• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi komparasi efektifitas Perma No. 1 Tahun 2008 dan Perma No. 1 Tahun 2016 tentang prosedur mediasi terhadap peran mediator di Pengadilan Agama Sidoarjo.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi komparasi efektifitas Perma No. 1 Tahun 2008 dan Perma No. 1 Tahun 2016 tentang prosedur mediasi terhadap peran mediator di Pengadilan Agama Sidoarjo."

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

Skripsi yang berjudul Studi Komparasi Efektifitas Perma No. 1 Tahun 2008 dan Perma No. 1 Tahun 2016 Tentang Prosedur Mediasi Terhadap Peran Mediator Di ini merupakan hasil penelitian kualitatif yang bertujuan menjawab pertanyaan tentang bagaimana peran mediator dalam proses mediasi dan bagaimana studi komparasi efektifitas Perma No. 1 tahun 2008 dan Perma No. 1 tahun 2016 tentang prosedur mediasi di Pengadilan Agama Sidoarjo.

(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)

16 Aini Rahmawatik, “Peran Hakim Mediator dalam Menyelesaikan Perkara Nomor, 98/Pdt.G/2009/pa. SBY. tentang Cerai Gugat di Pengadilan Agama Surabaya (Perspektif PermaNomor 1 Tahun 2008), (Skripsi--Fakultas Syariah IAIN Sunan Ampel, Surabaya, 2010), 17. 17 Marjudi, “Fungsi Hakim Mediator dalam Mengoptimalkan Perdamaian Harta Bersama di Pengadilan Agama Kabupaten Kediri dalam Tinjauan Peraturan Mahkamah Agung RI No. 2

(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)

BAB II

KONSEP MEDIASI DAN MEDIATOR SERTA PENJELASAN PERATURAN

MAHKAMAH AGUNG RI NOMOR 1 TAHUN 2008 DAN 2016

A. Mediasi

1. Pengertian Mediasi

Dalam kamus besar bahasa indonesia, kata mediasi diberi arti

sebagai proses pengikutsertaan pihak ketiga dalam penyelesaian suatu

perselisihan sebagai penasehat.1

Pengertian mediasi yang diberikan kamus bahasa indonesia

mengandung 3 unsur penting. Pertama, mediasi merupakan proses

penyelesaian perselisihan atau sengketa yang terjadi antar dua pihak atau

lebih. Kedua, pihak yang terlibat dalam penyelesaian sengketa adalah

pihak-pihak yang berasal dari luar pihak yang bersengketa. Ketiga, pihak

yang terlibat dalam penyelesaian sengketa tersebut bertindak sebagai

penasehat dan tidak memiliki kewenangan apa-apa dalam pengambilan

keputusan.

J. Folberg dan A. Taylor lebih menekankan konsep mediasi pada

upaya yang dilakukan mediator dalam menjalankan kegiatan mediasi.2

Kedua ahli ini menyatakan bahwa penyelesaian sengketa melalui jalur

1 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa

Iindonesia (Jakarta: departemen pendidikan dan kebudayaan, 1988), 569.

2 Syahrizal Abbas, Mediasi dalam Hukum Syariah, Hukum adat, dan Hukum Nasional (Jakarta:

Kencana Prenada Media Group, 2011), 5., sebagaimana dikutip dari Folberg dan A. Taylor:

Mediation: A Comperhensive Guide to Resolving Conflict without Litigation (Cambridge: Cambridge University Press 1884), 7.

(29)

21

mediasi dilakukan secara bersa-sama oleh pihak yang bersengketa dan

dibantu oleh pihak yang netral. Mediator dapat mengembangkan dan

menawarkan pilihan penyelesaian sengketa, dan para pihak dapat pula

mempertimbangkan tawaran mediator sebagai suatu alternatif menuju

kesepakatan dalam penyelesaian sengketa.

Menurut Garry Goopaster, definisi mediasi yakni sebagai proses

negoisasi pemecahan masalah dimana pihak luar yang tidak memihak

(imparsial) bekerja sama dengan pihak-pihak yang bersengketa untuk

membantu mereka memperoleh kesepakatan perjanjian yang

memuaskan.3

Garry Goopaster memberikan pendapat tentang mediasi tidak

hanya terbatas pada pengertian bahasa, melainkan gambar keseluruhan

terkait proses kegiatan mediasi, serta tujuan dilakukannya mediasi

tersebut. Beliau menekankan bahwa mediasi adalah proses negoisasi

dimana pihak ketiga melakukan dialog dengan pihak yang bersangkutan

dan mencoba mencari kemungkinan penyelesasian dari sengketa yang

dimaksudkan.

Di indonesia, pengertian mediasi dapat ditemukan di Perma No. 1

tahun 2016 tentang prosedur mediasi. Mediasi adalah cara penyelesaian

sengketa melalui proses perundingan untuk memperoleh kesepakatan para

pihak dengan dibantu oleh mediator (Pasal 1 butir 1). Mediator adalah

hakim atau pihak lain yang memiliki sertifikat mediator sebagai pihak

3 Garry Goopaster, Negoisasi dan Mediasi: Sebuah Pedoman Negoisasi dan Penyelesaian

Sengketa Melalui Negoisasi (Jakarta: ELIPS Project. 1993), 201.

(30)

22

netral yang membantu para pihak dalam proses perundingan guna mencari

berbagai kemungkinan penyelesaian sengketa tanpa menggunakan cara

memutus atau memaksakan sebuah penyelesain (Pasal 1 butir 2).

Pengertian mediasi menurut Perma No. 1 tahun 2016 tidak jauh

berbeda dengan esensi mediasi yang dikemukakan oleh beberapa pakar

tersebut. Namun, pengertian ini menekankan pada satu aspek penting

yang mana mediator dituntut proaktif untuk mencari berbagai

kemungkinan penyelesaian sengketa, beberapa unsur penting dalam

mediasi antara lain sebagai berikut:

a. Mediasi adalah proses penyelesaian sengketa berdasarkan

perundingan

b. Mediator terlibat dan diterima para pihak yang bersengketa didalam

perundingan

c. Mediator bertugas membantu para pihak yang bersengketa untuk

mencari penyelesaian.

d. Mediator tidak mempunyai kewenangan membuat keputusan selama

perundingan berlangsung.

e. Tujuan mediasi adalah untuk mencapai atau menghasilkan

kesepakatan yang diterima pihak-pihak yang bersengketa guna

mengakhiri sengketa.4

2. Landasan Hukum Mediasi dalam Hukum Islam

4

Suyut Margono, ADR dan Arbitrase Proses Pelembagaan dan Aspek Hukum (Bogor: PT.Graha Indonesia, 2000), 59.

(31)

23

Dalam upaya perdamaian, tahap pertama yang harus dilakukan oleh

hakim dalam menyidangkan perdamaian kepada pihak-pihak yang

bersengketa adalah mengadakan perdamaian kepada pihak-pihak yang

bersengketa. Kewajiban hakim dalam mendamaikan pihak-pihak yang

berperkara adalah sejalan dengan tuntunan ajaran Islam. Ajaran Islam

memerintahkan agar menyelesaikan setiap perselisihan yang terjadi di antara

manusia sebaiknya dengan jalan perdamaian islah, ketentuan ini adalah

sejalan dengan firman Allah SWT dalam Al-Quran Surah Al- Hujurat Ayat

25 yang berbunyi, “Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara

karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada

Allah supaya kamu mendapat rahmat.”5 yakni bahwa jika dua golongan orang

beriman bertengkar maka damaikanlah mereka, perdamaian itu hendaklah

dilakukan dengan adil dan benar sebab Allah sangat mencintai orang yang

berlaku adil.6

Adapun landasan hukum dalam penerapan mediasi di Indonesia

diantaranya:

a. HIR Pasal 130 dan Rbg Pasal 154 telah mengatur lembaga perdamaian.

