38
BAB III
ANALISA PENDEKATAN PROGRAM ARSITEKTUR
3.1 Analisa Pendekatan Arsitektur 3.1.1 Studi Aktifitas
A. Pengelompokan Kegiatan
Pada museum terdapat dua jenis kelompok kegiatan, yaitu kelompok kegiatan pengunjung dan kelompok kegiatan pengelola. Kelompok kegiatan pengunjung dibagi menjadi perorangan dan perkelompok, sedangkan, kelompok kegiatan pengelola dibagi menjadi kegiatan administrasi, kegiatan konservasi, dan kegiatan servis.
1. Kelompok Kegiatan Pengunjung
Pengunjung terbagi menjadi pengunjung perorangan dan pengunjung instansi sebagai berikut:
39 Pengunjung terdiri dari kalangan semua umur, dengan alur kegiatan pengunjung masa kini sebagai berikut:
Diagram 3.2. Alur Kegiatan Pengunjung Sumber: Analisis Pribadi
Dengan waktu kunjungan 1-2 jam per rata-rata. Sedangkan untuk pendekatan jumlah pengunjung di Semarang menggunakan data jumlah peminat modelkit dan action figure melalui komunitas yang ada disemarang sebagai berikut
Tabel 3.1. Pendekatan Jumlah Pengunjung Museum Sumber: Wawancara dengan Ketua STOC, Wisnu Tri Laksono
Tahun Jumlah Peminat Per Tahun
2012 1820
2013 2787
2014 3284
2015 3632
2016 4655
2017 5160
40 figure hingga 10 tahun mendatang ditargetkan mencapai 24.803 pengunjung. Maka diperoleh jumlah rata – rata pengunjung per hari sebanyak 80 pengunjung dan pada waktu sibuk mencapai sebanyak 160 pengunjung.
2. Kelompok Kegiatan Pengelola
Pengelola museum dibagi menjadi empat bidang sesuai dengan konsep museum yang berkualitas yang dipimpin kepala museum dan kepala tiap ke-empat bidang tersebut, mulai dari bidang administrasi, bidang pameran, bidang perpustakaan, dan bidang rekreasi.
Tabel 3.2. Daftar Pengelola Museum Sumber: Studi Banding dan Analisis Pribadi
PELAKU TUGAS JUMLAH
Kepala Museum Memimpin pengelolaan museum 1 Kabid. Administrasi Bertanggung jawab atas seluruh kegiatan
administrasi museum 1 Bid. Administrasi Mengelola kegiatan administrasi museum 1 Bid. Keuangan Mengelola keuangan museum 2 Bid. Kepegawaian Mengelola kegiatan kepegawaian museum 1 Bid. Perlengkapan Mengelola perlengkapan peralatan museum 2 Bid. Pemeliharaan Mengelola pemeliharaan/perawatan museum 2 Bid. Keamanan Mengelola & menjaga keamanan museum 6 Kabid. Pameran Bertanggung jawab atas seluruh kegiatan pameran
museum 1
Bid. Registrasi Mengelola pencatatan koleksi museum 1 Bid. Dokumentasi Mendokumentasikan koleksi untuk pameran 2 Bid. Kuratorial Mencari dan menentukan benda koleksi museum 7 Bid. Tata Pameran Mengatur penataan koleksi dalam pameran 5 Kabid. Perpustakaan Bertanggung jawab atas pengelolaan perpustakaan 1 Bid. Publikasi Mengelola publikasi koleksi buku perpustakaan 2
Bid. Adm.
41 Untuk operasional museum sendiri, museum buka setiap hari Selasa – Minggu pukul 08.00 - 17.00, untuk Senin digunakan untuk kegiatan perawatan. Kegiatan keamanan dilakukan setiap hari selama 24 jam dengan sistem shift.
B. Kategorisasi Kegiatan
Kegiatan di Museum Kreasi Modelkit dan Action Figure dibagi menjadi empat kategori, yaitu kegiatan utama, penunjang, servis, dan pengelolaan.
Tabel 3.3. Kategorisasi Kegiatan Museum Sumber: Studi Banding dan Analisis Pribadi Petugas
Perpustakaan Mengatur peminjaman buku 2 Kabid. Rekreasi Bertanggung jawab atas kegiatan rekreasi museum 1 Bid. Marketing Mengelola kegiatan pemasaran museum 1 Bid. Ticketing Mengelola penjualan ticket 2 Bid. Cinderamata Mengelola kegiatan penjualan souvenir 3 Bid. Restoran Mengelola kegiatan penjualan di kafetaria 5 Petugas Kebersihan Pemeliharaan kebersihan museum 5 55
Jual - beli tiket Ruang Tiket Menonton film pendek Ruang Audiovisual
Berekreasi Ruang Rekreasi
Membaca buku Perpustakaan
Jual-beli makanan/minuman Kafetaria Jual beli cinderamata Ruang Cinderamata
Buang air Toilet
Parkir Kendaraan Tempat Parkir Penunjang
42 C. Pola Kegiatan
1. Pengunjung, pola kegiatannya berdasarkan analisa pengamatan pengunjung museum masa kini dilokasi projek sejenis.
Diagram 3.3. Pola Kegiatan Pengunjung Sumber: Studi Banding dan Analisis Pribadi
2. Pengelola, pola kegiatannya berdasarkan analisa pengamatan pengelola museum masa kini di lokasi projek sejenis.
Kebersihan Ruang Cleaning Service Maintenance Ruang Utilitas
Keamanan Ruang Keamanan
Bekerja Ruang Kerja
Rapat Ruang Rapat
Istirahat Pantry
Konservasi modelkit dan action figure
Kurator, Bengkel Reparasi Menyimpan koleksi modelkit
dan action figure
Ruang Penyimpanan Koleksi
Servis
43 Diagram 3.4. Pola Kegiatan Pengelola
Sumber: Studi Banding dan Analisis Pribadi 3.1.2 Studi Fasilitas
Berdasarkan pendekatan studi aktifitas diatas maka dapat ditentukan fasilitas ruang museum, berserta persyaratan ruangnya sebagai berikut: A. Kebutuhan Fasilitas Ruang
Tabel 3.4. Kebutuhan Fasilitas Ruang Museum Sumber: Studi Literatur dan Analisis Pribadi
PELAKU FASILITAS SIFAT KETERANGAN
Lobby Publik Indoor
Ruang Pameran Publik Indoor
Ruang Audiovisual Publik Indoor Ruang Perpustakaan Publik Indoor
Ruang Rekreasi Publik Indoor
Ruang Cinderamata Privat Indoor
Kafetaria Publik Semi Outdoor
Mushola Publik Indoor
ATM Center Privat Indoor
Toilet Servis Indoor
Area Parkir Servis Outdoor
Ruang Kepala Museum Privat Indoor Ruang Bidang Administrasi Privat Indoor Ruang Bidang Pameran Privat Indoor
R. Rapat Privat Indoor
Ruang Utilitas Privat Indoor
Ruang Keamanan Privat Indoor
Ruang Cleaning Service Privat Indoor
Toilet Privat Indoor
Area Parkir Privat Outdoor
Pengunjung
44 Tabel 3.5. Persyaratan Fasilitas Ruang Museum
Sumber: Studi Literatur dan Analisis Pribadi
B. Pola Hubungan Ruang
Berdasarkan pendekatan studi aktifitas dan persyaratan fasilitas diatas maka dapat dibuat pola sebagai berikut:
1. Pola Hubungan Mikro
Diagram 3.5. Pola Hubungan Ruang Museum Sumber: Analisis Pribadi
S 11 Ruang Bidang
45 Diagram 3.6. Pola Hubungan Ruang Pengelola
Sumber: Analisis Pribadi 2. Pola Hubungan Makro
46 C. Studi Ruang Khusus
Dalam studi ruang khusus, didasarkan karakteristik dari modelkit dan action figure, yang perkembangannya tiap tahun selalu ada dengan ukuran yang sama ,tetapi variasi jenis dan inovasi benda tersebut baru sebagai bentuk upaya dalam meningkatkan jumlah pengunjung yang ditargetkan, sehingga untuk memenuhi kebutuhan perkembangan modelkit dan action figure yang akan datang perlu fleksibiltas ruang. 1. Studi Jarak Pandang pada Ruang Pameran
Gambar 3.1 menggambarkan hubungan antara dimensi manusia dengan display 2 dimensi dimana diilustrasikan sebagai display karya seni. Ketinggian mata adalah ukuran antropometri paling signifikan disini. Sudut pandang dimana detail kecil dapat terlihat dengan jelas hanya sekitar 10.
