• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Evaluasi Waduk Pusong Sebagai Upaya Pengendalaian Banjir Di Kota Lhokseumawe Kabupaten Aceh Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Evaluasi Waduk Pusong Sebagai Upaya Pengendalaian Banjir Di Kota Lhokseumawe Kabupaten Aceh Utara"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kota Lhokseumawe merupakan salah satu kota yang berada di Provinsi

Nanggroe Aceh Darussalam. Kota Lhokseumawe ditetapkan statusnya dikota

berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2001 yang wilayahnya mencakup 4

Kecamatan yaitu: Banda Sakti, Blang Mangat, Muara Dua dan Muara Batu.

Secara geografis Kota Lhokseumawe terletak pada posisi 54’- 18’ Lintang

Utara dan 20’- 21’ Bujur Timur dengan batas-batas wilayah: Utara Selat Malaka, Selatan Kecamatan Kuta Makmur Kabupaten Aceh Utara, Barat

Kecamatan Dewantara Kabupaten Aceh Utara, Timur Kecamatan Syamtalira

Bayu Kabupaten Aceh Utara.

Kota Lhokseumawe memiliki luas 212 km2 dengan jumlah penduduk pada

tahun 2000 adalah188.974 jiwa. Penggunaan lahan terbesar di Kota Lhokseumawe

adalah untuk pemukiman seluas 9.490 Ha atau sekitar 52,1% dari luas yang ada.

Kebutuhan lahan yang menonjol adalah untuk usaha kebun campuran 4.59 Ha

atau sekitar 25,35%, disamping untuk kebutuhan persawahan seluas 1.679 Ha atau

sekitar 9,27% untuk kebutuhan perkebunan rakyat telah dimanfaatkan seluas 674

Ha atau sekitar 3,72% dan untuk lain-lainnya

Pada tahun 2007 Kota Lhokseumawe membuat Reservoir Waduk Pusong

seluas 60 hektar yang dibangun untuk mengurangi banjir di Lhokseumawe.

Waduk tersebut dapat bermanfaat pencegahan banjir (flood controle), dan sebagai

(2)

Lhokseumawe yang berbatasan dengan Pusong Lama dan Mongeudong.

Pengelolaan waduk penampungan air (Reservoir Waduk Pusong) Kecamatan

Banda Sakti diserahkan kepada pemerintah Kota Lhokseumawe. Penyerahan aset

senilai Rp 125 Miliar dilakukan Kainas Bina Marga Cipta Karya Aceh.

Pekerjaan pembuatan Reservoir Waduk Pusong ini merupakn program

Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) yang ditujukan untuk menangani

masalah banjir Kota Lhokseumawe, khususnya wilayah Banda Sakti yang

merupakan wilayah perkotaan Kota Lhokseumawe yang pada tahun 2007

berpenduduk 68.500 jiwa. Karena wilayahnya yang relatif rendah dibawah muka

air laut, pada kondisi air laut pasang wilayah Banda Sakti menjadi genangan air,

dan hanya pada kondisi surut sistem pembuangan drainase dapat mengalir secara

gravitasi ke Teluk Pusong dan Krueng Cunda. Daya tampung Reservoir Waduk

Pusong sekitar 850.000 m3, kondisi lokasi Reservoir Waduk Pusong genangan air

laut dengan sedikit vegetasi mangrove dan berbatasan dengan permukiman

masyarakat. Kegiatan pembangunan Reservoir Waduk Pusong diharapkan dapat

memberikan berbagai manfaat secara fisik daerah Kota Lhokseumawe

(Kecamatan Banda Sakti) terbebas dari banjir dan meningkatkan kualitas sanitasi

dan estetika lingkungan.

