• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA - BAB II Kajian Pustaka

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA - BAB II Kajian Pustaka"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 . Kajian Teoritis

2.1.1. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

Dalam rangka melaksanakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangannya, pemerintah daerah perlu menyusun suatu kebijakan anggaran untuk membiayai penyelenggaraan kegiatan tersebut. Dalam hal ini Anggaran didefinisikan sebagai suatu rencana yang disusun secara sistematis, yang meliputi seluruh kegiatan organisasi yang dinyatakan dalam unit (satuan) moneter dan berlaku untuk jangka waktu tertentu (Bastian, 2006: 39).

(2)

prinsip-prinsip pokok dalam penganggaran dan manajemen keuangan daerah antara lain sebagai berikut :

1. Komprehensif dan disiplin. Anggaran daerah adalah satu-satunya mekanisme yang akan menjamin terciptanya disiplin pengambilan keputusan. Karenanya, anggaran daerah harus disusun secara secara komprehensif, yaitu menggunakan pendekatan yang holistik secara komprehensif dengan menggunakan pendekatan yang holistik dalam diagnose permasalahan yang dihadapi, analisis keterkaitan antar masalah yang mungkin muncul,evaluasi kapasitas kelembagaan yang dipunyai, dan mencari, cara-cara terbaik untuk memecahkannya.

2. Fleksibilitas. Sampai tingkat tertentu, Pemerintah daerah harus diberi keleluasan yang memadai sesuai dengan ketersediaan informasi-informasi yang relevan yang dimilikinya. Arahan dari pusat memang harus ada tetapi harus diterapkan secara hatihati, dalam arti tidak sampai mematikan inisiatif dan prakarsa daerah.

3. Terprediksi. Kebijakan yang terprediksi adalah faktor penting dalam peningkatan kualitas implementasi anggaran daerah. Sebaliknya apabila kebijakan sering berubah-ubah, seperti metode pengalokasian dana alokasi umum (DAU) yang tidak jelas misalnya, maka daerah akan menghadapi ketida kpastian (uncertainty) yang sangat besar hingga prinsip efesiensi dan efektivitas pelaksanaan suatu program yang didanai oleh anggaran daerah cendrung terabaikan.

4. Kejujuran. Tidak hanya menyangut moral dan etika manusianya tetapi juga menyangkut keberadaan bias proyeksi penerimaan dan pengeluaran. Sumber bias yang memunculkan ketidak-jujuran ini dapat berasal dari aspek teknis dan politis.

5. Informasi. Informasi adalah basis kejujuran dan proses pengambilan keputusan yang baik. karenanya, pelaporan yang teratur tentang biaya, output, dan dampak suatu kebijakan adalah sangat penting.

(3)

Menurut Ani Sri Rahayu (2010: 293) Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan wujud pengelolaan keuangan daerah yang setiap tahunnya ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Peraturan Daerah sebagaimana dimaksud telah dibahas dan disetujui bersama dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Adapun struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah adalah sebagai berikut : (Aries, 2012: 151-152)

1. Pendapatan Daerah

Pendapatan daerah dirinci menurut kelompok pendapatan dan jenis pendapatan. Kelompok pendapatan meliputi pendapatan asli daerah, danan perimbangan, dan lain-lain pendapatan yang sah. Jenis pendapatan, misalnya pajak daerah, retribusi daerah, dana alokasi umum, dan dana alokasi khusus.

2. Belanja Daerah

Belanja daerah dirinci menurut organisasi, fungsi dan jenis belanja. Yang dimaksud dengan belanja menurut organisasi adalah suatu kesatuan pengguna anggaran seperti DPRD dan secretariat DPRD, kepala daerah dan wakil kepala daerah, sekretariat darah, serta dinas daerah dan lembaga teknis lainnya. Fungsi belanja, misalnya pendidikan, kesehatan, serta fungsi-fungsi lainnya.jenis belanja maksudnya adalah belanja pegawai, belanja barang, belanja pemeliharaan, belanja perjalanan dinas, serta belanja modal/ pembangunan.

