BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Total permintaan umat manusia sejagat raya terhadap sumberdaya alam dan
jasa-jasa lingkungan di dunia khususnya di Indonesia telah melampaui daya dukung bumi
dalam menyediakan (memproduksi) segenap sumberdaya alam dan jasa-jasa lingkungan,
sementara jumlah penduduk serta pendapatan masyarakat semakin meningkat (Dahuri
2012). Oleh karena itu, permintaan barang dan jasa di masa mendatang akan terus
meningkat pula yang semakin tidak dapat dipenuhi lagi dari hasil-hasil pendayagunaan
sumberdaya alam. Sebagai konsekuensinya, tuntutan untuk memanfaatkan sumberdaya
alam dimasa mendatang juga akan meningkat. Beberapa kenyataan yang terjadi dalam
lingkungan kita saat ini diantaranya peningkatan jumlah penduduk, kegiatan industri,
pencemaran, ketersediaan air bersih, pengelolaan secara berlebihan dan faktor penting
lainnya. Semua faktor faktor ini merupakan komponen yang saling terkait dalam
berkehidupan saat ini.
Untuk mencapai optimalisasi pemanfaatan sumberdaya alam diperlukan adanya
neraca sumberdaya alam dan lingkungan yang memerlukan penilaian ekonomi (valuasi
ekonomi) terhadap cadangan pemanfaatan sumberdaya alam dan juga diarahkan bagaimana
pengelolaan sumberdaya tersebut tepat guna dan seefesien mungkin dengan tidak
mengurangi sumberdaya untuk generasi mendatang (sustainable development).
Pembangunan merupakan upaya sadar untuk mengelola dan memanfaatkan
mengukur kualitas hidup manusia sehingga semakin tinggi nilai pertumbuhan ekonomi
maka semakin tinggi pula taraf kualitas hidup manusia. Semakin cepat pertumbuhan
ekonomi akan semakin banyak barang sumberdaya yang diperlukan dalam proses
produksi yang pada giliranya akan mengurangi ketersediaan sumberdaya alam sebagai
bahan baku yang tersimpan pada sumberdaya alam yang ada. Jadi semakin berpacunya
pembangunan ekonomi dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat berarti semakin
banyak barang sumberdaya yang diambil dari dalam bumi dan akan semakin sedikitlah
jumlah persedian sumberdaya alam tersebut. Disamping itu pembangunan ekonomi yang
cepat dibarengi pembangunan instalasi-instalasi pengolah maka akan tercipta pula
pencemaran yang merusak sumberdaya alam dan juga manusia itu sendiri ( Suryanto,
2009).
Pembangunan sebagai upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pada
dasarnya merupakan kegiatan pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan hidup yang
akan berdampak pada perubahan fungsi lingkungan hidup. Oleh karenanya, pola dan
cara-cara membangunlah yang akan menentukan besaran dampak yang akan terjadi pada
lingkungan hidup ( Djajadiningrat, 2011 ).
Pengelolaan lingkungan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan manusia.
Karena itu aspek kesehatan yang merupakan salah satu faktor utama kesejahteraan
manusia , juga termasuk dalam pengelolaan lingkungan (UU No 4 Tahun 1982).
Kegiatan usaha penambangan akan mampu menghasilkan dampak positif dan
dipastikan mengakibatkan dampak negatif. Dampak positif dalam bentuk peningkatan
kesejahteraan masyarakat sekitar, menciptakan peluang kerja, timbulnya kegiatan
limbah, dapat menimbulkan gangguan penyakit, timbulnya debu dan kebisingan serta
kerusakan lingkungan di bidang sosial dan budaya (Sukandarrumidi, 2010 ). Dalam proses
penambangan galian C seluruh pengusaha diharap selalu memperhatikan baku mutu
( KepMenLH No.48/MENLH/11/1996) adapun untuk debu batas baku mutu yang
seharusnya 90 ) laser diode, kebisingan baku mutu yang ditetapkan sebesar 55) desibel
meter, serta untuk kekeruhan air sungai tidak melebihi yang ditetapkan sebesar 5 turbiti
meter.
