• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka - Kelayakan dan Analisis Usahatani Jeruk Siam (Citrus Nobilis Lour Var. Microcarpa Hassk)(Studi Kasus : Desa Kubu Simbelang, Kecamatan Tigapanah, Kabupa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka - Kelayakan dan Analisis Usahatani Jeruk Siam (Citrus Nobilis Lour Var. Microcarpa Hassk)(Studi Kasus : Desa Kubu Simbelang, Kecamatan Tigapanah, Kabupa"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Mengenal Tanaman Jeruk

Jeruk (citrus sp) adalah tanaman tahunan berasal dari Asia Tenggara, terutama Cina. Sejak ratusan tahun yang lampau, tanaman ini sudah terdapat di Indonesia, baik sebagai tanaman liar maupun sebagai tanaman di pekarangan. Sebab tanaman jeruk memang berasal dari negara-negara tropis Asia, termasuk di wilayah Indonesia. Maka tidak mengherankan, kalau orang-orang dari Eropa tertarik terhadap jeruk Indonesia dan kawasan Asia umumnya. Di Indonesia jeruk merupakan komoditas buah-buahan terpenting ketiga setelah pisang dan mangga bila dilihat dari luas pertanaman dan jumlah produksi per tahun (Soelarso, 1996).

Di Indonesia sejarah tanaman jeruk tidak begitu dikenal. Tanaman jeruk yang ada sekarang ini adalah merupakan peninggalan dari zaman penjajahan Belanda. Mereka mendatangkan jeruk-jeruk manis dan keprok dari Amerika, Italia. Namun sampai sekarang beberapa jenis jeruk Indonesia tidak begitu jelas dari negara mana asalnya. Terutama jenis jeruk siam, jeruk garut, dan jeruk batu. Kemungkinan lain bahwa Indonesia beberapa tahun yang lalu telah menerima bibit-bibit dari negara Cina maupun India, Birma dan Vietnam sedangkan untuk jenis jeruk grape fruit dan van ouick jeruk pacitan asli dari Pulau Jawa (AAK, 1994).

(2)

Jeruk manis baru dikenal pada tahun 1.400 M sedangkan jeruk manis dan jeruk keprok Mandarin telah lama dikenal dan ditanam di Negara Cina. Jeruk manis yang sudah lama dikenal dan ditanam lebih dari 27 macam, di samping jenis-jenis jeruk lainnya (AAK, 1994).

Jeruk siam merupakan bagian kecil dari sekian banyak spesies jeruk yang sudah dikenal dan dibudiayakan secara luas. Jeruk siam merupakan anggota dari kelompok jeruk keprok yang memiliki nama ilmiah Citrus nobilis. Memiliki nama jeruk siam karena jeruk ini berasal dari Siam (Thailand). Di Thailand, jeruk siam diberi nama Som Kin Wan. Sampai saat ini, belum ada data resmi mengenai kapan dan di mana jeruk siam pertama kali didatangkan di Indonesia. Akan tetapi, ada daerah yang mempunyai catatan yang cukup tentang kisah awal masuknya jeruk siam di wilayahnya, seperti di Kalimantan Barat (Sarwono, 1994).

Jeruk siam adalah salah satu spesies buah jeruk yang telah banyak dikembangbiakkan di berbagai daerah di Indonesia. Meskipun pasarannya turun naik dari waktu ke waktu, tetapi minat masyarakat terhadap jeruk tak pernah hilang. Budidaya jeruk siam pun tergolong cukup fleksibel artinya bibit jeruk siam bisa ditanam baik di daerah dataran tinggi maupun dataran rendah. Dengan cara perawatan yang baik dan benar, akan didapatkan buah-buah kualitas tinggi dengan rasa dan penampilan khas jeruk siam (Rismunandar, 1986).

(3)

sampai sekarang. Jeruk siam di Indonesia mempunyai banyak jenis tergantung dari daerah asalnya seperti jeruk siam Pontianak, siam Simadu, siam Garut, siam Palembang, siam Jati Barang, dan lain-lain. Dari berbagai nama tersebut, jeruk siam Pontianak dan siam madu merupakan jenis jeruk siam yang paling dikenal (Rismunandar, 1986).

Macam-macam jeruk siam tersebut tidak jauh berbeda satu dengan lainnya. Perbedaannya biasanya dalam hal warna kulit, keharuman, dan rasa yang sedikit berbeda. Perbedaan ini biasanya timbul karena berbeda daerah penanamannya. Tempat penanaman yang berbeda tentunya mempunyai karakteristik faktor alam yang berbeda sehingga berpengaruh terhadap karakteristik buahnya (Joesoef, 1993).

