=== PERANCANGAN RANGKAIAN KOMBINASIONAL ===
Rangkaian logika atau digital dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu:
1. Rangkaian Kombinasional, adalah suatu rangkaian logika yang keadaan keluarannya hanya dipengaruhi oleh keadaan masukannya saja.
2. Rangkaian Sekuensial, adalah rangkaian logika yang keadaan keluarannya dipengaruhi oleh kondisi masukan dan kondisi rangkaian saat itu.
Beberapa rangkaian kombinasional yang biasa digunakan adalah multiplexer, demultiplexer, encoder, decoder, half adder, full adder, half substractor, full substractor, comparator, driver, converter, dan lain-lain.
Langkah-langkah dalam perancangan rangkaian kombinasional: 1. Penjabaran ide.
2. Menentukan jumlah variabel masukan dan keluaran yang dibutuhkan. 3. Mengimplementasikan ide ke dalam tabel kebenaran.
4. Penyederhanaan fungsi Boolean.
5. Implementasikan ke dalam rangkaian logika.
Contoh 1: Perancangan pengatur suhu pada suatu ruangan produksi. Langkah 1: Penjabaran ide
Untuk menjaga suhu suatu ruangan produksi di suatu industri diperlukan sistem alarm. Kondisi normal temperatur (T) dalam ruangan tersebut adalah 120 C, tekanan (P) 5 atm dan kelembaban (D) 10%. Sistem alarm akan berbunyi bila temperatur < 120 C dan tekanan < 5 atm serta kelembaban > 10%, atau < 120 C dan tekanan > 5 atm serta kelembaban < 10%, atau > 120 C dan tekanan < 5 atm serta kelembaban > 10%, atau > 120 C dan tekanan > 5 atm serta kelembaban < 10%. Sistem alarm tersebut digunakan oleh komputer sebagai sinyal masukan untuk mengembalikan kondisi ruangan menjadi kondisi normal kembali.
Langkah 2: Jumlah variabel masukan dan keluaran yang dibutuhkan
Nampak bahwa masukan ada 3 variabel yaitu temperatur (T), tekanan (P), kelembaban (D) dan 1 variabel keluaran yaitu kondisi alarm untuk sistem alarm. Sehingga dibutuhkan 3 sensor sebagai masukan untuk mendeteksi keadaan 3 variabel tersebut.
Langkah 3: Mengimplementasikan ide ke dalam tabel kebenaran Dimisalkan tabel kebenaran untuk sensor yaitu:
a). Y = 0 yang berarti alarm diam. b). Y = 1 yang berarti alarm menyala.
Rangkaian Kombinasi
Masukan Keluaran
Rangkaian Sekuensial
Variabel Masukan Keluaran
Kondisi sensor bekerja
Nilai Logika
0 1
Temperatur ( T ) < 12 0C 12 0C Tekanan ( P ) < 5 atm 5 atm Kelembaban ( D ) < 10 % 10 %
Syarat agar alarm berbunyi:
Kondisi Alarm ( Y )
Temperatur ( T )
Selain kondisi di atas, nilai logika alarm ( Y ) adalah “0”, maka tabel kebenaran dapat dibuat untuk 3 variabel masukan dan 1 variabel keluaran.
Tabel kebenaran:
Langkah 4: Penyederhanaan fungsi alarm
Langkah 5: Implementasikan ke dalam rangkaian logika
Blok Diagram 1
Alat Kendali Suhu Ruangan
Produksi P
D
Contoh 2: Perancangan fungsi matematik F(x) = 3x +1 ; x = {0,1,2,3}. Langkah 1: Penjabaran ide
Akan dirancang sebuah fungsi matematik F(x) = 3x +1, dengan nilai x dibatasi pada x = 0, 1, 2, dan 3 saja, maka ide tersebut dapat dibuat dalam sebuah tabel sebagai berikut:
x F (x)
0 1
1 4
2 7
3 10
Langkah 2: Jumlah variabel masukan dan keluaran yang dibutuhkan
Nampak pada tabel bahwa nilai x dan F(x) menggunakan sistem bilangan desimal, karena itu dibutuhkan konversi sistem bilangan desimal ke sistem bilangan biner. Nilai masukan x maksimum 3, dapat diwakili oleh 2 variabel biner x1 dan x2 (karena 22 = 4) sedangkan nilai keluaran F(x) maksimum 10 dapat diwakili oleh 4 variabel ABCD (karena 24 = 16 > 10), jadi 2 variabel masukan x1 dan x2 serta empat variabel keluaran ABCD yang dibutuhkan.
