• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kesuksesan Aplikasi Mobile Pemesanan Tiket Bioskop M-Tix Cinema 21 Berdasarkan Perspektif Pengguna di Kota Malang Menggunakan Pendekatan Delone and McLean Success Model

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Analisis Kesuksesan Aplikasi Mobile Pemesanan Tiket Bioskop M-Tix Cinema 21 Berdasarkan Perspektif Pengguna di Kota Malang Menggunakan Pendekatan Delone and McLean Success Model"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Fakultas Ilmu Komputer

Analisis Kesuksesan Aplikasi

Mobile

Pemesanan Tiket Bioskop M-Tix

Cinema 21 Berdasarkan Perspektif Pengguna di Kota Malang

Menggunakan Pendekatan

Delone and McLean Success Model

Yugo Fairnando Augusto1, Aditya Rachmadi2, Admaja Dwi Herlambang3

Program Studi Sistem Informasi, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya Email: 1yugoofairnando@gmail.com, 2rachmadi.aditya@ub.ac.id, 3herlambang@ub.ac.id

Abstrak

Aplikasi mobile M-Tix Cinema 21 menawarkan layanan pemesanan tiket bioskop secara online untuk jaringan bioskop Cinema 21 di seluruh Indonesia. Namun, dalam pengoperasiannya masih terdapat beberapa keluhan yang disampaikan oleh para pengguna terhadap aplikasi ini. Selain itu, di Kota Malang sendiri aplikasi mobile M-Tix Cinema 21 masih kurang dimanfaatkan oleh masyarakat. Berdasarkan hasil survei pendahuluan, persentase responden yang pernah memanfaatkan aplikasi ini dalam memesan tiket bioskop di Kota Malang hanya sebesar 32,4%. Tujuan dari penelitian adalah untuk mendeskripsikan tingkat kesuksesan dari aplikasi mobile M-Tix Cinema 21 serta memberikan rekomendasi perbaikan berdasarkan konsep DeLone and McLean Success Model. Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner, dimana jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 112 orang dan dipilih menggunakan teknik Purposive Sampling. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat kesuksesan aplikasi mobile M-Tix Cinema 21 pada variabel System Quality masuk ke dalam kategori tinggi (75,8) dan variabel Use masuk ke dalam kategori tinggi (75,0%). Berdasarkan perbandingan persentase rata-rata tiap variabel, variabel Use diprioritaskan untuk mendapatkan rekomendasi perbaikan. Rekomendasi yang dapat diberikan baik untuk meningkatkan variabel System Quality maupun variabel Use yaitu dengan melakukan maintenance sistem secara berkala serta memaksimalkan upaya terkait strategi pemasaran aplikasi mobile M-Tix Cinema 21.

Kata kunci: kesuksesan, delone & mclean, mobile commerce

Abstract

M-Tix Cinema 21 mobile app offers online cinema ticket booking service for Cinema 21 network throughout Indonesia. However, in operation there are still some complaints submitted by users for this application. In addition, in Malang City M-Tix Cinema 21 mobile app is still underutilized by the public. Based on the results of the preliminary survey, the percentage of respondents who has used this application to booked cinema tickets in Malang City was only 32.4%. The objective of the study was to describe the success rate of M-Tix Cinema 21 mobile app and provide recommendation improvements based on the concept of DeLone and McLean Success Model. Data collection was done by distributing questionnaires, where the number of samples in this study was 112 people and selected using Purposive Sampling technique. The results of this study indicated that the success rate of M-Tix Cinema 21 mobile application on System Quality variables belongs into high category (75.8%), and Use variables belongs into the high category (75.0%). Based on the comparison of each variables mean percentage, Use variables are prioritized to get improvement recommendations. Recommendations that can be given both to improved System Quality variables and Use variables such as by performing system maintenance periodically and improving marketing strategy of M-Tix Cinema 21 mobile application.

Keywords: success, delone & mclean, mobile commerce

1. PENDAHULUAN

Aplikasi mobile M-Tix Cinema 21 merupakan aplikasi mobile berbasis Android

yang diluncurkan oleh Cinema 21 Group sejak tahun 2015 yang menawarkan layanan pemesanan tiket bioskop secara online. Aplikasi

(2)

kebutuhan konsumen dalam memesan tiket bioskop melalui perangkat mobile tanpa harus lama mengantri serta bisa dilakukan kapanpun dan dimanapun. Berdasarkan data dari Google Play Store, jumlah pemasangan aplikasi mobile

M-Tix Cinema 21 yang telah dilakukan user hingga bulan Januari 2018 berada pada kategori lebih dari 1 juta pemasangan. Hal tersebut menunjukkan bahwa antusiasme pengguna di Indonesia terhadap aplikasi mobile M-Tix Cinema 21 tergolong sangat tinggi.