47 Gambar 3.2. adalah sudut pandangan terhadap objek besar yang mempengaruhi jarak pandang antar objek dengan pengamat. Secara antrometri, pergerakan mengacu pada pergerakan leher dan jarak 30o ke atas atau 40o ke bawah bisa tercapai tanpa ketegangan atau ketidaknyamanan seseorang.
Gambar 3.2. Jarak Pandang Terhadap Objek Sumber: Human Dimension & Interior Space
48 Gambar 3.3. Pergerakan Kepala
Sumber: Human Dimension & Interior Space
Bidang visual adalah bagian dari ruang, diukur dalam besaran sudut, yang dapat dilihat ketika kepala dan mata dalam keadaan tidak bergerak. Pada Gambar 3.4.A, pandangan bidang terpusat sekitar 60o pada setiap arah, sedangkan Gambar 3.4.B, standar garis penglihatan diasumsikan horizontal pada 0o.
Gambar 3.4. Bidang Visual
Sumber: Human Dimension & Interior Space
A
A B
49 2. Studi Pencahayaan pada Ruang Pameran
Cahaya memegang peranan penting dalam penyajian koleksi. Jenis cahaya yang ada museum adalah sinar ultraviolet, cahaya matahari langsung (sunlight), cahaya matahari yang sudah tersebar dilangit (daylight), serta cahaya buatan (artificial light) yang berasal dari lampu tabung (fluoresens), lampu pijiar/halogen.
Berdasarkan sensitifis terhadap cahaya, terdapat tiga kelompok koleksi, yaitu:
- Koleksi sangat sensitif, yaitu tekstil, kertas, lukisan cat air, dan foto berwarna. Kekuatan terhadap cahaya adalah 50 lux untuk 3000 jam pameran/tahun atau 150 lux untuk 250 jam/tahun.
- Koleksi sensitif, yaitu koleksi cat minyak, foto hitam putih, tulang, kayu. Kekuatan terhadap cahaya adalah 200 lux untuk 3000 jam pameran/tahun.
- Koleksi kurang sensitive, yaitu koleksi batu, logam, gelas, keramik. Untuk koleksi modelkit dan action figure masuk dalam kategori jenis ini, yaitu tahan terhadap cahaya.
3. Studi Penghawaan pada Ruang Pameran
50 menjaga kestabilan suhu, serta humidifier dan dehumidifier untuk menjaga kestabilan kelembapan.
4. Perhitungan Luas Ruang Pameran
Ruang pameran pada Museum Kreasi Modelkit dan Action Figure ini dibagi berdasarkan jenisnya, mulai dari kategori seri tersebut. Modelkit terdapat seri Gundam dan Militer, dan untuk Action Figure terdapat seri superhero dari Amerika (Marvel,DC,dll) serta dari Jepang (Kamen Rider, Power Rangers, dll). Yang membedakan adalah modelkit kit itu perlu dirakit, sedangkan action figure sudah jadi atau biasanya harus diwarna terdahulu biar menarik.
a. Modelkit
Gunpla atau yang lebih dikenal dengan kepanjangan “Gundam
Plastic Model kit” adalah plastik Model kit Gundam yang diadaptasi dari anime berjudul Mobile Suit Gundam dan diproduksi oleh Bandai. Gundam sendiri memiliki 12 alur timeline dan macam jenisnya ada 1000 buah kurang lebih
Gambar 3.5. Gunpla Sumber:
51 Modelkit militer yang mengambil berbentuk tank, pesawat, helikopter, kapal maupun figure militer dari berbagai jenis perang di masa lalu. Terdiri dari banyak parts kecil yang dicetak di beberapa runner yang dirakit sesuai petunjuk manual dengan menggunakan lem khusus. Setelah dirakit, model kit ini perlu di repaint / dicat lagi karena model kit militer umumnya berwarna polos. Alur timelinenya dari perang dunia 1 dan 2.
Gambar 3.6. Modelkit Militer
Sumber: https://www.scalemates.com/kits/104981-tamiya-35271-leopard-2a6
b. Action Figure
- Superhero Amerika
52 Gambar 3.7. Superhero Amerika
Sumber: https://gamesandcomics.it/catalogo/en/batman/2572-batman -armored-https://gamesandcomics.it/catalogo/en/batman/2572-batman-play-arts-kai-pak-action-figure.html - Superhero Jepang
Untuk Action Figure Superhero Jepang juga sudah tidak asing lagi, seperti Kamen Rider, Ultraman, Metal Hero, dll.
Gambar 3.8. Superhero Jepang
53 Tabel 3.6. Ukuran Benda Koleksi
Sumber: Studi Banding dan Analisis Pribadi UKURAN
p x l x t
55cm x 17,25cm x 90cm JENIS
Gunpla Skala 1/12
Gunpla Skala 1/24
54 27.5cm x 8.625cm x 52.5cm
22cm x 6.9cm x 42cm 13,2cm x 4.14cm x 25,2cm 9,167cm x 2.875cm x 17,5cm
14cm x 6.875cm x 10cm 28cm x 13,75cm x 20cm Aircraft 1/72
Armor 1/72 Armor 1/35
14cm x 6.875cm x 10cm Gunpla Skala 1/100
Gunpla Skala 1/144 Gunpla Skala 1/60 Gunpla Skala 1/48
1/35
55 Play Arts Kai Skala 1/6
10cm x 6cm x 32cm Sideshow Skala 1/1
60cm x 24cm x 196cm
Hot Toys Skala 1/6
56 Dari tabel ini dapat diketahui ukuran – ukuran benda koleksi yang akan mempengaruhi besaran luas ruang pameran museum kreasi modelkit dan action figure ini.
SHF Non Scale
8,76cm x 2.875cm x 16cm SIC Non Scale
57 Tabel 3.7. Jumlah Koleksi Ruang Pameran
Sumber: Studi Literartur dan Analisis Pribadi
Jumlah koleksi mencapai 1826 buah, setelah ditentukan jumlah koleksi dalam museum maka dapat ditentukan besaran ruang pamer yang diperluhkan sebagai berikut:
1. Ruang Pameran Modelkit
Memamerkan koleksi modelkit gunpla dari masa ke masa. Jenis koleksi: modelkit gunpla skala 1/10, 1/24, 1/48, 1/60, 1/100, 1/144 yang tersusun sesuai timeline serinya. Dimana gaya suasana yang diterapkan kedalam ruangan ini adalah Kontemporer dengan elemen warna netral, bersih dan halus. No Jenis Koleksi Skala
1/1
Universal Century 1 3 6 10 200 215 100
Future Century 1 4 5 5
Mars Century 1 1 13 5 10
After War Century 1 2 4 6
Correct Century 1 2 4 25
Cosmic Era
Century 1 6 5 45 100 10
Anno Domini
Century 1 1 3 2 35 85 5
Advanced
Generation Century 1 1 3 5 25 3
Regild Century 1 35
Post Disaster
Super Sentai 5 125
Kamen Rider 4 100
Metal Hero 3 50
28 160 10 5 18 105 18 158 316 528 480 Jumlah
58 a. Perhitungan Kebutuhan Luas Skala 1/10
Dalam model skala 1/10 menggunakan teknik penyajian sistem diorama sebagai berikut:
Gambar 3.9. Jarak Pandang Vertikal Koleksi Skala 1/10 Sumber: Studi Literatur dan Analisis Pribadi
Gambar 3.10. Jarak Pandang Horizontal Koleksi Skala 1/10 Sumber: Studi Literatur dan Analisis Pribadi
30o
30o 40o
40o
45o
59 Dari gambar diatas dapat diketahui jarak pandang minimal untuk bidang visual vertikal minimal 2,85 m dan bidang visual horizontal minimal 8,45 m. Maka dapat ditentukan luasan sebesar 45 m2 yang dapat diisi maksimal 3 koleksi skala 1/10.