Hakim wajib terlebih dahulu mendamaikan para pihak yang berperkara

sebelum perkaranya diperiksa.

b. SEMA No. 1 tahun 2002 tentang pemberdayaan lembaga perdamaian

dalam Pasal 130 HIR/154 Rbg.

5Al-Qur’anulkarim, Surah Al-Hujurat ayat 9. 6

Abdul Manan, Penerapan Hukum Acara Perdata di Lingkungan Peradilan Agama (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2005), 151.

(32)

24

c. Perma No. 2 tahun 2003 tentang prosedur mediasi di pengadilan.

d. Perma No. 1 tahun 2008 tentang prosedur mediasi di pengadilan.

e. Mediasi atau APS di luar Pengadilan diatur dalam Pasal 6 UU Nomor 30

tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa.

3. Tujuan dan Manfaat Mediasi.

Sebagaimana umumnya lembaga alternatif penyelesaian sengketa

yang lain, maka tujuan dan manfaat mediasi masih terkait dengan

karakteristik umum keunggulan dan manfaat yang terdapat pada alternatif

penyelesaian sengketa antara lain, yaitu:

a. Relatif lebih murah dibandingkan dengan alternatif-alternatif yang lain

b. Adanya kecenderungan dari pihak yang bersengketa untuk menerima dan

adanya rasa memiliki putusan mediasi

c. Dapat menjadi dasar bagi pihak yang bersengketa untuk menegosiasikan

sendiri sengketa-sengketa yang mungkin timbul dikemudian hari.

d. Terbukanya kesempatan untuk menelaah masalah-masalah yang

merupakan dasar dari suatu sengketa

e. Membuka kemungkinan adanya saling percayaan diantara pihak yang

bersengketa sehingga dapat dihindari rasa permusuhan dan dendam.7

f. Dalam pelaksanaan mediasi segala hal yang diungkap serta sifat acara

mediasi adalah rahasia. Berbeda dengan cara litigasi yang sifatnya

terbuka untuk umum, sifat tidak terbuka untuk umum ini bisa membuat

pihak-pihak yang bersengketa merasa nyaman selama pelaksanaan

7 Munir Fuady, Arbitrase Nasional: Alternative Penyelesaian Sengketa Bisnis (Bandung: PT. Citra

Aditya Bakti: 2005), 50.

(33)

25

mediasi dalam rangka penyelesaian sengketa. Karena tanpa adanya

kekhawatiran sengketa yang terjadi diantara mereka menjadi perhatian

publik.

g. Penyelesaian melalui mediasi mempersingkat waktu penyelesaian

berperkara, memperingan beban ekonomi keuangan, dan yang tidak kalah

penting adalah mengurangi beban psikologis yang akan mempengaruhi

berbagai sikap dan kegiatan pihak yang berperkara.8

h. Salah satu manfaat mediasi apabila dilihat dari kekuatan putusan yang

dihasilkan adalah karena pada hakekatnya mekanisme mediasi adalah

upaya untuk mengarahkan para pihak yang bersengketa agar

menyelesaikan sengketa yang terjadi dengan perdamaian maka kekuatan

hukum mediasi tidak jauh berbeda dengan kekuatan akta perdamian.

Putusan perdamaian hasil mediasi mempunyai kekuatan eksekutorial

sebagaimana putusan yang dihasilkan dari persidangan (proses litigasi).

i. Apabila sudah tercapai kesepakatan para pihak, maka hakim tinggal

membuatkan yang dalam amar putusan menjatuhkan putusan sesuai

dengan isi persetujuan dictum (amar): menghukum para pihak untuk

menaati dan melaksanakan isi persetujuan perdamaian amar putusannya

selanjutnya adalah “menghukum para pihak membayar biaya perkara

dengan ditanggung masing-masing pihak secara sama besar”.

8 Bagir Manan, Mediasi Sebagai Alternative Menyelesaikan Sengketa, Majalah Hukum Varia

Peradilan, No. 24 (8 juli 2006), 9.

(34)

26

j. Bagi Mahkamah Agung, apabila mediasi di pengadilan bisa terlaksana

dengan baik, maka hal itu akan mengurangi tumpukan perkara yang harus

diselesaikan oleh Mahkamah Agung.

k. Pemberdayaan individu. Orang yang menegosiasikan sendiri masalahnya

sering kali merasa mempunyai lebih banyak kuasa daripada mereka yang

melakukan advokasi melalui wakil seperti pengacara.

4. Proses Mediasi

Tahap pramediasi adalah tahap dimana para pihak mendapatkan

tawaran dari hakim untuk menggunakan jalur mediasi dan para pihak

menunjuk mediator sebagai pihak ketiga yang akan membantu menyelesaikan

sengketa mereka.

Konvach membagi proses mediasi ke dalam sembilan tahapan, yakni

sebagai berikut:9

a. Penataan atau pengaturan awal

b. Pengantar atau pembukaan oleh mediator

c. Pernyataan pembukaan oleh para pihak

d. Pengumpulan informasi

e. Identifikasi masalah-masalah, penyusunan agenda dan kaukus

f. Membangkitkan pilihan-pilihan pemecahan

g. Melakukan tawar-menawar

h. Kesepakatan

i. Penutup

9 Suyud Margono, Alternative Dispute Resolution dan Abritase..., 63.

(35)

27

Perma No. 01 tahun 2008 yaitu tahap pra mediasi dan tahap proses

mediasi Perma No. 01 tahun 2008 Pasal 1 ayat (9) sebagai berikut:10

10 M. Yahya Harahap, Hukum Acara PERDATA, Cet, VIII..., 247.

(36)

28

a. Tahap pra mediasi

1) Pada hari sidang yang telah ditentukan yang dihadiri kedua belah

pihak, hakim mewajibkan para pihak untuk menempuh mediasi.

2) Ketidakhadiran pihak turut tergugat tidak menghalangi pelaksanaan

mediasi.

3) Hakim, melalui kuasa hukum atau langsung kepada para pihak,

mendorong para pihak untuk berperan langsung atau aktif dalam

proses mediasi.

4) Kuasa hukum para pihak berkewajiban mendorong para pihak sendiri

ber[eran langsung atau aktif dalam proses mediasi.

5) Hakim wajib menunda proses persidangan perkara untuk memberikan

kesempatan kepasa para pihak menempuh proses mediasi.

6) Hakim wajib menjelaskan prosedur mediasi dalam PERMAkepada

para pihak.

b. Tahap-tahap proses mediasi.

1) Dalam waktu paling lama 5 (lima) hari kerja setelah para pihak

menunjuk mediator yang disepakati, masing-masing pihak dapat

menyerahkan resume perkara kepada satu sama lain dan kepada

mediator.

