PEDOMAN PENULISAN TUGAS AKHIR
(KARYA TULIS)
SMA NEGERI 3 DENPASAR
Naskah Pedoman Penulisan Tugas Akhir (Karya Tulis) SMA Negeri 3 Denpasar, Edisi 2012
Sumber: Pedoman Penulisan Tesis Program Pascasarjana Revisi 3 Tahun 2011,
Editor Tim Pembimbing Tugas Akhir SMA Negeri 3 Denpasar
PEMERINTAH KOTA DENPASAR
DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA
SMA NEGERI 3 DENPASAR
Jalan Nusa Indah No. 20x DenpasarTelp. (0361) 234293 Fax (0361) 221646
PRAKATA
Puji syukur kami panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang
Maha Esa) karena berkat rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan Buku Pedoman Penulisan
Tugas Akhir (Karya Tulis) ini dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuan yang kami
miliki. Buku pedoman ini merupakan buku yang tidak diterbitkan dan hanya digunakan
dikalangan siswa SMA Negeri 3 Denpasar dalam pembuatan tugas akhir sebagai syarat untuk
mendapatkan nomor peserta ujian nasional. Buku ini merupakan kutipan dari Pedoman
Penulisan Tesis Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) Singaraja
revisi edisi ke 3 yang kemudian disunting sesuai dengan keperluan oleh Tim Pembimbing
Tugas Akhir SMA Negeri 3 Denpasar.
Secara skematik buku pedoman ini terditi dari tiga bab dengan rincian
1. BAB I PENDAHULUAN
2. BAB II FORMAT TUGAS AKHIR
3. BAB III TEKNIK PENULISAN
Semoga buku pedoman ini dapat digunakan dengan baik, namun kami menyadari
bahwa buku ini masih perlu banyak penyempurnaan, untuk itu masukan yang sifatnya
DAFTAR ISI
SAMPUL PEDOMAN PENULISAN TUGAS AKHIR
PRAKATA ... ii
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR LAMPIRAN ... iv
BAB I PENDAHULUAN A. Tujuan ... 1
B. Topik Tugas Akhir ... 1
C. Jenis Penelitian ... 2
BAB II FORMAT TUGAS AKHIR A. Bagian Awal ... 3
B. Bagian Inti ... 6
C. Bagian Akhir ... 20
BAB III METODE PENELITIAN A. Bahan ... 22
B. Pengetikan ... 22
C. Penyajian Tabel ... 24
D. Penyajian Gambar ... 25
E. Cara Merujuk Kutipan ... 26
F. Cara Menulis Daftar Rujukan ... 27
DAFTAR PUSTAKA ... 35
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1 Sampul Luar Tugas Akhir ... 36
2 Sampul Persyaratan Memperoleh No Ujian Nasional ... 37
3 Isi dan Format Lembar Persetujuan Pembimbing ... 38
4 Lembar Persetujuan Tim Simposium ... 39
5 Contoh Lembar Pernyataan ... 40
6 Contoh Prakata ... 41
7 Contoh Format Abstrak untuk Tugas Akhir ... 43
8 Contoh Format Daftar Isi ... 44
9 Contoh Format Daftar Tabel ... 46
10 Contoh Format Daftar Gambar ... 47
11 Contoh Format Daftar Lampiran ... 48
12 Contoh Format Daftar Pustaka ... 49
BAB I
PENDAHULUAN
Pengembangan kesiswaan pada dasarnya dapat dikelompokkan ke dalam 5 (lima)
bidang yaitu penalaran, minat kegemaran, kesejahteraan siswa, kepedulian sosial, serta
kepemimpinan dan organisasi. Khusus bidang penalaran, melalui kegiatan ini diharapkan
tumbuh kreativitas dan inovasi pemikiran mahasiswa dalam rangka mengembangkan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni yang selanjutnya dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat luas. Mengingat pentingnya bidang ini, pemerintah dalam hal ini
SMAN 3 Denpasar berupaya menyelenggarakan pembinaan tugas akhir sebagai prasyarat
untuk mengikuti Ujian Nasional (UN). Presentasi tugas akhir akan dilakukan secara terpadu
pada simposium tugas akhir SMAN 3 Denpasar.
A. TUJUAN
Tujuan penyusunan Tugas Akhir Siswa SMA Negeri 3 Denpasar bertujuan untuk
meningkatkan mutu pendidikan pada umumnya terutama dalam hal sebagai berikut.
1. Cara belajar baru bagi peserta didik, mereka bisa lebih mandiri dengan melakukan
penelitian individu, di mana pembelajaran langsung ke lapangan dapat memberikan
manfaat kepada siswa tersebut.
2. Interaksi antara pendidik dengan peserta didik yang lebih beragam, tidak sekedar
lewat kelas konvensional.
3. Menghayati konstruk dan azas keilmuan sebuah disiplin, sehingga dapat bernalar,
bersikap dan berperilaku sebagai seorang ilmuan bermutu yang mandiri.
B. TOPIK TUGAS AKHIR
Mengacu pada kewenangan akademis dan pembinaan serta pengembangan disiplin
keilmuan, maka topik dan pokok permasalahan tugas akhir mengacu pada bidang sains dasar,
sains terapan, sosial-humaniora dan pendidikan. Acuan ini tidak mempersempit ruang
masuknya topik dan pokok permasalahan yang secara substantif mengarah pada
C. JENIS PENELITIAN
Jenis penelitian yang dilakukan dalam penyusunan tugas akhir berbasis pada kajian
bidang studi yang akan dilakukan penelitian. Dengan demikian, pilihan pendekatan dan jenis
penelitian dapat berbentuk penelitian kualitatif, penelitian kuantitatif, penelitian dan
pengembangan, penelitian kebijakan, penelitian eksperimen (baik yang dilakukan di
laboratorium maupun di lapangan) dan jenis penelitian lainnya yang sesuai dengan standar
BAB II
FORMAT TUGAS AKHIR
Format tugas akhir yang dimaksud dalam pedoman ini adalah menyangkut susunan,
tata letak, tata urutan dan tata cara penulisan termasuk ejaan, ukuran serta jenis huruf.
Kertas yang digunakan untuk penulisan tugas akhir adalah kertas putih HVS 70 gram,
ukuran A4, sampul hard cover dengan warna (putih untuk sains dasar, hijau untuk sains
terapan, merah untuk sosial-humaniora, dan biru untuk pendidikan). Tugas akhir diketik
dengan komputer dalam format huruf Times New Roman ukuran font 12 dan spasi 1,5. Tugas
akhir merupakan suatu kesatuan utuh, tetapi dapat dibagi menjadi tiga bagian besar yaitu
bagian awal, bagian inti dan bagian akhir. Masing-masing bagian dapat dibagi lagi menjadi
bagian-bagian seperti yang dipaparkan dalam ketentuan berikut.
A. Bagian Awal
Bagian ini terdiri atas halaman sampul, halaman judul, lembar persetujuan
(pembimbing), surat pernyataan keaslian karya, prakata, abstrak, daftar isi, daftar tabel (jika
ada), daftar gambar (jika ada), daftar lampiran, dan daftar-daftar lain (jika ada). Ciri khas dari
bagian awal ini ialah penggunaan angka romawi kecil (i, ii, iii, dst) untuk menandai halaman
persetujuan dianggap sebagai halaman berurutan tetapi tidak diberi nomor urut.
1. Halaman Sampul
Halaman sampul berisi: judul tugas akhir secara lengkap, nama dan nomor induk
siswa (NIS), lambang SMA Negeri 3 Denpasar, nama sekolah dan tahun. Semua huruf
dicetak dengan huruf kapital, Komposisi huruf dan tata letak masing-masing bagian
diatur simetris, rapi dan serasi (contoh dapat dilihat pada lampiran 1)
2. Lembar Halaman Judul
Format dan isi halaman halaman sampul, tetapi memuat teks “Karya Tulis ini
Diajukan kepada SMA Negeri 3 Denpasar untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Nomor Ujian Nasional”. Contohnya dapat dilihat pada lampiran 2.
3. Halaman Persetujuan
Halaman persetujuan memuat persetujuan dari pembimbing karya tulis. Hal-hal
yang dicantumkan dalam lembar persetujuan pembimbing adalah: (1) teks “Tugas Akhir oleh….. ini telah diperiksa dan disetujui untuk disimposiumkan…”, (2) nama
lengkap dan nomor induk pegawai (NIP) pembimbing 1 dan pembimbing 2. Contoh
4. Halaman Persetujuan Tim Simposium
Halaman persetujuan tim simposium ini memuat persetujuan dari tim simposium
karya tulis. hal-hal yang dicantumkan dalam lembar persetujuan ini adalah: (1) teks
“Tugas Akhir: SMA Negeri 3 Denpasar, disetujui pada tanggal:…….. (2) nama
lengkap beserta nomor induk pegawai (NIP) ketua dan tiga anggota tim simposium
serta diketahui oleh kepala SMA Negeri 3 Denpasar. Contoh format lembar
persetujuan tim simposium yang dimaksud dapat dilihat pada lampiran 4.
