BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Persalinan adalah proses alami yang akan berlangsung dengan sendirinya, tetapi persalinan pada manusia setiap saat terancam penyulit yang
membahayakan ibu maupun janinnya sehingga memerlukan pengawasan, pertolongan, dan pelayanan dengan fasilitas yang memadai (Manuaba,2009).
Persalinan berlangung secara alamiah, tetapi tetap diperlukan pemantauan
khusus karena setiap ibu memiliki kondisi kesehatan yang berbeda-beda, sehingga dapat mengurangi risiko kematian ibu dan janin pada saat
persalinan.Selain itu, selama kehamilan ataupun persalinan dapat terjadi komplikasi yang mungkin dapat terjadi karena kesalahan penolong dalam persalinaan, baik tenaga non-kesehatan seperti dukun ataupun tenaga kesehatan
khususnya bidan (Sondakh, 2013).
Persalinan merupakan proses dramatis dari kondisi biologis dan psikologis
yang dialami oleh sebagian besar ibu hamil. Sebagian besar wanita menganggap hal tersebut sebagai salah satu hal yang kodrat. Banyak persiapan yang dilakukan sejak awal kehamilan dan banyak faktor yang dapat mempengaruhi, serta yang
akan mendukung lancarnya proses persalinan (Sondakh, 2013). Proses persalinan dapat terbagi menjadi dua yaitu persalinan normal (pervaginam) dan persalinan
A. Seksio Sesarea
1. Defenisi Seksio Sesaria
Seksio sesaria adalah persalinan melalui sayatan pada dinding abdomen dan uterus yang masih utuh dengan berat janin >1000 gr atau kehamilan >28 minggu (Manuaba,2012)
Seksio sesaria adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina atau seksio sesaria adalah suatu histerotomia untuk melahirkan janin dari dalam rahim
(Mochtar,2012).
2. Istilah Persalinan Seksio Sesaria
Menurut Mochtar (1998) persalinan seksio sesarea memiliki beberapa istilah yaitu:
a. Seksio Sesaria primer (Efektif)
Dari semula telah direncanakan bahwa janin akan dilahirkan secara seksio sesaria, tidak diharapkan lagi kelahiran biasa, misalnya : pada panggul sempit
( CV kecil dari 8 cm). b. Seksio Sesaria Sekunder
Dalam hal ini kita bersikap mencoba menunggu kelahiran biasa (partus
percobaan), bila tidak ada kemajuan persalinan atau partus percobaan gagal, baru dilakukan seksio sesaria.
c. Seksio Sesaria ulang (repeat caesarean section)
Ibu pada kehamilan yang lalu mengalami seksio sesaria (previous caesarea section) dan pada kehamilan selanjutnya dilakukan seksio sesaria ulang.
d. Seksio Sesaria Histerektomi (Caesarean section hysterectomy)
Adalah suatu operasi dimana setelah janin dilahirkan dengan seksio sesaria,
e. Operasi Porro (Porro operation)
Adalah suatu operasi tanpa mengeluarkan janin dari kavum uteri (tentunya janin sudah mati), dan langsung dilakukan histerektomi, misalnya : pada
keadaan infeksi rahim yang berat.
3. Jenis – Jenis Operasi Seksio Sesaria Abdominalis
Menurut Harry dan William persalinan seksio sesaria abdominal memilki
beberapa jenis yaitu : 1 Insisi Melintang
Insisi melintang segmen bawah uterus memungkinkan kelahiran perabdominam yang aman sekalipun dikerjakan pada saat persalinan dan rongga rahim terinfeksi. Insisi melintang segmen bawah rahim bawah rahim merupakan
prosuder pilihan, dengan cara sebagai berikut : a. Abdomen dibuka dan uterus disingkapkan.
b. Lipatan versicouterina periteoneum (bladder flap) yang terletak dekat sambungan segmen atas dan bawah uterus ditentukan dan disayat melintang, lipatan ini dilepaskan dari segmen bawah dan bersama-sama kandung kemih
didorong ke bawah serta ditarik agar tidak menutupi lapangan pandangan. c. Pada segmen bawah uterus dibuat insisi melintang kecil, luka insisi
dilebarkan kesamping dengan jari-jari tangan dan berhenti didekat daerah pembuluh darah uterus.