Langkah 3: Mengimplementasikan ide ke dalam tabel kebenaran
Berdasarkan data pada kedua langkah di atas, maka dapat dibuat tabel kebenaran yang baru, yaitu sebagai berikut:
Desimal Masukan Biner Keluaran Biner
x x1 x2 F(x) A B C D
0 1 2 3
0 0 1 1
0 1 0 1
1 4 7 10
0 0 0 1
0 1 1 0
0 0 1 1
1 0 1 0
Langkah 4: Penyederhanaan fungsi
Dalam bentuk SOP (setelah disederhanakan).
A = x1 x2 ; B = x x1 2 + x1x ; 2 C = x1x + x2 1 x2 ; D = x1 x + x2 1x 2
Langkah 5: Implementasi ke dalam rangkaian logika
Blok Diagram A
B
C D x1 x2
F(x) = 3x + 1
x2 A
B C x1 D
Komparator
Komparator adalah rangkaian logika yang berfungsi untuk membandingkan keadaan logika input-inputnya.
Jenis komparator biner terdiri dari: 1). Non-Equality Comparator
Rangkaian logika yang memberikan keadaan keluarannya tinggi jika keadaan masukan-masukannya berbeda.
Tabel Kebenaran:
Berdasarkan tabel kebenaran dapat dibuat persamaan keluarannya: a). Bentuk SOP X = A B + A B atau X(A,B) = m (1,2) b). Bentuk POS X = (A + B) ( A + B ) atau X(A,B) = M (0,3)
Apabila dilakukan operasi komplemen ganda dan memberlakukan teorema de Morgan, maka dapat diperoleh suatu bentuk gerbang NAND dan NOR.
a). Bentuk NAND didapat dengan cara sebagai berikut:
X = A B + A B XABAB XAB.AB
b). Bentuk NOR didapat dengan cara sebagai berikut:
X = (A + B) ( A + B ) X(AB)(AB) X(AB)(AB)
Rangkaian non-equality comparator dapat diimplementasikan pula dengan gerbang EX-OR, dengan persamaan logikanya X = A B
Simbolnya:
2). Equality Comparator
Rangkaian logika yang memberikan keadaan keluarannya tinggi jika keadaan masukan-masukannya sama.
Tabel Kebenaran:
A B X = A B + A B 0
1 0 1 0 0 1 1
0 1 1 0
B A
X = A B + A B
A B X = AB + A B 0
1 0 1 0 0 1 1
Berdasarkan tabel kebenaran dapat dibuat persamaan keluarannya: a). Bentuk SOP X = A B + AB atau X(A,B) = m (0,3) b). Bentuk POS X = (A + B ) ( A + B) atau X(A,B) = M (1,2)
Apabila dilakukan operasi komplemen ganda dan memberlakukan teorema de Morgan, maka dapat diperoleh suatu bentuk gerbang NAND dan NOR.
a). Bentuk NAND didapat dengan cara sebagai berikut:
X = A B + AB XABAB XAB.AB
b). Bentuk NOR didapat dengan cara sebagai berikut:
X = (A + B ) ( A + B) X(AB)(AB) X(AB)(AB)
Rangkaian equality comparator dapat diimplementasikan pula dengan gerbang EX-NOR, dengan persamaan logikanya X = A B
Simbolnya:
Setengah Penambah (Half Adder)
Setengah penambah (Half Adder) merupakan suatu rangkaian penambah biner 1-bit atau rangkaian penjumlah yang tidak menyertakan bawaan sebelumnya (previous carry) pada masukannya.
Untuk merancang rangkaian Half Adder (HA) diperlukan tabel kebenaran penjumlahan 1-bit, sebagai berikut:
Masukan Keluaran
A B = A + B C0 = simpan
0 0 0 0
0 1 1 0
1 0 1 0
1 1 0 1
Berdasarkan tabel kebenaran dan gerbang X-OR, maka = A Bdan C0 = AB.
Rangkaian Half Adder dan blok diagramnya sebagai berikut: X = AB + A B
B A
X = AB + A B B
A
Perlu diingat gerbang X-OR,
keluarannya bernilai “1” bila
jumlah logika bernilai “1” pada
masukannya ganjil.
