SEMESTER 1 TAHUN PELAJARAN 2014/2015
Sri Widiyanti Sunardi Wahyu Purwiyastuti
Pendidikan Sejarah Universitas Kristen Satya Wacana
ABSTRACK
Previous views put learning as a process of transferring information or ‘transfer knowledge’ from teacher to students finally got a lot of criticism. The discovery found that teacher is the only source of information. He put students or learnes not as dynamic, individual but rather of passive object. This gave impact for student to hardly get an optimal learning potential where as theacher should give encouragement and guidance to students to explore the sources in order to increase their knowledge and understand of aspects in learning prosess. Responding to this problem, the researcher conducted an action research, which aimed to improve students achievement and motivation of learning prosess by using model make a match state Junior High School 01 Bringin VII grade semester 1 academic year 2014/2015. The action reseach used two cycles, data obtained was analized with descriptive technical comparative. Result of the average per cycle was 49.1 increased in the cycle I 94.7 and cycle II was 93.7. From the results of the average can be said to increase.
Key words: Motivation and achievement. Learning model make a match. Junior High School 01 Bringin.
PENDAHULUAN
Pandangan yang sudah berlang-sung lama yang menempatkan pembelajar-an sebagai proses trpembelajar-ansfer informasi atau transfer of knowledge dari guru kepada siswa semakin banyak mendapat kritikan. Penempatan guru sebagai satu-satunya sumber informasi menempatkan siswa atau peserta didik tidak sebagai individu yang dinamis, akan tetapi lebih sebagai obyek yang pasif sehingga potensi-potensi yang dimiliki siswa tidak dapat berkembang secara optimal. Pandangan ini juga semakin terasa jika dikaji dari pesatnya perkembangan arus informasi dan media komunikasi yang sangat memungkinkan siswa secara aktif mengakses berbagai informasi yang mereka butuhkan. Dalam keadaan ini guru hendaknya dapat
membe-rikan dorongan dan arahan kepada siswa untuk mencari berbagai sumber yang dapat membantu peningkatan pengetahuan dan pemahaman mereka tentang aspek-aspek yang dipelajari
Bela-15 jar pada hakekatnya merupakan proses kegiatan secara berkelanjutan dalam rang-ka perubahan perilaku peserta didik secara konstruktif.
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, afektif dan psikomotorik (Nana Sudjana, 2010: 22).
Faktor yang mempengaruhi upaya peningkatan prestasi belajar siswa salah satunya adalah meningkatkan motivasi siswa dalam belajar. Motivasi sebagai keseluruhan daya penggerak yang ada dalam diri siswa mampu menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki siswa dapat tercapai. Motivasi dapat berasal dari dalam diri siswa (intrinsik) maupun dari luar diri siswa (ekstrinsik).
Kondisi awal hasil belajar IPS pada siswa kelas VII-C SMP Negeri 01 Bringin semester 1 tahun ajaran 2014/2015, menunjukan bahwa belum semua siswa mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) 75. dari 31 siswa, ada 20 siswa yang belum mencapai KKM. Guru sudah baik didalam menjalankan pembelajaran, na-mun siswa kurang memiliki motivasi pembelajaran IPS. Terbukti dengan guru yang sudah mengajar dengan baik tersebut belum bisa membuat prestasi belajar siswa tuntas sesuai dengan KKM.
Berdasarkan penjelasan di atas diperlukan teknis/model pembelajaran yang dapat dijadikan untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar IPS pada siswa kelas VII-C SMP N 01 Beringin. Salah satu cara agar pembelajaran IPS sejarah
dapat berjalan aktif, kreatif, efektif, menyenangkan maka peneliti dan guru sekaligus mencoba untuk menggunakan model pembelajaran make a matchuntuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS kelas VII-C SMP N 01 Bringin.
KAJIAN TEORI Belajar
Belajar merupakan kegiatan pen-ting setiap orang, termasuk di dalamnya belajar bagaimana seharusnya belajar. Dalam kehidupan aktivitas manusia sehari-hari hampir tidak pernah dapat terlepas dari kegiatan belajar, baik ketika seseorang melaksanakan aktivitas sendiri maupun didalam suatu kelompok tertentu. Abdillah (2002) Belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomotorik untuk memperoleh tujuan tertentu (Aunur-rahman, 2009: 33,35).
Peristiwa belajar sendiri adalah alat untuk mencapai tujuan pengajaran. Ada beberapa yang melihat peristiwa belajar, yakni (a) melihat belajar sebagai proses, (b) melihat belajar sebagai hasil, (c) melihat belajar sebagai fungsi. Ketiga cara ini perlu bagi guru, karena tugas guru adalah membina, memimbing dan meng-arahkan kegiatan belajar siswa, agar memperoleh hasil yang telah dirancang sebelumnya dan peristiwa belajar akan dipandang dari segi hasil (Nana Sudjana, 1987:45)
sedangkan unsur motoris adalah unsur jasmaniah.