Dalam pengoperasiannya, masih terdapat beberapa keluhan yang disampaikan para pengguna terhadap aplikasi mobile M-Tix Cinema 21. Berdasarkan data feedback

pengguna dari Google Play Store hingga bulan Januari 2018, salah satu permasalahan yang sering dikeluhkan pengguna yaitu kegagalan dalam melakukan top-up saldo. Selain itu, beberapa pengguna juga memberikan keluhan terkait kegagalan dalam hal registrasi, loading

terlalu lama setelah melakukan transaksi, dan tidak bisa terhubung ke jaringan. Beberapa pengguna juga menyampaikan saran kepada aplikasi mobile M-Tix Cinema 21 terkait pembaruan tampilan agar lebih menarik, penambahan opsi top-up saldo, dan penambahan

list bioskop agar lebih mencakup keseluruhan wilayah Indonesia. Hal tersebut tentunya menjadi perhatian bagi pihak manajemen Cinema 21 dalam memberikan layanan secara maksimal melalui aplikasi mobile M-Tix Cinema 21.

Berdasarkan hasil survei dari Lembaga Penelitian, Pengembangan, dan Pengabdian Masyarakat Fakultas Film dan Televisi Institut Kesenian Jakarta pada tahun 2015, mayoritas masyarakat di Indonesia yang menonton film di bioskop adalah masyarakat pada kelompok umur 19-24 tahun dengan persentase sebesar 48% dan mayoritas memiliki latar belakang pendidikan S1 atau diploma. Lembaga ini melakukan survei kepada 1.100 responden di 9 kota besar di Indonesia, antara lain Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Malang, Makassar, Medan, Banjarmasin, dan Ambon (Bahurekso, 2015). Hasil tersebut juga didukung oleh penelitian Suwarto (2016), dimana kelompok umur 18-23 tahun memiliki persentase paling tinggi sebagai penonton bioskop dengan persentase 70,7%. Dari data-data tersebut dapat disimpulkan bahwa golongan masyarakat Indonesia yang paling sering pergi ke bioskop untuk menonton film adalah masyarakat pada kelompor umur antara 19-24 tahun. Tingkat

kesuksesan penerapan aplikasi mobile M-Tix Cinema 21 dari sisi masyarakat yang sering pergi ke bioskop sangat penting untuk diketahui sebagai bentuk analisis dari sistem yang sedang berjalan.

Berdasarkan hasil survei pendahuluan yang disebar secara acak pada bulan Maret 2018 kepada masyarakat yang pernah menonton bioskop di Kota Malang, didapatkan responden sejumlah 34 orang. Dari hasil survei, 67,6% responden menyatakan bahwa tidak pernah menggunakan aplikasi mobile M-Tix Cinema 21 untuk memesan tiket bioskop, atau dapat disimpulkan hanya sekitar 32,4% responden yang pernah menggunakan aplikasi mobile M-Tix Cinema 21. Hal tersebut menandakan bahwa tingkat penggunaan aplikasi mobile M-Tix Cinema 21 di Kota Malang masih belum berjalan dengan maksimal karena masyarakat yang menonton bioskop di Kota Malang belum banyak yang memanfaatkan aplikasi ini. Oleh karena itu, diperlukan sebuah analisis kesuksesan untuk mengetahui faktor apa saja yang masih perlu untuk ditingkatkan lagi agar pengguna lebih merasa puas dan lebih banyak masyarakat yang menggunakan.

Pada tahun 1992, William H. DeLone dan Ephraim R. McLean mengemukakan sebuah teori yang dapat digunakan untuk menganalisis kesuksesan sebuah sistem informasi, teori tersebut menghasilkan sebuah model yang

dikenal dengan DeLone and McLean

Information System Success Model. Namun pada tahun 2003, mereka memperbarui model pengukuran kesuksesan yang telah mereka publikasikan sebelumnya berdasarkan beberapa kontribusi penelitian sebelumnya serta adanya perubahan peran dan manajemen dari sistem informasi. Dalam model kesuksesannya yang baru, DeLone dan McLean melakukan beberapa modifikasi terkait variabel-variabelnya. Model kesuksesan DeLone & McLean dapat dilihat pada Gambar 1.