Kegiatan pertambangan yang merupakan kegiatan padat teknologi dan padat modal,
merupakan sumber devisa negara. Perputaran ekonomi pada saat proyek berlangsung sudah
tentu akan merangsang pertumbuhan sektor perekonomian terkait. Tersedia dan terbukanya
lapangan kerja bagi masyarakat setempat walaupun kehadiran masyarakat pendatang untuk
ikut berkompetisi tak dapat di hindari. Dengan masuknya berbagai ragam budaya dan pola
hidup setiap orang yang telibat dalam proyek pertambangan ini, secara bertahap akan
mempengaruhi pola kehidupan sosial dan budaya masyarakat setempat(Rissamasu et al.,
2012) .
Pengelolaan lingkungan hidup di Aceh pada masa yang akan datang menjadi kunci
keberhasilan atas penataan ruang untuk menjamin keberlanjutan fungsi lingkungan hidup.
Seperti yang diamanatkan dalam Undang-Undang No.11 tahun 2006 (UUPA) Bab XX
pasal 141 (1) Perencanaan pembangunan Aceh /Kabupaten/Kota disusun secara
komprehensif sebagai bagian perencanaan pembangunan nasional. Pernyataan ini
dipertegas dalam pasal 142 (1) Pemerintah Aceh mempunyai kewenangan menetapkan
Wilayah Aceh (RTRW) dan Kabupaten/Kota (RTRK) dengan memperhatikan
pembangunan berkelanjutan dan kelestarian lingkungan hidup .
Undang-Undang Pemerintahan Aceh (UU PA) ini akan menjadi payung hukum atas
pelaksanaan desentralisasi dan otonomi serta memperhatikan pembangunan berkelanjutan
dan kelestarian lingkungan hidup di Aceh, dalam pembangunan dimasa yang akan datang
perlu dilihat bagaimana membangun hubungan timbal balik antara manusia dengan
komponen-komponen alam harus berlangsung dalam batas keseimbangan, apabila
hubungan timbal balik tersebut terlaksana tidak seimbang, maka akan mengakibatkan
adanya kerusakan lingkungan fisik, ekonomi, sosial dan budaya ( Sumarwoto, 1991).
Sebagai provinsi yang mengandalkan sumberdaya alam baik di laut maupun di
darat sebagai andalan masa depan (Renstra Aceh Tahun 2001-2005) kawasan dan lahan
penambangan di Aceh merupakan masalah baru dalam lingkungan dan keberlanjutan
pembangunan, seperti rentan terhadap erosi dan longsor serta hilangnya sumberdaya air
dimasa yang akan datang . Dan mudahnya pengambilan sumberdaya alam di Aceh yang
tidak terlepas dari longgarnya kebijakan-kebijakan dan kurangnya valuasi ekonomi dalam
sektor penambangan galian C seperti yang disebutkan dalam Undang-undang no 11 Tahun
1967 yang mengatur tentang ketentuan-ketentuan pokok pertambangan, menurut
undang-undang tersebut bahan golongan galian C adalah bahan galian tidak strategis dan vital,
yang pengelolaannya diberikan oleh Pemerintah daerah dengan mengeluarkan surat izin
pertambangan daerah.
Kabupaten Aceh Utara merupakan salah satu kabupaten yang memiliki lokasi
penambangan galian C di Provinsi Aceh, ini tidak terlepas dari giatnya sektor penggunaaan
C di Kabupaten Aceh Utara mencapai 187,81 hektar yang berada di 9 lokasi titik sebaran
galian yang disajikan pada tabel 1.1
Tabel 1.1. Lokasi dan luas area penambangan galian C di Kabupaten Aceh Utara
No Nama Kecamatan Jumlah titik galian C Luas Area Sumber : Pemerintah Kabupaten Aceh Utara, 2011.
Pendapatan daerah yang diperoleh dari kegiatan usaha penambangan galian C di
Kabupaten Aceh Utara selama kurun waktu 2007 sampai dengan tahun 2011 terdiri dari
pendapatan retribusi izin usaha dan pajak pengambilan dan penggalian bahan galian C yang
dapat dilihat pada tabel 1.2 .
