• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Faktor-Faktor Pendorong Perkembangan Indomaret di Kota Salatiga T1 162008003 BAB IV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Faktor-Faktor Pendorong Perkembangan Indomaret di Kota Salatiga T1 162008003 BAB IV"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

30

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan temuan dilapangan memperlihatkan hal-hal menarik terkait

dengan masalah pertanyaan peneltian dan tujuan penelitian dalam rangka

penulisan skripsi ini.

4.1. Kondisi Makro (Faktor External Perusahaan ) a. Pertumbuhan Penduduk

Pertumbuhan penduduk baik secara nasional maupun lokal telah

membuka peluang bagi perluasan pasar untuk produk apapun. Artinya,

pertumbuhan penduduk secara langsung berdampak pada peningkatan

pertimtaan pasar, termasuk barang yang tergolong consumer good. Hal

ini ikut menunjang laju pertumbuhan penduduk ekonomi ± 6%/tahun.

Pertumbuhan penduduk juga terjadi di salatiga. Hal ini terbukti dengan

pada tahun 2010 yang berjumlah 170.332 jiwa dan bertambah pada

tahun 2011 menjadi 177.088 jiwa. Pertumbuhan ini terus meningkat

hingga pada 2012 mencapai 185.123 jiwa. Dengan adanya pertumbuhan

pendudukun yang signifikan ini juga akan berpengaruh pada timgkat

konsumsi masyarakat.

b. Peningkatan Jumlah Kelas Menengah Baru

Kelas menengah, khususnya kelas menengah baru dari sudut

pendapatan, tentu berpengaruh positif terhadap permintaan barang

(2)

31

ekonomi Salatiga menunjukkan pertumbuhan yang positif, kendati

sempat mengamali penurunan pada tahun 2009. Untuk lebih jelas dapat

dilihat pada tabel berikut ini.

Bersumber: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Salatiga

Dengan adanya pertumbuhan ekonomi kota Salatiga, maka

berdampak pula pada pengeluaran per hari yang dilakukan olek

kelassosial ekonomi masyarakat. Salah satu kelas sosial ekonomi

adalahkelas sosial ekonomi menengah mempunyai tingkatan dalam

pengeluaran per harinya. Berhubungan dengan itu Bank Pembangunan

Asia (ADB) mengungkapakan bahwa” pertama, kelas menengah dengan

pengeluaran 2-4 dollar AS per kapita per hari. Kedua, kelompok dengan

pengeluaran 4-10 dollar per kapita per hari. Dan yang ketiga, kelompok

denagn pengeluaran 10-20 dollar per kapita per hari.”1 Hal sesuai dengan hasil observasi yang menyatakan bahwa rata-rata pembelian

yang dilakukan pada pasar modern yang berkisar lebih dari Rp. 50.000.

Ini termasuk pembelian yang dilakukan di Indomaret yang berkisar Rp-

20.000-Rp.100.000.

1Benny D. Koestanto. “Pertumbuhan Ekonomi Jebakan Kelas Menengah,” (Kompas 19

(3)

32

Dengan adanya pertumbuhan ekonomi dan pengeluaran kelas

sosial ekonomi masyarakat yang cukup signifikan ini dimanfaatkan oleh

para investor dan pelaku usaha mencoba peruntungan di berbagai

bidang. Dengan adanya permintaan pasar yang beragam dan

pertumbuhan ekomomi serta dan daya beli yang baik di Salatiga maka

para investor dan pelaku usaha berupaya untuk menghasilkan barang

subtitusi yang lebih baik dan berkelas. Sekalipun harganya

kadang-kadang lebih mahal dari produk konvensional. Hal ini dilakukan untuk

menarik perhatian kelas sosial ekonomi seseorang. Kelas menengah

baru merupakan kelas sosial ekomomi yang mengalami peningkatan

yang signifikan. Adapun lebih menarik dari tampilnya kelas sosial

ekonomi menengah baru ini adalah timbulnya perubahan gaya hidup dan

pola konsumsi.