(4)

2.1.2 Botani Jeruk Siam

Jeruk siam hanya merupakan bagian kecil dari sekian banyak spesies dan varietas jeruk yang sudah dikenal dan dibudidayakan. Bisa dibayangkan, famili Rutaceae saja memiliki anggota tidak kurang dari 1.300 spesies. Para ahli botani mengelompokkan semua anggota famili ini kedalam 7 subfamili dan 130 genus. Sedangkan yang menjadi induk tanaman jeruk adalah subfamili Aurantioidae yang beranggotakan sekitar 33 genus. Subfamili ini masih dibagi-bagi lagi dalam beberapa kelompok tribe dan subtribe. Jeruk tergolong dalam rumpun Citriae dan subtribe Citrinae. Dari subtribe inilah berbagai jenis anggota tanaman jeruk berasal, termasuk di dalamnya jeruk siam. Menurut AAK (1994), secara sistematis klasifikasi jeruk siam adalah sebagai berikut :

Famili : Rutacceae Subfamili : Aurantioidae Tribe : Citriae Subtribe : Citrinae Genus : Citrus

Subgenus : Eucitrus, papeda Spesies : Citrus nobilis

Varietas : Citrus nobilis LOUR var. microcarpa Hassk (Ade, 2003).

Tanaman jeruk mempunyai akar tunggang panjang dan akar serabut (bercabang pendek kecil) serta akar-akar rambut. Panjang akar tunggang bisa mencapai 4 m. Akar cabang yang mendatar bisa mencapai 6–7 m. Perakaran jeruk tergantung

(5)

mempunyai tinggi antara 2,5–3 m tajuk pohon tidak beraturan, dahan kecil, cabangnya banyak, tajuknya rindang dan letak dahan berpencar. pohon tersebut biasanya berasal dari cangkokan atau okulasi. Untuk pohon dari okulasi, tingginya ditentukan oleh penggunaan batang bawahnya. Pohon jeruk siam yang menggunakan batang bawah JC (Japanese Citroen) biasanya memiliki tinggi sekitar 272,5 cm, lingkar batang 16,8 cm, dan lebar tajuk sekitar 197,5–207,5 cm.

Daun jeruk berwarna hijau-tua mengkilat pada permukaan atas dan hijau-muda pada permukaan bawah tangkai, daun bersayap dan pendek, kecil bentuk oval dengan panjang 6–8 cm, lebar lebih kurang 4 cm, dan tangkai daun 1–1,5 cm.

Bunga jeruk berbentuk majemuk seperti anak payung, tandan atau malai kebanyakan berkelamin 2, kelopak bunga berjumlah 4–5 ada yang menyatu ada

yang tidak. Mahkota bunga kebanyakan berjumlah 4–5 dan berdaun lepas. Tonjolan dasar bunga berlekuk di dalam benang sari. Pada umumnya bunga jeruk berwarna putih. Bunga yang paling lebat pada permulaan musim hujan antara bulan Oktober–November dan lama bunga menjadi buah masak 7–9 bulan

(Soelarso, 1996).

(6)

pohon rata-rata dapat menghasilkan sekitar 7,3 kg buah. Biasanya buah sudah dapat dipanen pada bulan Mei–Agustus (AAK, 1994).

2.1.3 Teknik Budidaya Jeruk Siam 2.1.3.1. Pembibitan

a. Persyaratan Bibit

(7)

b. Teknik Penyemaian Bibit a. Cara generative

Biji diambil dari buah dengan cara memeras buah yang telah dipotong. Biji dikeringanginkan di tempat yang tidak disinari selama 2–3 hari hingga lendirnya

hilang. Areal persemaian memiliki tanah yang subur. Tanah diolah sedalam 30–40 cm dan dibuat petakan persemaian berukuran 1,15–1,20 m membujur dari utara ke selatan. Jarak petakan 0,5–1 m. Sebelum ditanami, tambahkan pupuk kandang 1 kg/m². Biji ditanam dalam alur dengan jarak tanam 1–1,5 x 2 cm dan langsung

disiram. Setelah tanam, persemaian diberi atap, bibit dipindah tanam ke dalam polibag 15 x 35 cm setelah tingginya 20 cm pada umur 3–5 bulan. Media tumbuh dalam polibag adalah campuran pupuk kandang dan sekam (2:1) atau pupuk kandang, sekam, pasir (1:1:1).

b. Cara Vegetatif

Metode yang lazim dilakukan adalah penyambungan tunas pucuk dan penempelan mata tempel. Untuk kedua cara ini perlu dipersiapkan batang bawah (onderstam/ rootstock) yang dipilih dari jenis jeruk dengan perakaran kuat dan luas, daya adaptasi lingkungan tinggi, tahan kekeringan, tahan/toleran terhadap penyakit virus, busuk akar dan nematoda. Varietas batang bawah yang biasa digunakan oleh penangkar adalah Japanese Citroen, Rough Lemon, Cleopatra, Troyer Citrange dan Carizzo Citrange.

