i
TINGKAT MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA
ETNIS DAYAK BENUAQ
( Studi Deskriftif pada Siswa SMP 32 Sendawar
Kutai Barat Tahun Ajaran 2012/2013)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling
Disusun oleh : Nama: Imran Gregorius
NIM : 081114062
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
MOTO DAN PERSEMBAHAN
Harapan yang tertunda menyedihkan hati,
Tetapi keinginan yang terpenuhi
Adalah pohon kehidupan
Amsal 13: 12
”Lihatlah ke atas ’tuk meneladan kesuksesan,
lihatlah ke bawah ’tuk menikmati kebahagiaan”
Terus naik bukan turun,
Jadilah kepala bukan ekor.
(sebuah refleksi di akhir masa studi)
SKRIPSI INI KUPERSEMBAHKAN KEPADA:
Ayahku : Merang, dan Ibuku : Teresia Seneq, saudara-saudara ku Dion, Arman
vii
ABSTRAK
TINGKAT MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA
ETNIS DAYAK BENUAQ
(Studi Deskriftif pada Siswa SMP 32 Sendawar
Kutai Barat Tahun Ajaran 2012/2013)
Imran Gregorius
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2014
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tingkat motivasi belajar siswa SMP Negeri 32 Sendawar tahun ajaran 2012-2013 dan mengidentifikasi butir-butir instumen motivasi belajar yang masih rendah pada diri para siswa SMP Negeri 32 Sendawar tahun ajaran 2012/2013 yang berdampak implikatif terhadap pemilihan topik-topik program bimbingan belajar.
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan metode survei. Populasi penelitian adalah seluruh siswa-siswi SMP Negeri 32 Sendawar, Kutai Barat Tahun Ajaran 2012/2013 yang berjumlah 120 siswa. Instrumen penelitian ini adalah kuesioner yang disusun sendiri oleh peneliti. Kuesioner ini memiliki 45 butir pernyataan yang mengungkapkan empat aspek motivasi belajar, yaitu dorongan mencapai sesuatu, komitmen, inisiatif dan optimis. Teknik analisis data menggunakan analisis statistik deskriptif yang meliputi penyajian data melalui tabel, perhitungan mean, standar deviasi serta pengkategorisasian. Motivasi belajar siswa dikategorikan menjadi lima kategori, yaitu: sangat tinggi, tinggi, cukup tinggi, rendah dan sangat rendah.
viii
ABSTRACT
THE LEARNING MOTIVATION LEVEL OF STUDENTS FROM DAYAK BENUAQ
(A Descriptive Study on the Students at SMP 32 Sendawar, Kutai Barat in 2012/2013 Academic Year) implicatively to determine the topics of learning guidance program.
The type of this research is descriptive analysis with survey method. The research population is from all students at SMP 32 Sendawar, Kutai Barat in 2012/2013 academic year which consists of 120 students. The instrument of this research is a questionnaire made by the researcher himself. The questionnaire consists of 45 statements describing four learning motivation aspects, namely motivation to achieve something, commitment, initiative, and optimism. The technique of data analysis is using table, mean calculation, deviation standards as well as categorization. The students’ learning motivation is categorized into 5 categories, namely very high, high, fairly high, low, and very low.
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur yang sangat luar biasa penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus
Kristus yang telah memberikan segalanya kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul tingkat motivasi belajar pada siswa etnis dayak benuaq (study deskriftif pada siswa SMP Negeri 32 Sendawar
Kutai Barat Tahun Ajaran 2012/2013)
Penyusunan skripsi TINGKAT MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA ETNIS DAYAK BENUAQ (Studi Deskriftif pada Siswa SMP 32 Sendawar Kutai Barat Tahun Ajaran 2012/2013) ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana, Jurusan Bimbingan dan Konseling, Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.Dalam masa studi
dan penyusunan skripsi ini, penulis mendapat dukungan dari berbagai pihak. Pada
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan penghargaan dan ucapan terima
kasih kepada :
1. Dr. Gendon Barus, M.Si., sebagai Kepala Program Studi Bimbingan dan
Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah membantu
dan memberi kelancaran dalam penulisan skripsi sekaligus sebagai dosen
pembimbing yang dengan penuh pengertian, kesabaran, keceriaan, dan
ketulusan hati memberikan bimbingan, waktu, tenaga, pikiran, saran, dan
semangat kepada penulis dalam menyusun dan menyelesaikan skripsi ini.
2. Seluruh keluarga besar SMP Negeri 32 Sendawar Kabupaten Kutai Barat
Provinsi Kalimantan Timur yang telah bersedia memberikan ijin tempat
untuk melaksanakan penelitian ini.
3. Kedua orang tua saya Bapak Merang dan Ibu Teresia Seneq serta
saudara-saudara ku Dion, Arman ngudau, Yuliana Fransiska Ima, Hadi
Christianus, dan Feronika, yang telah menjadi semangat saya dalam
menyelesaikan skripsi, terimakasih untuk dukungan berupa materi, doa
dan penghiburan selama penyusunan skripsi.
4. Pemerintah Daerah Kabupaten Kutai Barat yang telah memberikan
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN DEWAN PENGUJI ... iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi
ABSTRAK ... vii
A. Hakikat Motivasi Belajar... 8
1. Definisi Motivasi ... 8
2. Teori Motivasi ... 9
xii
4. Aspek-Aspek dalam Motivasi Belajar ... 13
5. Ciri-Ciri Siswa yang Memiliki Motivasi Belajar ... 15
6. Jenis-Jenis Motivasi Belajar ... 16
7. Fungsi Motivasi Belajar ... 21
8. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar ... 22
9. Bentuk-Bentuk Motivasi dalam Belajar ... 24
10.Faktor yang Menyebabkan Menurunnya Motivasi Belajar Siswa ... 27
B. Hakikat Bimbingan Belajar ... 28
1. Definisi Bimbingan Belajar ... 28
2. Tujuan dan Fungsi Bimbingan Belajar ... 30
3. Topik-Topik Bimbingan Belajar ... 32
C. Gambaran Pendidikan Di Masyarakat Kutai Barat ... 32
1. Kutai Barat Secara Umum ... 32
C. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ... 38
D. Pengujian Instrumen Penelitian ... 38
E. Teknik Analisis Data ... 43
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 47
A. Hasil Penelitian ... 47
B. Pembahasan ... 52
xiii
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 60
A. Kesimpulan ... 60
B. Saran ... 60
DAFTAR PUSTAKA ... 62
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Kisi-Kisi Kuesioner Motivasi Belajar ... 38
Tabel 2 Rekapitulasi Hasil Uji Validitas ... 40
Tabel 3 Hasil Uji Validitas Instrumen Motivasi Belajar ... 41
Tabel 4 Hasil Uji Reliabilitas ... 42
Tabel 5 Kisi-Kisi Koesioner Motivasi Belajar Setelah Uji Coba ... 43
Tabel 6 Kategori Motivasi Belajar ... 44
Tabel 7 Gambaran Motivasi Belajar Siswa SMP Negeri 32 Sendawar ... 45
Tabel 8 Penggolongan Motivasi Belajar Berdasarkan PAP I ... 46
Tabel 9 Penggolongan Motivasi Belajar Siswa SMPN 32 Sendawar Tahun Ajaran 2012/2013 ... 48
Tabel 10 Komposisi Capaian Skor Butir Motivasi Belajar ... 49
Tabel 11 Item-Item Motivasi Belajar Siswa SMP N 32 Sendawar Tahun Ajaran 2012/2013 yang Berkategori Rendah dan Sangat Rendah .. 51
xv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 Hierarki Kebutuhan Maslow ... 10
Gambar 2 Grafik Motivasi Belajar Siswa ... 49
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Satuan Pelayanan Bimbingan ... 65
Lampiran 2 Kuesioner ... 87
Lampiran 3 Hasil Ujicoba Kuesioner ... 91
1
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam bab pendahuluan diuraikan beberapa hal yang berhubungan
dengan latar belakang masalah, rumusan masalah yang menjadi dasar
untuk mencari jawaban terhadap permasalahan penelitian, kemudian
tujuan dilaksanakan penelitian, terakhir manfaat dan definisi operasional
penelitian.
A.
Latar Belakang Masalah
Motivasi sangat erat hubungannya dengan belajar, tanpa motivasi
siswa tidak akan dapat belajar dengan baik. Motivasi dapat dikatakan
sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri mahasiswa yang
menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan
belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan
yang dikehendaki oleh subyek belajar itu dapat tercapai (Sardiman,
2008:75).
ia pelajari. Sehingga dalam mempelajari setiap bahan mata pelajaran
tersebut dapat diterapkan dalam kehidupan, bukan hanya untuk sekedar
lulus meski dengan nilai yang sangat baik sekalipun. Siswa dapat
dimotivasi untuk mengerahkan segala tenaga yang dibutuhkan untuk
belajar, antara lain dengan motivasi dari dalam diri dan motivasi dari luar
diri (Djiwandono, 2002:356). Dari dalam diri mahasiswa seperti adanya
kebutuhan mengenai mata pelajaran tersebut sehingga ia terdorong untuk
belajar lebih giat lagi. Dari dirinya juga sudah ditanamkan tekad bahwa ia
harus menyelesaikan sekolahnya tepat waktu. Dari luar dirinya seperti
lingkungan yang mendukung perkembangan, guru yang mengajar, teman,
orang tua dan lain-lain.
Dengan motivasi belajar siswa yang tinggi, maka ia dapat
mengetahui prestasi belajar dari dirinya yang dinyatakan dalam nilai, baik
hasil ujian tengah semester maupun akhir semester. Prestasi belajar
diperoleh melalui proses belajar mengajar, dimana siswa mendapat
informasi melalui materi yang diajarkan guru, buku-buku penunjang dan
informasi lainnya
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan
beberap orang tua wali murid (khususnya di sekitar SMP N 32 Sendawar),
menunjukkan bahwa anak-anak mereka akan belajar dengan rajin hanya
pada saat akan menghadapi ujian atau ulangan umum. Keadaan yang
demikian menggambarkan bahwa motivasi belajar siswa etnis Dayak
Benuaq masih rendah. Kondisi ini didukung oleh keadaan penduduk di
daerah tersebut, dimana sebagian besar adalah petani karet. Anak-anak
mereka juga sudah terbiasa membantu orangtua untuk menambah
penghasilan keluarga. Mulai dari anak-anak yang usia sepuluh tahun sudah
dapat memperoleh penghasilan sendiri (mendapatkan uang) sampai
dengan orang dewasa. Keadaan inilah yang menjadi penyebab anak-anak
usia sekolah menjadi malas sekolah, mereka beranggapan bahwa dari pada
saya harus sekolah lebih baik saya mencari uang untuk memenuhi
kebutuhan saya. Hal ini lah yang menjadi salah satu penyebab motivasi
belajar siswa rendah.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti, peneliti mengamati bahwa
motivasi siswa SMP Negeri 32 sendawar rendah. Ini dapat dilihat dari
hasil perolehan nilai dari setiap akhir semester. Pada kenyataannya ada
kecenderungan bahwa siswa kurang melakukan belajar secara mandiri
karena siswa kurang sadar akan tugas dan kewajibannya.
Penelitian dilakukan di SMP Negeri 32 Sendawar Kutai Barat,
Kalimantan Timur. Sekolah ini dipilih karena dari hasil wawancara dan
observasi peneliti, ditemukan bahwa sebagian besar siswa di SMP Negeri
32 Sendawar memiliki nilai akademik yang rendah Peneliti ingin
mengetahui sejauh mana tingkat motivasi belajar yang dimiliki siswa SMP
Negeri 32 Sendawar.
B.
Rumusan Masalah
Dalam penelitian ini secara spesifik masalah-masalah yang ingin
dipecahkan adalah sebagai berikut :
1.
Seberapa tinggi tingkat motivasi belajar siswa etnis Dayak Benuaq
pada SMP Negeri 32 Sendawar tahun ajaran 2012/2013?
C.
Tujuan Penelitian
1.
Mendeskripsikan tingkat motivasi belajar siswa SMP Negeri 32
Sendawar tahun ajaran 2012-2013.
2.
Mengidentifikasi butir-butir pengukuran motivasi belajar yang skor
capaiannya masih rendah pada diri para siswa SMP Negeri 32
Sendawar tahun ajaran 2012/2013 yang berdampak implikatif
terhadap pemilihan topik-topik program bimbingan belajar
D.
Manfaat Penelitian
1.
Teoritis
Hasil penelitian ini dapat digunakan bagi para pembaca
khususnya
mahasiswa
Bimbingan
dan
Konseling
untuk
mengembangkan dan memperkaya pengetahuan yang dimiliki
menyangkut teori-teori tentang motivasi belajar siswa sebagai
bekal seorang calon guru Bimbingan dan Konseling di sekolah.
2.
Praktis
a.
Bagi Guru Pembimbing
motivasi belajar siswa agar siswa semakin mampu
meningkatkan motivasi dalam belajar.
b.
Bagi Siswa
Siswa semakin sadar untuk berefleksi sampai sejauh
mana tingkat motivasi belajar siswa dan dapat memperoleh
bantuan-bantuan yang sesuai untuk meningkatkan motivasi
belajar siswa.
c.
Bagi peneliti
Penelitian ini dapat menambah pengentahuan peneliti
dalam hal tingkat motivasi belajar siswa SMP dan
memperkaya
pengentahuan
penelitian
dalam
bidang
bimbingan dan konseling sebagai modal sebagai seorang
konselor sekolah.
E.
Definisi Operasional
2.
Siswa dalam penelitian ini adalah siswa SMP Negeri 32 Sendawar
tahun ajaran 2012/2013.
3.
SMP Negeri 32 Sendawar adalah salah satu SMP Negeri yang
berada di Kutai Barat, Kalimantan Timur.
8
BAB II KAJIAN TEORI
Bab ini memaparkan beberapa hal yang berkaitan dengan landasan teori
antara lain pengertian motivasi belajar, bimbingan, remaja kutai barat.
A. Hakikat Motivasi Belajar
1. Definisi Motivasi
Motivasi berasal dari bahasa latin movere yang berati menggerakkan. Banyak orang menyebut ”motif”, diartikan sebagai daya upaya untuk mendorong
seseorang dalam melakukan sesuatu (Sardiman, 2011). Menurut Santrock (2007),
motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah, dan kegigihan perilaku. Hal
ini berarti perilaku yang mempunyai motivasi adalah perilaku yang penuh
semangat, dan terarah.
Menurut Mc. Donald (dalam Sardiman, 2011), motivasi adalah perubahan
energi yang ada dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya perasaan
dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian tersebut,
terdapat tiga elemen penting, yaitu:
a.Motivasi itu mengawali terbentuknya perubahan energi pada diri individu.
b.Motivasi ditandai dengan munculnya rasa (feeling), afeksi seseorang. c.Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan.
Dari ketiga elemen tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi akan
perasaan dan juga emosi, yang kemudian mendorongnya untuk bertindak karena
adanya tujuan, kebutuhan atau keinginan (Sardiman, 2011).
2. Teori Motivasi
Teori motivasi lahir dari kalangan para psikolog. Menurut ahli jiwa,
dijelaskan bahwa dalam motivasi terdapat suatu hierarki atau tingkatan-tingkatan,
yakni dari bawah ke atas. Dalam hal ini ada beberapa teori tentang motivasi yang
sesuai dengan soal kebutuhan, yaitu teori yang dikemukakan oleh Abraham
Maslow (Sardiman, 2011):
a. Kebutuhan fisiologis, seperti lapar, haus, kebutuhan untuk istirahat dan
sebagainya.
b. Kebutuhan akan keamanan, yaitu rasa aman, bebas dari rasa takut dan
kecemasan.
c. Kebutuhan akan cinta dan kasih; kasih, rasa diterima dalam suatu masyarakat
atau golongan (keluarga, sekolah, kelompok).
d. Kebutuhan untuk mewujudkan diri sendiri, yaitu mengembangkan bakat
dengan usaha mencapai hasil dalam bidang pengetahuan, sosial, pembentukan
pribadi.
Sesuai kebutuhan-kebutuhan di atas, Maslow menciptakan piramida hierarki
Under Standing and knowledge (6)
Self actualization (5)
Self esteem (4)
Love and belonging (3)
Safety (2)
Physiological (1)
(Sumber: Sardiman, 2011)
Gambar 1
Hierarki Kebutuhan Maslow
Gambar di atas menunjukkan tingkatan-tingkatan dari kebutuhan manusia
mulai dari yang paling bawah sampai yang paling atas. Kebutuhan yang ada di
tingkat atas hanya akan terpenuhi apabila kebutuhan yang di bawahnya telah
terpenuhi.
Selain teori motivasi di atas, terdapat teori-teori lain yang berkaitan dengan
motivasi, yaitu (Sardiman, 2011):
a. Teori insting
Menurut teori ini tindakan setiap diri individu diasumsikan seperti tingkah
binatang, yakni berkaitan dengan insting atau pembawaan. Dalam
memberikan respon terhadap adanya kebutuhan seolah-olah tanpa dipelajari.
b. Teori fisiologis
Teori ini disebut juga behavior theories. Teori ini menjelaskan bahwa semua tindakan manusia berakar pada usaha memenuhi kepuasan dan kebutuhan
organik atau kebutuhan untuk kepentingan fisik atau kebutuhan primer.
c. Teori psikoanalitik
Teori ini mirip dengan teori insting, tetapi lebih ditekankan pada unsur-unsur
kejiwaan yang ada dalam diri manusia, yaitu id dan ego. Tokoh dari teori ini adalah Sigmund.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa teori motivasi terdiri
atas teori kebutuhan Abraham Maslow, teori insting, teori fisiologis dan teori
psikoanalitik. Dalam penelitian ini teori motivasi yang digunakan adalah teori
kebutuhan Abraham Maslow.
3. Pengertian Motivasi Belajar
Menurut Winkel (1995) motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak
psikis di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan-kegiatan belajar, dan
memberikan arah pada kegiatan belajar itu demi mencapai suatu tujuan. Menurut
Sardiman (2011), motivasi belajar merupakan keseluruhan daya penggerak di
dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin
kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar,
sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai.
merupakan suatu energi yang menggerakan siswa untuk belajar, tetapi juga suatu
yang mengarahkan aktivitas siswa kepada tujuan belajar”.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar
merupakan sesuatu yang mampu mendorong siswa untuk belajar baik itu dari
dalam diri siswa maupun dari luar diri siswa. Dengan adanya motivasi belajar,
siswa akan merasa bersemangat untuk belajar yang pada akhirnya dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa.
Prestasi belajar siswa diperoleh siswa tergantung dari usaha belajar yang
telah dilakukan oleh siswa yang bersangkutan. Prestasi yang diperoleh siswa
mencerminkan sejauh mana siswa tersebut memahami meteri-materi yang
diberikan guru di dalam kelas, dan maupun menjawab soal-soal dari materi yang
telah dipahaminya itu dalam sebuah tes/ulangan yang diberikan pada siswa
tersebut. Dalam menerima materi ada perbedaan reaksi siswa yang satu dengan
yang lain. Ada yang menerima materi pelajaran dengan perasaan senang ada juga
yang menerima materi dengan terpaksa, malas, bahkan ada juga yang tidak
tertarik, dan bahkan ada juga siswa menerima dengan perasaan takut.
Terjadi perbedaan reaksi dalam belajar itu dikarenakan adanya perbadaan
motivasi dalam belajar dari setiap siswa. Menurut Prayitno (1989) motivasi dalam
belajar tidak saja merupakan suatu energi penggerak untuk belajar, tetapi juga
sebagai sesuat yang mengarahkan aktivitas siswa pada tujuan belajar. Dalam hal
Menurut Djamarah (2000) dalam proses belajar motivasi sangat dibutuhkan,
sebab seorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar tidak mungkin
melakuakan aktivias belajar.
4. Aspek-Aspek dalam Motivasi Belajar
Seseorang yang memiliki motivasi belajar yang baik, memiliki aspek-aspek
sebagai berikut (Chemis dan Goleman, 2001 dalam Sardiman, 2011):
a. Dorongan mencapai sesuatu
Suatu kondisi yang mana individu berjuang terhadap sesuatu untuk
meningkatkan dan memenuhi standar atau kriteria yang ingin dicapai dalam
belajar.
b. Komitmen
Salah satu aspek yang cukup penting dalam proses belajar adalah adanya
komitmen di kelas. Siswa yang mempunyai komitmen dalam belajar,
mengerjakan tugas pribadi dan kelompoknya tentunya mampu
menyeimbangkan tugas yang harus didahulukan terlebih dahulu. Siswa yang
memiliki komitmen juga merupakan siswa yang merasa bahwa ia memiliki
tugas dan kewajiban sebagai seorang siswa, yaitu harus belajar. Selain itu,
dengan kelompoknya siswa juga memiliki komitmen untuk mengerjakan
tugas secara bersama-sama.
c. Inisiatif
Kesiapan untuk bertindak atau melakukan sesuatu atas peluang atau
dilihat kemampuannya, apabila siswa memiliki pemikiran dari dalam diri
untuk melakukan tugas dengan disuruh orang tua atau siswa sudah memiliki
pemahaman untuk menyelesaikan tugas pekerjaan rumah tanpa di suruh orang
tua. Siswa yang memiliki inisiatif, merupakan siswa yang sudah mempunyai
pemikiran dan pemahaman sendiri dan melakukan sesuatu berdasarkan
kesempatan yang ada. Ketika siswa menyelesaikan tugas belajar untuk ujian,
maka siswa memiliki kesempatan untuk memperluas pengetahuan serta dapat
menyelesaikan hal lain yang lebih bermanfaat lagi.
d. Optimis
Suatu sikap yang gigih dalam mengejar tujuan tanpa perduli adanya
kegagalan dan kemunduran. Siswa yang memiliki sikap optimis, tidak akan
menyerah ketika belajar ulangan, meskipun mendapat nilai yang jelek, tetapi
siswa yang memiliki rasa optimis tentunya akan terus belajar giat untuk
mendapat nilai yang lebih baik. Optimis merupakan sikap yang seharusnya
dimiliki oleh setiap siswa, agar siswa belajar bahwa kegagalan dalam belajar
bukanlah suatu akhir belajar dan bukan berarti siswa itu merupakan siswa
yang bodoh.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi motivasi
belajar terdiri atas aspek dorongan mencapai sesuatu, adanya komitmen, inisiatif
5. Ciri-Ciri Siswa yang Memiliki Motivasi Belajar
Seseorang yang termotivasi dapat dilihat dari ciri-ciri yang ada pada
dirinya. Menurut Supriyadi (2005), siswa yang memiliki motivasi belajar
memiliki ciri-ciri berikut ini.
a. Memperhatikan materi pelajaran
b. Ketekunan dalam belajar
c. Ketertarikan dalam belajar
d. Keseringan belajar
e. Komitmennya dalam memenuhi tugas-tugas sekolah
f. Semangat dalam belajar
g. Kehadiran siswa di sekolah
Menurut Sardiman (2011), ciri-ciri orang yang mempunyai motivasi
adalah sebagai berikut:
a. Tekun menghadapi tugas
b. Ulet menghadapi kesulitan
c. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah
d. Lebih senang bekerja mandiri
e. Cepat bosan pada tugas-tugas rutin
f. Dapat mempertahankan pendapatnya
g. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu
h. Senang memecahkan masalah soal-soal
Adapun orang-orang yang memiliki motivasi dalam belajar menurut Uno
a. Adanya hasrat dan keinginan berhasil
b. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar
c. Adanya harapan dan cita-cita masa depan
d. Adanya penghargaan dalam belajar
e. Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar
f. Adanya lingkungan belajar yang kondusif
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri siswa
yang memiliki motivasi belajar antara lain adalah adanya keinginan untuk
berhasil, adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar, komitmennya dalam
memenuhi tugas-tugas sekolah, tidak mudah melepaskan hal yang diyakininya,
lebih senang bekerja mandiri, cepat bosan pada tugas-tugas rutin, senang
memecahkan masalah soal-soal, semangat dalam belajar, kehadiran di sekolah,
dan ulet menghadapi kesulitan.
6. Jenis-jenis Motivasi dalam Belajar
Dalam proses belajar siswa, ada dua jenis motivasi belajar, yaitu motivasi
yang ada dalam diri siswa itu sendiri yang disebut motivasi intrinsik dan motivasi
yang berasal dari luar diri siswa yang disebut motivasi ekstrinsik.
a. Motivasi belajar intrinsik
Motivasi instrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau
berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap
individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu (Sardiman, 2011).
luar. Misalnya, dari diri siswa senang membaca, menulis, dan lain-lain tanpa
ada paksaan dari orang lain.
Bila seeorang telah memiliki motivasi instrinsik dalam dirinya, maka ia
secara sadar akan melakukan suatu kegiatan yang tidak memerlukan motivasi
dari luar dirinya. Dalam aktivitas belajar motivasi instrinsik sangat
diperlukan, terutama pada saat belajar sendiri. Seseorang yang memiliki
motivasi instrinsik selalu ingin maju dalam belajarnya. Keinginan itu
dilatarbelakangi oleh pemikiran positif, bahwa semua mata pelajaran yang
dipelajari sekarang akan berguna masa mendatang (Djamarah, 2000).
Dalam proses belajar, siswa yang bermotivasi secara instrinsik dapat
dilihat dari kegiatannya yang tekun dalam mengerjakan tugas-tugas belajar.
Hal tersebut dikarenakan siswa ingin mencapai tujuan belajar yang
sebenarnya. Tujuan belajar yang sebenarnya adalah menguasai apa yang
sedang dipelajari dan memperoleh prestasi belajar yag baik bukan untuk
mendapat pujian dari guru atau orang tua.
Menurut Djamarah (2000) siswa yang memiliki motivasi instrisik
cendrung akan menjadi orang yang terdidik. Memiliki pengentahuan, yang
cendrung memilikin keahlian tertentu.
Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi
intrinsik adalah motivasi yang berasal dari dalam diri siswa, yang
b. Motivasi Ekstrisik
Motivasi ekstrisik merupakan kebalikan dari motivasi instrinsik.
Menurut Sardiman (2011), motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang
motif-motifnya aktif, dan berfungsi karena ada rangsangan dari luar.
Menurut Djamarah (2000) motivasi belajar dikatakan ekstrinsik bila
siswa mendapatkan tujuan belajarnya di luar faktor-faktor belajar situasi
belajar. Siswa belajar karena hendak mencapai tujuan yang terletak di luar hal
yang dipelajarinya, misalnya untuk mendapat nilai tinggi, mendapat gelar,
untuk kehormatan, dan sebagainya.
Menurut Santrock (2007), motivasi ekstrinsik yaitu melakukan sesuatu
untuk mendapatkan sesuatu yang lain (cara untuk mencapai tujuan). Motivasi
ekstrinsik sering dipengaruhi oleh insentif eksternal seperti imbalan dan
hukuman. Misalnya, siswa belajar keras dalam menghadapi ujian untuk
mendapatkan nilai yang baik.
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi
ekstrinsik adalah motivasi yang berasal dari luar diri siswa yang
mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar.
Motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik berfungsi sebagai penggerak,
penggerak dalam wujud suatu perbuatan. Motivasi dapat berfungsi sebagai
pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Seseorang melakukan usaha karena
adanya motivasi. Dengan adanya usaha yang tekun dan terutama disadari
prestasi yang baik. Motivasi seorang siswa akan menentukan tingkat
pencapaian prestasinya.
Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya, dibagi menjadi dua, yaitu
(Sardiman, 2011):
a. Motif-motif bawaan
Motif bawaan adalah motif yang dibawa sejak lahir, jadi motivasi itu ada
tanpa dipelajari. Misalnya dorongan untuk makan, minum, bekerja,
beristirahat. Motif-motif tersebut sering disebut motif-motif yang disyaratkan
secara biologis.
b. Motif-motif yang dipelajari
Motif-motif yang dipelajari yaitu motif-motif yang timbul karena dipelajari
oleh seseorang. Misalnya: dorongan untuk belajar suatu cabang ilmu
pengetahuan, mengajar sesuatu di dalam masyarakat. Motif-motif tersebut
sering disebut dengan motif-motif yang diisyaratkan secara sosial. Hal ini
disebabkan karena manusia hidup dalam lingkungan sosial dengan sesama
manusia lainnya, yang akhirnya membentuk motivasi.
Frandsen (Sardiman, 2011) menyebutkan bahwa jenis-jenis motif terdiri atas:
a. Cognitive motives
Motif ini menunjuk pada gejala intrinsik, yaitu menyangkut kepuasan
individual yang berada dalam diri manusia dan biasanya berwujud proses dan
produk mental. Jenis motif ini sangat penting dalam kegiatan belajar di
b. Self-expression
Penampilan diri adalah sebagian dari perilaku manusia. Kebutuhan individu
itu tidak hanya tahu mengapa dan bagaimana sesuatu itu terjadi, tetapi juga
mampu membuat suatu kejadian. Oleh karena itu diperlukan kreativitas, dan
imajinasi. Dengan demikian, seseorang memiliki keinginan untuk aktualisasi
diri.
c. Self-enhancement
Dengan aktualisasi diri dan pengembangan kompetensi akan meningkatkan
kemajuan diri seseorang yang menjadi salah satu keinginan bagi setiap
individu. Dalam kegiatan belajar, dapat diciptakan suasana kompetensi yang
sehat bagi siswa untuk mencapai prestasi.
Woodworth dan Marquis (Sardiman, 2011) membagi jenis motivasi menjadi
tiga jenis, yaitu:
a. Motif atau kebutuhan organis, meliputi kebutuhan untuk minum, makan,
bernafas, seksual, berbuat dan kebutuhan untuk beristirahat.
b. Motif-motif darurat. Misalnya dorongan untuk menyelamatkan diri, dorongan
untuk membalas, untuk berusaha, untuk memburu, yang disebabkan karena
rangsangan dari luar.
c. Motif-motif objektif, menyangkut kebutuhan untuk melakukan eksplorasi,
melakukan manipulasi, untuk menaruh minat, yang muncul karena dorongan
untuk dapat menghadapi dunia luar secara efektif.
Berdasarkan uraian di atas, motivasi belajar terbagi menjadi motivasi
motives, self-expression, self-enhancement, motif atau kebutuhan organis, motif-motif darurat dan motif-motif-motif-motif objektif.
7. Fungsi Motivasi Belajar
Motivasi mempunyai fungsi bagi seseorang, karena motivasi dapat
menjadikan seseorang mengalami perubahan ke arah yang lebih baik. Menurut
Sardiman (2011), fungsi motivasi antara lain:
a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang
melepaskan energi.
b. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai.
c. Menyeleksi perbuatan yakni menentukan perbuatan mana yang harus
dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan dengan menyisihkan
perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.
Lebih lanjut Sardiman (2011) menyebutkan bahwa masih ada fungsi-fungsi
lain, yaitu pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Seorang melakukan suatu
usaha karena adanya motivasi. Dengan adanya motivasi yang baik dalam belajar
akan menunjukkan hasil yang baik. Dengan kata lain, dengan adanya usaha yang
tekun dan terutama didasari adanya motivasi, maka seorang siswa yang belajar
dengan tekun akan dapat melahirkan prestasi yang baik. Intensitas motivasi
belajar seorang siswa sangat menentukan tingkat pencapaian prestasi belajarnya.
Menurut Uno (2008), fungsi motivasi dalam belajar adalah sebagai berikut:
a. Mendorong manusia untuk melakukan suatu aktivitas yang didasarkan atas
b. Menentukan arah tujuan yang hendak dicapai
c. Menentukan perbuatan yang harus dilakukan.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa fungsi motivasi
dalam belajar adalah untuk mendorong, menggerakkan dan mengarahkan
kegiatan-kegiatan peserta didik dalam belajar sehingga dapat mencapai hasil yang
maksimal.
8. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar
Demiyati dan Mudjiono (1990) mengatakan bahwa yang mempengauhi
motivasi belajar antara lain:
a. Cita-cita dan Aspirasi Siswa
Setiap manusia mempunyai cita-cita dalam hidupnya, termasuk siswa.
Cita-cita dan aspirasi senantiasa ia kejar dan perjuangkan bahkan tidak jarang ada
rintangan yang ditemuinya dalam mengejar cita-cita itu siswa akan berusaha
semaksimal mungkin. Dengan adanya cita-cita siswa dapat memperkuat
motivasi belajarnya.
b. Kemampuan Siswa
Keinginan siswa perlu diiringi dengan kemampuan dan kecakapan untuk
mencapainya. Keinginan siswa untuk memperoleh nilai yang baik misalnya,
perlu diiringi dengan usaha yang diperlukan dalam memperoleh nilai yang
baik, entah itu dengan cara mencatat yang perlu atau mengerjakan tugas yang
kecakapan dan kemampuan maka keinginan siswa untuk mendapat nilai yang
baik akan tercapai.
c. Kondisi Siswa
Kondisi siswa yang meliputi kondisi rohani dan jasmani mempengaruhi
motivasi belajar siswa. Seseorang yang sedang sakit, lapar, atau sedih akan
mengganggu kegiatan belajar. Sebaliknya siswa yang sehat, kenyang dan
senang/gembira akan mudah memusatkan perhatian dalam belajar. Dengan
demikian keadaan jasmaniah dan rohaniah mempengaruhi motivasi belajar.
d. Kondisi Lingkungan Belajar
Lingkungan balajar meliput lingkunan fisik dan lingkungan sosial.
Lingkungan fisik antara lain, lingkungan tempat belajar, fasilitas belajar, dan
suasana balajar. Sedangkan lingkungan sosial antara lain, hubungan dengan
teman dikelas, teman sebaya, dengan rekan guru dan sebagainya.
e. Unsur-unsur Dinamis Belajar
Siswa tinggal di lingkunan yang berbeda-beda, misalnya lingkungan tempat
tinggal, lingkungan tempat bermain, dan lingkungan disekitar. Dari lingkunga
siswa dapat meningkatkan motivasi belajar misalnya, siswa mengagumi
seorang dokter, maka siswa akan belajar dengan tekun supaya bisa menjadi
dokter juga.
f. Upaya Guru dalam Membantu Siswa
Guru adalah seorang pendidik ysng profesional, ia bergaul setiap hari dengan
siswa. Sebagai seorang yang professional, sudah tugasnya supaya siswa dapat
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi motivasi belajar adalah cita-cita dan aspirasi siswa, kemampuan
siswa, kondisi siswa, kondisi lingkungan belajar, unsur-unsur dinamis belajar, dan
usaha guru dalam membantu siswa.
9. Bentuk-bentuk Motivasi dalam Belajar
Menurut Djamarah (2000) ada beberapa bentuk motivasi secara ekstrinsik
yag dimanfaatkan dalam menggairahkan siswa dalam belajar di kelas, antara lain:
a. Memberi angka
Angka dimaksudkan sebagai simbol, atau nilai dari hasil aktivitas siswa.
Angka merupakan alat motivasi yang cukup memberi rangsangan pada siswa
untuk mempertahankan atau bahkan meningkatkan prestasinya di masa
mendatang.
b. Hadiah
Hadiah adalah memberikan sesuatu kepada orang lain sebagai penghargaan
atau kenang-kenangan. Dalam dunia pendidikan biasanya hadiah dijadikan
alat motivasi. Hadiah dapat diberikan kepada anak yang berprestasi, rangking
satu, dua dan tiga dari siswa yang lainya. Pemberian hadiah ini juga
mendorong siswa lainnya untuk berusaha lebih baik lagi dan berupaya untuk
memperbaiki nilai yang dimilikinya.
c. Kompetisi
Kompetisi adalah persaingan. Dalam kelas persaingan dapat dijadikan alat
d. Ego-innvolvement
Seorang yang berusaha dengan segenap tenaga untuk mencapai prestasi
dengan baik dapat menjaga harga dirinya. Penyelesaian tugas dengan baik
adalah simbol kebanggaan dan harga diri. Begitu pula siswa sebagai subyek,
siswa akan belajar dengan keras karena harga dirinya.
e. Memberi Ulangan
Ulangan dapat dijadikan alat motivasi, siswa biasanya akan mempersiapkan
diri dengan belajar dari jauh-jauh hari untuk menghadapi ulangan. Dengan
diadakan maka siswa secara tidak langsung akan belajar untuk
mempersiapkan ulangan itu agar memperoleh nilai yang baik.
f. Mengetahui Hasil
Mengentahui hasil biasanya dijadikan alat motivasi. Dengan mengentahui
hasil, siswa terdorong untuk belajar lebih giat. Apabila hasil belajar itu
mengalami kemajuan, siswa berusaha mempertahankan bahkan meningkatkan
intensitas belajarnya guna mendapat prestasi belajar yang lebih baik
dikemudian hari.
g. Pujian
Pujian yang diberikan pada waktu yang tepat dapat dijadikan alat motivasi.
Pujian adalah bentuk reinforcement positif dan sekaligus merupakan motivasi
yang baik. Dengan diberi pujian siswa akan lebih bergairah mengerjakan
h. Hukuman
Meskipun hukuman sebagai reinforcement yang negatif, tetapi bila dilakukan dengan tepat dan bijak akan merupakan alat motivasi yang baik dan efektif.
i. Hasrat untuk Belajar
Hasrat untuk belajar berarti ada unsur kesengajaan, ada maksud untuk belajar.
Hal ini akan lebih baik bila dibandingkan dengan segala kesengajaan tanpa
maksud. Hasrat untuk belajar berarti pada diri siswa memang ada motivasi
untuk belajar, sehingga sudah pasti hasil akan lebih baik daripada siswa yang
tidak berhasrat untuk belajar.
j. Minat
Minat adalah kecendrungan yang menetap untuk mempertahankan dan
mengenang beberapa aktivitas. Seseorang berminat terhadap suatu aktivitas
akan memperhatikan aktivitas tersebut secara konsisten dengan rasa senang.
Siswa yang berminat terhadap sesuatu cendrung untuk memberikan perhatian
yang lebih besar terhadap sesuatu yang diminati. Minat dapat dibangkitkan
dengan cara-cara sebagai berikut:
1) Membangkitkan adanya suatu kebutuhan
2) Menghubungkan dengan persoalan pengalaman yang lampau
3) Memberi kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik
4) Menggunakan berbagai macam bentuk mengajar.
k. Tujuan yang Diakui
Rumusan tutuan yang diakui dan diterima baik oleh siswa merupakan alat
dicapai akan menguntungkan siswa sehingga menimbulkan gairah untuk
belajar terus.
Menurut Rohani dan Ahmadi (2007), motivasi pada siswa dapat tumbuh
melalui beberapa cara, yaitu:
a. Mengajar yang bervariasi
b. Mengadakan pengulangan informasi
c. Memberikan stimulus baru, misalnya dengan memberikan
pertanyaan-pertanyaan kepada siswa
d. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyalurkan belajaranya.
e. Menggunakan media dan alat bantu yang menarik perhatian siswa, seperti
gambar, foto, video dan lain sebagainya.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi ssiwa dapat
ditumbuhkan melalui bentuk-bentuk mengajar yang bervariasi sehingga mampu
menumbuhkan hasrat dan menarik perhatian siswa, memberikan ulangan dapat
memberi kesempatan kepada siswa untuk menyalurkan dan untuk mengetahui
keberhasilan siswa dalam belajar, pemberian pujian dan hadiah atas prestasi siswa
juga dapat meningkatkan semangat siswa untuk lebih giat dalam belajar, sehingga
tujuan pendidikan dan keberhasilan pembelajaran dapat tercapai.
10. Faktor yang Menyebabkan Menurunnya Motivasi Belajar Siswa
Pada saat ini di sekolah-sekolah banyak dijumpai bahwa motivasi belajar
siswa menurun. Hal ini terlihat dari gejala-gejala yang muncul, seperti
berkurangnya perhatian siswa saat pelajaran di kelas, kelalaian mengerjakan tugas
sebagainya. Menurut Winkel (1995), faktor yang mendasari adanya gejala tersebut
antara lain:
a. Kehidupan di luar sekolah menawarkan berbagai bentuk rekreasi yang dapat
membuat orang merasa puas, meskipun rasa puas itu tidak bertahan lama.
b. Pengaruh dari teman yang tidak menghargai prestasi tinggi dalam belajar di
sekolah dan di bidang lain.
c. Kekaburan mengenai cita-cita kehidupan sesudah tamat sekolah.
d. Keadaan keluarga yang kurang menguntungkan, karena sejak kecil anak
kurang di tantang untuk memberikan prestasi yang patut dibanggakan atas
dasar usaha sendiri.
e. Sikap keritis orang muda terhadap masyarakat, sehingga mereka meragukan
kegunaan dari belajar di sekolah.
