FAKTOR-FAKTOR YANG MEMBENTUK
SISWA GIFTED UNDERACHIEVER
PADA PROGRAM KELAS AKSELERASI DI JAWA TIMUR
Nur Eva
Universitas Negeri Malang nur.eva2012@gmail.com
Abstrak: Siswa gifted dengan potensi kecerdasan yang tinggi seharusnya mampu meraih prestasi akademik yang tinggi pula. Namun, hasil penelitian menunjukkan bahwa 30-50% siswa gifted belum berprestasi dengan optimal (gifted underachiever). Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode analisis tematik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya prestasi akademik siswa gifted. Pengumpulan data penelitian menggunakan wawancara tidak terstruktur. Pedoman wawancara meliputi proses seleksi program akselerasi, perilaku siswa gifted underachiever di sekolah, latar belakang keluarga, solusi masalah di sekolah dan keluarga. Subyek penelitian adalah lima guru Bimbingan dan Konseling di sekolah tingkat SMP dan SMA yang memiliki program akselerasi di Jawa Timur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada tiga faktor yang menyebabkan siswa gifted underachiever, yaitu: faktor personal, keluarga (keluarga), dan sekolah. Dari data yang ada siswa gifted underachiever memerlukan perhatian yang lebih tinggi dari stakeholder pendidikan agar potensi yang dimilikinya dapat berkembang optimal. Pada penelitian selanjutnya diharapkan data dilengkapi dari siswa dan orang tua sehingga akan mendapatkan kesimpulan yang lebih komprehensif dan mempunyai nilai validasi yang lebih tinggi.
PENDAHULUAN
Prestasi akademik merupakan hal yang penting dalam kehidupan siswa gifted. Prestasi akademik adalah prediktor kesuksesan (Doring, 2006), optimalitas perkembangan dan penyesuaian diri (Levine, 1988 dalam Gullesserian, 2008), kepercayaan diri dan harga diriatas kemampuan yang dimilikinya, membuka peluang terhadap kesempatan untuk melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi dan memberikan berbagai pengalaman yang menyenangkan (Peterson dkk, 2011). Dengan demikian prestasi akademik merupakan fasilitas bagi siswa gifted untuk memberikan kontribusi yang optimal dalam kehidupannya baik sebagai individu dan anggota masyarakat.
Siswa gifted adalah individu dengan prestasi 10% teratas dalam kelompok umurnya, mendatangkan harapan yang besar untuk memberikan kontribusi yang luas dalam masyarakat (dalam Marisano & Shore, 2010; Siegle & McCoach, 2010). Namun pada kenyataannya lebih dari 30% (Albaili, 2003, McCoach & Siegle, 2003) prestasi akademik siswa gifted secara signifikan di bawah prestasi yang diharapkan. Siswa giftedberprestasi akademik rendah ini dikenal dengan sebutan gifted underachiever (Reis & McCoach, 2000).
Peneliti yang lain berkesimpulan bahwa terbentuknya siswa gifted underachiever merupakan kombinasi dari dimensi individu (seperti self esteem, willingness to take risks, need for achievement), orang tua (meliputi tingkat pendidikan, status ekonomi, harapan, dan nilai-nilai), dan sekolah (seperti, politik pendidikan, tingkat kemampuan teman sebaya, metode pengajaran) (dalam Marisano, Dominique & Shore, Bruce, 2010).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa minimal ada tiga faktor yang memberikan pengaruh terhadap terbentuknya siswa gifted underachiever, yaitu (a) faktor individu (b) faktor keluarga dan (c) faktor sekolah.
Indonesia memberikan fasilitas pendidikan kepada siswa academic gifted atau siswa akademik cerdas istimewa (ACI) melalui kurikulum terdiferensiasi pada program kelas akselerasisejak tahun 2000. Syarat siswa yang belajar pada program akselerasi siswa mempunyai mempunyai IQ minimal 130 dengan skala weschler, kreativitas dan komitmen terhadap tugas di atas rata-rata. Dengan kriteria itu diharapkan siswa ACI dapat belajar dan mencapai prestasi yang optimal sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Namun, berdasarkan penelitian yang telah dilakukan penulis ternyata sekitar 15% dari siswa program akselerasi belum berprestasi optimal bahkan ada siswa ACI yang memilih keluar dari program akselerasi (Eva, 2013) . Sedangkan penelitian yang sebelumnya menunjukan bahwa sekitar 30% siswa yang tidak dapat menyelesaikan studinya di tingkat SMA memiliki tingkat kecerdasan lebih dari 130 (Sulaiman, 2007; dalam Firdiasih, 2009). Depdikbud (1997) mengatakan bahwa siswa yang dikategorikan gifted mengalami “underachiever” pada SD dan SMP sebesar 2 - 5% dan SMA sebesar 8%. Hal ini sesuai dengan data yang diperoleh peneliti pada berbagai jurnal internasional (Albaili, 2003, McCoach & Siegle, 2003) yang menunjukkan sekitar 30% siswa
berbagai faktor yang membentuk rendahnya prestasi siswa ACI (siswa gifted underachiever).
