• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 - Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Harga Saham Dengan Return On Equity (ROE) Sebagai Variabel Moderating Pada Perusahaan Manufaktur (Tahun 2008-2010)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 - Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Harga Saham Dengan Return On Equity (ROE) Sebagai Variabel Moderating Pada Perusahaan Manufaktur (Tahun 2008-2010)"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Teori Keagenan

Dalam mengkaitkan antara struktur kepemilikan dengan kinerja perusahaan manufaktur terdapat satu hal yang tidak dapat dipisahkan dari pencapaian sasaran organisasi manufaktur serta kinerjanya, yaitu manajemen atau pengurus perusahaan. Pencapaian tujuan dan kinerja perusahaan tidak terlepas dari kinerja manajemen itu sendiri. Sehubungan dengan hal tersebut, hubungan antara manajemen suatu perusahaan dengan pemilik perusahaan akan dituangkan dalam suatu kontrak (performance contract).

(2)

perannya (utility maximizers), cukup beralasan apabila manajemen tidak akan selalu bertindak untuk kepentingan pemilik.

Hal ini sangat beralasan sekali karena pada umumnya pemilik memiliki welfare motives yang bersifat jangka panjang, sebaliknya manajemen lebih bersifat jangka pendek sehingga terkadang manajemen cenderung memaksimalkan profit untuk jangka pendek dengan mengabaikan sustainability keuntungan dalam jangka panjang. Untuk membatasi atau mengurangi kemungkinan tersebut, pemilik dapat menetapkan insentif yang sesuai bagi manajemen, yaitu dengan mengeluarkan biaya monitoring dalam bentuk gaji. Dengan adanya monitoring cost tersebut manajemen akan senantiasa memaksimalkan

kesejahteraan pemilik, walaupun keputusan manajemen dalam praktek akan berbeda dengan keinginan pemilik (Jensen dan Meckling, 1976).

Menurut Eisenhard (1989) teori keagenan dilandasi oleh tiga asumsi, yaitu:

1. Asumsi tentang sifat manusia. Menekankan bahwa manusia memiliki sifat untuk mementingkan diri sendiri (self interest), memiliki keterbatasan rasionalitas (bounded rationality), dan tidak menyukai risiko (risk aversion).

(3)

3. Asumsi tentang informasi. Asumsi tentang informasi adalah bahwa informasi dipandang sebagai barang komoditi yang bisa diperjual belikan.

Corporate governance merupakan konsep yang didasarkan pada

teori keagenan, diharapkan dapat berfungsi sebagai alat untuk memberikan keyakinan kepada para investor bahwa mereka akan menerima return atas dana yang telah mereka investasikan. Corporate governance yang baik dapat meyakinkan para investor untuk berinvestasi

dan dapat memberikan keuntungan bagi mereka dan memberikan keyakinan bahwa manajer tidak akan menggelapkan atau menginvestasikan dana mereka ke proyek-proyek yang tidak menguntungkan. Selain itu corporate governance juga berkaitan dengan bagaimana para investor mengontrol para manajer (Shleifer dan Vishny 1997). Dengan kata lain yakni corporate governance diharapkan akan dapat berfungsi untuk menekan atau menurunkan biaya keagenan.

2.1.2 Good Corporate Governace

2.1.2.1 Pengertian Good Corporate Governance

Good Corporate Governance merupakan suatu aturan

mengenai pengelolaan perusahaan yang perlu diterapkan pada setiap perusahaan terutama perusahaan publik (BUMN). Menurut Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI) (2001)

pengertian corporate governance adalah:

(4)

kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya sehubungan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain suatu sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan. Tujuan corporate governance ialah untuk menciptakan pertambahan nilai bagi semua pihak pemegang kepentingan (stakeholders).

Komite Cadburry (dalam Che Haat, 2005) melalui apa yang dikenal dengan sebutan Cadburry Report mengeluarkan definisi tersendiri tentang GCG :

GCG adalah prinsip yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan agar mencapai keseimbangan antara kekuatan serta kewenangan perusahaan dalam memberikan pertanggungjawabannya kepada para shareholders khususnya, dan stakeholders pada umumnya.