Gambar 3.11. Ilustrasi I Besaran Ruang Koleksi Skala 1/10 Sumber: Analisis Pribadi
Gambar 3.12. Ilustrasi Besaran Ruang Koleksi Skala 1/10 Sumber: Analisis Pribadi
60 Gambar 3.13. Jarak Pandang Vertikal Koleksi Skala 1/24
Sumber: Studi Literatur dan Analisis Pribadi
Gambar 3.14. Jarak Pandang Horizontal Koleksi Skala 1/24 Sumber: Studi Literartur dan Analisis Pribadi
Dari gambar diatas dapat diketahui jarak pandang minimal untuk bidang visual vertikal minimal 2,06 m dan bidang visual horizontal minimal 4,37 m. Maka dapat ditentukan luasan sebesar 13,5 m2 yang dapat diisi maksimal 5 koleksi skala 1/24.
30o
40o
30o
40o
45o
61 Gambar 3.15. Ilustrasi Besaran Ruang Koleksi Skala 1/24
Sumber: Analisis Pribadi
Dari ilustrasi tersebut dapat diasumsikan sebagai berikut Koleksi skala 1/60 < 1/48 < 1/24, dimana hal ini mempengaruhi isi dalam meja vitri. Berikut asumsi perhitungannya:
• Skala 1/24, dapat disi 5 Koleksi dalam 1 meja vitrin
• Skala 1/48, dapat diisi 10 Koleksi dalam 1 meja vitrin
• Skala 1/60, dapat diisi 15 Koleksi dalam 1 meja vitrin
c. Perhitungan Kebutuhan Luas Skala 1/100, 1/144, Non Skala, 1/35 dan 1/72.
62 Gambar 3.16. Jarak Pandang Vertikal Koleksi Skala 1/100
Sumber: Studi Literatur dan Analisis Pribadi
Gambar 3.17. Jarak Pandang Horizontal Koleksi Skala 1/100 Sumber: Studi Literartur dan Analisis Pribadi
Dari gambar diatas dapat diketahui jarak pandang minimal untuk bidang visual vertikal minimal 2,15 m dan bidang visual horizontal minimal 4,30 m. Maka dapat ditentukan luasan
30o
40o
30o
40o
45o
63 sebesar 13,5 m2 yang dapat diisi maksimal 32 koleksi skala 1/100.
Gambar 3.18. Ilustrasi Besaran Ruang Koleksi Skala 1/100 Sumber: Analisis Pribadi
Dari ilustrasi diasumsikan sebagai berikut Koleksi Non Skala < 1/144 < 1/100, dimana hal ini mempengaruhi isi dalam dinding vitrin. Untuk kebutuhan luas skala 1/35 = 1/100 dan skala 1/72 = 1/44. Berikut asumsi perhitungannya:
• Skala 1/100, dapat disi 32 Koleksi, 1 dinding vitrin
• Skala 1/144, dapat diisi 64 Koleksi, 1 dinding vitrin
• Skala Non Skala dapat diisi 96 Koleksi, 1 dinding vitrin d. Perhitungan Kebutuhan Luas Diorama Kreasi
64 Gambar 3.19. Ilustrasi Besaran Ruang Diorama Kreasi
Sumber: Analisis Pribadi
Dari gambar diatas dapat ditentukan luasan sebesar 38,44 m2 yang dapat diisi 1 diorama timeline dengan sistem penyajian meja vitrin.
e. Perhitungan Kebutuhan Luas LCD Interaktif
Berikut perhitungan kebutuhan luas yang dibutuhkan ruang pameran modelkit, dengan patokan jarak pandang efektif terhadap display 2D, ditemukan luas sebesaran 1,53 m2.
65 Dari studi analisis diatas dapat dibuat perhitungan luasan ruang pamer modelkit sebagai berikut:
Tabel 3.8. Besaran Ruang Pamer Modelkit Sumber: Studi Literartur dan Analisis Pribadi
No. Kebutuhan Ruang Ukuran Kapasitas Jumlah (m2)
1 Skala 1/10 45 m2 4 Unit @ max 3 Koleksi 180
10 Diorama Kreasi 38,44 m2 1 Unit dalam 14 Timeline 538,16
11 LCD Interaktif 1,53 m2 7 Unit 10,71
66 2. Ruang Pameran Action Figure
Memamerkan koleksi action figure dari superhero amerika, dan superhero jepang yang berskala – non skala. Menggunakan gaya klasik yang mengungkapkan kualitas artistik yang mendetail. a. Perhitungan Luas Koleksi Skala 1/1
Gambar 3.21. Jarak Pandang Vertikal Koleksi Skala 1/1 Sumber: Studi Literatur dan Analisis Pribadi
Gambar 3.22. Jarak Pandang Horizontal Koleksi Skala 1/1 Sumber: Studi Literartur dan Analisis Pribadi
30o
40o
40o
30o
45o
67 Dari gambar diatas dapat diketahui jarak pandang minimal untuk bidang visual vertikal minimal 2,71 m dan bidang visual horizontal minimal 5,67 m. Maka dapat ditentukan luasan sebesar 24 m2 yang dapat diisi maksimal 3 koleksi skala 1/1.
Gambar 3.23. Ilustrasi Besaran Ruang Koleksi Skala 1/1 Sumber: Analisis Pribadi
b. Perhitungan Luas Koleksi Skala 1/6 dan Non Skala
Dalam perhitungan kebutuhan luas menggunakan patokan skala 1/6 dengan teknik penyajian sistem dinding vitrin.
Gambar 3.24. Jarak Pandang Vertikal Koleksi 1/6 Sumber: Studi Literatur dan Analisis Pribadi
40o
30o
40o
68 Gambar 3.25. Jarak Pandang Horizontal Koleksi 1/6
Sumber: Studi Literatur dan Analisis Pribadi
Dari gambar diatas dapat diketahui jarak pandang minimal untuk bidang visual vertikal minimal 2,15 m dan bidang visual horizontal minimal 4,30 m. Maka dapat ditentukan luasan sebesar 11,25 m2 yang dapat diisi maksimal 14 koleksi skala 1/6.
Gambar 3.26. Ilustrasi Besaran Ruang Koleksi Skala 1/6 Sumber: Studi Literatur dan Analisis Pribadi
69 Dari ilustrasi tersebut dapat diasumsikan sebagai berikut Koleksi Non Skala < 1/6, dimana hal ini mempengaruhi isi dalam dinding vitrin. Berikut asumsi perhitungannya:
• Skala 1/6, dapat disi 14 Koleksi, 1 dinding vitrin
• Non Skala, dapat diisi 28 Koleksi, 1 dinding vitrin c. Perhitungan Diorama Kreasi
Dalam kebutuhan luas diorama kreasi menggunakan standart komunitas action figure dalam membuat diorama dengan base dasar 1,2m x 1,2m dengan patokan bidang visual menggunakan skala 1/6 dan sistem meja vitrin.
Gambar 3.27. Ilustrasi Besaran Ruang Diorama Kreasi Sumber: Analisis Pribadi
70 d. Perhitungan LCD Interaktif
Berikut perhitungan kebutuhan luas yang dibutuhkan ruang pameran modelkit, dengan patokan jarak pandang efektif terhadap display 2D, ditemukan luas sebesaran 1,53 m2.
