• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINGKAT MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA ETNIS DAYAK BENUAQ ( Studi Deskriftif pada Siswa SMP 32 Sendawar Kutai Barat Tahun Ajaran 20122013)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "TINGKAT MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA ETNIS DAYAK BENUAQ ( Studi Deskriftif pada Siswa SMP 32 Sendawar Kutai Barat Tahun Ajaran 20122013)"

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)

i

TINGKAT MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA

ETNIS DAYAK BENUAQ

( Studi Deskriftif pada Siswa SMP 32 Sendawar

Kutai Barat Tahun Ajaran 2012/2013)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Disusun oleh : Nama: Imran Gregorius

NIM : 081114062

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

iv

MOTO DAN PERSEMBAHAN

Harapan yang tertunda menyedihkan hati,

Tetapi keinginan yang terpenuhi

Adalah pohon kehidupan

Amsal 13: 12

”Lihatlah ke atas ’tuk meneladan kesuksesan,

lihatlah ke bawah ’tuk menikmati kebahagiaan”

Terus naik bukan turun,

Jadilah kepala bukan ekor.

(sebuah refleksi di akhir masa studi)

SKRIPSI INI KUPERSEMBAHKAN KEPADA:

Ayahku : Merang, dan Ibuku : Teresia Seneq, saudara-saudara ku Dion, Arman

(5)
(6)
(7)

vii

ABSTRAK

TINGKAT MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA

ETNIS DAYAK BENUAQ

(Studi Deskriftif pada Siswa SMP 32 Sendawar

Kutai Barat Tahun Ajaran 2012/2013)

Imran Gregorius

Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2014

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tingkat motivasi belajar siswa SMP Negeri 32 Sendawar tahun ajaran 2012-2013 dan mengidentifikasi butir-butir instumen motivasi belajar yang masih rendah pada diri para siswa SMP Negeri 32 Sendawar tahun ajaran 2012/2013 yang berdampak implikatif terhadap pemilihan topik-topik program bimbingan belajar.

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan metode survei. Populasi penelitian adalah seluruh siswa-siswi SMP Negeri 32 Sendawar, Kutai Barat Tahun Ajaran 2012/2013 yang berjumlah 120 siswa. Instrumen penelitian ini adalah kuesioner yang disusun sendiri oleh peneliti. Kuesioner ini memiliki 45 butir pernyataan yang mengungkapkan empat aspek motivasi belajar, yaitu dorongan mencapai sesuatu, komitmen, inisiatif dan optimis. Teknik analisis data menggunakan analisis statistik deskriptif yang meliputi penyajian data melalui tabel, perhitungan mean, standar deviasi serta pengkategorisasian. Motivasi belajar siswa dikategorikan menjadi lima kategori, yaitu: sangat tinggi, tinggi, cukup tinggi, rendah dan sangat rendah.

(8)

viii

ABSTRACT

THE LEARNING MOTIVATION LEVEL OF STUDENTS FROM DAYAK BENUAQ

(A Descriptive Study on the Students at SMP 32 Sendawar, Kutai Barat in 2012/2013 Academic Year) implicatively to determine the topics of learning guidance program.

The type of this research is descriptive analysis with survey method. The research population is from all students at SMP 32 Sendawar, Kutai Barat in 2012/2013 academic year which consists of 120 students. The instrument of this research is a questionnaire made by the researcher himself. The questionnaire consists of 45 statements describing four learning motivation aspects, namely motivation to achieve something, commitment, initiative, and optimism. The technique of data analysis is using table, mean calculation, deviation standards as well as categorization. The students’ learning motivation is categorized into 5 categories, namely very high, high, fairly high, low, and very low.

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur yang sangat luar biasa penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus

Kristus yang telah memberikan segalanya kepada penulis sehingga penulis dapat

menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul tingkat motivasi belajar pada siswa etnis dayak benuaq (study deskriftif pada siswa SMP Negeri 32 Sendawar

Kutai Barat Tahun Ajaran 2012/2013)

Penyusunan skripsi TINGKAT MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA ETNIS DAYAK BENUAQ (Studi Deskriftif pada Siswa SMP 32 Sendawar Kutai Barat Tahun Ajaran 2012/2013) ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana, Jurusan Bimbingan dan Konseling, Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.Dalam masa studi

dan penyusunan skripsi ini, penulis mendapat dukungan dari berbagai pihak. Pada

kesempatan ini penulis ingin menyampaikan penghargaan dan ucapan terima

kasih kepada :

1. Dr. Gendon Barus, M.Si., sebagai Kepala Program Studi Bimbingan dan

Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah membantu

dan memberi kelancaran dalam penulisan skripsi sekaligus sebagai dosen

pembimbing yang dengan penuh pengertian, kesabaran, keceriaan, dan

ketulusan hati memberikan bimbingan, waktu, tenaga, pikiran, saran, dan

semangat kepada penulis dalam menyusun dan menyelesaikan skripsi ini.

2. Seluruh keluarga besar SMP Negeri 32 Sendawar Kabupaten Kutai Barat

Provinsi Kalimantan Timur yang telah bersedia memberikan ijin tempat

untuk melaksanakan penelitian ini.

3. Kedua orang tua saya Bapak Merang dan Ibu Teresia Seneq serta

saudara-saudara ku Dion, Arman ngudau, Yuliana Fransiska Ima, Hadi

Christianus, dan Feronika, yang telah menjadi semangat saya dalam

menyelesaikan skripsi, terimakasih untuk dukungan berupa materi, doa

dan penghiburan selama penyusunan skripsi.

4. Pemerintah Daerah Kabupaten Kutai Barat yang telah memberikan

(10)
(11)

xi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN DEWAN PENGUJI ... iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi

ABSTRAK ... vii

A. Hakikat Motivasi Belajar... 8

1. Definisi Motivasi ... 8

2. Teori Motivasi ... 9

(12)

xii

4. Aspek-Aspek dalam Motivasi Belajar ... 13

5. Ciri-Ciri Siswa yang Memiliki Motivasi Belajar ... 15

6. Jenis-Jenis Motivasi Belajar ... 16

7. Fungsi Motivasi Belajar ... 21

8. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar ... 22

9. Bentuk-Bentuk Motivasi dalam Belajar ... 24

10.Faktor yang Menyebabkan Menurunnya Motivasi Belajar Siswa ... 27

B. Hakikat Bimbingan Belajar ... 28

1. Definisi Bimbingan Belajar ... 28

2. Tujuan dan Fungsi Bimbingan Belajar ... 30

3. Topik-Topik Bimbingan Belajar ... 32

C. Gambaran Pendidikan Di Masyarakat Kutai Barat ... 32

1. Kutai Barat Secara Umum ... 32

C. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ... 38

D. Pengujian Instrumen Penelitian ... 38

E. Teknik Analisis Data ... 43

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 47

A. Hasil Penelitian ... 47

B. Pembahasan ... 52

(13)

xiii

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 60

A. Kesimpulan ... 60

B. Saran ... 60

DAFTAR PUSTAKA ... 62

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Kisi-Kisi Kuesioner Motivasi Belajar ... 38

Tabel 2 Rekapitulasi Hasil Uji Validitas ... 40

Tabel 3 Hasil Uji Validitas Instrumen Motivasi Belajar ... 41

Tabel 4 Hasil Uji Reliabilitas ... 42

Tabel 5 Kisi-Kisi Koesioner Motivasi Belajar Setelah Uji Coba ... 43

Tabel 6 Kategori Motivasi Belajar ... 44

Tabel 7 Gambaran Motivasi Belajar Siswa SMP Negeri 32 Sendawar ... 45

Tabel 8 Penggolongan Motivasi Belajar Berdasarkan PAP I ... 46

Tabel 9 Penggolongan Motivasi Belajar Siswa SMPN 32 Sendawar Tahun Ajaran 2012/2013 ... 48

Tabel 10 Komposisi Capaian Skor Butir Motivasi Belajar ... 49

Tabel 11 Item-Item Motivasi Belajar Siswa SMP N 32 Sendawar Tahun Ajaran 2012/2013 yang Berkategori Rendah dan Sangat Rendah .. 51

(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Hierarki Kebutuhan Maslow ... 10

Gambar 2 Grafik Motivasi Belajar Siswa ... 49

(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Satuan Pelayanan Bimbingan ... 65

Lampiran 2 Kuesioner ... 87

Lampiran 3 Hasil Ujicoba Kuesioner ... 91

(17)

1

BAB I

PENDAHULUAN

Dalam bab pendahuluan diuraikan beberapa hal yang berhubungan

dengan latar belakang masalah, rumusan masalah yang menjadi dasar

untuk mencari jawaban terhadap permasalahan penelitian, kemudian

tujuan dilaksanakan penelitian, terakhir manfaat dan definisi operasional

penelitian.