2) Dalam waktu paling lama 5 (lima) hari kerja setelah para pihak gagal

memilih mediator, masing-masing pihak dapat menyerahkan resume

(37)

29

3) Proses mediasi berlangsung paling lama 40 (empat puluh) hari kerja

sejak mediator dipilih oleh para pihak atau ditunjuk oleh ketua mejelis

hakim sebagaimana dimaksud dalam pasal 11 ayat (5) dan (6).

4) Atas dasar kesepakatan para pihak, jangka waktu mediasi dapat

diperpanjang paling lama 14 (empat belas) hari kerja sejak berakhir

masa 40 (empat puluh) hari kerja sejak berakhir masa 40 (empat

puluh) hari sebagimana dimaksud dalam ayat 3.

5) Jangka waktu proses mediasi tidak termasuk jangka waktu

pemeriksaan perkara.

6) Jika diperlukan dan atas dasar kesepkatan para pihak, mediasi dalapat

dilakukan secara jarak jauh dengan menggunakan alat komunikasi.11

B. Mediator

1. Pengetian Mediator

Mediator adalah Perantara (penghubung, penengah) bagi

pihak-pihak yang bersengketa itu atau mediator adalah seseorang yang

independen dalam mediasi dan bertugas membantu dan mendorong Para

Pihak yang bersengketa.12

Mediator dalam Islam disebut dengan Hakam. Hakam ialah

seorang utusan atau delegasi daripihak yang bersengketa (suami istri),

yang dilibatkan dalam penyelesaian sengketa antara keduannya. Tetapi

11 Perma No. 01 tahun 2008 tentang prosedur mediasi di Pengadilan.

12 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa

Indonesia (Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1998), 569.

(38)

30

dalam kondisi tertentu Majelis hakim dapat mengangkat Hakam yang

bukan dari pihak keluarga para pihak, diantaranya yang berasal dari

mediator yang sudah ditetapkan oleh lembaga Tahkim.13

2. Persyaratan Mediator

Pemilihan atau penunjukan mediator dilakukan oleh para pihak

yang bersengketa atau melalui kuasa hukumnya dari daftar mediator yang

telah terdaftar di pengadilan atau mediator atau mediator di luar

pengadilan. Apabila tidak terjadi kesepakatan tentang penggunaan

mediator di dalam atau di luar daftar pengadilan, maka ketua majelis

hakim berwenang menunjuk mediator dari daftar mediator tingkat

pengadilan pertama dengan suatu penetapan. Menurut pasal 8 ayat (1)

Perma No. 01 tahun 2008 memberikan kriteria bahwa para pihak berhak

memilih mediator di antara pilihan-pilihan berikut:

a. Hakim bukan pemeriksa perkara pada pengadilan yang bersangkutan.

b. Advokat atau akademisi hukum.

c. Profesi bukan hukum yang dianggap para pihak menguasai atau

berpengalaman dalam pokok sengketa.

d. Hakim majelis pemeriksa perkara yaitu gabungan antara mediator

yang disebut dalam butir a dan d, atau gabungan butir b dan d, atau

gabungan butir c dan d.

Pada hakekatnya mediator harus mampu berorientasi pada

keseragaman tindakan dan pola pikir dari masing-masing pihak yang

13 Muhammad Syaifullah, Mediasi dalam Tinjauan Hukum Islam dan Hukum positif di Indonesia

(Semarang : Walisongo Press, 2009), 12.

(39)

31

bersengketa, sehingga diharapkan dapat menciptakan pengembangan

lebih luas dalam penyikapan sengketa yang diajukan secara formil, jadi

mediator dengan bahasa para pihak, mendengarkan secara aktif,

menekankan pada keuntungan potensial, meminimalkan

perbedaan-perbedaan, dan menitikberatkan persamaan.14

3. Pengangkatan Mediator

Pengangkatan mediator sangar tergantung pada situasi dimana

mediasi dijalankan. Bila mediasi dijalankan oleh lembaga formal seperti

pengadilan maupun lembaga penyedia jasa mediasi, maka pengangkatan

mediator mengikuti ketentuan peraturan perundang- undangan sedangkan

bila mediasi dijalankan oleh mediator yang berasal dari anggota

masyarakat, maka pengangkatan mediator tidak mengikat dengan

kententuan formal.15

Prinsip utama untuk pengangkatan mediator adalah harus

memenuhi persyaratan kemampuan personal dan persyaratan yang

berhubungan dengan masalah sengketa para pihak. Jika persyaratan ini

telah dipenuhi baru mediator dapat menjalankan mediasi.16

4. Peran Mediator

Peran mediator dalam proses mediasi adalah sebagai penengah

yang menengahi suatu sengketa yang dihadapi oleh para pihak serta

14 Gatot sumartono, Abritase dan Mediasi di Indonesia..., 121.

15 Ramdani Wahyu, “Pelaksanaan hakam dan mediasi di pengadilan Agama“, dalam

http://www.fshuinsgd.ac.id/2012/04/20/pelaksanaa-hakam-dan-mediasi-di-oengadilan-agama/, diakses pada 20 Mei 2017.

16 Syahrizal Abbas, Mediasi dalam prespektif hukum syariah..., 70-71.

(40)

32

membantu para pihak untuk menyelesaikannya. Seorang mediator juga

diharapkan dapat merumuskan berbagai pilihan penyelesaian sengketa

yang dapat diterima dan memuaskan kedua belah pihak, setidaknya pera

utama seorang mediator adalah mempertemukan kepentingan yang saling

berbeda antara para pihak agar mencapai titik temu yang dapat dijadikan

sebagai titik temu penyelesaian masalah yang sedang dihadapi.17

Sebagai pihak yang netral yang melayani kedua belah pihak,

mediator juga harus mampu melakukan interaksi dengan para pihak, baik

secara bersama atau individu, dan membawa mereka pada tiga tahap

sebagai berikut:

a. Memfokuskan pada upaya membuka komunikasi diantara para pihak

b. Memanfaatkan komunikasi tersebut untuk menjembatani atau

menciptakan saling pengertian diantara para pihak (berdasarkan

persepsi mereka atas perselisihan tersebut dan kekuatan serta

kelemahan masing-masing).

c. Memfokuskan pada munculnya penyelesaian sengketa.18

Jadi, mediator diharapkan mampu bersikap netral, membina

hubungan baik dengan kedua belah pihak yang bersengketa, berbicara

dengan bahsa yang mudah dipahami oleh para pihak, mendengarkan

secara aktif, menekankan pada keuntungan potensial, meminimalisir

perbedaan dan menitik beratkan pada persamaan, yang semuanya

1717 Rahmadi usman, Pilihan Penyelesaian Sengketa (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2003), 86. 18 Gatot Soemarno, Arbitrase dan Mediasi di Indonesia..., 136-137.

(41)

33

bertujuan untuk membantu para pihak bernegosiasi secara lebih baik atas

suatu penyelesaian.19

Howard Raiffa melihat peran mediator sebagai sebuah garis

rentang dari sisi peran yang terlemah hingga sisi peran yang terkuat. Sisi

peran yang lemah adalah apabila mediator hanya melaksanakan peran

sebagai berikut:20

a. Penyelenggara pertemuan.

b. Pemimpin diskusi netral.

c. Pemelihara atau penjaga aturan perundingan agar proses perundingan

berlangsung secara beradab.

d. Pengendali emosi semua pihak.

e. Pendorong pihak/perunding yang kurang mampu yang mampu atau

segan mengemukakan pandangannya.