Donaldson dan David, mendevinisikan corporate governance sebagai “The structure whereby managers at the

organization apex are controlled through the board of directors, its

associated structures, executives incentive, and other schemes of

monitoring and bonding”.

Center for European Policy Studies (1999) mendefinisikan

GCG sebagai berikut "GCG merupakan seluruh sistem yang dibentuk mulai dari hak (right), proses, serta pengendalian, baik yang ada di dalam maupun di luar manajemen perusahaan."

Organization for Economic Coorperation and Development

(5)

dipertanggungjawabkan, dan keputusan tersebut mampu memberikan nilai tambah bagi shareholders lainnya”.

Finance Committee on Corporate Governance Malaysia

(2008), menurut lembaga tersebut didefinisikan sebagai berikut :

GCG merupakan suatu proses serta struktur yang digunakan untuk mengarahkan sekaligus mengelola bisnis dan urusan perusahaan ke arah peningkatan pertumbuhan bisnis dan akuntabilitas perusahaan. Adapun tujuan akhirnya adalah menaikkan nilai saham dalam jangka panjang tetapi tetap memperhatikan berbagai kepentingan para stakeholders lainnya.

2.1.2.2Manfaat Good Corporate Governance

Dengan adanya penerapan corporate governance dalam suatu perusahaan maka menghasilkan suatu manfaat yang diperoleh, yaitu :

1. Meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses pengambilan keputusan yang lebih baik, meningkatkan efisiensi operasional perusahaan dengan lebih baik, meningkatkan efisiensi operasional serta lebih meningkatkan pelayanan kepada shakeholders.

2. Mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebih murah (karena faktor kepercayaan) yang pada akhirnya akan meningkatkan corporate value.

(6)

4. Pemegang saham akan merasa puas dengan kinerja perusahaan karena sekaligus akan meningkatkan shareholders value dan deviden khusus bagi BUMN akan membantu penerimaan APBN terutama dari hasil privatisasi.

2.1.2.3Prinsip-prinsip Good Corporate Governance

Organization for Economic Corporation and Development

(OECD) telah mengembangkan prinsip-prinsip Good Corporate Governance dan dapat direrapkan secara luwes (fleksibel) sesuai dengan keadaan, budaya, dan tradisi di masing-masing negara.

Prinsip-prinsip ini diharapkan menjadi titik rujukan bagi para regulator (pemerintah) dalam membangun framework bagi penerapan Good Corporate Governance. Bagi para pelaku usaha dan pasar modal prinsip-prinsip ini dapat menjadi guidance atau pedoman dalam mengelaborasi best practice bagi peningkatan nilai (valuation) dan keberlangsungan (sustainability) perusahaan.

Prinsip-prinsip tersebut ialah: 1. Fairness (Keadilan)

(7)

kesalahan perilaku insider. Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus senantiasa memperhatikan kepentingan pemegang saham dan kepentingan lainnya berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan.

2. Transparency (Transparansi)

Transparansi adalah adanya pengungkapan suatu informasi yang terbuka, tepat waktu, serta jelas dan dapat dibandingkan dengan keadaan yang menyangkut tentang keuangan, pengelolaan perusahaan dan kepemilikan perusahaan. Untuk menjaga objektivitas dalam menjalankan bisnis, perusahaan harus menyediakan informasi yang materil dan relevan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh pemakai kepentingan.

3. Accountability (Akuntabilitas)

(8)

4. Responsibility (Pertanggungjawaban)

Responsibilitas adalah adanya tanggung jawab pengurus dalam manajemen, pengawasan manajemen serta pertanggung jawaban kepada perusahaan dan para pemegang saham. Prinsip ini mewujudkan dengan kesadaran bahwa tanggung jawab merupakan konsekuensi logis dari adanya wewenang, menyadari akan adanya tanggung jawab sosial, menghindari penyalahgunaan wewenang kekuasaan, menjadi profesional dan menjunjung etika dan memelihara bisnis yang kuat.

5. Independency (Independensi)

(9)

2.1.2.4Implementasi Prinsip Corporate Governance

Para kreditor juga perlu diperhatikan selain para pemegang saham atau investor karena, hampir tidak ada perusahaan yang dapat berjalan dengan modalnya sendiri, sehingga mencari tambahan dana yang diperlukan untuk biaya operasional perusahaan ataupun ekspansi usaha.