A.

Latar Belakang Masalah

Motivasi sangat erat hubungannya dengan belajar, tanpa motivasi

siswa tidak akan dapat belajar dengan baik. Motivasi dapat dikatakan

sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri mahasiswa yang

menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan

belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan

yang dikehendaki oleh subyek belajar itu dapat tercapai (Sardiman,

2008:75).

(18)

ia pelajari. Sehingga dalam mempelajari setiap bahan mata pelajaran

tersebut dapat diterapkan dalam kehidupan, bukan hanya untuk sekedar

lulus meski dengan nilai yang sangat baik sekalipun. Siswa dapat

dimotivasi untuk mengerahkan segala tenaga yang dibutuhkan untuk

belajar, antara lain dengan motivasi dari dalam diri dan motivasi dari luar

diri (Djiwandono, 2002:356). Dari dalam diri mahasiswa seperti adanya

kebutuhan mengenai mata pelajaran tersebut sehingga ia terdorong untuk

belajar lebih giat lagi. Dari dirinya juga sudah ditanamkan tekad bahwa ia

harus menyelesaikan sekolahnya tepat waktu. Dari luar dirinya seperti

lingkungan yang mendukung perkembangan, guru yang mengajar, teman,

orang tua dan lain-lain.

Dengan motivasi belajar siswa yang tinggi, maka ia dapat

mengetahui prestasi belajar dari dirinya yang dinyatakan dalam nilai, baik

hasil ujian tengah semester maupun akhir semester. Prestasi belajar

diperoleh melalui proses belajar mengajar, dimana siswa mendapat

informasi melalui materi yang diajarkan guru, buku-buku penunjang dan

informasi lainnya

(19)

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan

beberap orang tua wali murid (khususnya di sekitar SMP N 32 Sendawar),

menunjukkan bahwa anak-anak mereka akan belajar dengan rajin hanya

pada saat akan menghadapi ujian atau ulangan umum. Keadaan yang

demikian menggambarkan bahwa motivasi belajar siswa etnis Dayak

Benuaq masih rendah. Kondisi ini didukung oleh keadaan penduduk di

daerah tersebut, dimana sebagian besar adalah petani karet. Anak-anak

mereka juga sudah terbiasa membantu orangtua untuk menambah

penghasilan keluarga. Mulai dari anak-anak yang usia sepuluh tahun sudah

dapat memperoleh penghasilan sendiri (mendapatkan uang) sampai

dengan orang dewasa. Keadaan inilah yang menjadi penyebab anak-anak

usia sekolah menjadi malas sekolah, mereka beranggapan bahwa dari pada

saya harus sekolah lebih baik saya mencari uang untuk memenuhi

kebutuhan saya. Hal ini lah yang menjadi salah satu penyebab motivasi

belajar siswa rendah.

(20)

Berdasarkan hasil wawancara peneliti, peneliti mengamati bahwa

motivasi siswa SMP Negeri 32 sendawar rendah. Ini dapat dilihat dari

hasil perolehan nilai dari setiap akhir semester. Pada kenyataannya ada

kecenderungan bahwa siswa kurang melakukan belajar secara mandiri

karena siswa kurang sadar akan tugas dan kewajibannya.

Penelitian dilakukan di SMP Negeri 32 Sendawar Kutai Barat,

Kalimantan Timur. Sekolah ini dipilih karena dari hasil wawancara dan

observasi peneliti, ditemukan bahwa sebagian besar siswa di SMP Negeri

32 Sendawar memiliki nilai akademik yang rendah Peneliti ingin

mengetahui sejauh mana tingkat motivasi belajar yang dimiliki siswa SMP

Negeri 32 Sendawar.

B.

Rumusan Masalah

Dalam penelitian ini secara spesifik masalah-masalah yang ingin

dipecahkan adalah sebagai berikut :

1.

Seberapa tinggi tingkat motivasi belajar siswa etnis Dayak Benuaq

pada SMP Negeri 32 Sendawar tahun ajaran 2012/2013?

(21)

C.

Tujuan Penelitian

1.

Mendeskripsikan tingkat motivasi belajar siswa SMP Negeri 32

Sendawar tahun ajaran 2012-2013.

2.

Mengidentifikasi butir-butir pengukuran motivasi belajar yang skor

capaiannya masih rendah pada diri para siswa SMP Negeri 32

Sendawar tahun ajaran 2012/2013 yang berdampak implikatif

terhadap pemilihan topik-topik program bimbingan belajar

D.

Manfaat Penelitian

1.

Teoritis

Hasil penelitian ini dapat digunakan bagi para pembaca

khususnya

mahasiswa

Bimbingan

dan

Konseling

untuk

mengembangkan dan memperkaya pengetahuan yang dimiliki

menyangkut teori-teori tentang motivasi belajar siswa sebagai

bekal seorang calon guru Bimbingan dan Konseling di sekolah.

2.

Praktis

a.

Bagi Guru Pembimbing

(22)

motivasi belajar siswa agar siswa semakin mampu

meningkatkan motivasi dalam belajar.

b.

Bagi Siswa

Siswa semakin sadar untuk berefleksi sampai sejauh

mana tingkat motivasi belajar siswa dan dapat memperoleh

bantuan-bantuan yang sesuai untuk meningkatkan motivasi

belajar siswa.

c.

Bagi peneliti

Penelitian ini dapat menambah pengentahuan peneliti

dalam hal tingkat motivasi belajar siswa SMP dan

memperkaya

pengentahuan

penelitian

dalam

bidang

bimbingan dan konseling sebagai modal sebagai seorang

konselor sekolah.

E.

Definisi Operasional

(23)

2.

Siswa dalam penelitian ini adalah siswa SMP Negeri 32 Sendawar

tahun ajaran 2012/2013.

3.

SMP Negeri 32 Sendawar adalah salah satu SMP Negeri yang

berada di Kutai Barat, Kalimantan Timur.

(24)

8

BAB II KAJIAN TEORI

Bab ini memaparkan beberapa hal yang berkaitan dengan landasan teori

antara lain pengertian motivasi belajar, bimbingan, remaja kutai barat.

A. Hakikat Motivasi Belajar

1. Definisi Motivasi

Motivasi berasal dari bahasa latin movere yang berati menggerakkan. Banyak orang menyebut ”motif”, diartikan sebagai daya upaya untuk mendorong

seseorang dalam melakukan sesuatu (Sardiman, 2011). Menurut Santrock (2007),

motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah, dan kegigihan perilaku. Hal

ini berarti perilaku yang mempunyai motivasi adalah perilaku yang penuh

semangat, dan terarah.

Menurut Mc. Donald (dalam Sardiman, 2011), motivasi adalah perubahan

energi yang ada dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya perasaan

dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian tersebut,

terdapat tiga elemen penting, yaitu:

a.Motivasi itu mengawali terbentuknya perubahan energi pada diri individu.

b.Motivasi ditandai dengan munculnya rasa (feeling), afeksi seseorang. c.Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan.

Dari ketiga elemen tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi akan

(25)

perasaan dan juga emosi, yang kemudian mendorongnya untuk bertindak karena

adanya tujuan, kebutuhan atau keinginan (Sardiman, 2011).

2. Teori Motivasi

Teori motivasi lahir dari kalangan para psikolog. Menurut ahli jiwa,

dijelaskan bahwa dalam motivasi terdapat suatu hierarki atau tingkatan-tingkatan,

yakni dari bawah ke atas. Dalam hal ini ada beberapa teori tentang motivasi yang

sesuai dengan soal kebutuhan, yaitu teori yang dikemukakan oleh Abraham

Maslow (Sardiman, 2011):

a. Kebutuhan fisiologis, seperti lapar, haus, kebutuhan untuk istirahat dan

sebagainya.

b. Kebutuhan akan keamanan, yaitu rasa aman, bebas dari rasa takut dan

kecemasan.

c. Kebutuhan akan cinta dan kasih; kasih, rasa diterima dalam suatu masyarakat

atau golongan (keluarga, sekolah, kelompok).

d. Kebutuhan untuk mewujudkan diri sendiri, yaitu mengembangkan bakat

dengan usaha mencapai hasil dalam bidang pengetahuan, sosial, pembentukan

pribadi.

Sesuai kebutuhan-kebutuhan di atas, Maslow menciptakan piramida hierarki

(26)

Under Standing and knowledge (6)

Self actualization (5)

Self esteem (4)

Love and belonging (3)

Safety (2)

Physiological (1)

(Sumber: Sardiman, 2011)

Gambar 1

Hierarki Kebutuhan Maslow

Gambar di atas menunjukkan tingkatan-tingkatan dari kebutuhan manusia

mulai dari yang paling bawah sampai yang paling atas. Kebutuhan yang ada di

tingkat atas hanya akan terpenuhi apabila kebutuhan yang di bawahnya telah

terpenuhi.