Sisi peran yang kuat mediator adalah bila dalam perundingan

mediator mengerjakan /melakukan hal-hal berikut:

a. Mempersiapkan dan membuat notulen perundingan.

b. Merumuskan titik temu/kesepakatan para pihak.

c. Membantu para pihak agar menyadari bawa sengketa bukan sebuah

pertarungan untuk dimenangkan, melainkan diselesaikan.

d. Menyusun dan mengusulkan alternatif pemecahan masalah.

e. Membantu para pihak menganalisis alternatif pemecahan masalah.

19 Ibid., 121.

20 Howard Raiffa, The Art and Science of Negotiation (Massachussetts: Harvard University Press,

1982), 218-219. Lihat pula Suyud Margono, Alternative Dispute Resolution dan Arbitrase : Proses Pelembagaan dan Aspek Hukum (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2000), 59- 60.

(42)

34

5. Langkah kerja mediator

Langkah kerja yang akan ditempuh mediator diberitahukan kepada

para pihak sehingga mereka dapat mempersiapkan diri menghadapi

proses mediasi. Langkah tersebut dapat tergambar jelas langkah-langkah

yang akan dilalui bersama antara para pihak dengan mediator hal ini

cukup berarti guna menepis kesan bahwa penyelesaian sengketa melalui

mediasi sangat berbelit dan sulit diwujudkan, sehingga sebagai bagian

kalangan tidak begitu tertarik penyelesaian sengketa melalui jalur

mediasi, Berikut beberapa penjelasan mengenai langkah kerja mediator:

a. Pramediasi, langkah ini menjelaskan bahwa mediator dapat

melakukan pengenalan awal terhadap permasalahan utama yang

dipersengketakan para pihak. Mediator harus dapat memahami

permasalahan melalui kontak dengan para pihak, sehingga ia

memiliki persepsi tersendiri. Hal ini penting bagi mediator karena

sebelum memulai mediasi ia sudah memiliki gambaran umum

mengenai sengketa, sehingga dapat menentukan layak tidaknya

persoalan tersebut diselesaikan melalui jalur mediasi.

b. Sambutan mediator, langkah ini menjelaskan bahwa mediator hanya

berperan membantu para pihak dalam penyelesaian sengketa dan ia

tidak memiliki kewenangan apapun dalam pengambilan keputusan.

Sebuah proses mediasi pihak yang paling berperan adalah

pihak-pihak yang bersengketa atau yang mewakili mereka. Mediator

(43)

35

kesepakatan antara pihak-pihak yang bersengketa. mediator sama

sekali tidak dibenarkan untuk menentukan arah apalagi menetapkan

bentuk maupun isi penyelesaian yang harus diterima para pihak.

Namun, mediator diperbolehkan menawarkan pihak-pihak

berdasarkan usul pihak-pihak yang bersengketa untuk sekedar

meminimalisir perbedaan diantara mereka sehingga terjadi

kesepakatan.21

c. Pada kesempatan yang sama mediator juga harus meyakinkan

kembali para pihak yang masih ragu tentang proses mediasi, karena

hal ini penting untuk memperkuat landasan dan posisi mereka menuju

tahap selanjutnya dari mediasi. Mediator bersama para pihak

menyusun aturan yang harus diikuti bersama dalam menjalankan

proses mediasi selanjutnya. Hal ini penting bagi mediator sebagai

orang yang diberi kepercayaan untuk mengontrol jalannya mediasi.

d. Presentasi para pihak, pada langkah ini mediator memberikan

kesempatan kepada para pihak untuk menceritakan dan

mempersentasikan permasalahan masing-masing secara mendalam.

Mediator membuat ringkasan setelah masing-masing pihak

menyelesaikan presentasinya ringkasan tersebut dipedengarkan

kembali kepada para pihak, agar mereka benar-benar memahaminya.

21

M. Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata Tentang Gugatan, Persidangan, Penyitaan, Pembuktian, dan Putusan Pengadilan.., 13.

(44)

36

e. Identifikasi masalah, mediator harus mengidentifikasi masalah utama

yang dipersengketakan, dan melihat persoalan yang kelihatannya

disepakati bahwa dalam bahasa presentasi para pihak .

f. Mendefinisikan dan mengurutkan permasalahan, pada langkah ini

mediator

menyusun hasil presentasi para pihak dalam dua bentuk kategori

yaitu permasalahkan yang diperselisihkan dan permasalahkan yang

disepakati. Persoalan-persoalan tersebut diurutkan dalam suatu

daftar, yang dimulai dari persoalan yang telah disepakati sampai yang

masih diperselisihkan. Mediator memberikan kesempatan kepada

para pihak untuk memilih persoalan mana yang mendapat prioritas

untuk didiskusikan.

g. Negosiasi, langkah ini merupakan langkah penting dimana para pihak

sudah memulai membicarakan strategi dan

kemungkinan-kemungkinan untuk memperoleh kesepakatan. Langkah ini biasanya

memerlukan waktu yang agak lama karena para pihak sudah memulai

diskusi mengenai tawaran yang mungkin mereka sepakati bersama.

h. Perumusan kesepakatan, jika di dalam mediasi telah ditemukan

beberapa kesepakatan antara para pihak, maka mediator dapat

merumuskan dalam bahasa tulisan yang mudah dipahami dan

dimengerti oleh kedua belah pihak. Rumusan kesepakatan tersebut

(45)

37

akan menjadi bahan penting dalam perumusan keputusan akhir

nantinya.

i. Mencatat keputusan akhir, sebelum keputusan akhir dibuat, para

pihak dikumpulkan dalam suatu pertemuan untuk mendiskusikan

kembali kesepakatan yang telah dirumuskan. Hal ini perlu dilakukan,

mengingat mediator harus memastikan bahwa seluruh isu sudah

dibahas. Para pihak merasa puas dan tidak ada halangan lagi yang

mengganjal dari keduanya, dan mereka siap membuat keputusan

akhir, mediator meminta komitmen kesepakatan akhir dari para

pihak, dan setelah mereka memberikan komitmen tersebut maka

keputusan yang dibuat dituangkan dalam bentuk tulisan berupa

perjanjian mediasi.

j. Penutup mediasi, pada langkah ini mediator mengingatkan bahwa

keputusan yang diambil dalam mediasi adalah keputusan yang dibuat

bersama oleh masing-masing pihak, dan mengingatkan apa yang

semestinya dilakukan oleh kedua belah pihak pasca mediasi, dengan

berakhirnya langkah ini, maka secara formal mediasi telah selesai.

C. Perbedaan Perma No.1 tahun 2008 dan Perma No. 1 tahun 2016

Terbitnya Perma No.1 tahun 2016 tentang prosedur mediasi di

Pengadilan disambut baik oleh Asosiasi Pengacara Syariah Indonesia

(46)

38

beberapa hal penting yang menjadi pembeda antara Perma No. 1 tahun 2016

dengan Perma No. 1 tahun 2008 tentang mediasi.22

Pertama, terkait batas waktu mediasi yang lebih singkat dari 40 hari

menjadi 30 hari terhitung sejak penetapan perintah melakukan Mediasi.