3. Pembiayaan

(4)

Menurut Yani (2013: 372) Belanja Daerah merupakan semua pengeluaran dari rekening kas umum daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar, yang merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun anggaran yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh daerah. Dalam pengertian ini, belanja daerah ditujukan untuk membiayai pelaksanaan urusan pemerintahan yang menurut peraturan perundang-undangan menjadi kewenangan pemerintah daerah, baik provinsi maupun kabupaten/kota.

Pendapat lain disampaikan oleh Mahmudi (2010:87) yang menjelaskan bahwa:

Istilah “belanja” pada umumnya hanya digunakan di sektor publik, tidak disektor bisnis. Belanja disektor publik terkait dengan penganggaran, yaitu menunjukan jumlah uang yang telah dikeluarkan selama satu tahun anggaran. Belanja pada organisasi sektor publik ini menjadi ciri khas tersendiri yang menunjukan keunikan sektor publik dibandingkan sektor bisnis.Belanja dapat berbentuk belanja operasi (operation expenditure) yang pada hakikatnya merupakan biaya (expense) maupun belanja modal (capital expenditure) yang merupakan belanja investasi yang masih berupa cost sehingga nantinya diakui dalam neraca.

Pengertian senada juga disampaikan Sumarsono (2010: 118) yang menjelaskan bahwa:

(5)

Berdasarkan ketiga teori diatas maka dapat diketahui bahwa belanja daerah adalah segala bentuk pengeluaran pemerintah daerah yang menjadi kewajiban daerah dalam satu tahun anggaran atas penyelenggaraan semua urusan pemerintahan yang menjadi kewajiban sekaligus kewenangannya.

Belanja Daerah harus mampu mengembangkan kualitas masyarakat, terutama dalam pemberian pelayanan publik. Hal ini mengarah pada belanja pembangunan yang digunakan untuk meningkatkan kualitas layanan publik, berupa pembangunan sarana dan prasarana publik. Belanja pembangunan merupakan sorotan utama dalam setiap perencanaan anggaran pemerintah daerah sebab belanja ini yang bersifat menyentuh langsung pada masyarakat. Oleh karena itu, sebagaimana disebutkan oleh Suhab dalam Aries (2012: 142), dengan mengutip World Bank (1994) secara spesifik merekomendasikan dua hal dalam pengalokasian anggaran belanja daerah, yaitu:

1) Pengalokasian anggaran belanja pemerintah daerah pada kegiatan pembangunan yang mempunyai “cost recovery” tertinggi.

2) Pengalokasian anggaran belanja pemerintah daerah pada kegiatan pembangunan yang mampu merangsang penerimaan daerah.

(6)

urusan pemerintahan terdiri atas belanja menurut urusan wajib dan urusan pilihan yang menurut peraturan perundang-undangan menjadi kewenangan daerah. Sedangkan belanja daerah menurut fungsi digunakan untuk tujuan keselarasan dan keterpaduan pengelolaan keuang daerah, seperti pelayanan umum, ketertiban dan keamanan, lingkungan hidup, ekonomi, kesehatan, pendidikan, pariwisata dan budaya, serta perlindungan sosial.

Belanja daerah menurut organisasi disesuaikan dengan susunan organisasi dan tata kerja pemerintahan daerah. Sementara belanja daerah menurut kelompok belanja terdiri dari belanja langsung dan belanja tidak langsung.

2.1.3. Belanja Modal

Selayaknya pemerintah daerah harus mempunyai strategi yang baik dalam mengalokasikan belanja modal yang sangat mempunyai peran kepada publik. Anggaran publik yang difokuskan kepada masyarakat sejalan dengan tujuan pelaksanaan otonomi daerah secara hakekat desentralisasi fiskal yang mempunyai otoritas melakukan pelayanan langsung kepada masyarakat.

(7)

dalam kegiatan pemerintahan yang bermanfaat secara ekonomis, sosial, dan manfaat lainnya sehingga dapat meningkatkan kemampuan pemerintah dalam melayani masyarakat. Dalam pengertian ini, belanja modal ditujukan untuk peningkatan kesejahteraan rakyat melaui pemenuhan pelayanan dasar.