(3)

Variabel Information Quality atau kualitas informasi merepresentasikan kualitas hasil luaran dari sebuah aktifitas yang berupa informasi, dimana hasil luaran dapat menyangkut manfaat, nilai, maupun relevansi informasi yang dihasilkan oleh sebuah sistem informasi (Radityo & Zulaikha, 2007). Berdasarkan konsep DeLone and McLean Success Model pada Gambar 1, kualitas informasi dapat mempengaruhi penggunaan (Use) dan kepuasan pengguna (User Satisfaction).

Menurut Radityo & Zulaikha (2007), variabel System Quality atau kualitas sistem merepresentasikan kualitas dari kombinasi perangkat keras dan perangkat lunak yang dimanfaatkan dalam sebuah sistem informasi. Berdasarkan DeLone and McLean Success Model pada Gambar 1, kualitas sistem dapat mempengaruhi penggunaan (Use) dan kepuasan pengguna (User Satisfaction).

Variabel Service Quality atau kualitas layanan merepresentasikan kualitas dari pelayanan kepada pengguna yang diberikan oleh pengembang sistem layanan, sehingga pengguna merasa yakin bahwa sistem informasi tersebut mampu menyelesaikan permasalahan dengan baik (Radityo & Zulaikha, 2007). Berdasarkan

DeLone and McLean Success Model pada Gambar 1, kualitas layanan dapat mempengaruhi penggunaan (Use) dan kepuasan pengguna (User Satisfaction).

Menurut Radityo & Zulaikha (2007),

variabel Use atau penggunaan

merepresentasikan frekuensi penggunaan sistem informasi oleh pengguna. Berdasarkan DeLone and McLean Success Model pada Gambar 1, penggunaan dapat mempengaruhi kepuasan pengguna (User Satisfaction) dan manfaat bersih yang dirasakan (Net Benefits).

Variabel User Satisfaction atau kepuasan pengguna merepresentasikan respon dan feedback pengguna setelah menggunakan sebuah sistem informasi, dimana hal tersebut merupakan kriteria subjektif mengenai seberapa suka dan puas pengguna terhadap aplikasi yang digunakan (Radityo & Zulaikha, 2007). Berdasarkan DeLone and McLean Success Model pada Gambar 1, kepuasan pengguna dapat mempengaruhi penggunaan (Use) dan manfaat bersih yang dirasakan (Net Benefits).

Menurut Radityo & Zulaikha (2007), variabel Net Benefits atau manfaat bersih merupakan pengaruh yang dihasilkan dari keberadaan dan pemakaian sebuah sistem

informasi terhadap kinerja individual (Individual Impact) maupun organisasional (Organizational Impact). Dalam penelitian ini, fokus dari Net Benefits adalah pada Individual Impact karena perspektif yang digunakan adalah perspektif pengguna aplikasi. Berdasarkan DeLone and McLean Success Model pada Gambar 1, manfaat bersih dapat mempengaruhi penggunaan (Use) dan kepuasan pengguna (User Satisfaction).

2. METODOLOGI

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Langkah-langkah dalam melakukan penelitian ini diawali dengan melakukan perumusan masalah dan studi pustaka. penentuan variabel beserta indikator-indikatornya, menentukan populasi dan sampel penelitian, penyusunan instrumen penelitian, uji validitas dan reliabilitas, pengumpulan data, analisis dan pembahasan, hingga pemberian kesimpulan dan saran. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini ada 2 variabel, yaitu variabel kualitas sistem (System Quality)sebagai variabel independen dan variabel penggunaan (Use) sebagai variabel dependen. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pengguna aplikasi

mobile M-Tix Cinema 21 di Kota Malang, dimana jumlahnya tidak diketahui secara pasti. Berdasarkan perhitungan Wibisono (2003), jumlah sampel yang dapat diambil pada populasi yang tidak diketahui adalah berjumlah 96,04 atau dibulatkan menjadi 100. Penentuan jumlah sampel juga didukung oleh pandangan Fraenkel, Wallen, & Hyun (1990) bahwa besaran minimum responden dalam penelitian deskriptif adalah sebesar 100 responden. Teknik sampling dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling, dimana kriteria yang digunakan adalah pengguna aplikasi mobile M-Tix Cinema 21 di Kota Malang yang berusia antara 19-24 tahun.