Motivasi Belajar
Menurut Sardiman A. M (1996: 85) fungsi motivasi bagi siswa antara lain: a) mendorong siswa untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi, b) menentukan arah, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai, c) menyeleksi perbuatan, yakni menen-tukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.
Elida Prayitno (1989: 30) menyata-kan bahwa motivasi diartimenyata-kan sebagai jantungnya proses belajar bukan saja menggerakkan tingkah laku, tetapi juga mengarahkan dan memperkuat tingkah laku. Siswa yang termotivasi dalam belajar, menunjukkan minat, kegairahan dan ketekunan yang tinggi dalam belajar, tanpa tergantung banyak kepada guru.
Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM)
Pembelajaran sebagai suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian pe-ristiwa, yang dirancang, disusun, sedemi-kian rupa untuk mendukung dan mem-pengaruhi terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal. Pembelajaran ber-upaya mengubah masukan berupa siswa yang belum terdidik, menjadi siswa yang terdidik, siswa yang belum memiliki pengetahuan tentang sesuatu, menjadi siswa yang memiliki pengetahuan. Pembe-lajaran yang efektif ditandai dengan terja-dinya proses belajar dalam diri siswa (Aunurrahman, 2009: 34).
Menurut Sa’dun Akbar (2010: 237 -238), pembelajaran dapat dilakukan de-ngan strategi yang popular yaitu PAKEM.
Pembelajaran berarti upaya fasilitasi de-ngan sadar, proses pembelajaran siswa, upaya menjadikan, pengembangan wawas-an, internalisasi nilai-nilai, pengembangan sikap dan tanggung jawab, menjadikan kreatif, perubahan perilaku, terwujud dalam perilaku hidup siswa.
Model Pembelajaran
Menurut Arends, model pem-belajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk didalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas (Agus Suprijono, 2009: 46).
Melalui model pembelajaran guru dapat membantu peserta didik mendapat-kan informasi, ide, keterampilan, cara berfikir, dan mengekspresikan ide. Model pembelajaran berfungsi pula sebagai pedo-man bagi para perancang pembelajaran dan para guru dalam merencanakan akti-vitas belajar mengajar. Model pembela-jaran dapat dimaknai sebagai perangkat perencana atau pola yang dapat digunakan untuk merancang bahan-bahan pembela-jaran serta pebimbing aktivitas-aktivitas pembelajaran. Brady (1985:7), mengemu-kakan bahwa model pembelajaran dapat diartikan sebagai blueprint yang dapat dipergunakan untuk membimbing guru didalam mempersiapkan pembelajaran (Au-nurrahman, 2009: 146).
Model Pembelajaran Make a Match Pembelajaran make a match (men-cari pasangan) merupakan model pem-belajaran aktif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM) yaitu pembelajaran kooperatif yang mengutamakan kerja sama dan kecepatan diantara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.
17 mempunyai langkah-langkah sebagai beri-kut:
a) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review. Sebaiknya satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban.
b) Setiap siswa mendapatkan satu buah kartu
c) Setiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegangnya
d) Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (soal/jawabannya)
e) Setiap siswa yang dapat mencocokan hasilnya sebelum batas waktu diberi point aplaus
f) Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda sebelumnya
g) Demikian seterusnya h) Mengambil kesimpulan i) Penutup
Mata Pelajaran IPS
Mata pelajaran IPS (sejarah, sosiologi, geografi dan ekonomi) dibuat dan disusun secara sistematis dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. Mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
a) Mengenal konsep-konsep yang berkait-an dengberkait-an kehidupberkait-an masyarakat dberkait-an lingkungannya.
b) Memiliki kemampuan dasar untuk berfikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah dan keterampilan dalam kehidupan sosial. c) Memiliki komitmen dan kesadaran
ter-hadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.
d) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, ditingkat
lokal, nasional dan global (Sa’dun Akbar, 2010: 78).