d. Kepala janin yang pada sebagian besar kasus terletak dibalik insisi diekstraksi
atau didorong, diikuti oleh bagian tubuh yang lainnya dan kemudian plasenta serta selaput ketuban.
uterus sehingga seluruh luka insisi terbungkus dan tertutup dari rongga
peritoneum generalisata. Dinding abdomen ditutup lapis demi lapis. 1) Keuntungan dilakukannya Insisi Melintang yaitu :
a. Insisinya ada pada segmen bawah uterus. Namun demikian, kita harus yakin bahwa tempat insisi ini berada pada segmen bawah yang tipis dan bukannya pada bagian inferior dari segmen atas yang muskuler.
b. Otot tidak dipotong tetapi dipisah ke samping, cara ini mengurangi perdarahan.
c. Insisi jarang terjadi sampai placenta.
d. Lapisan otot yang tipis dari segmen bawah rahim lebih mudah dirapatkan kembali dibanding segmen atas yang tebal.
e. Keselurahan luka insisi terbungkus oleh lipatan vesicouterina sehingga mengurangi perembasan ke dalam cavum peritonei generalisata.
f. Ruptura jaringan cicatrix yang melintang kurang membahayakan jiwa ibu dan janin karena :
1. Insidensi rupture tersebut lebih rendah.
2. Kejadian ini jarang terjadi sebelum aterm. Dengan demikian pasien sudah dalam pengamatan ketat di rumah sakit.
3. Perdarahan dari segmen bawah yang kurang mengandung pembuluh darah itu lebih sedikit dibandingkan perdarahahan dari corpus.
4. Ruptura bekas insisi melintang yang rendah letaknya kadang – kadang saja
2). Kerugian dilakukannya Insisi Melintang yaitu :
a. Jika insisi terlampau jauh ke lateral, seperti terjadi pada kasus yang bayinya terlalu besar, maka pembuluh darah uterus dapat terobek sehingga
menimbulkan perdarahan hebat.
b. Prosedur ini tidak dianjurkan kalau terdapat abnormalitas pada segmen bawah, seperti fibroid atau varices yang luas.
c. Pembedahan sebelumnya atau pelekatan yang padat menghalangi pencapaian segmen bawah akan mempersulit operasi.
d. Kalau segmen bawah belum terbentuk dengan baik, pembedahan melintang sukar dikerjakan.
e. Kadang – kadang vesica urinaria melekat pada jaringan cicatrix yang terjadi
sebelumnya sehingga vesica urinaria dapat terluka. 2Insisi Membujur
Insisi Membujur dilakukan dengan cara membuka abdomen dan menyingkirkan uterus sama seperti pada insisi melintang. Insisi membujur dibuat dengan scalpel dan dilebarkan dengan gunting tumpul untuk menghindari cedera
pada bayi. Adapun keuntungan dari inisisi membujur yaitu :
a. Luka insisi bisa diperlebar ke atas. Pelebaran ini diperlukan kalau bayinya
besar, pembentukan segmen bawah jelek, ada malposisi janin seperti letak lintang atau kalau ada anomaly janin seperti kehamilan kembar yang menyatu (conjoined twins).
