BAB II DASAR TEORI
2.1 Sumber Tegangan Tiga Fasa
Hampir semua listrik yang digunakan oleh industri, dibangkitkan,
ditransmisikan dan didistribusikan dalam sistem tiga fasa. Sistem ini memiliki besar
arus dan tegangan yang sama tetapi mempunyai perbedaan sudut 120 0 antara fasanya.
Sistem ini disebut sistem seimbang tiga fasa [2].
Apabila sumber mensuplai beban seimbang maka arus pada masing-masing
penghantar akan memiliki besar yang sama dan berbeda sudut sebesar 120 0 satu sama
lain. Arus-arus ini desebut arus seimbang.
Van
Gambar 2.1(a) Rangkaian sistem tiga fasa urutan abcdan (b) Diagram fasor sebuah sistem seimbang [2]
Sistem pada gambar 2.1 (a) disebut sistem urutan abc, dimana fasa b tertinggal
120 0 terhadap fasa a, dan fasa c tertinggal 120 0 terhadap fasa b. Hanya satu
kemungkinan urutan lagi selain urutan abc, yaitu urutan acb. Beban pada gambar 2.1 (a)
dihubungkan dengan cara hubungan wye (Y). Dalam hubungan tipe Y ini tegangannya
adalah tegangan fasa netral dan arus yang mengalir pada tiap fasa beban adalah arus
Vbn
Gambar 2.2 Diagram fasor tegangan fasa urutan abc [2] Tegangan antara fasa ke fasa dapat dihitung seebagai berikut :
……….(2.1)
………...(2.2)
………...(2.3)
Untuk sistem seimbang, masing-masing tegangan fasa mempunyai besar
magnitude yang sama, maka
= = = ………..(2.4)
Dimana adalah harga efektif dari nilai magnitude tegangan fasa.
Jadi,
...(2.5)
………...(2.6)
………(2.7)
Dengan menggunakan persamaan (2.1), (2.2) dan (2.3) maka persamaan (2.5),
(2.6), dan (2.7) menjadi
………...(2.8)
………(2.9)
Dari hasil di atas terlihat bahwa saluran tersebut membentuk suatu sistem tiga
fasa yang seimbang dengan magnitudenya adalah kali magnitude dari tegangan
fasa.
Daya yang digunakan pada masing-masing fasa pada beban adalah:
………(2.11) Dimana :
arus
Cos = factor daya
untuk sistem yang seimbang, daya totalnya adalah:
………...(2.12) Dimana :
tegangan fasa ke netral
tegangan fasa ke fasa
2.2 Beban
Dalam sistem tenaga listrik dikenal tigajenissifatbeban yaitu beban resistif,
induktif dan kapasitifdan masing-masing beban memiliki sifat dan karakteristik yang
berbeda-beda. Berikut akan dibahas beban resistif dan induktif.
2.2.1 Beban Resistif (R)
Beban resistif (R) yaitu beban yang terdiri dari komponen tahanan (ohm) saja
(resistance), seperti elemen pemanas (heating element) dan lampu pijar. Beban jenis ini
hanya mengkonsumsi beban aktif saja dan mempunyai faktor daya sama dengan satu.
