PENDIDIKAN BERBASIS MASYARAKAT
(Studi Tentang Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Budi Utama
Surabaya)
SKRIPSI
Oleh:
DEFI RANITA FITRI
D73213041
PROGRAM STUDI MANAJAMEN PENDIDIKAN ISLAM
JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN (FTK)
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
ABSTRAK
Defi Ranita Fitri (D7321341), 2016 Pendidikan Berbasis Masyarakat (Studi Tentang Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Budi Utama Surabaya) Dosen Pembimbing Dr. H. A.Z Fanani, M.Ag dan Machfud Bachtiyar, M.Pd.I
Dalam penelitian skripsi yang berjudul Pendidikan Berbasis Masyarakat di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Budi Utama Surabaya ini bertujuan untuk mengetahui pendidikan berbasis masyarakat di PKBM Budi Utama, mengetahui perencanaan di PKBM Budi Utama, mengetahui pengorganisasian di PKBM Budi Utama dan untuk mengetahui pelaksanaan di PKBM Budi Utama.Metode yang digunakan sebagai analisa data dalam skripsi ini adalah deskriptif kualitatif. Karena peneliti akan mendalami fenomena-fenomena yang terjadi di lapangan, kemudian di tafsirkan dalam bentuk kata-kata dengan tujuan untuk dapat menderkriptifkan. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi dan juga dokumentasi.
Hasil penelitian yang diperoleh dari lapangan dapat disimpulkan bahwa pendidikan berbasis masyarakat di PKBM Budi Utama mengutamakan peran masyarakat dalam pengambilan keputusan, perencanaan yang dilakukan PKBM Budi Utama terdiri dari sejarah pendirian PKBM Budi Utama, pengorganisasian yang ada pada PKBM Budi Utama terdiri dari struktur organisasi dan pada pelaksanaan yang terjadi di PKBM Budi Utama meliputi pelaksanaan pembelajaran, ketersediaan sarana dan prasarana, sumber belajar, tenaga pendidik kependidikan dan evaluasi.
HALAMAN JUDUL ... i A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Fokus Penelitian ... 9 A. Pendidikan Berbasis Masyarakat ... 17
1. Pengertian Pendidikan Berbasis Masyarakat ... 17
2. Tujuan Pendidikan Berbasis Masyarakat ... 24
3. Peran dan Relasi Pemerintah dan Masyarakat dalam Pendidikan Berbasis Masyarakat ... 26
B. Perencanaan PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat ... 30
1. Perencanaan PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat) ... 34
2. Administrasi Pendirian PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat) ... 35
C. Pengorganisasian PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat ... 38
1. Struktur Organisasi PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat) ... 38
2. Tugas dan Wewenang Struktur Organisasi PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat) ... 39
D. Pelaksanaan PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat ... 43
... 45
3. Standarisasi Pelaksanaan PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat) ... 46
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 53
B. Sumber Data... 54
C. Informan penelitian ... 55
D. Tahap-tahap Penelitian ... 56
E. Teknik Pengumpulan Data ... 61
F. Analisis Data ... 64
G. Teknik Keabsahan Data ... 68
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Partisipan ... 70
1. Profil Lembaga ... 70
2. Profil Tutor... 71
3. Profil Warga Belajar ... 71
B. Temuan Penelitian ... 72
1. Gambaran Umum Object penelitian ... 72
2. Letak Geografis PKBM Budi Utama Surabaya ... 75
3. Visi dan Misi PKBM Budi Utama Surabaya ... 78
4. Program Pendidikan PKBM Budi Utama Surabaya ... 78
5. Keadaan Pendidik, Tenaga Kependidikan dan Warga Belajar PKBM Budi Utama Surabaya ... 81
6. Sarana Prasarana PKBM Budi Utama Surabaya ... 84
7. Kurikulum PKBM Budi Utama Surabaya ... 87
C. Analisis Temuan Peneltitian ... 88
1. Paparan tentang Pendidikan Berbasis Masyarakat di PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat) Budi Utama Surabaya ... 88
2. Paparan tentang perencanaan di PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat) Budi Utama Surabaya ... 93
3. Paparan tentang pengorganisasian di PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat) Surabaya ... 96
4. Paparan tentang pelaksanaan di PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat) Surabaya ... 101
D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 116
1. Pendidikan Berbasis Masyarakat di PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat) Budi Utama Surabaya ... 116
2. Perencanaan Program Kejar Paket C di PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat) Budi Utama Surabaya ... 120
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ... 125 B. Saran ... 127
Tabel 1. Daftar Tenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan PKBM Budi Utama Surabaya
... 82
Tabel 2 Jumlah warga belajar PKBM Budi Utama Surabaya dua tahun terakhir ... 84
Tabel 3. Sarana dan Prasarana PKBM Budi Utama Surabaya... 86
Gambar 1. Peta Lokasi PKBM Budi Utama ... 76
Gambar 2 Tempat Kegiatan PKBM Budi Utama ... 77
Gambar 3 Ruang Kelas Kejar Paket C PKBM Budi Utama Surabaya ... 77
Gambar 4 koleksi buku Taman Bacaan Masyarakat ... 85
Gambar 5 Taman bermain untuk KBA (Kelompok Bermain Alam) ... 85
Gambar 6 Pelaksanaan program Kegiatan Sekolah Kejar Paket saat di gedung MI Hasanuddin Karah Surabaya ... 110
Gambar 7. Pelaksanaan Program Kegiatan Sekolah Kejar Paket PKBM Budi Utama di Gedung Baru... 111
Lampiran I: Profil PKBM Budi Utama Surabaya
Lampiran II: Daftar Ruangan PKBM Budi Utama Surabaya
Lampiran III: Daftar Pengurus PKBM Budi Utama Surabaya
Lampiran IV: Sarana dan Prasarana PKBM Budi Utama Surabaya
Lampiran V: Susunan Kepengurusan PKBM Budi Utama Surabaya
Lampiran VI: Jadwal Pelajaran PKBM Budi Utama Surabaya
Lampiran VII: Data Siswa PKBM Budi Utama Surabaya 2016/2017
Lampiran VIII: RPP PKBM Budi Utama Surabaya 2016/2017
Lampiran IX: Silabus PKBM Budi Utama Surabaya 2016/2017
Lampiran X: Pedoman Wawancara
Lampiran XI: Surat Izin Penelitian
Lampiran XII: Surat Keterangan Mengadakan Penelitian
Lampiran XIII: Formulir Pengajuan Judul Skripsi
Lampiran XIV: Surat Tugas
Lampiran XV: Kartu Konsultasi Skripsi
Lampiran XVI: Formulir Persetujuan Pembimbing Munaqosah Proposal Skripsi
Lampiran XVII: Formulir Berita Acara Munaqosah Proposal Skripsi
Lampiran XVIII: Berita Acara Ujian Skripsi Mahasiswa
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan aspek yang sangat penting dalam memajukan
kecerdasan bangsa, namun pada kenyataannya pendidikan selalu mengalami
ragam problematika yang menyangkut beragam hal. Pengelolaan pendidikan
yang diselenggarakan oleh pemerintah (negara) belum mampu mengakses dan
mendidik warganya dengan baik, hal ini dapat dilihat dari semakin tingginya
tingkat anak yang putus sekolah yang disebabkan dari model pendidikan
bentukan pemerintah yang tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat,
sehingga kepedulian masyarakat terhadap pengembangan pendidikan menjadi
sangat signifikan.
Berbagai upaya telah dan terus diupayakan pemerintah untuk
mewujudkan SDM berkualitas melalui usaha mengembangkan dan
memperbaiki kurikulum, sistem evaluasi, sarana pendidikan, dan pelatihan
guru dan tenaga kependidikan lainnya. Akan tetapi upaya tersebut pada
kenyataannya, sampai saat ini belum cukup untuk meningkatkan kualitas
pelayanan pendidikan bagi masyarakat. Karena pada dasarnya setiap kalangan
masyarakat memiliki kebutuhan yang berbeda-beda.
Menurut Mulyasa dan Suderajat yang dikutip oleh Hasim, rendahnya
tepat dalam pembangunan di Indonesia. Pendekatan mutu dengan sistem
pendidikan sebagai fungsi produksi tidak dilaksanakan dengan baik karena
system pelaksanaan pendidikan yang terlalu birokratis dan terpusat.
Akibatnya muncul kecenderungan guru dalam mengajar terpaku pada
kurikulum baku yang dikeluarkan oleh Depdiknas. Peran guru yang
seharusnya dapat menjadi promotor siswa dalam proses belajar siswa, turun
hanya sebatas sebagai pengajar.1 Keberhasilan pembangunan di era
globalisasi dan pasar bebas saat ini memerlukan peran pendidikan yang harus
memahami sebenarnya kebutuhan masyarakat.