Pendapat senada juga disampaikan Sony Yuwono (2007:101) yang menyatakan bahwa belanja modal untuk pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembelian/ pengadaan atau pembangunan aset tetap berwujud yang mempunyai nilai manfaat lebih dari dua belas bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah. Aset tetap yang dimaksud yaitu tanah, peralatan mesin, bangunan, jalan, irigasi, dan aset tetap lainnya.

Menurut Sumarsono (2010:123) Belanja modal merupakan pengeluaran yang dianggarkan untuk pembelian/pengadaan aset tetap dan asset lainnya untuk digunakan dalam kegiatan pemerintahan yang memiliki kriteria sebagai berikut:

1) Manfaatnya lebih dari 12 (dua belas) bulan; 2) Merupakan objek pemeliharaan;

3) Jumlah nilai rupiahnya material sesuai dengan kebijakan akuntansi.

(8)

mesin, gedung, bangunan, jalan, irigasi, dan fisik lainnya. Penjelasan kategori belanja modal tersebut adalah:

a) Belanja Modal Tanah

Belanja modal tanah adalah pengeluaran/ biaya yang digunakan untuk pengadaan/ pembelian/ pembebasan penyelesaian, balik nama dan sewa tanah, pengosongan, pengurungan, peralatan, pematangan tanah, pembuatan sertifikat, dan pengeluaran lainnya yang sehubungan dengan perolehan hak atas tanah yang dimaksud dalam kondisi siap pakai.

b) Belanja Modal Peralatan dan Mesin

Belanja modal peralatan dan mesin adalah pengeluaran/biaya yang digunakan untuk pengadaan/ penambahan/penggantian dan peningkatan kapasitas peralatan dan mesin serta inventaris kantor yang memberi manfaat lebih dari dua belas bulan dan sampai peralatan dan mesin dimaksud dalam kondisi siap pakai.

c) Belanja Modal Gedung dan Bangunan

(9)

bangunan yang menambah kapasitas sampai gedung bangunan yang dimaksud dalam kondisi siap pakai.

d) Belanja Modal Jalan, Irigasi, dan Jaringan

Belanja modal jalan, irigasi, dan jaringan adalah pengeluaran/ biaya yang digunakan untuk pengadaan/penambahan/ penggantian dan peningkatan pembangunan/pembuatan serta perawatan, termasuk pengeluaran untuk penrencanaan, pengawasan, dan pengelolaan jalan, irigasi, serta jaringan yang menambah kapasitas sampa i jalan, irigasi, dan jaringan yang dimaksud dalam kondisi siap pakai.

e) Belanja Modal Fisik Lainnya

(10)

Belanja modal dimaksudkan untuk mendapatkan aset tetap pemerintah daerah, yakni peralatan, bangunan, infrastruktur, dan harta tetap lainnya. Secara teoritis ada tiga cara untuk memperoleh aset tetap tersebut, yakni dengan membangun sendiri, menukarkan dengan aset tetap lainnya, atau juga dengan membeli. Namun, untuk kasus di pemerintahan, biasanya cara yang dilakukan adalah membangun sendiri atau membeli.

2.1.4. Indeks Pembangunan Manusia

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI) adalah pengukuran perbandingan dari harapan hidup, melek huruf, pendidikan dan standar hidup untuk semua Negara diseluruh dunia (Badan Pusat Statistik dan UNDP, 1997). Indeks Pembangunan Manusia (IPM) ini pada dasarnya digunakan untuk mengetahui dan mengklasifikasikan apakah suatu negara termasuk negara maju, negara yang berkembang atau negara tertinggal, serta untuk mengukur pengaruh dari suatu kebijakan ekonomi pemerintah terhadap kualitas hidup masyarakat. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan indeks komposit atas 3 jenis indeks, yaitu:

(11)

2. Indeks Pendidikan, sebagai perwujudan dimensi pengetahuan (knowledge)

3. Indeks Standar Hidup Layak, sebagai dimensi hidup layak (decent living)

Index tersebut pada 1990 dikembangkan oleh pemenang nobel india Amartya Sen dan Mahbub ul Haq seorang ekonom pakistan dibantu oleh Gustav Ranis dari Yale University dan Lord Meghnad Desai dari London School of Economics, sejak itu dipakai oleh Program pembangunan PBB pada laporan HDI tahunannya. Digambarkan sebagai "pengukuran vulgar" oleh Amartya Sen karena batasannya. indeks ini lebih fokus pada hal-hal yang lebih sensitif dan berguna daripada hanya sekedar pendapatan perkapita yang selama ini digunakan, dan indeks ini juga berguna sebagai jembatan bagi peneliti yang serius untuk mengetahui hal-hal yang lebih terinci dalam membuat laporan pembangunan manusianya.

