• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDIDIKAN BERBASIS MASYARAKAT : STUDI TENTANG PUSAT KEGIATAN BELAJAR MASYARAKAT BUDI UTAMA SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENDIDIKAN BERBASIS MASYARAKAT : STUDI TENTANG PUSAT KEGIATAN BELAJAR MASYARAKAT BUDI UTAMA SURABAYA."

Copied!
141
0
0

Teks penuh

(1)

PENDIDIKAN BERBASIS MASYARAKAT

(Studi Tentang Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Budi Utama

Surabaya)

SKRIPSI

Oleh:

DEFI RANITA FITRI

D73213041

PROGRAM STUDI MANAJAMEN PENDIDIKAN ISLAM

JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN (FTK)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Defi Ranita Fitri (D7321341), 2016 Pendidikan Berbasis Masyarakat (Studi Tentang Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Budi Utama Surabaya) Dosen Pembimbing Dr. H. A.Z Fanani, M.Ag dan Machfud Bachtiyar, M.Pd.I

Dalam penelitian skripsi yang berjudul Pendidikan Berbasis Masyarakat di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Budi Utama Surabaya ini bertujuan untuk mengetahui pendidikan berbasis masyarakat di PKBM Budi Utama, mengetahui perencanaan di PKBM Budi Utama, mengetahui pengorganisasian di PKBM Budi Utama dan untuk mengetahui pelaksanaan di PKBM Budi Utama.Metode yang digunakan sebagai analisa data dalam skripsi ini adalah deskriptif kualitatif. Karena peneliti akan mendalami fenomena-fenomena yang terjadi di lapangan, kemudian di tafsirkan dalam bentuk kata-kata dengan tujuan untuk dapat menderkriptifkan. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi dan juga dokumentasi.

Hasil penelitian yang diperoleh dari lapangan dapat disimpulkan bahwa pendidikan berbasis masyarakat di PKBM Budi Utama mengutamakan peran masyarakat dalam pengambilan keputusan, perencanaan yang dilakukan PKBM Budi Utama terdiri dari sejarah pendirian PKBM Budi Utama, pengorganisasian yang ada pada PKBM Budi Utama terdiri dari struktur organisasi dan pada pelaksanaan yang terjadi di PKBM Budi Utama meliputi pelaksanaan pembelajaran, ketersediaan sarana dan prasarana, sumber belajar, tenaga pendidik kependidikan dan evaluasi.

(7)

HALAMAN JUDUL ... i A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Fokus Penelitian ... 9 A. Pendidikan Berbasis Masyarakat ... 17

1. Pengertian Pendidikan Berbasis Masyarakat ... 17

2. Tujuan Pendidikan Berbasis Masyarakat ... 24

3. Peran dan Relasi Pemerintah dan Masyarakat dalam Pendidikan Berbasis Masyarakat ... 26

B. Perencanaan PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat ... 30

1. Perencanaan PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat) ... 34

2. Administrasi Pendirian PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat) ... 35

C. Pengorganisasian PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat ... 38

1. Struktur Organisasi PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat) ... 38

2. Tugas dan Wewenang Struktur Organisasi PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat) ... 39

D. Pelaksanaan PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat ... 43

(8)

... 45

3. Standarisasi Pelaksanaan PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat) ... 46

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 53

B. Sumber Data... 54

C. Informan penelitian ... 55

D. Tahap-tahap Penelitian ... 56

E. Teknik Pengumpulan Data ... 61

F. Analisis Data ... 64

G. Teknik Keabsahan Data ... 68

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Partisipan ... 70

1. Profil Lembaga ... 70

2. Profil Tutor... 71

3. Profil Warga Belajar ... 71

B. Temuan Penelitian ... 72

1. Gambaran Umum Object penelitian ... 72

2. Letak Geografis PKBM Budi Utama Surabaya ... 75

3. Visi dan Misi PKBM Budi Utama Surabaya ... 78

4. Program Pendidikan PKBM Budi Utama Surabaya ... 78

5. Keadaan Pendidik, Tenaga Kependidikan dan Warga Belajar PKBM Budi Utama Surabaya ... 81

6. Sarana Prasarana PKBM Budi Utama Surabaya ... 84

7. Kurikulum PKBM Budi Utama Surabaya ... 87

C. Analisis Temuan Peneltitian ... 88

1. Paparan tentang Pendidikan Berbasis Masyarakat di PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat) Budi Utama Surabaya ... 88

2. Paparan tentang perencanaan di PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat) Budi Utama Surabaya ... 93

3. Paparan tentang pengorganisasian di PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat) Surabaya ... 96

4. Paparan tentang pelaksanaan di PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat) Surabaya ... 101

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 116

1. Pendidikan Berbasis Masyarakat di PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat) Budi Utama Surabaya ... 116

2. Perencanaan Program Kejar Paket C di PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat) Budi Utama Surabaya ... 120

(9)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 125 B. Saran ... 127

(10)

Tabel 1. Daftar Tenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan PKBM Budi Utama Surabaya

... 82

Tabel 2 Jumlah warga belajar PKBM Budi Utama Surabaya dua tahun terakhir ... 84

Tabel 3. Sarana dan Prasarana PKBM Budi Utama Surabaya... 86

(11)

Gambar 1. Peta Lokasi PKBM Budi Utama ... 76

Gambar 2 Tempat Kegiatan PKBM Budi Utama ... 77

Gambar 3 Ruang Kelas Kejar Paket C PKBM Budi Utama Surabaya ... 77

Gambar 4 koleksi buku Taman Bacaan Masyarakat ... 85

Gambar 5 Taman bermain untuk KBA (Kelompok Bermain Alam) ... 85

Gambar 6 Pelaksanaan program Kegiatan Sekolah Kejar Paket saat di gedung MI Hasanuddin Karah Surabaya ... 110

Gambar 7. Pelaksanaan Program Kegiatan Sekolah Kejar Paket PKBM Budi Utama di Gedung Baru... 111

(12)

Lampiran I: Profil PKBM Budi Utama Surabaya

Lampiran II: Daftar Ruangan PKBM Budi Utama Surabaya

Lampiran III: Daftar Pengurus PKBM Budi Utama Surabaya

Lampiran IV: Sarana dan Prasarana PKBM Budi Utama Surabaya

Lampiran V: Susunan Kepengurusan PKBM Budi Utama Surabaya

Lampiran VI: Jadwal Pelajaran PKBM Budi Utama Surabaya

Lampiran VII: Data Siswa PKBM Budi Utama Surabaya 2016/2017

Lampiran VIII: RPP PKBM Budi Utama Surabaya 2016/2017

Lampiran IX: Silabus PKBM Budi Utama Surabaya 2016/2017

Lampiran X: Pedoman Wawancara

Lampiran XI: Surat Izin Penelitian

Lampiran XII: Surat Keterangan Mengadakan Penelitian

Lampiran XIII: Formulir Pengajuan Judul Skripsi

Lampiran XIV: Surat Tugas

Lampiran XV: Kartu Konsultasi Skripsi

Lampiran XVI: Formulir Persetujuan Pembimbing Munaqosah Proposal Skripsi

Lampiran XVII: Formulir Berita Acara Munaqosah Proposal Skripsi

Lampiran XVIII: Berita Acara Ujian Skripsi Mahasiswa

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan aspek yang sangat penting dalam memajukan

kecerdasan bangsa, namun pada kenyataannya pendidikan selalu mengalami

ragam problematika yang menyangkut beragam hal. Pengelolaan pendidikan

yang diselenggarakan oleh pemerintah (negara) belum mampu mengakses dan

mendidik warganya dengan baik, hal ini dapat dilihat dari semakin tingginya

tingkat anak yang putus sekolah yang disebabkan dari model pendidikan

bentukan pemerintah yang tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat,

sehingga kepedulian masyarakat terhadap pengembangan pendidikan menjadi

sangat signifikan.

Berbagai upaya telah dan terus diupayakan pemerintah untuk

mewujudkan SDM berkualitas melalui usaha mengembangkan dan

memperbaiki kurikulum, sistem evaluasi, sarana pendidikan, dan pelatihan

guru dan tenaga kependidikan lainnya. Akan tetapi upaya tersebut pada

kenyataannya, sampai saat ini belum cukup untuk meningkatkan kualitas

pelayanan pendidikan bagi masyarakat. Karena pada dasarnya setiap kalangan

masyarakat memiliki kebutuhan yang berbeda-beda.

Menurut Mulyasa dan Suderajat yang dikutip oleh Hasim, rendahnya

(14)

tepat dalam pembangunan di Indonesia. Pendekatan mutu dengan sistem

pendidikan sebagai fungsi produksi tidak dilaksanakan dengan baik karena

system pelaksanaan pendidikan yang terlalu birokratis dan terpusat.

Akibatnya muncul kecenderungan guru dalam mengajar terpaku pada

kurikulum baku yang dikeluarkan oleh Depdiknas. Peran guru yang

seharusnya dapat menjadi promotor siswa dalam proses belajar siswa, turun

hanya sebatas sebagai pengajar.1 Keberhasilan pembangunan di era

globalisasi dan pasar bebas saat ini memerlukan peran pendidikan yang harus

memahami sebenarnya kebutuhan masyarakat.