Half Adder
A
B C0
B A
Penambah Penuh (Full Adder)
Sekarang perhatikan persoalan penambah biner berikut:
a)
b)
Pada contoh (a) masih bisa diselesaikan dengan HA untuk menambah biner. Tetapi
pada contoh (b), sudah tidak bisa diselesaikan dengan HA. Karena itu pula aturan lagi
khususnya untuk hal 1 + 1 + 1. Hal ini menyatakan bahwa suatu HA tidak akan bekerja
bila muncul keadaan bawaan masuk. Karena itu diperlukan rangkaian baru yang
disebut dengan Full Adder (penambah penuh). Rangkaian FA mempunyai tiga
masukan yang ditambahkan dan dua keluaran yaitu ∑ dan Co seperti pada tabel
kebenaran berikut:
Tabel Kebenaran Full Adder
Masukan Keluaran
A B Cin Co
0 0 0 0 0
0 0 1 1 0
0 1 0 1 0
0 1 1 0 1
1 0 0 1 0
1 0 1 0 1
1 1 0 0 1
1 1 1 1 1
A + B + Cn Sum Jawab keluar
Kolom keluaran jumlah ( ∑ ) dapat ditulis sebagai berikut:
∑ = A B Cin Cin = bawaan masuk
AB
Cin AB
1
Cin 1 1 1
Co =
=
=
Rangkaian FA dan simbol Blok FA ditunjukkan oleh gambar di bawah ini menunjukan
rangkaian FA yang dibuat dari dua buah HA.
Rangkaian FA
Simbol Blok Rangkaian FA
Rangkaian FA yang dibuat dari dua buah HA
Penjumlahan Paralel
Penambahan biner dapat dikerjakan dengan dua teknik yang berbeda. Yaitu dengan
cara menambah seri (HA dan FA) atau penambahan paralel (yang rangkaiannya akan
dibuat) perhatikan proses penambahan berikut: Cin
Jadi semula A1 + B1→ ∑1 dan bawaan keluar C01
C01 menjadi bawaan masuk pada proses penambahan kedua
C01 + A2 + B2→ ∑2 dan C02
C02 menjadi bawaan masuk pada proses penambahan ketiga
C03 + A3 + B3→ ∑3 dan C03
C03 menjadi bawaan masuk pada proses penambahan keempat
C03 + A4 + B4→ ∑4 dan C04
C04 menjadi suatu overflow (luapan)
Berdasarkan proses tersebut dapat dbuat rangkaian penambah parallel 4-bit yang
diilustrasikan pada gambar dibawah ini.
Rangkaian penambah parallel 4-bit
Rangkaian ini menggunakan sebuah HA dan untuk melakukan perhitungan aritmatik
menstandarkan rangkaian dan untuk melakukan perhitungan aritmatik yang kompleks,
rangkaian tersebut diperbaharui dengan menggunakan empat buah FA. Untuk membuat
FA pertama beroperasi seperti HA, maka masukan Cin pada FA pertama dibumikan
(logika O). rangkaian yang baru ini akan beroperasi secara tepat seperti model lama.
Gambar berikutnya adalah rangkaian penambah parallel 4-bit yang baru yaitu yang
terbuat dari empat buah FA.
Multiplexer
Multiplexer adalah rangkaian logika yang berfungsi untuk memilih salah satu data masukan dari beberapa (n) data, guna dikirimkan dengan hanya melalui satu saluran keluaran saja.
Multiplexer disebut juga sebagai “DATA SELECTOR”, karena pemilihan informasi
dilakukan oleh selektor (1, 2, …, n). Bila banyaknya selektor yang digunakan adalah n- buah, maka jumlah maksimal data yang akan dipilih adalah 2n buah.
Blok diagram dari multiplexer sebagai berikut:
Contoh: Pada multiplexer 4 to 1, untuk 4 data yang akan dipilih diperlukan 2 selektor, karena 22 = 4.
Tabel kebenaran dan blok diagramnya sebagai berikut:
Selektor Data Data yang terpilih A B D3 D2 D1 D0 Y
0 0 d d d D0 D0 0 1 d d D1 d D1 1 0 d D2 d d D2 1 1 D3 d d d D3
Berdasarkan tabel kebenaran maka dapat diperoleh persamaan Booleannya sebagai berikut: Y ABD0ABD1ABD2 ABD3, untuk implementasi rangkaian logikanya adalah sebagai berikut:
Multiplexer
Selektor
Y D0
D1
D2n
1 2 n
A B
Y
Multiplexer 4 to 1
Selektor
D0
D1
D2
D3
A B
D0
D1
D2
D3
Multiplexer Enable
Jenis multiplexer ini mempunyai masukan enable yang berguna untuk mengatur kerja dari unit.
Bila enable ( E ) = 1, maka multiplexer bekerja normal. Bila enable ( E ) = 0, maka multiplexer tidak bekerja.