Model pertama, pendidikan yang diselenggarakan oleh negara, disebut
pendidikan berbasis negara (state-based education), sedangkan model kedua
yang diselenggarakan oleh masyarakat dinamakan pendidikan berbasis
masyarakat (community-based education).2 Kedua model pendidikan yang ada
ini dapat saling melengkapi satu sama lain.
Sebagaimana diungkapkan UU No. 20 Tahun 2003 pasal 13 ayat (1)
menyebutkan bahwa
“Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya”.
Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun
2003 disebutkan adanya konsep tentang pendidikan berbasis masyarakat.
1 Hasim. Moh,“Implementasi Pendidikan Berbasis Masyarakat”(PhD diss., Universitas Negeri Semarang, 2007)
Dalam undang-undang tersebut disebutkan bahwa masyarakat memiliki hak
untuk menyelenggarakan pendidikan dengan konsep yang disusun sendiri oleh
masyarakat berdasarkan kekhasan agama, lingkungan sosial, dan budaya.
Penyelenggaraan pendidikan berbasis masyarakat mengembangkan dan
melaksanakan kurikulum dan evaluasi pendidikan, serta managemen dan
pandangannya sesuai dengan standar nasional pendidikan.3 Oleh karena itu,
pendidikan berbasis masyarakat dapat juga mengambil jalur formal,
nonformal dan informal.
Pendidikan nonformal sebagaimana tercantum dalam pasal 26 ayat
ayat 4, diuraikan bahwa:
“Satuan pendidikan nonformal terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, majelis taklim
dan satuan pendidikan yang sejenis.”
Saat ini, pendidikan nonformal adalah bagian penting dari sistem
pendidikan yang mempunyai tugas dan peranan yang sama dengan sistem
pendidikan lainnya dalam memberikan pelayanan dalam pendidikan yang
bersifat nonformal kepada masyarakat. Sasaran dari pendidikan nonformal
yang semakin luas dan menyeluruh tidak hanya sekedar melayani masyarakat
yang terpinggirkan (marginal) seperti masyarakat buta aksara, anak putus
sekolah, dan para lansia, akan tetapi sasaran pendidikan nonformal saat ini
sudah menjangkau pada anak-anak usia dini, anak-anak yang bersekolah
dalam situasi pembelajaran di rumah atau dapat kita sebut homeschooling,
serta masyarakat yang membutuhkan sebuah kecakapan-kecakapan tertentu
untuk mendapatkan pengalaman kerja.
Persoalan sosial di kota besar memang beragam. Tak terkecuali kasus
putus sekolah pada anak, tak peduli meski fasilitas pendidikan di kota sudah
memadai. Kota Surabaya pun dihadapkan pada persoalan serupa. Bahkan dari
hasil survei yang dilakukan Dinas Sosial (Dinsos) Kota Surabaya terungkap,
ada beberapa titik merah yang menyebut jumlah anak putus sekolah dan anak
rentan putus sekolahnya di atas rata-rata seperti di Tambaksari, Jambangan,
dan Semampir yang merupakan adalah kawasan padat penduduk. Lebih
lanjut, Risma mengatakan, problem anak putus sekolah maupun rentan putus
sekolah bukan terletak pada masalah biaya. Sebab, sekolah di Surabaya
memang sudah gratis. Menurut dia, inti masalah terletak pada faktor
lingkungan yang berdampak pada rendahnya disiplin diri. Hal tersebut juga
berpengaruh terhadap motivasi untuk bersekolah. Inovasi pun dibutuhkan jika
ingin mengentaskan persoalan ini.4 Dari sini kemudian hadir pendidikan
nonformal yang salah satunya adalah pendidikan berbasis masyarakat pada
PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat) yang dikelola oleh masyarakat
yang maksudnya melengkapi, mengisi atau mungkin berupaya mengganti
model pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah.
Menurut Tilaar yang dikutip oleh Toto, pendidikan yang ideal adalah
pendidikan yang hidup dari dan untuk masyarakat. Pendidikan yang berdasar
pada masyarakat merupakan bentuk pendidikan yang sebenarnya. Pendidikan
akan menjadi terasing dari konteks tujuannya apabila partisipasi masyarakat
diabaikan, karena pendidikan tidak mampu menjawab kebutuhan dan
kebudayaan yang nyata. Pendidikan yang terlepas dari masyarakat dan budaya
yang ada di dalamnya adalah pendidikan yang tidak memiliki
tanggungjawab.5 Pendidikan berbasis masyarakat dan manajemen pendidikan
berbasis sekolah adalah wujud nyata dari demokratisasi dan desentralisasi
pendidikan.
Pendidikan Masyarakat dalam Perspektif Al-Qur’an terdapat pada
Surat At-Taubah Ayat 122 :
Artinya : Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan
perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka
beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan
untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali
kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.
5Toto Suharto. “Konsep Dasar Pendidikan Berbasis Masyarakat,” Jurnal Cakrawala Pendidikan,
Sebagai makhluk yang telah diciptakan oleh Allah sebagai Khalifah di
muka bumi. Manusia mengemban amanat untuk membina masyarakat,
memelihara alam lingkungan hidup bersama. Bahkan terutama bertanggung
jawab atas martabat kemanusiaannya (human dignity).6 Jadi manusia sebagai
makhluk individu berperan aktif bahkan wajib dalam menyelenggarakan
pendidikan baik secara formal atau non formal.
Salah satu lembaga pendidikan nonformal yang perkembangannya
terasa cukup pesat dan keberadaannya sangat mendesak adalah PKBM (Pusat
Kegiatan Belajar Masyarakat) yang digagas oleh masyarakat dari tingkat
wilayah kelurahan, kecamatan dan desa. Pesatnya perkembanngan PKBM
tersebut tidak sejalan dengan kepedulian mendikbud terkait pengembangan
pendidikan nonformal.
Dari hasil berita yang dilansir okezone salah satu pendiri pendidikan
nonformal Sekolah Perempuan Desa untuk ibu-ibu di Kota Batu, Jawa Timur
berkata bahwa selama ini pendidikan nonformal dianaktirikan. Pemerintah
hanya fokus pada pendidikan formal, dari Rp50 triliun APBN 2016 untuk
pendidikan, sektor pendidikan formal mendapatkan alokasi hampir 99 persen
atau Rp48 triliun. Sementara nonformal hanya satu persen lebih atau Rp2
6Arif Kurniawan, “Pendidikan MasyarakatDalam Perspektif ,“ Cakrawala News, Maret 2014,
triliun saja. 7 Pemenuhan kebutuhan pendidikan nonformal bisa dikatakan
masih sangat minim.
Sementara itu, Kepala Bidang Dikmenjur Drs. Sudarminto, M. Pd
ketika menerima rombongan BAPPENAS menuturkan, saat ini Surabaya
memiliki 38 lembaga PKBM dengan jumlah warga belajar sebanyak 4.463
siswa, sedangkan jumlah LKP mencapai 455 lembaga yang telah terdaftar
sedangkan jumlah peserta didik mencapai 65.817 siswa.
Dengan jumlah lembaga dan peserta didik/warga belajar yang cukup
banyak tersebut tentunya dibutuhkan sebuah sistem pengelolaan yang harus
betul-betul dapat memfasilitasi berbagai kebutuhan terutama dalam
menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) tahun 2016. Pada
informasi ini dapat dikatakan bahwa begitu pentingnya pendidikan berbasis
masyarakat untuk mendukung tercapainya implementasi pendidikan untuk
semua kalangan masyarakat dan juga menjadi wadah dalam memenuhi
kekurangan dari pendidikan formal, salah satunya adalah PKBM (Pusat
Kegiatan Belajar Masyarakat)
Pentingnya keberadaan PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat)
dalam pembelajaran berupaya untuk mengaktualisasikan potensi dan
kemampuan peserta didik dengan mengakomodasinya melalui pendidikan
yang dikelola dan dilaksanakan oleh masyarakat. Masyarakat lebih
mengetahui dan menyadari kebutuhan dan segala hal yang diinginkannya
daripada pemerintah yang mungkin menyelenggarakan pendidikan yang
seragam dan beorientasi pada kepentingan tertentu. Namun perlu disadari pula
bahwa Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) yang ada akan eksis dan
berjalan dengan baik manakala masyarakat tersebut memiliki kesadaran dan
berdaya dalam menyelenggarakan pendidikannya. Oleh karena itu, dalam
pelaksanaannya, pemerintah perlu menjalin relasi dalam arti hanya sebagai
mitra bukan memberikan intervensinya terhadap Pusat Kegiatan Belajar
Masyarakat (PKBM) yang ada.