2.1.3.2 Sistem Penanaman dan Jarak Tanam

(8)

di tengah juga ditanami, sehingga ada 5 tanaman, kemudian tanaman tengah dibongkar setelah tanaman besar dan rimbun. Jeruk siam bisa ditanaman di lahan dengan kemiringan hingga 30 derajat atau tegalan sawah yang memenuhi syarat tumbuh tanaman. Aturan jarak tanam yang cocok untuk jenis jeruk siam adalah sebagai berikut 5 x 5 meter, 5 x 8 meter atau 6 x 6 meter.

2.1.3.3 Pengisian Lubang Tanam

Cara mengisi lubang tanam adalah sebagai berikut :

a. Tanah yang subur (biasanya tanah atas) dicampur dengan kompos atau pupuk kandang yang telah menjadi tanah dengan perbandingan 1 : 3 atau 1 : 4, tergantung dari kesuburan tanahnya. Juga diberi campuran TSP, KCl atau kalium sulfat, masing-masing lebih kurang 1 kg. Kalau PH tanah rendah diberi kapur Dolomit.

b. Campuran tanah ini dimasukkan sedikit demi sedikit sambil diaduk-aduk lagi, jangan diinjak-injak. Setelah terisi tanah kira-kira 30–40 cm, kalau ada

persediaan siramlah dengan air kompos atau air pupuk kandang atau air septic tank (WC). Setiap lapisan setebal 30 cm siram lagi dengan air WC.

c. Pada waktu hampir penuh, diberi ajir bambu atau kayu di tengah lubang tanam. Lubang dipenuhi sampai cembung, kemudian dibiarkan beberapa hari sampai tanah stabil tidak turun lagi, bila belum penuh ditambah lagi tanah sampai penuh, jangan diinjak-injak (Pracaya, 2003).

2.1.3.4 Penanaman

(9)

cabutan, bibit yang dikeranjang atau dalam polybag (kantong plastik). Adapun cara menanam pohon jeruk adalah sebagai berikut :

a. Di tempat ajir ditancapkan, dibuat lubang yang kira-kira lebar dan dalamnya lebih besar dari pada keranjang atau polybag. Pada sistem cabutan, lubang dibuat lebih lebar dari panjang akar serabut dan lebih dalam dari panjang akar tunggang.

b. Keranjang atau polybag diiris atau digunting pelan-pelan, tanah jangan sampai pecah, lalu dimasukkan ke dalam lubang sedalam leher akar. Kalau tanaman berasal dari cabutan, akar serabut diatur ke segala jurusan, lurus, demikian juga akar tunggang diluruskan ke bawah. Bila terlalu panjang bisa dipotong (lebih baik dipotong dari pada membengkok). Bekas potongan dicat atau diberi meni. Akar yang rusak lebih baik dipotong saja di tempat yang sehat. Daun dikupir (dipotong) tinggal sepertiga panjang, untuk mengurangi penguapan.

c. Setelah tanaman dimasukkan ke dalam lubang, kemudian ditaburi Furadan, Curaterr, Temik atau insektisida lainnya untuk mencegah serangan nematode atau rayap. Tutuplah pelan-pelan dengan tanah yang subur dan halus sehingga akar yang telah diatur tidak bengkok. Kemudian tanah sedikit ditekan pelan-pelan dengan tangan, tanaman diusahakan dibuat tegak lurus. Setelah selesai penanaman segera disiram sampai jenuh. Kalau tanah masih turun, ditambah lagi tanahnya. Untuk memudahkan penyiraman supaya air tidak tersebar kemana-mana, permukaan tanah di sekitar batang dibuat sedikit cekung.

(10)

kepadatan tanah akibat siraman air hujan yang deras. Mulsa kalau membusuk juga bisa menambah pupuk organik (Pracaya, 2003).