Dengan demikian pendapatn yang diperoleh masyarakat akan

berpengaruh pula pada pola konsumsi yang dilakukan masyarakat

tersebut. Konsep elastisitas pendapatan menjelaskan bagaimana barang

konvensional cepat menjadi barang inferior. Orang kaya baru mengganti

jenis barang konvensional yang dikonsumsinya dengan barang yang

lebih berkelas. Gejala ini memperkuatulasan Duesenberry tentang

demonstration effect. Hal ini dimanfaatkan oleh pelaku bisnis ritel

dengan menghadirkan pasar modern baik yang berskala besar seperti

Mall/Supermarket maupun berkala kecil kecil seperti Minimarket. Pasar

(4)

33

dimanfaatkan oleh kelas menengah dalam mendongkrak citra

yangbersangkutan. Sesudah barang tentu dampak dari gejala ini

dirasakan pula oleh toko-toko, warung dan sejenis walaupun tidak

terlalu signifikan.Sebagimana telah dikemukan perihal pengeluaran

kelas sosial ekonomi menengah dan pertumbuhan ekonomi kota Salatiga

yang berakibat pada daya beli masyarakat yang dipengaruhi oleh gaya

hidup masyarakat, maka dapat disimpulkan bahwa pembeli diIndomaret

merupakan masyarakat kelas sosial ekonomi menengah bawah dan kelas

sosial ekonomi menengah tengah.

4.2. Kondisi Mikro (Internal Perusahaan)

Kondisi makro, baik pertumbuhan penduduk maupun tumbuhnya

kelas menengah, berdampak pada jenis usaha, termasuk usaha waralaba.

Karena itu,kondisi makro tidak menjadi jawaban yang pas untuk masalah

dan tujuan penelitian, dalam rangka penulisan skripsi ini.

Apabila dirumuskan secara spesifik, mengapa ditengah-tengah

ketatnya persaingan memperebutkan peluang pasar, yang sedang

bertumbuh, Indomaret sebagai waralaba ritel barang-barang konsumsi

mampu berkembang cepat, yang tersebar dan menempati lokasi di banyak

ruas jalan di kota Salatiga. Dari hasil temuan di lapangan, dapat diangkat

beberapa kondisi internal perusahaan sebagai faktor yang mendorong

Indomaret terus berkembang sampai saatnya pemerintah melakukan

pembatasan.

(5)

34

Dari tiga strata kelas menengah nampaknya Indomaret (Alfamart)

membidik kelas menengah kategori bawah dan menengah bagian

tengah. Dalam bagan piramida penduduk menurut tingkat pendapatan,

jumlah mereka 70%-80% dari seluruh kelas menengah. Mereka ini lebih

banyak berbelanja barang konsumsi berkelas di minimarket yang

tersebar di sebgaian besar pelosok kota. Hal ini dapat dibuktikan bahwa

sekalipun Mall Ramayana berhasil menegosiasi pemerintah kota

menjadikan Taman Sari sebagai terminal angkota tetapi Ramayana tidak

mampu menghentikan perkembngan Minimarket, termasuk Indomaret.

Agaknya Ramanya membidik kelas menengah kategori atas dan tengah

yang mampu berbelanja barang konsumsi berkelas dalam jumlah besar

dan datang dengan mengunakan mobil sebagi symbol status social. Dari

segi ini Mall/Supermarket bukanlah competitor yang signifikan bagi

Minimarket.

b. Pemilihan Lokasi Usaha

Bila diobservasi dengan teliti, lokasi yang dipilih oleh Indomaret

adalah lokasi yang tepat bila dilihat dari celah pasar yang dibidik (kelas

menengah bawah dan kelas menengah tengah). Gambaran berikut bisa

menjadi pendukung argumentasi ini.

1) Pilihan lokasi, dekat dengan konsentrasi pemukiman kelas

menengah (bawah dan tengah).

Umumnya kelas menengah baru tinggal di pinggir jalan

(6)

35

Kendaraan yang mereka miliki umumnya sepeda dan satu atau dua

sepeda motor. Lokasi tempat tinggal bukan lokasi elit, sehingga PBB

murah dan dapat dijangkau dengan sepeda motor serta angkota.