Hasil penelitian ini akan memberikan gambaran berbagai faktor yang mempengaruhi proses belajar dan pencapaian prestasi akademik siswa siswa gifted underachiever. Selanjutnya, data yang ada menjadi dasar untuk melakukan berbagai intervensi komprehensif yang akan membantu siswa gifted underachieveryang berprestasi rendah pada program akselerasi. Selain itu, data penelitian ini dapat digunakan untuk memberikan masukan pada stakehorder pendidikan agar fasilitas pendidikan untuk siswa gifted underachievermencapai hasil optimal.
LANDASAN TEORI
Gifted adalah individu yang menunjukkan bakat yang luar biasa (didefinisikan sebagai kemampuan luar biasa untuk alasan dan belajar) atau kompetensi (dokumentasi kinerja atau prestasi dalam 10% tertinggi) dalam satu atau beberapa bidang. Bidang tersebut meliputi beberapa struktur area aktivitas dengan memiliki sistem simbol (seperti: matematika, musik, bahasa) dan/ atau kesatuan keterampilan sensorimotor (seperti melukis, menari, olahraga) (Siegle & McCoach, 2010).Dengan definisi ini indikator individu gifted bukan potensi namun aktualitas dari potensi (kinerja atau prestasi) pada tingkat yang luar biasa, yaitu 10% tertinggi dalam kelompoknya dalam satu bidang atau beberapa bidang.
tinggi dibuktikan dari tes kecerdasan, tes prestasi, atau tes bakat khusus, observasi guru, dan tingkatan. Underachiever dibuktikan oleh ketidaksesuaian antara prestasi dan potensi.
Kelompok kedua menjelaskan bahwa underachiever adalah ketidaksesuaian antara prestasi yang diprediksi dan prestasi aktual. Dengan kata lain jika prestasi siswa lebih rendah dari pada harapan yang seharusnya dapat diraih berdasarkan pengukuran kemampuan maka seseorang siswa terkategori underachiever (Reis & McCoach, 2000) menjelaskan hal ini juga dapat dilihat dari korelasi antara IQ dan prestasi.
Kelompok ketiga, memandang underachiever adalah kegagalan mengembangkan atau menggunakan potensi laten tanpa mengacu pada kriteria eksternal lainnya. Rim (dalam Reis dan McCoach, 2000) menjelaskan bahwa jika siswa tidak bekerja sesuai dengan kemampuannya di sekolah, mereka adalah
underachieving.
Peneliti memilih definisi yang kedua, dimana underachiever terjadi jika prestasi aktual siswa gifted lebih rendah daripada prestasi yang diprediksi. Definisi dapat diukur berdasarkan korelasi antara IQ, kreativitas, motivasi, dan prestasi.
Ada tiga faktor yang memberikan pengaruh terhadap terbentuknya gifted underachiever, yaitu (a) faktor individu (b) faktor keluarga dan (c) faktor sekolah (Marisano, Dominique & Shore, Bruce, 2010). Peneliti yang lain menambahkan (d) faktor sosial sebagai pembentuk gifted underachiever (dalam Moore III, James, Donna , Milner, 2005). Dari berbagai faktor tersebut belum ada penelitian yang menjelaskan faktor mana yang paling dominan. Faktor-faktor tersebut saling berinteraksi untuk membentuk siswa gifted underachiever.
siswa berpengaruh terhadap prestasi akademik.Terdapat perbedaan kepribadiaan antara gifted underachiever dan gifted highachiever. Beberapa kondisi psikologis telah membentuk underachiever pada siswa gifted, seperti, rendahnya motivasi berprestasi, problem emosi, rendahnya self esteem dsb.
Faktor keluarga terkait dengan dukungan positif yang diberikan orang tua. Keluarga yang kurang memberikan dukungan positif akan menurunkan prestasi siswa
gifted (dalam Reis &McCoach, 2000). Sedangkan keluarga yang memperhatikan prestasi akan memberikan inspirasi pada siswa gifted untuk meraih prestasi yang tinggi (dalam Reis & McCoach, 2000) dan orang tua yang tidak tertarik dengan pendidikan seringkali ditemukan pada siswa gifted underachiever (dalam Reis & McCoach, 2000).