Selain teori motivasi di atas, terdapat teori-teori lain yang berkaitan dengan

motivasi, yaitu (Sardiman, 2011):

a. Teori insting

Menurut teori ini tindakan setiap diri individu diasumsikan seperti tingkah

binatang, yakni berkaitan dengan insting atau pembawaan. Dalam

memberikan respon terhadap adanya kebutuhan seolah-olah tanpa dipelajari.

(27)

b. Teori fisiologis

Teori ini disebut juga behavior theories. Teori ini menjelaskan bahwa semua tindakan manusia berakar pada usaha memenuhi kepuasan dan kebutuhan

organik atau kebutuhan untuk kepentingan fisik atau kebutuhan primer.

c. Teori psikoanalitik

Teori ini mirip dengan teori insting, tetapi lebih ditekankan pada unsur-unsur

kejiwaan yang ada dalam diri manusia, yaitu id dan ego. Tokoh dari teori ini adalah Sigmund.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa teori motivasi terdiri

atas teori kebutuhan Abraham Maslow, teori insting, teori fisiologis dan teori

psikoanalitik. Dalam penelitian ini teori motivasi yang digunakan adalah teori

kebutuhan Abraham Maslow.

3. Pengertian Motivasi Belajar

Menurut Winkel (1995) motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak

psikis di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan-kegiatan belajar, dan

memberikan arah pada kegiatan belajar itu demi mencapai suatu tujuan. Menurut

Sardiman (2011), motivasi belajar merupakan keseluruhan daya penggerak di

dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin

kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar,

sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai.

(28)

merupakan suatu energi yang menggerakan siswa untuk belajar, tetapi juga suatu

yang mengarahkan aktivitas siswa kepada tujuan belajar”.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar

merupakan sesuatu yang mampu mendorong siswa untuk belajar baik itu dari

dalam diri siswa maupun dari luar diri siswa. Dengan adanya motivasi belajar,

siswa akan merasa bersemangat untuk belajar yang pada akhirnya dapat

meningkatkan prestasi belajar siswa.

Prestasi belajar siswa diperoleh siswa tergantung dari usaha belajar yang

telah dilakukan oleh siswa yang bersangkutan. Prestasi yang diperoleh siswa

mencerminkan sejauh mana siswa tersebut memahami meteri-materi yang

diberikan guru di dalam kelas, dan maupun menjawab soal-soal dari materi yang

telah dipahaminya itu dalam sebuah tes/ulangan yang diberikan pada siswa

tersebut. Dalam menerima materi ada perbedaan reaksi siswa yang satu dengan

yang lain. Ada yang menerima materi pelajaran dengan perasaan senang ada juga

yang menerima materi dengan terpaksa, malas, bahkan ada juga yang tidak

tertarik, dan bahkan ada juga siswa menerima dengan perasaan takut.

Terjadi perbedaan reaksi dalam belajar itu dikarenakan adanya perbadaan

motivasi dalam belajar dari setiap siswa. Menurut Prayitno (1989) motivasi dalam

belajar tidak saja merupakan suatu energi penggerak untuk belajar, tetapi juga

sebagai sesuat yang mengarahkan aktivitas siswa pada tujuan belajar. Dalam hal

(29)

Menurut Djamarah (2000) dalam proses belajar motivasi sangat dibutuhkan,

sebab seorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar tidak mungkin

melakuakan aktivias belajar.

4. Aspek-Aspek dalam Motivasi Belajar

Seseorang yang memiliki motivasi belajar yang baik, memiliki aspek-aspek

sebagai berikut (Chemis dan Goleman, 2001 dalam Sardiman, 2011):

a. Dorongan mencapai sesuatu

Suatu kondisi yang mana individu berjuang terhadap sesuatu untuk

meningkatkan dan memenuhi standar atau kriteria yang ingin dicapai dalam

belajar.

b. Komitmen

Salah satu aspek yang cukup penting dalam proses belajar adalah adanya

komitmen di kelas. Siswa yang mempunyai komitmen dalam belajar,

mengerjakan tugas pribadi dan kelompoknya tentunya mampu

menyeimbangkan tugas yang harus didahulukan terlebih dahulu. Siswa yang

memiliki komitmen juga merupakan siswa yang merasa bahwa ia memiliki

tugas dan kewajiban sebagai seorang siswa, yaitu harus belajar. Selain itu,

dengan kelompoknya siswa juga memiliki komitmen untuk mengerjakan

tugas secara bersama-sama.

c. Inisiatif

Kesiapan untuk bertindak atau melakukan sesuatu atas peluang atau

(30)

dilihat kemampuannya, apabila siswa memiliki pemikiran dari dalam diri

untuk melakukan tugas dengan disuruh orang tua atau siswa sudah memiliki

pemahaman untuk menyelesaikan tugas pekerjaan rumah tanpa di suruh orang

tua. Siswa yang memiliki inisiatif, merupakan siswa yang sudah mempunyai

pemikiran dan pemahaman sendiri dan melakukan sesuatu berdasarkan

kesempatan yang ada. Ketika siswa menyelesaikan tugas belajar untuk ujian,

maka siswa memiliki kesempatan untuk memperluas pengetahuan serta dapat

menyelesaikan hal lain yang lebih bermanfaat lagi.

d. Optimis

Suatu sikap yang gigih dalam mengejar tujuan tanpa perduli adanya

kegagalan dan kemunduran. Siswa yang memiliki sikap optimis, tidak akan

menyerah ketika belajar ulangan, meskipun mendapat nilai yang jelek, tetapi

siswa yang memiliki rasa optimis tentunya akan terus belajar giat untuk

mendapat nilai yang lebih baik. Optimis merupakan sikap yang seharusnya

dimiliki oleh setiap siswa, agar siswa belajar bahwa kegagalan dalam belajar

bukanlah suatu akhir belajar dan bukan berarti siswa itu merupakan siswa

yang bodoh.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi motivasi

belajar terdiri atas aspek dorongan mencapai sesuatu, adanya komitmen, inisiatif

(31)

5. Ciri-Ciri Siswa yang Memiliki Motivasi Belajar

Seseorang yang termotivasi dapat dilihat dari ciri-ciri yang ada pada

dirinya. Menurut Supriyadi (2005), siswa yang memiliki motivasi belajar

memiliki ciri-ciri berikut ini.

a. Memperhatikan materi pelajaran

b. Ketekunan dalam belajar

c. Ketertarikan dalam belajar

d. Keseringan belajar

e. Komitmennya dalam memenuhi tugas-tugas sekolah

f. Semangat dalam belajar

g. Kehadiran siswa di sekolah

Menurut Sardiman (2011), ciri-ciri orang yang mempunyai motivasi

adalah sebagai berikut:

a. Tekun menghadapi tugas

b. Ulet menghadapi kesulitan

c. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah

d. Lebih senang bekerja mandiri

e. Cepat bosan pada tugas-tugas rutin

f. Dapat mempertahankan pendapatnya

g. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu

h. Senang memecahkan masalah soal-soal

Adapun orang-orang yang memiliki motivasi dalam belajar menurut Uno

(32)

a. Adanya hasrat dan keinginan berhasil

b. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar

c. Adanya harapan dan cita-cita masa depan

d. Adanya penghargaan dalam belajar

e. Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar

f. Adanya lingkungan belajar yang kondusif

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri siswa

yang memiliki motivasi belajar antara lain adalah adanya keinginan untuk

berhasil, adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar, komitmennya dalam

memenuhi tugas-tugas sekolah, tidak mudah melepaskan hal yang diyakininya,

lebih senang bekerja mandiri, cepat bosan pada tugas-tugas rutin, senang

memecahkan masalah soal-soal, semangat dalam belajar, kehadiran di sekolah,

dan ulet menghadapi kesulitan.

6. Jenis-jenis Motivasi dalam Belajar

Dalam proses belajar siswa, ada dua jenis motivasi belajar, yaitu motivasi

yang ada dalam diri siswa itu sendiri yang disebut motivasi intrinsik dan motivasi

yang berasal dari luar diri siswa yang disebut motivasi ekstrinsik.

a. Motivasi belajar intrinsik

Motivasi instrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau

berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap

individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu (Sardiman, 2011).

(33)

luar. Misalnya, dari diri siswa senang membaca, menulis, dan lain-lain tanpa

ada paksaan dari orang lain.