Tabel 1.2. Data restribusi pendapatan izin usaha dari sektor usaha pertambangan pertambangan bahan galian golongan C di Kabupaten Aceh Utara tahun 2007-2011
Tahun Restribusi Daerah Target Realisasi
2007 Restribusi Izin Usaha Pertambangan Bahan Galian golongan C
5.000.000,- 5.780.000,-
2008 Restribusi Izin Usaha Pertambangan Bahan Galian golongan C
6.000.000,- 3.477.000,-
2009 Restribusi izin Usaha Pertambangan Bahan Galian golongan C
8.400.000,- 9.248.160,-
2010 Restribusi izin Usaha Pertambangan bahan galian golongan C
21.454.000,- 18.461.400,-
2011 Restribusi izin Usaha Pengambilan dan Penggalian Bahan galian golongan C
57.600.000,- 14.022.600,-
Data tersebut menunjukkan bahwa pada tahun 2007 dan tahun 2009, realisasi
pendapatan dari pajak sektor penambangan galian C melampaui target yang ditetapkan oleh
Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Utara. Namun demikian pada tahun 2010 dan 2011
realisasi pendapatan pajak mengalami penurunan.
Kegiatan penambangan galian C di Kabupaten Utara selama ini telah menyokong
memberikan kontribusi terhadap pendapatan asli daerah Kabupaten Aceh Utara. Meskipun
demikian, kegiatan penambangan galian C ini juga memberikan dampak kerusakan
lingkungan terutama disekitar lokasi penambangan galian C. Beberapa dampak lingkungan
yang terjadi berkaitan dengan keberadaan penambangan galian C dapat dikaji dari dua sisi
positif dan negatif (Hasibuan, 2006). Dampak positif yang ditimbulkan dari penambangan
bahan galian C diantaranya :
a. Terserapnya tenaga kerja.
b. Menambah pendapatan asli daerah (PAD) dengan kewajiban pengusaha
membayar restribusi dan iuran-iuran lain .
c. Memperlancar transportasi , karena yang tadinya jalan penduduk setempat hanya
merupakan jalan setapak, maka diupayakan pengusaha untuk membuat jalan yang
lebih lebar agar dapat dilewati oleh kenderaan pengangkut bahan galian.
Dampak negatif berupa resiko akibat penambangan bahan golongan galian C. Dari
proses pengangkutan hasil galian baik berupa pasir, kerikil dan batu inilah yang
mengakibatkan terjaditnya kerusakan jalan bahkan menimbulkan lubang-lubang besar
bekas galian C yang kedalamannya mencapai tiga sampai empat meter, dan apabila bekas
rusak. Rona awal lahan yang sebelumnya merupakan kebun tanaman budidaya seperti,
padi, pisang dan bambu serta tumbuh-tumbuhan lain yang terletak dipinggiran sungai,
akibat dilakukan penambangan didasar maka apabila terjadi banjir dan sungai meluap
mengakibatkan tanaman-tanaman budidaya tersebut tenggelam dan semakin melebarnya
pinggiran sungai.
Dengan jumlah penduduk di Kabupaten Aceh Utara sensus tahun 2010 sebanyak
529.751 jiwa menjadi potensi pengembangan perekonomian dan pembangunan, sehingga
sangat penting memperhatikan daya dukung dan nilai sumberdaya alam yang menjadi
sumberdaya utama keberlangsungan (sustainability) kehidupan. Hasil valuasi ini nantinya
dapat menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan arah dan strategi serta kebijakan
pembangunan pada masa yang akan datang. Dalam upaya mengelola lingkungan dan
mengembangkan kesejahteraan masyarakat (community development) yang menjadi konsep pembangunn internasional, maka dipandang perlu dilakukan penelitian Valuasi
Ekonomi kegiatan penambangan terhadap kesejahteraan masyarakat.
1.2. Perumusan Masalah
Kondisi dan adanya laju pertumbuhan penduduk yang besar akan dapat memacu
tekanan terhadap lahan. Dalam pengelolaan sumberdaya alam, terjadi perubahan
pengelolaan dari monokultur menjadi campuran dan ini mulai terlihat mulai tahun 2005.