UNDP mengukur HDI dengan pencapaian rata-rata sebuah negara dalam 3 dimensi dasar pembangunan manusia, yaitu (Arsyad Lincolin, 1999):

1) Hidup yang sehat dan panjang umur yang diukur dengan harapan hidup saat kelahiran.

(12)

pendidikan dasar, menengah, atas gross enrollment ratio (bobot satu per tiga).

3) Standard kehidupan yang layak diukur dengan GDP per kapita gross domestic product / produk domestik bruto dalam paritas kekuatan beli purchasing power parity dalam Dollar AS.

Menurut Human Development Report (1990), pembangunan manusia adalah suatu proses untuk memperbesar pilihan-pilihan bagi manusia (“a process of enlarging people’s choices”). Dari definisi ini dapat ditarik kesimpulan bahwa fokus pembangunan suatu negara adalah penduduk karena penduduk adalah kekayaan nyata suatu negara. Konsep atau definisi pembangunan manusia tersebut pada dasarnya mencakup dimensi pembangunan yang sangat luas. Definisi ini lebih luas dari definisi pembangunan yang hanya menekankan pada pertumbuhan ekonomi. Dalam konsep pembangunan manusia pembangunan seharusnya dianalisis serta dipahami dari sudut manusianya, bukan hanya dari pertumbuhan ekonominya. Sebagaimana dari Human Development Report (1995), sejumlah premis penting dalam pembangunan manusia diantaranya :

(13)

2. Pembangunan dimaksudkan untuk memperbesar pilihan-pilihan bagi penduduk, tidak hanya untuk meningkatkan pendapatan mereka; oleh karena itu, konsep pembangunan manusia harus terpusat pada penduduk secara keseluruhan, dan bukan hanya pada aspek ekonomi saja.

3. Pembangunan manusia memperhatikan bukan hanya pada upaya meningkatkan kemampuan (kapabilitas) manusia tetapi juga pada upayaupaya memanfaatkan kemampuan manusia tersebut secara optimal.

4. Pembangunan manusia didukung empat pilar pokok, yaitu: produktifitas, pemerataan, kesinambungan, dan pemberdayaan.

Secara umum metode penghitungan IPM yang digunakan di Indonesia sama dengan metode penghitungan yang digunakan oleh UNDP. IPM di Indonesia disusun berdasarkan tiga komponen indeks, yaitu:

1) Indeks angka harapan hidup ketika lahir.

(14)

angka melek huruf Latin atau lainnya terhadap jumlah penduduk usia 15 tahun atau lebih)

3) Indeks standar hidup layak, yang diukur dengan pengeluaran per kapita (PPP-Purchasing Power Parity/ paritas daya beli dalam rupiah).

Penghitungan ketiga komponen tersebut dilakukan dengan rumus sebagai berikut: (BPS,2008)

Indeks X(i) = (X(i) – X(i)min) : X(i)maks – X(i)min

Keterangan:

X(i) : Indeks i komponen IPM

X(i)maks : Nilai indeks i maksimal dari komponen IPM X(i)min : Nilai indeks I minimal dari komponen IPM

IPM merupakan rata-rata dari ketiga komponen tersebut, dengan rumus:

IPM = 13+

❑ ❑

Indeks X(i)

dimana:

X(i) = Komponen IPM ke (i) (i) = Komponen IPM

2.2 . Kajian Normatif

2.2.1. Belanja Daerah dan Belanja Modal

(15)

daerah adalah semua kewajiban daerah yang diakui sebagai pengurangan nilai kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan. Kemudian pada pasal 20 ayat (3) Peraturan Pemerintah nomor 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dijelaskan kembali bahwa belanja daerah meliputi semua pengeluaran dari rekening kas umum daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar, yang merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun anggaran yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah daerah.