Air memiliki karakteristik unik dibandingkan dengan sumber daya alam

lainnya. Air bersifat sumber daya yang terbarukan dan dinamis. Artinya sumber

utama air yakni hujan akan selalu datang sesuai dengan waktu atau musimnya

sepanjang tahun yang mengikuti siklus keseimbangan dan dikenal dengan siklus

(3)

Banjir adalah jumlah debit air yang melebihi kapasitas pengaliran air

tertentu, ataupun meluapnya aliran air pada palung sungai atau saluran sehingga

air melimpah dari kiri kanan tanggul sungai atau saluran. Pengendalian banjir

pada dasarnya dapat dilakukan dengan berbagai cara, namun yang penting adalah

dipertimbangkan secara keseluruhan dan dicari sistem yang optimal. Adapun cara

salah satu penanganan banjir yaitu dengan membuat waduk pengendali banjir.

Waduk yang mempunyai faktor tampungan yang besar berpengaruh

terhadap aliran air di hilir waduk. Dengan kata lain waduk dapat merubah pola

inflow-outflow hidrograf. Perubahan outflow hidrograf di hilir waduk biasanya

menguntungkan tehadap pengendalian banjir yang lebih kecil dan adanya

perlambatan banjir. Pengendalian banjir dengan waduk biasanya hanya dapat

dilakukan pada bagian hulu dan biasanya dikaitkan dengan pengembangan sumber

daya air.

Waduk menurut pengertian umum adalah tempat pada permukaan tanah

yang digunakan untuk menampung air saat terjadi kelebihan air/musim penghujan

sehingga air itu dapat dimanfaatkan pada musim kering. Sumber air waduk

terutama berasal dari aliran permukaan ditambah dengan air hujan langsung.

Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam pembangunan waduk

antara lain:

• Fungsi waduk untuk pengendali banjir agar mendapatkan manfaat yang

lebih besar harus didesain atau dilengkapi dengan pintu pengendali banjir,

sehingga penurunan debit banjir di hilir waduk akan lebih besar atau

(4)

• Alokasi volume waduk untuk pengendali banjir berbanding lurus dengan

penurunan outflow hidrograf banjir di hilir waduk atau dengan kata lain

semakin besar volume waduk maka semakin besar pula penurunan outflow

hidrograf banjir di hilir waduk.

• Operasional dan pemeliharaan dari waduk yang mempunyai pintu

pengendali banjir memerlukan biaya yang besar tetap akan menurunkan

atau memperkecil biaya normalisasi dan pemeliharaan dari sungai di

bagian hilir waduk.

• Untuk menjaga keandalan dari pintu pengendali banjir sebaiknya

pengoperasian dari pintu pengendali banjir dilakukan secara otomatis dan

dilengkapi dengan operasi secara manual (untuk keadaan darurat).

• Pada waktu multi purpose perlu adanya analisa inflow-outflow hidrograf

untuk mengetahui seberapa besar pengaruh waduk terhadap debit banjir di

hilir waduk.

• Diperlukan penelusuran banjir atau flood routing yang dimaksudkan untuk

mengetahui karakteristik hidrograf outflow atau keluaran yang sangat

diperlukan dalam pengendalian banjir. (Ir. Sugiyanto, Pengendalian Banjir,

(5)

1.2. Perumusan Masalah

Pekerjaan pembuatan Reservoir Waduk Pusong ini merupakan program

Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR). Waduk yang dibangun dengan

program Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) Nanggroe Aceh Darussalam

dan Nias dengan dana Multi Dana Fund (MDF) dan Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara (APBN) yang dilakukan dalam tiga tahun anggaran pada tahun

2008, 2009 dan 2010 yang ditujukan untuk menangani masalah banjir Kota

Lhokseumawe, khususnya wilayah Banda Sakti yang merupakan wilayah

perkotaan Kota Lhokseumawe yang pada tahun 2007 berpenduduk 68.500 jiwa.

Kota Lhokseumawe adalah kota langganan banjir, Begitu juga disejumlah

desa seperti: Desa Lancang Garam, Jawa Baru, Jawa Lama, sebagian Teumpok

Teungoh, Hagu Barat Laut dan Uteun Bayi. Masing-masing desa tersebut terletak

di Kecamatan Banda Sakti Lhokseumawe. Hal ini terus terjadi setiap tahun

sehingga membuat masyarakat resah dan meradang kepada pemerintahnya.

