MATERI OPERASI HITUNG CAMPURAN MENGGUNAKAN MEDIA KONKRET KOIN WARNA PADA SISWA KELAS II MI AL HIDAYAH SAWOTRATAP."

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

PROGRAM STUDI

SAWOTRATAP

SKRIPSI

Oleh:

Okta Khurnia Wahyuni

NIM. D77212087

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM

GRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

2016

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

KELAS II MI AL HIDAYAH SAWOTRATAP GEDANGA SIDOARJO. Skripsi

Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, UIN

Sunan Ampel Surabaya. Dosen Pembimbing, Wahyuniati, M.Si

Kata kunci :

Kemampuan Menghitung, Operasi Hitung Campuran, Media

Konkret Koin Warna

Pembelajaran matematika materi operasi hitung campuran di kelas II MI

Al-Hidayah Sawotratab mengalami beberapa hal yang membuat siswa-siswi

belum menguasai materi dan belum mencapai kreteria ketuntasan kemampuan

menghitung, khususnya pada materi operasi hitung campuran. Kurangnya

referensi sumber belajar dan kurangnya penggunaan media pembelajaran yang

sesuai dengan karakteristik materi pembelajaran menjadi faktor kurang

tersampainya materi ajar pada siswa. Dibuktikan dari 40 siswa kelas II, rata-rata

siswa yang sudah mencapai ketuntasan kemampuan menghitung hanya sebanyak

47.5% dari keseluruhan siswa.

Rumusan masalah yang dikaji pada penelitian ini adalah: bagaimana

penerapan Media Konkret Koin Warna

dalam meningkatkan kemampuan

menghitung dan bagaimana peningkatan

kemampuan menghitung, pada pelajaran

matematika materi hitung campuran di kelas II MI Al-Hidayah Sawotratap

dengan

menggunakan

Media Konkret Koin Warna.

Tujuan penelitian ini adalah: untuk mengetahui penerapan

Media Konkret

Koin Warna

dalam meningkatkan kemampuan menghitung dan untuk mengetahui

peningkatan kemampuan menghitung, pada pembelajaran matematika materi

operasi hitung campuran di kelas II MI Al-Hidayah Sawotratap

dengan

menggunakan

Media Konkret Koin Warna.

Penelitian tindakan kelas ini menggunakan model Kurt Lewin yang

dilaksanakan dalam tiga siklus. Tiap siklus terdiri dari perencanaan, tindakan,

pengamatan dan refleksi. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan

adalah wawancara, observasi dan penilaian tes tulis. Siklus I dilaksanakan pada

tanggal 26 Februari 2016, siklus II pada tanggal 01 Maret 2016, dan siklus III

dilaksanakan pada tanggal 11 Maret 2016

(7)

i

HALAMAN MOTTO ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI ... v

LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR RUMUS ... xiv

DAFTAR GRAFIK ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN

A.

Latar belakang ... 1

B.

Rumusan Masalah ... 4

C.

Tindakan yang Dipilih ... 5

D.

Tujuan Penelitian ... 5

E.

Lingkup Penelitian ... 6

F.

Signifikasi Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN TEORI

A.

Kemampuan Menghitung ... 8

B.

Pembelajaran Matematika Operasi Hitung Campuran ... 11

C.

Evaluasi Untuk Kemampuan Menghitung Operasi Hitung

Campuran ... 13

1.

Kemampuan Menghitung Termasuk dalam Ranah

Kognitif ... 13

2.

Tehnik-tehnik evaluasi ... 16

3.

Tehnik Tes Sebagai Alat Ukur Kemampuan

Menghitung ... 16

D.

Media Konkret Koin Warna ... 19

1.

Media Pembelajaran ... 19

2.

Media Konkret Koin Warna ... 26

E.

Indikator Kemampuan Menyelesaikan Operasi Hitunga Campuran . 29

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS

A.

Metode Penelitian ... 31

B.

Setting Penelitian ... 33

C.

Variabel yang Diteliti ... 34

D.

Rencana Tindakan ... 35

(8)

ii

1.

Pembahasan Siklus I ... 54

2.

Pembahasan Siklus II ... 67

3.

Pembahasan Siklus III ... 79

B.

Pembahasan ... 90

1.

Hasil kemampuan menghitung siswa pada materi operasi

hitung campuran ... 90

2.

Hasil belajar siswa pada materi operasi hitung campuran ... 92

3.

Hasil observasi siswa ... 94

4.

Hasil observasi guru ... 94

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A.

Simpulan ... 95

B.

Saran ... 96

DAFTAR PUSTAKA

(9)

iii

4.1

Hasil Tes Kemampuan Menghitung Siklus I ...58

4.2

Hasil Belajar Siswa Siklus I ...61

4.3

Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I ...63

4.4

Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I ...64

4.5

Hasil Tes Kemampuan Menghitung Siklus II ...71

4.6

Hasil Belajar Siswa Siklus II ...73

4.7

Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II ...75

4.8

Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklua II ...77

4.9

Hasil Tes Kemampuan Siklus III ...82

4.10

Hasil Belajar Siswa Siklus III ...85

4.11

Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus III ...87

4.12

Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus III ...88

4.13

Kemampuan Menghitung Siswa ...91

(10)

iv

2.3 Media Audio Visual ... 25 2.4 Media Konkret Koin Warna ... 28 3.1 Prosedur PTK Kurt Lewin ... 33 4.1 Peneliti Memberi Contoh Soal Operasi Hitung Campuran pada Siklus

I ... 56 4.2 Siswa Mengerjakan Soal Operasi Hitung Campuran Menggunakan

Media Konkret Koin Warna pada siklus I ... 56 4.3 Siswa Menulis Refleksi Pembelajaran pada potongsn kertas di Siklus I ... 57 4.4 Siswa Melakukan Icebreaking Tepuk Diam ... 68 4.5 Siswa Mengerjakan Soal Operasi Hitung Campuran Menggunakan

Media Konkret Koin Warna Pada Siklus II ... 69 4.6 Peneliti Membantu Siswa Menggunakan Media Konkret Koin Warna ... 70 4.7 Beberapa Siswa Membantu Guru Menjelaskan Penggunaan Media

Konkret Koin Warna pada Temannya ... 80 4.8 Siswa Mengerjakan Soal Operasi Hitung Campuran Menggunakan

(11)

v

3.2

Penilaian kemampuan aspek indikator kemampuan menghitung

campuran...49

3.3

Prosentase ketuntasan kemampuan menghitung operasi hitung

(12)

vi

Siklus III ...92

4.2

Hasil Belajar Siswa pada Siklus I, Siklus II, dan Siklus III ...94

4.3

Aktivitas Siswa pada Siklus I, Siklus II, dan Siklus III ...95

(13)

vii

Lampiran 3 : Hasil Validasi Kisi-Kisi Soal

Lampiran 4 : Hasil Validasi Lembar Observasi Guru

Lampiran 5 : Hasil Validasi Lembar Observasi Siswa

Lampiran 6 : Hasil wawancara guru

Lampiran 7 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I

Lampiran 8 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II

Lampiran 9 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus III

Lampiran 10 : Kisi-Kisi Soal Siklus I

Lampiran 11 : Kisi-Kisi Soal Siklus II

Lampiran 12 : Kisi-Kisi Soal Siklus III

Lampiran 13 : Hasil Observasi Guru Siklus I

Lampiran 14 : Hasil Observasi Guru Siklus II

Lampiran 15 : Hasil Observasi Guru Siklus III

Lampiran 16 : Hasil Observasi Siswa Siklus I

Lampiran 17 : Hasil Observasi Siswa Siklus II

Lampiran 18 : Hasil Observasi Siswa Siklus III

Lampiran 19 : Contoh Hasil Kerja Siswa Siklus I

Lampiran 20 : Contoh Hasil Kerja Siswa Siklus II

Lampiran 21 : Contoh Hasil Kerja Siswa Siklus III

Lampiran 22 : Surat Tugas Bimbingan Skripsi

Lampiran 23 : Surat Izin Penelitian

Lampiran 24 : Surat Keterangan Melaksanakan penelitian

Lampiran 25 : Kartu Konsultasi Skripsi

Lampiran 26 : Nilai Kemampuan Menghitung Siswa

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

Bagi siswa SD/MI pembelajaran Matematika sering kali masih dianggap

pelajaran yang sulit. Anggapan seperti ini dikarenakan matematika selalu

berhubungan dengan angka dan hitung-hitungan, pemikiran seperti inilah yang

membuat siswa malas untuk mempelajari dan memahami matematika. Selain itu,

image

seorang guru matematika yang terkesan menyeramkan saat mengajar dan tidak

tersampaikannya materi dengan baik pada proses pembelajaran membuat siswa tidak

menyukai matematika.