Berdasarkan hal tersebut maka permasalahan yang dijumpai antara lain adalah :
a. Apakah terbukanya lapangan kerja, kerusakan lingkungan berpengaruh terhadap
b. Bagaimana pengaruh tidak langsung terbukanya lapangan kerja terhadap kesejahteraan
masyarakat melalui kerusakan lingkungan di Kabupaten Aceh Utara .
c. Bagaimana pengaruh total variabel kegiatan penambangan galian C terhadap
kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Aceh Utara .
d. Berapa harga yang harus dibayar pengusaha pada pemerintah selaku agen yang
memperhatikan kepentingan umum.
e. Bagaimana persepsi masyarakat terhadap kebijakan pengelolaan lingkungan kegiatan
penambangan galian C di masa yang akan datang
f. Bagaimana pemanfaatan sumberdaya alan galian C secara ekonomis, adil dan
berkelanjutan
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari pada penelitian adalah untuk melakukan penilaian ekonomi (Economic Valuation ) penambangan galian C terhadap kesejahteraan masyarakat dan merumuskan
sebuah kebjakan, alternatif dalam rangka pengelolaan kawasan penambangan galian C di
masa yang akan datang . Untuk mencapai tujuan umum, secara spesifik tujuan dari
penelitian ini adalah untuk :
a. Mengetahui dampak terbukanya lapangan kerja dan kerusakan lingkungan terhadap
kesejahteraan masyarakat dikabupaten Aceh Utara
b. Menganalisis pengaruh tidak langsung terbukanya lapangan kerja terhadap
kesejahteraan masyarakat melalui kerusakan lingkungan di Kabupaten Aceh Utara.
c. Untuk melihat bagaimana pengaruh total variabel kegiatan penambangan galian C
d. Mengetahui berapaharga yang harus dibayar dalam setiap pengambilan galian C oleh
pengusaha khususnya pasir ,kerikil dan koral.
e. Mengetahui bagaimana persepsi masyarakat terhadap kebijakan pengelolaan
lingkungan penambangan galian C di masa yang akan datang .
f. Menganalis pemanfaatan sumberdaya alam galian C secara ekonomis, adil dan
keberlanjutan
1.4 ManfaatPenelitian
Dengan adanya kegiatan penelitian ini, maka diharapkan memberikan beberapa
manfaat sebagai berikut :
a. Informasi mengenai dampak penambangan galian C terhadap kesejahteraan masyarakat
di Kabupaten Aceh Utara.
b. Adanya pengetahuan bagi masyarakat umum tentang fungsi lingkungan dalam
penambangan galian C.
c. Sebagai masukan dan pertimbangan untuk menentukan penyusunan kebijakan dalam
pengambilan keputusan penggalian galian C dan pengelolaan sumberdaya alam dan
lingkungan secara menyeluruh.
d. Adanya dasar patokan bagi penelitian lebih lanjut dalam bidang yang sama untuk
pengembangan pengetahuan.
e. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah daerah dalam pemanfaatan sumberdaya alam
1.5. Novelty
Dampak kegiatan penambangan banyak dilakukannamun kebanyakan berorientasi
pada research yang mengarah pada tingkat kerusakan dan pencemaran lingkungan seperti tingkat kekeruhan air, kebisingan dan banyaknya debu yang berterbangan tetapi bukan pada
dampak yang diakibatkan dari hasil penambangan terhadap kesejahteraan masyarakat dan
harga yang diperoleh baik masyarakat atapun pemerintah daerah.
Hasil analisis Valuasi ekonomi kegiatan penambangan galian C perlu dilakukan
untuk melihat seberapa besar biaya yang harus dibayar pengusaha untuk kesejahteraan
Masyarakat dan menggunakan metode rumus penghitungan nilai rent yang sesuai akan
1.6 Kerangka Berpikir Penelitian.
Berdasarkan tujuan penelitian yang ingin dicapai maka dapat dirumuskan hipotesis
penelitian sebagai berikut :
Ho. Terbukanya lapangan kerja tidak berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kesejahteraan masyarakat .
Ha. Terbukanya lapangan kerja berpengaruh positif terhadap kesejahteraan
Ho. Kerusakan lingkungan tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kesejahteraan masyarakat .
Ha. Kerusakan lingkungan berpengaruh positif terhadap kesejahteraan