Bila seeorang telah memiliki motivasi instrinsik dalam dirinya, maka ia

secara sadar akan melakukan suatu kegiatan yang tidak memerlukan motivasi

dari luar dirinya. Dalam aktivitas belajar motivasi instrinsik sangat

diperlukan, terutama pada saat belajar sendiri. Seseorang yang memiliki

motivasi instrinsik selalu ingin maju dalam belajarnya. Keinginan itu

dilatarbelakangi oleh pemikiran positif, bahwa semua mata pelajaran yang

dipelajari sekarang akan berguna masa mendatang (Djamarah, 2000).

Dalam proses belajar, siswa yang bermotivasi secara instrinsik dapat

dilihat dari kegiatannya yang tekun dalam mengerjakan tugas-tugas belajar.

Hal tersebut dikarenakan siswa ingin mencapai tujuan belajar yang

sebenarnya. Tujuan belajar yang sebenarnya adalah menguasai apa yang

sedang dipelajari dan memperoleh prestasi belajar yag baik bukan untuk

mendapat pujian dari guru atau orang tua.

Menurut Djamarah (2000) siswa yang memiliki motivasi instrisik

cendrung akan menjadi orang yang terdidik. Memiliki pengentahuan, yang

cendrung memilikin keahlian tertentu.

Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi

intrinsik adalah motivasi yang berasal dari dalam diri siswa, yang

(34)

b. Motivasi Ekstrisik

Motivasi ekstrisik merupakan kebalikan dari motivasi instrinsik.

Menurut Sardiman (2011), motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang

motif-motifnya aktif, dan berfungsi karena ada rangsangan dari luar.

Menurut Djamarah (2000) motivasi belajar dikatakan ekstrinsik bila

siswa mendapatkan tujuan belajarnya di luar faktor-faktor belajar situasi

belajar. Siswa belajar karena hendak mencapai tujuan yang terletak di luar hal

yang dipelajarinya, misalnya untuk mendapat nilai tinggi, mendapat gelar,

untuk kehormatan, dan sebagainya.

Menurut Santrock (2007), motivasi ekstrinsik yaitu melakukan sesuatu

untuk mendapatkan sesuatu yang lain (cara untuk mencapai tujuan). Motivasi

ekstrinsik sering dipengaruhi oleh insentif eksternal seperti imbalan dan

hukuman. Misalnya, siswa belajar keras dalam menghadapi ujian untuk

mendapatkan nilai yang baik.

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi

ekstrinsik adalah motivasi yang berasal dari luar diri siswa yang

mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar.

Motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik berfungsi sebagai penggerak,

penggerak dalam wujud suatu perbuatan. Motivasi dapat berfungsi sebagai

pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Seseorang melakukan usaha karena

adanya motivasi. Dengan adanya usaha yang tekun dan terutama disadari

(35)

prestasi yang baik. Motivasi seorang siswa akan menentukan tingkat

pencapaian prestasinya.

Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya, dibagi menjadi dua, yaitu

(Sardiman, 2011):

a. Motif-motif bawaan

Motif bawaan adalah motif yang dibawa sejak lahir, jadi motivasi itu ada

tanpa dipelajari. Misalnya dorongan untuk makan, minum, bekerja,

beristirahat. Motif-motif tersebut sering disebut motif-motif yang disyaratkan

secara biologis.

b. Motif-motif yang dipelajari

Motif-motif yang dipelajari yaitu motif-motif yang timbul karena dipelajari

oleh seseorang. Misalnya: dorongan untuk belajar suatu cabang ilmu

pengetahuan, mengajar sesuatu di dalam masyarakat. Motif-motif tersebut

sering disebut dengan motif-motif yang diisyaratkan secara sosial. Hal ini

disebabkan karena manusia hidup dalam lingkungan sosial dengan sesama

manusia lainnya, yang akhirnya membentuk motivasi.

Frandsen (Sardiman, 2011) menyebutkan bahwa jenis-jenis motif terdiri atas:

a. Cognitive motives

Motif ini menunjuk pada gejala intrinsik, yaitu menyangkut kepuasan

individual yang berada dalam diri manusia dan biasanya berwujud proses dan

produk mental. Jenis motif ini sangat penting dalam kegiatan belajar di

(36)

b. Self-expression

Penampilan diri adalah sebagian dari perilaku manusia. Kebutuhan individu

itu tidak hanya tahu mengapa dan bagaimana sesuatu itu terjadi, tetapi juga

mampu membuat suatu kejadian. Oleh karena itu diperlukan kreativitas, dan

imajinasi. Dengan demikian, seseorang memiliki keinginan untuk aktualisasi

diri.

c. Self-enhancement

Dengan aktualisasi diri dan pengembangan kompetensi akan meningkatkan

kemajuan diri seseorang yang menjadi salah satu keinginan bagi setiap

individu. Dalam kegiatan belajar, dapat diciptakan suasana kompetensi yang

sehat bagi siswa untuk mencapai prestasi.

Woodworth dan Marquis (Sardiman, 2011) membagi jenis motivasi menjadi

tiga jenis, yaitu:

a. Motif atau kebutuhan organis, meliputi kebutuhan untuk minum, makan,

bernafas, seksual, berbuat dan kebutuhan untuk beristirahat.

b. Motif-motif darurat. Misalnya dorongan untuk menyelamatkan diri, dorongan

untuk membalas, untuk berusaha, untuk memburu, yang disebabkan karena

rangsangan dari luar.

c. Motif-motif objektif, menyangkut kebutuhan untuk melakukan eksplorasi,

melakukan manipulasi, untuk menaruh minat, yang muncul karena dorongan

untuk dapat menghadapi dunia luar secara efektif.

Berdasarkan uraian di atas, motivasi belajar terbagi menjadi motivasi

(37)

motives, self-expression, self-enhancement, motif atau kebutuhan organis, motif-motif darurat dan motif-motif-motif-motif objektif.

7. Fungsi Motivasi Belajar

Motivasi mempunyai fungsi bagi seseorang, karena motivasi dapat

menjadikan seseorang mengalami perubahan ke arah yang lebih baik. Menurut

Sardiman (2011), fungsi motivasi antara lain:

a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang

melepaskan energi.

b. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai.

c. Menyeleksi perbuatan yakni menentukan perbuatan mana yang harus

dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan dengan menyisihkan

perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.

Lebih lanjut Sardiman (2011) menyebutkan bahwa masih ada fungsi-fungsi

lain, yaitu pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Seorang melakukan suatu

usaha karena adanya motivasi. Dengan adanya motivasi yang baik dalam belajar

akan menunjukkan hasil yang baik. Dengan kata lain, dengan adanya usaha yang

tekun dan terutama didasari adanya motivasi, maka seorang siswa yang belajar

dengan tekun akan dapat melahirkan prestasi yang baik. Intensitas motivasi

belajar seorang siswa sangat menentukan tingkat pencapaian prestasi belajarnya.

Menurut Uno (2008), fungsi motivasi dalam belajar adalah sebagai berikut:

a. Mendorong manusia untuk melakukan suatu aktivitas yang didasarkan atas

(38)

b. Menentukan arah tujuan yang hendak dicapai

c. Menentukan perbuatan yang harus dilakukan.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa fungsi motivasi

dalam belajar adalah untuk mendorong, menggerakkan dan mengarahkan

kegiatan-kegiatan peserta didik dalam belajar sehingga dapat mencapai hasil yang

maksimal.

8. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

Demiyati dan Mudjiono (1990) mengatakan bahwa yang mempengauhi

motivasi belajar antara lain:

a. Cita-cita dan Aspirasi Siswa

Setiap manusia mempunyai cita-cita dalam hidupnya, termasuk siswa.

Cita-cita dan aspirasi senantiasa ia kejar dan perjuangkan bahkan tidak jarang ada

rintangan yang ditemuinya dalam mengejar cita-cita itu siswa akan berusaha

semaksimal mungkin. Dengan adanya cita-cita siswa dapat memperkuat

motivasi belajarnya.

b. Kemampuan Siswa

Keinginan siswa perlu diiringi dengan kemampuan dan kecakapan untuk

mencapainya. Keinginan siswa untuk memperoleh nilai yang baik misalnya,

perlu diiringi dengan usaha yang diperlukan dalam memperoleh nilai yang

baik, entah itu dengan cara mencatat yang perlu atau mengerjakan tugas yang

(39)

kecakapan dan kemampuan maka keinginan siswa untuk mendapat nilai yang

baik akan tercapai.

c. Kondisi Siswa

Kondisi siswa yang meliputi kondisi rohani dan jasmani mempengaruhi

motivasi belajar siswa. Seseorang yang sedang sakit, lapar, atau sedih akan

mengganggu kegiatan belajar. Sebaliknya siswa yang sehat, kenyang dan

senang/gembira akan mudah memusatkan perhatian dalam belajar. Dengan

demikian keadaan jasmaniah dan rohaniah mempengaruhi motivasi belajar.

d. Kondisi Lingkungan Belajar

Lingkungan balajar meliput lingkunan fisik dan lingkungan sosial.