Penerapan prinsip-prinsip good corporate governance dalam suatu perusahaan menjadi salah satu bahan pertimbangan utama bagi kreditor dalam mengevaluasi potensi suatu perusahaan untuk menerima pinjaman kredit. Bahkan bagi perusahaan yang berdomisili di negara-negara berkembang, implementasi prinsip corporate governance secara konkret, dapat memberikan kontribusi

untuk memulihkan kepercayaan para kreditor terhadap kinerja suatu perusahaan yang telah dilanda krisis, misalnya di Indonesia. Di dunia Internasional, penerapan good corporate governance sudah merupakan suatu syarat utama dalam perjanjian pemberian kredit. Seringkali perusahaan yang telah mengimplementasikan prinsip-prinsip good corporate governance, mempunyai kemungkinan besar untuk memperoleh bantuan kredit bagi usahanya.

(10)

kegagalan pengembalian pinjaman. Keuntungan maksimal ini dapat diperoleh dengan berbagai jalan, salah satunya adalah dengan meningkatkan tingkat kemampuan perusahaan debitor untuk mengembalikan dana yang telah dipinjam melalui efektivitas kinerja perusahaan tersebut.

Penerapan prinsip good corporate governance digunakan untuk menghasilkan kinerja perusahaan yang efektif dan efisien, melalui harmonisasi manajemen perusahaan. Dibutuhkan peran yang penuh komitmen dan independen dari dewan direksi dan dewan komisaris dalam menjalankan kegiatan perusahaan, sehingga menghasilkan kinerja perusahaan yang baik.

(11)

dalam menerapkan GCG. Manajemen Perusahaan belum tertarik manfaat jangka panjang penerapan GCG sehingga mereka merasa dapat berjalan tanpa GCG.

2.1.3 Saham

2.1.3.1Pengertian Saham

Saham adalah surat berharga yang menunjukkan kepemilikan perusahaan sehingga pemegang saham memiliki hak klaim atas dividen atau distribusi lain yang dilakukan peusahaan kepada pemegang sahamnya, termasuk hak klaim atas aset perusahaan, dengan prioritas setelah hak klaim pemegang surat berharga lain dipenuhi jika terjadi likuiditas.

Menurut Husnan (2002), menyebutkan bahwa sekuritas (saham) merupakan secarik kertas yang menunjukkan hak pemodal untuk memperoleh bagian dari prospek atau kekayaan organisasi yang menerbitkan sekuritas tersebut dan berbagai kondisi yang memungkinkan pemodal tersebut menjalankan haknya.

(12)

2.1.3.2 Harga Saham

Harga saham merupakan salah satu indikator pengelolaan perusahaan. Keberhasilan dalam menghasilkan keuntungan akan memberikan kepuasan bagi investor yang rasional. Harga saham yang cukup tinggi akan memberikan kepuasan bagi investor yang rasional. Harga saham yang cukup tinggi akan memberikan keuntungan, yaitu berupa capital gain dan citra yang jauh lebih baik bagi perusahaan sehingga memudahkan bagi manajemen untuk mendapatkan dana dari luar perusahaan.

Menurut Sawidji Widoatmojo (1996) harga saham dapat dibedakan menjadi 3 (tiga):

a. Harga Nominal

Harga yang tercantum dalam sertifikat saham yang ditetapkan oleh emiten untuk menilai setiap lembar saham yang dikeluarkan. Besarnya harga nominal memberikan arti penting saham karena dividen minimal biasanya ditetapkan berdasarkan nilai nominal. b. Harga Perdana

(13)

c. Harga Pasar

Kalau harga perdana merupakan harga jual dari perjanjian emisi kepada investor, maka harga pasar adalah harga jual dari investor yang satu dengan investor yang lain. Harga ini terjadi setelah saham tersebut dicatatkan di bursa. Transaksi di sini tidak lagi melibatkan emiten sebagai penjamin emisi harga ini yang disebut sebagai harga di pasar sekunder dan harga inilah yang benar-benar mewakili harga perusahaan penerbitnya, karena pada transaksi dipasar sekunder, kecil sekali kemungkinan terjadinya negosiasi harga investor dengan perusahaan penerbit. Harga yang setiap hari diumumkan disurat kabar atau media lain adalah harga pasar.

Dalam menganalisis saham dapat dilakukan dengan dua aliran yang berbeda yaitu analisis secara fundamental dan analisis secara teknis. Secara fundamental dimulai dari kondisi makro baik global maupun domestik. Sedangkan analisis teknis adalah suatu analisa yang menggunakan kecenderungan harga dan jumlah saham pada masa lalu untuk menentukan kecenderungan yang akan datang. Adapun fokus perhatian dari analisis teknis adalah waktu menunggu saat yang tepat untuk membeli jika kecenderungan harganya akan naik, sehingga sifatnya pun jangka pendek dengan motif utama untuk memperoleh capital gain.

(14)

informasi baru. Implikasinya adalah harga saham dan volume perdagangan saham perusahaan akan bereaksi terhadap informasi laba yang dipublikasikan melalui laporan keuangan apabila informasi itu dianggap relevan oleh pemodal dalam penentuan harga saham dan volume perdagangan (Mais,2005).

2.1.3.3Analisis terhadap Harga Saham

Mekanisme untuk merubah serangkaian variabel ekonomi atau variabel perusahaan merupakan penilaian atas saham yang digunakan untuk mengamati perkiraan tentang harga saham. Variabel-variabel ekonomi tersebut misalnya laba perusahaan, dividen yang dibagikan, aset perusahaan, variabilitas laba dan sebagainya. Secara umum ada dua analisis yang sering digunakan dalam melakukan analisis saham, yaitu analisis teknikal (technical analysis) dan analisis fundamental (fundamental analysis).

1) Analisis teknikal

Analisis teknikal merupakan analisis yang memperhatikan perubahan harga saham dari waktu ke waktu. Analisis ini akan menentukan nilai saham dengan menggunakan data pasar dari saham, seperti harga dan volume transaksi saham. Harga suatu saham akan ditentukan oleh penawaran (supply) dan permintaan (demand) terhadap saham tersebut.

(15)

pembentukan harga saham dengan berbagai varian yang mungkin terjadi dibandingkan dengan perilaku harga sebelumnya. Analisis teknikal mengasumsikan bahwa harga saham mencerminkan informasi yang ditujukan oleh perubahan harga di waktu lalu sehingga perubahan harga saham mempunyai pola tertentu dan pola tersebut akan berulang.

Analisis teknikal biasanya menggunakan data yang dianalisis dengan menggunakan grafik atau program komputer. Dengan mengamati grafik tersebut dapat diketahui bagaimana kecenderungan harga, memperkirakan kemungkinan waktu dan jarak kecenderungan, serta memilih saat yang paling menguntungkan untuk masuk dan keluar pasar.

2) Analisis fundamental

(16)

analisis yang berbasis pada data riil untuk mengevaluasi atau memproyeksikan nilai suatu saham.

Analisis fundamental mencoba memperhitungkan harga saham di masa yang akan datang dengan (1) mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham di masa yang akan datang dan (2) menerapkan hubungan variabel-variabel tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham. Beberapa data atau indikator yang umum digunakan dalam analisis fundamental adalah: pendapatan, laba, pertumbuhan penjualan, imbal hasil atau pengembalian ekuitas, margin laba, dan data-data keuangan lainnya sebagai sarana untuk menilai kinerja perusahaan dan potensi pertumbuhan perusahaan di masa mendatang.

Analisis fundamental umumnya dilakukan dengan tahapan melakukan analisis ekonomi terlebih dahulu, diikuti dengan analisis industri dan akhirnya analisis perusahaan yang menerbitkan saham tersebut. Analisis fundamental didasarkan atas pemikiran bahwa kondisi perusahaan tidak hanya dipengaruhi faktor internal tetapi juga faktor-faktor eksternal, yaitu kondisi ekonomi dan industri. 2.1.4 Dewan Komisaris

(17)

diperkuat oleh pendapat Allen dan Gale (2000) dalam Beiner dkk (2003) yang menegaskan bahwa dewan komisaris merupakan mekanisme governance yang penting. Dewan komisaris merupakan mekanisme

penggendalian intern tertinggi yang bertanggung jawab untuk memonitor tindakan manajemen punjak (Fama dan Jensen, 1983). Dewan Komisaris sebagai organ perusahaan bertugas dan bertanggungjawab secara kolektif untuk melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada Direksi serta memastikan bahwa perusahaan melaksanakan GCG (KNKG, 2006).

Ukuran dewan komisaris yang dimaksud disini adalah banyaknya jumlah anggota dewan komisaris dalam suatu perusahaan. Semakin besar jumlah anggota dewan komisaris maka semakin mudah untuk mengendalikan Chief Executives Officer (CEO) dan semakin efektif dalam memonitor aktivitas manajemen.

Fungsi service menyatakan bahwa dewan komisaris dapat memberikan konsultasi atau nasehat manajemen dan direksi. Penelitian Lorsch dan MacIver (1989) dalam Young dkk (2001) yang berbasis wawancara menemukan bahwa peranan pemberian saran (advisory) mendominasi aktivitas anggota dewan.

(18)

mempunyai keahlian dalam bidang tertentu juga dapat memberikan nasehat yang bernilai dalam penyusunan strategi dan penyelenggaraan perusahaan (Fama dan Jensen, 1983 dalam Young et al., 2001).

Fungsi kontrol yang dilakukan oleh dewan komisaris diambil dari teori agensi. Dari persepektif teori agensi, dewan komisaris mewakili mekanisme internal utama untuk mengontrol perilaku oportunistik manajemen sehingga dapat membantu menyelaraskan kepentingan pemegang saham dan manajer (Jensen, 1993 dalamYoung et al., 2001). Dari kedua fungsi dewan tersebut, terlihat bahwa jumlah komisaris berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

2.1.5 Komite Audit

Komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dewan komisaris untuk melakukan tugas pengawasan pengelolaan perusahaan. Keberadaan komite audit sangat penting bagi pengelolaan perusahaan, komite audit dianggap penghubung antara pemegang saham, dewan komisaris dan pihak manajemen dalam menangani masalah pengendalian.

(19)

membentuk komite yang bekerja secara kolektif dan berfungsi membantu Komisaris Pengawas dalam melaksanakan tugasnya, yaitu membantu Komisaris Pengawas dalam memastikan efektifitas sistem pengendalian intern, efektivitas pelaksanaan tugas auditor eksternal dan auditor internal”.

Dalam pelaksanaan tugasnya komite audit diatur dalam Kep-29/PM/2004 yang merupakan peraturan yang mewajibkan perusahaan membentuk komite audit, tugas komite audit antara lain :

1. Melakukan penelaahan atas informasi keuangan yang akan dikeluarkan perusahaan, seperti laporan keuangan, proyeksi dan informasi keuangan lainnya.

2. Melakukan penelaahan atas ketaatan perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan lainnya yang berhubungan dengan kegiatan perusahaan.

3. Melakukan penelaahan atas pelaksanaan pemeriksaan oleh auditor internal

4. Melaporkan kepada komisaris berbagai risiko yang dihadapi perusahaan dan pelaksanaan manajemen risiko oleh direksi

5. Melakukan penelaahan dan melaporkan kepada dewan komisaris atas pengaduan yang berhubungan dengan emiten.

6. Menjaga kerahasiaan dokumen, data, dan rahasia perusahaan.

(20)

yaitu 1) kewenangan formal dan tertulis, 2) kerjasama manajemen dan 3) kualitas/kompetensi anggota komite audit. Selain itu, Effendi (2005) juga menambahkan masalah komunikasi dengan komisaris, direksi, auditor internal dan eksternal serta pihak lain sebagai aspek yang penting dalam keberhasilan kerja komite audit. Dengan kewenangan, independensi, kompetensi dan komunikasi melalui pertemuan yang rutin dengan pihak-pihak terkait, diharapkan fungsi dan peran dari komite audit lebih bisa berjalan dengan efektif.

2.1.6 Kepemilikan Asing

(21)

Perusahaan multinasional atau perusahaan asing terkadang lebih memiliki kinerja yang lebih baik jika dibandingkan dengan perusahaan lokal. Penelitian dari Goethals & Ooghe (1997) menyimpulkan bahwa perusahaan yang telah diambil alih oleh perusahaan asing cenderung menunjukan perbaikan kinerja mereka, peningkatan produktivitas, maupun menunjukan sistem kinerja yang lebih efisien bila dibandingkan dengan sebelum perusahaan diambil alih. Sebenarnya ada beberapa indikator yang dapat membenarkan beberapa fakta-fakta diatas. Perusahaan yang diambil alih kepemilikannya oleh asing umumnya akan lebih kuat secara keuangan karena mendapatkan sumber modal baru yang cenderung besar. Selain itu, perusahaan dengan kepemilikan asing juga akan membawa sumber daya baru yang cenderung lebih efisien dan produktif.

(22)

memajukan sumber daya manusia dalam negeri, profit dalam negeri lebih banyak diserap oleh perusahaan asing, dan hancurnya merek-merek atau image dari budaya setempat atau pun dari negeri tersebut.

Sebelum perusahaan memutuskan untuk melakukan investasi di sebuah negara atau sebuah perusahaan lain, faktor exchange rate fluctuation mungkin patut menjadi pertimbangan (Grosse and Trevino, 1996). Exchange rate fluctuation mempengaruhi FDI dalam dua cara.

Pertama, kenaikan atau apresiasi dari sebuah mata uang akan menaikan nilai total kekayaan dari perusahaan yang nilainya didominasikan dalam mata uang asing. Hal ini akan menyebabkan kecilnya nilai investasi atau modal yang dibutuhkan oleh perusahaan asing tersebut bila ingin melakukan investasi disebuah negara yang nilai mata uangnya lebih rendah. Hal ini juga menyebabkan investor dapat melakukan investasi lebih agresif di negara asing tersebut. Kedua, dengan adanya apresiasi dalam mata uang maka terjadi perbedaan harga antara produk atau jasa dari suatu negara dibandingkan dengan negara lain. Bila terjadi perbedaan harga maka diperlukan penyesuaian harga untuk menghindari kemungkinan terjadinya less cost competitiveness. Hal yang mungkin dilakukan adalah dengan memindahkan proses produksi ke negara yang menjual jasa dan produk lebih murah untuk dapat bersaing serta menghindari keluar dari persaingan dengan perusahaan sejenis.

(23)

negara asing atau negara lain (Grosse dan Trevino, 1996). Contoh yang dapat dipakai dalam kasus ini adalah interest rate. Semakin besar interest rate di suatu negara maka capital investment yang diperlukan cenderung akan semakin besar. Dengan besarnya capital investment, maka suatu perusahaan akan berusaha untuk dapat meraih pendapatan sebesar-besarnya agar tidak mengalami kerugian di kemudian hari. Perusahaan yang meminjam modal di negara dengan interest rate yang tinggi cenderung akan kalah bersaing dengan perusahaan yang meminjam modal di negara yang memiliki interest rate yang lebih rendah.

2.1.7 Return On Equity (ROE)

Return On Equity (ROE) atau sering disebut rentabilitas modal

sendiri dimaksudkan untuk mengukur seberapa banyak keuntungan yang menjadi hak pemilik modal sendiri (Martono dan Harjito, 2001)

ROE membandingkan laba bersih setelah pajak dengan ekuitas. Dimana rasio ini menunjukkan kemampuan untuk menghasilkan laba berdasarkan ekuitas pemegang saham. Return On Equity (ROE) digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen dalam mengelola modal yang tersedia untuk memperoleh net income.

Brigham dan Daves (2003) mengemukakan bahwa ultimately, the most important, or ‘bottom line’, accounting ratio is the ratio of net

income to common equity, which measures the return on common equity

(ROE). Stockholders invest to get a return on their money, and thus ratio

(24)

paling penting adalah rasio yang membandingkan laba bersih dengan ekuitas pemegang saham, yang disebut dengan tingkat pengembalian atas ekuitas. Pemegang saham berinvestasi untuk mendapatkan keuntungan atas dana yang diinvestasikannya, dan rasio tingkat pengembalian atas ekuitas atau return on equity (ROE) mengindikasikan seberapa baik perusahaan dapat memberikan keuntungan bagi para pemegang saham secara akuntansi.

The return on equity (ROE) ratio measures the averages return on

firm’s capital contributions from its owners (for a corporation, that means

the contributions of common stockholders). It indicates how many dollars

of income were produced for each dollar invested the common

stockholders (Gallagher dan Andrew, 2003). Semakin tinggi ROE menggambarkan semakin baik manajemen perusahaan karena dari modal yang dikelola dapat menghasilkan pendapatan yang optimal.

Rumus : 𝑅𝑂𝐸 =Laba bersih

(25)

2.2 Tinjauan Peneliti Terdahulu Tabel 2.1

Ringkasan Penelitian Terdahulu

Nama Peneliti

Judul Variabel Penelitian Hasil Penelitian

Arnika Wihardiani Putri, 2010

Pengaruh Economic Value Added Dan

Variabel dependen : Harga Saham

Return on Equity (ROE),

Return On Investment (ROI),

dan Earning per Share (EPS)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa GCG tidak berpengaruh

(26)

Arnika Wihardiani Putri (2010), melakukan penelitian Pengaruh Economic Value Added dan Mekanisme Good Corporate Governance

Terhadap Harga Saham pada Sektor Keuangan yang Terdaftar di BEI. Variabel Independen dari penelitian ini Economic Value Added, Komposisi Dewan Komisaris, Ukuran Dewan Direksi, Kepemilikan Asing. Variabel dependen dari penelitian ini ialah harga saham. Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa Economic Value Added berpengaruh terhadap harga saham. Secara bersama-sama penerapan Good Corporate Governance yang terdiri dari komposisi dewan komisaris, ukuran dewan direksi dan kepemilikan asing berpengaruh terhadap harga saham. Secara parsial, ukuran dewan direksi dan komposisi dewan komisaris memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham sedangkan kepemilikan asing tidak memiliki pengaruh terhadap harga saham.

Ariani Agitha (2011), meneliti Analisis Pengaruh Corporate Governance Terhadap Kinerja Perusahaan Yang Terdaftar di Indonesia

Institute For Corporate Governance. Variabel independen dari peneliti ini

Good Corporate Governance. Variabel dependen dari penelitian ini adalah

Return on Equity (ROE), Return On Investment (ROI), dan Earning per Share (EPS). Penelitian ini merupakan penelitian yang variabelnya Indonesia Institute

For Corporate

Governance

(27)

bersifat kausalitas. Sampel penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG) yang dipilih dengan metode purposive sampling. Data yang digunakan bersifat pooling (data series dan cross sectional) dan diambil dari laporan CGPI dan laporan keuangan tahunan dari tahun 2007-2009. Pengujian hipotesis dilakukan dengan metode statistik melalui analisis regresi sederhana. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa GCG tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan secara parsial. ROE, ROI, dan EPS tidak dapat dijelaskan oleh penerapan GCG. Hal ini menunjukkan bahwa good corporate governance bukan indikator yang berpengaruh besar terhadap

peningkatan kinerja perusahaan. 2.3 Kerangka Konseptual

(28)

Gambar 2.1

Kerangka Konseptual

Sesuai dengan kajian teori keagenan (agency Theory), hubungan agensi muncul ketika satu orang atau lebih (principal) mempekerjakan orang lain (agent) untuk memberikan suatu jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada agent tersebut (Jensen dan Meckling, 1976).

Berdasarkan kerangka konseptual diatas, ditentukan bahwa variabel good corporate governance yang diproksikan kedalam dewan komisaris, komite audit dan kepemilikan asing sebagai variabel independen. Harga saham sebagai variabel dependen dan Return on Equity (ROE) sebagai variabel moderating.

Dengan adanya prinsip-prinsip GCG, maka laporan keuangan yang dihasilkan dapat diungkapkan secara transparan dan akurat, sehingga dapat membantu investor dan pihak-pihak lain yang berkepentingan dalam suatu perusahaan untuk mengambil keputusan sehingga dapat meningkatkan Good Corporate Governance

- Proporsi Dewan Komisaris - Komite Audit - Kepemilikan Asing

Harga Saham Variabel Moderating

(29)

kinerja keuangan perusahaan. Dapat disimpulkan bahwa dengan diterapkannya prinsip-prinsip GCG dalam perusahaan, maka pihak-pihak yang terkait di perusahaan memiliki tanggung jawab yang jelas sesuai dengan peraturan yang berlaku, sehingga dapat mendorong pengelolaan organisasi yang demokratis, lebih accountable, lebih transparan, serta akan meningkatkan keyakinan bahwa perusahaan dan organisasi lainnya dapat menyumbangkan manfaat tersebut dalam jangka panjang. Upaya pengembangan good corporate governance juga ditujukan untuk mendorong optimalisasi alokasi atau penggunaan sumber daya perusahaan agar pertumbuhan dan kesejahteraan pemilik perusahaan terjaga.

Wicaksono (2000) menjelaskan bahwa keberhasilan penerapan corporate governance tidak terlepas dari struktur kepemilikan perusahaan,

(30)

konsekuensi dari pengambilan keputusan yang salah. Hal tersebut menjelaskan bahwa kepemilikan manajerial mempunyai arti penting dalam struktur kepemilikan perusahaan.

Dewan direksi dalam suatu perusahaan yang akan menentukan kebijakan yang akan diambil atau strategi perusahaan secara jangka pendek maupun jangka panjang. Oleh karena itu proporsi dewan (baik dewan direksi maupun dewan komisaris) berperan dalam kinerja perusahaan dan dapat meminimalisasi kemungkinan terjadinya permasalahan agensi dalam perusahaan. Pfeffer dam Salancik menjelaskan bahwa semakin besar kebutuhan akan hubungan eksternal yang semakin efektif, maka kebutuhan akan dewan dalam jumlah yang besar akan semakin tinggi.

J.Fred.Weston dan Thomas E.Copeland (2002) mengatakan bahwa rentabilitas usaha adalah hasil pengembalian atas ekuitas mengukur pengembalian nilai buku kepada pemilik perusahaan, rasio Return On Equity merupakan suatu rasio tujuan akhir. Tingkat pengembalian ekuitas

pemilik (ROE) merupakan suatu alat analisis untuk mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bagi pemegang saham atas modal yang telah mereka investasikan. Tuguh Pujo Mulyano (1995) menjelaskan bahwa kenaikan Return On Equity biasanya diikuti oleh kenaikan harga saham perusahaan tersebut.

(31)

oleh auditor mengenai laporan keuangan suatu perusahaan (Meutia, 2004). Hal ini menunjukkan bahwa auditor berperan penting dalam pengesahan laporan keuangan suatu perusahaan. Oleh karena itu, dengan penggunaan auditor yang berkualitas diharapkan dapat meningkatkan kredibilitas laporan keuangan sehingga dapat meningkatkan kinerja perusahaan.

2.4 Hipotesis Penelitian

Gambar

Tabel 2.1
Gambar 2.1

Referensi

Dokumen terkait

Cloud based object storage offers to provide significantly lower cost and elastic storage for this imagery, but also adds some disadvantages in terms of greater latency

Tujuan studi Andal Jembatan Suramadu adalah : Mengidentifikasi rencana pembangunan Jembatan Suramadu serta jalan aksesnya yang diperkirakan dapat menimbulkan dampak

Disarankan ibu hamil yang mengalami anemia untuk memilih strategi coping yang tepat dengan cara harus benar- benar memahami masalah atau emosi seperti apa yang

Iman kepada kitab-kitab Allah dahulu berarti kita wajib percaya bahwa sebelum Al Qur’an, Allah SWT menurunkan kitab-kitab kepada rasul-rasul dan nabi-nabi-Nya, iman yang

penelitian dan memberi judul penelitian ini dengan judul “Analisis Kinerja Keuangan Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Studi Kasus Laporan Keuangan

Permasalahan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah bagaimana penerapan model Student Teams Achievement Division dapat meningkatkan hasil belajar matematika

FISIK Pelatihan Jahit Desa Caturharjo B 16 orang Pembekalan ketrampilan Rp69.455.000 Disnakersos.

Consensus building stakeholders untuk menyepakati program kolaborasi untuk penguatan budaya mutu. Program peer-mentoring dengan melibatkan community of practices