b. Sebagian ahli kebidanan menyukai jenis insisi ini untuk placenta previa. Dan terdapat juga kerugian utama pada insisi membujur yang dapat terjadi
penutupan retroperitoneal yang lengkap akan hilang. Pada jenis operasi seksio
sesarea insisi membujur terdapat 3 teknik yaitu : a) Seksio sesarea klasik
Seksio sesarea klasik memiliki indikasi bila terjadi kesukaran dalam memisahkan kandung kemih untuk mencapai segmen bawah rahim, misalnya karena adanya perlekatan – perlekatan akibat pembedahan seksio sesarea yang
lalu, atau adanya tumor – tumor di daerah segmen bawah rahim, keadaan janin yang besar dalam letak lintang dan plasenta previa dengan insersi plasenta di
dinding depan segmen bawah rahim (Hanifa,2005). b) Seksio Sesarea Extraperitoneal
Seksio sesarea extraperitonel dikerjakan untuk mengindari perlunya
histerektomi pada kasus – kasus yang mengalami infeksi luas dengan mencegah peritonitis generalisata yang sering bersifat fatal.Ada beberapa
metode seksio sesarea extraperitoneal, seperti metode Waters, Latzko, dan Norton.
Teknik pada prosuder ini relative sulit, sering tanpa sengaja masuk ke
dalam cavum peritonei, dan insidensi cedera vesira urinaria meningkat.Perawatan prenatal yang lebih baik, penurunan insidensi kasus
yang terlantar, dan tersedianya darah serta antibiotic telah mengurangi perlunya.teknik extraperitoneal. Metode ini tidak boleh dibuang tetapi tetap di simpan sebagai cadangan bagi kasus – kasus tertentu (Harry & William,2010).
c) Seksio sesarea Histerektomi
Seksio sesarea histerektomi merupakan seksio sesarea yang dilanjutkan
lebih mudah dan dapat dikerjakan lebih cepat, maka pembedahan subtotal
menjadi prosuder pilihan kalau terdapat pendarahan hebat dan pasiennya shock, atau kalau pasien dalam keadaan jelek akibat sebab-sebab lain. Pada
kasus-kasus seperti ini, tujuan pembedahan adalah menyelesaikannya secepat mungkin.
B. Faktor – Faktor Yang menyebabkan Ibu Memilih Persalinan dengan
Tindakan Seksio Sesarea
Persalinan merupakan upaya melahirkan janin yang ada di dalam rahim
ibunya. Jadi, apabila persalinan harus dilakukan dengan operasi menurut buku Obstetrics and Gynecology, ada empat alasan, yaitu untuk keselamatan ibu dan
janin ketika persalinan harus berlangsung, tidak terjadi kotraksi, distosia
(persalinan macet) sehingga menghalang persalinan alami, dan bayi dalam keadaan darurat sehingga harus segera dilahirkan tetapi jalan lahir tidak mungkin
dilalui janin.Jadi penyebab dilakukannya operasi pada persalinan memiliki beberapa faktor yaitu:
a. Riwayat dengan persalinan seksio sesarea
Riwayat dengan persalinan seksio sesarea adalah wanita yang pernah memiliki riwayat persalinan seksio sesarea (Williams,2013). Pada sebagian besar
Negara ada kebiasaan yang diperaktikkan akhir-akhir ini yaitu setelah prosedur pembedahan seksio sesarea dikerjakan, maka semua kehamilan yang mendatang harus diakhiri dengan cara yang sama. Bahaya rupture lewat tempat insisi
sebelumnya dirasakan terlalu besar. Akan tetapi, pada kondisi tertentu ternyata bisa dilakukan trial of labor dengan kemungkinan persalinan lewat vagina. Kalau
Adapun menurut buku Harry dan Williams syarat-syarat trial of labor
sebelumnya pernah dilakukan seksio sesarea :
1. Bekas insisi tunggal yang melintang dan pada bagian cervical bawah uterus
(low cervical transverse uterine incision).
2. Indikasi untuk prosedur pertama bukan disporporsi. 3. Indikasi akan kelahiran dan persalinan yang mudah.
Kontraindikasi untuk trial of labor sebelumnya pernah melakukan persalinan seksio sesarea :
1. Bekas insisi vertical tipe apapun. 2. Insisi yang tipenya tidak diketahui 3. Pernah seksio sesarea lebih dari satu kali
4. Saran untuk tidak melakukan trial of labor dari dokter bedah yang melaksanakan pembedahan pertama.
5. Panggul sempit
6. Presentasi abnormal, seperti presentasi dahi, bokong atau letak lintang
7. Indikasi medis untuk segera mengakhirin kehamilan, termasuk diabetes,
toxemia gravidarum dan plasenta previa. b. Faktor ibu
Kondisi kehamilan bisa pula sebagai penyebab dilakukannya operasi.Misalnya : tidak ada tanda persalinan, pada hal kehamilan harus diakhiri karena alasan janin atau ibunya, ibu menderita eklampsia atau ketuban pecah dini
dan ingin dilakukan tindakan sterilisasi. Sebalikya, usia kehamilan belum cukup bulan (25 minggu), tetapi kehamilan harus diakhiri.