METODE PENELITIAN
Dalam penelitian tindakan kelas ini, merujuk pada model Kurt Lewin yang terdiri dari empat langkah, yaitu:
1. Perencanaan (Planning) 2. Aksi atau tindakan (Acting) 3. Observasi (Observing) 4. Refleksi (Reflecting)
Keempat langkah model Kurt Lewin tersebut diatas dapat digambarkan sebagai berikut:
(Tukirand dkk, 2010: 24)
Tekhnik Analisis Data
Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan pendekatan Deskriptif Komparatif, yaitu mendeskripsikan dan membandingkan antara motivasi dan prestasi prestasi belajar siswa sebelum dilaksanakan tindakan perbaikan, dengan motivasi dan prestasi belajar siswa setelah diterapkan metode pembelajaran Make a Matchpada siklus I dan siklus II. Klasifikasi hasil data angket motivasi belajar siswa diukur sesuai dengan tabel berikut:
Persentase skor yang diperoleh
Kategori
66,68% ≤
X
≤ 100% Tinggi33,34% ≤
X
≤ 66,67% Sedang0% ≤
X
≤ 33,33% Rendah%
X
= persentase total yang diperoleh,A
= jumlah skor yang diperoleh siswa pada setiap variabel/aspek,B
= jumlah skor total maksimal pada setiap variabel/aspek.(Muh. Ali, 1993:186)
HASIL PENELITIAN
Kondisi awal hasil belajar IPS pada siswa kelas VII-C SMP Negeri 01 Bringin semester 1 tahun ajaran 2014/2015, menunjukan bahwa belum semua siswa mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) 75. Dari 31 siswa, ada 20 siswa yang belum mencapai KKM. Hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS dengan nilai rata-rata klasikal 59.1, nilai terendah 10, nilai tertinggi 100 dan ketuntasan klasikal 35.4%.
Nilai klasikal kondisi awal kelas VII C SMP Negeri 1 Bringin
NO ASPEK NILAI 1 Rata-rata Klasikal 49.1 2 Nilai Terendah 10 3 Nilai Tertinggi 100 4 Prosentase Ketuntasan (%) 35.4
Hasil Penelitian Siklus I
Hasil belajar siklus I sudah me-nunjukan adanya peningkatan hasil belajar. Pada prasiklus nilai rata-rata klasikal 49,1 dan pada siklus I nilai rata-rata klasikal 94,7 dengan peningkatan 45,6. Prosentase ketuntasan pada prasiklus hanya 35,4% dan pada siklus I naik menjadi 87,0% dengan peningkatan 51,6%.
Nilai Klasikal Pra Siklus Dan Siklus I
No Aspek
Nilai
Peningkatan Prasiklus Siklus
I
Hasil Penelitian Siklus II
Dari siklus II ini diperoleh hasil belajar siswa dengan nilai rata-rata klasikal 93.7 terdapat penurunan 1 dibandingkan dengan siklus I, yaitu 94.7. Tetapi nilai terendah adalah 68 sehingga terdapat peningkatan 8. Nilai tertinggi adalah 100, dan prosentase ketuntasan 96.7 % dengan peningkatan 9.6 %. Sedangkan untuk siswa yang tuntas 30 siswa dan yang belum tuntas 1 siswa.
Nilai Klasikal Pra Siklus, Siklus I Dan Siklus II
No Aspek
Nilai
Prasiklus Siklus I Siklus II
Prosentase Motivasi Belajar Siklus I dan Siklus II
No Pertanyaan Criteria jawaban Prosentase
(%) pelajaran IPS
8 11 11 1 - 76%
19 Dilihat dari prosentase motivasi setelah terlaksana siklus I dan siklus II hasilnya menunjukan motivasi belajar masuk dalam kategori tinggi yaitu dengan rata-rata 74%. Hal ini berarti siswa telah termotivasi dalam mengikuti pembelajaran, terbukti dengan prosentase ketuntasan pada prasiklus adalah 35.4% meningkat menjadi 87.0% pada siklus I dan 96.7% pada siklus II.
SIMPULAN
Pemahaman siswa pada mata pelajaran IPS mengalami peningkatan, setelah siswa mengikuti kegiatan pembela-jaran dengan model pembelapembela-jaran make a match. Hal ini dapat ditunjukan dengan rata-rata klasial pada pra siklus 49.1 (tanpa model pembelajaran make a match) menjadi 94.7 (siklus I) dan 93.7 (siklus II) setelah menggunakan model pembelajaran make a match. Prosentase ketuntasan belajar klasial mengalami peningkatan sebesar 96.7%. dalam penelitian ini masih ada 1 siswa yang belum tuntas sesuai dengan KKM (75). Penerapan model pembelajaran make a match mampu memberikan motivasi kegiatan pembela-jaran siswa sebesar 74% sehingga mampu menaikan prestasi belajar siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Agus Suprijono. 2009. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Aunurrahman. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta
Elide Prayitno. 1989. Motivasi dalam Belajar. Jakarta: Depdikbud
Mohammad Ali. 1993. Strategi Penelitian Pendidikan. Bandung Aksara.
Nana Sudjana. 1987. Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
___________. 1989. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Oemar Hamalik. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Sardiman A. M. 1996. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sa’dun Akbar, dkk. 2010. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial(IPS). Yogyakarta: Cipta Media
Tukirand Taniredja, dkk. 2011. Model-model Pembelajaran Inovatif. Bandung: Alfabeta.