Model pertama, pendidikan yang diselenggarakan oleh negara, disebut

pendidikan berbasis negara (state-based education), sedangkan model kedua

yang diselenggarakan oleh masyarakat dinamakan pendidikan berbasis

masyarakat (community-based education).2 Kedua model pendidikan yang ada

ini dapat saling melengkapi satu sama lain.

Sebagaimana diungkapkan UU No. 20 Tahun 2003 pasal 13 ayat (1)

menyebutkan bahwa

“Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya”.

Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun

2003 disebutkan adanya konsep tentang pendidikan berbasis masyarakat.

1 Hasim. Moh,“Implementasi Pendidikan Berbasis Masyarakat”(PhD diss., Universitas Negeri Semarang, 2007)

(15)

Dalam undang-undang tersebut disebutkan bahwa masyarakat memiliki hak

untuk menyelenggarakan pendidikan dengan konsep yang disusun sendiri oleh

masyarakat berdasarkan kekhasan agama, lingkungan sosial, dan budaya.

Penyelenggaraan pendidikan berbasis masyarakat mengembangkan dan

melaksanakan kurikulum dan evaluasi pendidikan, serta managemen dan

pandangannya sesuai dengan standar nasional pendidikan.3 Oleh karena itu,

pendidikan berbasis masyarakat dapat juga mengambil jalur formal,

nonformal dan informal.

Pendidikan nonformal sebagaimana tercantum dalam pasal 26 ayat

ayat 4, diuraikan bahwa:

“Satuan pendidikan nonformal terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, majelis taklim

dan satuan pendidikan yang sejenis.”

Saat ini, pendidikan nonformal adalah bagian penting dari sistem

pendidikan yang mempunyai tugas dan peranan yang sama dengan sistem

pendidikan lainnya dalam memberikan pelayanan dalam pendidikan yang

bersifat nonformal kepada masyarakat. Sasaran dari pendidikan nonformal

yang semakin luas dan menyeluruh tidak hanya sekedar melayani masyarakat

yang terpinggirkan (marginal) seperti masyarakat buta aksara, anak putus

sekolah, dan para lansia, akan tetapi sasaran pendidikan nonformal saat ini

sudah menjangkau pada anak-anak usia dini, anak-anak yang bersekolah

dalam situasi pembelajaran di rumah atau dapat kita sebut homeschooling,

(16)

serta masyarakat yang membutuhkan sebuah kecakapan-kecakapan tertentu

untuk mendapatkan pengalaman kerja.

Persoalan sosial di kota besar memang beragam. Tak terkecuali kasus

putus sekolah pada anak, tak peduli meski fasilitas pendidikan di kota sudah

memadai. Kota Surabaya pun dihadapkan pada persoalan serupa. Bahkan dari

hasil survei yang dilakukan Dinas Sosial (Dinsos) Kota Surabaya terungkap,

ada beberapa titik merah yang menyebut jumlah anak putus sekolah dan anak

rentan putus sekolahnya di atas rata-rata seperti di Tambaksari, Jambangan,

dan Semampir yang merupakan adalah kawasan padat penduduk. Lebih

lanjut, Risma mengatakan, problem anak putus sekolah maupun rentan putus

sekolah bukan terletak pada masalah biaya. Sebab, sekolah di Surabaya

memang sudah gratis. Menurut dia, inti masalah terletak pada faktor

lingkungan yang berdampak pada rendahnya disiplin diri. Hal tersebut juga

berpengaruh terhadap motivasi untuk bersekolah. Inovasi pun dibutuhkan jika

ingin mengentaskan persoalan ini.4 Dari sini kemudian hadir pendidikan

nonformal yang salah satunya adalah pendidikan berbasis masyarakat pada

PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat) yang dikelola oleh masyarakat

yang maksudnya melengkapi, mengisi atau mungkin berupaya mengganti

model pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah.

(17)

Menurut Tilaar yang dikutip oleh Toto, pendidikan yang ideal adalah

pendidikan yang hidup dari dan untuk masyarakat. Pendidikan yang berdasar

pada masyarakat merupakan bentuk pendidikan yang sebenarnya. Pendidikan

akan menjadi terasing dari konteks tujuannya apabila partisipasi masyarakat

diabaikan, karena pendidikan tidak mampu menjawab kebutuhan dan

kebudayaan yang nyata. Pendidikan yang terlepas dari masyarakat dan budaya

yang ada di dalamnya adalah pendidikan yang tidak memiliki

tanggungjawab.5 Pendidikan berbasis masyarakat dan manajemen pendidikan

berbasis sekolah adalah wujud nyata dari demokratisasi dan desentralisasi

pendidikan.

Pendidikan Masyarakat dalam Perspektif Al-Qur’an terdapat pada

Surat At-Taubah Ayat 122 :

Artinya : Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan

perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka

beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan

untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali

kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.

5Toto Suharto. “Konsep Dasar Pendidikan Berbasis Masyarakat,” Jurnal Cakrawala Pendidikan,

(18)

Sebagai makhluk yang telah diciptakan oleh Allah sebagai Khalifah di

muka bumi. Manusia mengemban amanat untuk membina masyarakat,

memelihara alam lingkungan hidup bersama. Bahkan terutama bertanggung

jawab atas martabat kemanusiaannya (human dignity).6 Jadi manusia sebagai

makhluk individu berperan aktif bahkan wajib dalam menyelenggarakan

pendidikan baik secara formal atau non formal.

Salah satu lembaga pendidikan nonformal yang perkembangannya

terasa cukup pesat dan keberadaannya sangat mendesak adalah PKBM (Pusat

Kegiatan Belajar Masyarakat) yang digagas oleh masyarakat dari tingkat

wilayah kelurahan, kecamatan dan desa. Pesatnya perkembanngan PKBM

tersebut tidak sejalan dengan kepedulian mendikbud terkait pengembangan

pendidikan nonformal.

Dari hasil berita yang dilansir okezone salah satu pendiri pendidikan

nonformal Sekolah Perempuan Desa untuk ibu-ibu di Kota Batu, Jawa Timur

berkata bahwa selama ini pendidikan nonformal dianaktirikan. Pemerintah

hanya fokus pada pendidikan formal, dari Rp50 triliun APBN 2016 untuk

pendidikan, sektor pendidikan formal mendapatkan alokasi hampir 99 persen

atau Rp48 triliun. Sementara nonformal hanya satu persen lebih atau Rp2

6Arif Kurniawan, “Pendidikan MasyarakatDalam Perspektif ,“ Cakrawala News, Maret 2014,

(19)

triliun saja. 7 Pemenuhan kebutuhan pendidikan nonformal bisa dikatakan

masih sangat minim.

Sementara itu, Kepala Bidang Dikmenjur Drs. Sudarminto, M. Pd

ketika menerima rombongan BAPPENAS menuturkan, saat ini Surabaya

memiliki 38 lembaga PKBM dengan jumlah warga belajar sebanyak 4.463

siswa, sedangkan jumlah LKP mencapai 455 lembaga yang telah terdaftar

sedangkan jumlah peserta didik mencapai 65.817 siswa.

Dengan jumlah lembaga dan peserta didik/warga belajar yang cukup

banyak tersebut tentunya dibutuhkan sebuah sistem pengelolaan yang harus

betul-betul dapat memfasilitasi berbagai kebutuhan terutama dalam

menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) tahun 2016. Pada

informasi ini dapat dikatakan bahwa begitu pentingnya pendidikan berbasis

masyarakat untuk mendukung tercapainya implementasi pendidikan untuk

semua kalangan masyarakat dan juga menjadi wadah dalam memenuhi

kekurangan dari pendidikan formal, salah satunya adalah PKBM (Pusat

Kegiatan Belajar Masyarakat)

Pentingnya keberadaan PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat)

dalam pembelajaran berupaya untuk mengaktualisasikan potensi dan

kemampuan peserta didik dengan mengakomodasinya melalui pendidikan

yang dikelola dan dilaksanakan oleh masyarakat. Masyarakat lebih

(20)

mengetahui dan menyadari kebutuhan dan segala hal yang diinginkannya

daripada pemerintah yang mungkin menyelenggarakan pendidikan yang

seragam dan beorientasi pada kepentingan tertentu. Namun perlu disadari pula

bahwa Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) yang ada akan eksis dan

berjalan dengan baik manakala masyarakat tersebut memiliki kesadaran dan

berdaya dalam menyelenggarakan pendidikannya. Oleh karena itu, dalam

pelaksanaannya, pemerintah perlu menjalin relasi dalam arti hanya sebagai

mitra bukan memberikan intervensinya terhadap Pusat Kegiatan Belajar

Masyarakat (PKBM) yang ada.