Faktor sekolah menjelaskan bahwa siswa gifted yang bersekolah program khusus untuk siswa gifted melaporkan bahwa mereka merasa dihargai dengan kurikulum yang menantang dan guru yang profesional (Jin & Moon, 2006). Hal ini menyebabkan prestasi akademik mereka jauh lebih baik dibandingkan di kelas reguler.
Faktor sosial untuk siswa gifted remaja adalah teman sebaya. Pada usia remaja, siswa gifted mempunyai keinginan untuk tetap diterima dan mempunyai teman. Hal ini yang menyebabkan siswa gifted lebih memilih mengabaikan prestasi akademiknya untuk mendapatkan penerimaan dari teman sebayanya (Neihart, 2010).
METODE PENELITIAN
kreativitas dan komitmen terhadap tugas dengan tingkat di atas rata-rata. Hal ini merupakan fenomena yang menarik untuk diteliti mengingat potensinya yang tinggi tersebut.
Penelitian dilakukan pada lima sekolah di Jawa Timur tingkat Sekolah Menengah Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang mempunyai program akselerasi, yaitu SMAN 1 Jember, SMAN 2 Lumajang, SMAN 1Purwosari Pasuruan, SMAN 8 Malang dan SMPN Kepanjen. Penelitian dilakukan pada bulan Maret 2013. Data diperoleh dengan melakukan wawancara tidak terstruktur kepada guru Bimbingan Konseling. Pedoman wawancara disusun meliputi proses seleksi program akselerasi, perilaku siswa gifted underachieveryang berprestasi rendah di sekolah, latar belakang keluarga, problem personal, solusi masalah di sekolah dan keluarga.
Untuk menjamin kualitas keabsahan data peneliti melakukan wawancara secara langsung kepada sumber data, tidak ada wawancara yang diwakilkan kepada orang lain. Disamping itu, pada saat wawancara sumber data juga memperlihatkan dokumen yang dijadikan pedoman dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan peneliti. Dokumen tersebut merupakan cacatan tentang siswa-siswa akselerasi dari berbagai kelas. Peneliti juga melakukan verifikasi data jika terdapat data yang kurang jelas. Pembacaan teori juga peneliti lakukan dalam selama proses penelitian berlangsung untuk menjaga keabsahan data.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Data Kuantitatif
Faktor-faktor yang Membentuk siswa Gifted Underachiever
Berdasarkan hasil wawancara ada tiga faktor yang membentuk prestasi rendah pada siswa gifted underachieverpada program akselerasi yaitu faktor orang tua, sekolah/guru, dan personal. Faktor orang tua meliputi rendahnya kemampuan ekonomi, rendahnya dukungan orang tua, dan orang tua yang mempunyai masalah terkait dengan perceraian. Faktor sekolah meliputi tingginya keterlibatan pada kegiatan ekstrakurikuler, metode pembelajaran yang kurang fleksibel, dan guru yang kurang disukai oleh siswa. Sedangkan faktor personal meliputi rendahnya motivasi belajar, perilaku yang buruk seperti sering membolos, dan adanya gangguan psikologis, seperti, problem emosi.
Faktor orang tua meliputi rendahnya kemampuan ekonomi, rendahnya dukungan orang tua, dan orang tua yang mempunyai masalah terkait dengan perceraian.Faktor keluarga terkait dengan dukungan positif yang diberikan orang tua. Keluarga yang kurang memberikan dukungan positif akan menurunkan prestasi siswa
gifted. Sedangkan keluarga yang memperhatikan prestasi akan memberikan inspirasi pada siswa gifted untuk meraih prestasi yang tinggi dan orang tua yang tidak tertarik dengan pendidikan seringkali ditemukan pada siswa gifted underachiever (dalam Reis & McCoach, 2000). Demikian juga orang tua yang bersikap negatif terhadap sekolah, orang tua dengan konflik keluarga, orang tua dengan karier yang kurang baik, serta keluarga transisi akan mempengaruhi prestasi siswa gifted. Dalam hal ini keluarga adalah model bagi perilaku anak (Peterson, 2001).