Namun, dari kondisi janin dan ibu tersebut tidak semuanya harus dilakukan
pertimbangan, yaitu : apabila persalinan pervaginam membahayakan keselamatan
ibu dan bayinya.
Menurut buku Dini Kasdu ada beberapa faktor ibu yang menyebabkan harus
dilakukan operasi seksio sesarea yaitu : 1) Usia
Ibu yang melahirkan untuk pertama kali pada usia sekitar 35 tahun, memiliki
risiko melahirkan dengan operasi. Apalagi pada wanita dengan usia 40 tahun ke atas. Pada usia ini, biasanya seseorang memiliki penyakit yang berisiko, misalnya
tekanan darah tinggi, penyakit jantung, kencing manis, dan preeklampsia. Eklampsia (keracunan kehamilan) dapat menyebabkan ibu kejang sehingga seringkali menyebabkan dokter memutuskan persalinan dengan operasi sesarea.
2) Tulang Panggul
Cephalopelvic disproportion (CPD) adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak
sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak dapat melahirkan secara alami. Tulang panggul sangat menentukan mulus tidaknya proses persalinan. Tulang – Tulang panggul merupakan susunan
beberapa tulang yang membentuk rongga panggul yang merupakan “jalan” yang harus dilalui ole janin ketika akan lahir seara alami. Bentuk tulang panggul ada
empat jenis, yaitu : panggul ginekoid, android, platipeloid dan anthropoid. Jenis panggul yang dapat membantu memudahkan kelahiran bayi adalah jenis panggul ginekoid.Persalinan Sebelumnya dengan operasi sesarea.
3) Hambatan Jalan Lahir
Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya : jalan lahir yang kaku sehingga
bisa juga terjadi karena ada mioma atau tumor.Keadaan ini menyebabkan
persalinan terhambat atau macet, yang bisa disebut distosia. 4) Kelainan Kontraksi Rahim
Jika kontraksi rahim lemah dan tidak terkoordinasi (inkordinate uterine action) atau tidak elastisnya leher rahim sehingga tidak dapat melebar pada
proses persalinan menyebabkan kepala bayi tidak terdorong dan tidak dapat
melewati jalan lair dengan lancer. Untuk lemahnya kontraksi rahim, biasanya dapat ditolong dengan memberikan infus oksitoksin, tetapi untuk membuat
elastisnya leher rahim sulit dilakukan intervensi. Apabila keadaan tidak memungkinkan maka dokter biasanya akan melakukan operasi sesarea.
5) Ketuban Pecah Dini
Air ketuban (amnion) adalah cairan yang mengelilingi janin dalam rahim.Robeknya kantung ketuban sebelum waktunya dapat meyebabkan bayi
harus segera dilahirkan.Kondisi ini membuat air ketuban merembes keluar sehingga tinggal sedikit atau habis. Apabila air ketuban habissama sekali, pada hal bayi masi belum waktunya lahir, biasanya dokter akan berusaha
mengeluarkan bayi dari dalam kandungan,baik melalui kelahiran biasa maupun operasi sesarea. Air ketubanyang peca sebelum waktunya akan membuka rahim
sehingga memudakan masuknya bakteri dari vagina. Dengan masuknya bakteri lewat vagina, infeksi akan terjadi pada ibu hamil dan janin di dalam kandungan. 6) Rasa Takut Kesakitan
Seorang wanita yang melahirkan secara alami akan mengalami proses rasa sakit, yaitu berupa rasa mulas disertai rasa sakit di pinggang dan pangkal paha
kepala bayi kea rah panggul. Kondisi tersebut karena keadaan yang pernah atau
baru akan terjadi dan sering menyebabkan seorang wanita yang akan melahirkan merasa ketakutan, khawatir, dan cemas menjalaninya. Akibatnya, untuk
menghilangkan itu semua mereka berpikir melahirkan dengan cara operasi. Namun, bisa pula hal ini dilakukan berdasarkan pertimbangan dokter. Hal ini bisa karena alasan secara psikologi tidak tahan melahirkan dengan sakit.