Dari sekian banyak kelompok belajar yang berpartisipasi dalam

menerapkan pendidikan berbasis masyarakat, salah satunya adalah PKBM

Budi Utama yang merupakan lembaga pendidikan berbasis masyarakat yang

digunakan sebagai Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat sejak tahun 2005 yang

keberadaannya terus berkembang memberbaiki kualitas pelayanan

pendidikannya dan mengikuti kebutuhan masyarakat, pada awalnya PKBM

ini memiliki program kejar paket A, B,C kemudian berkembang dengan

adanya Kelompok Belajar Alam (KBA) dan Taman Bacaan Masyarakat

(TBM). Manajemen yang baik, sangat diperlukan Pendidikan Berbasis

Masyarakat yang jalurnya pada pendidikan nonformal di PKBM Budi Utama

(21)

mengenai “Pendidikan Berbasis Masyarakat (Studi Tentang Pusat

Kegiatan Belajar Masyarakat Budi Utama Surabaya)”

B. Fokus Penelitian

Sebagaimana pemaparan teori dan data (fakta) di atas menggambarkan

PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat) sebagai salah satu wadah pelaksana

model pendidikan berbasis masyrakat (community based education) pada jalur pendidikan nonformal yang saat ini tengah aktif memberikan beragam program

yang mencoba menumbuhkan potensi-potensi masyarakat (khususnya di

masyarakat sekitar PKBM) yang tidak mampu atau belum sempat dikembangkan

oleh jalur pendidikan formal, agar pelaksanaan penelitian ini lebih terfokus dan

sesuai apa yang menjadi tujuan penelitian ini, maka kami mengajukan

beberapa permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana Pendidikan Berbasis Masyarakat di PKBM (Pusat Kegiatan

Belajar Masyarakat) Budi Utama Surabaya ?

2. Bagaimana perencanaan di PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat)

Budi Utama Surabaya ?

3. Bagaimana pengorganisasian di PKBM (Pusat Kegiatan Belajar

Masyarakat) Budi Utama Surabaya ?

4. Bagaimana pelaksanaan di PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat)

(22)

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui Pendidikan Berbasis Masyarakat di PKBM (Pusat

Kegiatan Belajar Masyarakat) Budi Utama Surabaya.

2. Untuk mengetahui perencanaan di PKBM (Pusat Kegiatan Belajar

Masyarakat) Budi Utama Surabaya.

3. Untuk mengetahui pengorganisasian di PKBM (Pusat Kegiatan Belajar

Masyarakat) Budi Utama Surabaya.

4. Untuk mengetahui pelaksanaan di PKBM (Pusat Kegiatan Belajar

Masyarakat) Budi Utama Surabaya.

D. Manfaat Penelitian

1. Akademik Ilmiah

Secara teoritis penelitian ini merupakan sumbangsih untuk pengetahuan

sebagai khazanah keilmuan.

2. Sosial Praktis

a. Bagi peneliti, merupakan bahan informasi untuk meningkatkan dan

menambah pengetahuan dalam mengetahui Pendikan Berbasis

Masyarakat di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Budi Utama

Surabaya dan untuk memenuhi persyaratan gelar Sarjana

(23)

b. Untuk lembaga pendidikan, diharapkan mampu memberikan

motivasi dan koreksi bagi pihak Pusat Kegiatan Belajar

Masyarakat agar terus berupaya meningkatkan kualitas output

terutama dalam hal moral anak didik.

E. Definisi Konseptual

Untuk menghindari kesalahan pemahaman, maka menurut penulis perlu

adanya penjelasan berbagai istilah yang ada pada judul skripsi ini :

1. Pendidikan Berbasis Masyarakat : Pendidikan Berbasiskan

Masyarakat/Community Based Education (PBM) /(CBE) terdiri dari tiga

kata, yaitu pendidikan, berbasiskan dan masyarakat. Pendidikan adalah

pendidikan yang dilakukan oleh masyarakat dan untuk masyarakat.

Dalam arti luas; artinya pendidikan yang diselenggarakan baik secara

sekolah/dulu biasa disebut formal, atau yang diselenggarakan sebagai

kursus/di luar sekolah, atau latihan/ magang untuk memperoleh

ke-terampilan, dahulu disebut non-formal, maupun pendidikan yang

dicontohkan dalam kegiatan-kegiatan dan/atau dituturkan di dalam

budaya masyarakat, sebelum ini disebut informal. Berbasiskan berarti

“berdasarkan pada” atau “berfokuskan pada”. Masyarakat adalah sebuah

kelompok yang hidup dalam daerah khusus (bisa bersifat

(24)

harapan dan dampak terhadap upaya pendidikan di Indonesia walaupun

mereka mempunyai perbedaan dalam status sosial, peranan dan

tanggungjawab.8

2. Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat : Menurut Sihombing dan Gutama,

PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat) merupakan suatu wadah

dimana seluruh kegiatan belajar masyarakat dalam rangka peningkatan

pengetahuan, keterampilan/keahlian, hobi, atau bakatnya yang dikelola

dan diselenggarakan sendiri oleh masyarakat. PKBM adalah sebagai

wahana untuk mempersiapkan warga masyarakat agar bisa lebih mandiri

dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, termasuk dalam hal meningkatkan

pendapatannya. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi serta masalah-masalah pendidikan masyarakat serta kebutuhan

akan pendidikan masyarakat, definisi PKBM terus disempurnakan

terutama dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,

kebutuhan lembaga, sasaran, kondisi daerah serta model pengelolaan.9

8 “Strategi Peningkatan Mutu Pendidikan Melalui Pendekatan Pendidikan Berbasis Masyarakat,” Google, 23 Januari, 2012 di akses pada tanggal 29 September, 2016.

https://pmancoffeemix.wordpress.com/2012/01/23/strategi-peningkatan-mutu-pendidikan-melalui-pendekatan-pendidikan-berbasis-masyarakat-community-based-education/

(25)

F. Keaslian Penelitian

Penelitian tentang Pendidikan Berbasis Masyarakat (PBM) meski

sudah ada yang meneliti namun penelitian tentang ini jarang di temukan di

Indonesia dibandingkan dengan penelitian tentang Pendidikan Berbasis

Sekolah yang sudah banayak dilakukakan penelitian. Adapun literature dan

karya ilmiah terdahulu yang berhasil peneliti temukan adalah sebagai berikut :

Skripsi Eroby Jawi Fahmi, “Pendidikan Berbasis Masyarakat Studi

Tentang Rumah Pengetahuan Amartya Bantul, 2008. Dalam penelitian

tersebut di paparkan bahwa Pendidikan Berbasis Masyarakat di RPA lahir

dengan ide besar untuk menghilangkan diskriminasi dalam pendidikan,

menyamaratakan kesempatan pendidikan bagi kalangan miskin, dan

mendekatkan proses pendidikan dengan realitas pendidikan. Persamaan skipsi

tersebut dengan penelitian ini adalah sama-sama mengkaji pendidikan

berbasis masyarakat. Perbedaannya terletak pada studi penelitian, penelitian

ini meneliti di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Budi Utama Surabaya

sedangkan skripsi tersebut di Rumah Pengetahuan Amartya Bantul dan pada

focus penelitian yang berbeda.

Tesis Purnomo, “Community Based Education Dalam Organisasi

Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia Komisariat Al-Aqsha IAIN

Surakarta, 2015. Pada penelitian ini terdapat konsep, praktik dan factor

(26)

penelitian ini adalah sama-sama mengkaji pendidikan berbasis masyarakat.

Perbedaannya terletak pada studi penelitian, penelitian ini meneliti di Pusat

Kegiatan Belajar Masyarakat Budi Utama Surabaya sedangkan tesis tersebut

di Organisasi Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia Komisariat

Al-Aqsha IAIN Surakarta dan juga pada focus penelitian dan metode penelitian

pada penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif sedangkan pada

tesis tersebut menggunakan metode kualitatif lapangan studi kasus.

Tesis Tika Indah Sari, Analisis Efektifitas Pengelolaan Pusat Kegiatan

Pembelajaran Masyarakat Studi Evaluatif di PKBM Sriwijaya Sawah Lebar

Kota Bengkulu 2013. Hasil penelitian ini menjawab bahwa pengelolaan

PKBM berjalan efektif Semua perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan,

pengawasan serta evaluasi terhadap programprogram yang akan dilaksanakan

di PBKM, sudah terlaksana dengan baik sesuai dengan standar pengelolaan

PKBM yang telah ditentukan. Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian

ini adalah pada metode yang di gunakan, pada penelitian tersebut

menggunakan metode penelitian kuantitatif sedangkan penelitian ini

menggunakan metode kualitatif deskriptif.

Toto Suharto. Konsep Dasar Pendidikan Berbasis Masyarakat. Jurnal

Cakrawala Pendidikan, Th. XXIV, No 3. November 2005. Dalam jurnal ini

mengkaji dengan telaah filosofis bermaksud mengungkap ide-ide dan

(27)

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian tersebut adalah pada pembahasan,

penelitian tersebut merupakan penelitian telaah filosofis tentang pendidikan

berbais masyarakat sedangkan penelitian ini lebih meneliti data-data yang ada

di lapangan.