2.1.3.5 Pemeliharaan Tanaman

Pemeliharaan tanaman meliputi beberapa tindakan seperti : a. Penyiraman

Tanaman jeruk memerlukan air yang cukup. Oleh karena itu, pada waktu tidak ada hujan perlu dilakukan penyiraman, apabila pada masa pembungaan dan pembuahan. Untuk memudahkan penyiraman pada musim kemarau, dibuat cekukan di sekitar batang. Akan tetapi sebaliknya, pada waktu musim hujan di sekitar batang dibuat cembung supaya air cepat keluar dan tidak tergenang (Pracaya, 2003).

Saluran air sebaiknya dibuat dengan arah yang lurus, jangan berbelok-belok. Saluran air yang berbelok-belok dikhawatirkan pada saat turun hujan, dimana arus air sangat deras, akan mengikis dasar saluran atau bagian tepi saluran dan membentuk cekungan sehingga air akan menggenang terus (AAK, 1994). b. Pemberian mulsa

Untuk mencegah supaya jangan cepat terjadi kekeringan dan juga mencegah tumbuhnya gulma, perlu diberi mulsa. Pemberian mulsa pada waktu musim hujan akan mengurangi kepadatan tanah dan erosi. Mulsa juga dapat mempertahankan kelembaban tanah pada waktu musim kemarau sehingga akar dapat mengisap unsur hara dan air dengan cukup (Pracaya, 2003).

c. Penyiangan

(11)

rimpangnya supaya tidak tumbuh lagi karena kedua tanaman itu walaupun sudah diberi mulsa masih bisa tumbuh dengan subur (Pracaya, 2003).

d. Penggemburan

Bila tanah telah kelihatan padat segera digemburkan supaya pertukaran udara berjalan dengan baik, gas-gas racun di dalam tanah bisa keluar diganti oksigen dari udara luar. Penggemburan jangan terlalu dalam, supaya tidak merusak sistem perakaran tanaman jeruk. Bila perakaran yang besar luka segera diobati dengan fungisida, supaya jangan menjadi tempat masuknya penyakit (Pracaya, 2003).

e. Pemangkasan

Pemangkasan hanya dilakukan bila ada cabang-cabang yang sakit misalnya terserang jamur upas atau penyakit blendok, terserang benalu, cabang yang hampir patah, terlalu rimbun sehingga sinar matahari tidak menembus ke dalam tajuk pohon, tumbuh tunas-tunas di bawah okulasi atau sambungan, pemangkasan bentuk supaya tanaman tidak begitu tinggi (Pracaya, 2003). 2.1.3.6 Pemupukan

(12)

mutualisme. Dengan bantuan mycorrhiza ini, tanaman jeruk akan lebih mudah menghisap zat-zat yang dibutuhkan.

Unsur-unsur yang dibutuhkan oleh tanaman jeruk adalah unsur makro yaitu N (Nitrogen), P (Phospor), K (Kalium), S (Sulfat/Belerang), Mg (Magnesium), Ca (Calsium). Unsur-unsur ini mutlak diperlukan dalam jumlah yang cukup banyak, dan unsur mikro yaitu Cu (Cupro/Kuningan), Zn (Zenk) unsur Bo (Borium) dan Fe (Ferrium/Besi) diperlukan dalam jumlah yang amat kecil. Tetapi jika unsur-unsur tersebut tidak ada akan mengakibatkan penghisapan zat lain menjadi terbengkalai. Walaupun mikro elemen tersebut hanya dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang amat rendah, tetapi unsur itu penting sekali artinya bagi kehidupan tanaman jeruk. Yang harus diperhatikan yaitu pemberian unsur mikro. Sebab jika pemberian unsur ini tidak sesuai dengan dosis dan aturannya akan mengakibatkan tanaman menderita keracunan. Jika kekurangan unsur mikro, akibatnya adalah adanya beberapa bagian tanaman menjadi tidak sempurna (AAK, 1994).

Pemupukan merupakan keharusan karena tiap periode umur jeruk banyak menguras ketersediaan hara tanah. Jeruk siam membutuhkan pupuk organik (pupuk kandang atau kompos) dan pupuk anorganik (urea dan TSP). Pupuk organik dibutuhkan untuk meningkatkan kadar humus di dalam tanah sehingga tanah yang padat dapat diubah menjadi remah. Sedangkan pupuk anorganik diperlukan untuk menambah unsur hara yang dibutuhkan tanaman.

(13)

bagian dari dosis per tahunnya. Pemupukan kedua pada saat pemasakan buah sebanyak 1/5 bagian. Sisanya diberikan pada pemupukan ketiga, beberapa saat setelah panen.