Dari sekian banyak kelompok belajar yang berpartisipasi dalam
menerapkan pendidikan berbasis masyarakat, salah satunya adalah PKBM
Budi Utama yang merupakan lembaga pendidikan berbasis masyarakat yang
digunakan sebagai Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat sejak tahun 2005 yang
keberadaannya terus berkembang memberbaiki kualitas pelayanan
pendidikannya dan mengikuti kebutuhan masyarakat, pada awalnya PKBM
ini memiliki program kejar paket A, B,C kemudian berkembang dengan
adanya Kelompok Belajar Alam (KBA) dan Taman Bacaan Masyarakat
(TBM). Manajemen yang baik, sangat diperlukan Pendidikan Berbasis
Masyarakat yang jalurnya pada pendidikan nonformal di PKBM Budi Utama
mengenai “Pendidikan Berbasis Masyarakat (Studi Tentang Pusat
Kegiatan Belajar Masyarakat Budi Utama Surabaya)”
B. Fokus Penelitian
Sebagaimana pemaparan teori dan data (fakta) di atas menggambarkan
PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat) sebagai salah satu wadah pelaksana
model pendidikan berbasis masyrakat (community based education) pada jalur pendidikan nonformal yang saat ini tengah aktif memberikan beragam program
yang mencoba menumbuhkan potensi-potensi masyarakat (khususnya di
masyarakat sekitar PKBM) yang tidak mampu atau belum sempat dikembangkan
oleh jalur pendidikan formal, agar pelaksanaan penelitian ini lebih terfokus dan
sesuai apa yang menjadi tujuan penelitian ini, maka kami mengajukan
beberapa permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana Pendidikan Berbasis Masyarakat di PKBM (Pusat Kegiatan
Belajar Masyarakat) Budi Utama Surabaya ?
2. Bagaimana perencanaan di PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat)
Budi Utama Surabaya ?
3. Bagaimana pengorganisasian di PKBM (Pusat Kegiatan Belajar
Masyarakat) Budi Utama Surabaya ?
4. Bagaimana pelaksanaan di PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat)
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui Pendidikan Berbasis Masyarakat di PKBM (Pusat
Kegiatan Belajar Masyarakat) Budi Utama Surabaya.
2. Untuk mengetahui perencanaan di PKBM (Pusat Kegiatan Belajar
Masyarakat) Budi Utama Surabaya.
3. Untuk mengetahui pengorganisasian di PKBM (Pusat Kegiatan Belajar
Masyarakat) Budi Utama Surabaya.
4. Untuk mengetahui pelaksanaan di PKBM (Pusat Kegiatan Belajar
Masyarakat) Budi Utama Surabaya.
D. Manfaat Penelitian
1. Akademik Ilmiah
Secara teoritis penelitian ini merupakan sumbangsih untuk pengetahuan
sebagai khazanah keilmuan.
2. Sosial Praktis
a. Bagi peneliti, merupakan bahan informasi untuk meningkatkan dan
menambah pengetahuan dalam mengetahui Pendikan Berbasis
Masyarakat di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Budi Utama
Surabaya dan untuk memenuhi persyaratan gelar Sarjana
b. Untuk lembaga pendidikan, diharapkan mampu memberikan
motivasi dan koreksi bagi pihak Pusat Kegiatan Belajar
Masyarakat agar terus berupaya meningkatkan kualitas output
terutama dalam hal moral anak didik.
E. Definisi Konseptual
Untuk menghindari kesalahan pemahaman, maka menurut penulis perlu
adanya penjelasan berbagai istilah yang ada pada judul skripsi ini :
1. Pendidikan Berbasis Masyarakat : Pendidikan Berbasiskan
Masyarakat/Community Based Education (PBM) /(CBE) terdiri dari tiga
kata, yaitu pendidikan, berbasiskan dan masyarakat. Pendidikan adalah
pendidikan yang dilakukan oleh masyarakat dan untuk masyarakat.
Dalam arti luas; artinya pendidikan yang diselenggarakan baik secara
sekolah/dulu biasa disebut formal, atau yang diselenggarakan sebagai
kursus/di luar sekolah, atau latihan/ magang untuk memperoleh
ke-terampilan, dahulu disebut non-formal, maupun pendidikan yang
dicontohkan dalam kegiatan-kegiatan dan/atau dituturkan di dalam
budaya masyarakat, sebelum ini disebut informal. Berbasiskan berarti
“berdasarkan pada” atau “berfokuskan pada”. Masyarakat adalah sebuah
kelompok yang hidup dalam daerah khusus (bisa bersifat
harapan dan dampak terhadap upaya pendidikan di Indonesia walaupun
mereka mempunyai perbedaan dalam status sosial, peranan dan
tanggungjawab.8
2. Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat : Menurut Sihombing dan Gutama,
PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat) merupakan suatu wadah
dimana seluruh kegiatan belajar masyarakat dalam rangka peningkatan
pengetahuan, keterampilan/keahlian, hobi, atau bakatnya yang dikelola
dan diselenggarakan sendiri oleh masyarakat. PKBM adalah sebagai
wahana untuk mempersiapkan warga masyarakat agar bisa lebih mandiri
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, termasuk dalam hal meningkatkan
pendapatannya. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta masalah-masalah pendidikan masyarakat serta kebutuhan
akan pendidikan masyarakat, definisi PKBM terus disempurnakan
terutama dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
kebutuhan lembaga, sasaran, kondisi daerah serta model pengelolaan.9
8 “Strategi Peningkatan Mutu Pendidikan Melalui Pendekatan Pendidikan Berbasis Masyarakat,” Google, 23 Januari, 2012 di akses pada tanggal 29 September, 2016.
https://pmancoffeemix.wordpress.com/2012/01/23/strategi-peningkatan-mutu-pendidikan-melalui-pendekatan-pendidikan-berbasis-masyarakat-community-based-education/
F. Keaslian Penelitian
Penelitian tentang Pendidikan Berbasis Masyarakat (PBM) meski
sudah ada yang meneliti namun penelitian tentang ini jarang di temukan di
Indonesia dibandingkan dengan penelitian tentang Pendidikan Berbasis
Sekolah yang sudah banayak dilakukakan penelitian. Adapun literature dan
karya ilmiah terdahulu yang berhasil peneliti temukan adalah sebagai berikut :
Skripsi Eroby Jawi Fahmi, “Pendidikan Berbasis Masyarakat Studi
Tentang Rumah Pengetahuan Amartya Bantul, 2008. Dalam penelitian
tersebut di paparkan bahwa Pendidikan Berbasis Masyarakat di RPA lahir
dengan ide besar untuk menghilangkan diskriminasi dalam pendidikan,
menyamaratakan kesempatan pendidikan bagi kalangan miskin, dan
mendekatkan proses pendidikan dengan realitas pendidikan. Persamaan skipsi
tersebut dengan penelitian ini adalah sama-sama mengkaji pendidikan
berbasis masyarakat. Perbedaannya terletak pada studi penelitian, penelitian
ini meneliti di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Budi Utama Surabaya
sedangkan skripsi tersebut di Rumah Pengetahuan Amartya Bantul dan pada
focus penelitian yang berbeda.
Tesis Purnomo, “Community Based Education Dalam Organisasi
Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia Komisariat Al-Aqsha IAIN
Surakarta, 2015. Pada penelitian ini terdapat konsep, praktik dan factor
penelitian ini adalah sama-sama mengkaji pendidikan berbasis masyarakat.
Perbedaannya terletak pada studi penelitian, penelitian ini meneliti di Pusat
Kegiatan Belajar Masyarakat Budi Utama Surabaya sedangkan tesis tersebut
di Organisasi Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia Komisariat
Al-Aqsha IAIN Surakarta dan juga pada focus penelitian dan metode penelitian
pada penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif sedangkan pada
tesis tersebut menggunakan metode kualitatif lapangan studi kasus.
Tesis Tika Indah Sari, Analisis Efektifitas Pengelolaan Pusat Kegiatan
Pembelajaran Masyarakat Studi Evaluatif di PKBM Sriwijaya Sawah Lebar
Kota Bengkulu 2013. Hasil penelitian ini menjawab bahwa pengelolaan
PKBM berjalan efektif Semua perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan,
pengawasan serta evaluasi terhadap programprogram yang akan dilaksanakan
di PBKM, sudah terlaksana dengan baik sesuai dengan standar pengelolaan
PKBM yang telah ditentukan. Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian
ini adalah pada metode yang di gunakan, pada penelitian tersebut
menggunakan metode penelitian kuantitatif sedangkan penelitian ini
menggunakan metode kualitatif deskriptif.