Kedua, adanya kewajiban bagi para pihak (inpersoon) untuk menghadiri

secara langsung pertemuan Mediasi dengan atau tanpa didampingi oleh

kuasa hukum, kecuali ada alasan sah seperti kondisi kesehatan yang tidak

memungkinkan hadir dalam pertemuan Mediasi berdasarkan surat

keterangan dokter; di bawah pengampuan; mempunyai tempat tinggal,

kediaman atau kedudukan di luar negeri; atau menjalankan tugas negara,

tuntutan profesi atau pekerjaan yang tidak dapat ditinggalkan.

Ketiga, hal yang paling baru adalah adanya aturan tentang Iktikad

Baik dalam proses mediasi dan akibat hukum para pihak yang tidak

beriktikad baik dalam proses mediasi. Pasal 7 menyatakan: (1) Para Pihak

dan/atau kuasa hukumnya wajib menempuh Mediasi dengan iktikad baik. 2)

Salah satu pihak atau para pihak dan/atau kuasa hukumnya dapat dinyatakan

tidak beriktikad baik oleh Mediator dalam hal yang bersangkutan:23

a. tidak hadir setelah dipanggil secara patut 2 (dua) kali berturut-turut

dalam pertemuan Mediasi tanpa alasan sah;

22 Sumber:

http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt56bb2d4541fd5/ini-poin-penting-yang-diatur-dalam-perma-no1-tahun-2016, di akses pada 7-Juni-2017.

23 Perma No.1 tahun 2016 tentang prosedur mediasi.

(47)

39

b. menghadiri pertemuan Mediasi pertama, tetapi tidak pernah hadir pada

pertemuan berikutnya meskipun telah dipanggil secara patut 2 (dua) kali

berturut-turut tanpa alasan sah;

c. ketidakhadiran berulang-ulang yang mengganggu jadwal pertemuan

Mediasi tanpa alasan sah;

d. menghadiri pertemuan Mediasi, tetapi tidak mengajukan dan/atau tidak

menanggapi Resume Perkara pihak lain; dan/atau

e. tidak menandatangani konsep Kesepakatan Perdamaian yang telah

disepakati tanpa alasan sah.

apabila penggugat dinyatakan tidak beriktikad baik dalam proses

Mediasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2), maka berdasarkan

Pasal 23, gugatan dinyatakan tidak dapat diterima oleh hakim pemeriksa

perkara. Hal ini ditegaskan dalam Pasal 22 Perma No.1 tahun 2016.

Penggugat yang dinyatakan tidak beriktikad baik sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dikenai pula kewajiban pembayaran biaya mediasi.

Mediator menyampaikan laporan penggugat tidak beriktikad baik kepada

hakim pemeriksa perkara disertai rekomendasi pengenaan biaya mediasi dan

perhitungan besarannya dalam laporan ketidakberhasilan atau tidak dapat

dilaksanakannya mediasi.

Berdasarkan laporan mediator sebagaimana dimaksud pada ayat (3),

Hakim pemeriksa perkara mengeluarkan putusan yang merupakan putusan

akhir yang menyatakan gugatan tidak dapat diterima disertai penghukuman

(48)

40

Biaya mediasi sebagai penghukuman kepada penggugat dapat diambil

dari panjar biaya perkara atau pembayaran tersendiri oleh penggugat dan

diserahkan kepada tergugat melalui kepaniteraan Pengadilan. Apabila

Tergugat yang dinyatakan tidak beriktikad baik sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 7 ayat (2), dikenai kewajiban pembayaran biaya mediasi.

Mediator menyampaikan laporan tergugat tidak beriktikad baik kepada

hakim pemeriksa perkara disertai rekomendasi pengenaan biaya mediasi dan

perhitungan besarannya dalam laporan ketidakberhasilan atau tidak dapat

dilaksanakannya Mediasi.

Berdasarkan laporan Mediator sebagaimana dimaksud pada ayat (2),

sebelum melanjutkan pemeriksaan, hakim pemeriksa perkara dalam

persidangan yang ditetapkan berikutnya wajib mengeluarkan penetapan yang

menyatakan tergugat tidak beriktikad baik dan menghukum tergugat untuk

membayar biaya mediasi.

Biaya mediasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) merupakan bagian

dari biaya perkara yang wajib disebutkan dalam amar putusan akhir. Dalam

hal tergugat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dimenangkan dalam

putusan, amar putusan menyatakan biaya mediasi dibebankan kepada

tergugat, sedangkan biaya perkara tetap dibebankan kepada penggugat

sebagai pihak yang kalah.

Dalam perkara perceraian di lingkungan peradilan agama, tergugat

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihukum membayar biaya mediasi,

(49)

41

mediasi oleh tergugat yang akan diserahkan kepada penggugat melalui

kepaniteraan Pengadilan mengikuti pelaksanaan putusan yang telah

berkekuatan hukum tetap. Dalam hal para pihak secara bersama-sama

dinyatakan tidak beriktikad baik oleh mediator, gugatan dinyatakan tidak

dapat diterima oleh hakim pemeriksa perkara tanpa penghukuman biaya

(50)

BAB III

PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN DI PENGADILAN AGAMA SIDOARJO

A. Gambaran Umum Pengadilan Agama Sidoarjo1

Pengadilan Agama Sidoarjo dibentuk berdasarkan Keputusan

Presiden Republik Indonesia Nomor 152 jo. Tahun 1937 Nomor 116 dan 610

dan diresmikan pada Tahun 1882. Gedung Pengadilan Agama berada di Jl.

Hasanuddin No. 90, kecamatan Sidoarjo, kabupaten Sidoarjo 61516, telp.

(031) 8921012 Fax : 031-8963153.

Demi terwujudnya Badan Peradilan Agama yang Agung Pengadilan

Agama Sidoarjo akan selalu berusaha: Meningkatkan Profesionalitas

Aparatur Peradilan Agama menujudkan manajemen Peradilan Agama yang

modern, Meningkatkan akses masyarakat terhadap peradilan agama,

Akuntabilitas dan Transparasi badan peradilan. Dengan visi & misi sebagai

berikut :

VISI: Terwujudnya Badan Peradilan Indonesia Yang Agung

MISI:

1. Mewujudkan rasa keadilan sesuai dengan Undang-undang dan peraturan

yang berlaku, serta memenuhi rasa keadilan masyarakat.

2. Mewujudkan peradilan yang mandiri, bebas dari campur tangan pihak

lain, tidak memihak dan transparan.

3. Memperbaiki akses pelayanan kepada masyarakat di bidang peradilan.

4. Memperbaiki kualitas input internal pada proses peradilan.

1Muhammad Jumhari, “Profil Pengadilan Agama Sidoarjo“ dalam http://www. Pa-sidoarjo.go.id/,

di akses pada 7 Juni 2017.

(51)

42

5. Mewujudkan institusi peradilan yang efektif, efisien, bermartabat dan

dihormati.

B. Wilayah Hukum Pengadilan Agama Sidoarjo

Pengadilan Agama Sidoarjo adalah lembaga peradilan berstatus kelas

1A yang berada di bawah lingkungan Pengadilan Tinggi Agama Jawa Timur.