Faktor sekolah meliputi tingginya keterlibatan pada kegiatan ekstrakurikuler, metode pembelajaran yang kurang fleksibel, dan guru yang kurang disukai oleh siswa.McCoach & Siegle (2003) menjelaskan bahwa siswa gifted underachiever
mengajar pada kelas akselerasi mempunyai kesiapan profesionalitas dan kepribadian.Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Prof. Dr. Asmadi Alsa (2007) tersebut dapat disimpulkan bahwa program akselerasi yang telah berjalan masih menitikberatkan pada ranah kognitif dibandingkan ranah afektif dan psikomotorik dan pembelajaran yang menyangkut pendalaman serta memberikan pengalaman belajar variatif belum dilakukan secara optimal.Oleh karena itu, program akselerasi membutuhkan guru dengan kompetensi, keterampilan, dan pengetahuan yang sesuai dengan karakteristik unik siswa CIBI (Davis, dkk, 2011).
Sedangkan faktor personal meliputi rendahnya motivasi belajar, perilaku yang buruk seperti sering membolos, dan adanya gangguan psikologis, seperti, problem emosi. Johnson (1997) menjelaskan bahwa kepribadian siswa berpengaruh terhadap prestasi akademik.Terdapat perbedaan kepribadiaan antara gifted underachiever dan
gifted highachiever. Beberapa kondisi psikologis telah membentuk underachiever
pada siswa gifted, seperti, rendahnya motivasi berprestasi, problem emosi, rendahnya
self esteem dsb.Banyak penelitian yang membuktikan bahwa motivasi adalah faktor yang mempengaruhi gifted underachiever. McCoach & Siegle (2003) dalam penelitiannya menemukan motivasi adalah prediktor utama perilaku belajar siswa
gifted.Problem emosi juga merupakan masalah yang mempengaruhi terbentuknya
underachiever pada siswa gifted (dalam Sylvia, 2002). Siswa gifted mempunyai karakteristik yang unik sehingga ia mempunyai kebutuhan emosi yang unik juga (dalam Dai & Coleman, 2005).
KESIMPULAN
Fenomenasiswa gifted underachiever muncul karena siswa gifted mempunyai problem yang mengganggu proses belajarnya. Problem yang dihadapi siswa gifted
SARAN
Seleksi program akselerasi sebaiknya dilengkapi dengan wawancara terhadap orang tua terkait dengan masalah yang sedang dihadapi orang tua dan memperhatikan aspek kepribadian siswa dan gangguan psikologis yang dialami siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Albaili, Mohamed A., 2003. Motivational Goal Orientations of Intelektually Gifted Achieving And Underachieving Students in The United Arab Emirates. Social Behavior and Personality, 31 (2), 107-120.©Society for Personality Research (Inc.)
Alsa, Asmadi. 2007. Keunggulan dan Kelemahan Program Akselerasi pada Tingkat SMA: Tinjauan Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM
Doring, David P. 2006. Social and Academic Predictors of Success for Gifted Children.Dissertation Abstracts International: Section B: The Sciences and Engineering, Vol 67(1-B), 2006, 569
Davis, dkk. 2011. Education of The Gifted and Talented. New York: Pearson
Dai, David Yun., & Coleman, Laurence J. 2005. Epilogue: Conclusions and Implications for Gifted Education. Journal for the Education of the Gifted; 28, 3/4; PsyINFO
Firdiasih, Tol’ah Aeni. 2009. Underachiever. [online]. Tersedia: http://mp3-underachiever.blogspot.com/. [24 Mei 2012]
Gullesserian, Jennifer A. 2008. The Associations Between Child Characteristics and family Functioning and Academic Achievement and Social Competence in Inner-city Gifted Children. New York University. http://www.sagepublication.com
Johnson, Carol Bradley.1997. Personality traits and learning styles: Factor affecting the academic achievement of underachieving gifted students. http://www.sagepublication.com
Marisano, Dominique. & Shore, Bruce, M. 2010. Can Personal Goal Setting Tap the Potential of the Gifted Underachiever? Roeper Review; Oct-Des; 32, 4; PsycINFO McCoach, D. Betsy. and Siegle, Del. 2003. Factors That Differentiate Underachieving Gifted Students From High-Achieving Gifted Students. http://www.sagepublication.com
Moore III, James L. Ford, Donna Y, Milner, H. Richard. 2005. Underachievement Among Gifted Students of Color: Implications
Peterson, Jean Sunde, dkk. 2012. Positive Life Experience: A Qualitative Cross-Sectional Longitudinal Study of Gifted Graduates. Journal of Gifted Education. http://www.sagepublication.com
Reis, S.M., dan McCoach, D.B., 2000. The Underachievement of Gifted Student: What Do We Know and Where Do We Go? GiftChild Quarterly 153. Summer 2000. Vol 44 No.3
Sylvia, LKB.2002. The structure of the relationship between father and their gifted daughters that is supportive of giftedness: A grounded theory.