Toto Suharto. Konsep Dasar Pendidikan Berbasis Masyarakat. Jurnal
Cakrawala Pendidikan, Th. XXIV, No 3. November 2005. Dalam jurnal ini
mengkaji dengan telaah filosofis bermaksud mengungkap ide-ide dan
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian tersebut adalah pada pembahasan,
penelitian tersebut merupakan penelitian telaah filosofis tentang pendidikan
berbais masyarakat sedangkan penelitian ini lebih meneliti data-data yang ada
di lapangan.
Deny Firmansyah Sutisna et al. Peranan PKBM dalam Menumbuhkan
Minat dalam Pendidikan di Indonesia. Jurnal Mahasiswa Universitas
Padjajaran Volume 1, No 1, 2012. Inti dari penelitian ini adalah mengenai
peranan pendidikan nonformal yang salah satunya adalah PKBM dalam
menumbuhkembangkan minat membaca warga belajar program sekolah kejar
paket C yang setara dengan SMA. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian
tersebut adalah pada masalah yang diteliti pada penelitian tersebut meneliti
program Taman Bacaan Masyarakat sedangkan penelitian ini meneliti secara
keseluruhan program PKBM Budi Utama Surabaya.
G. Sistematika Pembahasan
Untuk mempermudah dalam memahami skiripsi ini, maka penulis
membuat sitematika pembahasan sebagai berikut :
Bab I, bab ini membahas tentang latar belakang, fokus penelitian,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, ruang lingkup
Bab II, bab ini membahas tentang kajian teori diungkapkan deskripsi
teoritis tentang masalah yang sesuai dengan fokus penelitian yaitu : a)
Pengertian Pendidikan Berbasis Masyarakat, b) Tujuan Pendidikan Berbasis
Masyarakat c) Peran dan Relasi Pemerintah dan Masyarakat dalam
Pendidikan Berbasis Masyarakat d) pengertian Pusat Kegiatan Belajar
Masyarakat e) Tujuan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat f) standart minimal
Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat.
Bab III, bab ini membahas tentang metode penelitian yang relefan,
jenis penelitian, informan, jenis dan sumber data, tahap tahap penelitian,
teknik pengumpulan data, teknik analisa data teknik keabsahan data.
Bab IV, bab ini akan disajikan laporan penelitian dan analisa data
tentang 1) Bagaimana Pendidikan Berbasis Masyarakat di PKBM (Pusat
Kegiatan Belajar Masyarakat) Budi utama ? 2) Bagaimana perencanaan di
PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat) Budi Utama Surabaya? 3)
Bagaimana pengorganisasian di PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat)
Budi Utama Surabaya? 4) Bagaimana pelaksanaan di PKBM (Pusat Kegiatan
Belajar Masyarakat) Budi Utama Surabaya?
Bab V, bab ini dipaparkan penutup hasil akhir dari sebuah penelitian
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pendidikan Berbasis Masyarakat
a. Pengertian Pendidikan Berbasis Masyarakat
Pendidikan berbasis masyarakat merupakan model pendidikan
yang mana segala hal yang terkait di dalamnya lebih banyak
melibatkan peran masyarakat daripada keterlibatan atau campur
tangan negara (pemerintah). Masyarakat mempunyai wewenang dan
tanggung jawab besar dalam penyelenggaraannya. Model Pendidikan
berbasis masyarakat merupakan tawaran terhadap mainstream
pendidikan yang berbasis negara. Praktek pendidikan berbasis
masyarakat telah lama ada sejak kemerdekaan Indonesia bahkan
sebelum kemerdekaan, walaupun secara konseptual model pendidikan
berbasis masyarakat belum diformulasikan secara baku saat itu.
Secara khusus Azra yang dikutip Toto menyebutkan, di
kalang-an masyarakat Muslim Indonesia, partisipasi masyarakat dalam
rangka pendidikan berbasis masyarakat telah dilaksanakan lebih lama
lagi, yaitu setua sejarah perkembangan Islam di bumi Nusantara.
Hampir seluruh lembaga pendidikan Islam di Indonesia, mulai dari
(Jawa), bustanul atfal, diniyah dan sekolah-sekolah Islam lainnya
didirikan dan dikembangkan oleh masyarakat Muslim.
Lembaga-lembaga ini hanya sekedar contoh bagaimana konsep pendidikan
berbasis masyarakat diterapkan oleh masyarakat Indonesia dalam
lintasan sejarah.1 Pendidikan berbasis masyarakat sudah di kenal dan
di terapkan oleh lembaga pendidikan islam di Indonesia.
Menurut Misbah yang dikutip oleh Eroby menyatakan bahwa
kemunculan paradigma pendidikan berbasis masyarakat dipicu oleh
arus besar moderenisasi yang menghendaki terciptanya demokratisasi
dalam segala kehidupan manusia, termasuk pendidikan.2 Pendidikan
berbasis masyarakat di anggap dapat menjadi salah satu pendidikan
yang dapat menutup kekurangan dari pendidikan berbasis Negara.
Lahirnya demokratisasi pendidikan memang bukan untuk
menyembuhkan berbagai problematika pendidikan seperti halnya
menghapuskan diskriminasi pendidikan dan mendapatkan pendidikan
murah dan bermutu, tapi setidaknya meupakan peluang untuk
berbagai lapisan masyarakat mendapatkan kesempatan yang adil3
Pendidikan berbasis masyarakat dapat menjadi peluang terbaik dalam
1Toto Suharto. “Konsep Dasar Pendidikan Berbasis Masyarakat,” Jurnal Cakrawala Pendidikan, November 2005, Th. XXIV, No. 3
2 Misbah Ulmunir, “Suplemen Mata Kuliah Sosiolgi Pendidikan Islam” Suplemen 1 Kependidikan Islam, 2006, hal 60.
memberikan kesempatan yang sama dan memberikan peluang kerja
sama yang memenangkan semua pihak.
Konsep demokratisasi dalam pengelolaan pendidikan tertera
pada UU Sisdiknas 2003 Bab III, tentang prinsis Penyelenggaraan
Pendidikan, pasal 4 ayat 1 yang menyebutkan:
“Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan
berkeadilan, serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusisa, nilai keagmaan, nilai kultural dan kemajemukan
bangsa”
Dan Ayat 6 menyebutkan bahwa:
“Pendidikan diselenggarakan dengan memberdayakan semua
komponen masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan
pengendalian mutu layanan pendidikan”4
Pendidikan berbasis masyarakat pada dasarnya dikembangkan
dan dilaksanakan dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk
kepentingan masyarakat itu sendiri. Melalui lembaga-lembaga
pendidikan berbasis masyarakat, masyarakat berupaya untuk
memperbaiki kehidupannya secara terus-menerus melalui
pemberdayaan dengan sarana pendidikan dan pelatihan. Dari sini
kemudian berkembang model-model atau bentuk pendidikan berbasis
masyarakat. Beberapa contoh dari lembaga pendidikan berbasis
masyarakat adalah TKA/TPA, lembaga kursus yang dikelola
masyarakat, pesantren, dan sebagainya.
Dalam pendidikan berbasis masyarakat, masyarakatlah yang
menjadi tuan atau pemilik di rumahnya sendiri. Pihak lain dalam hal
ini pemerintah hanya bisa menjadi mitra atau rekan yang berfungsi
untuk memfasilitasi, mendanai, atau mendampingi segala kegiatan
yang ada kaitannya dengan pendidikan berbasis masyarakat, tanpa ada
unsur memaksakan kepentingan.
Pendidikan berbasis masyarakat merupakan mekanisme yang
memberikan peluang bagi setiap orang dalam masyarakat untuk
memperkaya ilmu pengetahuan dan teknologi melalui pembelajaran
seumur hidup.5 Pendidikan berbasis masyarakat merupakan wujud dari
demokratisasi pendidikan melalui perluasan pelayanan pendidikan
untuk kepentingan masyarakat.6 Masyarakat mempunyai kesempatan
untuk mengembangkan dan memberdayakan dirinya sendiri melalui
pendidikan yang dikembangkan oleh masyarakat. Pada aspek tertentu
Pendidikan berbasis masyarakat hanya dapat eksis dan berjalan dengan
baik manakala suasana kehidupan yang demokratis telah tumbuh dan
berkembang dengan baik serta masyarakat mampu dan memiliki
kesadaran pentingnya pemberdayaan.