Dengan adanya pembangunan Waduk Pusong sebagai kolam besar yang berfungsi

untuk menampung aliran air diharapkan agar bisa membuat Kota Lhokseumawe

jauh dari kebanjiran. Namun sangat disayangkan, hal ini masih jauh dari tujuan

(6)

Gambar 1.1 Peta Letak Reservoir Waduk Pusong dan Wilayah yang Tergenang

(7)

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah yang

akan dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah banjir di Kota Lhokseumawe tersebut sebagai akibat Reservoir

Waduk Pusong tidak berfungsi.

2. Apakah ada pengaruhnya dengan sistem drainase di Kota Lhokseumawe

dan saluran utama untuk mengaliri air dari kota ke Reservoir Waduk

Pusong tersebut sehingga Reservoir Waduk Pusong tidak berfungsi

sebagai pengendali banjir.

1.3. Pembatasan Masalah

Mengingat sangat luasnya permasalahan yang bisa didapatkan dalam

penelitian ini, maka kami membatasi ruang lingkup permasalahan yaitu:

1. Hanya mengevaluasi daerah Reservoir Waduk Kota Lhokseumawe.

2. Menghitung debit banjir.

3. Analisis kapasitas waduk.

4. Analisis saluran drainase Kota Lhokseumawe

1.4. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penulisan Tugas Akhir Evaluasi Waduk Lhokseumawe

Sebagai Upaya Pengendalian Banjir di Kota Lhokseumawe Kabupaten Aceh

Utara ini bertujuan untuk:

1. Untuk mendapatkan apa penyebab Reservoir Waduk Lhokseumawe tidak

(8)

2. Untuk dapat menentukan apakah ada pengaruh drainase dikota dan saluran

utama untuk megaliri air ke waduk tersebut sehingga waduk tidak dapat

berfungsi maksimal sebagai pengendali banjir di Kota Lhokseumawe.

1.5. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi penulis; sebagai studi mahasiswa tentang mata kuliah yang berkaitan

dengan Waduk, Perencanaan Bendung yang didapat di kampus dengan

aplikasi di lapangan.

2. Bagi akademik; sebagai mutu pembelajaran bagi pihak-pihak yang

membutuhkan

3. Bagi masyarakat; sebagai masukan yang dapat digunakan untuk

mengevaluasi waduk di Kota Lhokseumawe dan daerah-daerah lain.

1.6. Sistematika Penulisan

Rancangan sistematika penulisan secara keseluruhan pada penelitian ini

terdiri dari 5 bab, yang mana uraian masing-masing bab adalah sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan

Bab ini berisi latar belakang pekerjaan, tujuan, data umum dan lingkup

pekerjaan yang dilaksanakan serta sistematika penulisan laporan penelitian.

Bab II Tinjauan Pustaka

Bab ini mencakup segala hal yang dapat dijadikan sebagai dasar

pengambilan tema penelitian, penentuan langkah pelaksanaan dan metode

penganalisaan yang diambil dari beberapa pustaka yang ada yang memilki tema

(9)

Bab III Metodologi

Bab ini menguraikan tentang metode yang akan digunakan dan rencana

kerja dari penelitian serta mendeskripsikan lokasi penelitian.

Bab IV Analisa Data dan Pembahasan

Bab ini merupakan analisa tentang permasalahan, evaluasi, dan

perhitungan terhadap masalah yang ada dilokasi penelitian.

Bab V Kesimpulan dan Saran

Merupakan kesimpulan dari butir-butir kesimpulan hasil analisa dan

pembahasan yang telah dilakukan. Kesimpulan juga disertai dengan rekomendasi

saran yang ditujukan untuk penelitian selanjutnya atau untuk penerapan hasil

Gambar

Gambar 1.1 Peta Letak Reservoir Waduk Pusong dan Wilayah yang Tergenang

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai kajian keandalan Kulong Retensi Kacang Pedang sebagai pengendali banjir di Kota Pangkalpinang