• Tidak ada hasil yang ditemukan

Cara Merujuk Kutipan

Dalam dokumen PEDOMAN PENULISAN TUGAS AKHIR (Halaman 31-40)

TEKNIK PENULISAN

WARNA SAMPUL JENIS PENELITIAN

E. Cara Merujuk Kutipan

Ada dua cara mengutip sumber bacaan, yakni kutipan langsung dan kutipan tidak langsung. Kutipan langsung adalah cara seorang penulis mengutip secara utuh isi sebuah pendapat ataupun teori yang termuat dalam buku, jurnal, koran, majalah, dan sumber lainnya. Kutipan tidak langsung adalah cara seorang penulis memaknai kembali sebuah pendapat, teori, atau generalisasi menurut bahasanya sendiri, tanpa mengurangi makna awal yang terdapat dalam tulisan itu sendiri.

Untuk kutipan langsung, maka penulis harus mencantumkan nama penulis dan/atau buku, kemudian tahun penerbitan, dan halaman dimana kutipan tersebut berada pada sumber yang dikutip. Untuk penulisan karya tulis, sangat dianjurkan untuk melakukan kutipan tidak langsung karena akan menjadi penanda seberapa paham penulis terhadap apa yang dibaca atau ditelaah dari sebuah sumber. Disisi lain kutipan tidak langsung akan memberikan warna

“ketokohan akademis” penulis, karena mampu merekonstruksi kembali struktur kalimat

sebuah kutipan dengan bahasanya sendiri, tanpa mengurangi makna dasar atas apa yang dikutipnya. Untuk kutipan tidak langsung, nama penulis sumber bisa disebut di depan, di tengah, ataupun di belakan gagasan yang dikutip, seperti contoh berikut.

1) Dantes (2009: 221-225) menyatakan bahwa ………

2) Bertalian dengan konsepsi assesmen, Koyan (2011: 21) menyatakan ………..

3) ………. Sebagaimana dikatakan oleh Bawa (2009: 31)

Realitasnya, dalam penulisan sebuah karya akademis, termasuk di dalamnya penulisan karya tulis, pengutipan secara langsung tidak bisa dihindari. Kutipan langsung bisa saja pendek ataupun kutipan panjang. Kutipan pendek langsung ialah kutipan yang sebanyak-banyaknya berisi 4 baris, atau 40 kata. Kutipan ini ditulis siantara dua tanda

petik rangkap (“………”), tetap masuk ke dalam baris-baris teks karena masih dianggap sebagai bagian terpadu dari teks. Nama penulis yang diikuti bisa di depan ataupun di belakang kutipan, seperti contoh berikut.

1) Mengacu pada beberapa generalisasi dan temuan penelitian tenatang pendidikan multikultur tersebut. Dantes (2009: 29) menegaskan, bahwa konsep multikultur

merupakan “sebuah lukisan social yang senantiasa melekat pada kedirian sebuah komunitas yang harus dikelola sebagai modalitas social menuju kehidupan yang lebih

2) Simpulan dari kajian empiris di atas adalah behwa “terdapat korelasi yang signifikan

antara tingkat pemahaman hokum Negara terhadap perilaku melanggar hokum yang

dilakukan oleh masyarakat di daerah perkotaan” (Lasmawan, 2007: 212).

Jika kutipan panjang-panjang lebih dari empat baris, maka kutipan itu ditulis

“terpisah” dari teks, ditulis agak menjorok ke dalam (5 ketukan), jarak satu spasi, tanpa tanda petik rangkap. Contoh:

Sebagaimana dikatakan Goleman (1999: 46) bahwa: IQ hanya menyajikan sedikit penjelasan tentang perbedaan nasib orang-orang yang bakat, pendidikan dan peluangnyakurang lebih sama. Ketika 95 mahasiswa Harvard dari angkatan 1940an…

Dilacak sampai mereka berusia setengah baya, maka mereka yang memperoleh tesnya paling tinggi di perguruan tinggi tidaklah terlampau sukses dibandingkan rekan-rekannya yang IQ-nya lebih rendah jika diukur menurut gaji, produktivitas, atau status di bidang pekerjaan mereka.