5Zubaedi, “Pendidikan Berbasis Masyarakat Upaya Menawarkan Solusi terhadap Berbagai Problem Sosial”
Dalam konteks kepemilikan, Pendidikan berbasis masyarakat
dianggap sebagai berbasis masyarakat jika segala hal yang terkait di
dalamnya berada di tangan masyarakat, seperti perencanaan hingga
pelaksanaan. Sebaliknya, jika semua penyelenggaraan pendidikan
ditentukan pemerintah maka disebut pendidikan berbasis pemerintah
atau negara (state-based education ) atau jika semuanya ditentukan
oleh sekolah maka disebut pendidikan berbasis sekolah (school-based
education).7 Penulis melihat bahwa Pendidikan berbasis masyarakat
lebih berorientasi pada keterlibatan atau peran masyarakat dalam
pendidikan yang dikelolanya.Untuk mengaitkannya dengan
pembelajaran yakni dalam konteks teori pembelajaran, Pendidikan
berbasis masyarakat dapat mengakomodasi berbagai teori-teori
pembelajaran. Teori kecerdasan majemuk (multiple intteligence),
belajar sosial (social learning), dan sebagainya, dapat diterapkan
dalam pendidikan berbasis masyarakat.
Hal-hal yang terkait dengan pendidikan berbasis masyarakat
dalam konteks pembelajaran adalah sebagai berikut: 1) Proses belajar
terjadi secara spontan dan alamiah, 2) Belajar dengan melakukan
(learning by doing) dan belajar berbasis pengalaman
(experience-based learning ), 3) Melibatkan aktivitas mental dan fisik, 4) Belajar
berbasis kompetensi (competence - based learning), 5) Pemecahan
masalah (problem solving ), 6) Berlangsung dalam interaksi aktif
dalam lingkungan, 7) Aktualisasi diri, 8) Menyenangkan dan
mencerdaskan, dan 9) Produktif.8 Hal-hal tersebut tidaklah mutlak
semuanya ada dalam pendidikan berbasis masyarakat yang
dikembangkan oleh masyarakat, karena masyarakat memiliki
kecenderungan dan kebutuhan yang berbeda-beda dalam upaya
memberdayakannya dirinya.
Di satu sisi masyarakat mungkin mengembangkan pendidikan
berbasis masyarakat yang beorientasi pada pengembangan
kemampuan (skill), sementara di sisi lain masyarakat juga mungkin
mengembangkan pendidikan yang beorientasi pada pengembangan
evaluasi, murni merupakan inisiatif dari masyarakat (pemilik dan
pengelola lembaga kursus).
Dalam konteks Indonesia, pendidikan berbasis masyarakat
menurut Nielsen merujuk pada pengertian yang beragam yaitu: 1)
Peran serta masyarakat dalam pendidikan 2) Pengambilan keputusan
yang berbasis sekolah 3) Pendidikan yang diberikan oleh sekolah
swasta atau yayasan 4) Pendidikan dan pelatihan yang diberikan oleh
8Reformasi Pendidikan... , hlm. 190-192. Putu Sudira, http://eprints.uny.ac.id/6077/1/043
pusat pelatihan milik swasta 5) Pendidikan luar sekolah yang
disediakan oleh pemerintah 6) Pusat kegiatan belajar masyarakat 7)
Pendidikan luar sekolah yang diberikan oleh organisasi akar rumput
seperti Lembaga Sosial Masyarakat dan pesantren.9
Konsep pendidikan berbasis masyarakat menurut Umberto
Sihombing yang dikutip Dean adalah dari masyarakat, oleh
masyarakat, dan untuk masyarakat10 atau pendidikan yang berada di
masyarakat, untuk menjawab kebutuhan belajar masyarakat, dikelola
oleh masyarakat dengan memanfaatkan fasilitas yang ada di
masyarakat, dan menekankan pentingnya partisipasi masyarakat pada
setiap kegiatan belajar maupun bermasyarakat.11 Adapun definisi
umum pendidikan berbasis masyarakat adalah pendidikan yang
sebagian besar keputusan-keputusannya dibuat oleh masyarakat.12
Jadi, pendidikan berbasis masyarakat lebih banyak melibatkan peran
masyarakat daripada pemerintah.
9Dean Nielsen, “Memetakan Konsep Pendidikan Berbasis Masyarakat di Indonesia”, dalam Fasli Jalal dan Dedi Supriadi, Reformasi Pendidikan Dalam Konteks Otonomi Daerah (Yogyakarta: Adicita Karya Nusa, 2001), hlm. 175-176.
10 Umberto Sihombing, “Konsep dan Pengembangan Pendidikan Berbasis Masyarakat”, dalam Fasli Jalal dan Dedi Supriadi, Reformasi Pendidikan... , hlm. 186.
11 Ibid. , hlm. 188
b. Tujuan Pendidikan Berbasis Masyarakat
Tujuan pendidkan berbasis masyarakat biasanya mengarah
pada isu-isu masyarakat seperti pelatihan karir, perhatian terhadap
lingkungan, pendidikan dasar, pendidikan keagamaan, penangan
masalah kesehatan, dan sebagainya.13 Tujuan pendidkan berbasis
masyarakat hakikatnya adalah pemberdayaan masyarakat ke arah yang
lebih baik demi terwujudnya masyarakat yang unggul dalam segala
bidang. Melalui pendidkan berbasis masyarakat, masyarakat
diberdayakan segala potensi dan kemampuan yang dimilikinya.
Pemberdayaan dan pendidikan ini berlangsung terus-menerus dan
seumur hidup (long life education).
Menurut E. Muyasa hubungan sekolah dengan masyarakat
bertujuan antara lain sebagai berikut: 1) Memajukan kualitas
pembelajaran dan pertumbuhan anak, 2) Memperkukuh tujuan serta
meningkatkan kualitas hidup dan penghidupan masyarakat, 3)
Menggairahkan masyarakat untuk menjalin hubungan dengan sekolah.
Undang-undang Republik Indonesia no 20 tahun 2003 tentang
sistem pendidikan nasional tentang peran serta masyarakat dalam
pendidikan yang tertuang pada pasal 54 ayat (1)
“Peran serta masyarakat dalam pendidikan meliputi peran serta perorangan, kelompok, keluarga, organisasi profisi, pengusaha dan organisasi kemasyarakatan dalam menyelenggarakan dan pengendalian mutu pada satuan pendidikan. Ayat (2) masyarakat dapat berperan serta sebagai sumber pelaksanaan dan pengguna hasil pendidikan.”
Demikian pula pendidikan berbasis masyarakat sebagaimana
yang tertuang pada pasal 55 ayat 1-4:
“Ayat(1) masyarakat berhak menyelenggarakan pendidikan
berbasis masyarakat pada pendidikan formal dan non formal sesuai dengan kekhasan agama, lingkungan sosial dan budaya untuk kepentingan masyarakat. Ayat (2) penyelenggaraan pendidikan berbasis mengembangkan dan melaksanakan kurikulum dan evaluasi pendidikan, serta manajemen dan pendanaannya sesuai dengan standard nasional pendidikan. Ayat (3) Dana penyelenggaraan pendidikan berbasis masyarakat dapat bersumber dari penyelenggaraan, masyarakat, pemerintah, pemerintah daerah dan / atau sumber lain yang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku; ayat (4) lembaga pendidikan berbasis masyarakat dapat memperoleh bantuan tekhnis, subsidi dana dan sumbe daya lain secara adil dan merata dari pemerintah dan / atau
pemerintah daerah.”
Sementara implikasi pendidikan berbasis masyarakat terhadap
masyarakat itu sendiri adalah 1) Masyarakat diberdayakan, 2)
Masyarakat diberi peluang untuk mengembangkan kemampuan, 3)
Masyarakat diberi kebebasan mendesain, merencanakan, membiayai,
mengelola, dan menilai diri.14 Lembaga pendidikan berbasis
masyarakat pada jalur pendidikan formal dan non formal dapat
memperoleh bantuan teknis, Subsidi dana dan Sumber daya lain yang
14
tata cara mengenai bantuan teknis,subsidi dana, dan sumber daya
lainnya.
Masyarakat melalui pendidikan berbasis masyarakat, akan
mampu mengembangkan potensi dan kemampuannya ke arah
perubahan. Pendidikan berbasis masyarakat menjadi model dalam
pemberdayaan masyarakat yang mengakomodasi kebutuhan dan
kepentingan masyarakat.
c. Peran dan Relasi Pemerintah dan Masyarakat dalam Pendidikan
Berbasis Masyarakat
Pendidikan berbasis masyarakat dalam pembelajaran berupaya
untuk mengaktualisasikan potensi dan kemampuan peserta didik
dengan mengakomodasinya melalui pendidikan yang dikelola dan
dilaksanakan oleh masyarakat. Masyarakat lebih mengetahui dan
menyadari kebutuhan dan segala hal yang diinginkannya daripada
pemerintah yang mungkin menyelenggarakan pendidikan yang
seragam dan beorientasi pada kepentingan tertentu. Namun perlu
disadari pula bahwa pendidikan berbasis masyarakat akan eksis dan
berjalan dengan baik manakala masyarakat tersebut memiliki
kesadaran dan berdaya dalam menyelenggarakan pendidikannya. Oleh
dalam arti hanya sebagai mitra bukan memberikan intervensinya
terhadap pendidikan berbasis masyarakat yang ada.