Pengadilan Agama Sidoarjo terletak di Jl. Hasanuddin No. 90, kecamatan

Sidoarjo, kabupaten Sidoarjo 61516 Jawa Timur. Wilayah hukumnya

meliputi daerah kota/kabupaten Sidoarjo.2

NO. KECAMATAN KELURAHAN/ DESA

1. Balongbendo Bakalan

Wringinpitu

Bakung Pringgodani

Bakung Temenggungan Balongbendo Bogem Pinggir Gagang Kepuhsari

Jabaran Jeruk Legi Kedung Sukodani

Kemangsen Penambangan Seduri

Seketi Singkalan Sumokembangsri

Suwaluh Waruberon Watesari

Wonokarang Wonokupang

2. Buduran Banjarkemantren Banjarsari Buduran

Damarsi Dukuhtengah Entalsewu

Pagerwojo Prasung Sawohan

Sidokepung Sidokerto Sidomulyo

Siwalan Panji Sukorejo Wadungasih

3. Candi Balongdowo Balonggabus Bligo

Candi Durungbanjar Durungbedug

Gelam Jambangan Kalipecabean

Karangtanjung Kebunsari Kedung peluk

Kedung kendo Kendalpecabean Klurak

2

Muhammad Jumhari, “Wilayah Yuridiksi“ dalam http://www. Pa-sidoarjo.go.id/, di akses pada 7 Juni 2017.

(52)

43

Larangan Ngampelsari Sepande

Sidodadi Sugih waras Sumokali

Sumorame Tenggulunan Wedoro klurak

4. Gedangan Bangah Ganting Gedangan

Gemurung Karangbong Keboananom

Keboansikep Ketajen Kragan

Punggul Sawotratap Semambung

Sruni Tebel Wedi

5. Jabon Balongtani Besuki Dukuhsari

Jemirahan Keboguyang Kedungcangkring

Kedungpandan Kedungrejo Kupang

Panggreh Pejarakan Permisan

Semambung Tambak

Kalisogo

Trompoasri

6. Krembung Balong Garut Cangkring Gading

Jenggot Kandangan Kedungrawan

Kedungsumur Keper Keret

Krembung Lemujut Mojoruntut

Ploso Rejeni Tambakrejo

Tanjeg Wagir Wangkal Waung

Wonomlati

7. Krian Barengkrajan Gamping Jatikalang

Jeruk Gamping Junwangi Katrungan

Katerungan

Keboharan Kemasan Kraton

Krian Ponokawan Sedengan Mijen

Sidomojo Sidomulyo Sidorejo

Tambak Kemerakan

Tempel Terik

Terung Kulon Terung Wetan Tropodo

Watugolong

8. Porong Candipari Gedang Glagah Arum

(53)

44

Kebonagung Kedungboto Kedungsolo

Kesambi Lajuk Mindi

Pamotan Pesawahan Plumbon

Porong Renokenongo Siring

Wunut

9. Prambon Bendotretek Bulang Cangkringturi

Gampang Gedangrowo Jati Alun Alun

Jatikalang Jedongcangkring Kajartengguli

Kedungkembar Kedungsugo Kedungwonokerto

Pejangkungan Prambon Simogirang

Simpang Temu Watutulis

Wirobiting Wono Plintahan

10. Sedati Banjar Kemuning Betro Buncitan

Cemandi Gisik Cemandi Kalanganyar

Kwangsan Pabean Pepe

Pranti Pulungan Sedati Agung

Sedati Gede Segoro Tambak Semampir

Tambak Cemandi

11. Sidoarjo Magersari Sidokumpul Lemahputro

Pekauman Sidokare Celep

Sekardangan Pucanganom Sidoklumpuk

Pucang Lebo Suko

Banjarbendo Jati Sumput

Gebang Bluru Kidul Bulusidokare

Cemeng Bakalan Cemeng Kalang Kemiri

Rangkahkidul Sari Rogo Urangagung Jedong

12. Sukodono Panjunan Anggaswangi Bangsri

Cangkringsari Jogosatru Jumputrejo

Kebonagung Keloposepuluh Masangan Kulon

Masangan Wetan Ngaresrejo Pademonegoro

Pekarungan Plumbungan Sambungrejo

(54)

45

Wilayut

13. Taman Krembangan Bebekan Bohar

Bringinbendo Geluran Gilang

Jemundo Kalijaten Kedungturi

Ketegan Kletek Kramat Jegu

Ngelom Sadang Pertapan Maduretno

Sambi Bulu Sepanjang Sidodadi

Taman Tanjungsari Tawangsari

Trosobo Wage Wonocolo

14. Tanggulangin Banjar Asri Banjar Panji Boro

Ganggang Panjang

Gempol Sari Kalidawir

Kalisampurno Kalitengah Kedensari

Kedung Banteng Kedung Bendo Ketapang

Ketegan Kludan Ngaban

Penatarsewu Putat Randegan

Sentul

15. Tarik Balongmacekan Banjarwungu Gampingrowo

Gempolklutuk Janti Kalimati

Kedinding Kedungbocok Kemuning

Kendalsewu Klantingsari Kramat Temenggung

Mergobener Mergosari Mindugading

Mliriprowo Sebani Segodobancang

Singogalih Tarik

16. Tulangan Gelang Grabagan Grinting

Grogol Janti Jiken

Kajeksan Kebaron Kedondong

Kemantren Kenongo Kepadangan

Kepatihan Kepuh Kemiri Kepunten

Medalem Modong Pangkemiri

Singopadu Sudimoro Tlasih

(55)

46

17. Waru Berbek Bungurasih Janti

Kedungrejo Kepuh Kiriman Kureksari

Medaeng Ngingas Pepelegi

Tambak Oso Tambak Rejo Tambak Sawah

Tambak Sumur Tropodo Wadungasri

Waru Wedoro

18. Wonoayu Becirongengor Candinegoro Jimbaran Kulon

Ketimang Karangpuri Jimbaran Wetan

Lambangan Mojorangagung Mulyodadi

Pagerngumbuk Pilang Plaosan

Ploso Popoh Sawocangkring

Semambung Simoketawang Simo Angin Angin

Sumberejo Tanggul Wonoayu

Wonokalang Wonokasian

C. Struktur Organiasasi Pengadilan Agama Sidoarjo3

Sesuai dengan perubahan pada undang-undang Nomor 3 Tahun 2009

yang mengatur tentang perubahan kedua atas Undang-undang Nomor 14

tahun 1985 tentang Mahkamah Agung serta Peraturan Presiden Republik

Indonesia Nomor 13 Tahun 2005 tentang Sekretariat Mahkamah Agung RI.

Dan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang

Kepaniteraan Mahkamah Agung RI serta Surat Edaran Mahkamah Agung

RI. Nomor: MA/Kumdil/177/VIII/K/1996 tanggal 13 agustus 1996 tentang

Bagan Susunan Pengadilan, maka dapat dijelaskan bahwa Susunan struktur

organisasi Pengadilan Agama Sidoarjo yaitu :

3

Muhammad Jumhari, “Struktur Organisasi” dalam http://www. Pa-sidoarjo.go.id/, di akses pada 12 mei 2017.