Tanaman jeruk mempunyai kemampuan menyerap hara yang berkembang secara bertahap. Makin bertambah umurnya makin bertambah kemampuan penyerapannya. Hal ini disebabkan oleh perakaran jeruk yang makin berkembang. Agar pupuk dapat diserap oleh akar secara optimum, maka pemupukannya sebaiknya mengikuti petunjuk seperti berikut ini :

1. Buatlah alur melingkar kurang lebih 80 cm dari batang tanaman dengan lebar dan kedalamannya 30 cm.

2. Gemburkan dasar tanah dengan garpu.

3. Masukkan ½ dosis pupuk ke dalam alur, lalu tutup dengan tanah setebal 10 cm dan sisa pupuk dimasukkan lagi dan ditimbun dengan tanah.

4. Jarak melingkar pemupukan setiap tahun bergeser, jika pada tahun pertama jaraknya 80 cm dari batang tanaman, maka pada tahun kedua menjadi 120 cm, tahun ketiga 160 cm dan 200 cm untuk tahun keempat dan seterusnya.

2.1.3.7Hama dan Penyakit

(14)

jamur dan bakteri, Penyakit yang disebabkan oleh virus, Penyakit yang disebabkan oleh nematode, Penyakit yang disebabkan oleh kekurangan zat-zat makanan (malnutrition).

Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh para petani jeruk agar gejala -gejala penyakit dapat diketahui dan diatasi secara dini adalah petani harus mengenal gejala-gejala awal berjangkitnya penyakit, petani harus mengetahui dengan pasti saat mulai berjangkitnya penyakit, petani harus mengetahui jenis tiap-tiap penyakit, petani harus mengetahui cara mengendalikan penyakit dan cara-cara membasminya, petani harus mengetahui dampak negatif ataupun positif dari usaha pencegahan dan pengendalian terhadap tanaman jeruk itu sendiri (AAK, 1994).

2.1.3.8Panen

a. Pemetikan Buah Jeruk Siam

Pemetikan buah jeruk harus dilakukan dengan baik dan pada saat yang tepat. Setiap kelompok buah jeruk tidak semuanya dapat dipetik sekaligus, sebab di antaranya pasti ada buah yang belum siap untuk dipetik. Oleh karena itu harus dipetik pada gelombang berikutnya. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemetikan buah jeruk adalah sebagai berikut :

 Kulit buah harus sudah berubah warna, yakni kulit buah sudah orange atau

agak kekuningan.

 Buah sudah tidak terasa terlalu keras lagi bila dipegang.

 Buah bagian bawah sudah agak empuk dan jika dijentik dengan jari sudah

(15)

 Buah yang masih muda jangan dipetik, sebab rasanya masih masam dan

akan lekas berkerut-kerut jika disimpan terlalu lama.

 Jangan terlalu lama membiarkan buah jeruk dipohon, sebab buah jeruk

mudah menjadi kering, terutama bagian bawah, sehingga kualitasnya akan menurun.

Untuk memperoleh kualitas jeruk yang baik, ada beberapa hal yang perlu dihindari, antara lain :

 jangan memetik buah sebelum embun pagi lenyap.

 Tangkai buah yang terlalu panjang harus dipotong dengan gunting yang

tajam dan disisakan sekitar 1-2 cm dari buah. Tangkai buah yang terlalu panjang akan melukai buah jeruk yang lain sehingga dapat menyebabkan pembusukan.

 Usahakan agar buah jeruk tersebut tidak jatuh supaya daging buah dan

kulitnya tidak rusak.

 Pemetikan buah jeruk di pohon yang tinggi harus dipergunakan tangga,

agar cabang dan ranting tidak rusak. Maka setiap pemetik buah harus membawa keranjang atau kantong yang dapat digantungkan pada leher.

 Jangan memetik buah jeruk dengan cara memanjat pohon, karena cara ini

dapat merusak pohon, buah jeruk menjadi kotor, dan pohon yang dipanjat dapat terkena kuman penyakit yang terbawa oleh kaki-kaki yang kotor. b. Perlakuan Terhadap Buah Jeruk Setelah Dipetik

 Buah jeruk yang telah dipetik harus dibersihkan dengan air sabun untuk

menghilangkan sisa obat-obat yang masih menempel.

(16)

 Buah-buah yang sakit atau rusak harus dipisahkan dari buah yang sehat.

 Buah-buah yang besar harus dipisahkan dari buah-buah yang kecil supaya

menjadi seragam, sehingga dapat menentukan harganya dengan mudah.

 Sebelum buah jeruk dikirim ke lain daerah atau dipasarkan, perlu disimpan selama 1–2 malam di tempat yang teduh dengan cara dihamparkan di atas

lantai yang kering dan jangan sampai tertumpuk.