Tegangan dan arus sefasa. Persamaan daya sebagai berikut :
P =V. I ………...(2.13)
Dengan :
P = daya aktif yang diserap beban (Watt)
V = tegangan yang mencatu beban (Volt)
I = arus yang mengalir pada beban (Ampere)
Gambar 2.3 Grafik arus dan tegangan pada beban resistif
V I
2.2.2 Beban Induktif (L)
Beban induktif (L) yaitu beban yang terdiri dari kumparat kawat yang dililitkan
pada suatu inti, seperti coil, transformator, dan solenoida. Beban ini dapat
mengakibatkan pergeseran fasa (phase shift) pada arus sehingga bersifat lagging. Hal
ini disebabkan oleh energi yang tersimpan berupa medan magnetis akan mengakibatkan
fasa arus bergeser menjadi tertinggal terhadap tegangan. Beban jenis ini menyerap daya
aktif dan daya reaktif. Persamaan daya aktif untuk beban induktif adalah sebagai
berikut:
P = V I cos φ……….(2.14)
Dengan :
P = daya aktif yang diserap beban (watt)
V = tegangan yang mencatu beban (volt)
I = arus yang mengalir pada beban (A)
φ = sudut antara arus dan tegangan
Gambar 2.5 Grafik Arus dan Tegangan Pada Beban Induktif
V
I
φ
Untuk menghitung besarnya rektansi induktif (XL), dapat digunakan rumus
………(2.15)
Dengan :
XL = reaktansi induktif
F = frekuensi (Hz)
L = induktansi (Henry)
2.3 Komponen Elektronika Daya
Ada beberapa komponen penyusun rangkaian elektronika daya diantaranya
dioda dan thyristor.Penyearah dapat dibangun dari beberapa komponen elektronika daya
seperti dioda dan thyristor.
2.3.1 Dioda
Dioda adalah komponen semikonduktor yang terdiri dari dua lapisan yaitu
lapisan P dan N yang mana hanya mengalirkan arus dalam satu arah saja dan mampu
menahan tegangan balik sampai harga ratingnya tanpa mengalirkan arus. Dioda
mempunyai dua terminal yaitu anoda (A) dan katoda (K) seperti terlihat dalam
gambar 2.7
P N
Anoda
Katoda
Dua kondisi yang perlu diperhatikan pada pengoperasian diode yaitu :
1. Kondisi bias maju,
Tegangan anoda lebih besar dari tegangan katoda
Arus akan mengalir dari anoda ke katoda
Resistansi dioda relatif kecil sekali
Tegangan anoda- katoda volt
2. Kondisi bias balik,
Tegangan anoda lebih kecil dari tegangan katoda
Tidak ada aliran arus balik (arus besarnya adalah 0), akan tetapi bila masih ada
arus yang mengalir, arus tersebut merupakan arus bocor yang kecil sekali (dalam
orde milliampere).
2.3.2 Thyristor
Thyristor merupakan komponen semikonduktor yang berfungsi seperti dioda
namun dilengkapi dengan suatu elektrode pengontrol (gate) yang berfungsi untuk
menerima sinyal trigger pengatur saat konduktif. Thyristor tersusun dalam lapisan
PNPN. Salah satu jenis thyristor yang sering digunakan adalah SCR (Silicon Controller
Rectifier ) yaitu jenis thyristor yang hanya dapat menghantarkan arus dalam satu arah
saja [4]. Gambar 2.8 memperlihatkan lapisan semikonduktor SCR yang mempunyai
A
Gambar 2.8 Simbol thyristor [4]
2.3.3 Cara kerja dan Karateristik Thyristor
Karakteristik dari tegangan arus dari thyristor pada arah balik ( reverse ) akan
sama dengan dioda biasa. Tetapi pada arah maju ( forward ) thyristor mempunyai
karakteristik tersendiri (gambar 2.9). Apabila thyristor diberikan tegangan suplai sesuai
kemampuannya akantetapi tanpa diberi trigger pada gatenya maka karakteristik
forwardnya mempunyai bentuk yang sama dengan karakteristik reversenya, yang berarti
thiristor mempunyai harga tahanan yang sangat tinggi dan thyristor masih dalam
keadaan off. Pada keadaan ini thyristor menahan arus yang melaluinya meskipun masih
ada arus yang mengalir, arus tersebut merupakan arus bocor yang besarnya hanya dalam
milli ampere dan arus ini disebut “forward leakage current”.