Nama penulis, berikut tahun penerbitan dan halaman buku dapat juga ditempatkan di belakang kutipan langsung panjang tersebut, seperti contoh:

Sebagaimana kita ketahui, IQ merupakan ………….. hanya pekerjaan mereka (Goleman, 2010: 46)

Jika penulis karya tulis tidak memperoleh buku asli atau tidak membacanya sendiri, tetapi mengutipnya dari buku atau karya orang lain, misalnya mengutip tentang konsepsi pendidikan multikultur dari Prof. Dr. Nroman Dantes, yang dimuat dalam buku karangan Lasmawan, maka penyebutan nama penulisan asli menjadi sebagai berikut: sebagaimana dikatakan oleh Dantes (dalam Lasmawan, 2010: 175)

Jika mengenai gagasan tertentu pengutip mendapatkannya dari beberapa sumber, maka semua sumber itu dapat disebut dengan cara sebagai contoh di bawah ini.

Pendidikan multikultur sudah menjadi kebutuhan bagi setiap bangsa yang menyatakan dirinya sebagai bangsa yang berbhineka, oleh sebab itu, perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran logikanya mengedepankan pada elaborasi kemultikulturan, sehingga apa yang diperoleh oleh siswa disekolah dengan apa yang dialaminya dalam kehidupan sehari-hari tidak stagnan (Dantes, 2009: 221; Marhaeni, 2009: 93; Lasmawan, 2008: 121 ) F. Cara Menulis Daftar Rujukan

Mengenai Daftar Pustaka sudah disinggung sepintas pada bagian C. Bagian ini merupakan paparan yang lebih rinci tentang bagaimana menulis daftar pustaka. Daftar Pustaka merupakan daftar buku, makalah, artikel, bulletin, jurnal, atau sumber lain yang

ditulis baik secara langsung maupun tidak langsung (semua sumber yang dicantuman di dalam tulisan atau batang tubuh karya tulis, wajib ditulis di daftar pustaka). Bahan yang dibaca sendiri, tapi tidak dikutip seyogyanya tidak dicantumkan dalam daftar. Bahan yang tidak dibaca sendiri, tetapi dipetik dari sumber bacaan yang dibaca, juga tidak perlu ditulis dalam daftar pustaka.

Pada hakikatnya ada lima unsure yang harus dituliskan dalam daftar pusataka. Urutan kelima unsur yang dibakukan oleh Pusat Bahasa, sebagaimana tampak dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi Ke-3, 2001), dan buku-buku lain terbitan lembaga tersebut, adalah sebagai berikut:

1) Nama pengarang tanpa gelar akademik dengan urutan: nama akhir (diakhiri dengan titik), dan (kalau ada) nama depan dan nama tengah (diakhiri dengan titik):

Hasan, Said Mahid. Hilgard, Ernest R. dan Gordon H, Bower Hamalik, Oemar, Alwi, Hasan dan Dendy Sugono.

Budisantosa Sukamto, Katharina Endriati (ed.)

2) Tahun Penerbitan, menggunakan angka arab, diakhiri dengan titik: 2009.

2010a 2010b

3) Judul sumber berupa buku, semua dicetak miring (italic), tiap kata diawali dengan huruf capital kecuali kata tugas (kata sambung, dsb), diakhiri dengan titik. Contoh: Educational Psychology in the Classroom. Untuk sumber yang sumber berupa artikel, makalah, dsb. Judul diletakkan di antara tanda petik rangkap (“…….”), huruf dicetak

biasa, tiap kata diawali dengan huruf capital kecuali kata tugas, diakhiri dengan titik.

Contoh: “identifikasi Faktor-faktor Pendorong Timbulnya Sikap Progresif Siswa di Daerah Perkotaan”

4) Kota penerbitan, diakhiri dengan titik dua. Contoh: Bandung:

5) Penerbit, bisa nama penerbit atau nama lembaga, akhiri dengan titik. Contoh: Gramedia

Kementrian Pendidikan Nasional Universitas Pendidika Ganesha

Kalau penulisan kelima unsure itu melebihi satu baris, maka baris kedua dan seterusnya diawali pada ketukan ke-5 dari tepi kiri,d an jarak antarbaris adalah satu spasi. Jarak antara sumber yang satu dan sumber yang lain adalah 1.5 spasi

a. Sumber Berupa Buku

Buku atau sumber lain, bisa ditulis oleh satu orang atau lebih. Orang atau orag-orang tersebut bisa betul-betul merupakan penulis, bisa pula editor sekian banyak artikel dalam sebuah buku. Semua itu menyebabkan perbedaan cara penulisan sumber bacaan, sebagaimana tampak pada contoh-contoh berikut.