Kecemasan yang berlebihan juga akan menghambat proses persalinan alami berlangsung.
c. Gawat Janin
Gawat janin ditunjukkan dengan adanya bradycardia berat, irregularitas denyut jantung janin atau adanya pola deselerasi yang terlambat, kadang-kadang
menyebabkan perlunya seksio sesarea darurat.Angka seksio sesarea tinggi pada pasien-pasien yang dimonitor.Hal ini tidak mengherankan karena indikasi utama
untuk tindakan monitoring adalah kasus-kasus dengan predisposisi hipoksia janin.Namun demikian, gawat janin bukanlah alasan utama bagi meningkatkan angka seksio sesarea.Permasalahan yang disertai dystocia merupakan indikasi
utama bagi persalinan per abdominam.Suatu indikasi seksio sesarea tersebut sebagai intoleransi janin pada persalinan (fetal intolerance of labor).Keadaan ini
terlihat pada pasien-pasien yang persalinannya tidak menentu.Stimulasi dengan oxytocin menghasilkan abnormalitas pada frekuensi denyut jantung janin. Dikerjakan seksio sesarea dan dilahirkan bayi normal tanpa gejala kegawatan
(Harry & Williams,2010).
Adapun menurut Dini Kasdu beberapa Faktor gawat janin yang menyebabkan
1) Bayi terlalu besar
Besar bayi lahir sekitar 4.000 gram atau lebih (giant baby), menyebabkan bayi sulit keluar dari jalan lahir. Pertumbuhan janin yang berlebihan
(makrosomial) karena ibu menderita kencing manis (diabetes mellitus). Keadaan ini dalam ilmu kedokteraan disebut bayi besar objektif.Apabila dibiarkan terlalu lama dijalan lahir dapat membahayakan keselamatan janinnya.
2) Kelainan Letak Bayi a) Letak sungsang
Keadaan janin sungsang apabila letak janin di dalam rahim memanjang dengan kepala berada di bagian atas rahim, dan pantat berada dibagian bawah rongga rahim, sedangkan yang dimaksud dengan “posisi” adalah keadaan bagian
terenda bayi. Risiko bayi lahir sungsang pada persalinan alami perkirakan 4 kali lebih besar dibandingkan lahir dengan letak kepala yang normal.Oleh karena itu,
biasanya langkah terakhir untuk mengantisipasi hal terburuk karena persalinan yang tertahan akibat janin sungsang adalah operasi.
b) Letak Lintang
Kelainan lain yang paling sering terjadi adala letak lintang atau miring (oblique). Letak yang demikian menyebabkan poros janin tidak sesuai dengan
arah jalan lahir. Pada keadaan ini, letak kepala pada posisi yang satu dan bokong pada sisi yang lain. Pada umumnya, bokong akan berada sedikit lebih tinggi daripada kepala janin, sementara bahu berada pada bagian atas panggul.
Punggung, dapat berada di depan, belakang atas, maupun bawah. Kelainan letak lintang ini hanya terjadi sebanyak 1%.Letak lintang ini biasanya ditemukan pada
Penanganan untuk kelahiran letak lintang ini juga sifatnya sangat
individual. Apabila dokter memutuskan untuk melakukan tindakan operasi, sebelumnya ia sudah memperhitungan sejumlah factor demi keselamatan ibu
dan bayinya.
3) Ancaman gawat janin (fetal distress)
Keadaan gawat janin pada tahap persalinan, memungkinkan dokter
memutuskan untuk segera melakukan operasi.Apalagi jika ditunjang oleh kondisi ibu yang kurang, menguntungkan.Seperti diketahui, sebelum lahir, janin
mendapat oksigen dari ibunya melalui plasenta dan tali pusat. Apabila terjadi gangguan pada plasenta ( akibat ibu menderita tekanan darah tinggi atau kejang rahim), serta gangguan pada tali pusat (akibat tali pusat terjepit antara tubuh bayi)
maka jata oksigen yang disalurkan kebayi pun jadi berkurang. Akibatnya, janin akan tercekik karena kehabisan napas. Kondisi ini bisa menyebabkan janin
mengalami kerusakn otak, bakan tidak jarang meninggal dalam rahim. Apabila proses persalinan sulit dilakukan melalui vagina maka bedah sesarea merupakan jalan keluar satu – satunya.
4) Bayi Kembar (Multiple Prenancy)
Kelahiran bayi kembar memiliki risiko terjadi komplikasi yang lebih tinggi
dari pada kelahiran satu bayi. Faktor yang dapat terjadi misalnya : Lahir premature atau lebih cepat dari waktunya, bayi kembar bisa dapat mengalami sungsang atau letak lintang. Oleh karena itu, pada kelahiran kembar dianjurkan
dilakukan di rumah sakit karena kemungkinan sewaktu –waktu dapat dilakukan tindakan operasi tanpa direncanakan. Meskipun dalam keadaan tertentu, bisa saja
5) Janin Abnormal
Janin sakit atau abnormal.Misalnya gangguan Rh, kerusakan genetic, dan hidrosephalus (kepala besar karena otak berisi cairan), dapat menyebabkan
dokter memutuskan dilakukan operasi. d. Kelainan plasenta
Ada beberapa menurut Dini Kasdu kelainan plasenta yang menyebabkan
keadaan pada ibu atau janin sehingga harus dilakukan persalinan dengan operasi seksio sesarea, yaitu :
1) Plasenta previa
Posisi plasenta di bawah rahim dan menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir. Tentu saja, keadaan ini akan mengakibatkan kepala janin tidak bisa turun
dan masuk ke jalan lahir. Janin dengan plasenta previa, umumnya juga akan memilih letak sungsang tau letak lintang. Keadaan ini menyulitkan janin lahir
secara alami. Kelainan plasenta ada beberapa macam : Plasenta letak rendah, yaitu : Plasenta tidak sampai menutupi (1 -2 dari mulu rahim), plasenta previa marginalis (ujung plasenta terletak sangat dekat dengan mulut rahim), plasenta
previa parsial (sebagian plasenta menutupi jalan lahir), plasenta previa totalis (seluruh jalan lahir atau mulut rahim benar – benar tertutup oleh plasenta).
Tindakan persalinan pada dua jenis kelainan plasenta previa totalis, biasanya dilakukan dengan operasi.
2) Plasenta lepas ( Solution Placenta)
Plasenta lepas (Solution Placenta) merupakan keadaan plasenta yang lepas lebih cepat dari dinding rahim sebelum waktunya.Apabila plasenta sudah lepas,
segera lahir sebelum janin mengalami kekurangan oksigen atau keracunan air
ketuban.