(4)

V. Selanjutnya dilakukan pilot study kepada 30 orang responden. Hasil pilot study kemudian dianalisis dengan uji validitas dan realibilitas. Setelah diketahui butir pernyataan yang lolos uji validitas dan reliabilitas, selanjutnya penulis menentukan butir pernyataan mana saja yang digunakan sebagai representasi tiap indikator pada kuesioner yang akan dibagikan untuk pengumpulan data. Pemilihan butir pernyataan ditentukan berdasarkan nilai validitas tertinggi pada tiap target ukur pada masing-masing indikator.

3. HASIL

Setelah data didapatkan, penulis melakukan uji asumsi dasar yang mencakup uji normalitas, uji linearitas, dan uji homogenitas. Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah data telah berdistribusi secara normal atau tidak. Dalam pengujian normalitas dengan uji One Sample Kolmogorov-Smirnov, data dapat dikatakan terdistribusi normal apabila nilai

Asymp. Sig. 2-tailed > 0,05, sebaliknya apabila nilai Asymp. Sig. 2-tailed ≤ 0,05 maka data

dinyatakan tidak terdistribusi normal. Berdasarkan hasil uji normalitas yang telah dilakukan menggunakan uji normalitas

Kolmogorov-Smirnov, nilai Asymp. Sig. 2 tailed

pada seluruh variabel lebih kecil dari 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa data pada seluruh variabel tidak berdistribusi secara normal.

Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan yang linear antara variabel independen dengan variabel dependen yang hendak diuji. Dua variabel dapat dikatakan terdapat hubungan yang linear apabila nilai Deviation from Linearity > 0,05, sebaliknya apabila nilai Deviation from Linearity ≤ 0,05 maka dapat dinyatakan tidak

linear. Berdasarkan hasil uji linearitas yang telah dilakukan, hubungan antara variabel System Quality sebagai variabel independen dengan variabel Use sebagai variabel dependen dinyatakan linear karena memiliki nilai

Deviation from Linearity sebesar 0,317 (lebih besar dari 0,05).

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah populasi dan sampel yang digunakan dalam sebuah penelitian homogen atau tidak. Data dikatakan homogen apabila nilai signifikasi > 0,05, sebaliknya apabila nilai

signifikansi ≤ 0,05 maka data dapat dikatakan

tidak homogen. Berdasarkan hasil uji homogenitas yang telah dilakukan, hubungan antara variabel System Quality sebagai variabel independen dengan variabel Use sebagai variabel dependen dinyatakan memiliki data yang homogen karena memiliki nilai signifikansi sebesar 0,094 (lebih besar dari 0,05).

System Quality

Tabel 1. Analisis Statistik Deskriptif Variabel

System Quality

Indikator Kode Persentase Kategori

Ease of Use SYS1 80,4% Tinggi

SYS2 81,6% Tinggi

Reliability SYS3 73,0% Tinggi

Response Time SYS4 74,5% Tinggi

SYS5 69,3% Tinggi

Rata-rata 75,8% Tinggi

Tabel 1 merepresentasikan perhitungan statistik deskriptif berdasarkan hasil pengumpulan data terhadap variabel System Quality. Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa secara keseluruhan, nilai rata-rata persentase kesuksesan untuk variabel System Quality sebesar 75,8% dan masuk dalam kategori tinggi.

Use

Tabel 2. Analisis Statistik Deskriptif Variabel Use

Indikator Kode Persentase Kategori

Frequency of Use

USE1 70,2% Tinggi

Intention to Reuse

USE2 74,1% Tinggi

USE3 80,7% Tinggi

Rata-rata 75,0% Tinggi

Tabel 2 merepresentasikan perhitungan statistik deskriptif berdasarkan hasil pengumpulan data terhadap variabel Use.

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa secara keseluruhan, nilai rata-rata persentase kesuksesan untuk variabel Use sebesar 75,0% dan masuk dalam kategori tinggi.

Perbandingan Hasil Analisis TiapVariabel

(5)

terhadap nilai rata-rata total. Berdasarkan nilai rata-rata total tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai persentase rata-rata variabel Use masih dibawah nilai rata-rata total sebesar 75,4%, Oleh karena itu, variabel Use diprioritaskan untuk

mendapatkan rekomendasi perbaikan

kedepannya.