 Seandainya jeruk terpaksa ditumpuk, maka tumpukan jeruk tersebut tidak

boleh terlalu tinggi, karena udara di dalam tumpukan akan menjadi panas dan lembab sehingga mudah menimbulkan pembiakan lapuk hijau atau biru.

2.2 Landasan Teori

Ilmu usahatani diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan efektif bila petani atau produsen dapat mengalokasikan sumberdaya yang mereka miliki sebaik-baiknya dan dikatakan efisien bila pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran (output) yang melebihi masukan (input) (Soekartawi, 1995).

(17)

tidaknya usahatani tidak terlepas dari karakteristik petani dalam menjalankan usahataninya. Untuk itulah maka dalam menganalisis usahatani jeruk siam, peneliti hendaknya memperhatikan berbagai karakteristik petani jeruk siam dalam menjalankan usahataninya dan selalu mengingat untuk apa analisis tersebut dilakukan. Karakteristik dari petani dalam usahatani yaitu sebagai berikut :

1.Umur

Umur dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam melihat aktivitas seseorang dalam bekerja. Bilamana dalam kondisi umur yang masih produktif maka kemungkinan besar seseorang dapat bekerja dengan baik dan maksimal (Hasyim, 2006).

Umur seseorang menentukan prestasi kerja atau kinerja orang tersebut. Semakin berat pekerjaan secara fisik maka semakin tua tenaga kerja akan semakin turun pula prestasinya. Namun, dalam hal tanggung jawab semakin tua umur tenaga kerja tidak akan berpengaruh karena justru semakin berpengalaman (Suratiyah, 2008).

2. Pengalaman Bertani

Pengalaman seseorang dalam bertani berpengaruh dalam menerima inovasi dari luar. Bagi yang mempunyai pengalaman yang sudah cukup lama akan lebih mudah menerapkan inovasi dari pada pemula dalam berusahatani (Soekartawi, 1999).

3. Jumlah Tanggungan

(18)

4. Tingkat Pendidikan

Pendidikan merupakan sarana belajar bagi setiap orang, selanjutnya akan menanamkan pengertian dan sikap yang menguntungkan menuju penggunaan peraktek pertanian yang lebih modern. Mereka yang berpendidikan lebih tinggi relatif lebih cepat dalam melakukan adopsi (Arifin, 2005).

Tingkat pendidikan manusia pada umumnya menunjukkan daya kreativitas manusia dalam berpikir dan bertindak. Pendidikan rendah mengakibatkan kurangnya pengetahuan dalam memanfaatkan sumberdaya alam yang tersedia. Usaha-usaha penduduk berakibat hanya mampu menghasilkan pendapatan rendah (Kartasapoetra, 1994).

5. Luas Lahan

Lahan usahatani adalah lahan di darat maupun di air, yang di gunakan untuk usaha budidaya tanaman, budidaya perairan, peternakan. Lahan usahatani bisa dimiliki oleh individu, keluarga, komunitas, hingga perusahaan. Sebuah lahan usahatani bisa seluas kurang dari satu hektar hingga beberapa ribu hektar. Lahan sebagai salah satu faktor produksi yang merupakan pabriknya hasil pertanian yang mempunyai kontribusi yang cukup besar terhadap usahatani. Besar kecilnya produksi dari usahatani antara lain dipengaruhi oleh luas sempitnya lahan yang digunakan (Mubyarto, 1994).

(19)

yang luasnya relatif sempit upaya pengawasan terhadap penggunaan faktor produksi semakin baik, penggunaan tenaga kerja tercukupi dan modal yang dibutuhkan tidak terlalu besar (Soekartawi, 1995).

Untuk menghasilkan produksi (output) diperlukan bantuan kerjasama beberapa faktor produksi sekaligus. Masalah ekonomi yang kita hadapi kini adalah bagaimana petani dapat mengkombinasikan faktor-faktor produksi tersebut agar tercapai efiisiensi yang setinggi-tingginya baik secara fisik maupun ekonomis (Mubyarto, 1994).

Faktor produksi adalah semua korbanan yang diberikan pada tanaman agar tanaman tersebut mampu tumbuh dan menghasilkan dengan baik. Faktor produksi dikenal juga dengan istilah input dan korbanan produksi. Faktor produksi memang sangat menentukan besar kecilnya produksi yang diperoleh. Faktor produksi lahan, modal, pupuk, obat – obatan, dan tenaga kerja, dan aspek manajemen adalah faktor produksi yang terpenting. Hubungan antara faktor produksi (input) dan produksi (output) biasanya di sebut dengan fungsi produksi (Soekartawi, 1989).