5. Pernyataan Keaslian Karya
Untuk menghindari terjadinya praktik akademis yang melanggar kaidah dan
academic yurisdiction, pada saat penyusunan karya tulis oleh siswa, maka kepada setiap siswa harus melampirkan surat pernyataan keaslian karya yang telah
ditandatangani oleh siswa bersangkutan. (contoh format dapat dilihat pada lampiran 5)
6. Prakata
Di dalam prakata dicantumkan ucapan terimakasih penulis karya tulis yang
ditujukan kepada berbagai pihak. Pihak tersebut dapat berupa individu, pejabat,
lembaga, organisasi, dan atau pihak-pihak lain yang berkontribusi dalam menyiapkan,
melaksanakan, dan menyelesaikan penulisan karya tulis.
Tulisan prakata diketik dengan huruf kapital, simetris di batas atas bidang
pengetikkan tanpa tanda titik. Teks prakarta diketik dengan spasi ganda (dua spasi).
Panjang teks tidak lebih dari dua halaman kertas ukuran A4. Kemudian, pada akhir
teks dicantumkan kata “Penulis” yang menyebut nama terang, dan ditempatkan di
pojok kanan bawah. (contoh format dapat dilihat pada lampiran 6)
7. Abstrak
Nama penulis abstrak diketik dengan urutan nama akhir diikuti nama awal, nama
tengah (jika ada). Tahun lulus diketik setelah nama penulis (dalam kurung) dan
diakhiri dengan titik. Judul tugas akhir dicetak dengan huruf miring atau tebal dan
diketik dengan huruf kecil kecuali huruf-huruf pertama dari setiap kata. Dalam abstrak
dicantumkan kata kunci yang ditempatkan pada bagian bawah abstrak. Jumlah kata
kunci ini sekitar lima buah. Kata kunci diperlukan untuk komputerisasi sistem
informasi ilmiah. Dengan kata kunci kita bisa menemukan judul-judul tesis beserta
abstraknya dengan mudah. Di dalam teks abstrak disajikan secara padat intisari karya
tulis yang mencakup tujuan penelitian, fokus masalah penelitian, metode penelitian,
dan simpulan penelitian, serta (jika ada) saran/rekomendasi yang diperlukan. Teks di
lebih dari satu halaman kertas ukuran A4 (maksimum 300 kata) lihat lampiran 7.
Abstrak dibuat dalam Bahasa Indonesia baku.
8. Daftar Isi
Di dalam halaman daftar isi dimuat: judul lembar pengesahan, surat pernyataan,
daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, daftar-daftar lain (jika ada), judul bab, judul
anak sub bab, dan judul anak sub bab yang disertai dengan nomor halaman tempat
pemuatannya di dalam teks. Semua judul bab diketik dengan huruf capital, sedangkan
sub bab dan anak sub bab hanya huruf awalnya saja yang diketik dengan huruf capital.
Daftar isi hendaknya menggambarkan garis organisasi keseluruhan isi karya tulis
(lihat lampiran 8).
9. Daftar Tabel
Halaman Daftar tabel memuat nomor tabel, judul tabel, dan nomor halaman untuk
setiap tabel yang harus sama dengan judul tabel yang terdapat dalam teks. Judul tabel
yang memerlukan lebih dari satu baris diketik dengan spasi tunggal. Antara tabel yang
satu dengan tabel yang lainnya diberi jarak dua spasi (lihat lampiran 9).
10.Daftar Gambar
Pada daftar gambar dicantumkan nomor gambar, judul gambar, dan nomor
halaman tempat pembuatannya dalam teks. Judul gambar yang memerlukan lebih dari
satu baris diketik dengan spasi tunggal. Antara judul gambar dan judul gambar
lainnya diberi jarak dua spasi (lihat lampiran 10).
11.Daftar Lampiran
Daftar lampiran memuat nomor lampiran, judul lampiran, dan halaman tempat
lampiran itu berada. Judul lampiran yang memerlukan lebih dari satu baris diketik
dengan spasi tunggal. Antara judul lampiran yang satu dan judul lampiran lainnya
diberi jarak dua spasi (lihat lampiran 11).
12.Daftar Pustaka
Daftar pustaka adalah sebuah daftar yang berisi judul buku-buku, artikel- artikel,
dan bahan-bahan penerbitan lainnya, yang mempunyai pertalian dengan sebuah
karangan atau sehagian dan karangan yang tengah digarap. Untuk mendeskripsi yang
penting tentang buku, majalah, harian itu secara keseluruhan, karena itu fungsi catatan
kaki dan daftar pustaka seluruhnya tumpang-tindih satu sama lain. Selain itu berfungsi
sebagai pelengkap dan sebuah catatan kaki. Pada daftar pustaka dapat mengetahui
keterangan-keterangan yang lengkap mengenai buku atau majalah itu. (contoh format
13.Daftar (sesuai dengan keperluan)
Jika dalam suatu karya tulis banyak digunakan tanda-tanda lain yang mempunyai
makna esesial, seperti singkatan atau lambang-lambang dalam matematika, ilmu
eksakta, dan teknik, maka perlu ada daftar mengenai lambang-lambang atau
tanda-tanda lain yang digunakan dalam karya tulis tersebut, dengan mengacu format
sebagaimana halnya penulisan daftar tabel atau daftar gambar.
B. Bagian Inti
Bagian inti karya tulis terdiri atas sekurang-kurangnya lima bab, yakni pendahuluan,
landasan teori, metode penelitian, hasil penelitian, dan penutup. Bagian inti ditandai dengan
penggunaan nomor/angka Romawi besar (I,II, dst) untuk menomori urutan bab, nomor digit
untuk menandai urutan sub judul dan sub subnya (paling banyak 4 digit), no angka Arab
(1,2,3,dst) untuk menandai halaman. Nomor digit tidak boleh digunakan untuk pengganti no
urut seperti 1), 2). Dst. Atau huruf a), b), dst. Jika dirumuskan secara urut maka susunan
BAB II LANDASAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
2.1Kajian Teori
2.2Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
2.3Kerangka Berpikir
2.4Hipotesis Penelitian
BAB III METODE PENELITIAN
3.1Rancangan Penelitian
3.2Populasi dan Sample Penelitian
3.3Variabel Penelitian
3.4Metode Pengumpulan Data
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1Deskripsi data
4.2Hasil penelitian
BAB V PENUTUP
5.1Simpulan
5.2Saran
Bagian inti dari karya tulis penelitian pada rumusan di atas, masing-masing dapat
dijelaskan seperti pada paparan berikut ini.
1. Latar Belakang Penelitian
Latar belakang yang digunakan dalam usulan sebuah penelitian diperlukan agar orang
dapat memahami konteks atau lingkungan, factor-faktor yang berkaitan dengan permasalahan
yang akan diteliti. Jadi segala informasi yang berhubungan dengan permasalahan tersebut
dikemukakan dengan maksud agar orang lebih mudah menghayati situasi dan kondisi dimana
masalah-masalah tersebut timbul atau terjadi. Informasi mengenai latar belakang tidak perlu
panjang lebar melainkan singkat tapi jelas agar tidak membosankan.
Pada bagian latar belakang hendaknya dikemukakan secara jelas dan obyektif, rasional
akademis mengapa masalah atau pokok persoalan tersebut penting dikaji dalam penelitian.
Pernyataan urgenitas tersebut harus didukung oleh argument-argumen akademis terkait, yang
melatarbelakangi pentingnya kajian dilakukan. Pada bagian ini juga penting untuk
dikemukakan logika konseptual dan praktis atas pokok persoalan, termasuk penggambaran
terjadinya kesenjangan antara das sollen dan das sein (harapan dan kenyataan), baik secara teoretik maupun secara praksis. Pernyataan kesenjangan yang dimaksud hendaknya didukung
oleh fakta, data, dokumen, dan bukti-bukti ilmiah lainnya yang bertalian dengan pokok
permasalahan, sehingga siapapun yang membaca menjadi mengerti mengapa hal tersebut
perlu dikaji atau diteliti secara ilmiah.
2. Rumusan Masalah
Masalah penelitian sebaiknya menanyakan keterkaitan antara variabel-variabel yang
akan diteliti, baik untuk penelitian yang bersifat deskriptif/ex post facto maupun yang bersifat eksperimen. Dengan perkataan lain, masalah penelitian merupakan pernyataan dan/atau
pertanyaan penelitian yang mendorongnya untuk mengadakan penelitian. Karena itu,
masalah penelitian (research question) harus dirumuskan secara spesifik agar dapat menjadi penuntun bagi penelitian di lapangan.
Masalah penelitian yang secara sepintas telah tersirat dalam latar belakang penelitian,
penting untuk dinyatakan secara lebih jelas, operasional, dan terukur dalam rumusan kalimat
tanya atau kalimat pernyataan yang terinci yang akan dicari jawabannya dalam penelitian.