Masih dalam Peraturan Pemerintah nomor 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah pada pasal 26 dkatakan bahwa:

(1) Belanja daerah dipergunakan dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan provinsi atau kabupaten/kota yang terdiri dari urusan wajib dan urusan pilihan yang ditetapkan dengan ketentuan perundang-undangan.

(2) Belanja penyelenggaraan urusan wajib sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diprioritaskan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak serta mengembangkan sistem jaminan sosial.

(3) Peningkatan kualitas kehidupan masyarakat sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) diwujudkan melalui prestasi kerja dalam pencapaian standar pelayanan minimal berdasarkan urusan wajib pemerintahan daerah sesuai

(16)

Dengan demikian, sasaran utama dari pengalokasian belanja daerah adalah penyelenggaraan pelayanan dasar untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Pasal 16 ayat (4) Undang-Undang nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara dikatakan bahwa Belanja daerah dirinci menurut organisasi, fungsi, dan jenis belanja. Klasifikasi belanja ini kemudian dijabarkan kembali dalam Peraturan Pemerintah nomor 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah pada pasal 27 ayat (1) yang menyebutkan bahwa belanja daerah diklasifikasikan menurut organisasi, fungsi, program dan kegiatan, serta jenis belanja.

Kalsifikasi belanja menurut organisasi disesuaikan dengan susunan organisasi pemerintahan daerah masing-masing (pasal 27 ayat (2) Peraturan Pemerintah 58 tahun 2005). Sama halnya dengan klasifikasi belanja menurut organisasi, klasifikasi belanja menurut program dan kegiatan juga disesuaikan dengan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintah daerah (pasal 27 ayat (6) Peraturan Pemerintah 58 tahun 2005).

Kemudian dalam pasal yang sama pada ayat (7) ditetapkan bahwa klasifikasi belanja menurut jenis belanja terdiri dari :

(17)

d. Bunga e. Subsidi f. Hibah

g. Bantuan sosial

h. Belanja bagi hasil dan bantuan keuangan i. Belanja tidak terduga.

Klasifikasi belanja daerah yang tertuang pada Peraturan Pemerintah nomor 58 tahun 2005 ini kemudian dijabarkan secara lebih spesifik pada Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 13 tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah pada pasal 24 ayat (2) yang mengklasifikasikan belanja daerah menjadi belanja daerah menurut urusan pemerintahan daerah, organisasi, program, kegiatan, kelompok, jenis, obyek dan rincian obyek belanja.

Pada Permendagri ini, terlihat klasifikasi belanja daerah bertambah dengan adanya belanja daerah menurut kelompok, obyek dan rincian obyek belanja. Pada pasal 36, klasifikasi belanja daerah menurut kelompok belanja terdiri dari:

(18)

bantuan keuangan, dan belanja tidak terduga (Pasal 37 Permendagri 13 tahun 2006)

b. Belanja langsung, merupakan kelompok belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Jenis belanja ini terdiri dari belanja pegawai, belanja barang dan jasa, dan belanja modal.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Standar Akutansi Pemerintah. Belanja modal merupakan pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembentukan modal yang sifatnya menambah aset tetap/ inventaris yang memberikan manfaat lebih dari satu periode akuntansi, termasuk di dalamnya adalah pengeluaran untuk biaya pemeliharaan yang sifatnya mempertahankan atau menambah aset. Dalam SAP, belanja modal dapat dikategorikan ke dalam 5 (lima) kategori utama yaitu:

a. Belanja Modal Tanah

Belanja modal tanah adalah pengeluaran/biaya yang digunakan untuk pengadaan/ pembelian/ pembebasan, penyelesaian, balik nama dan sewa tanah, pengosongan, pengurungan, peralatan, pematangan tanah, pembuatan, sertifikat, dan pengeluaran lainnya sehubungan dengan perolehan hak atas tanah dan sampai tanah dimaksud dalam kondisi siap pakai.