(20)

Tenaga kerja merupakan faktor penting dalam usahatani swasembada, khususnya faktor tenaga kerja petani dan para anggota keluarganya. Dalam usahatani swasembada atau usahatani keluarga, faktor tenaga kerja keluarga petani merupakan unsur penentu (Tohir, 1991).

Biaya usahatani merupakan pengorbanan yang dilakukan oleh produsen (petani, nelayan, peternak) untuk memperoleh faktor-faktor produksi yang akan digunakan dalam mengelola usahanya untuk mendapatkan hasil maksimal (Rahim dan Hastuti, 2007).

Biaya usahatani biasanya diklasifikasikan menjadi dua yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variabel cost). Biaya tetap ini umumnya didefinisikan sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya, dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Besar biaya tetap tidak tergantung pada besar kecilnya produksi yang diperoleh. Di sisi lain biaya tidak tetap atau biaya variabel biasanya didefinisikan sebagai biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh. Kalau menginginkan produksi yang tinggi, maka tenaga kerja perlu ditambah, pupuk juga perlu di tambah dan sebagainya, sehingga biaya ini sifatnya berubah-ubah tergantung besar kecilnya produksi yang di inginkan (Soekartawi, 1995).

(21)

biaya produksi, menggunakan teknologi yang baik, mengupayakan harga input yang rendah, dan mengatur skala produksi yang efesien (Simajuntak, 2004). Untuk menganalisa layak atau tidak layaknya usahatani yang dijalankan oleh petani jeruk siam dapat dilihat melalui kriteria investasi. Beberapa kriteria yang sering digunakan dalam analisis kelayakan yaitu :

1. Net Present Value (NPV)

NPV sering diterjemahkan sebagai nilai bersih sekarang. NPV dari suatu proyek atau usaha merupakan nilai sekarang (present value) dari selisih antara benefit (manfaat) dengan cost (biaya) pada discount rate tertentu. NPV merupakan kelebihan benefit (manfaat) dibandingkan dengan cost/biaya. NPV adalah kriteria investasi yang banyak digunakan untuk mengukur apakah proyek fleksible atau tidak (Soekartawi, 1995).

2. Internal Rate of Return (IRR)

IRR merupakan sebuah tingkat pengembalian yang dinyatakan dalam persen yang identik dengan ongkos investasi. Dapat disebut pula sebagai nilai discount rate (i) yang membuat NPV dari suatu proyek sama dengan nol. IRR merupakan tingkat keuntungan bersih atas investasi, dimana benefit bersih yang postif ditanam kembali pada tahun berikutnya dan mendapatkan tingkat i yang sama yang diberi berbunga selama sisa umur proyek. Jadi bila IRR > discount factor proyek dikatakan layak, dan sebaliknya IRR < discount factor proyek dikatakan tidak layak (Prawirokusumo, 1990).

3. Net Benefit Cost Ratio (Benefit B/C)

(22)

yang diperoleh dari biaya (cost) yang dikeluarkan. Apabila net B/C > 1, maka proyek atau gagasan usaha yang akan didirikan layak untuk dilaksanakan. Demikian pula sebaliknya, apabila net B/C < 1, maka proyek atau gagasan usaha yang akan didirikan tidak layak untuk dilaksanakan (Soekartawi, 1995).

2.2 Penelitian Terdahulu

Rata-rata besar R/C sebesar 5,82 dengan

dari uji statistik tidak ada hubungan luas tanaman dengan besar nya R/C per Ha atau t-hitung (1,33) < dari t-tabel (2,502)

(23)
(24)

duku.

(25)
(26)
(27)

secara finansial layak untuk di usahakan dan dikembangkan hal ini dapat dilihat pada nilai NPV>0 yaitu sebesar 8.386.247,8, nilai IRR>i (15%) yaitu sebesar 16,95% sedangkan nilai Net B/C>1 yaitu sebesar 30,80.

2.4 Kerangka Pemikiran

Petani merupakan individu yang melakukan suatu kegiatan usahatani. Dalam hal ini kegiatan usahatani yang dilakukan adalah usahatani jeruk siam. Usahatani jeruk siam adalah usahatani yang memperoduksi buah jeruk siam sebagai komoditas utama di dalam usahataninya.