Deny Firmansyah Sutisna et al. Peranan PKBM dalam Menumbuhkan

Minat dalam Pendidikan di Indonesia. Jurnal Mahasiswa Universitas

Padjajaran Volume 1, No 1, 2012. Inti dari penelitian ini adalah mengenai

peranan pendidikan nonformal yang salah satunya adalah PKBM dalam

menumbuhkembangkan minat membaca warga belajar program sekolah kejar

paket C yang setara dengan SMA. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian

tersebut adalah pada masalah yang diteliti pada penelitian tersebut meneliti

program Taman Bacaan Masyarakat sedangkan penelitian ini meneliti secara

keseluruhan program PKBM Budi Utama Surabaya.

G. Sistematika Pembahasan

Untuk mempermudah dalam memahami skiripsi ini, maka penulis

membuat sitematika pembahasan sebagai berikut :

Bab I, bab ini membahas tentang latar belakang, fokus penelitian,

tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, ruang lingkup

(28)

Bab II, bab ini membahas tentang kajian teori diungkapkan deskripsi

teoritis tentang masalah yang sesuai dengan fokus penelitian yaitu : a)

Pengertian Pendidikan Berbasis Masyarakat, b) Tujuan Pendidikan Berbasis

Masyarakat c) Peran dan Relasi Pemerintah dan Masyarakat dalam

Pendidikan Berbasis Masyarakat d) pengertian Pusat Kegiatan Belajar

Masyarakat e) Tujuan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat f) standart minimal

Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat.

Bab III, bab ini membahas tentang metode penelitian yang relefan,

jenis penelitian, informan, jenis dan sumber data, tahap tahap penelitian,

teknik pengumpulan data, teknik analisa data teknik keabsahan data.

Bab IV, bab ini akan disajikan laporan penelitian dan analisa data

tentang 1) Bagaimana Pendidikan Berbasis Masyarakat di PKBM (Pusat

Kegiatan Belajar Masyarakat) Budi utama ? 2) Bagaimana perencanaan di

PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat) Budi Utama Surabaya? 3)

Bagaimana pengorganisasian di PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat)

Budi Utama Surabaya? 4) Bagaimana pelaksanaan di PKBM (Pusat Kegiatan

Belajar Masyarakat) Budi Utama Surabaya?

Bab V, bab ini dipaparkan penutup hasil akhir dari sebuah penelitian

(29)

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pendidikan Berbasis Masyarakat

a. Pengertian Pendidikan Berbasis Masyarakat

Pendidikan berbasis masyarakat merupakan model pendidikan

yang mana segala hal yang terkait di dalamnya lebih banyak

melibatkan peran masyarakat daripada keterlibatan atau campur

tangan negara (pemerintah). Masyarakat mempunyai wewenang dan

tanggung jawab besar dalam penyelenggaraannya. Model Pendidikan

berbasis masyarakat merupakan tawaran terhadap mainstream

pendidikan yang berbasis negara. Praktek pendidikan berbasis

masyarakat telah lama ada sejak kemerdekaan Indonesia bahkan

sebelum kemerdekaan, walaupun secara konseptual model pendidikan

berbasis masyarakat belum diformulasikan secara baku saat itu.

Secara khusus Azra yang dikutip Toto menyebutkan, di

kalang-an masyarakat Muslim Indonesia, partisipasi masyarakat dalam

rangka pendidikan berbasis masyarakat telah dilaksanakan lebih lama

lagi, yaitu setua sejarah perkembangan Islam di bumi Nusantara.

Hampir seluruh lembaga pendidikan Islam di Indonesia, mulai dari

(30)

(Jawa), bustanul atfal, diniyah dan sekolah-sekolah Islam lainnya

didirikan dan dikembangkan oleh masyarakat Muslim.

Lembaga-lembaga ini hanya sekedar contoh bagaimana konsep pendidikan

berbasis masyarakat diterapkan oleh masyarakat Indonesia dalam

lintasan sejarah.1 Pendidikan berbasis masyarakat sudah di kenal dan

di terapkan oleh lembaga pendidikan islam di Indonesia.

Menurut Misbah yang dikutip oleh Eroby menyatakan bahwa

kemunculan paradigma pendidikan berbasis masyarakat dipicu oleh

arus besar moderenisasi yang menghendaki terciptanya demokratisasi

dalam segala kehidupan manusia, termasuk pendidikan.2 Pendidikan

berbasis masyarakat di anggap dapat menjadi salah satu pendidikan

yang dapat menutup kekurangan dari pendidikan berbasis Negara.

Lahirnya demokratisasi pendidikan memang bukan untuk

menyembuhkan berbagai problematika pendidikan seperti halnya

menghapuskan diskriminasi pendidikan dan mendapatkan pendidikan

murah dan bermutu, tapi setidaknya meupakan peluang untuk

berbagai lapisan masyarakat mendapatkan kesempatan yang adil3

Pendidikan berbasis masyarakat dapat menjadi peluang terbaik dalam

1Toto Suharto. “Konsep Dasar Pendidikan Berbasis Masyarakat,” Jurnal Cakrawala Pendidikan, November 2005, Th. XXIV, No. 3

2 Misbah Ulmunir, “Suplemen Mata Kuliah Sosiolgi Pendidikan Islam” Suplemen 1 Kependidikan Islam, 2006, hal 60.

(31)

memberikan kesempatan yang sama dan memberikan peluang kerja

sama yang memenangkan semua pihak.

Konsep demokratisasi dalam pengelolaan pendidikan tertera

pada UU Sisdiknas 2003 Bab III, tentang prinsis Penyelenggaraan

Pendidikan, pasal 4 ayat 1 yang menyebutkan:

“Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan

berkeadilan, serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusisa, nilai keagmaan, nilai kultural dan kemajemukan

bangsa”

Dan Ayat 6 menyebutkan bahwa:

“Pendidikan diselenggarakan dengan memberdayakan semua

komponen masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan

pengendalian mutu layanan pendidikan”4

Pendidikan berbasis masyarakat pada dasarnya dikembangkan

dan dilaksanakan dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk

kepentingan masyarakat itu sendiri. Melalui lembaga-lembaga

pendidikan berbasis masyarakat, masyarakat berupaya untuk

memperbaiki kehidupannya secara terus-menerus melalui

pemberdayaan dengan sarana pendidikan dan pelatihan. Dari sini

kemudian berkembang model-model atau bentuk pendidikan berbasis

masyarakat. Beberapa contoh dari lembaga pendidikan berbasis

masyarakat adalah TKA/TPA, lembaga kursus yang dikelola

masyarakat, pesantren, dan sebagainya.

(32)

Dalam pendidikan berbasis masyarakat, masyarakatlah yang

menjadi tuan atau pemilik di rumahnya sendiri. Pihak lain dalam hal

ini pemerintah hanya bisa menjadi mitra atau rekan yang berfungsi

untuk memfasilitasi, mendanai, atau mendampingi segala kegiatan

yang ada kaitannya dengan pendidikan berbasis masyarakat, tanpa ada

unsur memaksakan kepentingan.

Pendidikan berbasis masyarakat merupakan mekanisme yang

memberikan peluang bagi setiap orang dalam masyarakat untuk

memperkaya ilmu pengetahuan dan teknologi melalui pembelajaran

seumur hidup.5 Pendidikan berbasis masyarakat merupakan wujud dari

demokratisasi pendidikan melalui perluasan pelayanan pendidikan

untuk kepentingan masyarakat.6 Masyarakat mempunyai kesempatan

untuk mengembangkan dan memberdayakan dirinya sendiri melalui

pendidikan yang dikembangkan oleh masyarakat. Pada aspek tertentu

Pendidikan berbasis masyarakat hanya dapat eksis dan berjalan dengan

baik manakala suasana kehidupan yang demokratis telah tumbuh dan

berkembang dengan baik serta masyarakat mampu dan memiliki

kesadaran pentingnya pemberdayaan.

5Zubaedi, “Pendidikan Berbasis Masyarakat Upaya Menawarkan Solusi terhadap Berbagai Problem Sosial”

(33)

Dalam konteks kepemilikan, Pendidikan berbasis masyarakat

dianggap sebagai berbasis masyarakat jika segala hal yang terkait di

dalamnya berada di tangan masyarakat, seperti perencanaan hingga

pelaksanaan. Sebaliknya, jika semua penyelenggaraan pendidikan

ditentukan pemerintah maka disebut pendidikan berbasis pemerintah

atau negara (state-based education ) atau jika semuanya ditentukan

oleh sekolah maka disebut pendidikan berbasis sekolah (school-based

education).7 Penulis melihat bahwa Pendidikan berbasis masyarakat

lebih berorientasi pada keterlibatan atau peran masyarakat dalam

pendidikan yang dikelolanya.Untuk mengaitkannya dengan

pembelajaran yakni dalam konteks teori pembelajaran, Pendidikan

berbasis masyarakat dapat mengakomodasi berbagai teori-teori

pembelajaran. Teori kecerdasan majemuk (multiple intteligence),

belajar sosial (social learning), dan sebagainya, dapat diterapkan

dalam pendidikan berbasis masyarakat.