Rumusan masalah hendaknya dituangkan ke dalam kalimat tanya atau kalimat pernyataan
jelas variabel yang diteliti, jenis dan sifat hubungan antar variabel, keterkaitan
antargeneralisasi dan bangunan teori sebuah disiplin, serta subjek penelitiannya. Selain itu,
rumusan masalah hendaknya dapat diuji secara empiris, dalam arti, memungkinkan
dikumpulkannya data untuk menjawab pertanyaan yang diajukan.
3. Tujuan penelitian
Secara ringkas dapat dikatakan bahwa tujuan penelitian adalah menemukan informasi
empiris, objektif, logis mengenai sesuatu atau menentukan keterkaitan di antara
variabel-variabel yang dipermasalahkan. Dengan demikian, maka tujuan penelitian yang dirumuskan
harus mencermikan dan konsisten dengan masalah-masalah yang dikemukakan sebelumnya.
Jelaslah bahwa penelitian yang akan dilaksanakan mengarah pada jawaban-jawaban terhadap
pertanyaan yang telah dinyatakan dalam masalah penelitian.
Tujuan penelitian menyatakan secara jelas, sasaran yang ingin dicapai setelah
pelaksanaan penelitian terhadap masalah yang telah dirumuskan pada bagian sebelumnya. Isi
dan rumusan tujuan penelitian mengacu kepada isi dan rumusan masalah penelitian yang
telah ditetapkan sebelumnya, yang bersifat ringkas, jelas, padat, dan terukur. Tujuan
penelitian biasanya diformulasikan (dirumuskan) dalam bentuk kalimat pernyataan.
4. Manfaat Penelitian
Pada bagian ini ditunjukkan pentingnya (keutamaan) penelitian terutama yang bertalian
dengan pengembangan disiplin keilmuan, pembangunan dalam arti luas dan kepentingan
praksis sebuah bidang kajian. Dengan kata lain, uraian dalam subbab manfaat penelitian
berisi alasan kelayakan akademis dan praksis atas masalah yang diteliti. Perumusan manfaat
penelitian, akan memperkuat dan meningkatkan kelayakan sebuah pokok persoalan atau
masalah untuk dikaji berdasarkan langkah-langkah akademis, sehingga akan melahirkan
adagium tentative pada kalangan komunitas tertentu (sesuai bidang ilmunya). Sementara itu,
untuk jenis penelitian tindakan atau penelitian tindakan kelas, termasuk penelitian dan
pengembangan di beberapa bagiannya, kebermanfaatan penelitian harus dinyatakan dengan
mengacu kepada siapa, dalam hal apa, dan untuk apa nilai manfaat tersebut.
5. Landasan Teori dan Perumusan Hipotesis
Di dalam tugas akhir ini menjadi pengisi BAB II. Bagian ini terdiri atas kajian teori,
kajian penelitian yang relevan, kerangka berpikir, dan hipotesis penelitian.
6. Kajian Teori
Kajian teori membahasa secara deduktif dan/atau anti tesis sejumlah teori yang pernah
ada, yang pernah digunakan oleh orang untuk menjawab atau menjelaskan masalah-masalah
dan kemutakhiran. Bagian ini tidak boleh hanya merupakan rangkaian teori-teori atau
kumpulan teori tanpa pemaknaan yang sistematis oleh peneliti. Penetapan dan penggunaan
teori-teori ini seyogyanya mengarah kepada teori yang hendak digunakan dalam mengkaji
masalah yang dirumuskan dan secara eksplisit harus mampu dirumuskan dan ditetapkan suatu
teori dasar (grounded theory) yang nantinya digunakan untuk menakar, membedah, dan memformulasikan pengujian dan/atau penelaahan variabel penelitian. Jenis teori, batasan
teori, prosedur penggunaan, mekanisme pengujian, dan yang lainnya harus mampu
dirumuskan dan dinyatakan secara jelas pada bagian ini.
Penting dipahami dan dilakukan pada bagian ini, bahwa dalam mengutip, memaknai,
menyenerai, sumber-sumber kepustakaan pada bagian ini hendaknya menggunakan kata-kata
sendiri, dengan menjauhkan kesan menjiplak aslinya. Sesekali memang diperkenankan untuk
mengutip secara utuh sebuah teori, prinsip, generalisasi, konsep, dan fakta dari sumber
aslinya, dengan cara menuliskannya sesuai dengan kaidah-kaidah yang dibenarkan secara
akademis. Pengutipan sebuah sumber atau kepustakaan wajib hukumnya untuk
mencantumkan nama penulis dan tahun penerbitan sumber kepustakaan tersebut. Bilamana
kutipan langsung lebih dari 4 baris, maka penulisannya harus diketik satu spasi dengan
mencantumkan nama penulis, tahun penerbit, dan halaman tempat kutipan di buku atau
sumber aslinya.
7. Kajian Hasil Penelitian uang Relevan
Pengkajian dan penelusuran berbagai teori adalah dalam rangka menentukan teori dasar
yang akan digunakan oleh peneliti untuk meneliti variabel yang dikonstruksikan. Setiap
variabel yang akan diteliti seyogyanya memiliki kontruksi dasar teori. Hal ini sangat penting
karena untuk selanjutnya (dalam penelitian kuantitatif) teori yang digunakan akan
menentukan arah penelitian tersebut, baik menyangkut instrumentasi yang digunakan (dalam
proses perancangan maupun validasinya), perumusan hipotesisnya, maupun tahapan
verifikasinya. Setelah penelitian mengemukakan teori-teori yang berhubungan dengan
variabel yang diteliti (masalahnya) maka ia dapat mendeduksikan konsep-konsep yang
terdapat di dalamnya. Setiap teori berisi konsep, karena itu konsep tersebut harus dijelaskan
di dalam bagian ini agar orang mengetahui dasar atau inti teori tersebut. Dalam bagian ini
sering digunakan diagram-diagram untuk menjelaskan konsepnya.
Pada bagian ini, secara jelas dan objektif harus dipaparkan tentang gagasan, konsep,
pemikiran, teori, prinsip, dalil, dan temuan dalam penelitian terdahulu yang bertautan secara
langsung maupun tidak langsung dengan focus masalah yang akan diteliti. Penelitian dapat
diteliti secara kronologis, atau disistematisasikan menurut masalahnya. Berdasarkan kajian
dan telaah terhadap berbagai temuan penelitian tersebut, maka penelitian dapat memetik
hal-hal yang bertalian dengan masalah, teori yang akan digunakan, metode yang digunakan, dan
temuan-temuannya dengan memberikan penguatan, atau komentar, kritik, evaluasi, dan
sebagainya, sehingga tidak memunculkan atau menyiratkan kesan bahwa bagian ini adalah
kumpulan atau penumpukan rangkaian teori semata. Penelitian dituntut untuk mampu
“membahasakan” bagian setiap bagian dari temuan penelitian yang relevan untuk mendukung
gagasan utama atau pokok permasalahan penelitiannya, sehingga jelas “posisi peneliti” di
antara teori atau temuan penelitian yang telah dihasilkan oleh orang lain pada kajian yang
sejenis.
Berdasarkan pola seperti di atas, peneliti dengan tegas dapat mengemukakan
bagian-bagian atau aspek-aspek mana yang berhubungan dan yang tidak berhubungan dengan
bagian-bagian atau aspek-aspek yang akan dikaji sekarang, masalah-masalah mana yang
sudah diteliti orang dan masalah-masalah mana yang belum digarap sehingga peneliti bisa
menempatkan di mana posisi masalah yang akan ditelitinya. Bisa saja terjadi, bahwa fokus
masalah yang akan dikajinya sama atau telah dikaji oleh peneliti lain lebih dulu, namun
bilamana metode, pelibatan dan jumlah variabel, objek atau subjek penelitian, serta lokasi
atau latar penelitiannya berbeda, maka penelitian tersebut layak untuk dilanjutkan.
Pada konteks inilah, kejujuran akademis, kedirian akademis siswa, dan gradasi karya
yang akan dihasilkannya dipertaruhkan (dinilai dan ditempatkan pada level tertentu). Kajian
teori dan kepustakaan setiap variabel ditunjang minimal tiga sumber primer dengan
menunjukkan bukti fisik (hard copy). 8. Kerangka Berpikir
Setelah dipastikan teori dan konsep yang hendak dipakai dalam penelitian, maka
penelitian mengemukakan kerangka berpikirnya mengenai teori atau konsep tersebut. Dalam
kasanah metodologi antara kajian teori dan kajian empiric tersebut adalah koheren.
Kajian-kajian tersebut (baik teori maupun empirik) merupakan modal argumentasi yang menjelaskan
hubungan yang mungkin terdapat di antara berbagai faktor yang saling berkaitan dan
membentuk konstelasi yang dapat dirumuskan dalam kerangka berpikir,yang disusun secara
rasional berdasarkan premis-premis ilmiah yang telah teruji kebenarannya dengan
memperhatikan factor-faktor empiris yang relevan.
Kerangka berpikir menguraikan secara jelas dan koheren pertautan antar variabel atau
terdahulu, sehingga terbangun sebuah konstruk keilmuan yang menjelaskan talitemali
variabel yang dilibatkan dalam penelitian.
9. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah praduga ataupun asumsi yang harus diuji melalui data atau fakta yang
diperoleh melalui penelitian. Dengan demikian, hipotesis merupakan penuntun bagi peneliti
dalam menggali data yang diinginkan. Sekalipun demikian, perlu diingat, bahwa peneliti
harus senantiasa memegang teguh prinsip objektif agar jangan timbul “bias” dalam pencarian
data. Hipotesis merupakan jawaban sementara atau dugaan jawaban terhadap pertanyaan
yang diajukan, yang pada hakikatnya merupakan kesimpulan dari kerangka berpikir yang
dikembangkan.
Secara konsep, hipotesis dapat diartikan sebagai pernyataan mengenai keadaan
populasi yang akan diuji kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh dari sampel
penelitian. Secara statistik hipotesis merupakan pernyataan mengenai keadaan parameter
yang akan diuji melalui statistik sampel. Hipotesis biasanya juga mengandung prediksi, dan
ketepatan prediksinya akan sangat tergantung pada tingkat kebenaran dan ketepatan kajian
teori yang mendasarinya. Secara umum, hipotesis sebenarnya menyangkut dua hal yaitu
tentang hubungan dan tentang perbedaan, tetapi perumusannya dapat beraneka ragam.
Dalam penelitian kuantitatif yang paling perlu diperhatikan adalah jenis rumusan
hipotesis tersebut, apakah suatu hipotesis dirumuskan secara direksional atau non direksional.
Hal ini penting diperhatikan karena menyangkut uji signifikansi yang akan diterapkan, yaitu:
uji satu arah (one tail) untuk hipotesis direksional, atau uji dua arah (two tail) untuk hipotesis non-direksional, di samping kedua jenis rumusan hipotesis dimaksud akan menuntut arah
kajian teori yang berbeda.
Menurut fungsinya, hipotesis terdiri atas hipotesis teoritik dan hipotesis penelitian.
Perlu disadari bahwa penelitian kuantitatif bertujuan untuk menguji teori yang sudah ada.
Teori tersebut kemudian dirumuskan ke dalam hipotesis untuk diuji dengan sampel yang
ditentukan oleh peneliti. Hipotesis yang diuji dalam penelitian adalah hipotesis nol. Hipotesis
nol pada hakikatnya adalah hipotesis yang menyatakan tidak ada hubungan atau tidak ada
perbedaan (hypothesis of norelation, hypothesis of no difference). Peneliti dalam hubungan ini mempunyai praduga atau asumsi bahwa data yang diperolehnya akan menunjukkan
sebaliknya. Karena itu hipotesis penelitian akan menyatakan gagasan sebaliknya, yaitu: ada
hubungan atau ada perbedaan.
Berdasarkan pengertian di atas muncul tiga macam pendapat di antara para peneliti,
nol tidak perlu disebutkan dalam usaha penelitian, (2) karena hipotesis penelitian dapat
diketahui dari hipotesis nol dan karena hipotesis nol adalah hipotesis yang diujikan, maka
hipotesis penelitian tidak perlu dicantumkan dan hanya hipotesis nol yang dicantumkan, dan
(3) mencantumkan kedua jenis hipotesis tersebut baik dalam rumusan narasi maupun dalam
rumusan statistiknya. Dalam praktiknya, ketiga pendapat tersebut digunakan tanpa masalah.
Dengan demikian, peneliti boleh memilih salah satu dari tiga pendekatan tersebut dan
menggunakannya secara konsisten.
Menurut sifatnya, hipotesis penelitian dapat berupa hipotesis yang mengarah
(directional) dan dapat juga berupa hipotesis yang tidak mengarah (non-directional). Hipotesis yang mengarah menunjukkan arah asumsi penelitian, misalnya: semakin tinggi IQ
siswa, semakin tinggi prestasi belajarnya. Sebaliknya hipotesis yang tidak mengarah
menunjukkan tidak adanya arah asumsi penelitian, misalnya: terdapat perbedaan antara
kelompok X dengan kelompok Y, tanpa menyebutkan kelompok yang mana yang lebih
tinggi.
Menurut bentuknya: hipotesis dapat berupa pernyataan simbolik dan pernyataan verbal.
Dalam usulan penelitian, kedua bentuk hipotesis ini harus dicantumkan.
10. Metode Penelitian
Pada butir ini akan menjadi BAB III. Kandungannya mencakup antara lain: jenis
penelitian, subjek penelitian, metode pengumpulan data, metode analisis data, dan indikator
keberhasilan penelitian.
Perlu dicatat, bahwa di dalam bagian ini, penelitian tidak perlu mengemukakan
teori-teori atau batasan-batasan tentang istilah-istilah dalam metodologi. Misalnya, ketika
mengumumkan tentang subjek penelitian, populasi, dan sampel penelitian, tidak perlu
didefinisikan apa itu subjek penelitian, populasi, sampel, dan berbagai hal tentang
penyampelan.
11. Rancangan Penelitian
Rancangan (desain) pada hakikatnya mencakup abstraksi isi dan ruang lingkup (the design is content and scope of the study). Rancangan penelitian tergantung pula pada pendekatan yang digunakan pada subjek penelitian dalam kaitan dengan eksistensi variabel
yang diteliti. Eksistensi variabel yang dimaksud apakah variabel yang akan diteliti
dimunculkan secara sengaja (dimanipulasi) oleh peneliti dalam suatu eksperimen, atau
variabel yang diteliti adalah variabel yang telah ada secara wajar pada subjek yang diteliti
Di sisi lain, penggambaran konstelasi rancangan penelitian akan dipengaruhi pula oleh
jumlah (banyaknya) dan status variabel yang dilibatkan dalam penelitian, sehingga akan
terkait dengan identifikasi variabel penelitian dan sudah tentunya juga terkait dengan
hipotesis yang dirumuskan. Berdasarkan rasional tersebut, maka pada bagian ini, mahasiswa
hendaknya mampu dengan tegas menyatakan desain penelitian yang digunakan, sesuai
dengan karakteristik fokus masalah yang hendak dikaji atau diteliti. Pada rancangan
penelitian, secara empiris telah dinyatakan rancang bangun penelitian yang akan dilakukan,
sehingga akan memudahkan penelitian dalam melakukan tahapan penelitian selanjutnya.
12. Populasi dan Sampel Penelitian
Sejak awal, penelitian harus dengan tegas menentukan populasi penelitiannya. Karena
itu ia harus mendefinisikan populasi agar orang mengetahui ke mana hasil penelitian tersebut
dapat digeneralisasikan. Populasi terdiri atas populasi teoretis dan populasi terjangkau.
Populasi teoretis adalah semua subjek, baik yang secara langsung maupun tidak langsung
akan diteliti dan kemana hasil penelitian dapat digeneralisasikan. Populasi terjangkau adalah
semua subjek yang (bila perlu) dapat dijangkau secara langsung.
Bilamana populasi biasanya terlalu banyak untuk diteliti, maka penelitian dapat
menggunakan sebagian saja dari populasi. Sudah barang tentu sampel tersebut harus dapat
mewakili populasi. Peneliti dapat menggunakan teknik statistik untuk mengetahui apakah
sampel yang digunanakan representatif atau tidak. Dalam kaitan dengan itu, penentuan
sampel dari suatu studi sampling pada hakikatnya selalu mengandung risiko kesalahan
(sampling error), karena generalisasi dari sampel ke populasi selalu mengandung resiko bahwa tedapat kekeliruan atau ketidak tepatan, karena sampel tidak mungkin mencerminkan
secara persis keadaan populasi.
Secara konseptual, dapat ditegaskan bahwa semakin besar ketidaksamaan sampel
dengan populasi, maka semakin besar pula kemungkinan kekeliruan dalam generalisasi.
Maka dari itu, masalah representatifnya sampel sangat perlu dicermati. Bertalian dengan hal
itu terdapat beberapa teknik penentuan sampel, yang pada dasarnya dapat dikelompokkan
menjadi dua gugus yaitu: (1) penyampelan probabilitas (probability sampling), dan (2) penyampelan nonprobabilitas sampling (nonprobability sampling). Dari masing-masing gugus tersebut telah diciptakan berbagai teknik lagi, yang sangat memungkinkan peneliti
memilih sesuai dengan keperluan.
Untuk mendukung penggunaan dari berbagai teknik di atas, dalam rangka
mempertinggi tingkat kerepresentatipan sampel, perlu dipertimbangkan beberapa hal yaitu:
memasukkan cirri-ciri populasi. Mengingat adanya keterbatasan yang dimiliki oleh peneliti,
maka dapat saja terjadi ketidak sempurnaan pemenuhan keempat hal di atas, sehingga
kesalahan-kesalahan sampling hamper selalu ada.
Berangkat dari logika konseptual di atas, maka muncul kebutuhan untuk
memperhitungkan besar-kecilnya kekeliruan tersebut, yang biasa disebut dengan analisis
kekeliruan atau simpangan baku estimasi atas distribusi penyampelan. Distribusi
penyampelan statistic akan normal manakala distribusi skor dalam populasinya merupakan
distribusi normal dan sampel diambil secara rambang (random). Akan tetapi, distribusi suatu statistic akan mendekati distribusi normal, tidak perduli bentuk distribusi populasinya normal
atau tidak asal sampel penelitiannya cukup besar.