Gambar 3.28. Ilustrasi Besaran Ruang LCD Interaktif Sumber: Analisis Pribadi
Dari studi analisis diatas dapat dibuat perhitungan luasan ruang pamer action figure sebagai berikut:
Tabel 3.9. Besaran Ruang Pamer Action Figure Sumber: Analisis Pribadi
No. Kebutuhan Ruang Ukuran Kapasitas Jumlah (m2)
1 Skala 1/1 24 m2 10 Unit @ max 3 Koleksi 240
2 Skala 1/6 12 Unit @ max
14 Koleksi 162
3 Non Skala 12 Unit @ max
28 Koleksi 162
4 Diorama Kreasi 38,44 m2 1 Unit dalam 6
Timeline 230,64 5 LCD Interaktif 1,53 m2 4 Unit 6,12
Ruang Pameran Action Figure
71 D. Studi Besaran Ruang
Studi kapasitas, jumlah dan besaran ruang didasarkan pada: TSS : Time Savers Standarts for Building Types 2nd Edition
30% : Kenyaman Fisik
40% : Kenyamanan Psikologis
Tabel 3.10. Besaran Ruang Museum Sumber: Studi Literatur dan Analisis Pribadi
NO. ANALISA PERHITUNGAN
1. Lobby
Kebutuhan luas untuk 1 orang Staff Receptsionist 2m x 2,6m = 5,2m2
Luas untuk Staff Receptsionist: = 5,2m2
Luas untuk 2 Staff Ticketing:
= 2,97m2
800,76 1601,52 Layout
TOTAL
72 Kebutuhan luas untuk 2 orang Staff
Ticketing 2,2m x 1,35m = 2,97m2
Berdasarkan pada waktu puncak paling ramai 160 pengunjung dengan persentase antrian 20% yaitu 32 pengunjung, dengan 2 staff untuk ticketing, dengan tiap antrian 16 pengunjung
0,5mx0,35mx16 = 2,8m2
Kebutuhan Sofa Set sebanyak 3 buah 2,4m x 2,8m x 3 = 20,16m2
Kebutuhan luas 1 orang = 3,14 x 0,875m x 0,875m = 2,404 m2
Luas kebutuhan untuk 2 antrian pada 2 staff = 2,8 m2 x 2
= 5,6 m2
Luas kebutuhan untuk 3 Sofa Set 20,16m2
Luas kebutuhan lobby untuk 160 orang = 2,4 m2 x 160 = 384 m2
73 2 Ruang Audiovisual
Kebutuhan ruang 1 pengunjung duduk
Luas = 0,5m x 0,9m = 0,45 m2
Kebutuhan luas 1 staff operator Luas = 1,46m x 1,4m = 2,044 m2
Luas untuk 40 pengunjung: = 0,45m2 x 40 = 18 m2 Luas untuk 1 Staff Ticketing:
= 2,97m2 Sirkulasi : 40% Luas Total = 29,36 m2
3. Perpustakaan
Kebutuhan luas area untuk 10 rak buku sebesar 28,8 m2
Luas untuk 10 rak buku: = 28,8 m2
Luas area baca untuk 20 orang
1,4m2 x 10= 14m2
74 Kebutuhan area baca untuk 1 meja
Luas = 1,40m x 1m = 1,4 m2
Kebutuhan luas area untuk kepala perpustakaan dihitung berdasarkan luas perabot : 3,5m x 4,5m = 15,75m2
Kebutuhan area staff perpustakaan Luas = 1,46m x 1,4m = 2,044 m2
Luas untuk 2 staff perpustakaan
2,044m2 x 2= 4,088m2 Luas untuk loker 0,98m2
75 Kebutuhan luas loker (kapasitas 16)
Luas = 1,95m x 0,5m = 0,98 m2
4. Area Rekreasi
Kebutuhan area merakit 1 meja Luas = 1,40m x 1m = 1,4 m2
Luas area merakit untuk 40 orang
1,4m2 x 20= 28m2
Luas untuk kepala rekreasi = 15,75m2
Luas untuk 2 staff rekreasi 2,044m2 x 2= 4,088m2 Sirkulasi : 40%
76 Kebutuhan luas area untuk kepala
rekreasi dihitung berdasarkan luas perabot : 3,5m x 4,5m = 15,75m2
Kebutuhan area staff rekreasi Luas = 1,46m x 1,4m = 2,044 m2
5. Kafetaria
Kebutuhan luas 1 meja makan untuk 4 orang
Luas = 1,65m x 2m = 3,3 m2
Luas area makan untuk 40 orang =
77 Kebutuhan luas untuk 1 dapur yaitu:
5.2m x 2,5m = 13m2
6. Ruang Cinderamata Kebutuhan untuk 1 ruang cinderamata yaitu:
10m x 10m = 100m2
Luas untuk ruang cinderamata: 100m2 Sirkulasi : 30% Luas Total = 130 m2
7. ATM Center
Kebutuhan luas 1 mesin ATM yaitu : 2m x 1,5m = 3 m2
Luas untuk 4 mesin ATM = 3m2 x 4 = 12m2
78 8. Mushola
Kebutuhan luas 1 orang untuk sholat yaitu:
1,2m x 0,6m = 0,72m2
Luas untuk area wudhu untuk 4 orang yaitu:
3,2m x 1,8m = 5,76m2
Luas area sholat untuk 20 orang =
0,72m2x20 = 14,4m2 Luas area wudhu: 3,2mx1,8m2 = 5,76 m2 Sirkulasi : 40%
Luas Total = 28,22 m2
9. Ruang Kepala Museum
Kebutuhan luas area untuk kepala museum dihitung berdasarkan luas perabot :
3,5m x 4,5m 15,75m2
Luas area kepala museum = 15,75m2
Luas area sofa satu set menerima tamu
79 Kebutuhan luas area sofa satu set
untuk menerima tamu : 3,2m x 1,8m = 5,76m2
10. Bidang Administrasi
Kebutuhan luas area untuk kepala administrasi dihitung berdasarkan luas perabot :
3,5m x 4,5m 15,75m2
Kebutuhan luas area untuk 1 staff administrasi dihitung berdasarkan luas perabot :
Luas = 1,35m x 1,4m = 1,89m2
Luas area kepala administrasi
= 15,75m2
Luas area untuk 10 staff administrasi
= 1,89m2 x 10 = 18,9m2 Sirkulasi : 30%
80 11. Bidang Pameran
Kebutuhan luas area untuk kepala pameran dihitung berdasarkan luas perabot :
3,5m x 4,5m 15,75m2
Kebutuhan luas area untuk 1 staff administrasi dihitung berdasarkan luas perabot :
Luas = 1,35m x 1,4m = 1,89m2
Luas area kepala pameran = 15,75m2
12. Bidang Kuratorial
Kebutuhan luas area untuk kurator dihitung berdasarkan luas perabot : 3,5m x 4,5m = 15,75m2
Luas area 7 kurator = 110,25m2
Luas area 2 staff dokumentasi = 31,5m2
81 Kebutuhan luas area untuk 2 staff
dokumentasi dihitung berdasarkan luas perabot : Luas = 1,35m x 1,4m = 1,89m2
Kebutuhan luas area untuk menyimpan arsip
Luas = 1,8m x 0,5m = 0,9m2
Kebutuhan luas untuk bengkel reparasi
Luas = 3,6m x 3m = 10,8m2
Luas ruang penyimpanan koleksi
= 100m2
82 Kebutuhan luas untuk ruang
penyimpanan koleksi Luas = 10m x 10m = 100m2
13. Ruang Rapat
Kebutuhan luas ruang rapat untuk 15 orang yaitu = 5mx2,2m = 11m2
Luas untuk Ruang Rapat = 11m2
Sirkulasi : 30% Luas Total = 14,3 m2
14. Pantry
Kebutuhan luas untuk pantry = 2,6m x 2,55m = 6,63m2
Luas untuk ruang Pantry = 6,63m2
83 15. Ruang Utilitas
Kebutuhan ruang panel Luas = 2,4m x 2,2m = 5,28m2
Kebutuhan ruang genset Luas = 6m x 4,5m = 27m2
Kebutuhan ruang pompa Luas = 3m x 3m = 9m2
Luas untuk ruang Panel = 5,28m2
Luas untuk ruang Genset = 27m2
Luas untuk ruang Pompa = 9m2
Luas untuk ruang AHU = 14,88m2
Luas untuk ruang Chiller = 14,88m2
84 Kebutuhan ruang AHU
Luas = 3,5m x 4,25m = 14,875m2
Kebutuhan ruang Chiller
Luas = 3,5m x 4,25m = 14,875m2
16. Ruang Keamanan
Kebutuhan luas untuk 3 orang staff CCTV = 3,6m x 3,5m = 12,6m2
Luas untuk ruang CCTV = 5,28m2
85 17. Ruang Cleaning Service
Luasan untuk ruang cleaning service: 4m x 4m = 16 m2
17 Toilet Pengunjung
Luasan untuk 1 wastafel: 0,8mx0,5m = 0,4m2
Kebutuhan luas 1 unit toilet = 0,8mx1,4m = 1,12m2
Kebutuhan luas 1 urinoir untuk pria = 0,65mx0,6m = 0,39m2
Luas total ruang toilet wanita (Sirkulasi 30%): 3 unit wastafel
= 3x0,4m2=1,2m2
86
18 Toilet Karyawan
Luasan untuk 1 wastafel: 0,8mx0,5m = 0,4m2
Kebutuhan luas 1 unit toilet = 0,8mx1,4m = 1,12m2
Luas total ruang toilet wanita (Sirkulasi 30%): 2 unit wastafel
= 2x0,4m2=0,8m2
87 Kebutuhan luas 1 urinoir untuk pria =
0,65mx0,6m = 0,39m2
0,8m2+2,24m2+1,17m2+30 %= 5,473m2
Luas Total = 10,881m2
19 Area Parkir Pengunjung
Luas Parkir Mobil (2 seat & 4 seat) : 2,5m x 5m = 12,5m2
Luas Parkir Sepeda Motor (2 seat & 4 seat) :2m x 1m = 2m2
Area Parkir Pengunjung Asumsi Pengguna Mobil = 50% -> 80 2 seat (40%) = 32
Jumlah Mobil 2 Seat =32:2 = 16 Mobil
4 seat (60%) = 48
Jumlah Mobil 4 Seat =48:2 = 12 Mobil
Total Jumlah Mobil = 28 Mobil
Asumsi Pengguna S. Motor = 35% -> 56 1 seat (40%) = 22
Jumlah S.Motor 1 Seat =22 S. Motor
2 seat (60%) = 34
Jumlah S.Motor 2 Seat =34:2 = 17 S. Motor
Total Jumlah S.Motor = 39 S. Motor
88 Luas Parkir Bus (50 seat) :
12m x 3,5m = 42m2
15% diasumsikan
menggunakan kendaraan umum dan untuk
mengantisipasi hari raya / event tertentu, disediakan parkir bus sebanyak 2 bus kapasitas 50 seat.
Sirkulasi = 100% Luas Total
= 350m2 + 78m2 + 84m2 +
100% = 1024m2
20 Area Parkir Pengelola
Luas Parkir Mobil (2 seat & 4 seat) : 2,5m x 5m = 12,5m2
Luas Parkir Sepeda Motor (2 seat & 4 seat) :2m x 1m = 2m2
Area Parkir Pengelola Mobil = 30% (2 Seat)
Sirkulasi = 100% Luas Total
= 212,5m2 + 66m2 + 100%
89 Tabel 3.11. Kebutuhan Luas Terbangun
Sumber: Analisis Pribadi
E. Studi Citra Arsitektural
Museum Kreasi Modelkit dan Action Figure merupakan sarana yang menyimpan perkembangan – perkembangan modelkit dan action figure
Nama Ruang Sifat Luas (m2)
Lobby Indoor 580,1
Ruang Audiovisual Indoor 29,36
Perpustakaan Indoor 89,06
Area Rekreasi Indoor 66,97
Ruang Pameran Modelkit Indoor 2321,74 Ruang Pameran Action Figure Indoor 1601.52
Ruang Cinderamata Indoor 130
Kafetaria Semi Indoor 64,4
ATM Center Indoor 15,6
Mushola Indoor 28,22
Ruang Kepala Museum Indoor 27,96
Bidang Administrasi Indoor 45,05
Bidang Pameran Indoor 45,05
Bidang Kuratorial Indoor 334,17
Ruang Rapat Indoor 14,3
Pantry Indoor 8,62
Ruang Utilitias Indoor 92,35
Ruang Keamanan Indoor 6,86
Ruang Cleaning Service Indoor 20,8
Toilet Pengunjung Indoor 21,2
Toilet Pengelola Indoor 10,88
3952,69 4347,96
Area Parkir Pengunjung Outdoor 1024
Area Parkir Pengelola Outdoor 557
1581
SIRKULASI 10% + TOTAL
90 dari masa ke masa, sekaligus menjadi tempat rekreasi. Museum ini termasuk jenis museum khusus modelkit dan action figure yang karakteristiknya berupa koleksi yang memiliki tema tertentu. Jenis museum ini memerluhkan penekanan komperhensif atau penekanan dalam pemahaman sehingga diperluhkan suatu konsep yang mendukung penekanan tersebut. Museum juga harus dapat mencapaikan sebuah pesan melalui sebuah alur penataan pamerannya dan tidak lupa juga harus memberikan ciri khas sebagai sebuah museum dari segi visual sehingga dapat menarik perhatian masyarakat. 3.2 Analisa Pendekatan Sistem Bangunan
3.2.1 Studi Sistem Struktur & Enclosure
Berdasarkan pengamatan di beberapa Museum di Semarang, rata – rata ketinggian bangunan 1-2 lantai. Maka dari itu menggunakan struktur bangunan low rise building. Berikut kriteria dalam pemilihan struktur bangunan, yang dilihat dari aspek Strenght, Stability, Sustainability, Security, Serviceability, dan Durability sebagai berikut:
A. Superstructure
Superstructure adalah struktur yang berada di permukaan tanah.
91 1. Struktur Rangka
Struktur rangka terdiri dari komposisi kolom dan balok. Kolom berfungsi sebagai penyalur beban dan gaya menuju ke tanah, sedangkan balok berfungsi sebagai pengikat antarkolom dan media pembagan beban dan gaya ke kolom. Sistem struktur rangka cocok digunakan pada bangunan museum karena modul struktur dapat menyesuaikan kebutuhan ruang sehingga mempermudah dalam penataan layout ruang. Sedangkan untuk struktur atap dapat menggunakan struktur rangka batang (truss) yang merupakan gabungan batang-batang yang membentuk struktur berbentuk segitiga dan terhubung satu sama lain, serta dibebani pada sendi-sendinya. Susunan tersebut berfungsi untuk menciptakan kekakuan sehingga bisa mencapai bentangan yang besar.
Gambar 3.29. Struktur Rangka Sumber:
92
B. Substructure
Substructure merupakan konstruksi di bawah permukaan tanah yang bertugas memikul beban bangunan diatasnya. Pemilihan pondasi perlu memperhatikan daya dukung tanah, kedalaman, kekuatan untuk menerima beban, serta ketahanan seismic. Berikut adalah beberapa jenis pondasi dangkal yang dapat diterapkan pada bangunan museum.
1. Pondasi Telapak
Pondasi telapak adalah pondasi yang berdiri sendiri dalam mendukung bangunan secara langsung pada tanah. Digunakan untuk tanah dengan daya dukung 1,5-2 kg/m2. Fondasi telapak terbuat dari beton bertulang dengan telapak berbentuk segi empat.
Gambar 3.30. Pondasi Telapak
Sumber: http://www.dataarsitek.com/2016/12/jenis-dan-macam-macam-pondasi-dangkal-dalam.html
2. Pondasi Menerus
93 akan terhimpit satu sama lainnya. Pondasi menerus biasa digunakan untuk pondasi dinding yang menopang seluruh beban atap/bangunan umumnya dipikul oleh dinding dan diteruskan ketanah melalui pondasi menerus sepanjang dinding bangunan.
Gambar 3.31. Pondasi Menerus
Sumber: http://www.dataarsitek.com/2016/12/jenis-dan-macam-macam-pondasi-dangkal-dalam.html
C. Struktur Lantai
Struktur lantai harus dapat menopang beban hidup (orang, perabot) dan beban mati (konstruksi lantai itu sendiri). Lantai harus relatif kaku namun tetap mempertahankan elastisitasnya. Berikut adalah sistem plat dan balok yang digunakan untuk struktur lantai.
1. One Way Slab
94 Gambar 3.32. One Way Slab
Sumber: http://www.dailycivil.com/one-way-slab-vs-two-way-slab/ 2. Two Way Slab
Sistem two way slab (sistem plat lantai dua arah) 9Gambar 3.12) ditumpu oleh balok di keempat sisi sehingga penyaluran beban ke dua arah yang kemudian disalurkan ke kolom dan fondasi.
Gambar 3.33. Two Way Slab
Sumber: http://www.dailycivil.com/one-way-slab-vs-two-way-slab/
D. Sistem Enclosure
1. Penutup Atap a. Plat Beton
95 Gambar 3.34. Green Roof
Sumber: http://cookjenshel.com/green-roofs/ b. Galvalum
Galvalum merupakan material baja dengan pelapisan yang mengandung unsur alumunium dan zinc. Lapisan tersebut bertujuan untuk mencegah korosi atau karat. Kelebihan material ini adalah mudah dibentuk sehingga bentuk atap bisa fleksibel.
Gambar 3.35. Atap Galvalum
96 2. Dinding
a. Curtain Wall
Curtain wall adalah sebuah pelapis atau penutup dinding bangunan bagian luar untuk melindungi area bangunan bagian dalam dari terpaan sinar matahari langsung dari angin, dan dari curahan air hujan. Bahan seperti kaca dan metal memberikan kesan ringan terhadap bangunan. Bahan seperti batu alam memberikan kesan alami pada bangunan.
Gambar 3.36. Curtain Walls
Sumber “https://www.laros.com.au/windows-doors/curtain-walls/ b. Dinding Pengisi
- Bata Ringan, merupakan material dinding permanen yang memiliki daya tahan kuat terhadap beban, tetapi beratnya ringan. Terbuat dari campuran pasir kuarsam, semen, kapur, sedikit gypsum, dan aluminium pasta.
97 dicetak kemudian dibakar. Ukurannya yang kecil memudahkan dalam pengangkutan dan pemasangan. Tabel 3.12. Perbanding Dinding Bata Merah dan Bata Ringan
Sumber: Studi Banding dan Analisis Pribadi
c. Dinding Partisi
Dinding partisi digunakan untuk sekat ruang didalam bangunan. Alternatif yang bisa digunakan adalah dinding fibercement. Jenis ini terbuat dari panel kalsium silikat dan diperkuat dengan serat selulosa. Kelebihannya adalah tahan terhadap air dan api serta lembap.
Gambar 3.37. Fiber Cement Boards
Sumber: http://www.jayswal.co.in/fibre-cement-board.html
Alternatif Kelebihan Kekurangan
Memiliki kekuatan dan daya tahan yang baik
Waktu pemasangan lama
Mudah dalam pemasangan
Menimbulkan beban yang cukup besar pada struktur bangunan
Pelaksanaanya lebih cepat daripada bata biasa
Membutuhkan perekat khusus
Lebih ringan dari pada bata biasa
Membutuhkan waktu kering lebih lama dari bata biasa Bata Merah
98 3. Penutup Lantai
a. Keramik
Terbuat dari tanah liat yang dibakar. Bersifat tahan air dan mudah dalam perawatannya. Memiliki motif beragam dan harga variatif. Lantai keramik bisa digunakan pada fasilitas pamer, fasilitas konservasi, dan fasilitas pengelolaan.
Gambar 3.38. Lantai Keramik
Sumber: http://www.jayswal.co.in/fibre-cement-board.html b. Marmer
Marmer adalah batuan kristalin kasar yang berasal dari batu gamping atau dolomit. Kelebihannya adalah tahan api dan lebih kuat daripada jenis penutup lantai lainnya. Kekurangannya yaitu memerlukan perawatan khusus dan tidak bisa terpapar sinar matahari terus-menerus. Lantai marmer memberikan kesan mewah pada ruangan, bisa digunakan pada ruang lobby.
Gambar 3.39. Lantai Marmer
99
c. Paving Block
Pilihan material penutup untuk luar ruangan. Kelebihannya adalah tahan dari perubahan cuaca dan menyerap air.
Gambar 3.40. Paving Block
Sumber: http://www.jayswal.co.in/fibre-cement-board.html 4. Plafond
a. Gypsum
Plafond Gypsum memiliki kelebihan finishing yang rapi, perawatan yang mudah, pemasangan cepat dan rapi, tetapi tidak tahan air dan tidak tahan benturan.
b. Alumunium Composite Panel
Plafong yang memiliki kelebihan mudah dibentuk, tahan terhadap api dan air, serta ringan.
3.2.2 Studi Sistem Utilitas A. Sistem Pencahayaan
1. Pencahayaan Alami
100 seperti fasilitas pengelolaan, perpustakaan, fasilitas bermain, lobby dan koridor, serta kafetaria. Pencahayaan alami bisa didapat dari bukaan bangunan (jendela dan skylight). Untuk menentukan kebutuhan cahaya perlu adanya analisis yang mempertimbangkan tata letak ruang dan orientasi bangunan terhadap matahari.
2. Pencahayaan Buatan
Merupakan salah persyaratan yang dibutuhkan dalam ruang museum untuk menciptakan suasana dalam ruang pameran museum.
Tabel 3.13. Sistem Pencahayaan Buatan Sumber: Klasifikasi Pencahayaan Buatan, 2011
Berikut beberapa jenis armature lampu yang dapat digunakan untuk menghasilkan cahaya buatan.
Tabel 3.14. Jenis Armature Lampu Sumber: Studi Banding dan Analisis Pribadi
Macam Sistem Pencahayaan Sistem Pencahayaan Terarah
General Lightning (Pencahayaan Umum). Digunakan untuk menerangi seluruh
ruangan kegiatan di dalam ruang. Pencahayaan umum digunakan untuk
pencahayaan utama di dalam ruang.
Direct Lightning (Pencahayaan Langsung). Pencahayaan yang arah penyinarannya langsung menyinari objek
dibawahnya dan cahaya yang dihasilkannya sangat kuat. Pada museum
digunakan untuk menyorot koleksi yang dipamerkan.
Task Lightning (Pencahayaan Setempat). Digunakan untuk menerangi area tertentu yang digunakan untuk melakukan aktivitas dan membutuhkan cahaya lebih terang.
Indirect Lightning (Pencahayaan Tidak Langsung). Pencahayaan dari sumber cahaya tidak dihadapkan langsung ke objek tetapi ke plafon atau dinding.
Sehingga cahaya yang dihasilkan pantulan atau pendaran saja. Contohnya
101 B. Sistem Penghawaan
1. Penghawaan Alami
Penghawaan alami bisa dicapai melalui sistem cross ventilation. Terdapat dua jenis ventilasi silang, yaitu ventilasi silang horizontal dan vertikal. Udara dimasukkan ke dalam ruangan melalui bukaan berupa pintu, jendela, atau ventilasi. Pada museum, penghawaan alami hanya bisa diterapkan pada ruang-ruang yang tidak terdapat benda koleksi di dalamnya, seperti lobby, koridor, dan kafetaria. Hal ini karena pada dasarnya koleksi benda museum membutuhkan
Jenis Keterangan
Spotlight
Downlight
Uplight
Lampu Bak
Penyinaran dengan mengarahkan cahaya ke objek tertentu.
Penyinaran mengarah ke bawah, berfungsi mempertegas obejk secara vertikal.
Penyinaran mengarah ke vertikal ke atas, berfungsi mempertegas objek secara vertikal.
102 temperatur yang stabil untuk menjaga keutuhan koleksi sehingga perlu adanya pengkondisian udara dengan penghawaan buatan.
2. Penghawaan Buatan
Sistem penghawaan buatan dibedakan menjadi dua jenis, yaitu sistem tata udara langsung (direct cooling) dan sistem tata udara tidak langsung (indirect cooling).
a. Sistem Tata Udara Langsung
Pada sistem jenis ini, udara diturunkan suhunya oleh
refrigerant (Freon) dan disalurkan ke dalam ruangan tanpa saluran udara (ducting). Jenis yang umum digunakan adalah:
Tabel 3.15. Sistem Tata Udara Langsung Sumber: Panduan Sistem Bangunan Tinggi
103 b. Sistem Tata Udara Tidak Langsung
Pada bangunan museum, AC central digunakan pada ruang pameran agar suhu udara merata di seluruh ruangan. Pada sistem jenis ini, refrigerant yang digunakan adalah air es (chilled water) bersuhu ±5oC yang dihasilkan di dalam chiller.
Sistem ini dikenal dengan sistem tata udara terpusat (central air conditioning system). Berikut komponen sistem AC central.
Gambar 3.3. Sistem AC Central Sumber: Panduan Sistem Bangunan Tinggi
Selain sistem tata udara langsung dan tidak langsung, berikut adalah beberapa alat bantu yang juga digunakan dalam pengaturan penghawaan di dalam museum.
• Dehumudifier dan Humidifier
104 Gambar 3.42. Dehumidifier
Sumber: https://www.screwfix.com/p/wdh-122h-12r-12ltr-dehumidifier/72503
• Thermohgyrometer
Thermohygrometer adalah alat yang memiliki dua indikator pengukuran yaitu thermometer dan hygrometer. Thermometer berfungsi untuk mengukur suhu pada ruangan, sedangkan hygrometer berfungsi untuk mengukur kelembapan pada ruangan. Alat ini digunakan pada ruang pameran, bengkel konservasi, laboratorium, dan ruang penyimpanan fosil.
Gambar 3.43. Thermohgyrometer
Sumber: https://www.screwfix.com/p/wdh-122h-12r-12ltr-dehumidifier/72503
105 Dalam sistem transportasi vertikal, menggunakan 2 jenis yaitu tangga dan ramp. Untuk tangga terdapat 2 macam yaitu tangga darurat bila terjadi bencana dan tangga tiap lantai untuk mengakses tiap lantainya. Sedangkan untuk Ramp disediakan untuk membantu transportasi kaum difabel untuk memudahkan dalam menikmati fasilitas dalam museum.
D. Sistem Keamanan Bangunan
Sistem keamanan bangunan secara umum menerapkan pengamanan sebagai berikut:
1. Pengamanan oleh petugas keamanan (security). 2. Pengamanan dengan CCTV (closed circuit television).
Ruang pameran menyimpan koleksi yang bernilai tinggi sehingga memerlukan pengamanan khusus sebagai berikut. 1. Penggunaan vitrin agar terhindar dari vandalisme.
2. Kontak magnetik. Alat ini memiliki alarm yang bekerja jika terjadi kerusakan pada jendela, pintu, atau vitrin.
3. Detektor getar. Alarm akan berbunyi jika terdapat getaran yang tidak normal pada jendela atau vitrin.
4. Detektor kaca pecah. Alat ini mendeteksi frekuensi kaca pecah pada jendela atau vitrin.
106 6. Sensor pendeteksi aktivitas. Berupa sensor gelombang mikro atau ultra sonic yang dapat mendeteksi gerakan di sekitar area deteksi. Alat ini dapat digunakan bersamaan dengan sensor infra merah pasif.
E. Sistem Jaringan Listrik
Sistem Jaringan Listrik menggunakan sumber daya listrik dari PLN, dibantu dengan penggunaan Genset disaat listrik padam.
Diagram 3.9. Sistem Penyaluran Listrik PLN Sumber: Studi Literatur dan Analisa Pribadi
Diagram 3.10. Sistem Penyaluran Listrik Genset Sumber: Studi Literatur dan Analisa Pribadi F. Sistem Komunikasi Bangunan
Sistem Komunikasi Bangunan menggunakan jaringan Fiber Optik yang sudah terdapat lokasi. Dengan Fiber Optik, jaringan telepon, internet, dan saluran tv menjadi satu kesatuan dan kecepatan akses datanya menjadi cepat.
G. Sistem Jaringan Air Bersih
107 Diagram 3.11. Sistem Up Feed
Sumber: Studi Literatur dan Analisa Pribadi
Sistem Down Feed, yaitu air dipompakan dari bawah ke reservoir atas, untuk kemudian disalurkan ke outlet air secara gravitasi.
Diagram 3.12. Sistem Down Feed
Sumber: Studi Literatur dan Analisa Pribadi H. Sistem Jaringan Limbah
Sistem Jaringan Limbah terbagi menjadi limbah cair dan limbah padat. Limbah cair yang dimaksudkan adalah air kotor dari toilet, sedangkan limbah padat yang dimaksudkan adalah kotoran padat dari toilet.
108 I. Sistem Pengolahan Sampah
Sistem Pengelolaan Sampah, dengan membedakan hasil timbunan sampah menjadi sampah organic dan anorganik.
Diagram 3.6. Sistem Pengolahan Sampah Sumber: Studi Literatur dan Analisa Pribadi J. Sistem Penangkal Petir
Terdapat dua jenis sistem penangkal petir yaitu penangkal petir konvensional dan penangkal petir elektrostatis.
1. Penangkal Petir Konvensional
Jenis penangkal petir membutuhkan volume kabel yang banyak dan memiliki daerah perlindungan terbatas dengan radius perlindungan 45o, sehingga cenderung lebih mahal biayanya jika diterapkan untuk area perlindungan yang luas. 2. Penangkal Petir Elektrostatis
109 K. Sistem Penanggulangan Bahaya Kebakaran
Dalam penanggulangan bahaya kebakaran diperluhkan sistem pasif dan sistem aktif, sebagai berikut:
1. Sistem Pasif
a. Pintu Darurat (Emergency Exit)
Sebuah bangunan publik harus memiliki pintu darurat atau pintu kebakaran untuk akses evakuasi. Menurut Juwana (2005:136), persyaratan yang harus dipenuhi sebuah pintu darurat: (1) pintu harus tahan api sekurang-kurangnya dua jam, (2) pintu harus dilengkapi dengan minimal tiga engsel, alat penutup pintu otomatis (door closer), tuas pembuka pintu (panic bar), tanda peringatan, dan kaca tahan api (maksimal 1 m2) diletakkan di bagian atas daun pintu, dan pintu harus dicat warna merah. b. Tangga Darurat
110 c. Bahan Bangunan Tahan Api
Pemilihan bahan bangunan yang tidak mudah terbakar. Memberikan isolasi terhadap area-area penting yang mudah terbakar supaya bila terjadi kebakaran api tidak menyebar luas.
2. Sistem Aktif a. Fire Alarm
Fire alarm digunakan untuk mendeteksi adanya gejala kebakaran kemudian memberi peringatan dalam sistem evakuasi dan ditindaklanjuti secara otomatis maupun manual dengan sistem instalasi pemadam kebakaran. Komponen utama fire alarm system terdiri dari main control fire alarm (MCFA) dan alat pendeteksi. MCFA berfungsi sebagai penerima sinyal masuk dari detektor. Detektor kebakaran bekerja secara otomatis dan terbagi menjadi 4 macam, yaitu: detektor panas (heat detector), detektor asap (smoke detector), detektor api (flame detector), detektor gas (fore gas detector).
b. Sprinkler
111 mengeluarkan debit air ketika terdeteksi ada api, atau ketika telah melampaui suhu yang ditentukan (±68⁰C). c. Hydrant
Hydrant merupakan koneksi yang berupa alat yang terdapat di atas tanah yang menyediakan akses pasokan air untuk pemadaman kebakaran. Air yang digunakan untuk hydrant dapat bertekanan, di mana hydrant
tersambung dengan pompa dalam menghasilkan tekanan, atau unpressurized (tidak bertekanan) di mana hydrant
tersambung secara langsung ke sumber air seperti kolam atau tangki air dengan menggunakan pompa tersendiri. d. APAR
APAR adalah alat berupa tabung yang diisi dengan media yang dapat mengatasi serta memadam kebakaran pada awal terjadinya api.
− Dry Chemical Powder, bersifat dapat menahan radiasi panas dengan menggunakan kabut partikelnya, tidak menghantarkan listrik (non konduktif), serbuk kimia kering tidak beracun (non toxic).
− Carbon Dioxide (CO2), bersifat gas dan tidak merusak serta dapat menyerap panas sekaligus mendinginkan.
112 memadamkan zat cair yang mudah terbakar dengan mengisolasi O2 dan menutupi permukaan zat cair.
− Client Agent / Gas (Pengganti Hallon) / HCFC 141B, bersifat bersih dan tidak meninggalkan residu serta tidak menghantarkan listrik (non konduktif).
L. Pendekatan Pengguna Difabel 1. Ramp
Berikut adalah persyaratan ramp menurut KEPMEN PU tentang Aksesibilitas Bangunan Gedung.
− Kemiringan ramp di dalam bangunan tidak boleh melebihi 7°, dan maksimum 6° di luar bangunan.
− Panjang mendatar ramp dengan kemiringan 7° tidak boleh lebih dari 900 cm.
− Lebar minimum dari ramp adalah 95 cm tanpa tepi pengaman 120 cm dengan tepi pengaman.
− Bordes harus datar dengan ukuran minimum 160 cm.
Gambar 3.44. Kemiringan Ramp
113 2. Toilet
Persyaratan toilet bagi pengguna difabel menurut KEPMEN PU tentang Aksesibilitas Bangunan Gedung adalah sebagai berikut:
− Toilet harus dilengkapi dengan rambu bagi difabel.
− Toilet harus memiliki ruang gerak yang cukup bagi pengguna kursi roda.
− Ketinggian tempat duduk kloset harus sesuai dengan ketinggian pengguna kursi roda. (45-50 cm).
− Toilet harus dilengkapi dengan pegangan (handrail) dan disarankan bentuk siku mengarah ke atas untuk mempermudah pergerakan pengguna kursi roda.
− Kran pengungkit dipasang pada wastafel.
− Kunci toilet atau grendel dipilih sedemikian sehingga bisa dibuka dari luar jika terjadi kondisi darurat.
114 Gambar 3.45. Analisa Ruang Gerak Toilet Difabel Sumber: KEPMEN PU tentang Aksesbilitas Bangunan
Gedung 3. Area Parkir
Persyaratan area parkir bagi kaum difabel adalah sebagai berikut.
− Terletak pada rute terdekat menuju bangunan, dengan jarak maksimum 60 meter.
− Jika tempat parkir tidak berhubungan langsung dengan bangunan, maka tempat parkir harus diletakkan sedekat mungkin dengan pintu gerbang masuk dan jalur pedestrian.
− Adanya simbol parkir penyandang cacat pada area parkir.
− Pada lot parkir penyandang cacat disediakan ramp trotoar di kedua sisi kendaraan.
115 Gambar 3.46. Ruang Parkir Difabel
Sumber: KEPMEN PU Tentang Aksesbilitas Bangunan Gedung
3.2.3 Studi Pemanfaatan Teknologi
LCD interaktif adalah sebuah dokumen digital yang dibuat untuk memudahkan seseorang mempelajari benda-benda koleksi museum atau layanan secara interaktif. Melalui ini, informasi yang disampaikan bisa lebih lengkap dan menarik karena dilengkapi dengan simulasi tiga dimensi dan
virtual reality. LCD interaktif disajikan menggunakan komputer touch screen
yang diletakkan di beberapa titik di ruang pameran museum. 3.3 Analisa Konteks Lingkungan
3.3.1 Analisa Pemilihan Lokasi
Lokasi yang dipilih berada di Kota Semarang berdasarkan latar belakang yang sudah dipaparkan, tepatnya pada lokasi zona rekreasi di perencanaannya sesuai dengan Rencana Detail Tata Ruang Kota (RTDRK) Semarang Tahun 2000 - 2010, sekaligus lokasi sesuai kriteria untuk mendirikan museum sebagai berikut:
116
• Lokasi bukan daerah berlumpur / tanah rawa / tanah pasir dengan kemiringan lereng 0 – 5%.
• Lokasi di pinggiran kota yang dekat fasilitas pendidikan / pusat perekonomian kota atau wilayah.
• Lokasi yang stategis, dekat dengan akses menuju bandara dan bebas dari kemacetan.
Berdasarkan kriteria tadi, maka dipilihlah BWK I dan BWK III yang sesuai.
Gambar 3.47. Lokasi BWK I & BWK III
Sumber: http://pamboedifiles.blogspot.co.id/2013/05/peta-pembagian-bwk-kota-semarang.html
BWK I meliputi Semarang Tengah, Semarang Timur, dan Semarang Selatan. BWK I memiliki batas-batas wilayah:
• Utara : Kecamatan Semarang Utara
117
• Timur : Kecamatan Gayamsari dan Kecamatan Genuk
• Barat : Kecamatan Semarang Barat a. Studi Kekuatan Alami
1. Jenis tanah merupakan alluvial kelabu dan coklat kekelabuhan (Semarang Selatan) dan mediteran coklat tua (Semarang Timur dan Semarang Selatan
b. Studi Kekuatan Buatan
1. Memiliki ketentuan sebagai berikut :
Tabel 3.16. Ketentuan BWK I Sumber: RDTRK Kota Semarang
KDB KLB GSB GSP RTH
60% 1,8 (3 Lantai) 6,75m 5,5m 30%
2. Garis sempadan sungai dalam kawasan perkotaan ± 3 meter c. Studi Amenitas Alami
1. Memiliki akses untuk air yang berasal dari PDAM 2. Kemirinngan lereng yang relatif datar, (lereng 0-2%) d. Studi Amenitas Buatan
1. Sarana dan Prasarana umum tersedia dengan baik
2. Akses jalan utama di daerah BWK I meliputi jalan arteri primer, jalan arteri sekunder, jalan kolektor sekunder, dan jalan local sekunder e. Potensi :
118 f. Kelemahan :
Memiliki volume kendaraan yang tinggi
BWK III, meliputi Semarang Utara dan Semarang Barat. Dibatasi oleh :
• Utara : Laut Jawa
• Selatan : Kecamatan Semarang Tengah, Kecamatan Gajah Mungkur, Kecamatan Semarang Selatan, dan Kecamatan Ngaliyan
• Timur : Kecamatan Semarang Timur dan Kecamatan Genuk
• Barat : Kecamatan Ngaliyan dan Kecamatan Tugu a. Studi Kekuatan Alami
1. Lingkungan masih nyaman
2. Jenis tanah merupakan alluvial hidromorf dan kelabu tua. b. Studi Kekuatan Buatan
1. Memiliki ketentuan sebagai berikut :
Tabel 3.17. Ketentuan BWK III Sumber: RDTRK Kota Semarang
KDB KLB GSB GSP RTH
60% 1,8 (3 Lantai) 6,75m 5,5m 30%
2. Garis sempadan sungai dalam kawasan perkotaan ± 3 meter c. Studi Amenitas Alami
1. Memiliki akses untuk air yang berasal dari PDAM 2. Garis kontur yang relatif landai, (lereng 2-5%) d. Studi Amenitas Buatan
119 2. Akses jalan utama di daerah BWK III meliputi jl. arteri primer, jl.
arteri sekunder, jl. kolektor sekunder, dan jl. lokal sekunder e. Potensi
1. Terdapat fasilitas kebudayaan seperti Museum Ronggowarsito, Maerokoco, Kuil Sam Poo Kong dan Gereja Blenduk
f. Kelemahan
Jalan utama memiliki kepadatan lalu lintas yang cukup tinggi. Tabel 3.18. Skoring Pemilihan Lokasi
Sumber: Analisis Pribadi
Skor Skor x Bobot Skor Skor x Bobot
Kawasan Sehat 30 8 2,4 8 2,4
Jenis Tanah 10 8 0,4 6 0,6
Kemiringan Lereng 20 7 1,4 8 1,6
Dekat Fasilitas
Pendidikan 20 7 1,4 8 1,6
Dekat Pusat
Perekonomian 20 8 1,6 7 1,4
Total 100 7,2 7,6
120 3.3.2 Analisa Pemilihan Tpak
A. Alternatif I : Jl. Jendral Sudirman Luas Tapak : 1,7 Ha
Gambar 3.48, Alternatif Tapak I Sumber: Aplikasi Google Earth 2018 Batas – batas tapak :
• Utara : Ruko Semarang Bizpark
• Selatan : Sungai
• Timur : Jl. Madukoro Raya
• Barat : Lahan Kosong
121 Gambar 3.49. Lingkungan Sekitar Tapak I
Sumber: Dokumentasi Pribadi
• Potensi :
- Merupakan kawasan yang sehat
- Dekat kawasan pendidikan dan perkantoran, seperti sekolah tri tunggal, krita mitra, terang bangsa, dan nasima serta pekantoran baik swasta maupun pemerintah.
- Memiliki view bagus pada daerah sekitar Sungai Banjir Kanal. - Akses pencapaian meliputi jalan lokal sekunder, yaitu Jl. Madukoro
Raya
- Kualitas jalan yang bagus besar, dilengkapi dengan pedestrian. - Kemiringan lereng 2-5% landai
- Satu akses yang dekat dan bebas hambatan menuju Bandara Achmad Yani Semarang.
• Kelemahan :
122 B. Alternatif II : Jl. Pamularish Raya
Luas Tapak : 2,3 Ha
Gambar 3.50. Alternatif Tapak II Sumber: Aplikasi Google Earth 2018
Gambar 3.51. Lingkungan Sekitar Tapak II Sumber: Dokumentasi Pribadi Batas - batas Tapak :
123
• Potensi :
- Dekat dengan tempat wisata lain yaitu Museum Ronggowarsito - Dekat dengan fasilitas pusat oleh – oleh Bandeng Juwana
- Dekat dengan fasilitas pendidikan SMP Kesatrian Negeri Semarang - Kemiringan lereng 0-2% relatif datar, jenis tanah alluvial hidromorf
dan kelabu tua.
- Dekat dengan fasilitas transporatasi, seperti bandara maupun halte bus umum, serta merupakan jalan arteri sekunder
• Kelemahan :
- Kepadatam lalu lintas cukup tinggi, kemudian fasilitas umum seperti pedestrian belum memadai.
Tabel 3.19. Skoring Pemilihan Lokasi Sumber: Analisis Pribadi
Skor Skor x Bobot Skor Skor x Bobot
Kawasan Sehat 20 8 1,6 8 1,6
Jenis Tanah 10 8 0,8 6 0,6
Kemiringan Lereng 20 8 1,6 7 1,4
Dekat Fasilitas
Pendidikan 10 9 0,9 7 0,7
Dekat Pusat
Perekonomian 20 7 1,4 8 1,6
Jalan Utama 20 8 1,6 9 1,8
Total 100 7,9 7,7