Hal-hal yang terkait dengan pendidikan berbasis masyarakat

dalam konteks pembelajaran adalah sebagai berikut: 1) Proses belajar

terjadi secara spontan dan alamiah, 2) Belajar dengan melakukan

(learning by doing) dan belajar berbasis pengalaman

(experience-based learning ), 3) Melibatkan aktivitas mental dan fisik, 4) Belajar

(34)

berbasis kompetensi (competence - based learning), 5) Pemecahan

masalah (problem solving ), 6) Berlangsung dalam interaksi aktif

dalam lingkungan, 7) Aktualisasi diri, 8) Menyenangkan dan

mencerdaskan, dan 9) Produktif.8 Hal-hal tersebut tidaklah mutlak

semuanya ada dalam pendidikan berbasis masyarakat yang

dikembangkan oleh masyarakat, karena masyarakat memiliki

kecenderungan dan kebutuhan yang berbeda-beda dalam upaya

memberdayakannya dirinya.

Di satu sisi masyarakat mungkin mengembangkan pendidikan

berbasis masyarakat yang beorientasi pada pengembangan

kemampuan (skill), sementara di sisi lain masyarakat juga mungkin

mengembangkan pendidikan yang beorientasi pada pengembangan

evaluasi, murni merupakan inisiatif dari masyarakat (pemilik dan

pengelola lembaga kursus).

Dalam konteks Indonesia, pendidikan berbasis masyarakat

menurut Nielsen merujuk pada pengertian yang beragam yaitu: 1)

Peran serta masyarakat dalam pendidikan 2) Pengambilan keputusan

yang berbasis sekolah 3) Pendidikan yang diberikan oleh sekolah

swasta atau yayasan 4) Pendidikan dan pelatihan yang diberikan oleh

8Reformasi Pendidikan... , hlm. 190-192. Putu Sudira, http://eprints.uny.ac.id/6077/1/043

(35)

pusat pelatihan milik swasta 5) Pendidikan luar sekolah yang

disediakan oleh pemerintah 6) Pusat kegiatan belajar masyarakat 7)

Pendidikan luar sekolah yang diberikan oleh organisasi akar rumput

seperti Lembaga Sosial Masyarakat dan pesantren.9

Konsep pendidikan berbasis masyarakat menurut Umberto

Sihombing yang dikutip Dean adalah dari masyarakat, oleh

masyarakat, dan untuk masyarakat10 atau pendidikan yang berada di

masyarakat, untuk menjawab kebutuhan belajar masyarakat, dikelola

oleh masyarakat dengan memanfaatkan fasilitas yang ada di

masyarakat, dan menekankan pentingnya partisipasi masyarakat pada

setiap kegiatan belajar maupun bermasyarakat.11 Adapun definisi

umum pendidikan berbasis masyarakat adalah pendidikan yang

sebagian besar keputusan-keputusannya dibuat oleh masyarakat.12

Jadi, pendidikan berbasis masyarakat lebih banyak melibatkan peran

masyarakat daripada pemerintah.

9Dean Nielsen, “Memetakan Konsep Pendidikan Berbasis Masyarakat di Indonesia”, dalam Fasli Jalal dan Dedi Supriadi, Reformasi Pendidikan Dalam Konteks Otonomi Daerah (Yogyakarta: Adicita Karya Nusa, 2001), hlm. 175-176.

10 Umberto Sihombing, “Konsep dan Pengembangan Pendidikan Berbasis Masyarakat”, dalam Fasli Jalal dan Dedi Supriadi, Reformasi Pendidikan... , hlm. 186.

11 Ibid. , hlm. 188

(36)

b. Tujuan Pendidikan Berbasis Masyarakat

Tujuan pendidkan berbasis masyarakat biasanya mengarah

pada isu-isu masyarakat seperti pelatihan karir, perhatian terhadap

lingkungan, pendidikan dasar, pendidikan keagamaan, penangan

masalah kesehatan, dan sebagainya.13 Tujuan pendidkan berbasis

masyarakat hakikatnya adalah pemberdayaan masyarakat ke arah yang

lebih baik demi terwujudnya masyarakat yang unggul dalam segala

bidang. Melalui pendidkan berbasis masyarakat, masyarakat

diberdayakan segala potensi dan kemampuan yang dimilikinya.

Pemberdayaan dan pendidikan ini berlangsung terus-menerus dan

seumur hidup (long life education).

Menurut E. Muyasa hubungan sekolah dengan masyarakat

bertujuan antara lain sebagai berikut: 1) Memajukan kualitas

pembelajaran dan pertumbuhan anak, 2) Memperkukuh tujuan serta

meningkatkan kualitas hidup dan penghidupan masyarakat, 3)

Menggairahkan masyarakat untuk menjalin hubungan dengan sekolah.

Undang-undang Republik Indonesia no 20 tahun 2003 tentang

sistem pendidikan nasional tentang peran serta masyarakat dalam

pendidikan yang tertuang pada pasal 54 ayat (1)

(37)

“Peran serta masyarakat dalam pendidikan meliputi peran serta perorangan, kelompok, keluarga, organisasi profisi, pengusaha dan organisasi kemasyarakatan dalam menyelenggarakan dan pengendalian mutu pada satuan pendidikan. Ayat (2) masyarakat dapat berperan serta sebagai sumber pelaksanaan dan pengguna hasil pendidikan.”

Demikian pula pendidikan berbasis masyarakat sebagaimana

yang tertuang pada pasal 55 ayat 1-4:

“Ayat(1) masyarakat berhak menyelenggarakan pendidikan

berbasis masyarakat pada pendidikan formal dan non formal sesuai dengan kekhasan agama, lingkungan sosial dan budaya untuk kepentingan masyarakat. Ayat (2) penyelenggaraan pendidikan berbasis mengembangkan dan melaksanakan kurikulum dan evaluasi pendidikan, serta manajemen dan pendanaannya sesuai dengan standard nasional pendidikan. Ayat (3) Dana penyelenggaraan pendidikan berbasis masyarakat dapat bersumber dari penyelenggaraan, masyarakat, pemerintah, pemerintah daerah dan / atau sumber lain yang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku; ayat (4) lembaga pendidikan berbasis masyarakat dapat memperoleh bantuan tekhnis, subsidi dana dan sumbe daya lain secara adil dan merata dari pemerintah dan / atau

pemerintah daerah.”

Sementara implikasi pendidikan berbasis masyarakat terhadap

masyarakat itu sendiri adalah 1) Masyarakat diberdayakan, 2)

Masyarakat diberi peluang untuk mengembangkan kemampuan, 3)

Masyarakat diberi kebebasan mendesain, merencanakan, membiayai,

mengelola, dan menilai diri.14 Lembaga pendidikan berbasis

masyarakat pada jalur pendidikan formal dan non formal dapat

memperoleh bantuan teknis, Subsidi dana dan Sumber daya lain yang

14

(38)

tata cara mengenai bantuan teknis,subsidi dana, dan sumber daya

lainnya.

Masyarakat melalui pendidikan berbasis masyarakat, akan

mampu mengembangkan potensi dan kemampuannya ke arah

perubahan. Pendidikan berbasis masyarakat menjadi model dalam

pemberdayaan masyarakat yang mengakomodasi kebutuhan dan

kepentingan masyarakat.

c. Peran dan Relasi Pemerintah dan Masyarakat dalam Pendidikan

Berbasis Masyarakat

Pendidikan berbasis masyarakat dalam pembelajaran berupaya

untuk mengaktualisasikan potensi dan kemampuan peserta didik

dengan mengakomodasinya melalui pendidikan yang dikelola dan

dilaksanakan oleh masyarakat. Masyarakat lebih mengetahui dan

menyadari kebutuhan dan segala hal yang diinginkannya daripada

pemerintah yang mungkin menyelenggarakan pendidikan yang

seragam dan beorientasi pada kepentingan tertentu. Namun perlu

disadari pula bahwa pendidikan berbasis masyarakat akan eksis dan

berjalan dengan baik manakala masyarakat tersebut memiliki

kesadaran dan berdaya dalam menyelenggarakan pendidikannya. Oleh

(39)

dalam arti hanya sebagai mitra bukan memberikan intervensinya

terhadap pendidikan berbasis masyarakat yang ada.

Peran pemerintah atau hubungan antara pemerintah dan

masyarakat dalam pendidikan berbasis masyarakat hendaknya

didasarkan pada hubungan kemitraan (partnership) artinya pemerintah

tidak lebih dari sekedar pelayan, fasilitator, pendamping, mitra, dan

penyandang dana bagi pendidikan berbasis masyarakat. Dengan

hubungan seperti ini pemerintah tidak mendominasi, memonopoli, dan

sebagainya atas lembaga pendidikan yang berbasis masyarakat.15 Pada

pendidikan berbasis masyarakat, masyarkatlah yang lebih banyak

mengambil keputusan.