Peran pemerintah atau hubungan antara pemerintah dan
masyarakat dalam pendidikan berbasis masyarakat hendaknya
didasarkan pada hubungan kemitraan (partnership) artinya pemerintah
tidak lebih dari sekedar pelayan, fasilitator, pendamping, mitra, dan
penyandang dana bagi pendidikan berbasis masyarakat. Dengan
hubungan seperti ini pemerintah tidak mendominasi, memonopoli, dan
sebagainya atas lembaga pendidikan yang berbasis masyarakat.15 Pada
pendidikan berbasis masyarakat, masyarkatlah yang lebih banyak
mengambil keputusan.
Peran Pemerintah dalam PBM adalah 1) sebagai pelayan
masyarakat, 2) sebagai fasilitator, 3) sebagai pendamping, 4) sebagai
mitra, dan 5) sebagai penyandang dana.16 Sementara peran masyarakat
dalam PBM adalah 1) sebagai perencana, 2) sebagai pelaksana, 3)
sebagai pengambil kebijakan, dan 4) sebagai evaluator. Penjabarannya
adalah sebagai berikut:
a. Pelayan Masyarakat
15 Toto Suharto, Pendidikan Berbasis Masyarakat: Relasi Negara dan Masyarakat dalam Pendidikan (Yogyakarta: LKiS, 2012), hlm. 142-143.
Dalam mengembangkan pendidikan berbasis masyarakat
seharusnya pemerintah memberikan pelayanan terbaik bagi
masyarakat. Melayani masyarakat, merupakan pilar utama dalam
memberdayakan dan membantu masyarakat dalam menemukan
kekuatan dirinya untuk bisa berkembang secara optimal. Pemerintah
dengan semua aparat dan jajarannya perlu menampilkan diri sebagai
pelayan yang cepat tanggap, cepat memberikan perhatian, tidak
berbelit-belit, dan bukan minta dilayani. Masyarakat harus
diposisikan sebagai fokus pelayanan utama.
b. Fasilitator
Pemerintah seharusnya merupakan fasilitator yang ramah,
menyatu dengan masyarakat, bersahabat, menghargai masyarakat,
mampu menangkap aspirasi masyarakat, mampu membuka jalan,
mampu membantu menemukan peluang, mampu memberikan
dukungan, mampu meringankan beban pekerjaan masyarakat, mampu
menghidupkan komunikasi dan partisipasi masyarakat tanpa
masyarakat merasa terbebani.
c. Pendamping masyarakat
Pemerintah menjadi pendamping masyarkat yang setiap saat
masyarakat. Kemampuan petugas sebagai teman, sahabat, mitra setia
dalam membahas, mendiskusikan, membantu merencanakan dan
menyelenggarakan kegiatan yang dibutuhkan masyarakat perlu terus
dikembangkan. Sebagai pendamping, mereka dilatih untuk dapat
memberikan konstribusi pada masyarakat dalam memerankan diri
sebagai pendamping. Acuan kerja yang dipegangnya adalah tutwuri
handayani (mengikuti dari belakang, tetapi memberikan peringatan
bila akan terjadi penyimpangan). Pada saat yang tepat mereka mampu
menampilkan ing madya mangun karsa (bila berada di antara mereka,
petugas memberikan semangat), dan sebagai pendamping, petugas
harus dapat dijadikan panutan masyarakat (Ing ngarsa sung tulodo).
d. Mitra
Apabila berangkat dari konsep pemberdayaan yang
menempatkan masyarakat sebagai subjek, maka masyarakat harus
dianggap sebagai mitra. Hubungan dalam pengambilan keputusan
bersifat horizontal, sejajar, setara dalam satu jalur yang sama. Tidak
ada sifat ingin menang sendiri, ingin tampil sendiri, ingin
tenar/populer sendiri, atau ingin diakui sendiri. Sebagai mitra,
pemerintah harus dapat saling memberi, saling mengisi, saling
banyak campur tangan yang akan menyusahkan, membuat
masyarakat pasif dan akhirnya mematikan kreatifitas masyarakat
e. Penyandang Dana
Pemerintah harus memahami bahwa masyarakat yang dilayani
pada umumnya adalah masyarakat yang kurang mampu, baik dalam
ilmu maupun ekonomi. Belajar untuk belajar bukan menjadi tujuan,
tetapi belajar untuk hidup dalam arti bermata pencaharian yang layak.
Untuk itu diperlukan modal sebagai modal dasar untuk menerapkan
apa yang diyakininya dapat dijadikan sebagai sumber kehidupan dari
apa yang sudah dipelajarinya. Pemerintah berperan sebagai penyedia
dana yang dapat mendukung keseluruhan kegiatan pendidikan yang
diperlukan oleh masyarakat.
B. Perencanaan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat
Perencanaan merupakan proses manajemen yangpenting karena melalui
proses ini dapat ditentukan tujuan yang hendak dicapai melalui proses tersebut
disesuaikan dengan kebutuhan serta fakta-fakta di lapangan. Dalam proses
perencanaan PKBM sebagai suatu tempat untuk pendidikan masyarakat perlu
adanya suatu perencanaan yang baik dengan memperhatikan penggunaan
menjadi lembaga pendidikan yang mampu meningkatkan kualitas hidup
masyarakat dan mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas
PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat)17 merupakan suatu tempat
dimana seluruh kegiatan belajar masyarakat dalam rangka peningkatan
potensi yang dikelola dan diselenggarakan sendiri oleh masyarakat. Sejalan
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta masalah-masalah
pendidikan masyarakat serta kebutuhan akan pendidikan masyarakat, definisi
PKBM terus disempurnakan terutama dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, kebutuhan lembaga, sasaran, kondisi daerah serta
model pengelolaan.18 PKBM adalah tempat atau wadah untuk mempersiapkan
warga masyarakat agar bisa lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya, termasuk dalam hal meningkakan pendapatannya
Keberadaan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) merupakan
bentuk respon terhadap adanya berbagai permasalahan di Indonesia yang
membutuhkan dukungan satuan pendidikan nonformal untuk memecahkannya
segara problematika tersebut. Masalah tersebut diantaranya (a) masih
tingginya angka buta aksara di indonesia yang mencapai 6,4 juta jiwa, (BPS:
2012), (b) jumlah masyarakat miskin di indonesia masih 29 juta, (BPS: 2013)
(c) angka drop out dan lulus tidak melanjutkan berkisar 1,7 juta anak setiap
17Untuk menghindari pengulangan yang tidak perlu maka frase Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat
dalam hal ini selanjutnya disingkat PKBM.
18 Umberto Sihombing, “Konsep dan Pengembangan Pendidikan Berbasis Masyarakat”, dalam
tahun (PDSP: 2012), (d) jumlah anak usia 0-6 tahun mencapai 31 juta anak
dan baru berkisar 62 % yang terlayani dengan pendidikan anak usia dini dan,
(e) kesenjangan pembangunan antar propinsi di indonesia masih tinggi.19
Dengan adanya satuan pendidikan nonformal di daerah diharapkan akan dapat
mengatasi buta aksara, kemiskinan dan melayani pendidikan bagi masyarakat
yang membutuhkan.
Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional disebutkan bahwa PKBM merupakan satuan pendidikan
nonformal. PKBM sebagai satuan pendidikan nonformal merupakan unit yang
sangat penting dalam pelaksanaan program pendidikan anak usia dini dan
program pendidikan nonformal.20 Posisi penting ini terletak pada banyaknya
sasaran program PAUD dan PNFI namun masih terbatasnya lembaga
pendidikan yang mampu menjalankan program sasaran tersebut.
Dalam Pedoman Pembentuka dan Penyelenggaraan PKBM Direktorat
Pembinaan Pendidikan Masyarakat Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia
Dini Nonformal Dan Informal Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan
tahun 2011 menyatakan bahwa:
”PKBM bukanlah suatu institusi yang dikelola secara personal, individual dan elitis. Dengan pemahaman ini tentunya akan lebih baik apabila PKBM tidak merupakan institusi yang dimiliki oleh perorangan atau kelompok elitis tertentu dalam suatu masyarakat. Tetapi keberadaan
19Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Pendiidkan Anak Usia DIni, Pendidikan Nonformal dan Informal Direktorat Pembinaan Pendidikan Masyarakat: Buku Petunjuk Tekhnik Mutu PKBM (Kemendikbud,2014)
penyelenggara maupun pengelola PKBM tentunya mencerminkan peran serta seluruh anggota masyarakat tersebut. Dalam situasi transisi ataupun situasi khusus tertentu peran perorangan atau tokoh-tokoh tertentu atau sekelompok anggota masyarakat tertentu dapat saja sangat dominan dalam penyelenggaraan dan pengelolaan PKBM demi efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan, prakteknya tidaklah menjadi kaku, dapat saja lebih fleksibel. PKBM itu milik masyarakat bukan milik pemerintah. Kontribusi pemerintah adalah dalam mendukung dan memfasilitasi keberlangsungan dan pengembangan PKBM dapat saja jauh lebih besar porsinya dibandingkan kontribusi masyarakat dalam nilai kuantitas tetapi semuanya itu haruslah diposisikan dalam kerangka dukungan bukan mengambil-alih tanggungjawab
masyarakat.”21
PKBM adalah sebuah lembaga pendidikan yang di dalamnya lebih
banyak melibatkan peran masyarakat dibanding campur tangan pemerintah di
luar system pendidikan formal dengan tujuan untuk memberikan kesempatan
bagi masyarakat yang belum mendapatkan fasilitas pendidikan untuk
memperbaiki kualitas kehidupan masyarakat.