+
Pada kondisi ini tegangan antara anoda dan katoda akan sama dengan tegangan
suplai kaarena arus bocornya kecil, Dan diusahakan agar peak dari tegangan suplai tidak
melebihi dari “forward breakdown” dari thyristor. Apabila kondisi pada ini gate dari
SCR diberikan pulsa trigger maka karakteristik thyristor berubah dari keadaan off ke
keadaan ondan seperti keadaan forward dari dioda biasa. Terjadinya perubahan ini
melalui suatu harga arus tertentu yang masih kecil, dimana tengangan anoda dan katoda
cepat menurun.Arus ini adalah “holding current”. Pada saat thiristor dalam keadaan on
maka arus anoda (arus beban ) tidak dapat dipengaruhi oleh adanya pulsa trigger lagi.
Baru pada saat arus anoda kecil dimana pada saat itu tegangan antara anoda dan katoda
lebih kecil daripada tegangan yang diperlukan untuk mempertahankan holding current
maka thiristor kembali ke keadaan off dimana tidak ada arus konduksi yang mengalir.
Keadaan off ini akan terus berlangsung sampai pulsa trigger selanjutnya diberikan pada
gate sehingga thiristor menjadi on kembali.
2.3.4 Penyalaan ( turn on ) Thyristor
Jika sebuah pulsa trigger diberikan pada gate thyristor maka thyristor tersebut
akan terkonduksi, selang waktu yang diperlukan untuk berkonduksi setelah pulsa
diberikan disebut waktu pengisian ( turn on time = ton ). Waktu penyalaan ini ada dua
tahap yaitu waktu pertambahan (delay time = td ) dan waktu peningkatan (rise time = tr)
td = selang waktu antara saat pemberian arus gate mencapai 10% ( 0,1 IG ) dan
pada keadaan thyiristor on.
tr = selang waktu yang diperlukan arus anoda untuk naik dari 10% ( 0,1 IT )
sampai 90% ( 0,9 IT ) dari arus yang lewat thyristor pada saat keadaan on.
Waktu penyalaan adalah selang waktu yang diperlukan antara ssat pemberian
pulsa pada gate mulai dari 10% (0,1 IT ) sampai mencapai 90% ( 0,9 IT ) dari arus
thyiristor pada keadaan on [4].
Gambar 2.10 Karakteristik penyalaan [4] 2.3.5 Pemadaman ( turn off) Thyristor
Pada rangkaian yang menggunakan sumber tegangan bolak-balik thyristor akan
padam dengan sendirinya dengan tegangan sampai titik nol yaitu setiap ½ periode.
2.4 Penyearah Tiga Fasa Terkontrol Penuh
Rangkaian penyearah adalah suatu rangkaian yang mengubah tegangan
bolak-balik (ac) menjadi tegangan searah (dc).Terdapat beberapa jenis rangkaian penyearah
dan masing-masing penyearah memberikan hasil keluaran yang berbeda-beda. Pada
tugas akhir ini dibahas penyearah tiga fasa terkontrol penuh yang menggunakan
thyristor sebagai komponen penyusunnya yang dibebani dengan beban resistif ( R )dan
2.4.1 Penyearah Tiga Fasa Terkontrol Penuh Beban Resistif (R)
Diagram rangkaian penyearah tiga fasa terkontrol penuh dengan beban R dapat
dilihat pada (Gambar 2.11). Rangkaian ini terdiri dari 6 buah thyristor yang terpasang
dalam tiga lengan, dimana masing-masing lengan terdiri dari 2 thyristor, menurut
fungsinya setiap lengan dibagi menjadi dua, lengan bagian atas dan lengan bawah.
Lengan atas berfungsi untuk mengalirkan arus dalam arah maju dan bagian bawah
mengalirkan arus dalam arah balik.
Tegangan sumber adalah tegangan bolak-balik tiga fasa yang seimbang. Ada
beberapa kondisi yang perlu diperhatikan dalam memberikan pulsa trigger pada
thyristor karena pada waktu bersamaan ada dua thyristor yang di trigger.
SCR 1 SCR 3
Gambar 2.11 Rangkaian penyearah tiga fasa terkontrol penuh beban R [5].