Gambar 2. Grafik Perbandingan Persentase Mean

Tiap Variabel

4. PEMBAHASAN

System Quality

Penilaian variabel kualitas sistem pada penelitian ini didasarkan atas 3 indikator, yaitu

Ease of Use, Reliability, dan Response Time. Terdapat 2 indikator dari kualitas sistem yang nilai persentase rata-ratanya masih dibawah nilai persentase rata-rata variabel, yaitu indikator

Reliability dan Response Time.

Indikator System Reliability menurut Gable, Sedera, & Chan (2008) adalah apabila sebuah sistem mampu berjalan semestinya sesuai dengan yang dijanjikan tanpa adanya masalah yang berarti yang dapat mengganggu kenyamanan pengguna. Tingkat kesuksesan dari indikator ini masuk kedalam kategori tinggi. Dapat disimpulkan juga bahwa pengguna aplikasi mobile M-Tix Cinema 21 yang menjadi responden dalam penelitian ini mayoritas setuju bahwa aplikasi mobile M-Tix Cinema 21 mampu digunakan untuk melakukan pemesanan tiket bioskop tanpa adanya masalah. Namun, nilai persentase rata-rata pada indikator ini masih dibawah nilai total persentase rata-rata variabel, sehingga rekomendasi yang dapat diberikan adalah dengan melakukan maintenance sistem secara berkala dan terjadwal. Maintenance

sistem pada aplikasi mobile M-Tix Cinema 21 sangat penting untuk dilakukan secara berkala agar sistem dapat berjalan optimal dan tanpa ada masalah berarti sesuai dengan yang telah

dijanjikan.

Indikator Response Time berkaitan dengan seberapa cepat waktu respon sebuah sistem dalam memenuhi kebutuhan pengguna. Tingkat kesuksesan dari indikator ini masuk ke dalam kategori tinggi. Dapat disimpulkan juga bahwa pengguna aplikasi mobile M-Tix Cinema 21 yang menjadi responden dalam penelitian ini mayoritas setuju bahwa aplikasi mobile M-Tix Cinema 21 memberikan respon yang cepat, baik ketika digunakan untuk melakukan pemesanan tiket maupun ketika memproses transaksi top-up

saldo. Namun, nilai persentase rata-rata pada indikator ini masih dibawah nilai total persentase rata-rata variabel, sehingga rekomendasi yang dapat diberikan adalah dengan melakukan

update sistem untuk mempercepat waktu respon, termasuk melakukan compress dan resize

gambar-gambar dalam aplikasi. Selain itu, pihak developer aplikasi juga dapat memasang sistem APM (Application Performance Monitoring) agar pihak developer dapat melakukan Mobile Performance Test secara berkala dengan menggunakan aplikasi pihak ketiga. APM dapat membantu mendeteksi dan mendiagnosis masalah kinerja aplikasi tingkat lanjut beserta rancangan solusinya untuk mempertahankan tingkat layanan yang diharapkan.

Use

Penilaian variabel penggunaan pada penelitian ini didasarkan atas 2 indikator, yaitu

frequency of use dan intention to reuse. Terdapat 1 indikator dari kualitas sistem yang nilai persentase rata-ratanya masih dibawah nilai persentase rata-rata variabel, yaitu indikator

Frequency of Use.

Indikator Frequency of Use berkaitan dengan seberapa sering pengguna dalam menggunakan aplikasi untuk membantu memenuhi kebutuhannya. Tingkat kesuksesan dari indikator ini masuk kedalam kategori tinggi. Dapat disimpulkan juga bahwa pengguna aplikasi mobile M-Tix Cinema 21 yang menjadi responden dalam penelitian ini mayoritas setuju bahwa mereka sering menggunakan aplikasi

(6)

atau kegagalan sebuah aplikasi karena pemasaran dapat digunakan untuk mendapatkan pengguna sekaligus menjaga pengguna agar tetap terlibat setelah aplikasi diunduh ke perangkat mereka (Inukollu, Keshamoni, Kang, & Inukollu, 2014). Dengan meningkatkan strategi dan upaya pemasaran, maka aplikasi

mobile M-Tix Cinema 21 akan lebih dikenal masyarakat dan peluang meningkatnya

Frequency of Use pun akan lebih besar. Selain itu, Selain itu, berdasarkan konsep Delone and McLean Success Model, penggunaan juga dipengaruhi oleh beberapa variabel lain, seperti kualitas informasi, kualitas sistem, kualitas layanan, kepuasan pengguna, dan manfaat bersih sehingga direkomendasikan juga untuk melakukan perbaikan pada variabel-variabel tersebut sesuai analisis rekomendasi yang telah dilakukan pada masing-masing variabel.

5. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, maka kesimpulan yang dapat disimpulkan jawaban dari rumusan masalah adalah sebagai berikut:

1. Tingkat kualitas sistem (System Quality) dari aplikasi mobile M-Tix Cinema 21 masuk ke dalam kategori tinggi dengan nilai persentase sebesar 75,8%.

2. Tingkat penggunaan (Use) dari aplikasi

mobile M-Tix Cinema 21 masuk ke dalam kategori tinggi dengan nilai persentase sebesar 75,0%.

3. Rekomendasi yang dapat diberikan terhadap aplikasi mobile M-Tix Cinema 21

diprioritaskan pada variabel Use

Rekomendasi terkait peningkatan System Quality dapat dilakukan dengan

maintenance sistem secara berkala dan melakukan Mobile Performance Test untuk mendeteksi dan mendiagnosis masalah kinerja aplikasi. Peningkatan Use dapat dilakukan dengan menyiapkan strategi serta memaksimalkan upaya terkait pemasaran aplikasi mobile M-Tix Cinema 21 kepada masyarakat.

6. DAFTAR PUSTAKA

Bahurekso, P.R., 2015. Penonton Film Indonesia Didominasi Kelompok Terdidik.

[online] Tersedia di:

<http://www.metrotvnews.com/>

[Diakses 25 Februari 2018). DeLone, W.H. & McLean, E.R. 2003. The

DeLone and McLean Model of Information Systems Success: A

Ten-Year Update. Journal of

Management Information Systems, 19(4), 9-30.

Fraenkel, J.R., Wallen, N.E., & Hyun, H.H. 1990. How to Design and Evaluate Research in Education: Eight Edition. New York: Mc.Graw Hill.

Gable, G.G., Sedera, D., & Chan, T. 2008. Re-Conceptualizing Information System Success: The IS-Impact Measurement Model. Journal of the Association of Information Systems, 9(7), 377-408. Inukollu, V.N., Keshamoni, D.D., Kang, T., &

Inukollu, M. 2014. Factors Influencing Quality of Mobile Apps : Role of Mobile

App Development Life Cycle.

International Journal of Software Engineering & Applications (IJSEA), 5(5).

Radityo, D., & Zulaikha. 2007. Pengujian Model

DeLone and McLean Dalam

Pengembangan Sistem Informasi

Manajemen (Kajian Sebuah Kasus).

Simposium Nasional Akuntansi XII. Suwarto, D.H., 2016. Analisis Segmentasi

Penonton Bioskop Yogyakarta.

Informasi Kajian Ilmu

Komunikasi, 46 (2).

Gambar

Gambar 1. Model Kesuksesan Delone & McLean 2003
Tabel 2. Analisis Statistik Deskriptif Variabel Use
gambar-gambar dalam aplikasi. Selain itu, pihak

Referensi

Dokumen terkait

Jika sebaran data yang dihasilkan pada proses TDLDA mempunyai distribusi yang tidak linier, maka salah satu metode yang digunakan SVM untuk mengklasifikasikan

dilakukan oleh Presiden ini juga dilakukan kepada Perda APBD, Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dan Tata Ruang Daerah saat pemerintah daerah tidak menindak

analisis data diketahui bahwa terdapat 2 orang guru Biologi yang menjawab soal dengan benar tetapi memiliki nilai CRI yang rendah (lihat lampiran 1. Rekapitulasi

Model kesuksesan sistem informasi DeLone dan McLean (D&amp;M IS Success Model) dikembangkan dari penelitian – penelitian yang sudah dilakukan oleh Shannon dan

Learning atau belajar aktif.Belajar aktif merupakan langkah cepat, menyenangkan, mendukung, dan secara pribadi menari hati. Belajar aktif dapat membantu mendengarkan,

1) tersedianya tanah yang cukup bagi pembangunan lingkungan perumahan baru minimum lima puluh unit rumah, dan dilengkapi dengan prasarana Iingkungan, utilitas umum dan

Sedangkan risiko yang mungkin dihadapi oleh Perseroan sehubungan dengan Rencana Transaksi diperkirakan adalah: (i) Tidak mendapatkan persetujuan dari Rapat Umum Pemegang

Penilaian siswa dilakukan terhadap 5 materi yaitu : pengenalan komputer, microsoft word, microsoft excel, microsoft powerpoint, dan matematika. Terdapat 5 kriteria