Seorang guru harus bisa menciptakan suasana pembelajaran yang

menyenangkan bagi siswanya, karena berhasil atau tidaknya suatu pendidikan tidak

lepas dari peran seorang guru dalam mengajar. Guru memiliki peranan yang sangat

besar bagi perkembangan dan kemajuan peserta didiknya. Oleh karena itu kreativitas

dan inovasi yang dimiliki guru sangat penting guna membuat pembelajaran yang

sedang dilakukan dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.

Agar dapat mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan, kreativitas dan inovasi

yang dimiliki oleh seorang guru haruslah mampu membuat pemahaman peserta didik

meningkat pada mata pelajaran maupun materi yang sedang diajarkan. Kreativitas

dan inovasi seorang guru dapat berupa penerapan strategi dan metode pembelajaran

(15)

yang berfariasi, serta pemakaian media pembelajaran yang menyenagkan, efektif dan

efisien.

Akan tetapi pada kenyataannya, masih banyak guru yang menggunakan

strategi atau metode pembelajaran tradisional dalam kegiatan belajar mengajarnya.

Kurangnya referensi sumber belajar dan tidak menggunakan media pembelajaran

yang sesuai dengan karakteristik materi pembelajaran juga menjadi faktor kurang

tersampainya materi ajar dengan baik pada siswa. Seperti yang terjadi pada

pembelajaran matematika materi operasi hitung campuran di kelas II MI Al-Hidayah

Sawotratab lebih tepatnya pada Kompetensi Dasar (KD) “Melakukan operasi Hitung

Campuran”.

Dari hasil wawancara yang telah dilakukan penulis terhadap guru mata

pelajaran matematika kelas II MI Al-Hidayah Sawotratab, ibu Juliani

1

, diketahui

bahwa proses pembelajaran matematika kelas II MI Al-Hidayah Sawotratab,

mengalami permasalah sebagai berikut:

1.

Penggunaan model tradisional dan kurangnya penggunaan media pembelajaran

yang lebih mengarah pada proses pembelajaran yang bersifat pasif dengan guru

sebagai pusat pembelajaran sedangkan siswa hanya bersifat pasif, sehingga

suasana pembelajaran menjadi kurang menarik bagi peserta didik.

2.

Kurangnya kesadaran siswa dalam proses pembelajaran sehingga terciptalah

suasana belajar yang kurang kondusif.

(16)

3.

Serta kemampuan menghitung siswa pada materi operasi hitung campuran siswa

masih kurang.

Dari observasi yang penulis lakukan kepada siswa, kesulitan yang siswa miliki

pada materi operasi hitung campuran adalah pada saat melakukan proses perhitungan.

Siswa paling banyak mengalami kesulitan pada perhitungan perkalian dan

pembagian, menjadi semakin sulit karena harus melakukan operasi hitung campuran

dengan penjumlahan dan pengurangan.

Proses pembelajaran yang kurang aktif, berkualitas, tidak efisien dan kurang

mempunyai daya tarik, membuat kreteria kemampuan menghitung yang dicapai tidak

optimal. Hal ini dapat dilihat dari hasil ulangan harian pada materi operasi hitung

campuran masih banyak siswa belum tuntas dari KKM yang ditentukan oleh guru.

Rata-rata siswa yang sudah mencapai ketuntasan kemampuan menghitung hanya

sebanyak 47.5% dari keseluruhan siswa yang berjumlah 40 siswa.

Tingkat kognitif siswa berbeda-beda, Peaget dalam Wowo Sunaryo

mengatakan bahwa anak usia enam sampai dua belas tahun ada dalam tahapan

operasional konkret. Pada tahap ini, anak sudah memiliki ciri penggunaan logika

yang memadai.

2

Itu berarti anak sudah mampu berpikir secara logis dalam memahami

sesuatu hanya sebagaiman kenyataannya, atau dengan benda-benda yang bersifat

konkret . Oleh karena itu adanya media Konkret Koin Warna sangat di butuhkan

untuk menyelaraskan proses pembelajaran yang aktif dan efisien khususnya untuk

(17)

meningkatkan kemampuan menghitung operasi hitung campuran, sehingga peserta

didik dapat ikut serta secara aktif dalam proses pembelajaran.

Media konkret Koin Warna adalah media yang menggunakan benda nyata

sebagai alat bantu pembelajaran. Dengan media konkret diharapkan dapat

merangsang ketelitian siswa dalam menghitung sehingga siswa memperoleh jawaban

yang benar dari soal operasi hitung campuran yang diberikan kepadanya. Selain itu,

media konkret juga memiliki kelebihan lain seperti dapat menterjemahkan ide atau

gagasan yang bersifat nyata, banyak tersedia dalam kehidupan sehari-hari karena

media ini berasal dari benda-benda nyata yang ada di lingkungan sekitar siswa,

Mudah digunakan, dan dapat digunakan pada setiap tahap pembelajaran.

Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian berjudul “

Peningkatan

Kemampuan Menghitung Matematika Materi Operasi Hitung Campuran

Menggunakan Media Konkret Koin Warna pada Siswa Kelas II MI Al Hidayah

Sawotratab”

perlu dilakukan.

B.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut dapat dirumuskan permasalahan

sebagai berikut:

1.

Bagaimana penerapan Media Konkret Koin Warna

dalam meningkatkan

kemampuan menghitung pada pelajaran matematika materi operasi hitung

(18)

2.

Bagaimana peningkatan

kemampuan menghitung pada pelajaran matematika

materi operasi hitung campuran di kelas II MI Al-Hidayah Sawotratap

dengan

menggunakan

Media Konkret Koin Warna?

C.

Tindakan yang Dipilih

Sesuai dengan rumusan masalah, maka untuk memecahkan masalah tersebut

akan dilaksanakan penelitian yang berbentuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

Tindakan yang dipilih untuk pemecahan masalah yang dihadapi dalam meningkatan

kemampuan menghitung matematika materi operasi hitung campuran pada siswa

kelas II MI Al-Hidayah Sawotratab adalah dengan menggunakan Media Konkret

Koin Warna.

D.

Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:

1.

Untuk mengetahui

penerapan

Media Konkret Koin Warna

dalam

meningkatkan

kemampuan menghitung pada pelajaran matematika materi operasi hitung

campuran di kelas II MI Al-Hidayah Sawotratap.

2.

Untuk mengetahui peningkatan

kemampuan menghitung pada pelajaran

matematika materi operasi hitung campuran di kelas II MI Al-Hidayah

(19)

E.

Lingkup Penelitian

Agar penelitian ini bisa tuntas dan terfokus, sehingga hasil penelitiannya

akurat, dan permasalahan di atas akan dibatasi pada hal-hal dibawah ini :

1.

Subjek penelitian adalah siswa kelas II MI Al-Hidayah Sawotratap

semester genap

tahun pelajaran 2015/2016, karena kelas ini terdapat kesulitan pada mata pelajaran

matematika terutama pada peningkatan kemampuan menghitung operasi hitung

campuran. PTK ini dilakukan sebanyak 3 siklus, tiap siklus 1 kali pertemuan (satu

RPP).

2.

Penelitian ini difokuskan pada mata pelajaran matematika kelas II semester genap

materi operasi hitung campuran dengan standar kompetensi (SK) m

elakukan perkalian dan pembagian bilangan sampai dua angka dan kompetensi dasar (KD) melakukan operasi hitung campuran

menggunakan Media Konkret Koin Warna.

F.

Signifikasi Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka manfaat penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1.

Bagi Guru

Diharapkan dapat membantu dan menambah inspirasi guru dalam

meningkatkan prestasi belajar siswa dikelas.

2.

Bagi Siswa

Siswa dapat memperoleh pembelajaran yang lebih bermakna sehingga materi

(20)

dipahami dengan baik.

3.

Bagi sekolah

Diharapkan dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam memotivasi guru

untuk melaksanakan proses pembelajaran yang efektif dan efisien

,

serta

menumbuhkan kerja sama antar guru yang berdampak positif pada kualitas

pembelajaran di sekolah.

4.

Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan dan wawasan peneliti tentang peran guru dalam

(21)

BAB II

KAJIAN TEORI

A.

Kemampuan Menghitung

Menurut Sumadi Suryabrata, kemampuan biasanya diidentikkan dengan

kemampuan individu dalam melakukan suatu aktifitas, yang menitikberatkan pada

latihan dan

performance atau apa yang bisa dilakukan oleh individu setelah

mendapatkan latihan tertentu.

1

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan

bahwa kemampuan berasal dari kata mampu yang berarti kecakapan, kekuatan kita

berusaha dengan diri sendiri, kekayaan karena sudah memadai.

2

Kemampuan dibutuhkan oleh semua orang. Tanpa kemampuan seseorang

tidak akan mendapatkan hasil yang maksimal dalam melakukan sesuatu.

Woodworth dan Marquis dalam Sumadi Suryabrata mengungkapkan bahwa

definisi ability (kemampuan) pada tiga arti, yaitu:

3

1.

Achievement merupakan potensial ability yang dapat diukur langsung dengan alat

atau test tertentu.

2.

Gapacity merupakan potensial ability yang dapat diukur secara tidak langsung

melalui pengukiran terhadap kecakapan individu, dimana kecakapan ini

berkembang dengan perpaduan dasar dan training (pelatihan) yang intensif dan

pengalaman.

1 Sumadi Suryabrata. Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998) hl 160

2 Kamus besar bahasa indonesia 1990, hal 311

3 Sumadi Suryabrata. Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998) hl 160

(22)

3.

Aptitude, yaitu kualitas yang hanya dapat diungkapkan atau diukur dengan tes

khusus yang sengaja dibuat untuk itu.

Menurut pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kemampuan adalah

kesanggupan dari seseorang atau potensi yang dimiliki seseorang untuk melakukan

sesuatu.

Sedangkan menghitung atau berhitung berarti membuat suatu perhitungan.

4

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia menghitung berasal dari kata hitung yang

berarti mengerjakan hitungan (menjumlahkan, mengurangi, mengalikan, membagi,

memperbanyak, dan sebagainya).

5

Menurut Dali S. Naga dalam Mulyono Abdurrahman berhitung atau

menghitung adalah cabang matematika yang berkenaan dengan hubungan-hubungan

bilangan nyata dengan perhitungan mereka terutama penjumlahan, pengurangan,

perkalian, dan pembagian.

6

Berhitung merupakan bagian dari komponen mengenai

konsep bilangan, lambang bilangan atau angka. Anak diharapkan mengenal konsep

bilangan, lambang bilangan atau angka, sehingga mampu untuk berhitung dengan

baik dan benar. Berhitung sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari di sekitar

tempat tinggal, sekolah, tempat umum dan di mana saja.

7

4 Djati Kerami dan Cormentyna Sitanggang, Kamus Matematika, (Jakarta: Balai Pustaka, 2003)hal100

5 Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002, hal 405

6 Milyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar (Jakarta: Rineka Cipta 2003)hal

253

(23)

Berhitung sangat erat kaitannya dengan angka-angka, dan angka erat

kaitannya dengan matematika. Matematika adalah dasar dari semua ilmu, sehingga

kemampuan berhitung sangat penting dimiliki oleh semua orang . Berhitung

merupakan tahapan belajar yang harus dilalui oleh setiap anak. Oleh karena itu,

pembelajaran berhitung diusia dini sangat disarankan.

Dari pernyataan para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan

berhitung adalah kesanggupan dari seseorang atau potensi yang dimiliki seseorang

untuk melakukan perhitungan dengan mengenal konsep dasar matematika seperti

konsep bilangan, lambang bilangan atau angka, sehingga dapat melakukan

perhitungan dengan baik dan benar.

Dalam Al-Qur’an Surat Yunus ayat 5, Allah SWT berfirman sebagai berikut:

Artinya: “Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan

ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya

kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan

yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda

(kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui.”

(24)

perjalanan matahari dan bulan. Tidak hanya perhitungan tentang waktu, tetapi juga

tentang zakat atau pembagian hak waris, semua perkara tersebut membutuhkan

perhitungan. Oleh karena itu manusia harus memiliki kemampuan untuk menghitung.

B.

Pembelajaran Matematika Operasi Hitung Campuran

Menurut Jujun S. Dalam Lisnawati Simanjuntak, dkk, penggunaan

matematika atau berhitung dalam kehidupan sehari-hari telah mampu menunjukkan

hasil yang nyata seperti dasar bagi ilmu tehnik, misalnya perhitungan untuk

pembangunan antarikasa. Di samping dasar desain ilmu tehnik, metode matematis

telah memberikan inspirasi dibidang sosial dan ekonomi dan dapat memberikan

warna pada dunia seni lukis, arsitektur dan musik. Pengetahuan matematika telah

memberikan bahasa, proses dan teori yang memberikan ilmu suatu bentuk dan

kekuasaan, yang akhirnya bahwa matematika merupakan salah satu kekuatan utama

pembentuk konsepsi tentang alam, suatu hakikat dan tujuan mausia dalam

kehidupannya.

8

Matematika adalah suatu cara untuk menemukan jawaban terhadap

masalah yang dihadapi manusia, suatu cara menggunakan pengetahuan tentang

bentuk dan ukuran, mengunakan pengetahuan tentang menghitung, dan yang paling

penting adalah memikirkan dalam diri manusia itu sendiri dalam melihat dan

menggunakan hubungan-hubungan.

9

8Lisnawaty Simanjuntak, dkk, Metode Mengajar Matematika 1, (Jakarta: Eneka Cipta. 1993)hal 64-65

9 Samsuri, dalam Jurnal Skripsi: Peningkatan Kemampuan Operasi Hitung Campuran dalam

(25)

Fungsi matematika sebagai salah satu mata pelajaran adalah sebagai alat, pola

pikir dan ilmu. Belajar matematika bagi para siswa merupakan pembentukan pola

pikir dalam pemahaman dan penalaran suatu pengetahuan.

Gatot M. Mengemukakan dalam Duyanti, pembelajaran matematika adalah

proses pemberian pengalaman belajar kepada peserta didik melalui serangkaian

kegiatan yang terencana sehingga peserta didik memperoleh kompetensi tentang

bahan matematika yang dipelajari.

10

Dari pernyataan para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

matematika adalah suatu proses pembelajaran melalui serangkaian kegiatan yang

terancang sehingga peserta didik memperoleh suatu pengetahuan dan pemahaman

tentang suatu konsep atau bahan matematika yang dipelajari.

Dalam matematika untuk sekolah dasar, operasi hitung hanya meliputi

penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian, pemangkatan, dan penarikan

akar dimana operasi hitung inilah yang nantinya menjadi persoalan yang harus

dipecahkan oleh siswa. Pengerjaan operasi hitung dalam matematika akan selalu

menggunakan simbol-simbol pemisah, misal simbol penjumlahan (+), pengurangan

(-), perkalian (x(-), dan pembagian (:). Namun dalam penerapannya, operasi hitung tidak

hanya terdapat satu simbol pemisah, ada pula operasi hitung yang menggunakan dua

atau lebih operasi hitung, itulah yang disebut sebagai operasi hitung campuran.

Juwana Pati Tahun Pelajaran 2013/2014, (Surakarta: Uneversitas Muhammadiyah Surakarta, 2014) hal 11

10 Duyanti, Artikel Penelitian : Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran Operasi Hitung

(26)

Dalam penelitian ini, operasi hitung campuran yang akan dibahas hanya

berbatas pada operasi hitung penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian.

Pembatasan ini dilakukan dengan menyesuaikan Kompetensi Dasar (KD) yang

dipakai oleh peneliti, yaitu “Melakukan operasi Hitung Campuran”.

C.

Evaluasi untuk Kemampuan Menghitung Operasi Hitung Campuran

1.

Kemampuan Menghitung Termasuk dalam Ranah Kognitif

Dari paparan tentang kemampuan menghitung, penulis telah mendapat

kesimpulan bahwa kemampuan menghitung atau berhitung adalah kesanggupan

dari seseorang atau potensi yang dimiliki seseorang untuk melakukan

perhitungan dengan mengenal konsep dasar matematika seperti konsep bilangan,

lambang bilangan atau angka, sehingga dapat melakukan perhitungan dengan

baik dan benar.

Kemampuan menghitung termasuk kedalam ranah kognitif sebab

menyangkut aktivitas otak. Menurut Bloom dalam Anas Sudijono, segala upaya

yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif.

11

. Ranah

kognitif terdiri atas enam level, termasuk didalamnya yaitu:

12

a.

Knowlage (pengetahuan), yaitu kemampuan menyebutkan atau menjelaskan

kembali,

yang

termasuk

didalamnya

yaitu

mendefinisikan,

11 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009)hal 49-50

12 Retno Utari, dkk, TAKSONOMI BLOOM, Apa dan Bagaimana Penggunaannya?,

(27)

mengidentifikasikan, mengetahui, menyebutkan, membuat kerangka,

menggaris bawahi, menggambarkan, menjodohkan, dan memilih.

b.

Comprehension (pemahaman atau persepsi), yaitu kemampuan memahami

intruksi/masalah, menginterpretasikan dan menyatakan kembali dengan

kata-kata sendiri, yang termasuk didalamnya yaitu Menerangkan, menjelaskan,

menguraikan,

membedakan,

menginterpretasikan,

merumuskan,

memperkirakan, meramalkan, menggeneralisir, menterjemahkan, mengubah,

memberi contoh, memperluas, menyatakan kembali, menganalogikan,

merangkum.

c.

Application

(penerapan), yaitu Kemampuan menggunakan konsep dalam

praktek atau situasi yang baru, yang termasuk Didalamnya yaitu Menerapkan,

mengubah,

menghitung, melengkapi,

menemukan,

membuktikan,

menggunakan,

mendemonstrasikan,

memanipulasi,

memodifikasi,

menyesuaikan, menunjukkan, mengoperasikan, menyiapkan, menyediakan,

menghasilkan.

d.

Analysis (penguraian atau penjabaran), yaitu kemampuan memisahkan konsep

kedalam beberapa komponen untuk memperoleh pemahaman yang lebih luas,

yang termasuk didalamnya yaitu menganalisa, mendiskriminasikan, membuat

skema,

membedakan,

mengkontraskan,

memisahkan,

membagi,

menghubungkan, mengelompokkan, membedakan.

(28)

mengkategorikan, mengkombinasi, memodifikasi, mendesain, mengarang,

mencipta, merangkai, menulis kembali, menyimpulkan.

f.

Evaluation

(evaluasi), yaitu kemampuan untuk menilai sesuatu berdasarkan

acuan yang berlaku, yang termasuk di dalamnya yaitu mengkaji ulang,

mengkritik, menyimpulkan, membuktikan, memperhitungkan, mengkoreksi,

melengkapi, dan menemukan.

Dari keenam level dari ranah kognitif di atas, berhitung atau menghitung

termasuk ke dalam level

Application

(penerapan), yaitu Kemampuan

menggunakan konsep dalam praktek atau situasi yang baru.

Penerapan atau pengaplikasian juga dapat diartikan sebagai kesanggupan

seseorang untuk menerapkan atau menggunakan ide-ide umum, tata cara. Atau

metode, prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori dan sebagainya dalam situasi

yang baru dan konkret.

13

Dari pengertian para ahli tersebut dapat penulis simpulkan bahwa

kemampuan menghitung berhubungan dengan ranah kognitif, khususnya pada

level Application (penerapan). Sehingga untuk evaluasi atau instrumen penilaian

yang akan digunakan dalam mengukur kemampuan menghitung dapat

menggunakan evaluasi atau instrumen penilaian dalam ranah kognitif.

(29)

2.

Teknik-teknik Evaluasi

Untuk memngukur suatu kemampuan dibutuhkan alat ukur untuk

mengevaluasinya. Secara umum menurut Sudjono dalam Baihaqi dkk bentuk

atau tehnik evaluasi yang digunakan dalam dunia pendidikan meliputi tehnik tes

dan non tes.

14

a.

Tehnik tes adalah cara yang dipergunakan atau prosedur yang ditempuh dalam

rangka pengukuran dan penilaian dibidang pendidikan, yang berbentuk

pemberian tugas atau serangkaian tugas sehingga dapat diketahui atau dinilai

tingkah laku dari subyek yang dinilai.

b.

Tehnik non tes, yaitu suatu bentuk evaluasi yang dilakukan kepada peserta

didik tanpa memberikan ujian pada peserta didik melainkan dengan

melakukan pengamatan secara sistematis, melakuakan wawancara,

menyebarkan angket, dan memeriksa atau meneliti dokumen-dokumen.

3.

Teknik Tes Sebagai Alat Ukur Kemampuan Menghitung

Untuk mengetahui keberhasilan dalam suatu pembelajaran pasti

membutuhkan suatu alat ukur. Alat ukur ini juga berperan untuk mengetahui

tingkat kemampuan pada seseorang dan alat ukur itulah yang disebut sebagai tes.

Tes berasal dari bahasa Prancis kuno “testum” yang berarti spiring untuk

menyisihkan logam mulia. Arti “testum” memiliki maksut dengan alat berupa

piring dapat memperoleh logam-logam yang memiliki nilai-nilai tinggi. Dalam

(30)

bahasa Inggris ditulis sebagai “test” yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia

sebagai “tes”, “ujian” atau ”percobaan”.

15

Menurur Anne Anastasi dalam Anas Sudijono, yang dimaksud tes adalah

alat ukur yang mempunyai standar yang objektif sehingga dapat digunakan

secara umum, serta dapat digunakan untuk mengukur dan membandingkan

keadaan psikis atau tingkah laku individu.

16

Dari pernyataan para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa tes adalah cara

yang dipergunakan atau langkah yang ditempuh dalam rangka pengukuran dan

penilaian dibidang pendidikan, yang berbentuk tugas atau serangkaian tugas

sehingga diperoleh data dari setiap individu atau kelompok untuk mengetahui

atau membandingkan kemampuan yang mereka miliki. Data dari tes tersebut

dapat menghasilkan nilai untuk menentukan berhasil atau tidaknya individu atau

kelompok tersebut dalam suatu kegiatan pembelajaran.

Tes dapat digolongkan berdasarkan:

17

a.

Fungsi tes, meliputi:

1)

Tes seleksi, yaitu tes yang berfungsi sebagaia alat penyeleksi yang berhak

ke tahapan selanjutnya dari suatu program pendidikan.

2)

Tes awal (pretest), yaitu tes yang dilakukan untuk mengetahui sejauh mana

peerta didik menguasai suatu materi.

15 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009)hal 66 16 Idem, hal 66

(31)

3)

Tes akhir (postest), yaitu tes yang dilakukan untuk mengetaui apakah

peserta didik sudah memahami semua materi yang diberikan.

4)

Tes diagnostik yaitu tes untuk mengetahui jenis atau tingkatan kesulian

belajar pada siswa.

5)

Tes formatif adalah tes yang dilakukan untuk mengetahui sejauh mana

peserta didik telah terbentuk setelah mereka mengikuti pembelajaran.

6)

Tes sumatif yaitu tes yang dilakukan setelah dilaksanakannya beberapa

progam pembelajaran.

b.

Berdasar aspek psikis yang diungkap:

1)

Tes intelegensi, tes untuk mengetahui tingkat kecerdasan seseorang.

2)

Tes kemampuan, tes untuk mengetahui bakat khusus yang dimiliki

seseorang.

3)

Tes sikap, tes untuk mengetahui kecenderungan seseorang untuk

melakukan sesuatu tertentu.

4)

Tes kepribadian, tes untuk mengetahui sifat seseorang.

5)

Tes hasil belajar, tes untuk mengetahui tingkat pencapaian atau prestasi

balajar peserta didik.

Tes sebagai bagian penting dalam proses proses pengumpulan data

diklasifikasikan berdasarkan cara mengerjakannya yaitu sebagai berikut:

18

a.

Tes tulis, suatu tes yang menuntut siswa memberi jawaban secara tertulis.

(32)

b.

Tes lisan, suatu tes yang menuntut siswa memberi jawaban secara lisan,

melalui percakapan

testee

(orang yang di tes) dengan

tester

(oranga yang

memberi tes) tentang permasalah yang diajukan.

c.

Tes perbuatan, suatu tes yang menuntut siswa memberi jawaban dengan cara

melakukan perbuatan, penampilan atau tindakan.

D.

Media Konkret Koin Warna

1.

Media Pembelajaran

Belajar bukan hanya sekedar untuk memperoleh sebuah pengetahuan,

karena belajar adalah proses pengembangan diri seutuhnya. Selain untuk

memperoleh pengetahuan, belajar juga dimaksudkan untuk membuat diri sendiri

menjadi lebih baik, baik dalam segi kognitif, psikomotorik, dan afektif.

Burton berpendapat hal yang senada dengan teori behaviorisme bahwa

belajar adalah perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi

antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungannya sehingga

mereka lebih mampu berinteraksi dengan lingkungannya.

19

Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa belajar

adalah proses perubahan tingkah laku yang berlangsung pada jangka waktu

tertentu melalui pengetahuan, pendidikan, dan pengalaman yang diperoleh dalam

kehidupan sehari-hari.

19 Usman, Moh Uzer dan Lilis Setiawati, Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar, (Bandung:

(33)

Dalam sebuah proses belajar, seseorang pasti memerlukan sebuah media

atau alat bantu pembelajaran. Media atau alat bantu pembelajaran ini dapat

berupa seorang pembimbing, lingkungan sekitar, atau sesuatu yang sengaja di

buat untuk menjadi alat bantu pembelajaran. Perkembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi yang semakin pesat tentu saja semakin mendorong upaya-upaya

untuk mengkaryakan media pembelajaran yang efektif dan efisien serta

berkualitas dalam pembelajaran.

Dalam pengertiannya, kata media berasal dari bahasa latin “medius” yang

secara harfiah berarti perantara atau pengantar.

20

Gerlach dan Ely dalam Hamdani

berpendapat bahwa secara garis besar media dapat dipahami sebagai manusia,

materi, atau kejadian yang membangun kondisi agar siswa mampu memperoleh

pengetahuan , keterampilan atau sikap.

21

Hamdani berpendapat media adalah komponen atau wahana fisik yang

mengandung materi instruksional di lingkungan siswa, yang dapat merangsang

siswa untuk belajar. Adapun media pembelajaran adalah media yang membawa

pesan-pesan atau informasi yang bertujuan instruksional atau mengandung

maksud-maksud pengajaran.

22

AECT (Association of Education and

Communication Technologi) memberi batasan tentang media sebagai segala

bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi.

23

20 Hamdani, M.A, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung:CV Pustaka Setia, 2011) hal243

21 idem 22 ibid

(34)

Heinich dalam Azhar Arsyat berpendapat bahwa media sebagai perantara

yang mengantarkan informasi antara sumber dan penerima.

24

Televisi, radio,

koran, foto, rekaman, gambar, bahan-bahan cetakan dan sejenisnya adalah media

komunikasi. Jadi apabila media tersebut membawa pesan-pesan atau informasi

yang bertujuan intruksional atau mengandung maksut-maksut pengajaran maka

media itu disebut media pembelajaran.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa media

pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan sebagai perantara atau

alat bantu pembelajaran sehingga tujuan dari suatu pembelajaran dapat

tersampaikan.

Menurut Mulyani Sumantri media pembelajaran digunakan dengan tujuan

sebagai berikut:

25

a.

Memberi kemudahan peserta didik untuk lebih memahami konsep,prinsip,

sikap dan keterampilan tertentu dengan menggunakan media yang paling

tepat dalam karakteristik bahan ajar.

b.

Memberikan pengalaman belajar yang berariasi sehingga lebih merangsang

minat peserta didik untuk belajar.

c.

Meningkatkan kemampuan terhadap teknologi karena peserta didik tertarik

menggunakan atau mengoperasikan media tertentu.

d.

Menciptakan suasana belajar yang tidak akan dilupakan peserta didik.

24 ibid

(35)

Jadi tujuan dari pemakaian media pembelajaran adalah untuk membantu

guru menyampaikan konsep dari suatu pembelajaran dengan menarik dan lebih

mudah sehingga siswa dapat menerima dan menguasai pesan dari konsep

tersebut dengan secara cepat dan akurat, serta pembelajaran menjadi bermakna

dan berkesan bagi siswa.

Pada mulanya, media pendidikan hanya digunakan oleh seorang guru

sebagai alat bantu untuk mengajar dan alatnya pun masih terbilang sederhana

yaitu berupa alat bantu visual. Namun dengan berkembangnya teknologi, alat

bantu visual dapat dilengkapi dengan alat bantu audio sehingga lahirlah alat

bantu pembelajaran yang berupa audio-visual. Sejalan dengan berkembangan

IPTEK (ilmu pengetahuan dan teknologi) khususnya dalam bidang pendidikan,

penggunaan media pendidikan kini menjadi semakin luas dan interaktif. Media

pendidikan menjadikan pembelajaran semakin menarik sehingga dapat

membangkitkan motivasi dan minat siswa dalam belajar. Jika motivasi dan minat

siswa dalam belajar meningkat, maka pemahaman siswa dalam sebuah proses

pembelajaran pun akan meningkat. Selain itu, media pembelajaran juga dapat

menyajikan informasi dengan menarik dan terpercaya, memudahkan pemahaman

suatu materi, dan memadatkan informasi.

Sudjana dan Rivai mengemukakan manfaat media pembelajara dalam

proses belajar siswa, yaitu:

26

(36)

a.

Dengan adanya media pendidikan pembelajaran akan lebih menarik

sehingga akan menimbulkan motivasi belajar siswa.

b.

Materi akan lebih jelas maknanya sehingga siswa mudah memahami dan

memungkinkan untuk menguasai dan tujuan pembelajaran akan tercapai.

c.

Metode pengajaran akan bervariasi dengan adanya media pembelajaran.

d.

Siswa akan lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya

mendengarkan guru menjelaskan, tapi juga melakukan aktivitas lain seperti

mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memerankan, dan lain-lain.

Adapun ciri-ciri umum yang di miliki oleh sebuah media pendidikan,

diantaranya adalah:

27

a.

Media pendidikan sebagai

hardwere (perangkat keras), yaitu suatu benda

yang dapat dilihat, didengar atau diraba dengan panca indra.

b.

Media pendidikan sebagai

softwere (perangkat lunak), yaitu kandungan

pesan yang terdapat dalam perangkat keras yang merupakan isi yang ingin

disampaikan kepada siswa.

c.

Penekanan media pendidikan terdapat pada visual dan audio.

d.

Media pendidikan memiliki pengertian sebagai alat bantu pada proses belajar

baik didalam maupun di luar kelas.

e.

Media pendidikan dilakukan dalam rangka komunikasi dan interaksi guru

dan siswa dalam proses pembelajaran.

(37)

f.

Media pendidikan dapat digunakan secara masal, kelompok bes

kelompok kecil, atau perorangan.

g.

Sikap, perbuatan, organisasi, strategi, dan menejemen yang berhubungan

dengan penerapan suatu ilmu.

Secara garis besar, media pembelajaran terdiri atas:

a.

Media audio, media yang menggunakan unsur suara sebagai

pembelajaran, seperti tape recorder dan radio.

[image:37.612.131.511.198.487.2]

b.

Media visual, yaitu media yang menggunakan unsur pengelihatan seperti

gambar, lukisan, foto, poster, dan lain sebagainya.

Media pendidikan dapat digunakan secara masal, kelompok bes

kelompok kecil, atau perorangan.

Sikap, perbuatan, organisasi, strategi, dan menejemen yang berhubungan

dengan penerapan suatu ilmu.

Secara garis besar, media pembelajaran terdiri atas:

[image:37.612.222.387.561.688.2]

Media audio, media yang menggunakan unsur suara sebagai

pembelajaran, seperti tape recorder dan radio.

Gambar 2.1 Media audio

Media visual, yaitu media yang menggunakan unsur pengelihatan seperti

gambar, lukisan, foto, poster, dan lain sebagainya.

Gambar 2.2 Media visual

Media pendidikan dapat digunakan secara masal, kelompok besar, dan

Sikap, perbuatan, organisasi, strategi, dan menejemen yang berhubungan

Media audio, media yang menggunakan unsur suara sebagai perantara

(38)
[image:38.612.138.516.203.497.2]

c.

Media audio visual, yaitu media gabungan dua unsur pendengaran dan

pengelihatan, seperti video, film, animasi bergerak, dan lain sebagainya.

Gambar 2.3 Media Audio Visual

d.

Orang, yaitu seseorang yang menyimpan informasi . pada dasarnya setiap

orang dapat berperan sebagai sumber belajar. Pada media orang ini ada dua

kelompok yaitu:

28

1)

Orang yang didesain khusus sebagai sumber belajar utama yang dididik

secara profesional, seperti seorang guru, instruktur, konselor,

widyaiswara, dan lain-lain.

2)

Orang yang memiliki profesi, selain tenaga kependidikan, seperti dokter,

arsitek, atlet, pengacara, dan lain sebagainya.

e.

Material (bahan), yaitu suatu format yang digunakan untuk menyimpan

format pembelajaran, seperti buku paket, alat peraga, transparasi, vidio

pembelajaran, slide, dan lain-lain.

(39)

f.

Alat (device), yaitu benda-benda yang berbentuk fisik sebagai perangkat

kelas, yang berfungsi sebagai penyaji bahan pelajaran, seperti papan tulis,

radio, OHP, Proyektor, televisi, VCD/DVD, tape recorder, dan lain-lain.

g.

Teknik, yaitu cara atau prosedur yang digunakan seseorang dalam

pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran, seperti ceramah, diskusi,

seminar, permainan, dan sejenisnya.

h.

Latar (setting), yaitu berupa lingkungan sekitar yang berada di dalam

maupun diluar kelas dan sekolahan, baik yang sengaja dirancang maupun

tidak dirancang secara khusus untuk pembelajaran, seperti ruang kelas,

studio, perpustakaan, aula, teman, kebun, pasar, toko, museum, kebun

binatang, dan lain-lain.

i.

Media berbasis komputer, yaitu media berbasis teknologi. Biasanya media

berbasis komputer erat kaitannya dengan internet. Dengan komputer dan

internet, siswa dapat mencari informasi apapun yang mereka inginkan.

2.

Media Konkret Koin Warna

Media konkret termasuk dalam media visual, dimana dalam

pengertiannya media visual adalah media yang hanya bisa dilihat oleh indra

pengelihatan.

29

Media visual memegang peranan yang sangat penting dalam

pembelajaran, karena dengan media visual hal-hal yang abstrak dapat

dikongkretkan dan hal-hal yang kompleks dapat disederhanakan, dengan

(40)

demikian media visual akan memperlancar pemahaman siswa dan memperkuat

ingatan siswa pada suatu konsep atau materi dalam sebuah pembelajaran.

Benda konkret (nyata) atau benda sesungguhnya merupakan suatu obyek

yang dapat memberikan rangsangan yang amat penting bagi siswa dalam

mempelajari berbagai hal terutama yang menyangkut keterampilan tertentu.

Jadi media visual konkret adalah media visual yang menggunakan benda

konkret atau nyata sebagai media pembelajaran. Benda konkret sebagai media ini

tentu saja merupakan benda yang dapat diraba, dipegang, dan dirasakan oleh

siswa saat memakainya.

Setiap media pembelajaran pasti memiliki kelebihan dan kekurangan,

tergantung bagaimana seorang guru dalam memanfaatkannya dalam proses

pembelajaran. Kelebihan media Konkret menurut Udin S. Winataputra adalah:

30

a.

Media ini dapat menerjemahkan ide/gagasan yang bersifat nyata.

b.

Banyak tersedia dalam kehidupan sehari-hari.

c.

Mudah menggunakannya.

d.

Dapat digunakan pada setiap tahap pembelajaran.

Sedangkan kekurangan dari media visual adalah:

a.

Biaya pembuatannya mahal dan membutuhkan banyak waktu.

b.

Membutuhkan keterampilan dalam pembuatannya.

c.

Siswa tidak akan memahami jika bentuk media 3D tidak sama dengan benda

nyatanya.

(41)

d.

Terbentur alat untuk membuat media 3D(sulit mencari atau pembuatannya

Media dikelompokkan dalam dua jenis, yaitu :

31

a.

Media jadi karena sudah merupakan komoditi perdagangan dan terdapat di

pasaran luas dalam keadaan siap pakai (media by utilization)

b.

Media rancangan karena perlu dirancang dan dipersiapkan secara khusus

untuk maksud atau tujuan pembelajaran tertentu.

[image:41.612.128.514.221.536.2]

Dalam penelitian ini, Media Konkret Koin Warna adalah media yang

berbentuk kepingan koin warna-warni yang berfungsi sebagai alat bantu

menghitung siswa.

Gambar 2.4 Media Konkret Koin Warna

Media Konkret Koin Warna dapat berupa media jadi, karena koin warna

yang akan dipakai dapat berupa koin maianan warna-warni atau dapat

menggunakan kancing baju. Media Konkret Koin Warna juga dapat berupa

media rancangan, karena dapat dibuat dengan kertas karton warna-warni yang

dibentuk menyerupai koin.

(42)

Media konkret koin warna ini nantinya akan dipakai sebagai alat bantu

perhitungan campuran. Dengan media konkret koin warna ini nantinya akan

membantu siswa lebih teliti dalam menghitung operasi hitung campuran.

E.

Indikator Kemampuan Menyelesaikan Operasi Hitung Campuran

Menurut Suydam dalam Klurik dan Reys sebagaimana dikutip oleh Sumarmo,

karakteristik dalam menyelesaikan atau memecahkan masalah matematika, dalam hal

ini menyelesaikan operasi hitung pecahan sebagai berikut

32

:

1.

Mampu memahami konsep dan istilah matematika.

2.

Mampu memvisualisasikan (menggambarkan) dan menginterpretasikan fakta

kuantitatif dan hubungan.

3.

Mampu mengunakan, menukar, mengganti metode / cara yang tepat.

4.

Mampu menganalisis atau mencerna kalimat matematika soal.

5.

Mampu mengidentifikasi unsur yang kritis dan memilih prosedur dan data yang

benar.

6.

Mampu mengeneralisasikan berdasarkan beberapa contoh.

7.

Memiliki harga diri dan kepercayaan diri yang kuat disertai hubungan baik

dengan sesama siswa.

8.

Memiliki rasa cemas yang rendah.

32Herty Indah A., Peningkatan Kemamuan Menyelesaikan Soal Cerita Matematika Melalui Model

(43)
[image:43.612.123.521.201.542.2]

Kriteria keberhasilan dalam menilai aspek indikator kemampuan

menyelesaikan operasi hitung campuran dapat dilihat rubrik dibawah ini:

Tabel 2.1

Kriteria penilaian aspek indikator menyelesaikan operasi hitung

campuran

Skor

Kriteria Penilaian

3

(Memuaskan)

Menunujukkan pemahaman terhadap

konsep-konsep operasi hitung.

Menyelesaikan soal matematika dengan cara

yang tepat dan benar

Perhitunganya benar

2

(Cukup Memuaskan Dengan

Sedikit Kesalahan)

Menunujukkan pemahaman terhadap

konsep-konsep operasi hitung.

Menyelesaikan soal matematika dengan cara

sebagian benar.

Perhitunganya sebagian besar benar.

1

(Kurang Memuaskan Dengan

Banyak Kesalahan)

Menunujukkan sedikit pemahaman terhadap

konsep-konsep operasi hitung.

Menyelesaikan soal matematika dengan cara

yang tidak sesuai.

Perhitunganya salah atau tidak benar

0

(bila jawaban tidak diisi)

(44)

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS

A.

Metode penelitian

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas

(classroom action research). Penelitian Tindakan Kelas adalah suatu kegiatan ilmiah

yang dilakukan oleh guru dalam suatu kelas dengan jalan merancang, melaksanaka,

mengamati, dan merefleksi tindakan melalui beberapa siklus secara kolaboratif dan

partisipatif dengan tujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas

pembelajaran di kelas tersebut.

1

PTK merupakan suatu kebutuhan bagi guru untuk meningkatkan

profesionalisme seorang guru karena PTK kelebihan sebagai berikut:

2

1.

PTK sangat kondusif untuk membuat guru menjadi peka dan tanggap terhadap

dinamika pembelajaran di kelasnya.