(56)

47

D. Mediator Pada Proses Mediasi di Pengadilan Agama Sidoarjo

Prosedur Mediasi di Pengadilan Agama Sidoarjo merupakan proses

yang akan menghasilkan keberhasilan dalam menyelesaikan sengketa di

bidang perdata yang lebih berkualitas. Dalam pelaksanaan proses mediasi

pasti ada sebuah prosedur yang menjadi pedoman dalam pelaksanaan

mediasi, terutama seorang mediator di Pengadilan Agama Sidoarjo. Menurut

Siti Aisyah yang sebagai salah satu mediator hakim di Pengadilan Agama

Sidoarjo mengatakan, kaitannya dengan peran mediator dalam

(57)

48

pedoman dalam menyelesaian perselisihan yakni dengan hukum materiil dan

peraturan prosedur mediasi di pengadilan.4

Sebagaimana yang tercantum dalam peraturan Mahkamah Agung

Nomor 1 tahun 2016 revisi dari Perma No. 1 tahun 2008 tentang prosedur

mediasi di pengadilan. Pedoman dalam menyelesaikan sengketa yang

diterapkan Pengadilan Agama Sidoarjo yang awalnya menggunakan Perma

No. 1 tahun 2008 tentang prosedur mediasi di pengadilan Seiring dengan

terbitnya Perma No. 1 tahun 2016 tentang prosedur mediasi ada beberpa

point perbedaan yakni Pertama, terkait batas waktu mediasi yang lebih

singkat dari 40 hari menjadi 30 hari terhitung sejak penetapan perintah

melakukan mediasi.

Kedua, adanya kewajiban bagi para pihak (inpersoon) untuk

menghadiri secara langsung pertemuan Mediasi dengan atau tanpa

didampingi oleh kuasa hukum, kecuali ada alasan sah seperti kondisi

kesehatan yang tidak memungkinkan hadir dalam pertemuan Mediasi

berdasarkan surat keterangan dokter; di bawah pengampuan; mempunyai

tempat tinggal, kediaman atau kedudukan di luar negeri; atau menjalankan

tugas negara, tuntutan profesi. Ketiga, hal yang paling baru adalah adanya

aturan tentang Iktikad Baik dalam proses mediasi dan akibat hukum para

pihak yang tidak beriktikad baik dalam proses mediasi. Pasal 7 menyatakan:

(1) Para Pihak dan/atau kuasa hukumnya wajib menempuh Mediasi dengan

iktikad baik. 2) Salah satu pihak atau Para Pihak dan/atau kuasa hukumnya

4

(58)

49

dapat dinyatakan tidak beriktikad baik oleh Mediator. Apabila penggugat

dinyatakan tidak beriktikad baik dalam proses Mediasi sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2), maka berdasarkan Pasal 23, gugatan

dinyatakan tidak dapat diterima oleh hakim pemeriksa perkara. Hal ini

ditegaskan dalam Pasal 22 Perma No.1 tahun 2016.

Penggugat yang dinyatakan tidak beriktikad baik sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dikenai pula kewajiban pembayaran biaya mediasi.

Mediator menyampaikan laporan penggugat tidak beriktikad baik kepada

hakim pemeriksa perkara disertai rekomendasi pengenaan biaya mediasi dan

perhitungan besarannya dalam laporan ketidakberhasilan atau tidak dapat

dimediasi.

Siti Aisyah selaku Mediator di Pengadilan Agama Sidoarjo,

mengatakan adapun prosedur mediasi yang selama ini dilakukan yakni:5

1. Tahap pra mediasi

a. Dalam mengajukan perkara perdata di Pengadilan Agama Sidoarjo,

pada hari sidang tahap pertama yang harus dilakukan ialah wajib

menempuh proses mediasi dalam menyelesaikan suatu sengketa.

b. Majelis hakim pemeriksa perkara kemudian segera menentukan

mediator hakim untuk menjadi mediator dalam pelaksanaan mediasi

tersebut. Dalam hal ini, alasan ditentukannya mediator oleh majelis

hakim Pengadilan Agama Sidoarjo karena proses ini dianggap lebih

cepat daripada menunggu para pihak memilih mediator dengan

5 Siti Aisyah, S.Ag., M.H., Wawancara, Sidoarjo 6 Juni 2017.

(59)

50

sendirinya, dengan ketentuan para pihak juga menyetujuinya. Dalam

proses mediasi yang dilaksanakan di Pengadilan Agama Sidoarjo

selama ini menggunakan mediator dari kalangan hakim Pengadilan

Agama Sidoarjo dan tidak pernah menggunankan mediator dari luar

atau disebut dengan mediator non hakim sebagai fasilitator para

pihak bersengketa untuk menyelesaikan suatu perselisihan.

c. Mediator menentukan hari dan tanggal pertemuan mediasi, setelah

menerima penetapan penunjukan mediator, pihak Peradilan

AgamaSidoarjo melakukan pemanggilan para pihak untuk

menghadiri pertemuan mediasi.

d. Apabila para pihak hadir dalam sidang pertemuan pertama maka

proses mediasi rata-rata dilakukan dalam jangka dua minggu sekali

atau satu kali dilaksanakan, hal ini dikarenakan para pihak sudah

bersikukuh untuk mengkomunikasikan masalah mereka

bersama-sama. Namun jika tergugat tidak hadir maka mediator meminta

bantuan hakim pemeriksa perkara untuk memanggil secara patut

dengan bantuan juru sita pengadilan, supaya para pihak tersebut

hadir pada waktu dan tempat yang telah ditentukan. Jika setelah

dilakukan dua kali pemanggilan secara patut, pihak tersebut tidak

hadir tanpa alasan yang sah, maka mediator wajib untuk

menyatakan bahwa proses mediasinya telah gagal. Lain halnya

dengan pihak yang tidak pernah hadir kemudian pada sidang kedua

(60)

51

tahapan pemeriksaan perkara, hakim pemeriksa perkara tetap

berwenang untuk mengusahakan perdamaian hingga sebelum

pengucapan putusan.

e. Para pihak wajib menempuh proses mediasi dengan iktikad baik,

apabila salah satu pihak tidak beritikad baik maka dinyatakan

mundur dari proses mediasi.

Panitera Pengadilan Agama Agama mengatakan bahwa pada

perkara tersebut telah berlangsung lama yang sebelumnya sudah pernah

dicoba diselesaikan secara kekeluargaan, namun gagal untuk ditemui titik

terang dan merasa jalan satu-satunya penyelesaian masalah mereka adalah

melalui jalur litigasi. Sehingga pada saat dilakukan mediasi para pihak

terkesan kurang antusias dan enggan melakukan prosedur tersebut.6

Ada juga para pihak yang pada awalnya terkesan mempunyai

respon yang bagus saat hakim memerintahkan untuk dilakukan mediasi,

namun pada pelaksanaannya sulit, terlebih-lebih jika hubungan personal

diantara mereka kurang harmonis. Ada pula pihak yang dari awal

bersikukuh menolak untuk mediasi, mereka benar-benar tidak ada

kemauan sama sekali untuk bersungguh-sungguh mengupayakan damai.

2. Tahapan proses mediasi

Dalam tahap proses mediasi ini apabila salah satu pihak telah

dua kali berturut-turut tidak menghadiri pertemuan mediasi sesuai

6

(61)

52

jadwal pertemuan mediasi yang telah disepakati maka mediasi

dinyatakan gagal.

Jika mediasi menghasilkan kesepakatan perdamaian, para pihak

dengan bantuan mediator wajib merumuskan secara tertulis kesepakatan

dicapai dan ditandatangani oleh para pihak dan mediator.