Mengenai gugus penyampelan, seorang peneliti harus mampu memilih teknik
penentuan sampel yang tepat sesuai dengan karakteristik populasi dan kebutuhan data
penelitiannya. Secara umum, teknik tersebut ada yang didasarkan atas probabilitas, ada pula
yang didasarkan atas nonprobabilitas. Probabilitas penyampelan terdiri atas: (1) rambang
sederhana (simple random sampling), (2) rambang strata (stratified random sampling), (3) kluster (cluster sampling). Penyampelan nonprobabilitas terdiri atas: (1) penyampelan purposive (purposive sampling), (2) penyampelan kuota (quota sampling), (3) penyampelan eksidental (accidental sampling).
Berdasarkan argumentasi di atas, maka bilamana subjek penelitian telah ditetapkan,
maka peneliti secara tegas telah dapat menyatakan populasi subjek penelitian itu. Jika dalam
penelitian diperlukan adanya sampel, maka harus dipilih secara tepat teknik dan pendekatan
penyampelannya, sehingga tidak terjadi bias keterwakilan populasi dalam sampel penelitian,
yang pada akhirnya akan berdampak pada validitas temuan penelitian.
13. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
Variabel dapat diartikan sebagai suatu totalitas gejala atau objek pengamatan yang akan
diteliti. Maka dari itu, dilihat dari fungsinya, variabel dapat diklasifikasikan menjadi: variabel
bebas (prediktor), variabel control, variabel moderator, variabel penyela, dan variabel
tergantung (kriterium). Bila variabel ini digambarkan dalam suatu model (konstelasi)
penelitian nantinya, penempatan (klasifikasi) variabel sangat ditentukan oleh paradigm teori
yang melandasinya, dan untuk itulah sangat diperlukan wawasan, pengalaman, ketelitian,
serta keterampilan peneliti.
Perumusan definisi variabel, menyangkut perumusan definisi konsep variabel dan
perumusan definisi operasional variabel tersebut. Perumusan definisi konsep variabel harus
bersangkutan. Hal tersebut secara konsep akan menyangkut konsep teoretis variabel yang
diteliti, dimensi, dan indikator yang melingkup variabel tersebut. Sementara itu definisi
operasional variabel, menyangkut pengukuran variabel, dan pernyataan peringkat/skala data
yang dikumpulkan (nominal, ordinal, interval, atau rasio). Definisi operasional variabel ini
akan sangat menentukan bagaimana suatu instrument variabel itu dirancang, dan bagaimana
rancangan data tersebut dikumpulkan, dan hal tersebut akan memberikan arah bagaimana
formula analisis yang akan digunakan.
Bila ditelusuri lebih jauh, bermacam-macam cara dapat digunakan untuk menyusun
definisi operasional, antara lain: (a) pola I, yaitu definisi yang disusun berdasarkan atas kegiatan-kegiatan (operasi) yang harus dilakukan agar hal yang didefinisikan itu terjadi.
Contoh: pembelajaran model jigsaw adalah pembelajaran yang dikelola dengan
langkah-langkah umum sebagai berikut………… Hasil pembelajaran tersebut dilihat pada prestasi
belajar peserta didik, yang diukur melalui tes, dan data yang dikumpulkan dalam skala
interval, (b) pola II, yaitu definisi yang disusun atas dasar begaimana hal yang didefinisikan itu beroperasi. Contoh: intelegensi adalah kemampuan potensial yang dimiliki oleh peserta
didik yang berpengaruh terhadap cara pemecahan masalah yang dihadapi secara cepat, tepat,
dan adequate. Intelegensi peserta didik diukur melalui tes intelegensi standard progressive matriks dan data yang dikumpulkan dalam skala interval, dan (c) pola III, yaitu definisi yang dibuat berdasarkan atas bagaimana hal yang didefinisikan itu tampak. Contoh: kecemasan
terhadap sekolah adalah penolakan untuk pergi belajar di sekolah. Kecemasan terhadap
sekolah diukur dengan observasi atau wawacara, dan data yang dikumpulkan dalam skala
nominal (sangat cemas, cemas, dan kurang cemas).
Mengacu pada konsep berpikir di atas, maka hal-hal yang dikemukakan pada bagian ini
ialah identifikasi variabel penelitian, definisi variabel (definisi konsep dan definisi
operasional) serta konstelasi variabel. Uraian mengenai ketiga hal ini dilakukan secara amat
singkat karena maksud utamanya adalah untuk memberikan gambaran utuh dalam bentuknya
yang ringkas mengenai fokus penelitian. Definisi istilah diperlukan apabila diperkirakan akan
timbul perbedaan pengertian atau kekurang-jelasan makna seandainya batasan itu tidak
diberikan. Istilah yang perlu diberikan batasan ialah istilah-istilah yang berhubungan dengan
konsep-konsep pokok yang terdapat dalam karya tulis. Kriteria bahwa suatu istilah
mengandung konsep pokok adalah jika istilah itu terkait erat dengan masalah yang diteliti
atau variabel penelitian. Bagi penelitian-penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif
14. Metode Pengumpulan Data/Prosedur Penelitian
Pada bagian ini, yang perlu dirumuskan lebih dulu adalah data apa yang hendak
dikumpulkan dengan mengacu pada fokus masalah dan rumusan masalah yang telah
diformulasikan sebelumnya. Setelah kepastian yang bertalian dengan jenis data yang
diperlukan telah ditetapkan, maka langkah selanjutnya adalah menentukan cara atau metode
yang akan digunakan untuk menjaring atau mengumpulkan data.
Ketepatan pemilihan metode dan alat pengumpulan data sangat menentukan kualitas
data yang didapatkan, dan pada akhirnya akan menentukan kualitas hasil suatu penelitian.
Oleh karena itu, instrumentasi ini harus mendapatkan penggarapan yang cermat, sehingga
memenuhi syarat-syarat sebagai alat ukur yang baik. Untuk itu biasa dituntut validasi
instrumen (yang menyangkut validitas content, concurrent, predictive dan construct, serta menyangkut tingkat reliabilitas) atas alat pengumpulan data yang akan digunakan.
Peneliti harus cermat memilih dan menggunakan prosedur itu sesuai dengan
karakteristik alat ukurnya. Contoh, misalnya masalah penelitian yang akan diteliti adalah
mengenai “hasil belajar siswa”, maka data yang diperlukan ialah “skor” siswa dalam tes atau
ujian, sehingga metode pengumpulan data yang relevan adalah dengan melaksanakan tes
hasil belajar. Contoh lainnya, peneliti hendak mengumpulkan data tentang “sikap siswa”,
maka jenis data yang diperlukan adalah “pernyataan” atau “perilaku” siswa, sehingga metode
pengumpulan data yang relevan untuk ini adalah dengan wawancara atau dengan
menyebarkan kuesioner.
Metode pengumpulan data semacam itu tentu memerlukan instrumen atau alat
pengumpulan data penelitian, yang biasa berupa: perangkat tes, pedoman wawancara, lembar
observasi, catatan lapangan terstruktur, dan kuesioner. Masing-masing instrumen itu harus
sudah dilampirkan ketika mengajukan usulan penelitian. Di dalam karya tulis harus
dijelaskan, misalnya, siapa dan berapa jumlah subjek yang dites, kapan dan dimana, apa yang
diteskan, dsb. Tentang wawancara dijelaskan siapa yang akan diwawancarai, cara
mewawancarai, kapan, dan dimana. Dijelaskan isi kuisioner, siapa yang diberi kuesioner,
berapa jumlah yang disebarkan dan berapa jumlah yang dikembalikan, dsb. Data yang sudah
dikumpulkan itu kemudian ditata dan diorganisasikan agar mudah diolah dan dianalisis.
Wawancara yang direkam harus ditranskripsikan dulu melalui bahasa tulis. Data tersebut,
misalnya, diklasifikasikan, ditabelkan, diurutkan, dan sebagainya.
Jika sekiranya peneliti tinggal memakai alat pengumpulan data yang sudah diakui
validitas dan reliabilitasnya, masih juga merupakan keharusan baginya untuk melaporkan dan
mungkin berdasarkan kesepakatan-kesepakatan tertentu. Metode pengumpulan data yang
sering digunakan yaitu sebagai berikut.
a. Metode observasi
Pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati secara langsung.
Yang harus peneliti perhatikan dalam metode ini yaitu:
1) Peneliti mengetahui pengetahuan tentang apa yang diobservasi.
2) Menentukan cara untuk melakukan observasi.
3) Menentukan variabel yang akan diamati.
4) Menentukan alat pencatat dan cara penggunaannya.
b. Metode kuesioner
Pengumpulan data dengan menggunakan suatu daftar pertanyaan yang isinya
sesuai dengan tujuan penelitian.
c. Metode wawancara
Pengumpulan data melalui proses tanya jawab dengan responden. Hal yang
harus diperhatikan dalam menggunakan metode ini adalah:
1) Harus netral.