Cara kerja multiplexer ini nampak pada tabel kebenaran sebagai berikut:
Enable Selektor Data Data yang terpilih E A B D3 D2 D1 D0 Y
0 d d d d d d 0
1 0 0 d d d D0 D0 1 0 1 d d D1 d D1 1 1 0 d D2 d d D2 1 1 1 D3 d d d D3
Berdasarkan tabel kebenaran maka dapat diperoleh persamaan Booleannya sebagai berikut: Y ABED0ABED1ABED2ABED3, untuk implementasi rangkaian logikanya adalah sebagai berikut:
Demultiplexer
Demultiplexer adalah rangkaian logika yang berfungsi untuk menyalurkan satu data biner ke beberapa keluaran, tetapi hanya satu keluaran yang terpilih yang dapat menampung isi data tersebut.
Demultiplexer merupakan kebalikan dari multiplexer.
A B
Y
Multiplexer Enable
4 to 1
Selektor
D1
D2
D3
E
A B
D0
D1
D2
D3
Contoh: Pada demultiplexer 1 to 4.
Tabel kebenaran dan blok diagramnya sebagai berikut:
Selektor Data Keluaran
A B D Y3 Y2 Y1 Y0
0 0 D 0 0 0 D
0 1 D 0 0 D 0
1 0 D 0 D 0 0
1 1 D D 0 0 0
Berdasarkan tabel kebenaran maka dapat diperoleh persamaan Booleannya sebagai berikut: Y0 ABD , Y1ABD , Y2 ABD , Y3 ABD untuk implementasi rangkaian logikanya adalah sebagai berikut:
Dekoder
Dekoder adalah rangkaian logika yang mengubah masukan kode n-bit ke m saluran,
sehingga “keluaran yang diaktifkan” hanya satu. (2n > m).
Blok diagramnya sebagai berikut:
A B
D
Demultiplexer 4 to 1
Selektor
Y0
Y1
Y2
Y3
A B D
Y0
Y1
Y2
Y3
Dekoder
D0
D1
Dm
A0
A1
An
n - masukan m – keluaran yang
Contoh: Pada dekoder 2 to 4.
Tabel kebenaran dan blok diagramnya sebagai berikut:
Masukan Keluaran A1 A0 D3 D2 D1 D0
0 0 0 0 0 1
0 1 0 0 1 0
1 0 0 1 0 0
1 1 1 0 0 0
Berdasarkan tabel kebenaran maka dapat diperoleh persamaan Booleannya sebagai berikut: D0 A1.A0; D1A1.A0; D2 A1.A0; D3 A1.A0 untuk implementasi rangkaian logikanya adalah sebagai berikut:
Dekoder Enable
Dekoder enable adalah dekoder yang dilengkapi masukan enable yang berguna untuk mengatur kerja dari dekoder.
Bila enable ( E ) = 1, maka dekoder diaktifkan. Bila enable ( E ) = 0, maka dekoder tidak aktif.
Contoh: Pada dekoder enable 2 to 4.
Tabel kebenaran dan blok diagramnya sebagai berikut:
Masukan Keluaran
E A1 A0 D3 D2 D1 D0
0 d d 0 0 0 0
1 0 0 0 0 0 1
1 0 1 0 0 1 0
1 1 0 0 1 0 0
1 1 1 1 0 0 0
Dekoder 2 to 4
D0
D1
D3
A0
A1
D2
D0
D1
D2
D3
A0
A1
Dekoder Enable
2 to 4
D0
D1
D3
A0
A1
D2
Berdasarkan tabel kebenaran maka dapat diperoleh persamaan Booleannya sebagai berikut: D0 A1.A0.E; D1A1.A0.E; D2 A1.A0.E; D3 A1.A0.E, implementasi rangkaian logikanya adalah sebagai berikut:
Gabungan Beberapa Dekoder
Beberapa dekoder dapat digabung sehingga menjadi dekoder baru yang mempunyai jumlah keluaran lebih besar. Penggabungan ini dapat dilakukan bila dekodernya memiliki enable.
Contoh: Pada sebuah dekoder 3 to 8, yang terbuat dari 2 buah dekoder 2 to 4.
Untuk membuat dekoder 3 to 8 diperlukan 3 buah masukan, maka tabel kebenarannya sebagai berikut:
A2 A1 A0
0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1
Enkoder
Enkoder adalah rangkaian logika yang menerima “n” masukan dan m keluaran, sehingga “hanya satu masukan saja yang diaktifkan” pada setiap
saat hanya satu. (2n < m).
.
D0
D1
D2
D3
A0
A1
E
Dekoder A2 = 0
Dekoder A2 = 1
A0
A1
A2
D1
E1
D0
D3
D2
D5
E2
D4
D7
Blok diagramnya sebagai berikut:
Contoh: Pada enkoder 4 to 2.