Peran serta masyarakat dalam pendidikan luar sekolah atau nonformal
dapat dilakukan melalui Pusat Kegiatan Masyarakat (PKBM). Melalui
pendidikan yang dilakukan di PKBM, masyarakat diharapkan dapat
memberdayakan dirinya.
Perencanaan merupakan proses manajemen yangpenting karena
melalui proses ini dapat ditentukan tujuan yang hendak dicapai melalui proses
tersebut disesuaikan dengan kebutuhan serta fakta-fakta di lapangan. Dalam
proses perencanaan PKBM sebagai suatu tempat untuk pendidikan
masyarakat perlu adanya suatu perencanaan yang baik dengan memperhatikan
penggunaan strategi yang tepat, melalui perencanaaan yang matang PKBM
akan dapat menjadi lembaga pendidikan yang mampu meningkatkan kualitas
hidup masyarakat dan mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas
Adapun langkah-langkah yang harus di perhatikan dalam suatu proses
perencanaan PKBM berdasarkan Balai Pengembangan Kegiatan Belajar tahun
2001 adalah sebagai berikut:
1. Pendirian PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat)
Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat sebagai salah satu
satuan pendidikan nonformal yang sekaligus sebagai wadah/tempat
pembelajaran yang mencerminkan adanya upaya keswadayaan
masyarakat. Persiapan pembentukannya dapat diprakarsai oleh
perorangan/kelompok masyarakat atau organisasi yang berbadan
hukum, dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
1) Mengidentifikasi dan menyiapkan persyaratan yang
dibutuhkan yang terdiri dari: a) telah
dapat dilaksanakan dan dikembangkan sesuai dengan
kebutuhan masyarakat setempat dengan menerapkan prinsip
dan jatidiri PKBM. b) Data peserta didik dan/atau calon
peserta didik/warga belajar. c) Tersedianya pendidik/ tutor
dan narasumber teknis sesuai kegiatan yang akan
dilaksanakan dan dikembangkan. d) Sarana dan prasarana
untuk penyelenggaraan kegiatan. e) Media dan Alat Peraga
pembelajaran yang dibutuhkan, f) Tergambarkannya
anggaran yang akan digunakan (sumber dan
peruntukannya), g) Data calon tenaga
kependidikan/penyelenggara PKBM maupun Program Kerja
yang akan dilaksanakan dan dikembangkan.
2) Penetapan Badan Musyawarah Komunitas yang melalui
musyawarah masyarakat setempat (komunitas) Minimal 3
orang (gasal), sesuaikan dengan kebutuhan dan Struktur
Pengelola yang terdiri dari minimal kepala, sekretaris dan
bedahara.
2. Administrasi Pendirian PKBM
Persyaratan administrasi minimal yang perlu dipenuhi untuk
1) Izin tetangga/Lingkungan dari Warga Masyarakat Sekitarnya.
2) Izin Domisili dari Kelurahan/Desa /Pemerintah Setempat.
3) Akta notaris. (berikut: Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga (AD-ART).
4) NPWP atas nama PKBM jika ada.
5) Memiliki Rekening Bank atas nama PKBM.
6) Memiliki rekomendasi dari Forum Komunikasi PKBM
Kabupaten/Kota setempat.
7) Izin operasional dari instansi yang berwenang (mengikuti
ketentuan yang berlaku di daerahnya).
Selain persyaratan administrasi secara umum, sangat penting
memperhatikan komponen/dan patokan minimal untuk setiap satuan
jenis program PNFI yang akan dilaksanakan pada PKBM, seperti;
Peserta Didik/Warga Belajar, Kelompok Belajar, Sumber Belajar,
Penyelenggara/Pengelola/Pelaksana, Sarana Belajar, Tempat/Panti
Belajar, kegiatan, Ragi Belajar/Motivasi belajar, Dana
Belajar/Anggaran, dan Hasil Belajar. Pelayanan harus
memprioritaskan masyarakat disekitar PKBM sesuai dengan Program
PNFI menurut kebutuhan masyarakat dimasa mendatang. Perlu adanya
beraneka perbedaan serta mempersiapkan pemandirian PKBM melalui
unit-unit produksi yang relevan dengan kondisi dan permasalahan
lingkungan dimana PKBM berdiri.
Tujuan PKBM adalah untuk menggali, menumbuhkan,
mengembangkan, dan memanfaatkan seluruh potensi yang ada di
masyarakat itu sendiri. Dalam arti memberdayakan seluruh potensi
dan fasilitas pendidikan yang ada di desa sebagai upaya
membelajarkan masyarakat yang diarahkan untuk mendukung
pengentasan kemiskinan, dengan prinsip pengembangan dalam rangka
mewujudkan demokrasi bidang pendidikan. Pada sisi lain tujuan
PKBM adalah untuk lebih mendekatkan proses pelayanan pendidikan
terutama proses pelayanan pembelajaran yang dipadukan dengan
berbagai tuntutan, masalah-masalah yang terjadi di sekitar lingkungan
masyarakat itu sendiri.22 Terdapat tujuan penting dari pendirian
PKBM adalah untuk: a) Melayani masyarakat dengan berbagai
program pendidikan nonformal yang sesuai dengan masalah dan
kebutuhan masyarakat sekitar, b) Mendorong masyarakat agar mampu
memberdayakan potensi diri dan lingkungannya untuk meningkatkan
kualitas hidupnya, c) Memberikan fasilitasi bagi masyarakat yang
membutuhkan bantuan dalam memecahkan masalah kehidupannya.23
Kesadaran terhadap pentingnya pendidikan yang dapat emberikan
kesempatan bagi masyarakat yang membutuhkan pendidikan
merupakan peranan penting dari PKBM.
C. Pengorganisasian Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat
Pengorganisasian sebagai salah satu fungsi manajemen bertujuan
menciptakan hubungan yang baik antar tiap bagian sehingga mampu
melahirkan koordinasi yang baik antara atasan dengan bawahan dalam suatu
organisasi. Sehubungan dengan hal bahwa ada tiga langkah yang dapat
dilaksanakan dalam proses pengorganisasia diantaranya adalah: a)
Merancangkan struktur organisasi, b) Mendefinisikan wewenang,
pendelegasian wewenang dan tanggung jawab, dan c) Menetapkan hubungan
kerja.
1. Struktur Organisasi PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat)
a) Penetapan Badan Musyawarah Komunitas yang ditetapkan melalui
musyawarah masyarakat setempat (komunitas). Yang terdiri dari minimal 3
orang.
b) Struktur Pengelola
Pengelola PKBM ditetapkan melalui musyawarah masyarakat
(komunitas) setempat dengan struktur minimal terdiri dari ketua, sekretaris
dan bendahara.
2. Tugas dan Wewenang Struktur Organisasi PKBM
Penyelenggara yang ditetapkan dalam struktur tersebut
masing-masing memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:
a. Ketua
Ketua memiliki tugas dan wewenang untuk mengelola PKBM
secara profesional, demokratis, dan bermartabat, bersama-sama
pengurus lainnya merumuskan visi, misi, tujuan, dan Kegiatan
PKBM, memimpin rapat-rapat pengurus, menghadiri undangan
kegiatan atas nama lembaga, bertanggung jawab secara internal dan
eksternal atas penyelenggaraan PKBM, melakukan pengawasan
terhadap jalannya seluruh program kegiatan baik pada kegiatan
internal PKBM maupun kegiatan kemitraan dengan pihak lain.
b. Sekretaris
Sekretaris memiliki tugas dan wewnang yaitu: 1) menata
ke luar, 3) membuat konsep surat-suratengiventarisir sarana dan
prasarana serta kegiatan PKBM 4) menyusun data dan laporan
bulanan, semester dan tahunan PKBM.
c. Bendahara
Bendahara memiliki tugas dan wewenang yaitu 1) bersama
ketua membuka rekening bank atas nama PKBM, 2) menerima dan
mengelola keuangan, 3) menyusun rencana kebutuhan anggaran
PKBM, 4) mengeluarkan dan mendistribusikan keuangan PKBM
sesuai kebutuhan dan atas persetujuan ketua, 5) mencatat transaksi
keuangan pada pembukuan keuangan PKBM dan menyusun laporan
keuangan bulanan, semester dan tahunan PKBM.