Kondisi thyristor (SCR) pada saat konduksi adalah sebagai berikut
SCR1 on bila Van> Vbn dan Van> Vcn
Dari gambar terlihat ada enam phasor yang berbeda pada gelombang input. Setiap
phasor memiliki perbedaan sudut penghantar 600 .Sudut penyalaan pulsa mempunyai
batas antara 600 sampai 1800 . Sudut penyalaan minim adalah 600 dan dianggap sebagai
sudut penyalaan α = 0 pada 600 [5].
Gambar 2.12 Bentuk gelombang tegangan suplai dengan tegangan beban pada sudut penyalaan yang berbeda [5].
Dengan sudut penyalaan α = 00
dapat dijelaskan sebagai berikut.
Pada saat fasor (A-B) aktif pada interval 0 < α < SCR1dan SCR6konduksi
secara bersamaan selama 600 ini berarti bahwa tegangan SCR1lebih positif daripada
tegangan SCR3 dan SCR5, sedangkan SCR6 tegangannya lebih negatif dibandingkan
tegangan SCR2 dan SCR4. Berikutnya phasor (A-C) yang aktif pada interval <
α< ini menyatakan bahwa SCR1dan SCR2 konduksi secara bersamaan juga selama
600. Secara berurutan pasangan thyristor yang aktif dapat dinyatakan sebagai
berikut,SCR1- SCR6, SCR2- SCR3, SCR3 –SCR4, SCR4- SCR5, SCR5- SCR6, dst.
1. Pada interval 0 < α < arus keluarannya bersifat kontiniu.
2. Pada interval < α < arus keluarannya bersifat diskontiniu.
sehingga hubungan antara tegangan keluaran sebagai fungsi sudut penyalaan diberikan
sebagai sebagai berikut , :
Tegangan beban rata-rata, untuk interval 0 ≤ α ≤ (arus keluaran kontiniu)
E
E cos α ………..(2.16)
Tegangan beban rata-rata, untuk interval ≤ α ≤ (arus keluaran diskontiniu)
……….………...(2.17)
Nilai rms tegangan beban untuk interval 0 ≤ α ≤ (arus keluaran kontiniu)
= E ………(2.18)
Nilai rms Tegangan beban untuk interval ≤ α ≤ (arus keluaran diskontiniu)
………(2.19)
2.4.2 Penyearah Tiga Fasa Terkontrol Penuh Beban Resistif Induktif (RL)
Prinsip kerja penyearah tiga fasa terkontrol penuh beban RL sama dengan
penyearah tiga fasa terkontrol penuh beban R, hanya pada beban karakteristik
keluarannya tertentu pada sudut penyalaan yang lebih tinggi. Arus beban selalu kontiniu
dan tegangan keluaran turun sampai 0 pada α = . Ini dapat dijelaskan dengan
bantuan diagram rangkaian, persamaan tegangan dan diagram rangkaian arus. Diagram
rangkaian ditunjukkan pada (Gambar 2.13) berikut ini,
SCR 1 SCR 3
Gambar 2.13 Rangkaian Penyearah tiga fasa terkontrol penuh beban RL [5]. Pada penyearah tiga fasa terkontrol penuh beban RL, SCR konduksi selama
1200 tidak tergantung dari nilai α tidak seperti rangkaian enam pulsa setengah
gelombang yang mana thyristor konduksi selama seperti ditunjukkan pada (Gambar
Gambar 2.14 Bentuk gelobang keluaran tegangan dan aruspenyearah tiga fasa terkontrol penuh beban RL [5].
Tegangan rata-rata beban,
……….(2.20)
Tegangan keluaran rata-rata menjadi nol pada dan menjadi
negatifpadainterval . Pada sudut tunda rangkaian ini
akanbertindak sebagai inverter.
Arus beban rata-rata
………..(2.21)
Arus rata-rata dari SCR dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan berikut :
Nilai rms tegangan beban,
= ………..(2.23)
Arus rms SCRdapat ditentukan dengan menggunakan persamaan berikut :
………...(2.24)