2.

PTK dapat meningkatkan kinerja guru sehingga menjadi professional.

3.

Dengan melakasanakan tahap-tahapan dalam PTK, guru mampu memperbaiki

proses pembelajaran melalui suatu kajian yang terjadi dikelasnya.

Manfaat yang dapat dipetik jika guru mau dan mampu melaksanakan

penelitian tindakan kelas itu terkait dengan komponen pembelajaran, antara lain

3

:

1Kunandar, Langkah Muda Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi guru, (Jakarta: Rajawali

Pers, cet.9, 2013), h.46

2 Samsu sumadayo, Penelitian Tindakan Kelas, (Yogyakarta: Graha Ilmu: 2013), 21 3 Ibid, 24

(45)

1.

Inovasi pembelajaran

2.

Pengembangan kurikulum ditingkat sekolah dan tingkat di tingkat kelas

3.

Peningkatan profesionalisme guru.

Penelitian tindakan kelas termasuk penelitian kualitatif meskipun data yang

dikumpulkan bisa saja bersifat kuantitatif, dimana uraiannya bersifat deskriptif dalam

bentuk kata-kata, penelitian merupakan instrumen utama dalam pengumpulan data,

proses sama pentingnya dengan produk.

Dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas penulis menggunakan model

Kurt Lewin. Kurt Lewin menjelaskan bahwa ada empat hal yang harus dilakukan

dalam proses penelitian tindakan, yaitu: Perencanaan, Tindakan, Observasi dan

Refleksi.

4

Pelaksanaan penelitian tindakan adalah proses yang terjadi dalam suatu

lingkaran yang terus menerus, yang meliputi hal berikut:

5

1.

Perencanaan (

planning

) adalah proses menentukan program perbaikan yang

berangkat dari suatu ide gagasan peneliti.

2.

Tindakan (

implementing

) adalah perlakuan yang dilaksanakan oleh peneliti

sesuai dengan perencanaan yang telah disusun oleh peneliti.

3.

Observasi (

observing

) adalah pengamatan yang dilakukan untuk mengetahui

efektifitas tindakan atau mengumpulkan informasi tentang berbagai kekurangan

tindakan yang telah dilakukan.

(46)

4.

Refleksi (

reflecting

sehingga memunculkan p

Secara keseluruhan, empat tahapan dalam PTK tersebut membentuk suatu

siklus PTK yang digambarkan dalam bentuk spiral, yaitu:

Untuk mengatasi suatu masalah, mungkin dipe

siklus. Siklus-siklus tersebut saling berkaitan dan berkelanjutan. Dalam penelitian

tindakan kelas ini, peneliti menyiapkan dua siklus dimana satu siklus ada satu

petemuan. Akan tetapi hasil dari siklus dua dirasa kurang berhasil, ol

peneliti menambah satu siklus lagi sehingga ada tiga siklus yang dilakukan peneliti.

B.

Setting Penelitian

1.

Tempat penelitian

Penelitian ini dilakukan di kelas II MI Al

Sidoarjo pada mata pelajaran Matematika

6 Rido Kurnianto, dkk, LAPIS PGMI 5: Penelitian Tindakan Kelas

reflecting

) adalah kegiatan menganalisis tentang hasil observasi

sehingga memunculkan program atau perencanaan baru.

Secara keseluruhan, empat tahapan dalam PTK tersebut membentuk suatu

[image:46.612.116.513.224.509.2]

siklus PTK yang digambarkan dalam bentuk spiral, yaitu:

6

Gambar 3.1.

Prosedur Model PTK Kurt Lewin

Untuk mengatasi suatu masalah, mungkin diperlukan lebih dari satu

siklus tersebut saling berkaitan dan berkelanjutan. Dalam penelitian

tindakan kelas ini, peneliti menyiapkan dua siklus dimana satu siklus ada satu

petemuan. Akan tetapi hasil dari siklus dua dirasa kurang berhasil, ol

peneliti menambah satu siklus lagi sehingga ada tiga siklus yang dilakukan peneliti.

Penelitian ini dilakukan di kelas II MI Al-Hidayah Sawotratap, Gedangan,

pada mata pelajaran Matematika.

LAPIS PGMI 5: Penelitian Tindakan Kelas, (Surabaya: Aprinta, 2009),12

) adalah kegiatan menganalisis tentang hasil observasi

Secara keseluruhan, empat tahapan dalam PTK tersebut membentuk suatu

rlukan lebih dari satu

siklus tersebut saling berkaitan dan berkelanjutan. Dalam penelitian

tindakan kelas ini, peneliti menyiapkan dua siklus dimana satu siklus ada satu

petemuan. Akan tetapi hasil dari siklus dua dirasa kurang berhasil, oleh karena itu

peneliti menambah satu siklus lagi sehingga ada tiga siklus yang dilakukan peneliti.

Hidayah Sawotratap, Gedangan,

(47)

2.

Waktu penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada awal semester genap tahun ajaran

2015/2016

3.

Subyek penelitian

sebagai subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas II MI Al-Hidayah

Sawotratab, Gedangan, Sidoarjo tahun ajaran 2015-2016 dengan jumlah siswa

sebanyak 40.

pemilihan kelas ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa kreteria

kemampuan menghitung dikelas ini masih perlu ditingkatkan sesuai dengan hasil

observasi yang telah peneliti lakukan.

C.

Variabel yang Diteliti

Variabel yang menjadi sasaran dalam PTK ini adalah meningkatkan

kemampuan menghitung matematika materi operasi hitung campuran dengan

menggunakan media konkret koin warna. Di samping variabel tersebut masih ada

beberapa variabel yang lain yaitu:

1.

Variabel Input :

Siswa kelas II MI Al-Hidayah Sawotratap Gedangan Sidoarjo.

2.

Variabel Proses :

(48)

3.

Variabel Output :

Kemampuan menghitung pada materi operasi hitung campuran mata pelajaran

Matematika.

D.

Rencana Tindakan

1.

Siklus I

a.

Perencanaan

1)

Identifikasi masalah dan penetapan alternatif pemecahan masalah.

2)

Menyusun RPP

3)

Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan dalam

penelitian tindakan kelas seperti mempersiapkan media Konkret Koin

warna.

4)

Menyiapkan instrumen untuk merekam dan menganalisis data mengenai

proses dan hasil tindakan.

5)

Mengembangkan format evaluasi.

6)

Mengembangkan format observasi

b.

Tindakan

Menerapkan tindakan mengacu pada RPP dan skenario pembelajaran,

diantaranya:

Kegiatan Awal

1)

Guru memulainya dengan salam dan absensi siswa.

(49)

3)

Siswa mempersiapkan diri untuk memualai pelajaran.

4)

Guru memotifasi siswa.

5)

Guru melakukan apersepsi.

6)

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran pada siswa terkait materi

Operasi Hitung campuran.

Kegiatan Inti

1)

Siswa membaca materi operasi hitung campuran.

2)

Siswa mendapat penjelasan tntang operasi hitung campuran menggunakan

media Konkret Koin Warna.

3)

Melibatkan siswa dalam menjelaskan.

4)

Memberi kesempatan siswa untuk bertanya.

5)

Memberi kesempatan siswa untuk menggali informasi lebih dalam.

6)

Guru membagikan media Konkret Koin Warna dan soal latihan kepada

siswa.

7)

Siswa mengerjakan soal dengan tertib menggunakan media Konkret Koin

Warna.

8)

Guru berkeliling untuk mengawasi dan membimbing siswa bila ada yang

kesulitan dalam mengerjakan soal.

9)

Setiap siswa mengumpulkan soal

10)

Guru memberikan apresiasi.

(50)

Penutup

1)

Siswa dibantu guru menyimpulkan pembelajaran.

2)

Guru melakukan umpan balik atas materi menyelesaikan operasi hitung

campuran yang dipelajari.

3)

Refleksi pembelajaran.

4)

Siswa diberi kesempatan bertanya bila ada yang belum mereka pahami

pada materi kali ini.

Kegiatan Tindak lanjut

1)

Guru memberikan motivasi.

2)

Siswa mengakhiri pembelajaran dengan do’a bersama.

3)

Guru menutup pembelajaran dengan salam.

c.