Lingkungan fisik antara lain, lingkungan tempat belajar, fasilitas belajar, dan

suasana balajar. Sedangkan lingkungan sosial antara lain, hubungan dengan

teman dikelas, teman sebaya, dengan rekan guru dan sebagainya.

e. Unsur-unsur Dinamis Belajar

Siswa tinggal di lingkunan yang berbeda-beda, misalnya lingkungan tempat

tinggal, lingkungan tempat bermain, dan lingkungan disekitar. Dari lingkunga

siswa dapat meningkatkan motivasi belajar misalnya, siswa mengagumi

seorang dokter, maka siswa akan belajar dengan tekun supaya bisa menjadi

dokter juga.

f. Upaya Guru dalam Membantu Siswa

Guru adalah seorang pendidik ysng profesional, ia bergaul setiap hari dengan

siswa. Sebagai seorang yang professional, sudah tugasnya supaya siswa dapat

(40)

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi motivasi belajar adalah cita-cita dan aspirasi siswa, kemampuan

siswa, kondisi siswa, kondisi lingkungan belajar, unsur-unsur dinamis belajar, dan

usaha guru dalam membantu siswa.

9. Bentuk-bentuk Motivasi dalam Belajar

Menurut Djamarah (2000) ada beberapa bentuk motivasi secara ekstrinsik

yag dimanfaatkan dalam menggairahkan siswa dalam belajar di kelas, antara lain:

a. Memberi angka

Angka dimaksudkan sebagai simbol, atau nilai dari hasil aktivitas siswa.

Angka merupakan alat motivasi yang cukup memberi rangsangan pada siswa

untuk mempertahankan atau bahkan meningkatkan prestasinya di masa

mendatang.

b. Hadiah

Hadiah adalah memberikan sesuatu kepada orang lain sebagai penghargaan

atau kenang-kenangan. Dalam dunia pendidikan biasanya hadiah dijadikan

alat motivasi. Hadiah dapat diberikan kepada anak yang berprestasi, rangking

satu, dua dan tiga dari siswa yang lainya. Pemberian hadiah ini juga

mendorong siswa lainnya untuk berusaha lebih baik lagi dan berupaya untuk

memperbaiki nilai yang dimilikinya.

c. Kompetisi

Kompetisi adalah persaingan. Dalam kelas persaingan dapat dijadikan alat

(41)

d. Ego-innvolvement

Seorang yang berusaha dengan segenap tenaga untuk mencapai prestasi

dengan baik dapat menjaga harga dirinya. Penyelesaian tugas dengan baik

adalah simbol kebanggaan dan harga diri. Begitu pula siswa sebagai subyek,

siswa akan belajar dengan keras karena harga dirinya.

e. Memberi Ulangan

Ulangan dapat dijadikan alat motivasi, siswa biasanya akan mempersiapkan

diri dengan belajar dari jauh-jauh hari untuk menghadapi ulangan. Dengan

diadakan maka siswa secara tidak langsung akan belajar untuk

mempersiapkan ulangan itu agar memperoleh nilai yang baik.

f. Mengetahui Hasil

Mengentahui hasil biasanya dijadikan alat motivasi. Dengan mengentahui

hasil, siswa terdorong untuk belajar lebih giat. Apabila hasil belajar itu

mengalami kemajuan, siswa berusaha mempertahankan bahkan meningkatkan

intensitas belajarnya guna mendapat prestasi belajar yang lebih baik

dikemudian hari.

g. Pujian

Pujian yang diberikan pada waktu yang tepat dapat dijadikan alat motivasi.

Pujian adalah bentuk reinforcement positif dan sekaligus merupakan motivasi

yang baik. Dengan diberi pujian siswa akan lebih bergairah mengerjakan

(42)

h. Hukuman

Meskipun hukuman sebagai reinforcement yang negatif, tetapi bila dilakukan dengan tepat dan bijak akan merupakan alat motivasi yang baik dan efektif.

i. Hasrat untuk Belajar

Hasrat untuk belajar berarti ada unsur kesengajaan, ada maksud untuk belajar.

Hal ini akan lebih baik bila dibandingkan dengan segala kesengajaan tanpa

maksud. Hasrat untuk belajar berarti pada diri siswa memang ada motivasi

untuk belajar, sehingga sudah pasti hasil akan lebih baik daripada siswa yang

tidak berhasrat untuk belajar.

j. Minat

Minat adalah kecendrungan yang menetap untuk mempertahankan dan

mengenang beberapa aktivitas. Seseorang berminat terhadap suatu aktivitas

akan memperhatikan aktivitas tersebut secara konsisten dengan rasa senang.

Siswa yang berminat terhadap sesuatu cendrung untuk memberikan perhatian

yang lebih besar terhadap sesuatu yang diminati. Minat dapat dibangkitkan

dengan cara-cara sebagai berikut:

1) Membangkitkan adanya suatu kebutuhan

2) Menghubungkan dengan persoalan pengalaman yang lampau

3) Memberi kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik

4) Menggunakan berbagai macam bentuk mengajar.

k. Tujuan yang Diakui

Rumusan tutuan yang diakui dan diterima baik oleh siswa merupakan alat

(43)

dicapai akan menguntungkan siswa sehingga menimbulkan gairah untuk

belajar terus.

Menurut Rohani dan Ahmadi (2007), motivasi pada siswa dapat tumbuh

melalui beberapa cara, yaitu:

a. Mengajar yang bervariasi

b. Mengadakan pengulangan informasi

c. Memberikan stimulus baru, misalnya dengan memberikan

pertanyaan-pertanyaan kepada siswa

d. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyalurkan belajaranya.

e. Menggunakan media dan alat bantu yang menarik perhatian siswa, seperti

gambar, foto, video dan lain sebagainya.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi ssiwa dapat

ditumbuhkan melalui bentuk-bentuk mengajar yang bervariasi sehingga mampu

menumbuhkan hasrat dan menarik perhatian siswa, memberikan ulangan dapat

memberi kesempatan kepada siswa untuk menyalurkan dan untuk mengetahui

keberhasilan siswa dalam belajar, pemberian pujian dan hadiah atas prestasi siswa

juga dapat meningkatkan semangat siswa untuk lebih giat dalam belajar, sehingga

tujuan pendidikan dan keberhasilan pembelajaran dapat tercapai.

10. Faktor yang Menyebabkan Menurunnya Motivasi Belajar Siswa

Pada saat ini di sekolah-sekolah banyak dijumpai bahwa motivasi belajar

siswa menurun. Hal ini terlihat dari gejala-gejala yang muncul, seperti

berkurangnya perhatian siswa saat pelajaran di kelas, kelalaian mengerjakan tugas

(44)

sebagainya. Menurut Winkel (1995), faktor yang mendasari adanya gejala tersebut

antara lain:

a. Kehidupan di luar sekolah menawarkan berbagai bentuk rekreasi yang dapat

membuat orang merasa puas, meskipun rasa puas itu tidak bertahan lama.

b. Pengaruh dari teman yang tidak menghargai prestasi tinggi dalam belajar di

sekolah dan di bidang lain.

c. Kekaburan mengenai cita-cita kehidupan sesudah tamat sekolah.

d. Keadaan keluarga yang kurang menguntungkan, karena sejak kecil anak

kurang di tantang untuk memberikan prestasi yang patut dibanggakan atas

dasar usaha sendiri.

e. Sikap keritis orang muda terhadap masyarakat, sehingga mereka meragukan

kegunaan dari belajar di sekolah.

B. Hakikat Bimbingan Belajar

1. Definisi Bimbingan Belajar

Pendidikan dilaksanakan dalam bentuk bimbingan, pengajaran, dan

latihan. Bimbingan atau membimbing memiliki dua makna yaitu bimbingan

secara umum yang mempunyai arti sama dengan mendidik atau menanamkan

nilai-nilai, membina moral, mengarahkan siswa supaya menjadi orang baik.

Bimbingan juga mempunyai arti khusus, yaitu sebagai suatu upaya atau program

membantu mengoptimalkan perkembangan siswa. Bimbingan ini diberikan

melalui bantuan pemecahan masalah yang dihadapi, serta dorongan bagi

(45)

Istilah “bimbingan” merupakan terjemahan dari kata “guidance”. Kata “guidance” yang kata dasarnya "guide" memiliki beberapa arti: (a) menunjukkan jalan (showing the way), (b) memimpin (leading), (c) memberikan petunjuk (giving instruction), (d) mengatur (regulating), (e)mengarahkan (governing), dan (f) memberi nasihat (giving advice) (Winkel dan Hastuti, 2004).