2) Sikap yang sopan.
3) Saat wawancara hanya ada responden saja.
4) Jawaban responden harus dimengerti sebelum dicatat.
5) Hati-hati dengan jawaban tidak tahu.
d. Metode Penelitian Non Experimen
Dalam penelitian ini sering menggunakan metode sebagai berikut.
1) Survei
2) Penelitian naturalis
e. Metode Penelitian Eksperimen
1) Pre experimental
a) One-shot case study
Satu kelompok diberikan perlakuan selanjutnya diobservasi hasilnya
b) One-group pretest-posttest design
Satu kelompok diberikan perlakuan tetapi dilakukan pengukuran
sebelum dan sesudah perlakuan
c) Intact-group comparison
Satu kelompok dibagi 2, kemudian satu diberi perlakuan dan satu lagi
2) True Experimental
a) Rancangan percobaan pola sederhana
• RAL
2) Hasil pengukuran variabel yang dioperasionalkan dengan menggunakan
instrumen
g. Metode kualitatif
1) Deskriptif
2) Dokumen pribadi, catatan lapangan, ucapan dan tindakan responden, dll.
15. Metode Analisis Data
Setelah data dikumpulkan dan ditata, langkah selanjutnya adalah menganalisis atau
mengolah data tersebut sesuai dengan sifat dan jenis data yang terkumpul. Karena jenis data
dalam penelitian itu mungkin lebih dari satu, maka harus secara cermat dan diteliti
dikemukakan bagaimana masing-masing data itu dianalisis sesuai dengan masalah dan tujuan
penelitian, misalnya:
Masalah Data Dikumpulkan Dianalisis
“hasil belajar
siswa” skor hasil belajar dengan tes dengan statistik “sikap siswa” pernyataan dengan kuesioner diklasifikasikan
a. Metode analisis data
1) Analitik : pola pikir deduktif (umum ke khusus)
Contoh pernyataan Analitik :
a) 1+1=2
b) Pria lajang belum menikah
2) Metode Analisis (umum ke khusus) melakukan perincian terhadap istilah-istilah pernyataan kedalam bagian-bagiannya, agar dapat mengharapkan
makna yang di kandungnya.
b. Metode Sintesis
1) Sintesis = Induktif (khusus ke umum)
2) Metode Sintesis: menggabungkan atau mengkompromikan dari pernyataan
satu kepada pernyataan lain untuk memperoleh kesimpulan yang
komprehensif
Contoh :
a) Ilmu adalah aktifitas
b) Ilmu adalah metode
c) Ilmu adalah produk
Kesimpulanya: Ilmu adalah aktifitas, metode dan produk
c. Metode Analisis-Sintesis
1) Gabungan antara metode analisis dan metode sintesis yang saling
melengkapi
2) Proses praktis penyusunan deduksi berawal dengan perumusan suatu
simpulan, lalu pembuktiannya dengan pencarian dua atau lebih asumsi yang
benar yang dapat berfungsi sebagai landasannya.
3) Proses induksi berawal dengan pengumpulan potongan-potongan bukti empiris, lalu ini digunakan sebagai landasan untuk menarik kesimpulan. 16. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Pada bagian ini menjadi BAB IV. Bagian ini merupakan laporan hasil penelitian
dengan memyajikan data, fakta, dan temuan berikut pembahasan atau pengembangan dari
temuan penelitian. Layaknya sebuah laporan, hasil penelitian disajikan dalam ragam bahasa
tulis yang baki, didukung oleh table, grafik, gambar, foto, atau bentuk lain yang mampu
mempertegas atau mempertajam makna hasil penelitian.
Jika ada hipotesis, bagian ini merupakan “medium” pengujian hipotesis. Untuk itu, pada bagian ini perlu dikemukakan lagi rumusan hipotesis nol dan hasil pengujiannya beserta
penjelasannya yang dikemukakan secara ringkas dan jelas. Temuan-temuan penelitian,
dengan dukungan data dan fakta juga dikemukakan secara ringkas, padat, dan jelas.
Temuan-temuan ini kemudian dibahas satu demi satu, dengan tujuan: (1) menjawab masalah
penelitian atau menunjukkan bagian tujuan penelitian ini dicapai, tercapai atau tidak tercapai,
penelitian ke dalam kumpulan pengetahuan yang telah ada (misalnya, apakah temuan ini
sesuai, sejajar, tidak sesuai atau bertentangan dengan hasil penelitian terdahulu yang tersebut
dalam Bab II, dan (4) memodifikasi (memperkuat, mengubah, merevisi) teori yang sudah ada
dan menyusun teori baru. Bentuk dan luasnya pembahasan dapat disesuaikan dengan tujuan
tersebut.
Secara singkat, pembahasan merupakan uji kecocokan dan/atau kesejajaran temuan
penelitian, baik dengan teori maupun temuan penelitian terdahulu (relevan) yang telah dikaji
pada Bab II. Dengan demikian, secara akademis dapat dikatakan, bahwa pembahasan temuan
penelitian merupakan penegasan dan pemaknaan kembali fokus masalah penelitian, sehingga
jelas posisinya dalam konstruk teori, baik yang telah ada maupun bagi bangunan teori yang
akan dilakukan berdasarkan hasil penelitian itu sendiri.
17. Penutup
Bab penutup terdiri atas simpulan dan saran. Simpulan mungkin lebih dari satu, lalu
diikuti kemungkinan implikasi-implikasi yang akan terjadi atau diharapkan terjadi, dan saran
bagi individu, kelompok ataupun institusi tertentu.
C. Bagian Akhir
Bagian akhir memuat daftar pustaka dan lampiran. Daftar pustaka disusun secara
alfabetis dan diberi nomor halaman sebagaimana bagian inti, sedangkan lampiran yang terdiri
atas surat ijin penelitian, instrument penelitian (pedoman wawancara, kuesioner, dsb), peta
gambar, dsb, tidak perlu diberi nomor halaman.
1. Daftar Pustaka
Daftar pustaka ditulis dengan urutan alfabetis (menurut abjad) nama penulis (tanpa
gelar), bukan hanya alfabetis pada huruf pertama melainkan juga untuk huruf kedua, ketiga,
dst. Karena dalam hal ini kita mengikuti kaidah penulisan secara internasional, maka nama
penulis itu ialah nama akhir dari sederet nama yang dimiliki oleh penulis. Pada prinsipnya,
teknis menulis sebuah sumber pustaka adalah sebagai berikut:
Nama akhir, Nama (-nama) depan. Tahun penerbit. Judul buku. Kota penerbit: penerbit.
Nama akhir, Nama (-nama) depan. Tahun Terbit. “Judul artikel (dalam buku)”, dalam Nama Penulis Buku (ed = editor), Judul Buku. Kota Penerbit: Penerbit.
Nama akhir, Nama (-nama) depan. Tahun Penerbitan. “Judul Artikel (dalam
Nama akhir, Nama (-nama) depan. Tahun Penerbitan. “Judul Makalah (dalam
seminar, ceramah, konvensi, temu ilmiah, diskusi, dsb.)”,
(Makalah). Kota, tanggal/bulan. Tahun.
Nama akhir, Nama depan. Tahun Penulisan. Judul tesis/disertasi/orasi).
(tesis/disertasi/orasi). Kota: nama institusi/lembaga yang menerbitkan tesis/disertasi/orasi.
Nama akhir, Nama (-nama) depan. Tahun penulisan.judul tulisan/artikel/buku.
Nama web. Tanggal, bulan, tahun akses.
2. Lampiran
Lampiran memuat hal-hal yang diperlukan untuk melengkapi paparan yang telah
BAB III
TEKNIK PENULISAN
Bagian ini memuat ketentuan tentang jenis, warna, ukuran, berat kertas, tata cara
pengetikan, penggunaan nomor urut, penyajian tabel dan gambar, cara merujuk kutipan, cara
menulis daftar pustaka, bahasa karya tulis ilmiah, dan beberapa catatan penting dalam
penulisan tugas akhir.
A. Bahan
1. Sampul
Sampul tugas akhir menggunakan hard cover. Warna sampul mengacu pada
karakteristik program studi masing-masing, dengan ketentuan sesuai tabel 3.1.
Table 3.1 Warna Sampul Tugas Akhir
WARNA SAMPUL JENIS PENELITIAN
Pengetikan menggunakan komputer, dengan paket aplikasi Word, jenis huruf Times New Roman (TNR), ukuran font 12, dengan tinta hitam dan spasi 1,5. Pada bagian sampul dan halaman judul boleh digunakan ukuran font yang lebih besar sepanjang tidak merusak tatanan pemenggalan kata atau kelompok kata.
Huruf miring (italic) digunakan untuk kata-kata serapan dari bahasa asing, istilah asing, dan hal-hal lain yang dianggap penting. Huruf tebal (bold) digunakan untuk menuliskan
subjudul, dan istilah. Judul bab diketik dengan huruf capital-bold. Lambing atau huruf non-Latin(Jawa,Bali,Arab, Sansekerta, dll.) yang tidak dapat dikerjakan oleh komputer boleh
2. Jarak Spasi
1) Jarak 4 spasi digunakan pada jarak antara judul bab dengan teks di bagian
bawahnya.