Pengamatan

Merekam data mengenai proses dan produk dari implementasi

tindakan yang dirancang dengan penggunaan instrumen penelitian atau lembar

observasi.

d.

Refleksi

1)

Memeriksa instrumen penelitian dan catatan hasil observasi.

2)

Melakukan diskusi dengan guru kolaborator untuk mengevaluasi tindakan

yang telah dilakukan meliputi evaluasi mutu dan waktu dari setiap macam

tindakan.

3)

Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi untuk digunakan

(51)

4)

Evaluasi tindakan I

2.

Siklus II

Siklus kedua adalah perbaikan dari siklus pertama, dimana tahapan yang

dilalui sama dengan siklus pertama, namun unsur-unsur didalamnya merupakan

perbaikan dari siklus pertama. Tahapan dari sikus II adalah sebagai berikut:

a.

Perencanaan

1)

Identifikasi kesalahan atau kekurangan dari siklus I dan penetapan

alternatif pemecahan masalah atau perubahan fungsi pada pemakaian

Media Konkret Koin Warna.

2)

Menyusun RPP untuk siklus II

3)

Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan dalam

penelitian tindakan kelas seperti mempersiapkan media Konkret Koin

warna sesuai perubahan fungsi pada pemakaian Media Konkret Koin

Warna.

4)

Menyiapkan instrumen untuk merekam dan menganalisis data mengenai

proses dan hasil tindakan.

5)

Mengembangkan format evaluasi.

6)

Mengembangkan format observasi

b.

Tindakan

Menerapkan tindakan mengacu pada RPP dan skenario pembelajaran

(52)

Kegiatan Awal

1)

Guru memulai dengan salam dan absensi siswa.

2)

Guru dan siswa berdoa bersama.

3)

Siswa mempersiapkan diri untuk memualai pelajaran.

4)

Guru melakukan apersepsi.

5)

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan motivasi pada siswa.

Kegiatan Inti

1)

Siswa mendapat penjelasan dari guru tentang materi.

2)

Melibatkan siswa dalam menjelaskan.

3)

Memberi kesempatan siswa untuk bertanya.

4)

Siswa diberi kesempatan menggali informasi lebih dalam tentang materi.

5)

Siswa diberi media konkret koin warna dan lembaran soal operasi hitung

campuran.

6)

Siswa mengerjakan soal dengan tertib.

7)

Guru berkeliling untuk mengawasi dan membimbing siswa bila ada yang

kesulitan dalam mengerjakan soal.

8)

Guru memberi apersepsi.

9)

Siswa mengumpulkan soal yang telah selesai mereka kerjakan.

10)

Guru memberi penguatan dan pembenaran terkait materi.

Kegiatan Penutup

1)

Siswa dibantu guru menyimpulkan pembelajaran.

(53)

3)

refleksi.

4)

Pemberian kesempatan bertanya pada siswa.

Kegiatan Tindak Lanjut

5)

Pemberian motivasi untuk siswa.

6)

Siswa mengakhiri pembelajaran dengan do’a bersama.

7)

Guru menutup pembelajaran dengan salam.

c.

Pengamatan

Merekam data mengenai proses dan produk dari implementasi

tindakan yang dirancang dengan penggunaan instrumen penelitian berupa

lembar observasi.

d.

Refleksi

1)

Memeriksa instrumen penelitian dan catatan hasil observasi.

2)

Melakukan diskusi dengan guru kolaborator untuk mengevaluasi tindakan

yang telah dilakukan meliputi evaluasi mutu dan waktu dari setiap macam

tindakan.

3)

Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi untuk digunakan

pada siklus berikutnya (bila diperlukan).

4)

Evaluasi tindakan II

3.

Siklus III

Siklus ketiga dilaksanakan karena hasil dari siklus dua belum sesuai separti

(54)

dalam kemampuan menghitung operasi hitung campuran mencapai 80%. Siklus

ketiga adalah perbaikan dari siklus pertama dan kedua, dimana tahapan yang

dilalui sama dengan siklus pertama dan kedua, namun unsur-unsur didalamnya

merupakan perbaikan dari siklus sebelumnya. Tahapan dari sikus III adalah

sebagai berikut:

a.

Perencanaan

1)

Identifikasi kesalahan atau kekurangan dari siklus II dan penetapan

alternatif pemecahan masalah atau perubahan fungsi pada pemakaian

Media Konkret Koin Warna.

2)

Menyusun RPP untuk siklus III

3)

Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan dalam

penelitian tindakan kelas seperti mempersiapkan media Konkret Koin

warna sesuai perubahan fungsi pada pemakaian Media Konkret Koin

Warna.

4)

Menyiapkan instrument untuk menganalisis data mengenai proses dan hasil

tindakan.

5)

Mengembangkan format evaluasi.

6)

Mengembangkan format observasi

b.

Tindakan

Menerapkan tindakan mengacu pada RPP dan skenario pembelajaran

(55)

Kegiatan Awal

1)

Guru memulai dengan salam dan absensi kehadiran siswa.

2)

Siswa mempersiapkan diri untuk memulai kegiatan pembelajaran dengan

berdo’a bersama.

3)

Guru memotivasi siswa

4)

Guru melakukan apersepsi.

5)

Penyampaina tujuan pembelajaran pada siswa.

Kegiatan Inti

1)

Siswa mendapat penjelasan dari guru tentang materi.

2)

Guru meminta 8 siswa untuk membantu guru menjelaskan media Konkret

Koin warna kepada teman-temannya.

3)

Melibatkan siswa dalam menjelaskan materi.

4)

Pemberian kesempatan siswa untuk bertanya.

5)

Siswa diberi kesempatan menggali informasi tentang materi.

6)

Guru membagikan media Konkret Koin Warna dan soal kepada siswa.

7)

Guru mengingatkan siswa tentang bagaimana cara yang benar dalam

menjawab soal cerita pada latihan.

8)

Siswa mengerjakan soal dengan tertib.

9)

Guru berkeliling untuk mengawasi dan membimbing siswa bila ada yang

kesulitan dalam mengerjakan soal.

10)

Guru memberikan apresiasi.

(56)

12)

Guru memberi penguatan dan pembenaran terkait materi.

Penutup

1)

Siswa dibantu guru menyimpulkan pembelajaran.

2)

Guru melakukan umpan balik.

3)

Guru merefleksi pemahaman siswa terhadap materi.

4)

Siswa diberi kesempatan bertanya bila ada yang belum mereka pahami .

Kegiatan Tindak lanjut

5)

Guru memberikan motivasi.

6)

Siswa mengakhiri pembelajaran dengan do’a bersama.

7)

Guru menutup pembelajaran dengan salam.

e.

Pengamatan

Merekam data mengenai proses dan produk dari implementasi

tindakan yang dirancang dengan penggunaan instrumen penelitian.

f.

Refleksi

1)

Memeriksa instrumen penelitian dan catatan hasil observasi.

2)

Melakukan diskusi dengan guru kolaborator untuk mengevaluasi tindakan

yang telah dilakukan meliputi evaluasi mutu dan waktu dari setiap macam

tindakan.

3)

Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi untuk digunakan

pada siklus berikutnya (bila diperlukan).

(57)

E.

Data dan Cara Pengumpulan

1.

Sumber data

Sumber

Gambar

Gambar 2.1 Media audio
Gambar 2.3 Media Audio Visual
Gambar 2.4 Media Konkret Koin Warna
Tabel  2.1 Kriteria penilaian aspek indikator menyelesaikan operasi hitung
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

To answer the questions on what kinds of grammatical errors made by the undergraduate students of the English Education Department in one of state universities in Bandung

[r]

MENGGUNAKAN FAST FOURIER TRANSFORM DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN

Based on the results of analysis and discussion, it can be concluded as follows: Social capital owned by employees have a significant positive influence on their performance, Social

Dalam studi ruang khusus, didasarkan karakteristik dari modelkit dan action figure, yang perkembangannya tiap tahun selalu ada dengan ukuran yang sama ,tetapi variasi

State Anxiety (State-A) ⇨ suatu keadaan emosi mendadak yg ditandai perasaan takut &.. tegang yg ditandai dg menaiknya aktivitas fisiologis (=

Namun karena persepsi mahasiswa terhadap mata kuliah mekanika fluida adalah mata kuliah dengan tingkat kesulitan tinggi seperti matematika, maka minat