Miller (Surya, 1988), menyatakan bahwa bimbingan merupakan proses

bantuan terhadap individu untuk mencapai pemahaman diri dan pengarahan diri

sangat dibutuhkan untuk melakukan penyesuian diri secara maksimum kepada

sekolah (dalam hal ini termasuk manusia), keluarga, dan masyarakat. Selanjutnya

Surya (1988) mengutip pendapat Crow & Crow (1960) menyatakan bahwa

bimbingan adalah bantuan yang diberikan oleh seseorang baik laki-laki maupun

perempuan yang memiliki pribadi baik dan pendidikan yang memadai, kepada

seseorang (individu) dari setiap usia untuk menolongnya mengembangkan

kegiatan-kegiatan hidupnya sendiri, mengembangkan arah pandangannya sendiri,

membuat pilihan sendiri, dan memikul bebannya sendiri

Menurut Tohirin (2011) bimbingan juga berarti proses bantuan atau

pertolongan yang diberikan oleh pembimbing kepada terbimbing agar individu

yang dibimbing mencapai perkembangan yang optimal. Apabila proses bimbingan

berlangsung dalam sistem sekolahan atau madrasah, maka bimbingan bisa

dikonsepsikan sebagai proses bantuan atau pertolongan yang diberikan oleh guru

pembimbing kepada siswa agar tercapai tingkat perkembangan yang optimal.

Apabila merujuk kepada persoalan-persoalan yang dihadapi individu (siswa),

(46)

yang diberikan oleh pembimbing kepada individu (siswa) agar individu yang

dibimbing mampu mengenal, menghadapi, dan memecahkan masalah-masalah

dalam hidupnya mencakup masalah pribadi, sosial, pendidikan (akademik), karier,

penyesuaian diri, dan lain sebagainya.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa bimbingan

adalah suatu proses bantuan yang diberikan seorang pembimbing kepada seorang

terbimbing agar mampu memecahkan masalah yang dihadapi serta mempunyai

kemampuan dalam menghadapi semua tantangan.

2. Tujuan dan Fungsi Bimbingan Belajar

a. Tujuan Bimbingan

Tujuan bimbingan di bagi menjadi dua, yaitu tujuan jangka panjang dan

jangka pendek. Tujuan jangka panjang dari program ini adalah agar para siswa di

sekolah mencapai perkembangan yang optimal, yaitu perkembangan yang

setinggi-tingginya sesuai dengan potensi-potensi yang dimilikinya. Tujuan jangka

pendek terdiri atas (Sukmadinata, 2009):

1) Pemahaman yang lebih baik tentang dirinya, tentang lingkungannya dan

tentang arah perkembangan dirinya,

2) Memiliki kemampuan dalam memilih dan menentukan arah perkembangan

dirinya, mengambil keputusan yang tepat bagi dirinya dan bagi lingkungannya

3) Mampu menyesuaikan diri baik dengan dirinya maupun dengan

lingkungannya

(47)

b. Fungsi Bimbingan

Fungsi bimbingan, yaitu:

1) Fungsi pemahaman individu.

Bimbingan penyuluhan membantu para siswa di dalam pemahaman

individu, baik individu dirinya maupun orang lain. Pemahaman diri siswa

oleh siswa sendiri, seringkali cukup sulit, maka sebelum sampai ke sana

pertama-tama konselorlah yang harus berusaha memahami kondisi,

kemampuan dan sifat-sifat siswa. Atas dasar hasil pemahaman ini, konselor

membantu siswa dalam memahami dirinya.

2) Fungsi pencegahan dan pengembangan.

Siswa memiliki sejumlah potensi dan sifat-sifat. Potensi dan sifat-sifat

tersebut dapat berkembang ke arah yang positif, ataupun negatif. Bimbingan

dan konseling dapat diibaratkan sebuah mata uang yang bermuka dua, satu

muka adalah berfungsi mencegah perkembangan ke arah yang

negatif-destruktif dan muka lainnya mendorong perkembangan ke arah yang

positif-konstruktif.

3) Fungsi membantu memperbaiki penyesuaian diri.

Perkembangan dan kehidupan individu berintikan penyesuaian diri,

baik dengan dirinya sendiri maupun dengan lingkungannya. Masalah atau

kesulitan akan timbul apabila individu tidak bisa atau salah dalam

menyesuaikan diri. Agar perkembangan individu lancar, dan dapat menikmati

(48)

keserasian atau keharmonisan dengan segala tuntutan dan kondisi baik dari

dalam dirinya maupun dari luar dirinya (Sukmadinata, 2009).

3. Topik-Topik Bimbingan yang Diusulkan

Untuk meningkatkan motivasi belajar siswa maka diusulkan beberapa

topik bimbingan, yaitu:

a. Motivasi untuk berprestasi

b. Belajar kelompok

c. Menghilangkan rasa malas belajar

d. Cara belajar yang efektif dan efisien

C. Gambaran Pendidikan Di Kutai Barat

1. Kutai Barat Secara Umum

Kabupaten Kutai Barat merupakan kabupaten baru hasil pemekaran

Kabupaten Kutai Kartanegara yang dibentuk berdasarkan UU No. 47 Tahun 1999

(www.kubarkab.go.id). Letak desa-desa pada umumnya berada di daerah tepian

sungai (119 desa), di daerah dataran (86 desa) dan di lereng/punggung bukit (18

desa). Mayoritas Penduduk Kabupaten Kutai Barat adalah Masyarakat Adat yang

terdiri dari bermacam suku, bahasa, adat-istiadat serta kultur dan budayanya.

Konsepsi kepemilikan wilayah-wilayah Adat (kawasan kelola) dipahami mereka

secara utuh dalam satu kesatuan berdasarkan faktor genealogis dan teritorial yang

ada, berdasarkan asal-usul (sejarah) yang sudah ada secara turun-temurun jauh

(49)

kecamatan dan setiap kecamatan dibagi menjadi beberapa kampung atau setingkat

desa/kelurahan (dalam, www.kubarkab.go.id).

2. Ciri khas Kutai Barat

Dari kecil hingga dewasa penulis tumbuh dan berkembang di wilayah

tercinta di kabupaten Kutai Barat. Lingkungan alam dan budaya yang beraneka

ragam menjadi ciri khas yang menonjol di masyarakat. Alam yang asri

merupakan lambang kemakmuran bagi masyarakat Kutai Barat saat ini, dimana

telah menyediakan hasil bumi yang luar biasa berupa hutan rimba, yang

menghasilkan beraneka ragam kebutuhan masyarakat yang melimpah seperti

kayu, rotan, damar, babi hutan yang selalu diburu oleh masyarakat desa,

buah-buahan hutan, serta sungai yang menjadi transpotasi utama masyarakat

pedalaman. Masyarakat Kutai Barat kebanyakan menjadi petani ladang yaitu

menanam padi yang hanya setahun sekali panen, tidak seperti di Jawa petaninya

membuat sawah hingga panennya tiga sampai empat kali dalam setahun (dalam,

www.kubarkab.go.id).

3. Sarana dan Prasarana

Untuk sarana dan prasarana Kabupaten Kutai Barat secara umum sudah

lumayan mendukung. Tetapi ada bagian yang sangat penting untuk diperhatikan

seperti sarana dan prasana untuk pendidikan. Alat bantu pendidikan untuk proses

kegiatan belajar mengajar bisa dikatakan memprihatinkan dan perlu

(50)

yang memadai dalam suatu sekolah merupakan hal yang sangat penting untuk

diperhatikan karena ini semua berhubungan langsung dalam kegiatan belajar

mengajar di suatu sekolah. Bahkan sarana dan prasarana yang lengkap merupakan

salah satu kunci sukses dalam suatu pembelajaran. Oleh karena itu, hal ini harus

selalu menjadi perhatian oleh semua pihak. Sarana dan prasana yang dimaksudkan

adalah menyangkut lingkungan fisik dan non fisik.

Dari pengalaman penulis semenjak sekolah yang namanya lingkungan

fisik secara umum sudah cukup mendukung dalam proses belajar mengajar.

Secara umum gambaran untuk sarana dan prasarana belajar di Kabupaten Kutai

Barat sudah cukup baik tapi jika dibanding dengan sarana dan prasarana belajar di

pulau Jawa sangat ketinggalan. Hal ini dapat terlihat tidak semua sekolah di

Kabupaten Kutai Barat memiliki Lab. Dari pengalaman yang penulis pernah tahu,

kalaupun sarana dan prasarananya ada jumlahnya sangat terbatas dan pada

umumnya hampir tidak layak lagi digunakan buat belajar.