1) Penulisan satu orang, menulis hanya satu buku atau artikel:

Dantes, Nyoman. 2010. Statistik Multivariat. Singaraja: Unit Penerbitan Undiksha 2) Penulisan satu orang, menulis lebih dari satu buku dalam satu tahun yang sama

Tilaar, H.R. 2009a. Reformasi Sistim Pendidikan Nasional di Era Otonomi Daerah. Bandung: Rosdakarya

Tilaar, H.R. 2009b. Menggagas Pembaharuan Managemen Pendidikan Nasional. Bandung: Rosdakarya

Jika dua buku tersebut terbit dalam tahun yang berbeda, maka huruf di belakang tahun (a,b) dihilangkan

3) Penulis dua orang: nama orang kedua ditulis menurut urutan biasa, tidak ada pembalikan nama.

Contoh:

Mulyasa, E dan Encep Supriadi.2006. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Rosdakarya

4) Penulisan 3 orang atau lebih yang ditulis hanya nama orang pertama. Nama-nama penulis lainnya diganti dengan et.al atau dkk. (dengan kawan-kawan)

Contoh:

Shaver, Robert et.al. 2003. The New Paradigm of Learning. Washington DC. Singapore. Helsinki: McMonash and Sons.

5) Penulis buku adalah editor: Jika editornya satu orang, di belakang namanya ditambahkan dengan (ed), jika dua orang atau lebih, tambahannya ialah (eds). Contoh :

Al Muktar, Suwarma (ed.). 2009. Inovasi Pemikiran Pendidikan IPS dan Konstelasi Keilmuan Disiplin Ilmu-ilmu Sosial. Bandung: UPI Press.

Pederson, James and Mika Milkiapple (eds.). 2008. Handbook of Social Studies. NY: McMilland.

b. Sumber Berupa Artikel

Sebuah artikel bisa terdapat dalam buku kumpulan karangan, atau bisa juga ada dalam jurnal, majalah, bulletin, atau koran. Dalam hal ini, judul artikel ditempatkan di antara tanda

petik rangkap (“...”), hurupnya dicetak biasa.

Contoh :

Dantes, Nyoman. 2007. “Pengembangan Materi dan Model Pendidikan Multikultur dalam Pembelajaran IPS SMP” (halaman 21-26). Jurnal Penelitian Pendidikan dan Humaniora. Singaraja: Lembaga Penelitian Undiksha.

Lasmawan, Wayan dkk. 2009. “Vonis Mati Terhadap Mayat: Rekonstruksi Pemaknaan Adat Istiadat pada Masyarakat Hindhu Bali”. Media Komunikasi Sosial, Volume 3, Tahun ke XVII (halaman 75-79).

Wibisono, Encep. 2009. “Meretas Nilai-nilai Demokrasi dalam Praktek Pendidikan di

Era Otonomi”. Pikiran Rakyat, 21 Januari 2009, halaman 5, kolom 2-6.

Bentuk sumber yang ditulis mirip dengan artikel ialah makalah. Dalam hal makalah, yang perlu ditambahkan adalah nama temu ilmiah dimana makalah itu disajikan, kota, dan tanggal penyelenggaraan.

Contoh :

Dantes, Nyoman. 2009. “Penelitian Kuantitatif” (Makalah). Disajikan pada Worshop Penelitian bagi Dosen UNHI Bali, Tanggal 23-24 Oktober 2009.

c. Sumber Lain-lain

Sumber lain yang dimaksud, bisa saja berupa dokumen resmi, seperti: Undang-undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden, Awig-awig Desa Adat, Bisama, Patwa, Anggaran Dasar, dan dokumen lain yang dibukukan. Dalam hal ini kadang-kadang penerbitnya tidak disebutkan, atau ada lembaga yang bertanggung jawab menerbitkan, tetapi pasti bukan penulis perorangan. Untuk itu, cara penulisannya dapat dilakukan sebagaimana contoh berikut.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2009 tentang Tata Cara Pengelolaan Keuangan Negara. 2009. Jakarta: Kementrian Keuangan RI. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementrian Pendidikan Nasional

Republik Indonesia. 2008. Pedoman Umum Pengelolaan Dana Bantuan Operasional Sekolah. Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional RI.

Sumber lain yang khas adalah karya tulis terjemahan. Dalam hal ini terjemahan, nama pengarang yang disebut adalah nama pengarang asli, tahun penerbitannya adalah tahun penerbitan naskah terjemahan, ditambahkan kata terjemahan diikuti nama penerjemah serta judul naskah asli dan tahun terbitnya, terakhir adalah kata penerbitan dan penerbit terjemahan.

Polumin, Ivant et.eal. 1979. Kehidupan di dalam Air: Khasanah Pengetahuan Bagi Anak-Anak. Terjemahan Waluta Subani, Underwriter Life. 1979. Jakarta: Tira Pustaka.

Untuk materi atau sumber yang diambil dari internet, maka penulisannya dapat dilakukan dengan mengacu pada contoh berikut.

Caims, Len. 2008. “Capability Going Beyond Competence”.

http://www.lle.mdx.ac.uk/hec/ journal/2-2/3-5.htm. Diunduh tanggal 21 Februari 2009.

Lasmawan, Wayan. 2009. Spektrum Pendidikan IPS. http:www.google.ac.id.lasmawanblogs/2-6/3-6.htm. Diunduh tanggal 10 September 2010.

Untuk materi atau sumber yang diambil dari jurnal, maka penulisannya dapat dilakukan dengan mengacu pada contoh berikut.

Clark, Cathy Bishop. 1995. Cognitive Style and it’s Effect on the Stages of

Programming. Journal of Research on Computing in Education, Volume 27, Number 4, Summer 1995.

Natajaya, I Nyoman, Faktor Biaya Sebagai Masukan dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan, Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 1 Tahun XXXVI Januari 2003.

Untuk materi atau sumber yang diambil dari makalah, maka penulisannya dapar dilakukan dengan mengacu pada contoh berikut.

Candiasa, I Made, Policy Analysis On the Improvement Of Educational Quality, Paper,

disajikan pada Seminar Internasional “Succeeding in a Globalizing World”

Tanggal 6-8 November 2007 di Jakarta.

Sadia, Wayan. 2009. Inovasi Pembelajaran dan Pembelajaran Bermakna. Makalah. Disajikan pada Seminar Sehari Dies Natalis Universitas Mahasaraswati Bali, Tanggal 23 Oktober 2009 di Denpasar.

Untuk materi atau sumber yang diambil dari tesis dan/atau disertasi, maka penulisannya dapat mengacu pada contoh berikut.

Atmadja, Bawa I Nengah. 1998. Memudarnya Demokrasi Desa. Disertasi. (tidak diterbitkan). Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia.

d. Sistem Paragraf

Untuk penyusunan karya tulis ilmiah, sebenarnya ada beberapa model atau sistem penulisan paragraf, tetapi yang digunakan dalam pedoman ini ialah sistem Eropa,

sebagaimana yang diterapkan dalam penulisan pedoman ini. Intinya, awal paragraf atau alinea ditulis agak menjorok ke dalam, setelah ketukan ke-5, dan jarak antar paragraf sama dengan jarak antarbaris. Jika dibagankan menjadi sebagai berikut:

... ... ... ... ... ... e. Bahasa Karya Tulis Ilmiah

Karya tulis ilmiah, termasuk tesis, harus ditulis dalam ragam bahasa baku, termasuk jika tesis ditulis dalam bahasa Indonesia, tidak peduli apa pun latar belakang akademis penulisnya. Dalam hal bahasa Indoesia baku, ada tiga pedoman yang wajib digunakan yakni (1) Pedoman Umum Ejaan yang Disempurnakan (EYD); (2) Tata Bahasa Baku Bahasa Indoensia (TBB), Edisi Ketiga; (3) Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Edisi Ketiga.

Buku EYD mencakupi lima hal pokok, yaitu (1) Pemakaian Huruf; (2) Pemakaian Huruf Kapital dan Huruf Miring; (3) Penulisan Kata; (4) Penulisan Unsur Serapan; (5) Pemakaian Tanda Baca. Berdasarkan pengalaman, tiga hal yang terakhir amat sering diketahui atau tidak dipatuhi secara benar. Dalam hal penulisan kata, masih banyak dikacaukan antara awalan di- dan ke- dengan kata. Bandingkan penulisan klitika (sejenis

“awalan” tetapi bermakna seperti kata, dan harus dituliskan seperti awalan, dimana

jumlahnya banyak seperti: antar-, inter-, intra-, ko-, bi-, dwi-, sub-, pra-non-, anti-, mono-, dll.) berikut ini:

Salah Benar

Diatas, disamping, dibawah, di mana, keatas, kebawah, ke mana, tindaklanjut, menindak lanjuti, olahraga, keolah ragaan, kerjasama, antarbacaan, antardaerah

Di atas, di samping, di bawah, dimana, ke atas, ke bawah, kemana, tindak lanjut, menindaklanjuti, olah raga, keolahragaan, kerja sama, antar bacaan, antar daerah

Tentang unsur serapan (kata pinjaman) ada kaidah berikut:

1) Kata atau istilah asing yang diserap hakikatnya berorientasi pada tulisan dan bukan pada ucapannya. Karena itu perhatikan cara penulisan yang benar berikut ini:

Kata Serapan Penulisan yang Salah Penulisan yang Benar

Design Disain Desain

Homogene Homogin Homogen

Theoretic Teoritis Teoretis

Methodology Metodelogi Metodologi

2) Unsur serapan yang ejaannya serupa dengan ejaan bahasa Indonesia, dipandang sebagai kata Indonesia, misalnya: oral, aural, fatwa, fatom.

3) Unsur serapan yang ejaannya berbeda dari ejaan bahasa Indonesia bisa disesuaikan dengan pengucapannya (meskipun hanya mirip), misalnya: pick up → pikap, make up

mikap, boom→ bum, capsule→ kapsul, dan feature→ fitur

4) Jika unsur serapan itu “masih terasa asingnya” (dan ini mungkin agak subjektif), atau

penulis ragu-ragu, sebaiknya sitilah asingnya ditulis di belakang kata serapan, dan diletakkan di dalam kurung dan dicetak miring, seperti: skim(scheme), dan diskursus (discourse).

5) Kaidah pada no 4) juga berlaku bagi kata-kata yang diterjemahkan dari ungkapan asing, seperti: rancangan pembelajaran (instructional design), manajemen mutu berbasis sekolah (school-based quality management).

Dalam pemakaian tanda baca, yang perlu diperhatikan adalah hal-hal berikut ini.

1. Karya ilmiah seperti tesis, sebaiknya menghindari singkatan-singkatan seperti dsb, dll, dst. Tetapi jika tidak dapat dihindarkan, tiap singkatan harus diakhiri dengan titik, kecuali jika memang berada di akhir kalimat. Contoh :

1) ...ayam, burung, bebek, dsb, bisa dianggap sebagai unggas, 2) Perhatikan nomor 4 s.d. 8 di atas,

3) Wakil kepala sekolah menandatangani surat atas nama kepala sekolah dengan menuliskan a.n.

2. Urutan atau rincian yang ditulis secara horizontal tidak perlu memakai tanda baca titik koma (;), melainkan dengan koma (,) saja.

3. Urutan yang ditulis secara vertikal (dari atas ke bawah) hakikatnya merupakan pengganti urutan horizontal (sesuai dengan baris kalimat), karena itu hakikatnya urutan vertikal itu tidak terlalu menyimpang dari logika penulisan horizontal dan diatur sebagai berikut : 1) Nomor urut (dengan angka atau huruf) tidak diakhiri dengan titik.

2) Urutan berupa kata tidak diakhiri dengan tanda baca apa pun, dan yang dideretkan diawali dengan huruf kecil, misalnya:

i) niat

ii)motivasi iii)aktivitas

3) Urutan beberapa frase atau kalimat yang masih terkait dengan pernyataan sebelumnya diakhiri dengan koma, kecuali bagian akhir dari urutan tersebut.

4) Tanda hubung (-) boleh dipakai untuk kata ulang, seperti: rumah-rumah, terus-menerus, berubah-ubah, tetapi tidak untuk penulisan antara klitika dan kata berikutnya, seperti: nonkooperatif, antarbacaan, subpokok bahasan.

Dalam dokumen PEDOMAN PENULISAN TUGAS AKHIR (Halaman 31-40)

Dokumen terkait