Peran Pemerintah dalam PBM adalah 1) sebagai pelayan

masyarakat, 2) sebagai fasilitator, 3) sebagai pendamping, 4) sebagai

mitra, dan 5) sebagai penyandang dana.16 Sementara peran masyarakat

dalam PBM adalah 1) sebagai perencana, 2) sebagai pelaksana, 3)

sebagai pengambil kebijakan, dan 4) sebagai evaluator. Penjabarannya

adalah sebagai berikut:

a. Pelayan Masyarakat

15 Toto Suharto, Pendidikan Berbasis Masyarakat: Relasi Negara dan Masyarakat dalam Pendidikan (Yogyakarta: LKiS, 2012), hlm. 142-143.

(40)

Dalam mengembangkan pendidikan berbasis masyarakat

seharusnya pemerintah memberikan pelayanan terbaik bagi

masyarakat. Melayani masyarakat, merupakan pilar utama dalam

memberdayakan dan membantu masyarakat dalam menemukan

kekuatan dirinya untuk bisa berkembang secara optimal. Pemerintah

dengan semua aparat dan jajarannya perlu menampilkan diri sebagai

pelayan yang cepat tanggap, cepat memberikan perhatian, tidak

berbelit-belit, dan bukan minta dilayani. Masyarakat harus

diposisikan sebagai fokus pelayanan utama.

b. Fasilitator

Pemerintah seharusnya merupakan fasilitator yang ramah,

menyatu dengan masyarakat, bersahabat, menghargai masyarakat,

mampu menangkap aspirasi masyarakat, mampu membuka jalan,

mampu membantu menemukan peluang, mampu memberikan

dukungan, mampu meringankan beban pekerjaan masyarakat, mampu

menghidupkan komunikasi dan partisipasi masyarakat tanpa

masyarakat merasa terbebani.

c. Pendamping masyarakat

Pemerintah menjadi pendamping masyarkat yang setiap saat

(41)

masyarakat. Kemampuan petugas sebagai teman, sahabat, mitra setia

dalam membahas, mendiskusikan, membantu merencanakan dan

menyelenggarakan kegiatan yang dibutuhkan masyarakat perlu terus

dikembangkan. Sebagai pendamping, mereka dilatih untuk dapat

memberikan konstribusi pada masyarakat dalam memerankan diri

sebagai pendamping. Acuan kerja yang dipegangnya adalah tutwuri

handayani (mengikuti dari belakang, tetapi memberikan peringatan

bila akan terjadi penyimpangan). Pada saat yang tepat mereka mampu

menampilkan ing madya mangun karsa (bila berada di antara mereka,

petugas memberikan semangat), dan sebagai pendamping, petugas

harus dapat dijadikan panutan masyarakat (Ing ngarsa sung tulodo).

d. Mitra

Apabila berangkat dari konsep pemberdayaan yang

menempatkan masyarakat sebagai subjek, maka masyarakat harus

dianggap sebagai mitra. Hubungan dalam pengambilan keputusan

bersifat horizontal, sejajar, setara dalam satu jalur yang sama. Tidak

ada sifat ingin menang sendiri, ingin tampil sendiri, ingin

tenar/populer sendiri, atau ingin diakui sendiri. Sebagai mitra,

pemerintah harus dapat saling memberi, saling mengisi, saling

(42)

banyak campur tangan yang akan menyusahkan, membuat

masyarakat pasif dan akhirnya mematikan kreatifitas masyarakat

e. Penyandang Dana

Pemerintah harus memahami bahwa masyarakat yang dilayani

pada umumnya adalah masyarakat yang kurang mampu, baik dalam

ilmu maupun ekonomi. Belajar untuk belajar bukan menjadi tujuan,

tetapi belajar untuk hidup dalam arti bermata pencaharian yang layak.

Untuk itu diperlukan modal sebagai modal dasar untuk menerapkan

apa yang diyakininya dapat dijadikan sebagai sumber kehidupan dari

apa yang sudah dipelajarinya. Pemerintah berperan sebagai penyedia

dana yang dapat mendukung keseluruhan kegiatan pendidikan yang

diperlukan oleh masyarakat.

B. Perencanaan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat

Perencanaan merupakan proses manajemen yangpenting karena melalui

proses ini dapat ditentukan tujuan yang hendak dicapai melalui proses tersebut

disesuaikan dengan kebutuhan serta fakta-fakta di lapangan. Dalam proses

perencanaan PKBM sebagai suatu tempat untuk pendidikan masyarakat perlu

adanya suatu perencanaan yang baik dengan memperhatikan penggunaan

(43)

menjadi lembaga pendidikan yang mampu meningkatkan kualitas hidup

masyarakat dan mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas

PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat)17 merupakan suatu tempat

dimana seluruh kegiatan belajar masyarakat dalam rangka peningkatan

potensi yang dikelola dan diselenggarakan sendiri oleh masyarakat. Sejalan

dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta masalah-masalah

pendidikan masyarakat serta kebutuhan akan pendidikan masyarakat, definisi

PKBM terus disempurnakan terutama dengan perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi, kebutuhan lembaga, sasaran, kondisi daerah serta

model pengelolaan.18 PKBM adalah tempat atau wadah untuk mempersiapkan

warga masyarakat agar bisa lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan

hidupnya, termasuk dalam hal meningkakan pendapatannya

Keberadaan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) merupakan

bentuk respon terhadap adanya berbagai permasalahan di Indonesia yang

membutuhkan dukungan satuan pendidikan nonformal untuk memecahkannya

segara problematika tersebut. Masalah tersebut diantaranya (a) masih

tingginya angka buta aksara di indonesia yang mencapai 6,4 juta jiwa, (BPS:

2012), (b) jumlah masyarakat miskin di indonesia masih 29 juta, (BPS: 2013)

(c) angka drop out dan lulus tidak melanjutkan berkisar 1,7 juta anak setiap

17Untuk menghindari pengulangan yang tidak perlu maka frase Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat

dalam hal ini selanjutnya disingkat PKBM.

18 Umberto Sihombing, “Konsep dan Pengembangan Pendidikan Berbasis Masyarakat”, dalam

(44)

tahun (PDSP: 2012), (d) jumlah anak usia 0-6 tahun mencapai 31 juta anak

dan baru berkisar 62 % yang terlayani dengan pendidikan anak usia dini dan,

(e) kesenjangan pembangunan antar propinsi di indonesia masih tinggi.19

Dengan adanya satuan pendidikan nonformal di daerah diharapkan akan dapat

mengatasi buta aksara, kemiskinan dan melayani pendidikan bagi masyarakat

yang membutuhkan.

Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional disebutkan bahwa PKBM merupakan satuan pendidikan

nonformal. PKBM sebagai satuan pendidikan nonformal merupakan unit yang

sangat penting dalam pelaksanaan program pendidikan anak usia dini dan

program pendidikan nonformal.20 Posisi penting ini terletak pada banyaknya

sasaran program PAUD dan PNFI namun masih terbatasnya lembaga

pendidikan yang mampu menjalankan program sasaran tersebut.

Dalam Pedoman Pembentuka dan Penyelenggaraan PKBM Direktorat

Pembinaan Pendidikan Masyarakat Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia

Dini Nonformal Dan Informal Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan

tahun 2011 menyatakan bahwa:

”PKBM bukanlah suatu institusi yang dikelola secara personal, individual dan elitis. Dengan pemahaman ini tentunya akan lebih baik apabila PKBM tidak merupakan institusi yang dimiliki oleh perorangan atau kelompok elitis tertentu dalam suatu masyarakat. Tetapi keberadaan

19Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Pendiidkan Anak Usia DIni, Pendidikan Nonformal dan Informal Direktorat Pembinaan Pendidikan Masyarakat: Buku Petunjuk Tekhnik Mutu PKBM (Kemendikbud,2014)

(45)

penyelenggara maupun pengelola PKBM tentunya mencerminkan peran serta seluruh anggota masyarakat tersebut. Dalam situasi transisi ataupun situasi khusus tertentu peran perorangan atau tokoh-tokoh tertentu atau sekelompok anggota masyarakat tertentu dapat saja sangat dominan dalam penyelenggaraan dan pengelolaan PKBM demi efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan, prakteknya tidaklah menjadi kaku, dapat saja lebih fleksibel. PKBM itu milik masyarakat bukan milik pemerintah. Kontribusi pemerintah adalah dalam mendukung dan memfasilitasi keberlangsungan dan pengembangan PKBM dapat saja jauh lebih besar porsinya dibandingkan kontribusi masyarakat dalam nilai kuantitas tetapi semuanya itu haruslah diposisikan dalam kerangka dukungan bukan mengambil-alih tanggungjawab

masyarakat.”21

PKBM adalah sebuah lembaga pendidikan yang di dalamnya lebih

banyak melibatkan peran masyarakat dibanding campur tangan pemerintah di

luar system pendidikan formal dengan tujuan untuk memberikan kesempatan

bagi masyarakat yang belum mendapatkan fasilitas pendidikan untuk

memperbaiki kualitas kehidupan masyarakat.

Peran serta masyarakat dalam pendidikan luar sekolah atau nonformal

dapat dilakukan melalui Pusat Kegiatan Masyarakat (PKBM). Melalui

pendidikan yang dilakukan di PKBM, masyarakat diharapkan dapat

memberdayakan dirinya.