4. Kebiasaan Belajar Siswa Etnis Dayak Benuaq

Kebiasaan belajar siswa merupakan hal yang menarik untuk dipelajari

lebih mendalam karena sukses atau tidaknya seorang siswa dalam mengikuti

kegiatan belajar mengajar di sekolah ataupun di rumah sangat ditentukan oleh

kebiasaan belajarnya. Berdasarkan pengalaman penulis dan pemantauan penulis

selama menempuh pendidikan di SMA, hal mencolok yang sering dilakukan

adalah sistem belajar yang kurang tertata dengan baik. Maksudnya siswa-siswi

(51)

mulai belajar. Hal ini menyebabkan konstruksi pengetahuan dari siswa yang

bersangkutan sangat jarang dilakukan akibatnya dalam pola pikir siswa terbentuk

belajar itu harus ada guru dan penjelasan darinya. Dari uraian tersebut

menunjukkan bahwa kebiasan belajar siswa etnis Dayak Benuaq belum baik,

masih diperlukan bimbingan agar siswa mempunyai motivasi yang tinggi dalam

belajar.

5. Lingkungan Sekitar

Khusus untuk lingkungan sebenarnya belum banyak gangguannya

dibanding kota-kota besar seperti di Jawa, karena dunia internet dan dunia

permainan seperti play staysion, tempat-tempat hiburan lainnya belum banyak. Kalaupun ada gangguan paling-paling kebiasaan nonton TV yang berlebihan

tanpa mengenal batas waktu. Namun dengan perkembangan zaman hal ini harus

menjadi perhatian serius oleh para guru dan orang tua. Karena saat ini

perkembangan dunia teknologi informasi semakin cangih dari tahun – tahun

sebelumnya.

6. Lingkungan Keluarga

Keluarga pada umumnya cukup mendukung kita dalam belajar. Hal ini

dapat terlihat dengan dorongan semangat yang selalu mereka berikan agar kita

rajin belajar. Selain itu mereka juga sangat menaruh harapan besar kalau suatu

hari nanti kita lah yang akan memimpin diri sendiri, keluarga dan masyarakat

(52)

36

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini memuat beberapa hal yang berkaitan dengan metode penelitian,

antara lain jenis penelitian, subjek penelitian, teknik pengumpulan data dan

instrumen penelitian, prosedur pengumpulan data dan teknik analisis data.

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dengan metode survei.

Furchan (2004) mengatakan penelitian deskriptif dengan metode survei

dirancang untuk memperoleh informasi dengan mengumpulkan data yang

relatif terbatas dari kasus-kasus yang relatif besar jumlahnya.

Penelitian deskriftif dalam penelitian ini dimaksudkan untuk

memperoleh gambaran tentang tingkat motivasi belajar siswa/siswi SMP

NEGERI 32 Sendawar Kutai Barat tahun ajaran 2012/2013.

B. Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa/siswi

SMP Negeri 32 Sendawar, Kutai Barat Tahun Ajaran 2012/2013 yang

berjumlah 120 siswa. Pemilihan subyek dalam penelitian ini berdasarkan

berbagai pertimbangan antara lain:

Sebagian besar siswa pada sekolah ini tergolong beretnis Dayak Benuaq,

ada indikasi bahwa di sekolah ini motivasi belajar siswa rendah. Sekolah

(53)

C. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner.

Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk

memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya,

atau hal-hal yang ia ketahui (Arikunto, 2006). Bentuk kuesioner yang

digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner dengan tipe pertanyaan

tertutup, di mana responden memilih jawaban yang telah disediakan oleh

peneliti. Kuesioner disusun berdasarkan aspek-aspek motivasi belajar yaitu

dorongan mencapai sesuatu, komitmen, inisiatif dan optimis.

Koesioner disusun dengan menggunakan skala Likert, yang dilengkapi

dengan empat alternatif jawaban yaitu: selalu, sering, jarang dan tidak pernah.

Pernyataan positif yang dipilih siswa kemudian diskor sebagai berikut: sangat

setuju dengan skor 4, setuju dengan skor 3, tidak setuju dengan skor 2, dan

sangat tidak setuju dengan skor 1. Sedangkan pernyataan negatif dilakukan

penskoran kebalikan dari penskoran positif sebagai berikut: sangat setuju

dengan skor 1, setuju dengan skor 2, tidak setuju dengan skor 3, dan sangat

tidak setuju dengan skor 4.

(54)

Tabel 1

Kisi-kisi Kuesioner Motivasi Belajar

Aspek Indikator Favorable Unfavorable Jumlah

Dorongan mencapai sesuatu

1. Keinginan untuk berhasil 1,2,3 4,5,6 6 2.Adanya dorongan

Komitmen 4.komitmennya dalam memenuhi tugas-tugas

Sumber: Indikator dirangkum dari Supriyadi (2005), Sardiman (2008) dan Uno (2008)

D. Pengujian Instrumen Penelitian

1. Uji Validitas

Validitas yaitu sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat

ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Validitas digunakan untuk

mengetahui kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang

sesungguhnya terjadi pada proyek yang diteliti, sehingga dapat diperoleh

data yang valid. Instrumen dikatakan valid bila mampu mengukur apa yang

(55)

Pemeriksaan keterpenuhan validitas isi didasarkan pada

pertimbangan yang dilakukan oleh Gendon Barus (expert judgment), guna menelaah secara logis kesesuaian dan ketepatan rumusan setiap butir

pernyataan kuesioner agar setiap item pernyataan yang dibuat tepat dengan

aspek tujuan dan isi indikator atributnya sebagaimana dikonstruk dalam

kisi-kisi instrumen, sehingga dapat dinyatakan baik (Nurgiyantoro, 2009:

339).

Hasil telaah ahli dilengkapi dengan uji empirik untuk memeriksa

keterpenuhan kriteria konsistensi internal setiap item terhadap aspeknya.

Teknik uji yang digunakan adalah dengan pendekatan analisis korelasi

Pearson Product Moment. Rumusnya:

Formula; rXY=

 

r = Indeks korelasi validitas item

N = jumlah subyek

X = skor butir kuesioner

Y = skor total aspek yang memuat item yang di uji validitasnya

Untuk menguji validitas data dalam penelitian ini, dengan melihat

(56)

Correlated Item-Total Correlation adalah identik karena keduanya mengukur hal yang sama (Ghozali, 2011).

Syarat umum untuk dianggap valid dilihat dari ketentuan sebagai

berikut:

a. Jika r hasil positif, serta r hasil > r tabel, maka butir atau variabel

tersebut dinyatakan valid.

b. Jika r hasil negatif, dan r hasil < r tabel, maka butir atau variabel

tersebut tidak valid.

Hasil ujicoba yang telah dilakukan menunjukkan bahwa dari 50

item pernyataan, terdapat 5 item yang nilai r hasilnya lebih kecil dari r

tabel (r = 0,2732), sehingga tidak valid dan sisanya sebanyak 45 item

termasuk dalam item yang valid karena nilai r hasilnya lebih besar dari r

tabel (r = 0,2732). Item-item yang tidak valid tidak dipakai dalam

pengambilan data yang sesungguhnya. Perhitungan ujicoba ini

menggunakan bantuan bantuan SPSS (Statistic Program for Social Sciences) versi 17.0. Rekapitulasi hasil uji validitas terhadap instrumen motivasi belajar adalah sebagai berikut.

Tabel 2

Rekapitulasi Hasil Uji Validitas

No Aspek Jumlah Soal Valid Gugur

1 Dorongan mencapai sesuatu 16 15 1

2 Komitmen 10 8 2

3 Inisiatif 12 12 0

4 Optimis 12 10 2

(57)

Berdasarkan hasil uji validitas di atas, maka item – item yang valid dan gugur

dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3

Hasil Uji Validitas Instrumen Motivasi Belajar

Aspek Indikator Nomor-Nomor Item Jumlah

Valid Gugur

Dorongan mencapai sesuatu

1. Keinginan untuk berhasil 1,2,4,5,6 3 6 2.Adanya dorongan dalam

belajar

Komitmen 4.komitmennya dalam memenuhi tugas-tugas sekolah

17,19,20,21 18 5

5.tidak mudah melepaskan hal yang diyakininya

22,24,25,26 23 5

Inisiatif 6.lebih senang bekerja mandiri 27,28,29,30 4 7.cepat bosan pada tugas-tugas

rutin

Uji reliabilitas digunakan untuk menunjukkan ukuran kestabilan

dan konsistensi dari konsep ukuran instrumen atau alat ukur, sehingga nilai

yang diukur tidak berubah dalam nilai tertentu. Data yang reliabel dalam

instrumen penelitian berarti data tersebut dapat dipercaya. Uji reliabilitas

dalam penelitian ini menggunakan nilai Cronbach Alpha dengan ketentuan

apabila nilai Alpha lebih dari 0,60 maka instrumen tersebut reliabel

(58)