2) Jarak 3 spasi digunakan pada jarak antara judul subbab atau sub-subbab dan baris di
atasnya.
3) Jarak 1,5 spasi digunakan untuk jarak antar baris dalam naskah, jarak antara awal
paragraf dan baris di atasnya dan antara subjudul atau subjudul-subjudul dengan
baris berikutnya.
4) Jarak 1 spasi digunakan (a) jarak antar baris dalam abstrak, (b) jarak antar baris
dalam satu sumber bacaan dalam daftar pustaka, (c) jarak antar baris pada judul
tabel atau judul gambar (jika judul lebih dari satu garis).
3. Margin
Margin atau baris tepi pengetikan diatur dengan jarak sebagai berikut: (1) atas: 4 cm, (2)
bawah: 3 cm, (3): 4 cm, dan (4) kanan: 3 cm.
4. Letak Nomor Halaman
Nomor halaman, dengan angka Arab, bisa diletakkan di empat tempat, yaitu
tengah-atas, tengah-bawah, kanan-tengah-atas, kanan-bawah. Adapun jarak antara baris teks dan nomor
halaman tersebut adalah 2 cm, dengan catatan bahwa nomor halaman harus terletak di bawah
bagi halaman BAB (Halaman awal setiap bab).
5. Penggunaan Nomor Urut
Karena karya tulis itu bersistem, maka penulis tidak mungkin menghindari adanya
urutan. Paling tidak, di dalam karya tulis ada lima bab berturut-turut yang memerlukan nomor
urut. Di dalam sebuah bab juga terdapat sebuah bagian dan ini pun memerlukan nomor urut.
Mungkin juga di dalam paparan diperlukan urutan itu. Menurut tradisi akademis, untuk
menunjukkan urutan tadikita dapat menggunakan lambing angka, baik angka Arab (1,2,3
dst) maupun angka romawi, baik Romawi besar (I, II, III dst), maupun Romawi kecil (I, ii,
iii, dst), atau lambing huruf Latin, baik huruf biasa (a, b, c, dst) maupun yang capital (A, B,
C, dst)
1) Angka Romawi
a) Angka Romawi besar digunakan untuk urutan bab.
b) Angka Romawi kecil digunakan untuk halaman-halaman bagian awal karya tulis
2) Angka Arab digunakan untuk:
a) Menomori halaman-halaman pada bagian inti karya tulis, dari Bab I sampai denan
Daftar Pustaka dan (jika ada) Indeks.
b) Penomoran sistem digit urutan subjudul (dalam bab) atau subjudul dalam
sub-subjudul, atau bawahannya lagi. Contoh Lihat penomoran pada 5.2 dan
nomor-nomor di bawahnya dan kemungkinan tambahannya.
Contoh:
Dengan catatan, bahwa 4 angka digit tersebut adalah batas angka yang diijinkan.
Perhatikan pula cara penulisan digit: tidak ada titik dibelakang angka terakhir.
c) Sistem digit itu dapat diganti dengan angka biasa atau gabungan antara angka dan
huruf.
Jika urutan ke bawah cukup panjang dan bercabang-cabang, maka penggunaan
angka dan huruf bila dilanjutkan menjadi: 1), 2), 3) dst. : (a), (b), (c), dst. : (1), (2),
(3), dst.
C. Penyajian Tabel
Tabel digunakan untuk menyajikan data secara lebih attractive dibandingkan dengan
paparan panjang lebar dengan kata-kata. Tabel yang baik bisa menyampaikan gagasan dan
hubungan-hubungannya dengan tulisan secara efektif. Menurut tradisi Amerika, tabel itu
tanpa garis-garis tegak dan mendatar, tetapi tradisi Eropa dengan garis-garis yang membentuk
kotak-kotak itu tampaknya berpengaruh juga ke Indonesia. Di samping itu, tabel yang rumit
tampaknya memang memerlukan garis-garis tersebut.
Tabel 5.2 Tingkat Motivasi Berprestasi mahasiswa dari Empat Fakultas Undiksha Tahun
Catatan: Program Diploma tidak dilibatkan dalam kajian ini.
Perhatikan unsur-unsur tabel di atas!
1) Nomor urut tabel: ditulis dengan angka Arab: angka 4 berarti tabel dalam BAB IV,
angka 1 mengacu pada urutan tabel dalam bab itu.
2) Judul atau tajuk tabel: seluruh tajuk dicetak miring: tiap kata berawal dengan capital
(kecuali kata tugas seperti dan, tetap, sebagai, dalam, di, tanpa, dsb): baris kedua
diawali dari titik di bawah huruf pertama baris pertama pada tajuk.
3) Jarak antarbaris dalam tajuk tabel hanya 1 spasi.
4) Jarak antara judul tabel dan garis dibawahnya ialah 3 spasi, begitu pula jarak antara
garis terakhir atau catatan (jika ada) dan baris berikutnya.
5) Singkatan diijinkan: No (nomor), f (frekuensi), N (number = jumlah), % (persen), dsb
6) Garis digunakan untuk mempermudah membaca tabel
7) Catatan kaki untuk tabel diletakkan langsung di bawah tabel; bukan di bagian akhir
halaman.
D. Penyajian Gambar
Penyajian gambar diatur sama dengan penyajian foto, lukisan, bagan, grafik,
konfigurasi, dan langkah-langkah, reaksi kimia, dsb. Sepanjang tidak bisa dicapai dengan
computer, maka gambar dapat dibuat dengan tangan, dengan tinta hitam.
Judul gambar ditulis dua spasi di bawah gambar, diawali dengan tulisan Gambar
E. Cara Merujuk Kutipan
Ada dua cara mengutip sumber bacaan, yakni kutipan langsung dan kutipan tidak
langsung. Kutipan langsung adalah cara seorang penulis mengutip secara utuh isi sebuah
pendapat ataupun teori yang termuat dalam buku, jurnal, koran, majalah, dan sumber lainnya.
Kutipan tidak langsung adalah cara seorang penulis memaknai kembali sebuah pendapat,
teori, atau generalisasi menurut bahasanya sendiri, tanpa mengurangi makna awal yang
terdapat dalam tulisan itu sendiri.
Untuk kutipan langsung, maka penulis harus mencantumkan nama penulis dan/atau
buku, kemudian tahun penerbitan, dan halaman dimana kutipan tersebut berada pada sumber
yang dikutip. Untuk penulisan karya tulis, sangat dianjurkan untuk melakukan kutipan tidak
langsung karena akan menjadi penanda seberapa paham penulis terhadap apa yang dibaca
atau ditelaah dari sebuah sumber. Disisi lain kutipan tidak langsung akan memberikan warna
“ketokohan akademis” penulis, karena mampu merekonstruksi kembali struktur kalimat
sebuah kutipan dengan bahasanya sendiri, tanpa mengurangi makna dasar atas apa yang
dikutipnya. Untuk kutipan tidak langsung, nama penulis sumber bisa disebut di depan, di
tengah, ataupun di belakan gagasan yang dikutip, seperti contoh berikut.
1) Dantes (2009: 221-225) menyatakan bahwa ………
2) Bertalian dengan konsepsi assesmen, Koyan (2011: 21) menyatakan ………..
3) ………. Sebagaimana dikatakan oleh Bawa (2009: 31)
Realitasnya, dalam penulisan sebuah karya akademis, termasuk di dalamnya penulisan
karya tulis, pengutipan secara langsung tidak bisa dihindari. Kutipan langsung bisa saja
pendek ataupun kutipan panjang. Kutipan pendek langsung ialah kutipan yang
sebanyak-banyaknya berisi 4 baris, atau 40 kata. Kutipan ini ditulis siantara dua tanda
petik rangkap (“………”), tetap masuk ke dalam baris-baris teks karena masih dianggap sebagai bagian terpadu dari teks. Nama penulis yang diikuti bisa di depan ataupun di
belakang kutipan, seperti contoh berikut.
1) Mengacu pada beberapa generalisasi dan temuan penelitian tenatang pendidikan
multikultur tersebut. Dantes (2009: 29) menegaskan, bahwa konsep multikultur
merupakan “sebuah lukisan social yang senantiasa melekat pada kedirian sebuah komunitas yang harus dikelola sebagai modalitas social menuju kehidupan yang lebih
2) Simpulan dari kajian empiris di atas adalah behwa “terdapat korelasi yang signifikan
antara tingkat pemahaman hokum Negara terhadap perilaku melanggar hokum yang
dilakukan oleh masyarakat di daerah perkotaan” (Lasmawan, 2007: 212).