(46)

Perencanaan merupakan proses manajemen yangpenting karena

melalui proses ini dapat ditentukan tujuan yang hendak dicapai melalui proses

tersebut disesuaikan dengan kebutuhan serta fakta-fakta di lapangan. Dalam

proses perencanaan PKBM sebagai suatu tempat untuk pendidikan

masyarakat perlu adanya suatu perencanaan yang baik dengan memperhatikan

penggunaan strategi yang tepat, melalui perencanaaan yang matang PKBM

akan dapat menjadi lembaga pendidikan yang mampu meningkatkan kualitas

hidup masyarakat dan mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas

Adapun langkah-langkah yang harus di perhatikan dalam suatu proses

perencanaan PKBM berdasarkan Balai Pengembangan Kegiatan Belajar tahun

2001 adalah sebagai berikut:

1. Pendirian PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat)

Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat sebagai salah satu

satuan pendidikan nonformal yang sekaligus sebagai wadah/tempat

pembelajaran yang mencerminkan adanya upaya keswadayaan

masyarakat. Persiapan pembentukannya dapat diprakarsai oleh

perorangan/kelompok masyarakat atau organisasi yang berbadan

hukum, dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:

1) Mengidentifikasi dan menyiapkan persyaratan yang

dibutuhkan yang terdiri dari: a) telah

(47)

dapat dilaksanakan dan dikembangkan sesuai dengan

kebutuhan masyarakat setempat dengan menerapkan prinsip

dan jatidiri PKBM. b) Data peserta didik dan/atau calon

peserta didik/warga belajar. c) Tersedianya pendidik/ tutor

dan narasumber teknis sesuai kegiatan yang akan

dilaksanakan dan dikembangkan. d) Sarana dan prasarana

untuk penyelenggaraan kegiatan. e) Media dan Alat Peraga

pembelajaran yang dibutuhkan, f) Tergambarkannya

anggaran yang akan digunakan (sumber dan

peruntukannya), g) Data calon tenaga

kependidikan/penyelenggara PKBM maupun Program Kerja

yang akan dilaksanakan dan dikembangkan.

2) Penetapan Badan Musyawarah Komunitas yang melalui

musyawarah masyarakat setempat (komunitas) Minimal 3

orang (gasal), sesuaikan dengan kebutuhan dan Struktur

Pengelola yang terdiri dari minimal kepala, sekretaris dan

bedahara.

2. Administrasi Pendirian PKBM

Persyaratan administrasi minimal yang perlu dipenuhi untuk

(48)

1) Izin tetangga/Lingkungan dari Warga Masyarakat Sekitarnya.

2) Izin Domisili dari Kelurahan/Desa /Pemerintah Setempat.

3) Akta notaris. (berikut: Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah

Tangga (AD-ART).

4) NPWP atas nama PKBM jika ada.

5) Memiliki Rekening Bank atas nama PKBM.

6) Memiliki rekomendasi dari Forum Komunikasi PKBM

Kabupaten/Kota setempat.

7) Izin operasional dari instansi yang berwenang (mengikuti

ketentuan yang berlaku di daerahnya).

Selain persyaratan administrasi secara umum, sangat penting

memperhatikan komponen/dan patokan minimal untuk setiap satuan

jenis program PNFI yang akan dilaksanakan pada PKBM, seperti;

Peserta Didik/Warga Belajar, Kelompok Belajar, Sumber Belajar,

Penyelenggara/Pengelola/Pelaksana, Sarana Belajar, Tempat/Panti

Belajar, kegiatan, Ragi Belajar/Motivasi belajar, Dana

Belajar/Anggaran, dan Hasil Belajar. Pelayanan harus

memprioritaskan masyarakat disekitar PKBM sesuai dengan Program

PNFI menurut kebutuhan masyarakat dimasa mendatang. Perlu adanya

(49)

beraneka perbedaan serta mempersiapkan pemandirian PKBM melalui

unit-unit produksi yang relevan dengan kondisi dan permasalahan

lingkungan dimana PKBM berdiri.

Tujuan PKBM adalah untuk menggali, menumbuhkan,

mengembangkan, dan memanfaatkan seluruh potensi yang ada di

masyarakat itu sendiri. Dalam arti memberdayakan seluruh potensi

dan fasilitas pendidikan yang ada di desa sebagai upaya

membelajarkan masyarakat yang diarahkan untuk mendukung

pengentasan kemiskinan, dengan prinsip pengembangan dalam rangka

mewujudkan demokrasi bidang pendidikan. Pada sisi lain tujuan

PKBM adalah untuk lebih mendekatkan proses pelayanan pendidikan

terutama proses pelayanan pembelajaran yang dipadukan dengan

berbagai tuntutan, masalah-masalah yang terjadi di sekitar lingkungan

masyarakat itu sendiri.22 Terdapat tujuan penting dari pendirian

PKBM adalah untuk: a) Melayani masyarakat dengan berbagai

program pendidikan nonformal yang sesuai dengan masalah dan

kebutuhan masyarakat sekitar, b) Mendorong masyarakat agar mampu

memberdayakan potensi diri dan lingkungannya untuk meningkatkan

kualitas hidupnya, c) Memberikan fasilitasi bagi masyarakat yang

(50)

membutuhkan bantuan dalam memecahkan masalah kehidupannya.23

Kesadaran terhadap pentingnya pendidikan yang dapat emberikan

kesempatan bagi masyarakat yang membutuhkan pendidikan

merupakan peranan penting dari PKBM.

C. Pengorganisasian Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat

Pengorganisasian sebagai salah satu fungsi manajemen bertujuan

menciptakan hubungan yang baik antar tiap bagian sehingga mampu

melahirkan koordinasi yang baik antara atasan dengan bawahan dalam suatu

organisasi. Sehubungan dengan hal bahwa ada tiga langkah yang dapat

dilaksanakan dalam proses pengorganisasia diantaranya adalah: a)

Merancangkan struktur organisasi, b) Mendefinisikan wewenang,

pendelegasian wewenang dan tanggung jawab, dan c) Menetapkan hubungan

kerja.

1. Struktur Organisasi PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat)

a) Penetapan Badan Musyawarah Komunitas yang ditetapkan melalui

musyawarah masyarakat setempat (komunitas). Yang terdiri dari minimal 3

orang.

(51)

b) Struktur Pengelola

Pengelola PKBM ditetapkan melalui musyawarah masyarakat

(komunitas) setempat dengan struktur minimal terdiri dari ketua, sekretaris

dan bendahara.

2. Tugas dan Wewenang Struktur Organisasi PKBM

Penyelenggara yang ditetapkan dalam struktur tersebut

masing-masing memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:

a. Ketua

Ketua memiliki tugas dan wewenang untuk mengelola PKBM

secara profesional, demokratis, dan bermartabat, bersama-sama

pengurus lainnya merumuskan visi, misi, tujuan, dan Kegiatan

PKBM, memimpin rapat-rapat pengurus, menghadiri undangan

kegiatan atas nama lembaga, bertanggung jawab secara internal dan

eksternal atas penyelenggaraan PKBM, melakukan pengawasan

terhadap jalannya seluruh program kegiatan baik pada kegiatan

internal PKBM maupun kegiatan kemitraan dengan pihak lain.

b. Sekretaris

Sekretaris memiliki tugas dan wewnang yaitu: 1) menata

(52)

ke luar, 3) membuat konsep surat-suratengiventarisir sarana dan

prasarana serta kegiatan PKBM 4) menyusun data dan laporan

bulanan, semester dan tahunan PKBM.

c. Bendahara

Bendahara memiliki tugas dan wewenang yaitu 1) bersama

ketua membuka rekening bank atas nama PKBM, 2) menerima dan

mengelola keuangan, 3) menyusun rencana kebutuhan anggaran

PKBM, 4) mengeluarkan dan mendistribusikan keuangan PKBM

sesuai kebutuhan dan atas persetujuan ketua, 5) mencatat transaksi

keuangan pada pembukuan keuangan PKBM dan menyusun laporan

keuangan bulanan, semester dan tahunan PKBM.

Selain ketua, sekretaris dan bendara struktur organisasi PKBM terdiri

dari bagian yaitu:

a. Bidang Pembelajaran

Bidang pembelajaran memiliki tugas dan wewenang untuk 1)

merancang kegiatan pembelajaran, membuat jadwal pembelajaran, 2)

menyiapkan daftar hadir tutor yang mengajar, 3) menyiapkan daftar

hadir peserta didik, 4) mengevaluasi pelaksanaan tugas tutor dan

melaporkan kepada ketua penyelenggara.