B. Hakikat Bimbingan Belajar
1. Definisi Bimbingan Belajar
Pendidikan dilaksanakan dalam bentuk bimbingan, pengajaran, dan
latihan. Bimbingan atau membimbing memiliki dua makna yaitu bimbingan
secara umum yang mempunyai arti sama dengan mendidik atau menanamkan
nilai-nilai, membina moral, mengarahkan siswa supaya menjadi orang baik.
Bimbingan juga mempunyai arti khusus, yaitu sebagai suatu upaya atau program
membantu mengoptimalkan perkembangan siswa. Bimbingan ini diberikan
melalui bantuan pemecahan masalah yang dihadapi, serta dorongan bagi
Istilah “bimbingan” merupakan terjemahan dari kata “guidance”. Kata “guidance” yang kata dasarnya "guide" memiliki beberapa arti: (a) menunjukkan jalan (showing the way), (b) memimpin (leading), (c) memberikan petunjuk (giving instruction), (d) mengatur (regulating), (e)mengarahkan (governing), dan (f) memberi nasihat (giving advice) (Winkel dan Hastuti, 2004).
Miller (Surya, 1988), menyatakan bahwa bimbingan merupakan proses
bantuan terhadap individu untuk mencapai pemahaman diri dan pengarahan diri
sangat dibutuhkan untuk melakukan penyesuian diri secara maksimum kepada
sekolah (dalam hal ini termasuk manusia), keluarga, dan masyarakat. Selanjutnya
Surya (1988) mengutip pendapat Crow & Crow (1960) menyatakan bahwa
bimbingan adalah bantuan yang diberikan oleh seseorang baik laki-laki maupun
perempuan yang memiliki pribadi baik dan pendidikan yang memadai, kepada
seseorang (individu) dari setiap usia untuk menolongnya mengembangkan
kegiatan-kegiatan hidupnya sendiri, mengembangkan arah pandangannya sendiri,
membuat pilihan sendiri, dan memikul bebannya sendiri
Menurut Tohirin (2011) bimbingan juga berarti proses bantuan atau
pertolongan yang diberikan oleh pembimbing kepada terbimbing agar individu
yang dibimbing mencapai perkembangan yang optimal. Apabila proses bimbingan
berlangsung dalam sistem sekolahan atau madrasah, maka bimbingan bisa
dikonsepsikan sebagai proses bantuan atau pertolongan yang diberikan oleh guru
pembimbing kepada siswa agar tercapai tingkat perkembangan yang optimal.
Apabila merujuk kepada persoalan-persoalan yang dihadapi individu (siswa),
yang diberikan oleh pembimbing kepada individu (siswa) agar individu yang
dibimbing mampu mengenal, menghadapi, dan memecahkan masalah-masalah
dalam hidupnya mencakup masalah pribadi, sosial, pendidikan (akademik), karier,
penyesuaian diri, dan lain sebagainya.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa bimbingan
adalah suatu proses bantuan yang diberikan seorang pembimbing kepada seorang
terbimbing agar mampu memecahkan masalah yang dihadapi serta mempunyai
kemampuan dalam menghadapi semua tantangan.
2. Tujuan dan Fungsi Bimbingan Belajar
a. Tujuan Bimbingan
Tujuan bimbingan di bagi menjadi dua, yaitu tujuan jangka panjang dan
jangka pendek. Tujuan jangka panjang dari program ini adalah agar para siswa di
sekolah mencapai perkembangan yang optimal, yaitu perkembangan yang
setinggi-tingginya sesuai dengan potensi-potensi yang dimilikinya. Tujuan jangka
pendek terdiri atas (Sukmadinata, 2009):
1) Pemahaman yang lebih baik tentang dirinya, tentang lingkungannya dan
tentang arah perkembangan dirinya,
2) Memiliki kemampuan dalam memilih dan menentukan arah perkembangan
dirinya, mengambil keputusan yang tepat bagi dirinya dan bagi lingkungannya
3) Mampu menyesuaikan diri baik dengan dirinya maupun dengan
lingkungannya
b. Fungsi Bimbingan
Fungsi bimbingan, yaitu:
1) Fungsi pemahaman individu.
Bimbingan penyuluhan membantu para siswa di dalam pemahaman
individu, baik individu dirinya maupun orang lain. Pemahaman diri siswa
oleh siswa sendiri, seringkali cukup sulit, maka sebelum sampai ke sana
pertama-tama konselorlah yang harus berusaha memahami kondisi,
kemampuan dan sifat-sifat siswa. Atas dasar hasil pemahaman ini, konselor
membantu siswa dalam memahami dirinya.
2) Fungsi pencegahan dan pengembangan.
Siswa memiliki sejumlah potensi dan sifat-sifat. Potensi dan sifat-sifat
tersebut dapat berkembang ke arah yang positif, ataupun negatif. Bimbingan
dan konseling dapat diibaratkan sebuah mata uang yang bermuka dua, satu
muka adalah berfungsi mencegah perkembangan ke arah yang
negatif-destruktif dan muka lainnya mendorong perkembangan ke arah yang
positif-konstruktif.
3) Fungsi membantu memperbaiki penyesuaian diri.
Perkembangan dan kehidupan individu berintikan penyesuaian diri,
baik dengan dirinya sendiri maupun dengan lingkungannya. Masalah atau
kesulitan akan timbul apabila individu tidak bisa atau salah dalam
menyesuaikan diri. Agar perkembangan individu lancar, dan dapat menikmati
keserasian atau keharmonisan dengan segala tuntutan dan kondisi baik dari
dalam dirinya maupun dari luar dirinya (Sukmadinata, 2009).
3. Topik-Topik Bimbingan yang Diusulkan
Untuk meningkatkan motivasi belajar siswa maka diusulkan beberapa
topik bimbingan, yaitu:
a. Motivasi untuk berprestasi
b. Belajar kelompok
c. Menghilangkan rasa malas belajar
d. Cara belajar yang efektif dan efisien
C. Gambaran Pendidikan Di Kutai Barat
1. Kutai Barat Secara Umum
Kabupaten Kutai Barat merupakan kabupaten baru hasil pemekaran
Kabupaten Kutai Kartanegara yang dibentuk berdasarkan UU No. 47 Tahun 1999
(www.kubarkab.go.id). Letak desa-desa pada umumnya berada di daerah tepian
sungai (119 desa), di daerah dataran (86 desa) dan di lereng/punggung bukit (18
desa). Mayoritas Penduduk Kabupaten Kutai Barat adalah Masyarakat Adat yang
terdiri dari bermacam suku, bahasa, adat-istiadat serta kultur dan budayanya.
Konsepsi kepemilikan wilayah-wilayah Adat (kawasan kelola) dipahami mereka
secara utuh dalam satu kesatuan berdasarkan faktor genealogis dan teritorial yang
ada, berdasarkan asal-usul (sejarah) yang sudah ada secara turun-temurun jauh
kecamatan dan setiap kecamatan dibagi menjadi beberapa kampung atau setingkat
desa/kelurahan (dalam, www.kubarkab.go.id).
2. Ciri khas Kutai Barat
Dari kecil hingga dewasa penulis tumbuh dan berkembang di wilayah
tercinta di kabupaten Kutai Barat. Lingkungan alam dan budaya yang beraneka
ragam menjadi ciri khas yang menonjol di masyarakat. Alam yang asri
merupakan lambang kemakmuran bagi masyarakat Kutai Barat saat ini, dimana
telah menyediakan hasil bumi yang luar biasa berupa hutan rimba, yang
menghasilkan beraneka ragam kebutuhan masyarakat yang melimpah seperti
kayu, rotan, damar, babi hutan yang selalu diburu oleh masyarakat desa,
buah-buahan hutan, serta sungai yang menjadi transpotasi utama masyarakat
pedalaman. Masyarakat Kutai Barat kebanyakan menjadi petani ladang yaitu
menanam padi yang hanya setahun sekali panen, tidak seperti di Jawa petaninya
membuat sawah hingga panennya tiga sampai empat kali dalam setahun (dalam,
www.kubarkab.go.id).
3. Sarana dan Prasarana
Untuk sarana dan prasarana Kabupaten Kutai Barat secara umum sudah
lumayan mendukung. Tetapi ada bagian yang sangat penting untuk diperhatikan
seperti sarana dan prasana untuk pendidikan. Alat bantu pendidikan untuk proses
kegiatan belajar mengajar bisa dikatakan memprihatinkan dan perlu
yang memadai dalam suatu sekolah merupakan hal yang sangat penting untuk
diperhatikan karena ini semua berhubungan langsung dalam kegiatan belajar
mengajar di suatu sekolah. Bahkan sarana dan prasarana yang lengkap merupakan
salah satu kunci sukses dalam suatu pembelajaran. Oleh karena itu, hal ini harus
selalu menjadi perhatian oleh semua pihak. Sarana dan prasana yang dimaksudkan
adalah menyangkut lingkungan fisik dan non fisik.