Zainal Abidin menjelaskan bahwasannya Mediator di Pengadilan

Agama Sidoarjo menganggap bahwa mediasi sebagai bagian dari tugas

wajib hakim sebagai orang yang bertugas menyelesaikan kasus yang

masuk ke pengadilan.7

Bapak Zaenal pun berpendapat bahwasannya: “Menyelesaikan

masalah / sengketa untuk mencapai kesepakatan yang menguntungkan

pihak - pihak yang bersengketa sehingga dicapai hasil yang

memuaskan”.8

Lain halnya dengan pendapat Siti Aisyah bahwasannya mediasi

sebagai amanah yang diemban oleh mediator untuk melakukan mediasi

karena mereka menganggap sebagai sesuatu yang harus di pertanggung

jawabkan sampai akhirat nanti, jadi harus dilakukan dengan

sungguh-sungguh.9

Mediator memandang bahwa, mediasi merupakan kewajiban

tugas yang harus dijalankan karena aturan hukumnya menetapkan

demikian, meskipun itu merupakan tugas sampingan bukan termasuk

7 Zainal Abidin, Wawancara, Sidoarjo 6 Juni 2017 8 Ibid.

9Siti Aisyah, S.Ag., M.H., Wawancara, Sidoarjo, 6 Juni 2017.

(62)

53

tugas pokok, tetap saja semuanya harus dilaksananakan dengan baik,

sebab jika tidak dilakukan maka akan mengakibakan putusannya akan

batal demi hukum.

Maka dari itu mediasi harus dilakukan untuk menghindari

batalnya sebuah putusan. Pengadilan bukan hanya sebagai lembaga yang

menegakkan hukum dan keadilan, tetapi pengadilan juga bertugas

sebagai lembaga yang mencari solusi antara pihak-pihak yang

bersengketa.

Adapaun rekapitulasi laporan mediasi di Pengadilan Agama

Sidoarjo Tahun 2015-2017 yaitu , perkara yang dimediasi pada bulan

Januari-Desember Tahun 2015 berjumlah 1.061 perkara dan semua

perkara mediasi yang masuk pada Tahun 2015 yang dinyatakan berhasil

ada 9 perkara. Sedangkan pada bulan Januari-Desember Tahun 2016 dari

4.471 perkara yang dinyatakan berhasil ada 26 perkara. Kemudian pada

bulan Januari-Juni 2017 dari 2.151 perkara yang dinyatakan berhasil ada

5 perkara.10

Dengan melihat rekapitulasi laporan mediasi ini disimpulkan

bahwa di Pengadilan Agama Sidoarjo masih minim mediasi yang

dikatakan tidak berhasil pada dasarnya bukan karena kurangnya

memaksimalkan prosedur proses mediasi sesuai dengan Perma tentang

prosedur mediasi baik pada Perma No. 1 tahun 2008 ataupun setelah

menggunakan Perma No.1 tahun 2016, tetapi faktor yang paling

10 http://www. Pa-sidoarjo.go.id/, di akses pada 7 Juni 2017.

(63)

54

mempengaruhi keberhasilan mediasi di pengadilan adalah berupa

keniatan damai dari para pihak itu sendiri. Hal-hal inilah yang

menyebabkan proses mediasi dikatakan berhasil atau gagal untuk

(64)

A.

1 Yahya Harahap, Kedudukan Kewenangan dan acara Peradilan Agama (Jakarta: Sinar Grafika,

(65)
(66)
(67)

Muhammad Jumhari, “Rekapitulasi Perkara” dalam http://www. Pa-sidoarjo.go.id/, di akses pada 7 Juni 2017.

(68)
(69)

“Menyelesaikan masalah

memuaskan”.

(70)
(71)
(72)
(73)

DAFTAR PUSTAKA

Abbas, Syahrizal. ah, Hukum Adat & Hukum

Nasional. Jakarta: Prenada Media Group, 2009.

Adi, Susanti Nugroho. Mediasi Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa.

Jakarta: PT. Telaga Ilmu Indonesia, 2009.

Arikunto, Suharismi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:

Rineka Cipta, 1997.

Hukum Acara Perdata dalam Perspektif Mediasi (ADR) di Indonesia, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012.

Departemen Agama RI. Al- Bandung: CV. Penerbit

Diponegoro: 2003.

Fuady, Munir. Arbitrase Nasional: Alternative Penyelesaian Sengketa Bisnis.

Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2005.

Goopaster, Garry. Negoisasi dan Mediasi: Sebuah Pedoman Negoisasi dan

Penyelesaian Sengketa Melalui Negoisasi. Jakarta: ELIPS Project. 1993.

Harahap, Yahya. Hukum Acara Perdata. Jakarta: Sinar Grafika, 2006.

Manan, Abdul. Penerapan Hukum Acara Perdata di Lingkungan Peradilan

Agama. Jakarta: Kencana Prenada Media, 2005.

Manan, Bagir. Mediasi Sebagai Alternative Menyelesaikan Sengketa Majalah

Hukum Varia Peradilan, No. 24. 8 juli 2006.

Margono, Suyut. ADR dan Arbitrase Proses Pelembagaan dan Aspek Hukum.

Bogor: PT.Graha Indonesia, 2000.

Sarwono. Hukum Acara Perdata Teori dan Praktik. Jakarta: Sinar Grafika, 2011.

Syaifullah, Muhammad. Mediasi dalam Tinjauan Hukum Islam dan Hukum positif

di Indonesia. Semarang: Walisongo Press, 2009.

Sutiyoso, Bambang. Alternatif Penyelesaian Sengketa. Yogyakarta: Gama

Mediasi, 2008.

S.W, Maria et al. Mediasi Sengketa Tanah. Jakarta: KOMPAS Media Nusantara,

2008.

Usman, Rahmadi. Pilihan Penyelesaian Sengketa. Bandung: Citra Aditya Bakti,

(74)

Referensi

Dokumen terkait

Diduga bahwa strategi bauran pemasaran ( Marketing Mix ) yang terdiri dari produk, harga, distribusi dan promosi secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan

Periodisitas yang muncul menunjukkan bahwa perubahan dalam kecepatan angin Matahari dan indeks Dst selama aktivitas Matahari minimum lebih dominan disebabkan oleh

Pengamatan panen meliputi angka kerapatan panen, kriteria matang buah, produksi per pemanenan, proses kegiatan panen, dan kebutuhan tenaga kerja panen serta

1.) Artikel yang akan diterbitkan dalam Jurnal diangkat dari tesis Program Magister atau disertasi Program Doktor, ataupun dari artikel ilmiah yang dibuat selama menjadi mahasiswa

Moewardi Surakarta, sebagian besar telah melakukan pencegahan dengan menghindari faktor resiko kanker serviks yang berupa berganti-ganti pasangan, kebiasaan merokok

Pada pengumpulan data tahap kedua, dilakukan pengukuran pada pasien menggunakan axial crutch dan pencatatan hasil terhadap kelompok perlakuan dalam hal nilai

Usaha-usaha memperkirakan kebutuhan investasi untuk mencapai sasaran laju pertumbuhan ekonomi tertentu dalam suatu perencanaan pembangunan dilakukan melalui konsep ineremental

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui spesies gulma pada pertanaman padi sawah yang berpotensi sebagai inang alternatif virus tungro RTBV dan/atau RTSV, menggunakan teknik