(53)

Bidang usaha ekonomi produktif memiliki tugas dan

wewenang untuk: 1) merencanakan kegiatan usaha produktif atau

produksi yang diselenggarakan oleh PKBM dan/atau bekerjasama

dengan pihak lain, 2) merintis usaha baru yang berpotensi untuk

dikembangkan oleh masyarakat, 3) mencatat dan mengevaluasi

semua jenis usaha yang diselenggarakan PKBM, 4) memasarkan

hasil-hasil produk PKBM, 5) melaporkan perkembangan usaha yang

diselenggarakan PKBM kepada ketua, 6) mengembangkan

usaha-usaha inovatif yang dapat meningkatkan pendapatan/penghasilan

masyarakat sekitar.

c. Bidang pengembangan masyarakat

Bidang pengembangan masyarakat memiliki tugas dan wewenang

yaitu: 1) membuat rancangan kegiatan untuk meningkatkan

infrastruktur di lingkungan masyarakat, 2) merencanakan penggalian,

pengembangan dan pembudayaan bahasa dan budaya asli komunitas

tersebut, 3) melakukan pembaharuan sistem kaderisasi kepemimpinan

di masyarakat, 4) melakukan penyuluhan hukum, kesehatan,

lingkungan, merencanakan kegiatan sosial yang dapat dilaksanakan

bersama dengan masyarakat sekitar.

(54)

d. Pengurus

Pengurus dalam hal ini memiliki tugas dan wewenang yaitu 1)

mengidentifikasi kebutuhan masyarakat, masalah yang dihadapi

masyarakat, dan sumber daya yang ada dalam masyarakat, 2)

menganalisis data dasar, menentukan prioritas kebutuhan masyarakat

yang tepat sebagai dasar untuk pelaksanaan kegiatan, 3) melakukan

koordinasi dengan jaringan kerja terkait, 4) menyelenggarakan

pertemuan untuk berdiskusi dan bekerjasama dalam rangka

pengerahan sumber daya yang dibutuhkan (tenaga, dana, dan

bahan-bahan) untuk pengembangan masyarakat, 5) mensosialisasikan

kegiatan dan memberi kesempatan kepada warga untuk berpartisipasi

melalui kontribusi pemikiran maupun dukungan, 6)

memusyawarahkan rencana kegiatan PKBM, elaksanakan kegiatan

yang telah direncanakan. (mengorganisasikan kegiatan-kegiatan

PKBM), mendukung, memantau, menindaklanjuti, dan memecahkan

masalah.24

Untuk mendorong profesionalisme penyelenggaraan PKBM perlu

dipisahkan peran Pengelola PKBM, peran pembina/pembuat kebijakan dan

peran pengawas PKBM. Untuk itu Pengelola PKBM tidak diperkenankan

berasal dari unsur pejabat dibidang pendidikan non formal (pembina) dan

(55)

pemilik dibidang pendidikan non formal (pengawas).25 Struktur PKBM

minimal terdiri dari ketua, sekretaris dan bendahra dalam medukung tugas dan

wewenang ketua, sekretaris dan bendahara terdapat tugas dan wewenang

sebagai pengurus dan bidang-bidang.

D. Pelaksanaan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat

1. Pembelajaran PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat)

Pada prinsipnya pelaksanaan pembelajaran di PKBM tidak

jauh berbeda dengan pelaksanaan pembelajaran pada sistem

persekolahan, namun di dalam PKBM kegiatan pembelajaran lebih

berorientasi pada kebutuhan masyarakat setempat disesuaikan dengan

perkembangan ilmu pengetahuan serta tuntutan pasar, di samping itu

warga belajar yang ada di dalam PKBM tidak dibatasi oleh usia

sebagaimana dalam pendidikan persekolahan. Adapun kegiatan dalam

pelaksanaan PKBM berdasarkan Balai Pengembangan Kegiatan

Belajar tahun 2001 adalah: a) Memotivasi warga belajar, b)

Mengadakan dan atau mengembangkan bahan belajar pokok bagi

warga belajar dan bahan pengajaran pokok bagi tutor/ nara sumber; c)

Melaksanakan proses belajar mengajar; dan d) Menilai proses dan

hasil kegiatan mengajar secara berkala.

(56)

Pendidikan nonformal diselenggarakan dengan

langkah-langkah:

a. Pengorganisasian warga belajar, pengorganisasian warga

belajar dapat dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi

setempat mengelompokkan warga belajar sesuai dengan jenjang dan

jenis kegiatan, membentuk kelompok kecil pada setiap jenjang dan

jenis kegiatan berdasarkan kedekatan tempat.

b. Mengelompokkan warga belajar berdasarkan jenis

keterampilan yang dimiliki serta menetapkan jadwal pembelajaran

(untuk kegiatan yang telah ada standar minimalnya) pada setiap

periode waktu tertentu sesuai ketentuan standar minimal yang

ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini,

Nonformal dan Informal (PAUDNI),

c. Mempersiapkan administrasi pembelajaran (untuk kegiatan

yang telah ada standar minimalnya) adalah terdiri dari silabus, rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pada setiap pertemuan, media dan

alat peraga pembelajaran sesuai kebutuhannya, administrasi

pendukungan untuk pembelajaran, seperti; kumpulan soal-soal/latihan,

(57)

2. Pengendalian dan Pengevaluasian

Proses pelaksanaan kegiatan dalam berbagai bidang perlu

dikendalikan serta dievaluasi secara berkesinambungan guna

memperoleh hasil yang maksimal. Demikian halnya pelaksanaan

PKBM sebagai suatu wadah pengembangan sumber daya manusia,

karenanya Balai Pengembangan Kegiatan Belajar menetapkan

langkah-langkah:

a. Menyusun dan/atau mengkaji standar penilaian hasil belajar dan

disosialisasikan kepada para pendidik dan peserta didik, dengan

mengutaman materi pokok/utamanya

b. Melakukan penilaian hasil belajar sesuai dengan standar penilaan

(untuk kegiatan yang telah ada standar minimalnya) dan

dilaksanakan secara obyektif, transparan, bertanggung jawab dan

berkesinambungan serta memperhatikan kedalaman dari materi

yang telah diberikan pendidik

c. Penilaian hasil belajar didokumentasikan dalam buku daftar nilai

hasil belajar dan dilaksanakan perbaikan atau pendalaman bagi

peserta didik yang mendapat nilai dibawah standar yang telah

ditetapkan

d. Penilaian yang dilakukan meliputi semua unsur kompetensi dan

(58)

e. Hasil penilaian disampaikan kepada peserta didik dan pihak lain

yang memerlukan, yang terdiri dari penilain tertulis (Essay test,

isian singkat, pilihan ganda, benar salah), penilaian melalui

pengamatan/ observasi, eksperimen, penilaian tugas mandiri

dan/atau kelompok, penilaian portofolio.

3. Standarisasi Pelaksanaan PKBM (Pusat kegiatan Belajar

Masyarakat)

Tidak semua satuan pendidikan nonformal dapat diakui sebagai

PKBM. Satuan pendidikan nonformal dapat diakui sebagai PKBM

apabila minimal sebagai berikut:

1. Memiliki ruang perkantoran sebagai sekretariat dan pengurus,

lengkap dengan meubeler, komputer kerja, penerangan, jaringan

komunikasi, dan peralatan kantor beserta alat komunikasi berupa

web, email, telp, dan mesin fax. Status sarana dan prasarana

minimal memiliki jaminan penggunaan selama 5 tahun.26 Memiliki

ruang dan sarana tersebut di harapkan dapat memperikan

pelayanan pendidikan nonformal yang baik dalam melayani

masyarakat yang membutuhkan pendidikan.

2. Memiliki minimal 3 ruang belajar lengkap dengan fasilitas

pembelajaran dengan ukuran minimal 4 x 5 m2 lengkap dengan

Gambar

Tabel 4. Struktur Organisasi PKBM Budi Utama Surabaya .................................................
Gambar 7. Pelaksanaan Program Kegiatan Sekolah Kejar Paket PKBM Budi Utama di Gedung Baru..............................................................................................................................
Gambar 1. Peta Lokasi PKBM Budi Utama Surabaya
Gambar 2. Tempat Kegiatan PKBM Budi Utama Surabaya
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam Kegiatan posyandu selama ini ada beberapa faktor penghambatnya yaitu rendahnya kesadaran masyarakat untuk pergi ke posyandu, banyak ibu hamil yang tidak memanfaatkan

Pada hasil penelitian ini menggunakan metode retrospektif dari data Rekam Medik Kesehatan (RMK) pasien yang mempunyai diagnosis demam tifoid dan melakukan

Berdasarkan hal tersebut di atas, permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah apakah model kepemimpinan berpengaruh secara simultan signifikan

Simulasi dilakukan pada sistem pengecekan STNK di posko jalur keluar ITS untuk mendapatkan rekomendasi alokasi jumlah petugas sesuai dengan beban kerja optimal,

Faktor – faktor domestik dan eksternal yang mempengaruhi harga SB Latex di Indonesia adalah permintaan atau demand dari industri kertas tulis cetak dan industri karpet

yang sudah disiapkan oleh sekolah dan bisa menggunakan teknologi yang ada”.60 Sebagai salah satu strategi yang dilaksanakan oleh kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas kinerja

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian perlakuan anti MPS ecto-CIK dengan konsentrasi 0, 5, 10, dan15 µl dan lama inkubasi 5, 30, 60, dan 120 menghambat viabilitas

PKM ini meliputi intern dan eksteren. Dalam koordinasi tingkat intern, tim berkoordinasi dengan pihak kampus untuk mendapatkan dukungan berupa izin pelaksanaan