Dari pengalaman penulis semenjak sekolah yang namanya lingkungan
fisik secara umum sudah cukup mendukung dalam proses belajar mengajar.
Secara umum gambaran untuk sarana dan prasarana belajar di Kabupaten Kutai
Barat sudah cukup baik tapi jika dibanding dengan sarana dan prasarana belajar di
pulau Jawa sangat ketinggalan. Hal ini dapat terlihat tidak semua sekolah di
Kabupaten Kutai Barat memiliki Lab. Dari pengalaman yang penulis pernah tahu,
kalaupun sarana dan prasarananya ada jumlahnya sangat terbatas dan pada
umumnya hampir tidak layak lagi digunakan buat belajar.
4. Kebiasaan Belajar Siswa Etnis Dayak Benuaq
Kebiasaan belajar siswa merupakan hal yang menarik untuk dipelajari
lebih mendalam karena sukses atau tidaknya seorang siswa dalam mengikuti
kegiatan belajar mengajar di sekolah ataupun di rumah sangat ditentukan oleh
kebiasaan belajarnya. Berdasarkan pengalaman penulis dan pemantauan penulis
selama menempuh pendidikan di SMA, hal mencolok yang sering dilakukan
adalah sistem belajar yang kurang tertata dengan baik. Maksudnya siswa-siswi
mulai belajar. Hal ini menyebabkan konstruksi pengetahuan dari siswa yang
bersangkutan sangat jarang dilakukan akibatnya dalam pola pikir siswa terbentuk
belajar itu harus ada guru dan penjelasan darinya. Dari uraian tersebut
menunjukkan bahwa kebiasan belajar siswa etnis Dayak Benuaq belum baik,
masih diperlukan bimbingan agar siswa mempunyai motivasi yang tinggi dalam
belajar.
5. Lingkungan Sekitar
Khusus untuk lingkungan sebenarnya belum banyak gangguannya
dibanding kota-kota besar seperti di Jawa, karena dunia internet dan dunia
permainan seperti play staysion, tempat-tempat hiburan lainnya belum banyak. Kalaupun ada gangguan paling-paling kebiasaan nonton TV yang berlebihan
tanpa mengenal batas waktu. Namun dengan perkembangan zaman hal ini harus
menjadi perhatian serius oleh para guru dan orang tua. Karena saat ini
perkembangan dunia teknologi informasi semakin cangih dari tahun – tahun
sebelumnya.
6. Lingkungan Keluarga
Keluarga pada umumnya cukup mendukung kita dalam belajar. Hal ini
dapat terlihat dengan dorongan semangat yang selalu mereka berikan agar kita
rajin belajar. Selain itu mereka juga sangat menaruh harapan besar kalau suatu
hari nanti kita lah yang akan memimpin diri sendiri, keluarga dan masyarakat
36
BAB III
METODE PENELITIAN
Bab ini memuat beberapa hal yang berkaitan dengan metode penelitian,
antara lain jenis penelitian, subjek penelitian, teknik pengumpulan data dan
instrumen penelitian, prosedur pengumpulan data dan teknik analisis data.
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dengan metode survei.
Furchan (2004) mengatakan penelitian deskriptif dengan metode survei
dirancang untuk memperoleh informasi dengan mengumpulkan data yang
relatif terbatas dari kasus-kasus yang relatif besar jumlahnya.
Penelitian deskriftif dalam penelitian ini dimaksudkan untuk
memperoleh gambaran tentang tingkat motivasi belajar siswa/siswi SMP
NEGERI 32 Sendawar Kutai Barat tahun ajaran 2012/2013.
B. Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa/siswi
SMP Negeri 32 Sendawar, Kutai Barat Tahun Ajaran 2012/2013 yang
berjumlah 120 siswa. Pemilihan subyek dalam penelitian ini berdasarkan
berbagai pertimbangan antara lain:
Sebagian besar siswa pada sekolah ini tergolong beretnis Dayak Benuaq,
ada indikasi bahwa di sekolah ini motivasi belajar siswa rendah. Sekolah
C. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner.
Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya,
atau hal-hal yang ia ketahui (Arikunto, 2006). Bentuk kuesioner yang
digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner dengan tipe pertanyaan
tertutup, di mana responden memilih jawaban yang telah disediakan oleh
peneliti. Kuesioner disusun berdasarkan aspek-aspek motivasi belajar yaitu
dorongan mencapai sesuatu, komitmen, inisiatif dan optimis.
Koesioner disusun dengan menggunakan skala Likert, yang dilengkapi
dengan empat alternatif jawaban yaitu: selalu, sering, jarang dan tidak pernah.
Pernyataan positif yang dipilih siswa kemudian diskor sebagai berikut: sangat
setuju dengan skor 4, setuju dengan skor 3, tidak setuju dengan skor 2, dan
sangat tidak setuju dengan skor 1. Sedangkan pernyataan negatif dilakukan
penskoran kebalikan dari penskoran positif sebagai berikut: sangat setuju
dengan skor 1, setuju dengan skor 2, tidak setuju dengan skor 3, dan sangat
tidak setuju dengan skor 4.
Tabel 1
Kisi-kisi Kuesioner Motivasi Belajar
Aspek Indikator Favorable Unfavorable Jumlah
Dorongan mencapai sesuatu
1. Keinginan untuk berhasil 1,2,3 4,5,6 6 2.Adanya dorongan
Komitmen 4.komitmennya dalam memenuhi tugas-tugas
Sumber: Indikator dirangkum dari Supriyadi (2005), Sardiman (2008) dan Uno (2008)
D. Pengujian Instrumen Penelitian
1. Uji Validitas
Validitas yaitu sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat
ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Validitas digunakan untuk
mengetahui kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang
sesungguhnya terjadi pada proyek yang diteliti, sehingga dapat diperoleh
data yang valid. Instrumen dikatakan valid bila mampu mengukur apa yang
Pemeriksaan keterpenuhan validitas isi didasarkan pada
pertimbangan yang dilakukan oleh Gendon Barus (expert judgment), guna menelaah secara logis kesesuaian dan ketepatan rumusan setiap butir
pernyataan kuesioner agar setiap item pernyataan yang dibuat tepat dengan
aspek tujuan dan isi indikator atributnya sebagaimana dikonstruk dalam
kisi-kisi instrumen, sehingga dapat dinyatakan baik (Nurgiyantoro, 2009:
339).
Hasil telaah ahli dilengkapi dengan uji empirik untuk memeriksa
keterpenuhan kriteria konsistensi internal setiap item terhadap aspeknya.
Teknik uji yang digunakan adalah dengan pendekatan analisis korelasi
Pearson Product Moment. Rumusnya:
Formula; rXY=
r = Indeks korelasi validitas item
N = jumlah subyek
X = skor butir kuesioner
Y = skor total aspek yang memuat item yang di uji validitasnya
Untuk menguji validitas data dalam penelitian ini, dengan melihat
Correlated Item-Total Correlation adalah identik karena keduanya mengukur hal yang sama (Ghozali, 2011).
Syarat umum untuk dianggap valid dilihat dari ketentuan sebagai
berikut:
a. Jika r hasil positif, serta r hasil > r tabel, maka butir atau variabel
tersebut dinyatakan valid.
b. Jika r hasil negatif, dan r hasil < r tabel, maka butir atau variabel
tersebut tidak valid.
Hasil ujicoba yang telah dilakukan menunjukkan bahwa dari 50
item pernyataan, terdapat 5 item yang nilai r hasilnya lebih kecil dari r
tabel (r = 0,2732), sehingga tidak valid dan sisanya sebanyak 45 item
termasuk dalam item yang valid karena nilai r hasilnya lebih besar dari r
tabel (r = 0,2732). Item-item yang tidak valid tidak dipakai dalam
pengambilan data yang sesungguhnya. Perhitungan ujicoba ini
menggunakan bantuan bantuan SPSS (Statistic Program for Social Sciences) versi 17.0. Rekapitulasi hasil uji validitas terhadap instrumen motivasi belajar adalah sebagai berikut.
Tabel 2
Rekapitulasi Hasil Uji Validitas
No Aspek Jumlah Soal Valid Gugur
1 Dorongan mencapai sesuatu 16 15 1
2 Komitmen 10 8 2
3 Inisiatif 12 12 0
4 Optimis 12 10 2
Berdasarkan hasil uji validitas di atas, maka item – item yang valid dan gugur
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3
Hasil Uji Validitas Instrumen Motivasi Belajar
Aspek Indikator Nomor-Nomor Item Jumlah
Valid Gugur
Dorongan mencapai sesuatu
1. Keinginan untuk berhasil 1,2,4,5,6 3 6 2.Adanya dorongan dalam
belajar
Komitmen 4.komitmennya dalam memenuhi tugas-tugas sekolah
17,19,20,21 18 5
5.tidak mudah melepaskan hal yang diyakininya
22,24,25,26 23 5
Inisiatif 6.lebih senang bekerja mandiri 27,28,29,30 4 7.cepat bosan pada tugas-tugas
rutin
Uji reliabilitas digunakan untuk menunjukkan ukuran kestabilan
dan konsistensi dari konsep ukuran instrumen atau alat ukur, sehingga nilai
yang diukur tidak berubah dalam nilai tertentu. Data yang reliabel dalam
instrumen penelitian berarti data tersebut dapat dipercaya. Uji reliabilitas
dalam penelitian ini menggunakan nilai Cronbach Alpha dengan ketentuan
apabila nilai Alpha lebih dari 0,60 maka instrumen tersebut reliabel
Rumusnya:
Hasil uji reliabilitas dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4 Hasil Uji Reliabilitas
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.942 45
Berdasarkan hasil pengujian reliabilitas di atas, diperoleh nilai
alpha sebesar 0,942. Nilai tersebut lebih dari 0,60. Dengan demikian
kuesioner tersebut reliabel. Adapun hasil akhir kuesioner yang baru dapat
Tabel 5
Kisi-kisi Kuesioner Motivasi Belajar Setelah Uji Coba
Aspek Indikator Favorable Unfavorable Jumlah
Dorongan mencapai sesuatu
1. Keinginan untuk berhasil1,2 4,5,6 5 2.Adanya dorongan
Komitmen 4.komitmennya dalam memenuhi tugas-tugas
Langkah yang ditempuh untuk analisis data adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui tingkat motivasi belajar siswa:
a. Menskor jawaban subyek dan memasukkan ke dalam tabulasi skor data
penelitian
b. Menghitung jumlah skor setiap subyek
c. Menggolongkan tingkat motivasi belajar siswa berdasarkan kriteria
Tabel 6
Kategori Motivasi Belajar
Kategori Tingkat Motivasi Belajar Sangat tinggi 90 % -100 %
Tinggi 80 % - 89%
Cukup tinggi 65 % - 79 %
Rendah 55 % - 64 %
Sangat Rendah < 55%
2. Untuk mengetahui indikator motivasi belajar siswa yang rendah, maka
dilakukan analisis item. Langkah-langkahnya:
a. Menghitung jumlah skor setiap item
b. Menghitung skor total maksimum yang mungkin dapat dicapai per
aspeknya (per indikatornya)
c. Menggolongkan tingkat pencapaian motivasi belajar siswa per
indikatornya dengan menggunakan kriteria PAP (seperti di atas)
Perhitungan kategorisasi tinggi rendahnya motivasi belajar siswa
kelas VIII dan IX SMP Negeri 32 Sendawar, Kutai Barat Tahun Ajaran
2011/2012 dengan item total 45 diperoleh sebagai berikut:
Skor maksimal perbutir : 4
Jumlah item : 45
Tabel 7
Gambaran Motivasi Belajar Siswa SMP Negeri 32 Sendawar
Perhitungan persentase Rentang skor Kategori 90% x 180 = 162 162 – 180 Sangat tinggi 80% x 180 = 144 144 – 161 Tinggi 65% x 180 = 117 117 – 143 Cukup 55% x 180 = 99 99 – 116 Rendah
0% x 180 = 0 0 – 98 Sangat rendah
Persentase komposisi siswa SMP Negeri 32 Sendawar, Kutai Barat (N
= 120) dalam kategori tingkat motivasi belajar adalah sebagai berikut:
Rumus Persentase = Jumlah siswa yang didapat per tingkat
N X 100 %
Diketahui:
Jumlah siswa (responden) : 120
Jumlah siswa yang berkualifikasi sangat tinggi : 0
Jumlah siswa yang berkualifikasi tinggi : 21
Jumlah siswa yang berkualifikasi cukup : 87
Jumlah siswa yang berkualifikasi rendah : 12
Jumlah siswa yang berkualifikasi sangat rendah : 0
Perhitungan persentase:
1. Sangat Tinggi = x 100% = 0%
2. Tinggi = x 100% = 17,5%
3. Cukup = x 100% = 72,5%
4. Rendah = x 100% = 10%
d. Perhitungan kategori tinggi rendah skor item-item secara keseluruhan
dengan N = 120 adalah sebagai berikut:
Skor maksimal : 4
Jumlah siswa : 120
Total maksimal : 120 x 4 = 480
Tabel 8
Penggolongan Motivasi Belajar Berdasarkan PAP I
Perhitungan persentase Kategori 90% x 480 = 432 Sangat tinggi 80% x 480 = 384 Tinggi 65% x 480 = 312 Cukup 55% x 480 = 264 Rendah
47
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini menyajikan hasil penelitian dan pembahasan yang sesuai dengan
pertanyaan penelitian pada bab sebelumnya, yaitu (1) Seberapa tinggi tingkat
motivasi belajar siswa etnis dayak benuaq pada SMP Negeri 32 Sendawar tahun
ajaran 2012/2013? (2) Berdasarkan analisis butir-butir instrument motivasi belajar
yang terindikasi rendah topik-topik bimbingan apakah yang inflikatif diusulkan
untuk topik bimbingan belajar pada siswa SMP Negeri 32 Sendawar tahun ajaran
2012/2013? Berikut ini adalah uraian hasil penelitian.
A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Tingkat Motivasi Belajar Siswa SMP Negeri 32 Sendawar Tahun
Ajaran 2012/2013
Deskipsi motivasi belajar siswa SMP Negeri 32 Sendawar tahun ajaran
2012/2013 digolongkan menurut Penilaian Acuan Patokan (PAP) Tipe I.
Penggolongan motivasi belajar Siswa SMP Negeri 32 Sendawar tahun ajaran
Tabel 9.
Penggolongan Motivasi Belajar Siswa SMP Negeri 32 Sendawar Tahun Ajaran 2012/ 2013
Rumus PAP Tipe I
Rentang Skor
Frekuensi Persentase (%)
Kualifikasi
90% - 100% 162 – 180 0 0% Sangat Tinggi
80% - 89% 144 - 161 21 17,5% Tinggi
65% - 79% 117 – 143 87 72,5% Cukup
55% -64 % 99 -116 12 10% Rendah
≤54% 0 - 98 0 0% Sangat Rendah
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa motivasi belajar
siswa SMP Negeri 32 Sendawar tahun ajaran 2012/2013 bergradasi ada 21
siswa (17,5%) yang mempunyai motivasi belajar tinggi, 87 siswa (72,5%)
mempunyai motivasi belajar cukup dan, 12 siswa (10%) mempunyai
motivasi belajar rendah, sedangkan untuk motivasi belajar yang sangat
tinggi dan sangat rendah tidak ada. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Gambar 2: Grafik Motivasi Belajar Siswa
Gambar di atas menunjukkan bahwa sebagian besar motivasi belajar siswa
termasuk dalam kategori cukup tinggi.
2. Hasil Analisis Capaian Skor Butir-Butir Motivasi Belajar
Hasil perhitungan kategorisasi capaian skor masing-masing butir-butir
motivasi belajar siswa SMP Negeri 32 Sendawar tahun ajaran 2012/2013
dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 10
Komposisi Capaian Skor Butir Motivasi Belajar Rentang
384 – 431 Tinggi 2,8,11,14,15,16,21,28,34,36,40,43,44,49 14
312 – 383 Cukup 5,10,12,17,24,25,26,30,31,35,41,46,47 13
264 – 311 Rendah 4,27,29,33,37,50 6