Usahatani jeruk siam dibedakan menjadi dua yaitu usahatani jeruk siam yang baru menghasilkan dan usahatani jeruk siam yang sudah lama menghasilkan. Petani dalam menjalankan usahataninya pasti memiliki karakteristik yang berbeda. Karakteristik petani dalam usahatani jeruk siam yaitu meliputi umur petani, tingkat pendidikan, pengalaman bertani, jumlah tanggungan, luas lahan, serta modal.

(28)

Pendapatan suatu usahatani diperoleh dari selisih antara penerimaan dengan total biaya produksi. Dari pendapatan bersih tersebut dapat dianalisis kelayakan usahatani jeruk siam. Usahatani jeruk siam dikatakan layak apabila menguntungkan dan dikatakan tidak layak apabila usahatani yang dijalankan mengalamai kerugiaan atau jumlah pendapatan yang diperoleh lebih kecil dari jumlah total biaya produksi yang dikeluarkan dalam menjalankan usahatani tersebut.

Secara singkat skema kerangka pemikiran dapat dirumuskan sebagai berikut :

rxy rxy

Keterangan :

= Menyatakan hubungan = Menyatakan pengaruh

r

xy = Pengaruh variabel bebas (x) terhadap variabel terikat (Y)

Gamabar 1. Skema Kerangka Pemikiran Kelayakan Dan Analisi Usahatani Jeruk Siam

Usahatani Jeruk Siam Petani

Output Input

Tanaman Sudah Lama Menghasilkan Tanaman Baru

Menghasilkan

Input

Output

Penerimaan Penerimaan

Layak Tidak Layak

Pendapatan Pendapatan

Karakteristik petani: - Umur - Pengalaman Bertani - Pendidikan - Luas Lahan - Jumlah

Tanggungan Keluarga

(29)

Untuk lebih memperjelas pengaruh input terhadap output dalam usahatani jeruk siam yang baru menghasilkan dan yang sudah lama menghasilkan maka akan digambarkan dalam kerangka pemikiran sebagai berikut :

Gambar 2. Skema Kerangka Pemikiran Pengaruh Input Terhadap Output Pestisida Bibit

Pestisida

Tenaga kerja Pupuk

Tenaga Kerja

Bibit

Pupuk

Input Tanaman Baru Menghasilkan

Input Tanaman Sudah Lama Menghasilkan

(30)

2.5 Hipotesi Penelitian

Berdasarkan skema kerangka pemikiran maka dapat dirumuskan bahwa hipotesis penelitian adalah sebagai berikut :

1. Ada perbedaan karakteristik petani usahatani jeruk siam yang baru menghasilkan dengan yang sudah lama menghasilkan di daerah penelitian. 2. Ada perbedaan pengaruh input terhadap output antara usahatani jeruk siam

yang baru menghasilkan dengan yang sudah lama menghasilkan di daerah penelitian.

3. Ada perbedaan pendapatan antara usahatani jeruk siam yang baru menghasilkan dengan yang sudah lama menghasilkan di daerah penelitian. 4. Ada perbedaan kelayakan usahatani jeruk siam yang baru menghasilkan

Gambar

Gambar 2. Skema Kerangka Pemikiran Pengaruh Input Terhadap Output

Referensi

Dokumen terkait

Adapun hal yang demikian itu mendorong saya untuk menulis dan memilih judul &#34;PERANAN BADAN PERENCANAAN PEM BANGUNAN DAERAH DALAM BIDANG PEMBANGUNAN DI KOTA MADYA TINGKAT

Otras tecnologías incluyen NAT, DHCP, el routing estático y predeterminado, EIGRP para IPv4, el routing entre VLAN y la configuración de VLAN.. Las configuraciones de seguridad

Sehingga perbuatan terdakwa telah cakap dalam melakukan perbuatan hukum dengan pengertian lain mampu membedakan mana yang baik dan yang tidak baik, termasuk hal

Untuk suatu sekolah yang mempunyai jumlah siswa yang sangat banyak namun mempunyai ruang kelas dan tenaga pengajar yang terbatas akan menjadi suatu kendala dalam

Dengan demikian sebagian besar institusi bisnis dan/atau pendidikan di Indonesia menganggap terdapat 3 (tiga) hal utama yang memiliki pengaruh secara signifikan terhadap

Sumba Barat, tetapi pada sisi lain pemerintah tidak adanya upaya untuk melindungi. penganut aliran kepercayaan Marapu dari segala tindak diskriminasi dan

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah melalui penerapan pendekatan PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan) dengan media

Hasil-hasil penelitian lain juga menunjukkan semakin tinggi konsentrasi Fe dalam larutan semakin tinggi kemungkinan keracunan besi pada tanaman dan bahwa skor