3) Plasenta Accreta
Plasenta accrete merupakan keadaan menempelnya plasenta diotot rahim.Faktor resiko terjadinya plsenta accrete pada ibu yang mengalami persalinan yang berulang, ibu berusia > 35 tahun dan ibu yang pernah operasi
(operasinya meninggalkan bekas yang menyebabkan menempelnya plasenta). 4) Vasa Previa
Vasa Previa adala keadaan pembuluh darah di selaput ketuban berada di mulut rahim (osteum uteri) jika pecah dapat menimbulkan perdarahan banyak yang membahayakan janin dan ibunya.Untuk menguraangi risiko pada ibu dan
janin maka persalinan dilakukan dengan operasi. e. Permintaan pasien
Persalinan seksio sesarea atas permintaan ibu memiliki sejumlah konsep etika yang telah diperdebatkan.Menurut Bewley dan Cockburn, mereka membantah bahwa konsep persalinan sesarea dengan permintaan kurang memilki
kepentingan etika dan medik. Ahli lain menyimpulkan bahwa bukti yang ada tidak mendukung permintaan persalinan seksio sesarea yang rutin. Namun, hal
tersebut secara etis tidak mendukung keputusan obstetric untuk menyetujui permohonan pasien untuk permintaan pelahiran sesarea.Adapun alasan ibu meminta persalinan dengan seksio sesarea adalah untuk mengindari cedera dasar
panggul saat persalinan pervaginam, menurunkan risiko cedera janin, menghindari ketidakpastian dan nyeri persalinan, serta rasa tidak nyaman.
C. Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan merupakan suatu proses yang paling sulit bagi setiap manusia. Banyak ahli berpendapat bahwa tujuan koseling yang paling utama
adalah pengambilan keputusan.Dalam hal memilih persalinan juga harus sesuai dengan pengambilan keputusan yang baik dan benar.Bukan karena hal tanpa indikasi memilih suatu persalinan.Jadi setiap tenaga kesehatan, baik dokter, bidan
dan perawat dalam memberikan konseling harus sesuai dengan indikasi yang jelas. Dalam akhir pertemuan konseling diharapkan klien dapat membuat dan
mengambil keputusan (Priyanto,2009).
Setiap individu secara manusiawi dapat dibedakan menjadi beberapa aspek yang masing – masing memiliki perbedaan dalam pengambilan keputusan,
sehingga terdapat perbedaan yang tampak di antara karakter – karakter yang tercantum dalm buku Agus Priyanto yaitu :
1. Mempertimbangkan kemauan atau hasrat – hasrat yang ada.
Hasrat – hasrat pada psikis adalah kecenderungan di dalam alam sadar yang menimbulkan motif – motif, yakni daya – daya penggerak untuk berbuat sesuatu
demi mencapai tujuan. 2. Pengambilan keputusan.
Setelah mempertimbangkn beberapa waktu untuk menentukan motif pilihan dan hasrat yang akan menjadi aktif, terpilih akan menjadi dasar bagi pengambil tindakan.Beberapa sifat individu dalam pengambilan keputusan yaitu sebagai
berikut :
a. Sifat pengambilan keputusan yang tergesa – gesa.
tersebut kurang memahami pentingnya keputusan dan akibat yang akan
didapatkan dari keputusan yang akan diambinya atau individu tersbut orang yang impulsive sehingga kurang berpikir panjang sebelum mengambil keputusandan
ingin secepatnya bertindak, bahkan mungkin selalu dilanda rasa khawatir yang berlebihan.
b. Sifat individu yang tidak dapat mengambil keputusan.
Individu yang mempunyai karakter seperti ini tidak akan kunjung berkeputusan dan tidak mempunyai kepastian atau merasa ragu – ragu dalam
pengambilan keputusan. Individu ini sangat sulit dalam menentukan pilihan dia ingin kedua – duanya dan tetap berusaha untuk menyatukan alternatife – alternatife yang tidak dapat dipersatukan.
c. Sifat yang hanya mengikuti kehendak sendiri.
Orang ini cenderung tidak mau mengikuti pendapat atau keinginan orang lain.
Dia ingin membuktikan bahwa dia mampu berbuat untuk dirinya sendri. Demikian pula dalam mengambil keputusan, dia hanya ingin menolak berdasarkan pertimbangan motif dan hasratnya sendiri, dia hanya ingin menolak
pengaruh dari orang lain.
d. Sifat yang tidak mampu berdiri sendiri.
Individu ini cenderung menyerahkan pengambilan keputusan kepada orang lain, dia lebih memilih mengikuti pendapat dan keputusan dari orang lain. Hal ini dilakukan karena takut menanggung risiko dan tanggung jawab, sehingga ini
menandakan manifestasi dari kepribadian yang lemah.