Dengan perhitungan seperti ini Indomaret menempati jalan “besar” di mulut gang dan dapat dijangkau dari banyak arah. Indomaret di

jalan Patimura, misalnya, lokasinya dekat dengan mulut jalan

Pramuka, jalan Dr. Sumardi dan jaln Yos Sudarso. Begitu juga di

jalan Diponegoro di mulut jalan Ki Penjawi, dimana disebelahnya

dipenuhi dengan rumah penduduk kelas menengah bawah. Lokasi itu

memudahkan dijangkau sekalipun dengan jalan kaki saja. Hal serupa

juga terjadi pada Indomaret di Jalan Kartini yang mempunyai jarak

hanya sekitar 500m2 dengan Indomaret di jalan Iman Bonjol

walaupun letaknya sejalur lurus namun pengunjungnya tetap ramai

karena banyak terdapat gang-gang dari kelas menengah baru yang

merupakan salah satu ciri kelas menengah.

2) Lokasi agak jauh dari kompleks perkotaan (Kompetitor)

Di jalan Jendral Sudirman (Komplek pertokoan), tidak

ditemukan satupun Indomaret (atau Alfamart). Hal ini menunjukan

bahwa Indomaret menjauhi competitor dekat. Sehingga di lokasi

yang dipilih, Indomaret menjadi “pemain” tunggal. 3) Penyedian Fasilitas

(7)

36

Tempat parkir disediakan untuk para pembeli. untuk itu

toko agak menjorok ke dalam untuk memberi ruang parkir yang

nyaman dan cukup untuk lebih kurang 10 sepeda motor dalam

satu wilayah yang sama. Indomaret berbeda dengan toko

kompetitornya yang parkirnya mengunkan bahu jalan. Sebagi

contoh adalah toko Zam-Zam merupakan kompetitor Indomaret

yang letaknya bersebrangan dengan Indomaret Patimura,

dikenakan biaya parkir. Lagi pula bebas biaya parkir. Bagi kelas

menengah bawah, uang parkir sepeda motor Rp. 1000,- cukup

berarti. Tidak hanya itu letak Indomaret yang berdekatan dengan

pasar Sayangan tetap ramai dikunjungi meskipun barang-barang

yang dijual di Indomaret dapat pula ditemukan di pasar

Sayangan. Dengan adanya parkir gratis ini juga membuat

Indomaret lebih dipilih pengunjung dari Pasar Sayangan.

Walaupun sebenarnya parkir gratis ini juga berlalu pada

mobil tetapi di Indomaret kapasitas parkir mobil tidak banyak.

Namun bagi mereka yang berbelanja di Ramayana parkir mobil

Rp 2000 tidak menjadi masalah karena biasa mereka sekali

berbelanja dengan jumlah besar atau yang di sebut one stop

parking.

Pakir gratis ini sangat berpengaruh pada mereka yang ingin

membeli barang dengan jumlah terbatas sehingga sangat

(8)

37

untuk tetap gaya hidup dan pola konsumsi berdasarkan kelas

sosial yang dianutnya.

b) Ruangan Berpendingin Udara

Ruang seperti ini hanya dijumpai di Mall atau Supermarket

dan Minimarket tetapi jarang dijumpai di toko/warung

kompetitor. Hal ini membuat nyaman bagi kelas menengah

bawah yang tidak pernah merasakan ruangan seperti itu di pasar

tradisional. Dengan ruang nyaman seperti ini akan membuat

nyaman pengunjung sehingga mereka mau berlama-lama berada

di dalam Indomaret.

4) Barang/produk yang dijual

Pada umumnya barang/produk yang dijual adalah barang

konsumsi yang kecepatan edarnya tinggi, tahan lama, dan berkelas.

Jumlah setiap jenis juga terbatas.Ini berbeda dengan Mall sekalipun

jenisnya relatif sama. Hal seperti ini cocok untuk memenuhi

kebutuhan mereka yang mensubtitusikan barang inferior dan

sekaligus meningkatkan citra diri (demonstration effect).