Rumusnya:

Hasil uji reliabilitas dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4 Hasil Uji Reliabilitas

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.942 45

Berdasarkan hasil pengujian reliabilitas di atas, diperoleh nilai

alpha sebesar 0,942. Nilai tersebut lebih dari 0,60. Dengan demikian

kuesioner tersebut reliabel. Adapun hasil akhir kuesioner yang baru dapat

(59)

Tabel 5

Kisi-kisi Kuesioner Motivasi Belajar Setelah Uji Coba

Aspek Indikator Favorable Unfavorable Jumlah

Dorongan mencapai sesuatu

1. Keinginan untuk berhasil1,2 4,5,6 5 2.Adanya dorongan

Komitmen 4.komitmennya dalam memenuhi tugas-tugas

Langkah yang ditempuh untuk analisis data adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui tingkat motivasi belajar siswa:

a. Menskor jawaban subyek dan memasukkan ke dalam tabulasi skor data

penelitian

b. Menghitung jumlah skor setiap subyek

c. Menggolongkan tingkat motivasi belajar siswa berdasarkan kriteria

(60)

Tabel 6

Kategori Motivasi Belajar

Kategori Tingkat Motivasi Belajar Sangat tinggi 90 % -100 %

Tinggi 80 % - 89%

Cukup tinggi 65 % - 79 %

Rendah 55 % - 64 %

Sangat Rendah < 55%

2. Untuk mengetahui indikator motivasi belajar siswa yang rendah, maka

dilakukan analisis item. Langkah-langkahnya:

a. Menghitung jumlah skor setiap item

b. Menghitung skor total maksimum yang mungkin dapat dicapai per

aspeknya (per indikatornya)

c. Menggolongkan tingkat pencapaian motivasi belajar siswa per

indikatornya dengan menggunakan kriteria PAP (seperti di atas)

Perhitungan kategorisasi tinggi rendahnya motivasi belajar siswa

kelas VIII dan IX SMP Negeri 32 Sendawar, Kutai Barat Tahun Ajaran

2011/2012 dengan item total 45 diperoleh sebagai berikut:

Skor maksimal perbutir : 4

Jumlah item : 45

(61)

Tabel 7

Gambaran Motivasi Belajar Siswa SMP Negeri 32 Sendawar

Perhitungan persentase Rentang skor Kategori 90% x 180 = 162 162 – 180 Sangat tinggi 80% x 180 = 144 144 – 161 Tinggi 65% x 180 = 117 117 – 143 Cukup 55% x 180 = 99 99 – 116 Rendah

0% x 180 = 0 0 – 98 Sangat rendah

Persentase komposisi siswa SMP Negeri 32 Sendawar, Kutai Barat (N

= 120) dalam kategori tingkat motivasi belajar adalah sebagai berikut:

Rumus Persentase = Jumlah siswa yang didapat per tingkat

N X 100 %

Diketahui:

Jumlah siswa (responden) : 120

Jumlah siswa yang berkualifikasi sangat tinggi : 0

Jumlah siswa yang berkualifikasi tinggi : 21

Jumlah siswa yang berkualifikasi cukup : 87

Jumlah siswa yang berkualifikasi rendah : 12

Jumlah siswa yang berkualifikasi sangat rendah : 0

Perhitungan persentase:

1. Sangat Tinggi = x 100% = 0%

2. Tinggi = x 100% = 17,5%

3. Cukup = x 100% = 72,5%

4. Rendah = x 100% = 10%

(62)

d. Perhitungan kategori tinggi rendah skor item-item secara keseluruhan

dengan N = 120 adalah sebagai berikut:

Skor maksimal : 4

Jumlah siswa : 120

Total maksimal : 120 x 4 = 480

Tabel 8

Penggolongan Motivasi Belajar Berdasarkan PAP I

Perhitungan persentase Kategori 90% x 480 = 432 Sangat tinggi 80% x 480 = 384 Tinggi 65% x 480 = 312 Cukup 55% x 480 = 264 Rendah

(63)

47

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini menyajikan hasil penelitian dan pembahasan yang sesuai dengan

pertanyaan penelitian pada bab sebelumnya, yaitu (1) Seberapa tinggi tingkat

motivasi belajar siswa etnis dayak benuaq pada SMP Negeri 32 Sendawar tahun

ajaran 2012/2013? (2) Berdasarkan analisis butir-butir instrument motivasi belajar

yang terindikasi rendah topik-topik bimbingan apakah yang inflikatif diusulkan

untuk topik bimbingan belajar pada siswa SMP Negeri 32 Sendawar tahun ajaran

2012/2013? Berikut ini adalah uraian hasil penelitian.

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Tingkat Motivasi Belajar Siswa SMP Negeri 32 Sendawar Tahun

Ajaran 2012/2013

Deskipsi motivasi belajar siswa SMP Negeri 32 Sendawar tahun ajaran

2012/2013 digolongkan menurut Penilaian Acuan Patokan (PAP) Tipe I.

Penggolongan motivasi belajar Siswa SMP Negeri 32 Sendawar tahun ajaran

(64)

Tabel 9.

Penggolongan Motivasi Belajar Siswa SMP Negeri 32 Sendawar Tahun Ajaran 2012/ 2013

Rumus PAP Tipe I

Rentang Skor

Frekuensi Persentase (%)

Kualifikasi

90% - 100% 162 – 180 0 0% Sangat Tinggi

80% - 89% 144 - 161 21 17,5% Tinggi

65% - 79% 117 – 143 87 72,5% Cukup

55% -64 % 99 -116 12 10% Rendah

≤54% 0 - 98 0 0% Sangat Rendah

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa motivasi belajar

siswa SMP Negeri 32 Sendawar tahun ajaran 2012/2013 bergradasi ada 21

siswa (17,5%) yang mempunyai motivasi belajar tinggi, 87 siswa (72,5%)

mempunyai motivasi belajar cukup dan, 12 siswa (10%) mempunyai

motivasi belajar rendah, sedangkan untuk motivasi belajar yang sangat

tinggi dan sangat rendah tidak ada. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

(65)

Gambar 2: Grafik Motivasi Belajar Siswa

Gambar di atas menunjukkan bahwa sebagian besar motivasi belajar siswa

termasuk dalam kategori cukup tinggi.

2. Hasil Analisis Capaian Skor Butir-Butir Motivasi Belajar

Hasil perhitungan kategorisasi capaian skor masing-masing butir-butir

motivasi belajar siswa SMP Negeri 32 Sendawar tahun ajaran 2012/2013

dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 10

Komposisi Capaian Skor Butir Motivasi Belajar Rentang

384 – 431 Tinggi 2,8,11,14,15,16,21,28,34,36,40,43,44,49 14

312 – 383 Cukup 5,10,12,17,24,25,26,30,31,35,41,46,47 13

264 – 311 Rendah 4,27,29,33,37,50 6

Gambar

Gambar 1 Hierarki Kebutuhan Maslow  .....................................................
Gambar 1 Hierarki Kebutuhan Maslow
Tabel 1 Kisi-kisi Kuesioner Motivasi Belajar
tabel (r = 0,2732), sehingga tidak valid dan sisanya sebanyak 45 item
+7

Referensi

Dokumen terkait

a) Memberi wawasan bagi guru pentingnya penerapan metode TPS (Think-Pair-Share) dalam proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan khususnya pada Materi

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan PT. Bank Pundi Indonesia Tbk tahun 2006-2011 yang terdiri dari laporan laba

Pengukuran kinerja perusahaan dengan metode balanced scorecard pada perspektif finansial menunjukkan perusahaan telah dapat mencapai target keuangannya di dalam tahap bisnis

Berdasarkan hasil dari penelitian yang diperoleh, dapat disimpukan bahwa diameter elektroda dan kecepatan las mempengaruhi nilai kekuatan tarik maksimum, kekerasan,

Setelah mikrokontroller menerima input dari sensor maka akan langsung diolah sesuai dengan program yang sudah ada di dalam mikrokontroler tersebut, kemudian

Dimana adalah variabel bebas yaitu variabel yang mempengaruhi yang di urutkan dari yang terkecil sampai terbesar (ketinggian anemometer), dan adalah variabel terikat

Hal ini disebabkan karena suhu alat Pyrolisis GCMS tesebut bekerja pada suhu 400 C, sehingga hasil yang tercatat adalah senyawa pecahan (turunan) dari senyawa komponen utama

Pelaksanaan Pembelajaran Membaca dan Menulis Puisi dengan Metode Musikalisasi Berbantuan Media Movie Maker Kelas III-B MI Khodijah Malang Berdasarkan hasil observasi, pelaksanaan