Selain ketua, sekretaris dan bendara struktur organisasi PKBM terdiri
dari bagian yaitu:
a. Bidang Pembelajaran
Bidang pembelajaran memiliki tugas dan wewenang untuk 1)
merancang kegiatan pembelajaran, membuat jadwal pembelajaran, 2)
menyiapkan daftar hadir tutor yang mengajar, 3) menyiapkan daftar
hadir peserta didik, 4) mengevaluasi pelaksanaan tugas tutor dan
melaporkan kepada ketua penyelenggara.
Bidang usaha ekonomi produktif memiliki tugas dan
wewenang untuk: 1) merencanakan kegiatan usaha produktif atau
produksi yang diselenggarakan oleh PKBM dan/atau bekerjasama
dengan pihak lain, 2) merintis usaha baru yang berpotensi untuk
dikembangkan oleh masyarakat, 3) mencatat dan mengevaluasi
semua jenis usaha yang diselenggarakan PKBM, 4) memasarkan
hasil-hasil produk PKBM, 5) melaporkan perkembangan usaha yang
diselenggarakan PKBM kepada ketua, 6) mengembangkan
usaha-usaha inovatif yang dapat meningkatkan pendapatan/penghasilan
masyarakat sekitar.
c. Bidang pengembangan masyarakat
Bidang pengembangan masyarakat memiliki tugas dan wewenang
yaitu: 1) membuat rancangan kegiatan untuk meningkatkan
infrastruktur di lingkungan masyarakat, 2) merencanakan penggalian,
pengembangan dan pembudayaan bahasa dan budaya asli komunitas
tersebut, 3) melakukan pembaharuan sistem kaderisasi kepemimpinan
di masyarakat, 4) melakukan penyuluhan hukum, kesehatan,
lingkungan, merencanakan kegiatan sosial yang dapat dilaksanakan
bersama dengan masyarakat sekitar.
d. Pengurus
Pengurus dalam hal ini memiliki tugas dan wewenang yaitu 1)
mengidentifikasi kebutuhan masyarakat, masalah yang dihadapi
masyarakat, dan sumber daya yang ada dalam masyarakat, 2)
menganalisis data dasar, menentukan prioritas kebutuhan masyarakat
yang tepat sebagai dasar untuk pelaksanaan kegiatan, 3) melakukan
koordinasi dengan jaringan kerja terkait, 4) menyelenggarakan
pertemuan untuk berdiskusi dan bekerjasama dalam rangka
pengerahan sumber daya yang dibutuhkan (tenaga, dana, dan
bahan-bahan) untuk pengembangan masyarakat, 5) mensosialisasikan
kegiatan dan memberi kesempatan kepada warga untuk berpartisipasi
melalui kontribusi pemikiran maupun dukungan, 6)
memusyawarahkan rencana kegiatan PKBM, elaksanakan kegiatan
yang telah direncanakan. (mengorganisasikan kegiatan-kegiatan
PKBM), mendukung, memantau, menindaklanjuti, dan memecahkan
masalah.24
Untuk mendorong profesionalisme penyelenggaraan PKBM perlu
dipisahkan peran Pengelola PKBM, peran pembina/pembuat kebijakan dan
peran pengawas PKBM. Untuk itu Pengelola PKBM tidak diperkenankan
berasal dari unsur pejabat dibidang pendidikan non formal (pembina) dan
pemilik dibidang pendidikan non formal (pengawas).25 Struktur PKBM
minimal terdiri dari ketua, sekretaris dan bendahra dalam medukung tugas dan
wewenang ketua, sekretaris dan bendahara terdapat tugas dan wewenang
sebagai pengurus dan bidang-bidang.
D. Pelaksanaan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat
1. Pembelajaran PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat)
Pada prinsipnya pelaksanaan pembelajaran di PKBM tidak
jauh berbeda dengan pelaksanaan pembelajaran pada sistem
persekolahan, namun di dalam PKBM kegiatan pembelajaran lebih
berorientasi pada kebutuhan masyarakat setempat disesuaikan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan serta tuntutan pasar, di samping itu
warga belajar yang ada di dalam PKBM tidak dibatasi oleh usia
sebagaimana dalam pendidikan persekolahan. Adapun kegiatan dalam
pelaksanaan PKBM berdasarkan Balai Pengembangan Kegiatan
Belajar tahun 2001 adalah: a) Memotivasi warga belajar, b)
Mengadakan dan atau mengembangkan bahan belajar pokok bagi
warga belajar dan bahan pengajaran pokok bagi tutor/ nara sumber; c)
Melaksanakan proses belajar mengajar; dan d) Menilai proses dan
hasil kegiatan mengajar secara berkala.
Pendidikan nonformal diselenggarakan dengan
langkah-langkah:
a. Pengorganisasian warga belajar, pengorganisasian warga
belajar dapat dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi
setempat mengelompokkan warga belajar sesuai dengan jenjang dan
jenis kegiatan, membentuk kelompok kecil pada setiap jenjang dan
jenis kegiatan berdasarkan kedekatan tempat.
b. Mengelompokkan warga belajar berdasarkan jenis
keterampilan yang dimiliki serta menetapkan jadwal pembelajaran
(untuk kegiatan yang telah ada standar minimalnya) pada setiap
periode waktu tertentu sesuai ketentuan standar minimal yang
ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini,
Nonformal dan Informal (PAUDNI),
c. Mempersiapkan administrasi pembelajaran (untuk kegiatan
yang telah ada standar minimalnya) adalah terdiri dari silabus, rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pada setiap pertemuan, media dan
alat peraga pembelajaran sesuai kebutuhannya, administrasi
pendukungan untuk pembelajaran, seperti; kumpulan soal-soal/latihan,
2. Pengendalian dan Pengevaluasian
Proses pelaksanaan kegiatan dalam berbagai bidang perlu
dikendalikan serta dievaluasi secara berkesinambungan guna
memperoleh hasil yang maksimal. Demikian halnya pelaksanaan
PKBM sebagai suatu wadah pengembangan sumber daya manusia,
karenanya Balai Pengembangan Kegiatan Belajar menetapkan
langkah-langkah:
a. Menyusun dan/atau mengkaji standar penilaian hasil belajar dan
disosialisasikan kepada para pendidik dan peserta didik, dengan
mengutaman materi pokok/utamanya
b. Melakukan penilaian hasil belajar sesuai dengan standar penilaan
(untuk kegiatan yang telah ada standar minimalnya) dan
dilaksanakan secara obyektif, transparan, bertanggung jawab dan
berkesinambungan serta memperhatikan kedalaman dari materi
yang telah diberikan pendidik
c. Penilaian hasil belajar didokumentasikan dalam buku daftar nilai
hasil belajar dan dilaksanakan perbaikan atau pendalaman bagi
peserta didik yang mendapat nilai dibawah standar yang telah
ditetapkan
d. Penilaian yang dilakukan meliputi semua unsur kompetensi dan
e. Hasil penilaian disampaikan kepada peserta didik dan pihak lain
yang memerlukan, yang terdiri dari penilain tertulis (Essay test,
isian singkat, pilihan ganda, benar salah), penilaian melalui
pengamatan/ observasi, eksperimen, penilaian tugas mandiri
dan/atau kelompok, penilaian portofolio.
3. Standarisasi Pelaksanaan PKBM (Pusat kegiatan Belajar
Masyarakat)
Tidak semua satuan pendidikan nonformal dapat diakui sebagai
PKBM. Satuan pendidikan nonformal dapat diakui sebagai PKBM
apabila minimal sebagai berikut:
1. Memiliki ruang perkantoran sebagai sekretariat dan pengurus,
lengkap dengan meubeler, komputer kerja, penerangan, jaringan
komunikasi, dan peralatan kantor beserta alat komunikasi berupa
web, email, telp, dan mesin fax. Status sarana dan prasarana
minimal memiliki jaminan penggunaan selama 5 tahun.26 Memiliki
ruang dan sarana tersebut di harapkan dapat memperikan
pelayanan pendidikan nonformal yang baik dalam melayani
masyarakat yang membutuhkan pendidikan.
2. Memiliki minimal 3 ruang belajar lengkap dengan fasilitas
pembelajaran dengan ukuran minimal 4 x 5 m2 lengkap dengan