Jika kutipan panjang-panjang lebih dari empat baris, maka kutipan itu ditulis
“terpisah” dari teks, ditulis agak menjorok ke dalam (5 ketukan), jarak satu spasi, tanpa tanda petik rangkap. Contoh:
Sebagaimana dikatakan Goleman (1999: 46) bahwa: IQ hanya menyajikan sedikit
penjelasan tentang perbedaan nasib orang-orang yang bakat, pendidikan dan
peluangnyakurang lebih sama. Ketika 95 mahasiswa Harvard dari angkatan 1940an…
Dilacak sampai mereka berusia setengah baya, maka mereka yang memperoleh tesnya paling
tinggi di perguruan tinggi tidaklah terlampau sukses dibandingkan rekan-rekannya yang
IQ-nya lebih rendah jika diukur menurut gaji, produktivitas, atau status di bidang pekerjaan
mereka.
Nama penulis, berikut tahun penerbitan dan halaman buku dapat juga ditempatkan di
belakang kutipan langsung panjang tersebut, seperti contoh:
Sebagaimana kita ketahui, IQ merupakan ………….. hanya pekerjaan mereka (Goleman, 2010: 46)
Jika penulis karya tulis tidak memperoleh buku asli atau tidak membacanya sendiri,
tetapi mengutipnya dari buku atau karya orang lain, misalnya mengutip tentang konsepsi
pendidikan multikultur dari Prof. Dr. Nroman Dantes, yang dimuat dalam buku karangan
Lasmawan, maka penyebutan nama penulisan asli menjadi sebagai berikut: sebagaimana
dikatakan oleh Dantes (dalam Lasmawan, 2010: 175)
Jika mengenai gagasan tertentu pengutip mendapatkannya dari beberapa sumber, maka
semua sumber itu dapat disebut dengan cara sebagai contoh di bawah ini.
Pendidikan multikultur sudah menjadi kebutuhan bagi setiap bangsa yang menyatakan
dirinya sebagai bangsa yang berbhineka, oleh sebab itu, perencanaan, pelaksanaan, dan
penilaian pembelajaran logikanya mengedepankan pada elaborasi kemultikulturan, sehingga
apa yang diperoleh oleh siswa disekolah dengan apa yang dialaminya dalam kehidupan
sehari-hari tidak stagnan (Dantes, 2009: 221; Marhaeni, 2009: 93; Lasmawan, 2008: 121 )
F. Cara Menulis Daftar Rujukan
Mengenai Daftar Pustaka sudah disinggung sepintas pada bagian C. Bagian ini
merupakan paparan yang lebih rinci tentang bagaimana menulis daftar pustaka. Daftar
ditulis baik secara langsung maupun tidak langsung (semua sumber yang dicantuman di
dalam tulisan atau batang tubuh karya tulis, wajib ditulis di daftar pustaka). Bahan yang
dibaca sendiri, tapi tidak dikutip seyogyanya tidak dicantumkan dalam daftar. Bahan yang
tidak dibaca sendiri, tetapi dipetik dari sumber bacaan yang dibaca, juga tidak perlu ditulis
dalam daftar pustaka.
Pada hakikatnya ada lima unsure yang harus dituliskan dalam daftar pusataka. Urutan
kelima unsur yang dibakukan oleh Pusat Bahasa, sebagaimana tampak dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia (Edisi Ke-3, 2001), dan buku-buku lain terbitan lembaga tersebut, adalah
sebagai berikut:
1) Nama pengarang tanpa gelar akademik dengan urutan: nama akhir (diakhiri dengan
titik), dan (kalau ada) nama depan dan nama tengah (diakhiri dengan titik):
Hasan, Said Mahid. Hilgard, Ernest R. dan Gordon H, Bower Hamalik, Oemar, Alwi,
Hasan dan Dendy Sugono.
Budisantosa Sukamto, Katharina Endriati (ed.)
2) Tahun Penerbitan, menggunakan angka arab, diakhiri dengan titik:
2009.
2010a
2010b
3) Judul sumber berupa buku, semua dicetak miring (italic), tiap kata diawali dengan huruf capital kecuali kata tugas (kata sambung, dsb), diakhiri dengan titik. Contoh:
Educational Psychology in the Classroom. Untuk sumber yang sumber berupa artikel,
makalah, dsb. Judul diletakkan di antara tanda petik rangkap (“…….”), huruf dicetak
biasa, tiap kata diawali dengan huruf capital kecuali kata tugas, diakhiri dengan titik.
Contoh: “identifikasi Faktor-faktor Pendorong Timbulnya Sikap Progresif Siswa di Daerah Perkotaan”
4) Kota penerbitan, diakhiri dengan titik dua. Contoh: Bandung:
5) Penerbit, bisa nama penerbit atau nama lembaga, akhiri dengan titik. Contoh:
Gramedia
Kementrian Pendidikan Nasional
Universitas Pendidika Ganesha
Kalau penulisan kelima unsure itu melebihi satu baris, maka baris kedua dan
seterusnya diawali pada ketukan ke-5 dari tepi kiri,d an jarak antarbaris adalah satu
a. Sumber Berupa Buku
Buku atau sumber lain, bisa ditulis oleh satu orang atau lebih. Orang atau orag-orang
tersebut bisa betul-betul merupakan penulis, bisa pula editor sekian banyak artikel dalam
sebuah buku. Semua itu menyebabkan perbedaan cara penulisan sumber bacaan, sebagaimana
tampak pada contoh-contoh berikut.
1) Penulisan satu orang, menulis hanya satu buku atau artikel:
Dantes, Nyoman. 2010. Statistik Multivariat. Singaraja: Unit Penerbitan Undiksha
2) Penulisan satu orang, menulis lebih dari satu buku dalam satu tahun yang sama
Tilaar, H.R. 2009a. Reformasi Sistim Pendidikan Nasional di Era Otonomi Daerah.
Bandung: Rosdakarya
Tilaar, H.R. 2009b. Menggagas Pembaharuan Managemen Pendidikan Nasional.
Bandung: Rosdakarya
Jika dua buku tersebut terbit dalam tahun yang berbeda, maka huruf di belakang tahun
(a,b) dihilangkan
3) Penulis dua orang: nama orang kedua ditulis menurut urutan biasa, tidak ada
pembalikan nama.
Contoh:
Mulyasa, E dan Encep Supriadi.2006. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung:
Rosdakarya
4) Penulisan 3 orang atau lebih yang ditulis hanya nama orang pertama. Nama-nama
penulis lainnya diganti dengan et.al atau dkk. (dengan kawan-kawan)
Contoh:
Shaver, Robert et.al. 2003. The New Paradigm of Learning. Washington DC. Singapore. Helsinki: McMonash and Sons.
5) Penulis buku adalah editor: Jika editornya satu orang, di belakang namanya ditambahkan
dengan (ed), jika dua orang atau lebih, tambahannya ialah (eds). Contoh :
Al Muktar, Suwarma (ed.). 2009. Inovasi Pemikiran Pendidikan IPS dan Konstelasi
Keilmuan Disiplin Ilmu-ilmu Sosial. Bandung: UPI Press.
Pederson, James and Mika Milkiapple (eds.). 2008. Handbook of Social Studies. NY:
b. Sumber Berupa Artikel
Sebuah artikel bisa terdapat dalam buku kumpulan karangan, atau bisa juga ada dalam
jurnal, majalah, bulletin, atau koran. Dalam hal ini, judul artikel ditempatkan di antara tanda
petik rangkap (“...”), hurupnya dicetak biasa.
Contoh :
Dantes, Nyoman. 2007. “Pengembangan Materi dan Model Pendidikan Multikultur dalam Pembelajaran IPS SMP” (halaman 21-26). Jurnal Penelitian Pendidikan dan Humaniora. Singaraja: Lembaga Penelitian Undiksha.
Lasmawan, Wayan dkk. 2009. “Vonis Mati Terhadap Mayat: Rekonstruksi Pemaknaan Adat Istiadat pada Masyarakat Hindhu Bali”. Media Komunikasi Sosial, Volume 3, Tahun ke XVII (halaman 75-79).
Wibisono, Encep. 2009. “Meretas Nilai-nilai Demokrasi dalam Praktek Pendidikan di
Era Otonomi”. Pikiran Rakyat, 21 Januari 2009, halaman 5, kolom 2-6.
Bentuk sumber yang ditulis mirip dengan artikel ialah makalah. Dalam hal makalah,
yang perlu ditambahkan adalah nama temu ilmiah dimana makalah itu disajikan, kota, dan
tanggal penyelenggaraan.
Contoh :
Dantes, Nyoman. 2009. “Penelitian Kuantitatif” (Makalah). Disajikan pada Worshop Penelitian bagi Dosen UNHI Bali, Tanggal 23-24 Oktober 2009.
c. Sumber Lain-lain
Sumber lain yang dimaksud, bisa saja berupa dokumen resmi, seperti: Undang-undang,
Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden, Awig-awig Desa Adat, Bisama, Patwa, Anggaran
Dasar, dan dokumen lain yang dibukukan. Dalam hal ini kadang-kadang penerbitnya tidak
disebutkan, atau ada lembaga yang bertanggung jawab menerbitkan, tetapi pasti bukan
penulis perorangan. Untuk itu, cara penulisannya dapat dilakukan sebagaimana contoh
berikut.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2009 tentang Tata Cara Pengelolaan Keuangan Negara. 2009. Jakarta: Kementrian Keuangan RI. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementrian Pendidikan Nasional