Barang/produk yang dijual pada toko modern seperti Mall

Ramayana, Indomaret dan pertokoan/ruko memiliki banyak

kesamaan. Hal ini juga berlaku pasar tradisional barang/produk yang

dijual juga memiliki kesaan dalam hal merk yang berkelas namun

(9)

38

seperti Pasa Raya dan warung lebih didominasi barang tidak

bermerk. Seperti halnya goring Filma dapat dijumpai di Pasar

Modern dan Pasar Tradisional namun di Pasar Tradional lebih

banyak dijumpai adalah minyak goring curah maupun minyak

goring dengan merk yang tidak terlalu familiar.

Demostrations effect mengakibatkan para kelas sosial

menengah cenderung membeli barang/produk pada Indomaret

karena diangkap lebih berkelas walaupun barang tersebut dapat

ditemui di Pasar Raya maupun warung. Hal ini terjadi karena para

kelas sosial menegah khususnya kelas sosial mengah bawah dan

kelas sosial menengah tengan ingin semakin diakui pada kelasnya.

5) Harga Pasti

Harga yang ditawarkan sudah pasti dan sama di setiap

gerai. Karena diatur oleh prinsipalnya (Franchiser). Hal ini

menopang kepercayaan konsumen akan kejujuran pelayanan toko

dan tidak perlu negosiasi harga. Keadaan ini juga terjadi pada Pasar

Modern seperti Ramayana dan pertokoan serta warung. Situasi yang

berbeda yang terjadi di Pasar Raya, dimana untuk menentukan harga

penjual dan pemebli melakukan tawar-menawar terlebih dahulu.

Faktor-faktor lain seperti display, iklan dan lain-lain seperti

yang kita jumpai dalam “text book marketing” juga kita jumpai di

(10)

39

yang signifikan yang membuat Indomaret berkembang begitu rupa

di tengah persaingan yang kian ketat.

Sebagai bahan pembanding untuk memperkuat pendapat

penulis adalah kasus Alfamart di kampus yang sekarang sudah tutup.

Benar bahwa warga kampus adalah kelas menengah yang jumlahnya

lebih dari 10.000 orang dan selalu ramai pada hari dan jam kuliah.

Mengapa Alfamart tidak bis bertahan? Menurut penulis ada

kekeliruan dalam menganalisis pasar, antar lain.

a. Warga kampus sebagaian besar adalah kelas menengah kategori

atas dan tengah. Mereka umumnya berbelanja ke Mall Ramayana.

Selain itu , umumnya warga kampus bukan orang-orang yang

baru saja meninggalkan pasar tradisional dan mencari pasar

modern untuk meningkatkan citra diri.

b. Warga kampus, utamanaya mahasiswa adalah mereka yang

tinggal di tempat kos, makan di warung atau catering, cuci pakian

di Loundry. Sementara barang yang dijual Alfamart seperti susu

bayi, sabun, deterjen, minyak goring kemasaan, pewangi cucian,

popok bayi dan lain-lain bukan kebutuhan segmen calon

pembeli.Ragam barang yang dijual, soal harga, dan lain-lain

dengan Indomaret yang penulis gambarkan di atas. Tetapi

Referensi

Dokumen terkait

Berbagai wacana tersebut yang telah berkembang di masyarakat mengenai pelayanan publik, sehingga memunculkan salah satu cara dalam pelayanan publik yaitu; dengan menerapakan

Mata bor helix kecil ( Low helix drills ) : mata bor dengan sudut helix lebih kecil dari ukuran normal berguna untuk mencegah pahat bor terangkat ke atas

Raya

[r]

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk menjelaskan faktor yang menyebabkan fenomena yang melatar belakangi perilaku prososial etnis Tionghoa

Metode penelitiannya adalah kualitatif, sebagai prosedur yang digunakan untuk memperoleh data dengan cara mengamati keadaan yang berupa ucapan dan perilaku melalui tulisan

Berdasarkan Surat Penetapan Pelaksana Pengadaan Langsung Nomor Nomor : 050/10 PnL-11/2/A.N.005/409.108/2016, tanggal 18 Maret 2016, untuk Pekerjaan PJU Jalan Makam

[r]