Tabel kebenaran dan blok diagramnya sebagai berikut:
Masukan Keluaran A3 A2 A1 A0 D1 D0
0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1
Berdasarkan tabel kebenaran maka dapat diperoleh persamaan Booleannya sebagai berikut: D0 = A1 + A3 dan D1 = A2 + A3, untuk implementasi rangkaian logikanya adalah sebagai berikut:
Driver
Rangkaian driver adalah rangkaian yang mengubah dari sebuah kode (kode BCD, kode Gray, kode Biner atau yang lainnya) ke sebuah kode 7-segment.
Kode 7-segment adalah suatu kode yang terdiri dari 7 ruas berupa Led yang dirangkai untuk dapat digunakan sebagai peraga bilangan desimal. Gambar dan penamaan setiap ruas dari kode 7-segment.
Enkoder
D0
D1
Dm
A0
A1
An
n – masukan hanya satu saja yang boleh aktif
m – keluaran
Enkoder 4 to 2
D0
A0
A1
D1
A2
A3
D0
A0
A1
D1
A2
A3
A
B
C
D E
F
a) Sebagai peraga bilangan 1, b) Sebagai peraga bilangan 2, Led yang menyala : B, C Led yang menyala : A, B, D, E, G
c) Sebagai peraga bilangan 3, d) Sebagai peraga bilangan 4, Led yang menyala : A, B, C, D, G Led yang menyala : B, C, F, G
e) Sebagai peraga bilangan 5, f) Sebagai peraga bilangan 6, Led yang menyala : A, C, D, F, G Led yang menyala : C, D, E, F, G
g) Sebagai peraga bilangan 7, h) Sebagai peraga bilangan 8,
Led yang menyala : A, B, C Led yang menyala : A, B,C, D, E, F, G
i) Sebagai peraga bilangan 9, j) Sebagai peraga bilangan 0,
Led yang menyala : A, B, C, D, F, G Led yang menyala : A, B,C, D, E, F A
B
C
D E
F
G
A
B
C
D E
F
G
A
B
C
D E
F
G
A
B
C
D E
F
G
A
B
C
D E
F
G
A
B
C
D E
F
G
A
B
C
D E
F
G
A
B
C
D E
F
Tabel kode Gray ke kode 7-segment Tabel kode Biner ke kode 7-segment
Des Gray 7-Segment Des Biner 7-Segment
N A B C D a b c d e f g N A B C D a b c d e f g
0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0
1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0
2 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 2 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1
3 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 3 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1
4 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 4 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1
5 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 5 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1
6 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 6 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1
7 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 7 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0
8 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 8 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1
9 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 9 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1
10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 10 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0
11 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 11 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0
12 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 12 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1
13 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 13 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1
14 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 14 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1
15 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 15 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1
Tabel kode Excess-3 ke kode 7-segment Tabel kode BCD ke kode 7-segment
Des Excess-3 7-Segment Des BCD 7-Segment
N A B C D a b c d e f g N A B C D a b c d e f g
0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0
1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0
2 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 2 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1
3 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 3 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1
4 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 4 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1
5 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 5 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1
6 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 6 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1
7 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 7 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0
8 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1
9 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 9 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1
Contoh:
1. Pengubahan kode Excess-3 ke kode 7-segment
Berdasarkan tabel kode Excess-3 ke kode 7-segment di atas, maka dapat dibuat peta Karnaugh dan persamaan Boolean- nya sebagai berikut:
A
B
C
D E
F
G
A
B
C
D E
F
Fungsi a : AD BC CD BCD Fungsi b : B C
Fungsi c : A C D Fungsi d : BD CD BC BCD
Fungsi e : BD CD Fungsi f : AC CD
Fungsi g : BC CD AC AD
2. Pengubahan kode BCD ke kode 7-segment
Berdasarkan tabel kode BCD ke kode 7-segment di atas, maka dapat dibuat peta Karnaugh dan persamaan Boolean- nya sebagai berikut:
Fungsi a : A BD CD BD Fungsi b : B CD CD
Fungsi c : B C D Fungsi d : BC CD BD BCD
Fungsi e : CD BD Fungsi f : A BC BD CD
Fungsi g : A CD BC BC
Konverter
Konverter adalah rangkaian yang mengubah dari suatu kode ke kode yang lainnya. Contoh pengubahan kode Biner ke kode Gray.
TEKNIK DIGITAL Tabel kebenaran :
Des Biner Gray
N A B C D W X Y Z peta Karnaugh dan persamaan Boolean- nya sebagai berikut: