• Tidak ada hasil yang ditemukan

Artikel hesty prosiding 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Artikel hesty prosiding 2015"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN MODEL PERKULIAHAN BERBASIS ON-LINE UNTUK MENUNJANG PEMBELAJARAN MATAKULIAH TELAAH KURIKULUM

PENDIDIKAN FISIKA

Hestiningtyas Yuli Pratiwi, Chandra Sundaygara, Hena Dian Ayu Prodi Pendidikan Fisika Universitas Kanjuruhan Malang

hestiphysics@gmail.com

Abstrak

Tujuan penelitian adalah mengembangkan model perkuliahan berbasis on-line, mengetahui kelayakan model perkuliahan hybrid on-line menurut kajian reviewer ahli, kajian pengguna, dan keterbacaan mahasiswa serta mendeskripsikan prototype produk akhir model perkuliahan berbasis on-line. Metode pengembangan yang dilakukan merujuk pada apa yang telah dilakukan oleh Thiagarajan mengenai pengembangan desain pembelajaran Define, Design, Develop, dan Disseminate Four-D. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model pembelajaran berbasis on-line memang sangat dibutuhkan oleh mahasiswa dalam rangka meningkatkan penguasaan materi perkuliahan. Mahasiswa merasa bahwa seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi komunikasi, maka sudah seyogyanya harus dikembangkan model perkuliahan berbantuan kemajuan iptek. Disamping itu, model perkuliahan juga dibutuhkan dosen dalam mengelola perkuliahan yang lebih baik. Pengembangan produk yang dihasilkan divalidasikan pada ahli pengembangan media pembelajaran. Prototype yang dikembangkan dalam penelitian juga menerima masukan dan saran dari pihak pengguna produk (mahasiswa). Hal ini menunjukkan bahwa model perkuliahan yang dikembangkan layak dan patut serta bias dijadikan sebagai sebuah model pembelajaran berbasis on line.

Kata Kunci: pembelajaran, on line, prototype

PENDAHULUAN

Matakuliah Telaah Kurikulum Pendidikan Fisika merupakan salah satu matakuliah wajib di Program Pendidikan Fisika FKIP Unikama. Matakuliah ini bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa sebagai calon guru fisika untuk merancang, melaksanakan dan mengembangkan kurikulum pembelajaran (Prodi Pendidikan Fisika, 2012). Permasalahan yang seringkali muncul dalam melaksanakan pembelajaran Matakuliah Telaah Kurikulum Pendidikan Fisika adalah 1) dosen memiliki mahasiswa yang cukup banyak, sehingga dosen memiliki keterbatasan untuk memberikan tes, segera melakukan koreksi, melakukan analisis hasil, serta memberikan balikan (feedback) dan remedial secepatnya; 2) dosen juga mengalami kesulitan dalam mengelola data penilaian dalam jumlah yang banyak dan diperlukan waktu yang cukup lama untuk perekaman dan analisisnya; 3) keadaan ini menyebabkan kurang terarsipnya rekaman data penilaian tertulis secara secara rapi mengenai kegiatan penilaian formatif; 4) adanya keterbatasan waktu interaksi antara dosen dan mahasiswa; 5) belum tersedia media komputer untuk berbagi sumber belajar guna meningkatkan khasanah pengetahuan mahasiswa. Adanya berbagai permasalahan tersebut menyebabkan mahasiswa kesulitan dalam memahami materi kuliah (Demirci, N., 2008).

(2)

tes, asesmen informal, mengelola jurnal kuliah, dan menambahkan media-media pendukung perkuliahan.

Implementasi perkuliahan berbasis On-line memiliki banyak manfaat baik bagi dosen maupun bagi mahasiswa. Perkuliahan Hybrid On-line juga berpotensi mendukung perkuliahan Telaah Kurikulum Pendidikan Fisika. Implementasi model ini maka role model implementasi pembelajaran yang efektif dan inovatif bagi mahasiswa. Sementara itu, interaksi antar mahasiswa akan terlibat secara aktif yang diyakini oleh berbagai kalangan pendidikan menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan belajar mahasiswa (Jonassen, 1999). Interaksi yang merupakan hubungan timbale balik baik antar mahasiswa maupun dengan dosen dapat dijadikan sebagai salah satu indikator fenomena keberhasilan belajar mahasiswa (Anderson, 2003; Hirumi, 2006).

Model Perkuliahan Hybrid On-line

Model perkuliahan hybrid on-line merupakan salah satu implementasi blended learning. Dalam model ini, dosen tetap menyelenggarakan perkuliahan tatap muka sebagaimana biasanya dan menambahkan kegiatan berbantuan internet untuk melengkapi kegiatan tatap muka. Dalam perkuliahan hybrid on-line dikembangkan sebuah situs untuk mengelola kegiatan perkuliahan sebagaimana E-learning (Praherdhiono, H., 2010). Namun, perkuliahan hybrid on-line hanya memanfaatkan e-learning untuk mendukung kegiatan tatap muka. Penilaian, interaksi di luar perkuliahan, dan berbagi bahan ajar adalah beberapa contoh kegiatan hybrid on-line.

Ernst, J.V. (2008), mendukung pelaksanaan model hybrid on-line dalam perkuliahan. Mahasiswa yang terlibat dalam penelitian menunjukkan manfaat dari implementasi hybrid on-line dibandingkan dengan perkuliahan tatap muka meskipun mereka belum berpengalaman dalam model ini sebelumnya. Namun demikian, penelitian lain yang dilakukan oleh Senn, G.J. (2008) mendapatkan bahwa penggunaan hybrid on-line tidak dianjurkan untuk matakuliah yang sarat dengan kegiatan keterampilan (hand on). Matakuliah Telaah Kurikulum Pendidikan Fisika bukanlah matakuliah yang sarat dengan keterampilan fisik sehingga sesuai dengan model hybrid on-line

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan dengan melibatkan pengajar matakuliah Telaah Kurikulum Pendidikan Fisika, dosen-dosen pengajar matakuliah media pembelajaran, dan sejumlah mahasiswa Prodi Pendidikan Fisika Unikama peserta matakuliah Telaah Kurikulum Pendidikan Fisika semester genap 2014-2015. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Januari sampai April 2015.

Implementasi pengembangan model perkuliahan hybrid on-line ini merupakan penelitian pengembangan (research and development) yang mengacu pada model desain pembelajaran Four-D model Thiagarajan (Thiagarajan, 1974). Lingkup kegiatan dan produk dari tiap-tiap fase pengembangan dengan pendekatan Four-D diuraikan sebagai berikut.

1. Fase Define. Peneliti memulai dengan mengidentifikasi kondisi-kondisi kekinian dan kondisi-kondisi yang diinginkan pada mendatang. Analisis peneliti lakukan pada kurikulum perkuliahan dan analisa pengguna. Pada fase ini didapatkan spesifikasi tujuan, identifikasi kebutuhan, indikator keberhasilan, produk akhir yang diinginkan, dan strategi-strategi pe-ngujian produk.

2. Fase Design. Pada fase ini, peneliti mengembangkan rancangan multimedia interaktif yang akan dikembangkan. Hasil yang dihasilkan pada tahap ini diantaranya merancang situs pembelajaran dengan menggunakan moodle dan konten yang berkaitan.

3. Fase Develop. Pada tahapan ini rancangan yang dikembangkan peneliti menjadi produk dengan mendapatkan masukan dari ahli media dan ahli pembelajaran.

4. Fase Disseminate. Fase lanjutan untuk mengimplementasikan multimedia interaktif yang dikembangkan pada mahasiswa peserta matakuliah Telaah Kurikulum Fisika.

HASIL DAN PEMBAHASAN

(3)

berbasis on line, penelitian ini dilakukan beberapa tahapan, yaitu 1. Tahapan Define

Tahap ini merupakan tahap awal penelitian. Pada tahap ini dilakukan penelitian awal yang meliputi kajian kurikulum matakuliah Telaah Kurikulum Pendidikan Fisika dan pengumpulan data pelaksanaan perkuliahan. Telaah terhadap matakuliah Telaah Kurikulum Pendidikan Fisika menunjukkan bahwa matakulian ini wajib bagi mahasiswa program studi pendidikan fisika Unikama.

Matakuliah ini bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa sebagai calon guru fisika untuk merancang, melaksanakan dan mengembangkan kurikulum Pendidikan Fisika tingkat menengah. Matakuliah ini berbobot 3 sks dengan lama pertemuan 4 js dalam satu minggu wajib ditempuh oleh mahasiswa prodi pendidikan fisika se-belum mengikuti matakuliah pembelajaran lain, seperti matakuliah Program Pengembangan Pembelajaran Fisika (PPPF) dan Matakuliah Pengembangan Bahan Ajar Fisika (PBAF).

Investigasi terhadap system pembelajaran yang ada di lingkungan Prodi Pendidikan Fisika Unikama, terangkum berbagai permasalahan yang dihadapi oleh dosen dan mahasiswa dalam melaksanakan proses belajar mengajar. Pengumpulan data juga dilakukan dengan menggunakan angket. Sumber data utama adalah mahasiswa yang menempuh matakuliah Telaah Kurikulum Pendidikan Fisika Semester genap tahun akademik 2014-2015. Berdasarkan metode ini diketahui kondisi perkuliahan dan kemungkinan penggunaan model hybrid on-line. Hasil angket adalah sebagai berikut.

[image:3.595.200.397.415.517.2]

a. Untuk pertanyaan yang berkaitan dengan perlunya dosen menunjukkan sumber-sumber belajar di internet. Sebanyak 65,2 % responden menyatakan setuju (S) dosen menunjukkan sumber-sumber belajar di internet yang bersesuaian dengan materi perkuliahan, sebanyak 28,98 % menyatakan Sangat Setuju (SS), dan selebihnya 5,8 % menyatakan Tidak Setuju (TS). Selengkapnya dapat dilihat dalam Gambar 1 di bawah ini.

Gambar 1. Deskripsi Respon Mahasiswa Terhadap Hasil Angket

(4)

Sementara itu yang menyatakan ketidaksetujuan (Tidak Setuju dan Sangat Tidak Setuju) mempunyai beberapa alasan, antara lain 1) mahasiswa merasa kesulitan dalam mengakses internet; 2) mahasiswa ingin mendapatkan kepastian yang hanya bersumber dari dosen; dan 3) mahasiswa merasa kurangnya sarana dan prasarana yang disediakan kampus untuk mengakses internet.

b. Adanya feedback dari dosen.

Mahasiswa memiliki pendapat yang beragam mengenai perlunya feedback ketika dosen memberikan latihan, tugas dan ujian. Sebanyak 56% mahasiswa yang menjadi responden menyatakan Setuju (S) untuk mendapatkan feedback dari dosen dan selebihnya sebanyak 44% menyatakan Sangat Setuju (SS). Selengkapnya disajikan dalam Gambar 1 di atas. Alasan responden yang memberikan persetujuan (Sangat Setuju dan Setuju) terhadap feedback dosen adalah 1) mahasiswa menjadikannya sebagai bahan evaluasi untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan; 2) mahasiswa menjadikannya sebagai bahan untuk memperbaiki dalam mengerjakan soal tugas atau soal-soal berikutnya; 3) mahasiswa akan menjadi tahu hasil belajar yang dilakukannya; 4) mahasiswa menjadikannya sebagai motivasi belajar agar tidak terjadi miskonsepsi; dan 6) mahasiswa menggunakannya untuk mengukur kemampuannya dalam mengikuti pembelajaran.

Beberapa temuan lain menunjukkan bahwa mahasiswa membutuhkan waktu yang lebih lama dan leluasa untuk berinteraksi dengan dosen di luar perkuliahan. Sebanyak 94,8% responden memberikan persetujuan diterapkannya model pembelajaran berbasis on line dalam perkuliahan. Sebanyak 5,2 % responden memberikan pernyataan tidak setuju. Selengkapnya bisa dilihat dalam Gambar 1.

Pada tahapan ini juga dilakukan kajian terhadap model-model perkuliahan berbasis on-line yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya. Kajian pada tahap awal ini menunjukkan bahwa 1) model yang dikembangkan belum memasukkan melakukan assessment untuk pembelajaran; 2) kebanyakan model yang dikembangkan memanfaatkan materi pelajaran diinternet untuk memotivasi mahasiswa mempersiapkan diri; 3) Dosen memberikan pertanyaan awal berkaitan dengan materi yang akan di bahas; 4) bahan perkuliahan berbantuan internet dimaksudkan untuk memperkaya materi perkuliahan; dan 5) sangat jarang penggunaan kuis dalam model perkuliahan on-line

2. Fase Design.

Temuan yang diperoleh pada tahap define digunakan oleh peneliti untuk mengembangkan rancangan multimedia pembelajaran berbasis online interaktif. Berdasarkan berbagai temuan tersebut, ditentukan desain model perkuliahan berbasis on-line yang dapat membantu mahasiswa mempelajari dan memperkaya materi kuliah. Hasil yang dihasilkan pada tahap ini diantaranya merancang situs pembelajaran dengan menggunakan moodle dan konten yang berkaitan.

Hasil angket menunjukkan bahwa mahasiswa menginginkan moda atau form video pembelajaran merupakan bahan penunjang yang paling menarik. Bahan penunjang selain video pembelajaran, dikembangkan juga berbagai bahan bacaan yang dapat dimanfaatkan oleh mahasiswa untuk memperkaya pengetahuannya tentang materi perkuliahan. Bahan penunjang tersebut, dapat diperoleh dan diakses mahasiswa dari internet dan sebagaian dapat diunduh oleh mahasiswa.

Bahan meliputi video pembelajaran, slide powerpoint perkuliahan, bahan bacaan, dan bahan-bahan lainnya. Slide perkuliahan yang diunduh mahasiswa diharapkan dapat membantu mahasiswa jika ingin mempelajari ulang penjelasan dosen. Materi tertulis sifatnya memperkaya bacaan mahasiswa terhadap materi yang sedang di bahas. Bahan lain seperti video banyak di dapatkan melalui internet hal ini merupakan bahan kuliah namun dengan format yang berbeda.

(5)

dengan perkuliahan. Selanjutnya, mahasiswa dapat melakukan diskusi dan menyampaikan berbagai gagasannya yang bisa direspon oleh yang lain. Dosen akan memberikan komentar pada diskusi yang dilakukan mahasiswa.

Sedangkan Modus penugasan juga diberikan ruang dalam laman pembelajaran. Hal ini karena form ini merupakan salah satu modus dalam moodle yang dimanfaatkan oleh dosen untuk memberikan tugas baik individu maupun kelompok. Dengan modus penugasan, Dosen dapat membatasi waktu pengumpulan tugas. Mahasiswa juga dapat mengetahui tugas-tugas perkuliahan yang diberikan oleh dosen dengan baik. Jika mahasiswa tidak memperhatikan tugas, maka secara otomatis mereka tidak dapat mengirimkan tugas perkuliahan. Form kuis juga akan diberikan dalam pengembangan perkuliahan untuk mengetahui sejauh mana mahasiswa memahami materi perkuliahan.

3. Fase Develop

Tahap develop adalah tahap pengembangan model pembelajaran berbasis online. Pada tahapan ini, pengembangan dilakukan berdasarkan masukan yang diperoleh dari berbagai pihak baik dari mahasiswa, dosen yang lain maupun dari akademisi. Tahapan ini dimulai dengan mengembangkan situs yang dapat diakses oleh mahasiswa. Karena di Unikama belum tersedia moodle yang dapat dimanfaatkan oleh dosen untuk melakukan pembelajaran berbasis online, maka pengembangan model ini menyewa pada domain esaba. Pengembangan untuk kuliah ini mendaftar pada domain situs http://elearning2015.esaba.com. Didalam domain ini menyediakan berbagai model pembelajaran yang dikehendaki. Dosen mendaftar sebagai admin pada pengelola situs tersebut. Berikut adalah laman pengembangan pembelajaran yang dapat diakses oleh mahasiswa. Halaman depan yang dijumpai oleh mahasiswa adalah sebagai berikut.

Gambar 2. Halaman depan yang dijumpai oleh mahasiswa saat akses

[image:5.595.196.403.376.483.2]

Pada halaman awal ini, mahasiswa diberi form penjelasan mengenai penggunaan pembelajaran berbasis on-line. Untuk memulai perkuliahan, pada bagian berikutnya situs dibagi dalam satuan minggu. Setiap minggunya, dosen memberikan bahan-bahan perkuliahan baik video pembelajaran, slide powerpoint, bacaan-bacaan dan mahasiswa dapat mengakses bahan perkuliahan dengan cara memilih bahan yang telah disediakan. Selanjutnya bahan-bahan ter-sebut diharapkan dapat menambah wawasan mahasiswa tentang materi perkuliahan.

(6)

Untuk memulai kuliah maka mahasiswa tinggal menuju ke matakuliah yang diikuti, yaitu Telaah Kurikulum Pendidikan Fisika. Gambar 3 di bawah ini merupakan laman ketika mahasiswa akan mengakses perkuliahan.

[image:6.595.196.401.171.330.2]

Agar mahasiswa bisa mengikuti kuliah, maka mereka harus didaftar oleh admin untuk menjadi user. Selengkapnya mahasiswa yang menjadi user dalam penelitian ini seperti pada Gambar 4.

Gambar 4. Pendaftaran Mahasiswa Untuk Mengikuti Pembelajaran Online

4. Fase Disseminate

Model Pembelajaran berbasis on-line yang telah dikembangkan selanjutnya diajukan kepada beberapa orang ahli media yang terdiri dari dosen pengampu matakuliah di Prodi Pendidikan fisika. Mereka terdiri dari 3 orang. Untuk pelaksanaan ini penilaian diberikan rentang nilai. Jika jawaban baik diberikan nilai 4 dan jawaban kurang diberikan nilai 1. Hasil penilaian dari team ahli diperoleh nilai rerata untuk semua aspek adalah 3,57. Hasil rerata yang demikian bisa diambil kesimpulan bahwa model pembelajaran berbasis online yang dikembangkan sangat layak untuk diimplementasikan.

(7)

KESIMPULAN

Model pembelajaran berbasis on-line yang dikembangkan memiliki manfaat yang besar dalam mengimplementasikan pembelajaran matakuliah Telaah Kurikulum Pendidikan Fisika. Prototype yang dikembangkan juga dinyatakan layak untuk digunakan dalam perkuliahan. Keunggulan utama dari produk yang dihasilkan adalah kuliah Telaah Kurikulum Pendidikan Fisika dapat berjalan dan terselenggara lebih efektif, efisien dan inovatif. Meski demikian, implementasi pembelajaran berbasis online juga memiliki kekurangan-kekurangan yang perlu untuk mendapat perbaikan. Oleh karena itu, saran dan masukan sangat diharapkan demi ke-sempurnaan pembelajaran ini. Saran yang disampaikan adalah 1) mengingat cukup efektifnya model pembelajaran berbasis on-line, prodi pendidikan fisika diharapkan dapat mendesimenasikan dan menerapkannya pada matakuliah yang lain; 2) Unikama khususnya Prodi Pendidikan Fisika mengembangkan situs secara mandiri sehingga mempermudah penge-lolaan model pembelajaran berbasis on-line; 3) Untuk memperlancar model pembelajaran berbasis online ini, maka mahasiswa perlu diberi pelatihan berkaitan dengan penggunaan Moodle.

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, T. 2003. Getting The Might Right Again: Un Update Theoretical Rationale For Interaction. The International Review of Research in Open and Distance Learning, 4 (2).

Demirci, N. 2008. Misconception pattern from teacher to student: An example for force and motion concepts. Journal of Science Education, 9, 1.

Ernst, J. V. 2008. A Comparison of Tradisional and Hybrid Online Instructional presentation in Communication Technology. Journal of Technology Education, 19(2).

Hirumi, A. 2006. Analysing and designing e-learning interactions In C. Juwah (Ed). Interaction in online education: Implications for theory and practice. New York: Routledge

Jonassen, D.H. 1999. Designing Constructive Learning Environment. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates Publisher

Praherdhiono, H. 2010. Sistem Pengelolaan Pembelajaran Online. LP3UM.

Prodi Pendidikan Fisika. 2012. Katalog Pendidikan Fisika. Universitas Kanjuruhan Malang.

Senn, G. J. 2008. Comparison of Face-to-Face and Hybrid Delivery of a Course that Requires Technology Skills Development, Journal of information Technology, Vol 7.

Thiagarajan, S., Dorothy S. Semmel, dan Melvyn I. Semmel. 1974. Instructional Development forTraining Teachers of Exceptional Children. Source Book. Bloomington: Center for Innovation on Theaching the Handicapped.

(8)

Gambar

Gambar 1. Deskripsi Respon Mahasiswa Terhadap Hasil Angket
Gambar 3. Laman Saat Mahasiswa Memulai Pembelajaran
Gambar 4.

Referensi

Dokumen terkait

Apabila negara merupakan kekuasaan tertinggi (top) sebagai perencana rekayasa sosial keluarga dan masyarakat sebagai unit kecil negara (bottom), maka hubungan ini sangat

PENGGUNAAN COOPERATIVE LEARNING TIPE SNOWBALL THROWING UNTUK MENUMBUHKAN PARTISIPASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Pada taraf signifikasi a = 0,05 dan dk = 8 maka t hitung > L tabel , dengan demikian H0 ditolak dan Hb diterima, artinya terdapat pengaruh dari perawatan kulit wajah

Perlakuan terbaik adalah kombinasi perlakuan A3B1 (persentase inokulum 15% dan waktu inkubasi 24 jam), dengan nilai total asam tertitrasi 2,70%, nilai pH 6,33, kadar gula

Andil inflasi masing-masing kelompok pengeluaran yaitu kelompok bahan makanan sebesar 0,4001 persen; kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,0747 persen;

67 kecemasan menjelang bebas, hal ini berawal dari pikiran atau keyakinan irasional dan penilaian individu yang negatif terhadap dirinya yang berstatuskan mantan narapidana sehingga

Kesimpulan hasil penelitian ini adalah UD Mansur memperlakukan semua jenis produknya sama bobotnya sehingga dapat dikatakan bahwa UD Mansur belum menerapkan metode

Ketika konsentrasi awal sangat tinggi sehingga konsentrasi kolesterol LDL tidak mencapai target terapi absolut dengan statin dosis tinggi, maka dianjurkan untuk