(19)

Belanja modal peralatan dan mesin adalah pengeluaran/ biaya yang digunakan untuk pengadaan/ penambahan/ penggantian, dan peningkatan kapasitas peralatan dan mesin, serta inventaris kantor yang memberikan manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan, dan sampai peralatan dan mesin dimaksud dalam kondisi siap pakai.

c. Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan

Belanja modal jalan, irigasi, dan jaringan adalah pengeluaran/ biaya yang digunakan untuk pengadaan/ penambahan/ penggantian/ peningkatan pembangunan/ pembuatan serta perawatan, dan pengelolaan jalan irigasi dan jaringan yang menambah kapasitas sampai jalan irigasi dan jaringan dimaksud dalam kondisi siap pakai. d. Belanja Modal Fisik Lainnya

(20)

2.3 . Penelitian Sebelumnya

Hasil penelitian sebelumnya yang membentuk hubungan antara belanja modal dan indeks pembangunan manusia antara lain.

Tabel 2.1 Analisis faktor-faktor yang

(21)

Manusia

(22)

2.4 . Kerangka Berpikir

Kebijakan anggaran pemerintah daerah yang tertuang dalam APBD akan menjadi pedoman pembiayaan penyelenggaraan berbagai urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah setiap tahun bersangkutan. Anggaran tersebut digunakan pemerintah untuk membangun infrastruktur yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan meningkatkan pertumbuhan perekonomian melalui belanja modal. Dalam jangka panjang, hal tersebut sekaligus juga akan meningkatkan pendapatan pemerintah daerah yang nantinya akan digunakan untuk membiayai kebutuhannya sendiri dan mengurangi beban dari pemerintah pusat.

(23)

Gambar 2.1

Skema Kerangka Pemikiran

Permasalahan:

1. IPM Kabupaten Lombok Utara rendah baik dalam skala nasional dan lokal.

(24)

2.5 . Hipotesis

Hipotesisi merupakan dugaan atau jawaban sementara atas permasalahan yang akan diteliti. Dikatakan sementara karena dugaan atau jawaban tersebut diberikan hanya berdasarkan teori-teori yang relevan dan belum berdasarkan data-data dan fakta-fakta dilapangan.

Adapun hipotesis dalam penelitian ini dinyatakan sebagai berikut: H0: Realisasi belanja modal berpengaruh positif terhadap

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di kabupaten Lombok Utara.

Gambar

Tabel 2.1
Gambar 2.1Skema Kerangka Pemikiran

Referensi

Dokumen terkait

: Kepatuhan wajib pajak dalam mendaftarkan diri, kepatuhan untuk menyetorkan kembali surat pemberitahuan (SPT), kepatuhan dalam perhitungan dan pembayaran pajak

Hal itu disebabkan yang akan mengembangkan dan memajukan perpustakaan adalah orang yang paling tahu mengenai perpustakaan atau memiliki latar belakang pendidikan ilmu

Dengan begitu ketika kita membuat aplikasi menggunakan framework, kita bisa menggunakan fitur yang sudah ada di dalam software tersebut.. Sebagai contoh, kita ingin mengirimkan

Hubungan Stratum adalah suatu layer batuan yang dibedakan dari strata lain yang terletak di atas atau dibawahnya. William Smith, “Bapak stratigrafi”, adalah orang

Manusia, sebagai individual, pada dasarnya dilahirkan dalam proses sosial, dan dalam proses kehidupan selanjutnya dia membutuhkan manusia lain serta berinteraksi dengan

Pemberian dosis EDK berpengaruh nyata (P < 0,05) terhadap penurunan denyut jantung, respirasi, rasio N : L, dan susut tubuh Domba Garut jantan, sedangkan lama transportasi

Ternyata, pada saat matahari terbit dan terbenam, sinar dari matahari melakukan perjalanan yang lebih panjang dibandingkan dengan di waktu lain seperti

Jika terdapat hanya sedikit atau tidak ada hasil penelitian ilmiah atau pengetahuan berdasar perkiraan rasional dalam hubungan dengan sebab-sebab gejala, konselor